Tabloid Puailiggoubat

Page 15

15

Mentawai News

Puailiggoubat NO. 218, 15-30 Juni 2011

Hasil pemilihan kepala Dusun Kulumen Desa Simatalu Kecamatan Siberut yang dilaksanakan pada hari Minggu (24/4) di Gereja Katolik dinilai masyarakat sarat manipulasi suara oleh pihak penyelenggara. Warga pun protes.

Pilkadus Kulumen Tuai Protes FOTO:IMRAN/PUAILIGGOUBAT

TITIAN Jalan tiain menuju perkampungan baru di Kulumen

Daud Siribere

al ini dilihat dari jumlah pemilih terdaftar dan memberikan hak pilihnya dalam pemilihan kepala dusun Kulumen dengan jumlah hasil penghitungan suara kepada semua calon kepala dusun. “Jumlah pemilih yang memberikan hak pilihnya hanya 64 orang, sementara jumlah suara keseluruhan bila ditotalkan mencapai 74 suara. Ini jelas ada permainan,” kata Fransiskus Roppet

H

Saubbaisagu (27), pada Puailiggoubat, Senin (16/5). Hasil penghitungan suara pada saat

itu di antaranya, Maurus Repdemen Sangonian mendapat 34 suara, Bastianus Lae Saeppunbatu 3 suara,

Warga Masaba Keluhkan TK ST Theresia MASABA—Harapan masyarakat Dusun Masaba Desa Simatalu memasukkan anaknya ke TK St. Theresia filial Masaba agar bisa mengenal huruf, angka dan berdoa seperti anak lainya yang telah mengenal tulis-baca kendati masih di tingkat TK tak kesampaian. Hal ini membuat mereka kecewa Hal ini terjadi sejak terjadinya pertukaran tenaga didik di TK St. Theresia Filial Masaba tersebut dari Parlindungan Siribere ke guru baru

yaitu Nuriati. Semenjak Parlindungan mengundurkan diri anak TK sama sekali tidak mengalami perubahan. “Mereka tetap tidak mengenal abjad dan angka, apalagi membaca dan berhitung,” kata Kornelius Parao salah seorang dari orangtua anak. Sementara Pardamean salah seorang guru SDN 05 Simatalu filial Masaba yang prihatin akan hal ini mencoba mengajak masyarakat untuk mencari solusi. “Kita akan cari jalan keluar-

UN SD di Kecamatan Siberut Barat Bantu Orangtua Murid BETAET—Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SD di Kecamatan Siberut Barat di Betaet sangat membantu orangtua murid. “Kita cukup merasa senang dan beruntung karena ujiannya dilaksanakan di Betaet sehingga orangtua tidak begitu mengeluarkan biaya besar untuk kita,” kata Reman salah seorang murid SDN 05 Simatalu. Dalam pelaksanaan ujian Senin-Kamis (9-12/5) diikuti oleh sekolah-sekolah yang ada di wilayah pantai Barat, Simatalu dan Simalegi. Diantaranya SD 14 Simalegi, SDN 11 Simalegi, SDN 18 Simalegi, SDN 17 Simatalu, dan SDN 05 Simatalu. Dalam pelaksanaan ujian ini juga dipantau oleh tim manitoring dari kabupaten dan dari Polsek Sikabaluan. Sementara Ignasius Sinou selaku pengawas sekolah wilayah III pantai barat mengharapkan agar pelaksanaan ujian SD ini dapat dilakukan secara berkesinambungan di Kecamatan Siberut Barat. “Dengan melaksanakan ujian di masing-masing kecamatan akan dapat menghemat biaya. Untuk tahun ini saja tidak dipungut biaya sedikitpun pada anak,” katanya. Untuk tahun ini murid yang mengikuti ujian sebanyak 68 anak. Dapat dibayangkan bagaimana repot dan mahalnya kalau ujian dilaksanakan di Sikabaluan. “Dengan jumlah anak seperti ini tidak mungkin dengan menggunakan satu speedboat. Untuk cateran satu speedboat saja mencapai Rp5 juta. Ini yang menjadi pertimbangan kita,” kata Ignasius Sinou. dsr

nya secara bersama-sama agar anakanak kita dapat terdidik seperti yang kita harapkan,” katanya. Selain persoalan anak-anak di TK St. Theresia tersebut belum mengenal tulis-baca juga jam belajar mereka tidak lagi sesuai aturan yang ditetapkan oleh suster Ali yang menjadi perintis sekolah tersebut, di mana jam belajar tersebut pukul 08.00-11.00 WIB. Tapi pada kenyataannya sekarang pukul 08.00-09.00 WIB sejak Januari-Mei. “Bahkan mereka dikatakan tidak belajar sama sekali,” keluh Kornelius mantan kepala kepala Dusun Masaba pada Puailiggoubat, Senin (16/5). Selain itu juga murid yang dilaporkan oleh guru TK berdasarkan data yang dilaporkan pada suster Ali di Sikabaluan sebanyak 11 orang ternyata pada kenyataannya hanya 3 orang. Nuriati yang dikonfirmasi Puailiggoubat terkait dengan hal ini mengaku karena kecewa orangtua tidak membayar SPP yang masing-masing anak Rp2 ribu per bulan. “Kita memang tidak bersemangat mengajar karena orangtua anak tidak mau membayar uang SPP anaknya. Padahal itu hanya Rp2 ribu per bulan,” kilahnya membela diri. Sedangkan Kornelius salah seorang dari orangtua murid mengatakan alasan kenapa tidak membayar uang SPP anak karena merasa rugi. “Saya terus terang tidak mau bayar uang SPP karena saya merasa rugi sebab tidak sesuai dengan peraturan yang ada” tegasnya Namun persoalan ini diharapkan

Martinus Puli Saeppunbatu 37 suara. Juga, masyarakat menilai bahwa hasil penghitungan suara ada indikasi KKN. “Katanya kalau Martinus naik maka Elias akan diangkat sebagai sekretaris dusun, Bastianus diangkat sebagai hansip dusun. Sementara dalam pelaksanaan pemilihan kepala dusun, Elias merupakan salah satu dari panitia

pelaksana pemilihan kepala dusun,” ujar Teu Jotjot, warga lainnya. Ketika hal ini dikonfirmasi pada Elias, dengan ia mengatakan bahwa hal itu tidak benar. “Apa yang disampaikan itu tidak benar karena Maurus tidak menang dalam pemilihan sehingga dia berkata seperti itu,” terang Elias membela diri saat dikonfiormasi Puailiggoubat, Senin (16/5) di rumahnya. Sementara Maurus tetap tak menerima hasil pemilihan kepala dusun Kulumen bila jumlah suara tetap 74 suara. “Saya tetap menggugat hasil pemilihan bila jumlah total suara mencapai 74 suara karena pemilih hanya 64 orang,” katanya tegas. Karena persoalan yang kian alot dan saling tuding satu dengan yang lainnya membuat masyarakat ikut terlibat. Seperti halnya Teu Taimareddet orangtua Elias yang tidak menerima gugatan tersebut langsung mengambil panah dan hendak melakukan aksi brutal. Beruntung beberapa masyarakat yang hadir saat itu sigap dan tanggap dengan mengambil busur dan memtahkan anak panah Teu Taimareddet sehingga hal-ahal yang tidak tidak diinginkan dapat dicegah.***

Kakek Bejat dari Saikoat Perkosa Cucu Sendiri SAIKOAT—Karlos (53) (bukan nama sebenarnya) memperkosa cucunya sendiri sebut saja Melati (13), Kamis (5/5). Suatu perbuatan yang tidak terpuji yang membuat warga Saikoat Desa Simatalu berang. Kejadian ini berawal dari Karlos yang merupakan kakek dari Melati menyuruh Goliat (nama samaran) adik dari Melati untuk mandi ke sungai. Sepergian Goliat mandi, kakek bejat ini mulai mengganggu dan menimang-nimang Melati bak seorang bayi. Lambat laun sang kakek melepaskan pakaian Melati dan melampiaskan nafsu bejatnya. Kejadian ini masih sempat disaksikan Goliat karena mendengar teriakan dan tangis kakaknya, namun sayang ia tidak bisa berbuat banyak karena takut pada kakeknya. Kejadian ini diceritakan korban yang tidak punya ayah ini kepada neneknya yang ada di Saikoat. Kabar inipun tersebar luas di satu kampung. Karena merasa malu Melati pun pergi ke tempat ibunya di Dusun Limu. Kejadian ini membuat menantu pelaku tidak suka dan mengasingkannya di Lembeheu. “Bapak itu sudah kami asingkan, karena perbuatannya ini bukan yang pertama kali namun sudah yang ketiga kalinya,” kata Asmina menantu Karlos Kepala Dusun Saikoat, yang hendak melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian dilarang oleh keluarga pelaku dengan alasan pihak keluarga pelaku yang akan memberikan ganjaran atas perbuatannya. “Bila dipenjara tentu tidak kembali lagi. Cukup kami sendirilah yang menghukum walupun perbuatan kriminal ini tidak kami inginkan,” kata Asmina “Mungkin dengan kami asingkan dan cari hidup sendiri mungkin ia akan sadar,” tambahnya. dsr Pardamean tidak menjadi pemicu ditutupnya TK St. Theresia filial Masaba tersebut hanya karena persoalan proses belajar mengajar

tidak lancar. Ia berjanji akan menacri jalan keluar terkait dengan persoalan tersebut. dsr


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.