Warta Paulus 94_ 24 Desember 2014_ Edisi Natal 2014

Page 1



GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

MENEMUKAN ALLAH DALAM KELUARGA Rm. Marcelinus Moi, MSF

Alkisah seorang anak bertanya pada kedua orang tuanya tentang siapakah Allah itu. Atas pertanyaan si anak, orang tuanya menyuruh bertanya pada gurunya. Tetapi ketika si anak bertanya kepada sang guru, jawaban si guru membuat si anak gundah karena sang guru mengatakan bahwa Allah hadir dalam diri orang tuanya. Kegundah an si anak lantaran apa yang dikatakan sang guru sungguh tak masuk akal. Bagaimana mungkin Allah hadir dalam diri orangtuaku kalau saya tak pernah mengalami perhatian mereka, tidak menemukan kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dalam keluarga ku, protes sang anak‌. Kisah seperti diatas mungkin bisa terjadi dalam kehidupan keluarga kita. Bagaimana Allah bisa ditemukan dalam keluarga kalau kehidupan keluarga tersebut tidak menjadi cermin wajah Allah? Perkembangan dunia dengan teknologi yang cepat sekali berkembang berimbas juga dalam hidup berkeluarga terutama dalam relasi personal antar anggota keluarga. Keintiman keluarga menjadi berkurang karena masing-masing sibuk dengan dirinya. Doa bersama, makan bersama, rekreasi bersama, menjadi hal langka dalam keluarga. Saya memperhatikan beberapa kejadian ketika melihat keluarga yang makan bersama di warung makan. Mereka menikmati makan sementara tangan sambil mencet HP masing-masing. Apakah ini juga terjadi ketika di rumah? Tidak jarang pula munculnya berbagai masalah dalam keluarga riak-riaknya dari renggangnya keintiman satu sama lain. Rumah menjadi sebatas tempat beristirahat. Bagaimana iman itu bertumbuh dalam keluarga bila tidak ada waktu untuk berjumpa sebagai keluarga dalam makan bersama, doa bersama, sharing bersama? Apalah artinya mempunyai segala-galanya tetapi tidak mempunyai waktu bersama yang berkualitas dalam keluarga? Seringpula yang terjadi adalah kesibukan harian menjadikan saat bertemu antar keluarga menjadi jarang. Orang tua sibuk dengan pekerjaan sementara anak-anak sibuk dengan sekolah dan les tambahan, dan bila sudah sama-sama di rumah, alasan capek, lelah menghilangkan waktu untuk duduk bersama, makan bersama apalagi berdoa bersama. Banyak orang tua yang mengeluh tentang sikap dan perilaku anak-anak mereka. Romantisme masa lalu ketika mereka seusia anakanak sekarang seakan menjadi hilang, ya iyalah, jamannya berubah, teknologinya juga jauh berbeda. Persoalannya adalah bagaimana peran orang tua dalam membangun sikap, mental, dan iman anak? Kita tahu bahwa berkat Sakramen Per kawinan, hubungan kasih antara suami dengan istri, diangkat menjadi tanda akan kehadiran Allah sendiri, artinya EDISI PASKAH - 17 APRIL 2014

1


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

sakramen perkawinan: suami adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi istri nya, dan istri adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi suaminya. Demikian juga suami/istri terhadap anak-anak mereka. Dalam keluarga yang menghadirkan Allah pasti ada sukacita dan kegembiraan. Sukacita yang tidak datang karena materi semata tetapi dari keintiman yang muncul dalam relasi satu sama lain. Sukacita yang tampak dan hadir dalam keluarga ini adalah tanda kehadiran Allah yang Nampak. Allah memberkati keluarga yang sudah dipersatukan dalam cinta kasih dan kekudusan. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga menjadi perekat cinta kasih dalam keluarga. Keluarga yang dinaungi cinta kasih adalah istana terindah untuk Tuhan. Dengan lain kata Allah dapat dijumpai dalam setiap anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, adik, dan semua saudara lainnya. Allah menghendaki agar setiap anggota keluarga selalu menjalin ikatan cinta kasih. Sehingga kehadiran dan berkat-Nya akan semakin terasa. Di dalam sebuah keluarga, kita manusia dapat berjumpa dengan Allah. Menarik untuk mencermati pesan Natal bersama KWI - PGI tahun 2014 yang meng angkat tema ’Berjumpa dengan Allah dalam keluarga’. KWI - PGI mengajak seluruh umat Kristiani untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana keluarga berperan penting dalam sejarah keselamatan. Beberapa gagasan yang disampaikan antara lain bahwa Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Suka cita memilih hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan menjalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui keluarga itu pula, Ia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat pada Allah sampai mati di kayu salib. Di situlah Allah yang selalu beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan kepahitan akibat dosa, walaupun Ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15). Ditekankan juga bahwa keluarga sebagai tanda kehadiran Allah; “Allah telah mempersatukan suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk membangun keluarga kudus. Mereka dipanggil untuk menjadi tanda kehadiran Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia dan bagi anak-anaknya dalam hubungan kasih. Keluarga mereka pun menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama. Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir dalam keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita masing-masing. Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga dan menyertai para orangtua dan anak-anak sepanjang hidup”. KWI - PGI juga merenungkan Natal sebagai Undangan Berjumpa de ngan Allah dalam keluarga. “Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan untuk memahami betapa luhurnya keluarga dan bernilainya hidup sebagai keluarga karena di situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga sepatutnya menjadi bait suci di mana kesalahan di ampuni dan luka-luka disembuhkan”. Dari pesan Natal itu, dapatlah ditangkap bahwa Gereja dewasa ini mempunyai kepedulian yang besar akan ke(bersambung ke hlm. 5)

2

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Surat dari Romo Paroki Salam kasih Yesus, Maria dan Yusuf Bapak, Ibu dan Saudara /i yang terkasih, Merayakan Natal, hari kelahiran Tuhan, kita rayakan setiap tahunnya. Tema perayaan Natal tahun ini ada lah “Berjumpa dengan Allah dalam keluarga”. Melalui sakramen perkawinan, bapa dan ibu, meneri ma rahmat dan pelayanan untuk memberi pendidikan Kristiani kepada anak-anak kita. Orang tua, bapa, dan ibu, meneruskan dan memberikan kesaksian tentang nilai-nilai luhur manusiawi dan Injili. Melalui pelayanan iman inilah, warta Injil diteruskan dan disinari sehingga keluarga diubah menjadi suatu perjalanan iman dan sekolah kehidupan kristiani. Dalam hal ini, Natal menjadi kesempatan yang sangat indah untuk memahami beta pa luhurnya dan bernilainya keluarga yang telah Allah karuniakan kepada kita. Natal menyadarkan kita akan kekudusan keluarga. Pengalaman religius dan iman “Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita”, menjadi kokoh bila pada suatu kesempatan peristiwa dan pesta-pesta tertentu di dalam keluarga, kita dapat menjelaskan tentang makna Kristiani atau religius atas peris tiwa tersebut. Oleh karena itu, Gereja mengajak seluruh umat beriman Kristiani, untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga. Keluarga sebagai “Gereja rumah tangga” pada dasarnya adalah komunitas perdana dan utama, tempat anak-anak dan kaum muda menerima pembinaan iman yang otentik. Sebab orang tua, bapa dan ibu, adalah pendidik iman perdana dan utama bagi anakanak kita. Kesaksian hidup beriman kita, sebagai keluarga, merupakan pengalaman pertama anak terhadap iman kristiani. Kegembiraan dan kegairahan iman yang dihidupi bapa dan ibu diteruskan kepada anak-anak kita. Pembinaan iman kita sebagai orang tua, dalam keluarga, mendahului, menyertai, dan memperkaya semua bentuk pembina an iman yang lain. Marilah kita mohon rahmat Allah, agar di dalam keluarga kita masing-masing, ke hadiran Allah semakin dapat kita rasakan dan kita berani serta bersedia berbagi berkat dan kasih satu sama lain di dalam keluarga kita. Selamat Natal 2014 Berkah Dalem

MC Sadana Hadiwardaya MSF

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

3


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

4

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

(dari hlm. 2, Menemukan Allah dalam Keluarga)

WARTA PAULUS

luarga. Saya meyakini bahwa tema yang dipilih tentu MEDIA KOMUNIKASI PAROKI SANTO PAULUS bukan tanpa maksud, pastinya berangkat dari kepriSENDANGGUWO - SEMARANG hatinan-keprihatinan akan keluarga jaman ini yang Pelindung “mungkin” kurang peka akan hadirnya Allah di dalam Pastor Kepala Paroki keluarga Kristiani dewasa ini. Penasehat Bila kembali pada pertanyaan apakah Allah dapat Ketua Bidang Yan Mas Dewan Paroki ditemukan dalam keluarga kita? Jawabannya pasti Penanggungjawab Koord. Tim Kerja KomSos “ya”. Dan sebagai keluarga Katolik mesti meyakini Dewan Paroki bahwa Allah hadir dalam keluargaku. Bahwa apakah Pemimpin Redaksi setiap keluarga menyadari kehadiran Allah itu terganJ Paryadi tung dari kualitas hidup keluarga masing-masing. Staf Redaksi Setiap keluarga tentu mengharapkan keluarga yang Drs. St. Suripto Atmosuwito ideal. Sebagai keluarga Katolik setidaknya mendekati J Paryadi Pius Koesdyantoro seperti Keluarga Kudus Nazareth. Apakah itu mungM Yunus Waas kin? Tentu jawabannya adalah “mungkin”. Keluarga Artistik Kudus Nazareth adalah keluarga yang sederhana yang Alf. Sungging di dalamnya, damai, kesejahteraan, saling hormat dan V Suparyanto B Riyanto W kasih terjalin erat. Dalam kesederhanaan hidup di Tata Letak Nazareth, Yesus, Maria dan Yusuf menjadikan Allah J Paryadi sebagai yang utama bahkan dalam setiap peristiwa M Yunus Waas hidup yang kecil dan sederhana. Jangan dibayangkan Distribusi bahwa keluarga yang dibangun Yusuf dan Maria, Ketua - Ketua Lingkungan tanpa persoalan hidup. Dari awal sudah dihadapkan Penerbit dengan pergolakan batin dan masalah, tetapi semua itu Dewan Paroki Santo Paulus mampu dilewati karena menghadirkan Allah di dalam Jl. Dr. Muwardi 7, 024 - 6711509 Sendangguwo Semarang keluarga mereka. Kesederhanaan Keluarga Kudus ini, Alamat E-mail selayaknya membuka mata hati kita, untuk melihat komsosgsp@gmail.com kehadiran Allah justru dalam peristiwa-peristiwa yang Percetakan kecil dan sederhana. Penting kiranya menyediakan CV Rind Abadi tempat bagi Allah dalam keluarga kita, agar dapat Edisi 94, mengalami kebahagiaan dan kasih sejati, sebagaimana Hari Raya Natal dialami oleh Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yu24 Desember 2014 suf. Agar Allah itu dapat kita temui di dalam keluarga kita maka sangatlah dibutuhkan relasi yang intim de ngan Dia. Relasi yang intim itu kita sebut doa. Kita bisa membela diri dengan argument; kami tidak pernah absen ke gereja, doa lingkungan paling aktif, kelompok kategorial semuanya diikuti, doa pribadi Cover Depan pun selalu terucap, apakah kurang doanya? Ya, itu Kartun Keluarga Katolik sudah benar, tetapi apakah kita memberi ruang dan di Paroki GSP waktu untuk berdoa sebagai sebuah keluarga? Dengan desain oleh : V Suparyanto berdoa bersama sebagai satu keluarga sangat memEDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

5


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

bantu memelihara dan mengembangkan iman keluarga. Keluarga bisa meluangkan sedikit waktu di meja makan, atau di ruang keluarga untuk berdoa bersama. Bisa saja doa yang sangat sederhana, Rosario atau devosi lainnya, saling mendoakan satu sama lain, suami untuk istri, istri untuk suami, orang tua untuk anak dan anak untuk orang tua, sesuatu yang kelihatan sederhana tetapi dampaknya akan luar biasa. Dengan saling mendoakan, Allah yang tak kelihatan hadir dalam harmoninya hidup keluarga. Saya juga mengutip pesan Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan : ".... Hanya dengan berdoa bersama dengan anak-anak mereka, seorang bapa dan ibu -yang melaksanakan peran agung imamat mereka- dapat menembus kedalaman hati anak-anak mereka yang terdalam dan meninggalkan kesan yang tak dapat terhapuskan oleh kejadian-kejadian yang akan mereka alami dalam hidup mereka. Mari mendengarkan kembali himbauan Paus Paulus VI kepada para orang tua: "Para ibu, apakah engkau mengajarkan anak-anakmu doa-doa Kristiani? Apakah engkau mempersiapkan mere ka, bersama dengan para imam, bagi sakramen-sakramen yang mereka terima di saat mereka muda: Pengakuan Dosa, Komuni, dan Penguatan? Apakah engkau menguatkan mereka ketika mereka sakit untuk merenungkan penderitaan Kristus, untuk memohon pertolongan dari Perawan Maria yang terberkati dan para orang kudus? Apakah kalian berdoa rosario bersama? Apakah engkau, para bapa, berdoa dengan anak-anakmu, dan dengan seluruh komunitas rumah tangga...? Teladan kejujuranmu dalam pikiran dan tindakan, yang disatukan dengan doa bersama, adalah pelajaran kehidupan, sebuah tindakan penyembahan yang tidak tertandingi.... “(Familiaris Consortio, 60) Akhirnya sebagai keluarga Katolik yang perkawinannya diangkat dalam tahta sakra men yang adalah tanda dan kehadiran Allah sendiri di dalam keluarga, hendaknya mewujud dalam keseharian hidup, yang mungkin terkadang dengan tertatih-tatih meng hidupinya. Allah hadir dan selalu hadir di dalam keluarga kita. Kehadiran-Nya menjadi nampak jelas dalam harmoninya relasi suami istri dan anak-anak, hadir dalam diri setiap anggota keluarga yang ceria wajahnya, tulus senyumnya, dalam kualitas hidup keluarga yang mengerasankan. Allah hadir dalam keluarga yang memberi ruang dan waktu untuk membangun keintiman dengan Dia melalui doa bersama keluarga. Sendangguwo, 27 Nopember 2014

Natal tak selalu harus dirayakan dengan meriah dan penuh semarak, karena kisah natal diawali di Betlehem yang sunyi. Natal tak harus dirayakan dengan kemewahan, karena natal yang pertama dirayakan dengan penuh kesederhanaan.

6

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Doa Penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret Keluarga Kudus, Teladan dan Pelindung segenap keluarga Kristiani, di bawah naunganmu kami serahkan keluarga kami. Bila hidupmu kami renungkan kembali, tergeraklah hati kami untuk menimba semangatmu. Bapa Yusuf dan Bunda Maria, sejak terbentuknya keluargamu, nyatalah kesediaan untuk saling menerima dan mendukung yang ditopang oleh tanggapanmu atas panggilan Allah. Seluruh perjuangan hidupmu diwarnai oleh iman, ketulusan dan kerendahan hati, ikut membantu menangkap kehendak Allah yang terwujud dalam tanggung jawab dan cintamu kepada Yesus. Dalam hidup tersembunyi di Nazaret, Bapa dan Bunda bekerja keras membanting tulang dan hidup sederhana. Asuhlah kami untuk menyambut kehadiran Yesus di antara kami; menciptakan keheningan di tengah kesibukan, berani menyimpan sabda-Nya di dalam hati sebagai pegangan hidup persaudaraan sehari-hari; mau bekerjasama, saling membantu dan meneguhkan dan bukan menambah penderitaan. Tuhan Yesus, semoga berkat kedudukan-Mu sebagai titik temu dalam keluarga kami, kami bersedia meluangkan waktu untuk saling bertemu, menjalin relasi manusiawi yang matang, sehingga rumah kami terasa mengerasankan aman tenteram dan penuh kasih sayang. Ajarilah kami untuk mengambil sikap yang tepat antara tugas dan kepentingan pribadi maupun keluarga. Keluarga Kudus Nazaret, kami percaya bahwa dengan menimba semangat hidupmu semakin terpancarlah dari hidup kami kesaksian dan pewartaan mengenai kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Terpujilah nama Yesus, Maria dan Yusuf, sekarang dan selama-lamanya. Amin. (Dikutip dari buku: Devosi kepada Keluarga Kudus, penyusun: Pusat Pendampingan Keluarga MSF, (Jakarta: Obor, 2011), hl. 26-28)

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

7


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

8

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

SALAM 5 JARI Ibu jari Jari ini adalah yang paling dekat dengan anda, ketika anda sedang melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan anda. Sebutkan nama mereka yang anda kenal dengan baik. Mendoakan orang-orang yang kita kasihi adalah a sweet duty. Jari telunjuk Jari berikutnya adalah telunjuk. Doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk para pastor dan hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat agar dapat memberi penunjukan arah yang tepat bagi mereka yang dilayani. Doakan mereka selalu. Jari tengah. Ini jari yang paling tinggi. Berarti kita harus ingat pada para pemimpin bangsa. Doa kan para pejabat pemerintah. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. Mereka sangat butuh bantuan dari-Nya, Jari manis. Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah, guru piano biasanya cukup membingungkan ketika berhadapan dengan si jari lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita berdoa bagi saudara-saudara kita yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Kita doakan mereka yang di anggap sebagai sampah masya rakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa anda. Baik siang maupun malam, Tapi bukan cuma doa, butuh uluran tangan kita juga. Jari kelingking Jari terakhir ini adalah yang paling kecil di antara jari-jari manusia. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah Roh dan selalu rendah hati. ( S.HP ) EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

9


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Dari Bilik Redaksi Pembaca WP yang budiman, kelompok terkecil di dalam masyarakat adalah keluarga. Keluarga merupakan kesatuan yang paling erat dan mendasar, dan atas keluarga-keluarga ini dibangun jemaat ber iman, entah dalam wadah lingkungan, wilayah, stasi, atau paroki. Oleh karena itu keluarga sering diistilahkan sebagai Gereja Basis. Tema Natal yang dicanangkan oleh KWI - PGI tahun 2014 ini adalah “Berjumpa de ngan Allah dalam keluarga�. Lebih dari 2000 tahun lalu Allah hadir dalam sebuah keluarga kudus dari Nasaret, dalam wujud manusia, berupa sosok bayi mungil yang menggemparkan seluruh negeri. Perayaan natal yang kita rayakan setiap tahun hendak nya bukan saja mengulang peristiwa 2000 tahun lalu, yang terkadang lewat begitu saja, setelah perayaan usai, kembali seperti biasa tanpa makna. Gereja berharap agar pada perayaan natal 2014 ini seluruh umat kristiani dapat sungguh-sungguh ikut merasakan perjumpaannya dengan Allah, di dalam keluarga, dalam keseharian hidup, dalam suka maupun dalam kesedihan. Sering kita tidak menyadari bahwa Allah selalu hadir dan berkarya dalam keluarga kita, terlebih pada saat kita merasa beruntung, bahagia. Lupa bahwa semuanya itu terjadi karena campur tangan Tuhan. Baru pada saat kita jatuh, sedih, tertimpa musibah, kita mohon campur tangan Tuhan. Oleh karena itu, dengan mohon bantuan rahmat Allah marilah kita semakin menyadari kehadiran-Nya dalam keluarga kita, dalam segala peristiwa kehidupan. Mari kita bangun keluarga yang kokoh, yang dibangun atas dasar iman yang kuat, agar tahan uji menghadapi segala tantangan dan peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Kekokohan keluarga akan nampak jelas bila memenuhi beberapa kriteria berikut : 1. Bila dalam keluarga terjalin hubungan yang akrab, intim, dan rukun, antar semua anggota terjalin cinta kasih sejati, baik antara suami-isteri, antara orang tua dan anak, dan antar anak-anak; terjalin saling pengertian. 2. Bila keluarga didasari penghayatan iman akan Tuhan, berdoa bersama, membaca / mendengarkan firman Tuhan dalam setiap kesempatan, baik pada saat susah maupun senang, sakit maupun sehat. 3. Bila keluarga tidak berlaku masa bodoh terhadap tetangga dan lingkungan masyarakat sekitar. Mari kita renungkan: adakah ciri-ciri di atas sungguh nampak dalam keluarga kita? Apabila belum, marilah kita saling berusaha dan meneguhkan agar kita mampu menerima kehadiran Yesus dalam keluarga kita, sehingga keluarga kita dapat menjadi tanda kehadiran Allah sendiri. Dalam diri Yesus, Allah hadir dalam keluarga. Karena Yesus lahir dalam suatu keluarga, maka keluarga pun menjadi tempat suci, bait Allah, tempat di mana terjadi pertemuan manusia dengan Allah. Semoga Natal 2014 ini semakin menyadarkan kita akan kehadiran Allah dalam keluarga kita, semakin memahami luhurnya panggilan hidup berkeluarga, sehingga keluarga dapat menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya iman, baik bagi para orang tua maupun bagi anak-anak kita. Tuhan memberkati. Selamat Natal. Redaksi.

10

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

11


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Bincang-bincang dengan

Romo Tirta, MSF N

ama lengkap saya Fransiskus Xaverius Tirta Dewantara, MSF su dah berusia 57 tahun, dan asli dari Pati, Jawa Tengah. Sekelumit kisah perjalanan pendidikan, panggilan serta tugas pe layanan saya, secara singkat sebagai berikut; Setelah menyelesaikan pendidik an dasar di Pati, saya masuk Semi nari St. Petrus Canisius - Merto yudan, Magelang, dan lulus tahun 1977, lalu masuk pendidikan Novisiat MSF di Salatiga pada 1978. Pada tahun 1983 lulus Sarjana Filsafat-Teologi Fakultas Sosiologi Pendidikan - Sanata Dharma Yogyakarta. Menjalani TOP (Tahun Orientasi Pastoral) di Paroki St. Paulus - Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah tahun 1983 hingga 1984. Pada tahun 1986, saya menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana Teologi Fakultas Teologi Wedabakti Yogyakarta, dan pada 25 Juli 1986 menerima tahbisan imam di Banteng, Yogyakarta. Tahun 1986 sampai 1989 saya menjadi asisten pastor paroki di paroki St. PetrusPaulus, Temanggung, yang bertugas secara khusus memperhatikan paroki Keluarga Kudus, Parakan. Selain itu saya juga diperbantukan untuk mengajar di Seminari Berthinianum, Yogyakarta. Saya mendapat kesempatan untuk studi lanjut di l’Universita Pontifica Salesiana, Roma-Italia - Facolta di Scienze del l’educazione, Dipartimento di Pastorale Giovan nile e Catechetica pada tahun 1989 - 1993. Pada 1993 sampai 2005 saya menjadi misionaris di Archdiocese of Madang, Madang Province - Papua New Guinea. Selama 4 bulan menjalani masa introduction di Joseph staal Parish bersama pastor diosesan asal Australia, setelah itu menjadi pastor paroki di Sacred Heart Parish, Tanggu, yang melayani 3 paroki tetangga. Tahun 2005 - 2014 sebagai misionaris di Diocese of Vanimo, Sandaun ProvincePapua New Guinea. Tahun 2005-2008 sebagai Rector of St. John Mary Vianney Minor Seminary, Vanimo - Papua New Guinea. Pada tahun 2008-2014 sebagai Lecturer of St. Charles Borromeo Major Seminary, Vanimo. Pada masa itu saya juga bertugas sebagai Financial Administrator of the Diocese of Vanimo, Parish Priest of St. Augustine High-Way Parish, Vanimo dan Chairperson of the clergy’s meetings of the Diocese of Vanimo. Tahun 2014 bulan Agustus, saya mendapat SK dari Uskup Agung Semarang untuk

12

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

tugas asistensi pastoral di Paroki St. Paulus - Sendangguwo Semarang.

Sharing pengalaman sebagai misionaris, Saya menjadi imam dalam kongregasi Misionaris Keluarga Kudus selama 28 tahun lebih beberapa bulan. Sebagian besar imamat saya, saya habiskan untuk pelayanan umat katolik di tanah misi di negara tetangga, Papua New Guinea. Seperti apa corak negara Papua New Guinea dan gereja katolik di negara itu, saya ingin bagikan sebagi an kecil yang saya lihat dan saya alami sendiri. Papua New Guinea termasuk anggota Commonwealth Country, yang luasnya 462.840 km2, sekitar tiga setengah kali Pulau Jawa. Pada waktu saya masuk ke sana pada tahun 1993, penduduknya sekitar 3,8 juta, lalu 21 tahun kemudian pada 2014 sekarang ini penduduknya sekitar 7,5 juta jiwa. Negara yang berbatasan dengan Irian Jaya, Australia dan Solomon ini mulanya terbagi menjadi dua regio besar karena beda koloni. Yang bersebelahan dengan Australia yakni barat daya itu disebut regio Papua sedangkan yang bersebelahan dengan Irian Jaya dan pulau-pulau di bagian tenggara berbatasan dengan Solomon disebut regio Niugini. Sejak pertengahan abad ke-19 Regio Papua merupakan jajahan Inggris, sedangkan regio Niugini merupakan jajahan Jerman. Pada tahun 1906 kedua regio itu diserahkan ke Australia. Selama Perang Dunia II, Jepang juga menjajah kedua regio itu. Dalam tahun 1973 oleh pemerintah Australia, rakyat diberi kesempatan untuk membentuk parlemen sendiri; dua regio tersebut, yang semula Papua dan New Guinea menjadi satu nama Papua New Guinea. Parlemen tersebut masih dalam asuhan Australia. Akhirnya pada EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

13


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

14

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

16 September 1975 Australia memberi kemerdekaan kepada Papua New Guinea, de ngan ibukota negara: Port Moresby. Sistem pemerintahan negara ini adalah Republik Kesatuan Monarki konstitusional yang kepala negaranya adalah ratu Inggris, Elizabeth II, yang diwakili oleh Gubernur Jendral, dan kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri. Bahasa yang mereka sehari-hari gunakan adalah bahasa Inggris, bahasa Pidgin, dan bahasa Motu. Gereja katolik masuk ke regio Papua pada awal abad ke-19 bersamaan dengan masuknya para misionaris PIME dari Italia dan beberapa imam diosesan dari Perancis, tetapi tidak berkembang, kemudian pada akhir abad ke-19 para misionaris MSC dari Perancis masuk ke Niugini Islands dilanjutkan ke regio Papua. Sedang regio Niugini daratan, gereja katolik baru mulai tahun 1896, dengan masuknya para misionaris SVD dari Jerman. Mereka mulanya berlabuh di Madang Sea-Port, tetapi tidak bisa masuk kota, karena ditolak oleh orang-orang Lutheran Jerman yang sudah terlebih dahulu menancapkkan misi mereka di Madang. Lalu mereka berlayar ke arah barat dan men darat di pulau Ali, Aitape, yang saat ini masuk Sandaun province. Dari pulau Ali itu kemudian para misionaris SVD mulai berlayar ke arah timur, akhirnya sampai di Alexishafen, 21 km sebelah utara kota Madang. Dari Alexishafen para misionaris SVD dengan mengendarai kuda dan juga jalan kaki, melebarkan karya misi mereka ke Highlands area (wilayah pegunungan) untuk mewartakan Injil ke masyarakat di sana. Boleh dikatakan sejak awal abad ke-20 para misionaris imam, bruder dan suster dari Jerman, Perancis, Italia mulai berdatangan. Gereja Katolik berkembang pesat. Banyak bangunan gereja permanen didirikan, bahkan juga ada bangunan katedral yang sangat megah di Alexishafen, Madang. Tetapi di era Perang Dunia II, tentara Jepang meluruk juga ke Papua Niugini. Mereka tidak hanya berperang melawan tentara Australia, te tapi juga menjadi musuh orang-orang kristiani. Banyak orang Katolik dan Protestan dikejar-kejar; para pastor, bruder, suster, katekis mereka penjarakan dan mereka bunuh, ada yang ditembak langsung, ada yang disuntik dengan racun. Banyak misio naris yang diculik lalu dinaikkan kapal mau dibawa ke Holandia (sekarang Jayapura) tetapi di tengah laut kapal di bom dan tenggelam, 300 misionaris meninggal. Juga banyak bangunan gereja dan katedral porak poranda karena bom yang jatuh di masa perang. Setahun setelah Perang Dunia II berakhir, para misionaris SVD dari Jerman dan Fransiskan dari Amerika berdatangan ke Papua Niugini. Mereka mulai membina umat. Untuk pembinaan ini mereka harus memulai kembali hampir dari nol. Dengan ketekunan yang luar biasa, para misionaris itu dengan dibantu oleh para katekis lokal pelan-pelan berhasil memulihkan keadaan yang semula terpuruk menjadi normal kembali, dan bahkan pertumbuhan umat katolik berkembang terutama di Highlands dan di Niugini Islands. Papua New Guinea, yang meyatakan diri sebagai negara kristen itu mayoritas pen duduknya beragama Katolik, kemudian Protestan dengan berbagai macam denominasi. Ada 19 keuskupan, yakni 4 Keuskupan Agung dan 15 Keuskupan Sufragan. Bersama negara tetangganya yakni Negara Solomon Island yang mempunyai 3 keuskupan, mereka membentuk satu lembaga konferensi para uskup (Catholic Bishop’ Conference of Papua New Guinea and Solomon Island, disingkat CBC PNG-SI). Jadi CBC PNGSI ini beranggotakan para uskup dari 22 keuskupan. EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

15


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Dari 19 keuskupan yang ada di Papua Niugini itu, hanya 5 uskup pribumi yang memimpin keuskupan. Sedang 14 keuskupan masih dipimpin oleh para uskup misiona ris asing. Juga tenaga imam, lebih dari 60 % masih misionaris asing. Memang sudah ada Seminari Menengah dan Seminari Tinggi milik keuskupan-keuskupan dan bebera pa tarekat, tetapi hasil tahbisan tiap tahunnya tidak banyak. Sebagai contoh Seminari Tinggi di Keuskupan Vanimo, yang mulai tahun 1999 sampai 2014 ini hanya meng hasilkan 1 orang imam pribumi. Kalau selamat, tahun depan mungkin ada tahbisan 2 atau 3 orang. Sehingga tak heran bahwa sampai sekarang keuskupan ini dilayani oleh imam-imam yang 90% misionaris luar negeri. Tentang pelayanan umat di paroki. Misalnya di Keuskupan Agung Madang, pada tahun 1993, saya masih diterbangkan dengan pesawat kecil menuju ke paroki pedalam an, kemudian ditinggal di pastoran sampai 3 atau 4 bulan. Pelayanan biasanya di gere ja paroki dan di banyak stasi. Stasi-stasi ini kami layani dengan jalan kaki melalui jalan setapak menembus hutan. Tetapi setiap 2 sampai 6 jam pasti ada kampung umat katolik yang bisa kami layani, dan juga menjadi tempat menginap sebelum esok hari nya melanjutkan perjalanan ke kampung lain. Ada juga paroki yang bisa dicapai dengan mobil kokoh dobel gardan, tetapi kebanyakan untuk kunjungan ke stasi-stasi juga masih harus jalan kaki. Ada juga paroki yang bisa dicapai melalui sungai dengan kapal kecil selama 2 hari. Setiap 3 atau 4 bulan para imam berkumpul di keuskupan untuk meeting.

16

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Lebih dari 80 % masyarakat hidup di kampung-kampung pedalaman. Mereka hidup sederhana, asal ada persediaan makan lokal untuk seminggu saja mereka sudah bahagia. Kebanyakan mereka hidup berkelompok di kampung-kampung kecil yang di kelilingi hutan yang luas dan sungai. Untuk menambah gizi sebagai teman makanan lokal (pisang, sagu, segala macam ubi) mereka biasa berburu rusa, babi hutan, tupai, burung kasuari. Situasi hidup masyarakat di wilayah Keuskupan Agung Madang itu, juga dialami oleh masyarakat yang hidup di Keuskupan Vanimo. Sampai 10 tahun yang lalu, kota Vanimo, yang merupakan ibukota Sandaun Privince adalah kota yang paling ter belakang dibandingkan ibukota-ibukota propinsi lain di Papua New Guinea. Tak banyak kendaraan berseliweran di jalan-jalan. Apalagi masyarakat propinsi ini yang di kampung-kampung pedalaman sangat terisolir. Pelayanan pendidikan dan kesehatan dari pemerintah juga sangat minim. Dalam hal pendidikan dan kesehatan ini Keuskup an Vanimo mempunyai andil besar. Sejak 40 tahun yang lalu, ketika Papua New Guinea masih daerah koloni Australia, di setiap paroki pedalaman ada juga sekolah dasar dan klinik kesehatan, sehingga masyarakat pedalaman sangat terbantu. Tetapi sejak sekitar 5 tahun yang lalu terjadi perubahan sangat cepat dengan masuknya beberapa perusahaan logging milik Malaysia ke Sandaun Province. Dengan alat-alat berat perusahaan-perusahaan logging Malaysia ini merambah hutan untuk membuat jalan, dan akhirnya membabat kayu-kayu balok di hutan lalu diekspor ke luar negeri.

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

17


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

18

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Para penduduk pedalaman yang memiliki hutan yang di babat kayunya juga meng alami perubahan sangat drastis. Banyak penduduk kampung juga direkrut untuk men jadi karyawan perusahaan. Masuknya perusahaan - perusahaan logging ini membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya: - penduduk pedalaman yang dilewati jalan perusahaan sudah tidak terisolir lagi, - mempermudah bagi kami para imam untuk melayani umat di kampungkampung pedalaman - kebanyakan kampung yang hutannya sudah dibabat oleh perusahaan logging sudah terlihat ada beberapa mobil kokoh dobel gardan yang merknya Land Cruiser dibeli dengan uang royalti yang mereka terima, - di basecamp-basecamp ada klinik dan ada penerangan listrik 24 jam, - penduduk bisa numpang kendaraan perusahaan bila kadang-kadang mau ke kota. Dampak negatifnya: - hutan mereka lama-kelamaan menjadi gundul, walau beberapa area ditanami lagi, tetapi masih harus menunggu 100 tahun untuk tumbuh, itu saja kalau di rawat, - banyak penduduk yang dulunya rajin berkebun, berburu, akhirnya menjadi malas, dan hanya bolak-balik ke kota tanpa tujuan, numpang kendaraan perusahaan, - setiap forthnight, yakni gajian 2 mingguan, uang yang mereka terima sebagian besar untuk membeli minuman keras, entah itu bir ataupun brandy, - ketika mereka menerima royalty dalam jumlah yang besar, mereka kurang memikirkan masa depan, kebanyakan mereka lagsung beli mobil Land Cruiser, yang kebanyakan setelah 2 atau 3 tahun mobil itu ndongkrok di kampung karena tak ada biaya untuk membeli spare part dan memperbaiki, karena uang nya sudah habis untuk minum - banyak anak-anak campuran lahir karena perkawinan kontrak antara pekerjapekerja Malaysia, beberapa pekerja Indonesia dan Filipina dengan perempuan Papua New Guinea. Setelah kontrak kerja dengan perusahaan habis, perempuan -perempuan dan anak-anak mereka ditinggalkan dengan diberi sedikit uang kompensasi. Herannya, balok-balok kayu terangkut terus dengan tongkang-tongkang besar ke luar negeri, dan uang royalty juga dibayarkan ke penduduk pemilik hutan serta pajak di bayar ke pemerintah, tetapi tak banyak penduduk yang berkecukupan dalam kebutuhan hidup mereka. Rumah-rumah mereka kebanyakan masih rumah panggung dengan kerangka bangunan kayu lunak dan beratap daun sagu, yang setelah sekitar 6 tahun keropos dan harus dirobohkan dan buat baru lagi. Tentang praktek hidup menggereja, standard mereka masih di atas orang-orang katolik di Eropa, tetapi di bawah orang-orang katolik di Indonesia. Di pedalaman, anak -anak yang masih sekolah masih bisa dikontrol oleh orang tua mereka dan sebagian EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

19


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

besar masih pergi ke gereja, tetapi yang sudah putus sekolah, baik laki-laki maupun perempuan, hanya sekitar 10 % yang ke gereja. Sedang ibu-ibu sekitar 60 % yang ke gereja, bapak-bapak 30%. Tetapi herannya umat katolik yang tinggal di kota masih bagus hidup menggereja mereka. Pada umumnya di satu pihak umat katolik masih bangga dengan kekatolikan me reka, tetapi di lain pihak sangat sulit diajak berpikir untuk maju. Keuskupan - Keuskup an sudah sejak 20 tahun yang lalu mulai menggalakkan pertemuan-pertemuan di paroki-paroki untuk mengajak umat setapak-demi setapak supaya berpartisipasi hidup menggereja untuk menuju paroki mandiri. Tetapi sampai sekarang pun hanya kira-kira 10 % umat bisa memenuhi kebutuhan paroki, yang 90% para uskup harus memeras pikiran untuk memenuhi kebutuhan paroki-paroki. Itulah tantangan yang masih terus dihadapi oleh Gereja di Papua New Guinea.

Pohon terang memang indah, kerlip lampu yang bergantungan membuat natal menjadi begitu hidup, tapi apa artinya semuanya itu kalau kerlip pohon terang itu tak mampu menyinari hati kita yang gelap?

20

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

“Ngaturaken Sugeng Natal 25/12-14 Lan Warso Enggal 1/1-15” EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

21


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Kenangan Pesta Perak Gereja 25

tahun adalah waktu yang cukup lama untuk bertumbuh kembang bagi Gereja Santo Paulus - Sendangguwo, sebuah gereja yang berada di tengah lingkungan pemukiman penduduk, yang oleh para sesepuh gereja sering diistilahkan sebagai “gereja kampung”. Perjuangan dan jerih payah para penggagas dan penyantun untuk mendirikan sebuah gereja yang mandiri, dan berbuah berkat kini telah nampak dalam bentuk fisik maupun jumlah umat yang terus berkembang sejalan dengan bertambah nya waktu. Para gembala gereja pun telah silih berganti melayani umat di paroki Santo Paulus, demikian pula para pengurus gereja yang terbentuk dalam Dewan Paroki. Para petugas, pelayan liturgi ber-regenerasi ke kaum muda penerus, mulai dari putra-putri altar (misdinar), lektor, pemazmur dan sebagainya. Symponi kehidupan menggereja inilah yang telah diperingati secara meriah dalam kesederhanaan, “Pesta Perak Gereja Santo Paulus”. Berbagai kegiatan dilaksanakan guna menyemarakkan bulan pesta yang istimewa ini. Mulai dari ‘Sepeda Gembira’ (Fun Bike) yang mengambil route mengunjungi Kapel-Kapel yang ada di paroki kita, Pengobatan Gratis, Seminar Santo Paulus yang mengambil tema: “Berbeda,...Siapa Takut?”, ada Pasar Murah; dalam pasar murah tersebut dijual beraneka makanan dari usaha umat. Seusai Misa, umat dapat menikmati makanan yang tersedia. Disamping itu juga disediakan sembako murah senilai Rp. 50.000,- yang dapat dibeli umat dengan harga Rp. 25.000,-; dengan menukar kupon yang telah dibagikan melalui Ketua Lingkungan. Ada pula pementasan Wayang Wahyu, dan rangkaian acara pesta ditutup dengan kegiatan Donor Darah. Sebagai puncak acara, dilaksanakan Misa Syukur 25 tahun Gereja, yang dilanjutkan dengan pesta umat - santap malam bersama. Pada akhir Misa Syukur pun ada acara pemotongan Tumpeng Ulangtahun oleh Romo Kepala Paroki, Rm. MC Sadana Hadiwardaya, MSF yang memberikan potongan tumpeng kepada Bp. Guntur Binawan mewakili generasi penerus gereja. Dan berkat dari Tuhan pun melimpah; setelah umat berpesta dalam suasana ‘sumuk’, hujan pun turun mengguyur dengan sangat derasnya, sehingga terjadi genangan air dimana-mana seputar area pesta umat. Patut kita apresiasi kinerja panitia peringatan yang dikomandani oleh Bp. Ign. L Suyadi, sehingga acara-acara dapat berlangsung dengan baik, khususnya pada saat pesta umat, dapat dikatakan tidak ada lagi umat yang tidak kebagian konsumsi, tidak terjadi kerumunan yang berarti bagi umat pada saat antre makanan, dan kesiapan para petugas konsumsi yang tidak telat waktu, serta pelayanan yang terbilang cukup cepat. Satu lagi yang menjadikan acara pesta luar biasa adalah dengan digelarnya “Wayang Wahyu“ yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Surakarta, dengan dalang Ki Blasius Subono, SKar. MKar. Umat yang hadir sekitar 200 orang, ada suster, romo dan bahkan bruder Frans Sugi, FIC yang penggemar dan pemerhati Wayang Wahyu, gayeng menikmati acara sambil wedhangan yang disediakan ibu-ibu paroki. Yang mengagumkan, selain ki dalang yang bukan sembarang dalang (bergelar Magister Karawitan) para niyaga dan pesinden pun tidak kalah mentereng. Selain ada yang

22

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

dalam tahap skripsi, ada juga yang dalam tahapan mengambil S2 Seni Karawitan. Wuiihh... Penonton pun ikut dibuat riuh ketika saat adegan ‘goro-goro’ , “Ki Wasino” dan “Ki Suyadi” (pak Wasino dan pak Suyadi) didawuhi untuk ‘nembang’ oleh Ki Dalang. Disamping acara gembira seperti Fun Bike, pesta umat dan wayangan, panitia pun tidak lupa menyelenggarakan kegiatan sosial karitatif seperti pengobatan gratis yang dilaksanakan di SMP PL Bonifasio - Muktiharjo Kidul, penjualan paket sembako murah di gereja pada saat Bazaar dan donor darah di bangsal pastoran. Waktu telah berlalu, pesta telah usai, tenda telah dilipat kembali. Yang ada kini tinggal kenangan yang tertanam di ingatan kita bersama, untuk lebih bersemangat dalam kehidupan menggereja yang berpaguyuban, saling berbagi kasih dan tangguh serta misioner seperti Santo Paulus teladan kita. Yunus Waas. Kortimja KomSos

Fun Bike

.... a pak dokter? Saya sakit ap

er Silv ry a ers v i Ann

on the shot .... Seminar Santo Paulus

Bazaar

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

Ayoo obatnya dis

iapkan bu..

23


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Silver Anniversary on the shot .... Laris manis....

Paket sembako mu rah

Penyerahan tokoh wayang St. Paulus kepada Ki Dalang

Yang seger.. yang seger ...silahkan bu..

h Donor dara

Darah saya manis lho

24

Wahyu Wayang

mbak ... WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Pesta Umat

Misa Syukur Ulangtahun Standing Party Syukur atas berkat Tuhan.....

Rm. Kus nyan yi .... untuk Tumpeng

peneru generasi

s

nya bu .... Minta kuah

Duduk dimanapun asyik... EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

25


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

26

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Lima Menit yang Berharga Oleh: Aoirisuka

Kisah ini merupakan fiksi yang mengindikasikan salah satu kerugian merokok. Feel free to read, feel free to choose.

J

auh sebelum aku sekarat, aku selalu ingin berjumpa dengan putraku yang selama bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Bahkan, bertemu dengannya adalah nomor 1 dalam daftar keinginan yang ingin kupenuhi sebelum aku meninggalkan dunia ini. Usiaku sudah sangat senja di hari tubuhku terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Seluruh anggota keluarga-besarku sudah berada di sisiku, menenangkanku ketika ajal menjemput sewaktu-waktu. Aku punya 2 anak: seorang putra dan seorang putri. Putriku tinggal di kota yang sama denganku sehingga aku bisa bertemu dengannya kapan saja. Sedangkan putraku bekerja-berkeluarga-tinggal di negeri yang jauh. Ia sungguh sibuk hingga aku sudah merasa bersyukur hanya dengan mendengar suaranya lewat telepon di setiap akhir pekan. Di saat-saat akan kutinggalkan raga, harapan terbesarku adalah masih sempat melihat kehadiran putraku di ruangan rumah sakit itu. Bagaimana pun, aku sangat rindu padanya karena kami telah tak bertemu selama 5 tahun. Seiring detik, aku merasakan kelemahan fisik yang semakin parah. Pada akhirnya aku pun berpulang, dan itu terjadi sebelum aku sempat melihat putraku untuk terakhir kalinya. Jiwaku yang terlepas dari raga se makin jauh meninggalkan dunia fana. Saat aku sampai di tempat kujumpai malaikat, malaikat itu berbicara denganku. Ia bertanya apa kah ada keinginanku yang belum terpenuhi selagi hidup. Aku membenarkan dengan mengungkapkan keinginanku bertemu dengan putraku. Tetapi ternyata keinginan ter akhir itu tak bisa terwujud. Malaikat itu pun memperlihatkan kepadaku apa saja yang terjadi di jam-jam sebelum aku meninggal. Dan aku pun terkejut..... Beberapa jam yang lalu putraku tampak bergegas ke bandara ditemani sang istri yang asli orang Belanda. Di bandara Negeri Tulip itu, penerbangan menuju Indonesia mengalami delay selama sejam dikarenakan suatu alasan. Rasanya aku ada di sana, dengan seorang malaikat yang mendampingiku. Kucoba menyerukan nama putraku dan istrinya, namun mereka tak bisa mendengarku. Setelah yang kedua, aku tak ber seru-seru lagi untuk ketiga kalinya. Aku tahu, di duniaku yang sekarang aku hanya seolah-olah ada di hadapan putraku. Aku melihat putra dan menantuku duduk dengan gelisah di kursi pesawat dalam EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

27


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

perjalanan menuju negriku. Sesampainya di bandara ibukota, ia mencari taxi untuk menuju rumah sakit di mana aku yang masih hidup sedang berbaring. Ketika ia duduk di kursi penumpang, dapat kudengar putraku memintaku untuk bertahan sedikit lebih lama hingga ia tiba. Memasuki lalu lintas ibukota negara yang keras, putraku tak luput dari kemacetan. Karena taxi sampai berhenti nyaris tanpa bisa bergerak, putraku meng gandeng istrinya dan berlari menyusuri jalanan. Jarak dari taxi berhenti ke rumah sakit terbilang jauh, apalagi ditempuh dengan langkah kaki. Sementara itu di ruangan aku di rawat, aku semakin lemas. Beberapa detik kemudian aku menutup mata. Aku me nyesal atau menyayangkan kedatangan putraku pada lima menit berikutnya. Ketika ia melihatku, aku sudah tiada. Ia pun menangis lepas, membuatku yang menyaksikannya juga ikut meneteskan air mata. Malaikat di sampingku memberitahuku, bahwa sebenarnya atau seharusnya, aku punya lima menit terakhir untuk melihat putraku di ruang rumah sakit itu. Mengapa hal itu tak terjadi? Karena aku telah kehilangan lima menitku yang berharga oleh karena kesalahanku sendiri di masa lampau. Dan itu semua disebabkan oleh sebatang rokok. Sewaktu aku muda, aku adalah pemuda yang bersih dari rokok. Dulu aku pernah menghisap habis 1 batang rokok yang merupakan satu-satunya rokok yang ku sentuh seumur hidupku. Aku tak merasa cocok dengan rokok, sehingga aku tak me lanjutkan kegiatan itu lagi. Tapi tak kusangka rokok satu-satunya itu - yang hanya selinting kecil – justru perenggut waktuku yang berharga. Katanya setiap menghisap sebatang rokok, usia akan berkurang 5 menit. Mendengar penjelasan malaikat itu, aku hanya dapat menggeleng kuat-kuat disertai cucuran air mata yang tak ragu mengaliri kedua pipiku. Siapa sangka, hanya gara-gara sebatang rokok yang mencuri 5 menitku itu, aku jadi tak berkesempatan melihat putra ku untuk yang terakhir kali. Aku merasa menyesal. Bukan hanya karena tak sempat melihat kehadiran putraku, namun juga karena segala perjuangan putraku untuk menemuiku di rumah sakit jadi tak berbuah. Andai aku punya 5 menit lagi, andai bisa kuulang waktu.... Note: wawasan tentang ‘usia yang berkurang 5 menit setiap menghisap sebatang rokok’ saya tahu dari buku memoar “Mom, I’ll Come Again” yang ditulis oleh Hong Young Nyeo.

Jarak paling jauh antara masalah dengan solusi hanyalah sejauh lutut dengan lantai. Orang yang berlutut pada Tuhan bisa berdiri untuk melakukan apapun ! 28

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Mengenal Orang Kudus

Santo Basilius Agung Uskup, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja.

B

asilius Agung lahir pada tahun 329 di Kaesarea, ibukota provinsi Kapadokia di Asia Kecil. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Kedua orang tuanya yaitu Basilius Tua dan Emmilia beserta neneknya - Makrina Tua diakui dan dihormati pula oleh Gereja sebagai orang kudus. Demikian pula Makrina Muda dan kedua adiknya: Gregorius dari Nyssa dan Petrus dari Sebaste. Basilius dididik oleh ayahnya dan neneknya Makrina Tua. Pendidikan ini menumbuhkan iman yang kokoh dan murni dalam dirinya. Basilius kemudian melanjutkan pendidikan nya di Konstantinopel dan Athena. Di Athena ia menjalin persahabatan dengan Gregorius dari Nazianze, teman kelasnya. Setelah menamatkan pendidikannya dengan cemerlang, ia kembali ke Kaesarea dan menjadi pengajar retorika (ilmu pidato). Dalam waktu singkat, namanya sudah dikenal luas, ia bangga atas prestasi ini dan kemasyhur an namanya, dan senang mendengar pujian orang. Oleh karena itu, lama kelamaan ia menjadi sombong dan cenderung mencari hormat duniawi. Namun atas pengaruh kakaknya -Makrina Muda- dan kedua adiknya, ia mulai tertarik pada corak hidup membiara. Ia lalu berhenti mengajar dan berangkat ke Mesir, Palestina, Syria dan Mesopotamia untuk mempelajari corak hidup membiara. Sekembalinya dari perjalanan itu, ia bersama adiknya -Petrus Sebaste membangun sebuah biara pertapaan di Pontus. Di tempat itu ia bertapa dan menjalani suatu kehidupan yang keras bersama beberapa orang rekannya. Aturan hidup membiara di Pontus mengikuti contoh dari Santo Pakomius dari Mesir. Kehidupan membiara yang dibangunnya merupakan bentuk kehidup an membiara yang pertama di Asia Kecil. Oleh karena itu Basilius digelari sebagai ‘Bapa perintis hidup membiara di Gereja Timur’. Di Gereja Barat, pengaruh Basilius dikenal melalui Santo Benediktus pendiri ordo Benediktin dan Abbas Biara Monte Kasino. Pada tahun 370, Basilius diangkat menjadi Uskup di Kaesarea, menggantikan Uskup Eusebius. Ia dikenal sebagai seorang uskup yang berwatak tegas dan bersema ngat. Kepandaian, kesucian dan kerendahan hatinya menjadikan dia seorang tokoh panutan bagi umatnya dan uskup-uskup yang lain. Selain giat membela kebenaran ajaran iman Kristiani terhadap serangan kaum Arian, Basilius juga memperhatikan kepentingan umatnya, terutama mereka yang miskin dan melarat. Karya sosial yang dirintisnya amat luas dan modern. Kaum kaya yang tidak mempedulikan sesamanya yang miskin dan melarat dikecamnya habis-habisan. Ia membangun sebuah rumah sakit (namanya : Basiliad ) untuk menampung orang-orang sakit yang miskin. EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

29


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Untuk membela dan mempertahankan kebenaran ajaran iman kristiani terhadap ajaran sesat Arianisme, Basilius menerbitkan banyak tulisan teologi. Kecuali itu, ia juga menerbitkan buku-buku liturgi dengan berbagai pembaruan. Dari antara ribuan surat yang ditulisnya, masih tersimpan 200 buah surat hingga kini. Dari surat-surat itu kita dapat mengetahui kepribadian Basilius sebagai seorang yang mahir, pandai dan beriman. Meskipun badannya amat kurus karena hidup tapa yang keras dan penyakit, namun semangat pelayanannya tak pernah pudar. Ia pun tetap ramah dan rendah hati kepada semua umat-Nya. Basilius meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 379. Ia diberi gelar “Kudus” dan dihormati sebagai pujangga Gereja.

Just a joke...

KHOTBAH PUN BERANTAKAN Seorang pendeta membuat rencana khotbahnya hal pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Ia ingin memvisualisasikan penampakan Roh Kudus yang seperti burung merpati. Lalu ia membeli burung merpati dan malamnya ia berkata kepada anaknya yang berumur 6 tahun. “Besok pagi ayah mau berkhotbah….., nanti pada saat ayah berkata “maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati”, kamu segera melepaskan burung itu ya”. Pada hari Minggu esoknya sang pendeta itu berkhotbah dengan penuh semangat. Sampailah ia pada saat yang dinantikan ”...maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati”. Sambil tersenyum bapak pendeta menunggu anaknya melepas burung merpati itu ke dalam gedung gereja. Ternyata nggak muncul-muncul juga si burung merpati itu. Dengan lantang lagi bapak pendeta berteriak, “….maka turunlah Roh

Kudus seperti burung merpati” Tak disangka dari belakang anaknya lari ke depan mimbar sambil menangis meraung-raung sambil berkata, “Ayaaaaah, Roh Kudusnya di makan kucing…..”.

30

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

31


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Mengenal Sosok Romo Paroki St. Paulus - Sendangguwo

Marcelinus Moi, MSF Sebuah kisah‌.

S

aya dilahirkan di Hoelea-Lembata pada tanggal 23 Maret 1979 sebagai anak ke enam dari buah kasih Maksimus Aleu dan Susana Kewa. Di rumah saya dipanggil dengan nama kecil Marmo sedangkan di biara saya lebih dikenal dengan panggilan Marcel / Moi. Ketertarikan menjadi romo tumbuh sejak kecil dan awalnya tertarik dengan romo paroki saat itu yang kalau ke stasi bisa naik motor, kadang - kadang naik kuda, kalau sore hari sering ajak anak-anak pergi tembak burung; saya termasuk yang sering ikut meski tak pernah rasakan hasil buruan romo he..he..he.. Selepas SMP di tahun 1995 saya ikut tes masuk seminari dan diterima, tetapi saya memilih bersekolah di SMA biasa. Selama di SMA benih panggilan kembali bersemi, akhirnya saya memutuskan masuk seminari Berthinianum di Salatiga (1998). Tahun 1999 saya diterima di Novisiat dan 21 Juli 2000 mengikrarkan kaul I di Banteng, Yogyakarta. Saya menjalani masa TOP di Papua New Guinea (PNG) di tahun 20032005, menjalani tahun khusus di Paroki St. Paulus - Kleco di tahun 2007-2008. Saya mengikrarkan kaul kekal di gereja Banteng pada tanggal 21 Juli 2008. Menjalani tahun diakonat di Paroki St. Petrus Purwosari dan tanggal 21 Juli 2009 menerima tahbisan imam di gereja Banteng oleh Mgr. Ign. Suharyo, Pr; dengan motto tahbisan diambil dari 2Kor 6:4 “Dalam segala hal kami adalah pelayan Allah�. Dasar dari motto tahbisan saya adalah kegigihan Paulus dalam pelayanannya. Paulus merefleksikan karya pelayanannya sebagai ambil bagian dalam karya Allah yang adalah kasih. Karunia Allah yang tidak boleh disia-siakan. Sebagai pelayan Allah yang tidak memberi batu sandung an bagi orang lain, tetapi sebagai seorang pelayan yang berjiwa misioner, kesiapsediaan untuk memberikan diri dalam situasi apa pun bagi kemuliaan Allah. Warisan Paulus inilah yang menginspirasikan saya untuk ambil bagian dalam menjawab undangan Allah, mengabdikan diri bagi Allah melalui karya tarekat MSF. Saya menyadari sungguh bahwa proses untuk menuju kemantapan hati ini bukannya sekali jadi atau muncul secara tiba-tiba. Ini telah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Dan seperti Paulus, saya pun boleh mengatakan bahwa proses ini adalah sebuah rahmat Allah sendiri. Karya pastoral... Saya memulai karya pastoral di Paroki St. Gabriel - Nunukan, Kalimantan Timur (sekarang prop. Kalimantan Utara). Nunukan termasuk daerah perbatasan yang adalah pintu masuk ke Tawau, Malaysia Timur. Paroki St. Gabriel - Nunukan memiliki wilayah yang cukup luas, dengan 18 stasi dan terbagi dalam 3 pulau (Nunukan, Kalimantan, Sebatik), sehingga untuk sampai ke stasi-stasi terkadang harus melintasi laut

32

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

dan sungai, bahkan salah satu stasi harus ditempuh dengan pesawat. Dengan kondisi geografis yang demikian maka untuk jalan kaki 2-3 jam adalah hal biasa, terutama ketika mengunjungi stasi -stasi yang berada di Pulau Sebatik. Di Pulau Sebatik ini juga (separuh Indonesia, separuh Malaysia), kami melayani umat yang tinggal di perkebunan kelapa sawit yang daerahnya masuk wilayah Malaysia. Untuk masuk di wilayah Malaysia ini kami tak perlu passport, tak perlu ijin alias kucing-kucingan. Sore be rangkat, malam pulang, toh tidak ada yang patroli di tapal batas ini. Bahkan sebagian warga yang tinggalnya di Indonesia tetapi kerja di perkebunan Malaysia, pagi berangkat kerja, sore pulang. Ada 1 rumah umat Katolik di daerah perbatasan yang ruang tamunya masuk Indonesia, dapurnya sudah masuk Malaysia. Nunukan juga dikenal dengan daerah transit TKI. Sering kami juga melayani umat Katolik yang ada di Malaysia (Tawau, Kinabalu, dll). Mayoritas umat Katolik berasal dari daerah Flores, maka tidak mengherankan budaya timur sangat mewarnai hidup menggereja di paroki ini. Misalnya, bila ada baptis, Komuni I atau perkawinan, pasti ada pesta. Semalam suntuk orang akan menari, berjoget, dansa; terkadang pastornya ikut juga. Setelah 2 tahun di Nunukan, per 10 Juli 2011 saya pindah tugas ke Paroki St. Yosef Pekerja - Juata Permai, Tarakan. Paroki ini baru diresmikan tanggal 10 Juli 2011 dan menjadi paroki termuda (paroki ke 15) di Keuskupan Tanjung Selor. Paroki ini mem-

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

33


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

bawahi 4 stasi dan juga melayani para pekerja di perusahaan batubara. Meskipun jumlah stasinya sedikit tetapi tersebar di 4 kabupaten (Tarakan, Tanah Tidung, Bulungan dan Nunukan). Hal menarik yang hidup di paroki ini adalah semangat kekeluargaan dan gotong-royongnya. Secara finansial tidak menonjol, tetapi semangat umat untuk kerja bakti di gereja luar biasa. Pembuatan parit, pagar gereja, lapangan volley, dibuat sendiri oleh umat dengan gotong royong. Guyubnya umat juga terlihat ketika ada acara bersama di gereja, misalnya ketika ulang tahun gereja, umat basis / lingkungan me nyediakan sendiri makanan dan dibagi bersama, menjadi pesta rakyat. Per 1 Agustus 2014, saya mendapat SK untuk berkarya di Paroki St. Paulus Sendangguwo. Ini merupakan pengalaman pertama berkarya di KAS. Situasi yang berbeda dengan pengalaman menjalani 5 tahun berpastoral di Keuskupan Tanjung Selor. Maka yang saya tanamkan dalam diriku saat ini adalah terus belajar dengan dinamika dan gaya berpastoral di KAS. Kurang lebih 5 bulan di KAS khususnya di Paroki St. Paulus - Sendangguwo, perlahan saya mulai belajar mengikuti arah pastoral KAS yang bagiku sungguh dinamis. Paroki ini menurut saya sangat hidup, dinamis dan bagiku adalah lahan karya pastoral pertama bagi saya yang “pas� untuk belajar arah pastoral di KAS. Saya merasa senang dan gembira berada di tempat yang baru ini, dan akan ber usaha membangun semangat sukacita dalam pelayan dan membangun kerjasama yang baik dengan rekan imam yang lain serta dengan umat. Saya yakin dan percaya, ke gembiraan dan ketulusan dalam melayani menjadikan hidupku berkat bagi umat mau pun komunitasku.

34

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Kenangan Lingkungan St. Antonius - Plamongan Indah

ZIARAH KE SENDANG SRININGSIH B

ulan Oktober sangat efektif untuk perjumpaan antar umat lingkungan dalam doa rosario bersama. Seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Lingkungan St. Antonius Wilayah Alexandria - Plamongan Indah, menutup bulan Rosario dengan menyelenggarakan ziarah. Kali ini kami sepakat ziarah ke Sendang Sriningsih dan Candi Hati Kudus Yesus - Ganjuran. Minggu, 16 November 2014 kurang lebih pukul 06.30 kami berangkat meninggalkan perumahan Plamongan Indah dengan hati penuh syukur karena selama bulan Rosario kami semua telah berdevosi bersama, walaupun rata-rata kehadiran umat di setiap acara devosi kurang dari 50 %. Kurang lebih 4 jam perjalanan kami tempuh dengan sebuah bus kecil. Pukul 11.00 kami tiba di Sendang Sriningsih. Sekalipun musim hujan telah tiba, suasana gersang dan panas di lereng perbukitan itu masih sa ngat kami rasakan. Suasana panas terik ditambah dengan pemandangan pepohonan yang meranggas kering melengkapi nuansa panas dan gersangnya siang itu. Namun sekalipun panas serasa membakar tubuh, tidak mengurangi semangat rombongan kami untuk menapak bersama, naik perbukitan sambil doa jalan salib. Dengan sedikit ngosngosan (maklum kami semua rata-rata over sek, alias di atas seket tahun), kami menikmati setiap anak tangga dalam jalan salib. Kami membayangkan, bahwa gerah yang kami alami saat ini tak sebanding dengan gerahnya Yesus pada saat menjalani hukuman, memanggul salib naik ke bukit Golgota. Pemberhentian demi pemberhentian kami jalani, akhirnya kami sampai pada puncak dan mengakhiri renungan jalan salib. Sungguh sebuah karya Tuhan yang agung, di atas perbukitan yang tandus dan gersang tumbuh dua pohon beringin besar yang rindang dan sejuk, menyejukkan hati setiap orang yang berdoa di depan patung Bunda Maria. Air yang tidak pernah habis mengalir, menyegarkan dan meciptakan hawa sejuk di sekitarnya. Ya, itulah gambaran Sendang Sriningsih, sekalipun musim kemarau, yang menjadikan kering di dasar perbukitan itu, namun di puncak bukit di mana patung Bunda Ma ria berada, kesejukan dapat di rasakan terus menerus tanpa hen ti, maka tak heran setiap saat ter lebih bulan Mei dan Oktober, banyak umat yang berdoa dan ziarah di Sendang Sriningsih ini. Tak terasa arlojiku sudah menunjukkan pukul 13.45, saat kami harus turun bukit menerus kan perjalanan yang sudah kami rencanakan, yaitu ke Candi Hati EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

35


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Kudus Yesus - Ganjuran. Didukung dengan kelancaran perjalanan, hanya dalam waktu kurang lebih 1 jam kami sudah sampai di lokasi. Sambil melepas lelah terlebih dahulu sebelum berdoa, anggota rombongan melaksanakan aktivitas masing-masing: ada yang tiduran, ada yang langsung mandi, ada yang sekedar jalan-jalan sambil melepaskan lelah. Sore itu tidak banyak umat yang datang ke lokasi ziarah. Kami berdoa secara pribadi di depan Candi Hati Kudus Yesus, kemudian ada yang meneruskan ke ruang Adorasi Sakramen Maha Kudus. Tepat pukul 16.00, bersama umat lainnya, kami mengikuti perayaan Ekaristi di gereja mengakhiri kegiatan ziarah ini. Kali ini dalam Ekaristi tidak ada homili, karena dibacakan Surat Gembala Bapa Uskup Agung Semarang terkait persiapan Tahun Pang gilan 2015. Hanya satu tawaran yang dilontarkan oleh Imam, maukah kita menanggapi ajakan Bapa Uskup bagi keluarga untuk mempersiapkan anaknya menanggapi panggil an menjadi Imam, bruder, suster. Atau bagi kaum muda untuk berani menyerahkan dirinya menanggapi panggilan suci ini. Sebagian besar umat menanggapinya dengan senyuman manis saja. Perayaan Ekaristi selesai kurang lebih pukul 17.15, hujan deras menemani kami semua menuju bus, dan perjalanan pun dimulai untuk pulang ke Semarang. Terima kasih Bunda Maria, dan Hati Kudus Putramu. ( Jodi )

36

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

RAHISA (ziaRAH wISAta) oleh : Priska Yohanita

B

ulan Mei dan Oktober merupakan bulan untuk melaksanakan devosi (penghor matan) kepada Bunda Maria. Selain doa Rosario, salah satu devosi yang kita kenal adalah dengan mengadakan /mengikuti ziarah ke Gua Maria. Umat Lingkungan St. Fransiskus Xaverius - Wilayah Antiokhia, dalam bulan Oktober tahun ini juga ingin melakukan ziarah dan berdevosi ke Gua Maria Puh Sarang, Kediri dibawah pimpinan Bp. FX. Kasiman, yang diselenggarakan Sabtu-Minggu, 2526 Oktober 2014. Sabtu, pukul 07.00 rombongan berangkat dari Semarang menuju Kediri menggunakan bus ‘Semeru’ dengan jumlah peserta 23 orang, yang terdiri dari 18 orang umat Lingkungan St. Fransiskus Xaverius dan 5 orang dari luar lingkungan, diawali dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh mbak Unik. Di tengah perjalanan kami berdoa Rosario bersama, dipimpin oleh Bp. YB. Suwoto, peserta dari lingkungan St. Petrus sekaligus Ketua Wilayah Antiokhia. Pukul 16.00 kami sampai di Hotel Bismo tempat kami menginap. Setelah istirahat dan mandi, kami jalan-jalan bersama di sekitar hotel, menelusuri alun-alun Kediri, ke Mall dan tak lupa juga untuk membeli oleh-oleh khas Kediri. Sekitar jam 19.30 kami menikmati makan malam dengan berbagai macam menu di alun-alun Kediri. Setelah makan malam, rencananya akan melakukan ibadat malam bersama di hotel, tetapi karena tidak adanya tempat yang memungkinkan untuk melakukan ibadat malam di hotel, maka acara diisi dengan acara bebas. Sebagian peserta ziarah memilih untuk tidur, dan sebagian lagi memilih untuk berjalan-jalan di sekitar hotel. Hari Minggu pagi, sehabis mandi pagi kami dapat menikmati udara yang sejuk di Kota Kediri. Tidak seperti di Semarang, walaupun pagi hari terasa gerah. Untuk meng isi waktu sebelum sarapan, banyak yang ngobrol “ngalor-ngidul”. Setelah makanan siap, kami pun sarapan bersama berupa nasi goreng, soto dan segelas teh / kopi. Kira-kira pukul 08.30 kami semua telah berkumpul di bus dan berdoa dipimpin oleh Ketua Panitia Bp. FX. Kasiman untuk kemudian menuju Puh Sarang. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, sampailah kami di Gereja Santa Maria Puh Sarang yang terkesan kuno dan antik. Gereja yang berada di kaki gunung Wilis, tepatnya, di Desa Puh Sarang, Kecamatan Semen, Kabupaten EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

37


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

38

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Kediri, Jawa Timur ini memang mempunyai daya tarik tersendiri dibanding gerejagereja yang lain. Betapa tidak, tempat ziarah yang elok dan indah itu tidak hanya sebagai tempat ziarah tetapi juga tempat wisata. Disana terdapat Gua Maria ‘Lourdes’ dengan patung Bunda Maria yang tingginya mencapai 3,5 meter yang dibangun tahun 1999, mirip dengan yang ada di Gua Maria Lourdes, Perancis. Ketertarikan para peziarah maupun pengunjung Puh Sarang, tak hanya tertuju pada gereja tua maupun Gua Marianya, namun juga tertuju pada replika Jalan Salib, serta pondok Rosario. Berbeda dengan Jalan Salib yang ada di dalam gereja-gereja, Jalan Salib di Puh Sarang dibuat seperti Jalan Salib yang ada di Lourdes, dengan patung-patung sebesar manusia, jumlahnya ada sekitar 100 buah. Seperti halnya Jalan Salib yang ada di Lourdes, maka Jalan Salib yang ada di Puh Sarang memiliki stasi ke-15 yang menggambarkan Makam Kosong. Sambil menikmati keindahan replika Jalan Salib yang bagaikan berlapis emas itu, kami semua melaksanakan doa jalan salib untuk merenungkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus Sang Juru Selamat kita. Dengan demikian kami tidak hanya takjub terhadap karya manusia, tetapi juga takjub akan karya penyelamatan dan kasih Allah yang mahabesar dalam menebus umat manusia, dengan mengurbankan PuteraNya sendiri. Selesai doa Jalan Salib, kami menuju ke gereja untuk mengikuti misa pukul 11.00 bersama umat katolik Puh Sarang. Misa menggunakan bahasa Jawa termasuk lagulagunya. Dalam homili, Romo berpesan agar cinta kita kepada Tuhan harus total, se perti Tuhan sendiri telah mencintai kita secara total pula karena Tuhan sudah me ngurbankan diri-Nya sendiri untuk menebus dosa kita. Lewat bulan Rosario ini kita juga diajarkan untuk berani berserah, pasrah pada kehendak Tuhan yang pasti selalu ter baik buat kita. Seperti Bunda Maria yang berkata “jadilah padaku, menurut yang Kau kehendaki�, kita pun juga harus semakin percaya bahwa Tuhan pasti sudah memiliki rencana yang terbaik buat kita. Selesai misa, kami sempat berdoa di Gua Maria kecil di samping gereja. Setelah acara selesai, rombongan pun pulang ke Semarang sambil mencari oleholeh sekaligus menikmati santap malam di Sragen. Akhirnya kami tiba di rumah masing-masing sekitar pukul 00.45. Semoga acara ziarah ini dapat semakin meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan dengan meneladan Bunda Maria dan berdoa Rosario di bulan Oktober ini. Semoga kita juga semakin mendalami arti dari sikap kepasrahan yang dimiliki Bunda Maria terhadap rencana Tuhan, sehingga hidup kita dapat semakin terarah pada kehendak Tuhan yang pasti selalu yang terbaik buat kita umatnya yang setia. Terima kasih juga pada panitia ziarah Lingkungan St. Fransiskus Xaverius yang telah bekerjasama dengan baik sehingga kegiatan ziarah ke Gua Maria Puh Sarang tahun ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar serta selamat. EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

39


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Rekoleksi Prodiakon Pertapaan Rowoseneng, 20 - 21 September 2014

Belum lama ini para prodiakon Paroki St. Paulus - Sendangguwo mengadakan kegiatan rekoleksi dengan mengambil tempat di Pertapaan Rawaseneng Temanggung. Agenda yang seharusnya berjalan pada bulan Agustus itu baru dapat terlaksana pada tanggal 20 - 21 September 2014, dan diikuti oleh 81 peserta dari 112 anggotanya. Program rekoleksi ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan penyegaran iman bagi para prodiakon yang bermuara pada harapan dapat memberikan dampak yang signifikan pada kinerja maupun pelayanan mereka. Rm. Marcelinus Moi, MSF (Rm. Moi) selaku Jangan lelah bekerja di ladang pembimbing rekoleksi, pada hari pertama mengajak Tuhan peserta untuk berdiskusi kelompok dengan meng ambil topik bahasan mengenai “ Makna Tugas dan Spiritualitas Seorang Prodiakon Paroki� serta simulasi peserta sebagai pengurus paguyuban (Tim Kerja) prodiakon dalam gagasan meningkatkan kualitas pelayanan para anggotanya. Hari kedua, setelah mengikuti ibadat pagi ber sama para rahib Rowoseneng dan sarapan pagi, Rm. Moi memaparkan tentang hakikat seorang prodiakon, dan mengibaratkan seorang prodiakon bagai sebuah pensil yang harus selalu mengasah diri kembali agar menjadi Serius menyimak runcing melalui segala pengalaman hidupnya baik susah maupun senang selama dalam pelayanan nya. Dalam kesempatan ini juga diberikan beberapa kasus praktis terkait penugasan seorang prodiakon, juga beberapa permasalahan yang dapat menjadi batu sandungan. Setelah sesi reflek si pribadi, rekoleksi ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Rm. Kus dan Rm. Moi. Panitia rekoleksi mengucapkan banyak terimakasih kepada Rm. Sadana yang telah menyetujui proposal program ini, juga para donatur yang secara spontan memberikan sumbangsih demi lancarnya acara. Perayaan Ekaristi Semoga rekoleksi ini mampu mendorong para prodiakon untuk melayani lebih baik lagi. Berkah Dalem Gusti. disarikan dari LPJ Tim Kerja Prodiakon, Rekoleksi 2014 Yoseph Wibisono Sekretaris Tim

40

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

41


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Pesta Kencana 50 th. Imamat

Rm. Ignatius Wignyosumarta, MSF ( 25 Juli 1964 - 25 Juli 2014 )

Minggu, 10 Agustus 2014 sore hari pukul 17.30, diselenggarakan Misa Syukur Pesta Kencana 50 th. Imamat Romo Ignatius Wignyasumarto MSF, seorang romo yang begitu dekat dan kita kenal bersama, pernah menggembala umat di Paroki Santo Paulus - Sendangguwo dan di usia senjanya masih berkarya sebagai pastor rekan di gereja yang sama. Suasana gembira dan syukur dari banyak umat yang hadir saat prosesi perarakan para imam dan petugas liturgi memasuki ruang gereja. Diantara para romo konselebran, tampak Romo Vika Tiup Lilin Ulangtahun ris Jendral KAS Rm. FX Sukendar, Pr mewakili Bapa Uskup yang tidak dapat ikut mempersembahkan misa karena kondisi kesehatan beliau yang kurang baik. Gratia Dei sum id quod sum.(Berkat Rahmat Allah aku menjadi seperti ada ku sekarang). Motto tahbisan imam yang dipakai oleh romo Wignya me nunjukkan ketaatan dan serah diri penuh kepada rencana Allah yang membentuk, menempa dan mem bimbing perjalanan hidup, pelayanan dan kesetiaan panggilan pria kelahiran Surakarta 76 tahun yang lalu ini. Romo yang semasa kecil akrab dipanggil dengan nama Warsito ini juga dikenal memiliki pribadi yang halus, sabar, teliti, tulus, penuh kesungguhan dan mudah bersaudara. Setelah berkat pengutusan, Romo Wignya berjalan menuju ke depan gereja di dampingi oleh Rm. Prasetyanta untuk menerima ucapan selamat dari umat yang telah tak sabar menunggu. Secara bergantian, antri, umat bersalaman dengan romo Wig yang nampak tersenyum ceria, bahkan be berapa mengajak foto selfie. Umat juga memperoleh oleh-oleh roti yang telah disediakan cukup oleh panitia perayaan. Di depan bangsal terdapat panggung yang digunakan untuk acara hiburan yang antara lain dibawakan oleh muridmurid dari SDK Sang Timur. Tampak hadir dalam deret kursi tamu undangan, Bapa Uskup Mgr. J Pujasumarta, Romo Potong kuenya.... Vikep Rm. Ag. Luhur Pribadi Pr, para 42

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

romo MSF, Bruder dan Suster dari beberapa ordo yang ada di Semarang. Yang istimewa pada saat itu ternyata Rm. MC Sadana, MSF dan Rm B Prasetyanta, MSF juga berulangtahun, sehingga ketiganya didaulat naik ke panggung bersama dan berdoa “make a wish� serta tiup lilin ulangtahun. Kemudian bersama-sama memotong kue ulang Tanda asih untuk karyawan tahun. Potongan kue diberikan kepada Bapa Uskup gereja yang kemudian diberikan kepada Rm. Marcelinus Moi, MSF, romo termuda yang sekarang bertugas di gereja kita. Pada kesempatan itu Rm. Wig juga berkenan memberikan tanda asih kepada karyawan dan karyawati gereja. Acara di akhiri dengan foto bersama dan makan malam serta ramah tamah. Proficiat Romo.

Foto bersama

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

43


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

44

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Catatan seorang petugas tatib :

Gerejaku Yang Selalu Luber .... oleh :Ch.S.Kitri, umat paroki St. Paulus

S

eorang petugas tatib gereja St. Paulus kita, merasa bahwa salah satu peran tatib adalah sebagai “penerima tamu” dalam acara misa / Ekaristi hari Minggu di gereja. Tidak hanya sekedar bertugas, bersamir dan sebagai pemungut kolekte, lalu setelah misa, ikut sibuk bersaksi dan menghitung duit kolekte di ruang bendahara. Sebagai seorang “penerima tamu” yang baik, ia mematut diri untuk ramah tamah, wajah ter senyum dan ringan hati mempersilakan dan mengantar tamu (umat) ke tempat duduk yang masih kosong. Membantu tata tertib, baik sebelum misa, saat homili, antrian saat komuni, sampai saat “ite misa est” (pengutusan). Sebagai petugas tatib, berpeluang meng amati suasana minggu di gereja, termasuk umat yang selalu ‘luber’ di luar gereja. Dan untuk sumbangan ke gereja, saya coba omong-omong santai tentang visi umat ke gereja. Omong-omong dengan keluarga pertama. Mereka selalu ke gereja, cukup wak tu, tak terlambat dan langsung ambil bangku plastik yang tersedia, lalu duduk jauh di luar gereja, meskipun jelas di dalam gereja masih banyak tempat kosong. Tak peduli homili romo terdengar jelas atau tidak. Keluarga ini berkomentar ringan; di dalam gereja sumuk, bangkunya sesak, AC “nggak ngaruh”. (bisa-bisa memang bener juga nih..... ). Keluarga pertama ini, memahami bahwa orang katolik wajib ke gereja, tetapi mereka ke gereja lebih karena rikuh pada pamong lingkungan / tetangga, nggak enak kepada boss kantor yang katolik juga. Keluarga kedua, selalu rajin ke gereja setiap minggu. Masih suka terlambat datang, pulang buru-buru. Datang, duduk, homili, kolekte, komuni, dan berkat diikuti dengan standar. Kadang sedikit ngalamun, kalau khotbahnya ekstra panjang. Keluarga ini memahami bahwa minggu ke gereja adalah kewajiban standar orang katolik. Keluarga ketiga, selalu rajin ke gereja. Datang tepat waktu, sehingga selalu dapat tempat duduk yang tetap di gereja. Datang full team, komplit sekeluarga bersama. Pakaian yang rapi dan mengekspresikan rasa hormat. Kadang bawa buku teks homili, yang mungkin sudah nyicil dibaca di rumah. Keluarga ketiga ini, memahami bahwa misa sebagai karunia diundang ke perjamuan Tuhan. Dari tiga keluarga tersebut, mana yang terbaik? Ketiganya adalah termasuk orang katolik yang baik. Tetapi, tentu saja yang terbaik adalah keluarga yang ketiga. Lalu apa yang membedakan ketiga keluarga tersebut? Bedanya adalah visi, pandangan, EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

45


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

pemahaman mereka yang berbeda tentang misa. Sepintas perbedaan visi tersebut tidak berpengaruh. Tetapi kalau kita lihat sikap perilaku mereka: ketulusan sikap, tanggapan terhadap rangkaian acara Misa, kekhusukan berdoa sangat berbeda. Ada intensitas perhatian yang berbeda. Perbedaan sikap batin yang signifikan. Keluarga pertama, ketika berdoa, sekedar berguman saja, nggak bawa buku PS dan buku teks apapun. Buka bekal makanan kecil untuk balitanya. Pakaian dan gayanya seperti hendak pari wisata saja. Keluarga kedua, ambil teks misa, kadang cuma buat kipas-kipas saja. Salam damai diucapkan dingin, tanpa senyum. Berdoa full, komplit, sambil masih malu-malu lihat HP, lihat sms mungkin. Keluarga ketiga selalu berupaya masuk di gereja, sessi konsekrasi sampai komuni menjadi puncak tujuan kehadiran mereka di gereja. (Saya pernah baca di FB-nya, menulis: “sudah seminggu saya keluar kota, berarti sudah seminggu saya tak ikut misa harian ... rindu aku�. Nggak ketemu seminggu saja sudah rindu ..... He..he.. ) Sebagi penutup, ada catatan kecil untuk Dewan Paroki; jika umat gereja St. Paulus kita selalu tum pah keluar, mungkin bukan semata masalah teknis: kapasitas, udara sumuk, AC, bangku sesak dan lainlain. Jangan-jangan, ini signal bahwa perlu juga peningkatan pemahaman umat tentang misa? Selamat Natal, saudaraku separoki.

46

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

BERDONOR DARAH BISA MENYEHATKAN TUBUH Maria Antonia Sampyuh

Banyak

orang yang berniat mendonorkan darah salah satu alasannya adalah membantu korban bencana atau pasien dengan penyakit tertentu. Dengan mendonor kan darahnya, pendonor telah membantu dan menyelamatkan mereka yang membutuhkan bantuan darah. Namun langkah untuk melakukan donor darah kadang terhenti karena muncul sejumlah kekhawatiran yang mengatakan bahwa donor darah bisa menjadikan tubuh gemuk; ini pendapat yang tidak benar. Kegemukan ter utama disebabkan karena jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang dikeluarkan. “Jadi, tidak ada kaitannya dengan donor darah. Setelah mendonorkan darah sangat disarankan untuk makan minimal empat jam sesudahnya, dengan tujuan agar tubuh pendonor bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan volume darah. Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas juga salah. Saat kita mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat penggantinya. Jadi, kita tidak akan mengalami kekurangan darah. Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, manfaat donor darah bagi kesehatan antara lain : Menjaga kesehatan jantung Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan me numpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terke na serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jum lah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunksn risiko pe nyakit jantung. • Meningkatkan produksi sel darah merah. Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yg hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru. • Membantu penurunan berat badan Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori •

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

47


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan memban tu proses pembakaran kalori kira-kira 650 kal., itu adalah kalori yang cukup banyak untuk membuat pinggang kita ramping. • Mendapatkan kesehatan psikologis Menyumbangkan sesuatu yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah peneliti an menemukan bahwa orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar. • Mendeteksi penyakit serius Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah hasil donor kita akan diperiksa dari berbagai penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan Malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah “rambu peringatan” yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan sendiri. Kegiatan Donor Darah di Paroki St. Paulus - Sendangguwo Berdasarkan himbauan dari Kevikepan Semarang tahun 1998 bahwa Sie Kesehatan paroki waktu itu, supaya mengadakan kegiatan sosial, salah satunya aksi donor darah untuk membantu penyediaan darah di PMI, maka Sie Kesehatan Paroki Santo Paulus mulai tahun 2000 mengadakan kegiatan tersebut di atas setiap 3 bulan sekali, sehingga beberapa kali mendapatkan penghargaan dari PMI sebagai paroki yang aktif mengadakan kegiatan donor darah, Dari tahun ke tahun paroki kita mengadakan kegiatan donor darah, namun peserta hanya sekitar 30-50 orang, padahal jumlah umatnya semakin bertambah tetapi peminat donor belum bisa meningkat. Maka kami dari Tim Kerja Sosial Kesehatan mengajak umat untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan donor darah; yaitu setelah menginjak usia 18 tahun, cobalah untuk membiasakan diri mendonorkan darah setiap 3 bulan sekali. Tidak hanya akan memberikan perasaan yang senang karena dapat membantu sesama, namun bermanfaat positif bagi kesehatan tubuh kita sendiri. Dan usia maksimal untuk melakukan donor darah adalah usia 60 tahun. Jadi jangan tunggu lama lagi. Ayoooo…saatnya donor darah.

Menjelang Natal, seorang hakim yang hatinya bersuka cita, bertanya pada seorang napi, "Kamu ditangkap atas tuduhan apa?" Napi itu menjawab, "Karena belanja kebutuhan menjelang Natal." Hakim itu segera berkata, "Wah...kalo itu sih bukan pelanggaran. Jam berapa sih kamu belanja?" Napi itu dengan kalemnya menjawab, "Sebelum toko itu buka, Pak!"

48

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Jalan Sehat Menyambut HUT RI ke 69 Umat Wilayah Damsyik

100 % Katolik dan 100 % Indonesia Saling Berbagi Berkat untuk Sesama Minggu pagi 10 Agustus 2014, waktu menunjukkan pukul 05.30, cuaca cerah dan udara segar. Di depan dan di sekitar Gedung Serba Guna, tampak ibu-ibu dan bapakbapak pengurus wilayah serta pengurus gedung sedang membersihkan, mempersiapkan suatu acara yang tidak seperti biasa dan belum pernah diadakan, yaitu jalan sehat bersama umat se-Wilayah Damsyik. Setelah semua persiapan untuk acara selesai, tampak peserta jalan sehat, yaitu bapak, ibu, anak, remaja, lansia bahkan ada juga peserta yang paling sepuh - ibu Budi Sarwoko yang telah berusia 83 tahun, umat dari Lingkungan Gregorius Nazianze (dahulu Gregorius Agung 5) mulai berdatangan sambil menjinjing kantong plastik, bungkusan, baskom, termos minum dan lain-lain, yang berisi makanan, jajanan, minuman dan juga aneka Doorprize, yang kemudian dikumjalan keliling perumahan pulkan di meja besar untuk acara pesta umat “Saling Berbagi Berkah Bersama�. Tepat pukul 06.30 acara jalan sehat dimulai, diawali dengan doa oleh Ketua Lingkungan Sta. Klara - bapak Brotocahyono, dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Wilayah Damsyik, bapak FX Rudy Santosa. Dalam sambutannya, Ketua Wilayah me nyebutkan bahwa tujuan acara jalan sehat ini selain menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 69, juga agar seluruh umat dapat mengetahui lokasi, daerah-daerah dan lingkungan - ling kungan yang ada di wilayah Damsyik, serta saling berbagi berkah dalam pesta umat, menjalin keakraban, kekeluargaan, lebih sehat jasmani dan rohani untuk lebih semangat berbagi berkah dalam pesta umat dalam pelayanan. Acara ini juga dimaksudkan untuk memotivasi umat di wilayah Damsyik untuk menjadi 100 % Katolik dan 100 % Indonesia. Peserta sangat bersemangat dan senang, saling bertegur sapa, gembira bersama dan berjalan keliling di komplek perumahan-perumahan: perumahan Graha Mukti, perumahan Graha Mutiara, perumahan Griya Syuhada Permai, perumahan Tlogo Biru, perumahan Tlogo Timun dan perumahan penduduk asli jalan Syuhada dengan dipandu EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

49


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

oleh para ketua lingkungan secara estafet, sesuai dengan daerah dan rute yang dilewati peserta jalan sehat. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 07.55, seluruh peserta finish dan masuk ke Gedung Serba Guna untuk acara selanjutnya, yaitu pesta umat, saling berbagi berkat, pembagi an doorprize dan acara lainnya. Untuk mendukung kesehatan jasmani seluruh para peserta lansia peserta jalan sehat, berpartisipasi pula team ke sehatan pijat refleksi yang begitu setia melayani umat yang membutuhkan setelah melaksanakan perjalanan cukup jauh. Peserta dilayani oleh 4 orang anggota team kesehatan hingga pukul 11.00, yang juga merupakan waktu selesainya seluruh rangkaian acara jalan sehat. FX Rudi Santosa Ketua Wilayah Damsyik - Graha Mukti

50

pijat refleksi

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

51


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

MEMUJI DAN MEMULIAKAN NAMA TUHAN DALAM PADUAN SUARA Bapak , Ibu terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,

K

etika kita mendengar sebuah lagu dinyanyikan dengan merdu dan syahdu oleh kelompok Paduan Suara, rasanya senang ya‌,apalagi jika lagu itu ditujukan untuk memuji Tuhan dalam suatu ibadah Perayaan Ekaristi di gereja, bisa menambah khusuk suasana ibadah. Di penghujung tahun seperti pada bulan November-Desember saat ini, biasanya umat disibukkan dengan persiapan menjelang Natal (masa advent), terlebih bagi lingkungan atau wilayah yang mendapat tugas koor di paroki, pasti sedang mempersiapkan diri agar dapat tampil dengan prima. Salah satunya adalah dengan berlatih ber nyanyi bersama, karena memang kegiatan ini butuh waktu persiapan yang cukup lama sebelum dipresentasikan. Frekuensi latihan pun semakin padat, teks lagu juga semakin banyak tentunya. Mungkin di antara kita yang terlibat dalam kelompok Paduan Suara bisa merasakan, bahwa bukan sekedar berlatih bernyanyi bersama saja, tetapi lebih dari itu... ada suatu persekutuan yang hangat di antara anggotanya. Kita bisa mengenal lebih banyak Anak-anak Tuhan dalam suatu lingkungan maupun wilayah, atau malah antar lingkungan dalam Koor Gabungan yang dibentuk oleh paroki. Ada keakraban terjalin di antara anggotanya, ada rasa saling percaya, saling menghargai pendapat, menjalin komunikasi yang terbuka. Setiap ide atau pemikiran untuk mengembangkan kelompok bisa didiskusikan bersama. Yang jelas, bisa memadukan berbagai suara seperti Sopran, Alto, Tenor, Bariton dan Bass dengan pas, sesuai porsinya. Pasti muncul semacam kerinduan, jika tidak datang pada pertemuan / latihan-latihan tersebut. Pengalaman seperti itulah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, bagaimana berinteraksi dan memadukan bukan saja suara tetapi juga karakter dan latar belakang yang berbeda menjadi sebuah tim yang padu dan kompak. Peran Paduan Suara menjadi penting dalam liturgi gereja. Ibadah tanpa ada Paduan Suara...rasanya seperti ada yang kurang. Mereka tidak cuma sekedar sekelompok orang yang duduk terpisah dari warga gereja yang hadir dalam ibadah, lalu menaikkan pujian dengan lagu yang berbeda de ngan lagu pujian jemaat. Paduan Sua ra memberikan sentuhan tersendiri, ibadah menjadi lebih hidup, lebih khu suk. Setiap pujian yang dinyanyikan nya dapat menjadi media untuk membantu jemaat yang hadir untuk semakin memahami, meresapi isi firman Tuhan yang diberitakan. Mempersembahkan pujian dalam kelompok koor merupakan

52

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

bentuk pelayanan yang dapat menumbuhkan iman bagi setiap pribadi yang ambil bagian di dalamnya. Dengan bernyanyi, dapat mengungkapkan rasa syukur kita atas berkat-berkat Tuhan. Melalui pujian yang kita nyanyikan itu kita dapat merasakan aliran kasih Tuhan dalam kehidupan kita. “Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batin ku!” demikian Raja Daud mengungkapkan rasa syukurnya. Ia membuat pujian madah syukur dalam mazmur yang indah dan menyanyikannya (Mazmur 103). Kita, masingmasing pribadi tentu diberi talenta oleh Tuhan. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengembangkan, menyalurkan talenta itu untuk melayani Tuhan dan sesama. Ingat perumpamaan tentang talenta, dimana seorang tuan yang memberi 5, 2, 1 talenta kepada hamba-hambanya. Tentu kita tidak ingin seperti hamba yang diberi 1 talenta yang hanya menyimpannya dan kemudian mengembalikan talenta itu kepada tuannya ketika dimintanya. Tetapi hendaknya kita seperti hamba yang diberi 5 dan 2 talenta yang bisa mengembangkan talenta itu menjadi berlipat. (Mat 25:14-30) . Mari, Bapak-Ibu, mumpung belum terlalu tua, terlebih kaum muda yang merupa kan masa depan Gereja, jangan sampai menyesal nantinya, mari kita isi hidup ini de ngan sesuatu yang positif. Rasanya sayang kalau aktivitas hidup kita terbatas hanya di lingkungan keluarga atau sekolah atau kantor saja. Tentu kita masih punya waktu dan energi untuk melakukan hal lain yang berguna di luar itu, tinggal bagaimana kitanya… Di Wilayah Galatia kini ada dua kelompok Paduan Suara; yaitu PS Sta. Maria Go retti (gabungan dari Lingkungan St. Yohanes Penginjil dan Lingkungan Sta.Maria Assumpta) serta PS St. Yusup - Liman Mukti (Lingkungan St.Yusup - Liman Mukti) dapat menampung talenta-talenta Bapak, Ibu dalam Paduan Suara, untuk memuji dan memuliakan Nama Tuhan dengan bernyanyi. Ini adalah peluang bagi kita untuk meng isi hidup kita dengan sesuatu yang lebih “berarti”, dengan bersekutu bersama umat lingkungan, wilayah maupun paroki dalam memuji dan melayani Tuhan dan sesama. Karena dengan melayani membuat hidup kita lebih “berarti”, dan selalu ingat akan Tuhan yang menggembalakan kita. Salah satu pujian yang indah, terlebih jika di nyanyikan dalam Paduan Suara, pasti akan menyenangkan telinga kita, seperti berikut; Tuhan adalah gembalaku tak ’kan kekurangan aku Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau Reff : Ia membimbinbgku ke air yang tenang Ia menyegarkan jiwaku Ia menuntunku di jalan yang benar oleh kar’na nama-Nya Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman (ku ‘kan diam dalam Rumah Tuhan seumur hidupku) Create By: Dominicus Slamet Parjono ( Ketua Wilayah Galatia ) Semarang, 24 Nopember 2014 EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

53


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

54

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Ekaristi Kaum Muda Paroki Santo Paulus 2014 S

enja berselimut mendung dan udara terasa gerah, sinar-sinar lampu berpendar dari dalam gereja dan juga halaman sekitarnya. Kelompok-kelompok anak muda ada yang berseragam ada pula yang berpakaian casual, bergerombol ada pula yang berkelompok di depan pintu gereja, bercengkerama dan bersendagurau. Itulah suasana awal ketika kaum muda Paroki Santo Paulus akan mengikuti Misa Kaum Muda pada hari Jumat, 21 Nopember 2014. Ekaristi yang sedianya dilaksanakan pukul 18.00, akhirnya dimulai pada se kitar pukul 18.45 diawali dengan prosesi petugas liturgi dan Rm. Marcelinus Moi, MSF me masuki gereja melalui pin tu depan. Mendahului homili, di tampilkan adegan teatrikal yang menggambarkan ke hidupan remaja katolik masa kini, yang cenderung kurang greget, tidak peka terhadap situasi, dan hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Sedang dalam homili singkatnya, romo Moi menekankan pentingnya kaum muda untuk menjaga benih iman yang telah ditaburkan Tuhan pada mereka, memeliharanya bagai di tanah yang subur, agar dapat bertumbuh kembang dengan baik dan menghasilkan buah yang melimpah. ‘Jadikanlah diri kita sebagai kaum muda katolik yang punya greget’ ujarnya. Doa umat pun dikemas dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia, melambangkan keragaman suku yang menyatu dalam Gereja Kudus, tanpa perbedaan. Acara yang dihadiri sekitar 200an kaum muda paroki itu dilanjutkan dengan pelepasan balon udara dan pembakaran ujub-ujub misa kaum muda di halaman gereja. Para muda dengan Romo Moi membuat lingkaran di lokasi dengan bergandengan tangan sambil menyanyikan lagu ’DalamYesus Kita Bersaudara’. Dan sebagai penutup , mereka makan malam bersama sambil beramah tamah dan mendengarkan suguhan lagu khas kaum muda yang dibawakan oleh sebuah kelompok Band. Ekaristi yang dikemas dengan selera muda ini patut mendapat apresiasi, mengingat banyaknya kaum muda katolik masa kini yang mengalami ‘krisis’ iman akibat situasi kehidupan modern. Bravo ...OMK !!.

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

55


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

NGUDA RASA Petruk

(Mo Semar)

:

Met Natal en Tahun Baru kang Gareng. Hemm.. bukan main, iketnya baru ya kang, surjannya lorek-lorek kain lurik, celananya hitam lebam koamprang! Wah betul-betul serasi lho kang, kayak bakul sate kere!

Gareng :

Selamat Natal, Tahun Baru juga dimas Petruk, adiku sing bagus irung mancung bak Pinokio. Sapaanmu merdu di telinga, Cuma ekornya koq sumbang bunyinya. Ngganteng-ngganteng ngene koq dipadakke bakul sate, tur sate wae sate kere. Mbok kamu itu ngilo githokmu: pakai celana jean biru, kemejanya ungu, koq dasine kupu-kupu. Apa itu bukan seragam warga negara rumah gila to Truk?

Petruk

:

We lha balas dendam yo kang? sekelumit sapaan merdu koq dibalas brondongan seribu peluru. Pakaian dinas brendid gini kok disamakan seragam penghuni rumah gila. Sudahlah kang, dihari suci Natal dan Tahun Baru gini mbok ngobrol sing enak!

Gareng :

Ha hiyo to Truk! Yuk omong-omong yang enak di telinga, yang membawa suka cita dan rasa gembira. Sesudah Natal kemarin, kamu koq terus menghilang? Pergi merayakan malam Tahun Baru di mana, koq pulang sampai subuh?

Petruk

:

Anu kang. Malam Tahun Baron di hotel berbintang lima sama tementemen. Semula hanya mau menyaksikan “Body Painting” saja, tapi sesudah itu koq digelar acara tarian erotis yang mendebarkan dada. Maka sayang kalau terus pulang, akhirnya jadi sampai ngebyar.

Gareng :

Ya ta lah Truk. Jadi kamu itu ikut “Old and New” di Hotel berbintang yang menyuguhkan atrakasi puanas yang menghebohkan itu to Truk? Koq bisa-bisanya baru merayakan malam suci Natal melanjutkannya dengan nonton atraksi tak senonoh itu?

Petruk

:

Lho piye to kang, hebat tenan lo. Mestinya kamu ya mau kuajak nonton. Supaya matamu yang kero itu langsung bisa sembuh. Bayangkan saja kang, semua penonton terpukau sampai tak sempat mengedipkan mata. Suara terompet yang membisingkan telinga itupun tak kuasa mengalih kan perhatian mata yang sedang terbelalak menyaksikan show yang aduhai itu.

Gareng :

Woo lha O.M.K kok mudah tergiur tontonon yang berbau siyur. Lupa bahwa Tahun Baru mestinya bukan waktunya untuk sekedar hura-hura begitu, tetapi lebih untuk ber-refleksi dan mawas diri untuk bersyukur atas limpah berkat dan rahmat di tahun yang lalu.

56

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Petruk

:

Ah kamu kang, seperti tak pernah jadi orang muda saja. Setahun sekali hura-hura bersuka ria apa jeleknya? Kalau merasa sudah lansia, silahkan nggabung Paguyuban Adi Yuswa untuk bernostalgia tentang era zaman bahula.

Semar

:

Huuss... kamu Kantong Bolong, dibilangin engkohe koq ndlewer. Sudah sepantasnya di Tahun Baru ini kita syukuri berkat dan rahmat, kesehat an dan rejeki yang melimpah sepanjang tahun. Jangan menodai momen indah pergantian tahun dengan hal-hal yang kotor dengan perbuatan mesum dan bebau porno, anakku.

Petruk

:

Mohon maaf Mo, anakmu ini terlanjur kebablasan dalam bertindak dan berucap. Kapok beneran deh Mo, maafin saja.

Semar

:

He.. he.. he.., anak-anakku, kita umat katolik baru saja Natalan dan mempersiapkan diri dengan masa Adven yang khusuk. Kita diajak untuk menjadi orang katolik yang C.T.M. Sudah sewajarnya kita pegang teguh tekad dan niat luhur ini.

Petruk

:

Apa itu, Mo, artinya CTM? Kalau ATM aku tahu, karena saben-saben ke BCA untuk ambil duit, memenuhi kebutuhan belanja dapurnya kanca wingking. Tapi kalau CTM koq nggak mudeng, apa itu Mo?

Gareng :

Wo dasar Kantong Bolong, uteke bolong mlompong, udele bodong, kup-

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

57


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

inge buntet budeg. Sesasi pendalaman Adven nong Lingkungan koq ora ana sing nyanthel. Senenge ming ubyang-ubyung, endi sing nonton Body painting, endi sing nikmati atraksi panas tarian erotis. Semar

:

Maklum Reng, adimu kuwi, Pancen ora ngerti lan jujur gelem takon, rak ya wis lumayan apik. Ngene lho Truk, dadi orang katolik itu tidak cukup dibaptis lan katolik asal-asalan, tapi hendaknya jadi orang katolik yang CTM, yang Cerdas, Tangguh dan Misioner.

Petruk

:

Maksudnya ’cerdas’ apa Mo ? Apa sama dengan harus pandai pinter dan intelek dan banyak makan sekolah dan kuliah itu?

Semar

:

Menjadi orang katolik yang cerdas itu maksudnya mempunyai iman yang memiliki pemahaman yang benar dan tepat akan ke-katolik-annya. Pengetahuan iman katolik yang benar inilah yang menjadi dasar bersikap dan bertindak dalam hidupnya sehari-hari. Maka kita wajib terus mau belajar mengembangkan pengetahuan iman katolik kita untuk meng hadapi situasi zaman yang terus berubah dan berkembang.

Petruk

:

Lha terus apa arti iman yang tangguh itu Mo ?

Semar

:

Iman yang tangguh itu meliputi unsur kesetiaan, kemantapan, dan tak goyah, tak mudah putus asa menghadapi segala persoalan dan tantangan hidup.

Petruk

:

Lalu misioner, apa itu maksudnya?

Semar

:

Iman misioner artinya iman yang tidak eksklusif, tapi inklusif, mampu bersaudara dan berdialog dengan semua orang yang berbeda keyakin annya. Iman misioner ini harus berani bersaksi dan bicara tentang iman katolik kepada khalayak umum. Dengan jadi orang katolik yang cerdas, tangguh dan misioner ini, kita diharapkan bisa menjadi orang beriman ideal yang mampu menggarami dan menerangi masyarakat sekitar kita. Seperti Sabda Yesus: �Jadilah garam dunia, jadilah terang dunia�.

Penyesalan sehari bila masak nasi menjadi bubur, penyesalan sebulan bila salah potong rambut, penyesalan setahun bila tidak lulus, penyesalan seumur hidup bila salah pilih pasangan hidup, penyesalan selamanya bila salah pilih JURU SELAMAT. Maka janganlah pindah ke iman yang lain selain Tuhan Yesus.

58

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

59


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Karena Anak, Bukan Mamanya Oleh: Aoirisuka

Sebulan setelah saya bekerja di sebuah bimbel (bimbingan belajar) di kota ini, saya diprotes oleh mama seorang murid kelas 1 SD internasional. Dengan terkaget-kaget, saya berhadapan dengan tante itu yang usianya tampak sangat jauh dengan kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Tante itu berkata kepada saya (yang serasa bagai semprotan air selang dari jarak 20 cm), “Ini bagaimana kamu mengajari anakku? Di rumah kuulang lagi kok ga bisa jawab anaknya? Aku sampai bilang ke pemilik bimbel ini lho kemarin malam!” Buset, tante ini krik-krik banget, asam, ga ada manis-manisnya. Saya pun menyahutinya, “Kemarin saat anak Tante les, saya sudah mengajar sebagaimana mestinya. Anak Tante juga bisa menjawab sebagian besar soal dengan benar. Buktinya ia mendapat nilai 95 untuk soal tersebut. Hanya saja tulisannya memang besar-besar kurang rapi. Sudah saya ingatkan untuk menulis dengan rapi dan bagus, tapi anaknya tidak mau.” ujar saya tanpa melupa kan kesopanan. “Nilainya di rapor 98 lho, eman-eman kalo turun. HARUS dapat 100, itu anakku.” Tante itu terus protes ini-itu, begini-begitu, bla bla bla. Capek deh berhadapan dengan orangtua murid yang rempong satu ini. Setelah tante itu pergi, para tutor membesar kan hati saya untuk tak menyimpan omongan tante tersebut di dalam hati. Ternyata, lama se belum saya bekerja di situ, hampir semua tutor sudah kena semprot oleh tante rese itu. Tante itu minta anaknya diberi les supaya nilai-nilainya di sekolah bisa SELALU 100. Setiap kali tak mendapat nilai sempurna, tante itu akan (dan pasti) protes pada tutor yang mendapat bagian untuk mengajar anaknya. Sepenuhnya ia menyalahkan tutor alih-alih anaknya bila anaknya tak mendapat nilai yang bagus. Batin saya, “Please deh Tante Rempong, kami sebagai guru yang baik pasti mengajar dengan baik dan mengupayakan agar murid didik mampu menyerap ilmu dengan baik. Tak ada guru sejati yang ingin muridnya bodoh, tak ada itu. Lagipula, seorang pengajar hanya bisa berikan yang terbaik di saat mengajari. Hasil yang didapat saat anak didik terjun di lapangan (nilai baik atau buruk) sudah merupakan kuasa anak itu sendiri, tak lagi tergantung pada pengajar. Karena tak mungkin pengajar menjawabkan semua soal yang dikerjakan murid. Murid harus mengerjakan soalnya sendiri, dengan demikian nilai yang didapat murni menjadi miliknya, bukan milik gurunya. Jika Tante 60

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

menyalahkan, kenapa tak menyalahkan anak Tante? Malah tutor atau gurunya?? Memang yang mengerjakan soal di sekolah itu tutornya ya? Sebel. Jika memang Tante tak percaya pada kemampuan kami para tutor, kenapa meminta kami memberi les anak Tante? Kenapa tak Tante ajari sendiri di rumah?� Lebih lanjut, saya heran dengan tante rempong itu. Kenapa ia harus menuntut anaknya mendapatkan nilai 100 di semua mata pelajaran? Jangan katakan ia juga ingin menyerap semua nilai 100 teman-teman anaknya untuk lantas dilimpahkan ke anaknya? Kenapa sepertinya memuja sekali angka 100? Apakah tingkat kecerdasan seseorang semata-mata dapat diukur dari nilainya di sekolah? Dangkal. Mengapa tak lebih melihat usaha yang telah dicurahkan untuk belajar serta proses dalam mengerjakannya? Ini nih kalau orientasinya pada hasil alih-alih proses. Oooh, apa mungkin tante itu mau pamer dan membanggakan nilai anaknya pada setiap orang? What for? Banyak kok di luar sana orangtua murid yang anak-anaknya pandai tapi tak pamer atau arogan. Komplain tante rese itu tetap membekas di dada ini meski sudah saya usahakan untuk tak serius memikirnya, seturut saran dari para tutor. Pemilik bimbel pun yang mengetahui bahwa saya kena semprot hari itu pun membela saya dan turut membesarkan hati saya. Karena bila datang dan melihat sendiri di bimbel, melihat bagaimana tante itu, dilihat dari segi mana pun, kesalahan ada padanya. Hanya berharap torehan kecil luka di hati ini tersembuhkan. Di hari-hari selanjutnya, saya tetap mendapat giliran untuk mengajari kedua anak tante itu. Kedua kakak beradik itu bagus dan lucu. Sang kakak berwajah mirip

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

61


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

keponakan saya, sedangkan adiknya yang masih TK itu anteng dan menyenangkan. Sebagai tutor yang sudah disakiti seperti sebelumnya, siapa pun orangnya, bisa saja memperlakukan anak-anak tersebut dengan rasa malas atau enggan yang berlebih. Namun, saya tak demikian. Pekerjaan seorang guru adalah mengajar dan merawat hati. Meskipun terkadang murid belum tentu merawat/menjaga hati gurunya, tetapi seorang guru selalu bisa merawat hati anak-anak didiknya. Setiap kali mengajar kedua anak itu, saya selalu ingat bahwa mereka tak salah dan tak tahu apa-apa. Mereka hanyalah korban dari ambisi sang mama. Bukan anak-anak ini yang menciptakan luka kecil di hati saya, melainkan mama mereka. Maka saya pun terus mengajar kedua anak manis ini dengan sabar dan sebagaimana harusnya. Saya bisa berlaku seperti ini karena memahami bahwa seorang ibu hanya mengandung badan anaknya, bukan hatinya. Meskipun ada pepatah ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’, namun ada pula anak yang tak mewarisi sifat orang tuanya. Buktinya, kedua anak tante itu manis-manis dan tak seribet mamanya. Karena anak, bukan mamanya; karena saya sebagai seorang guru harus menjaga dan merawat hati murid-murid saya; karena mereka manusia, bukan benda mati. Semoga semua pengajar di mana pun berada memiliki hati yang sabar dan dada yang lapang seluas samudera raya. AMDG. Berkah Dalem.

62

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

PIR …. Apa dan Ada Ga’ Sih ? LOWONGAN : DICARI cowok cewek usia 11-15 tahun untuk bergabung di PIR. PIR….PIR…. apa sih ?? Hai.. Hai.. teman-teman, PIR itu Pendampingan Iman Remaja, komunitas yang pas untuk teman-teman yang sudah menerima Komuni I, tepatnya yang sudah berusia 11 -15 tahun. Yuukk… bergabung di sini agar imanmu semakin kuat, tetap eksis melayani dan terlibat di lingkungan dan gereja Santo Paulus tercinta. PIR bukan kelompok eksklusif lo.., teman-teman tetap bisa bergabung di Misdinar, Lektor dan Pemazmur serta Laskar Maria. PIR tempat yang tepat untuk menumbuh kan keterlibatanmu bersosialisasi sebelum teman-teman masuk OMK (Orang Muda Katolik). Tahu ga sih ?? PIR tahun ini sudah mengadakan 2 kegiatan lho; mau tahu? yuukk simak yaaa…

Kring… Kring… Gowes.. Gowes Yup…! kegiatan ‘Gowes….Chapels Touring’ alias Sepeda Keliling Kapel yang diadakan untuk merayakan HUT Paroki St. Paulus ke-25 tahun, tepatnya 8 Juni 2014. Iih.. hari gini masih pakai sepeda? Eits….jangan salah, mungkin selama ini temanteman hanya tahu Kapel St. Yusuf Maria Yosef (YMY) di Plamongan Indah atau Kapel yang ada di sekitar rumahmu, padahal ada 5 kapel lho.. WOW banyak bingit yaa.. Mana aja tuh ? Touring ke Kapel St. Petrus - Medoho, Kapel Sta. Theresia Avilla - Tlogosari, Kapel St. Gregorius Agung - Graha Mukti, Kapel Sta. Maria Go retti - Plamongan Hijau. Nah, nambah kan pengetahuan mu. Walaupun di acara ini belum banyak teman-teman PIR yang ikut tapi ga berarti acara batal, namun tetap berlangsung dengan peserta ditambah dari OMK dan Bapak Ibu serta dukungan luar biasa dari Peng urus Kapel yang disinggahi serta acara menarik berupa doorprize, games dan panggung hiburan dari temanteman band SD PL St. Yusuf bimbingan Bapak Pribedi sehingga menambah SEMA NGAT ... Kring… Kring… Gowes.. Gowes

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

63


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Klik…Klik… geser sini jepret… geser sana dikit, jepret Hayo siapa yang punya hobi selfie, narsis atau pengen jadi fotografer ?? Disini tempatnya, kegiatan Pelatihan Fotografi PIR yang diadakan minggu ke-4 tiap bulannya, dengan bimbingan Bapak V. Suparyanto atau biasa dipanggil Pak Par (tim KomSos KAS dan redaksi Warta Paulus). Teman-teman bukan hanya asal foto, melainkan lebih tahu seni dan teknik yang baik dan benar dalam mengambil gambar atau obyek sehingga enak dilihat. Pelatihan fotografi ini sudah mulai dari bulan Mei, tepatnya tanggal 25 Mei 2014 dan inilah teman-teman yang sudah bergabung; ada Stephani, Nata, Elang, Anisa, Nico dan Toddy. Teman-teman kita ini sudah pernah terlibat dan bekerjasama de ngan tim dokumentasi Gereja di acara Ibadat pertama Jumat Agung, Misa Penerima an Komuni I dan Bazar HUT 25 tahun Paroki. Eits.. tunggu dulu bukan hanya teknik foto aja lho, nantinya akan diajari cara editing dan desain grafis. Jadi nunggu apalagi … yuukk gabung yaa bersama kami tiap Minggu ke-4 setelah misa ke-2… Don’t miss it… ♥ Tim Kerja PIR

64

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

BARANG BEKAS YANG BERMANFAAT Barang bekas bukan barang

yang habis pakai. Dengan bermodalkan semangat yang tinggi barang bekas tersebut dapat kita manfaatkan. Ide dan kreativitas dapat tim bul selagi kita melihat sesuatu yang mungkin tidak berguna bagi orang lain, tetapi dapat berguna bagi kita. Tantangan muncul untuk dapat mewujudkan dari apa yang kita lihat. OMK Paroki Santo Paulus Sendangguwo, mempunyai ide mewujudkan sebuah Pohon Natal berbahan botol bekas air mineral ukuran 600 ml, setinggi 3,5 meter, diperkirakan butuh 1.000 botol. Botol bekas tersebut dikumpulkan sejak akhir bulan Oktober. Mereka bergotong-royong mengumpulkannya, kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel. Umat juga ikut serta mengumpulkan botolnya. Pohon Natal berangka bambu dihiasi botol bekas dan diterangi lampu natal agar pada malam hari kelihatan indah, ditempatkan di halaman gereja, dapat dinikmati sejak 20 Desember. Selain itu OMK juga membuat Gua Natal yang berbentuk kandang hewan dari bambu di dalam gereja, ada pula hiasan Pohon Natal yang terbuat dari gantungan pakaian. Bersemangatlah OMK agar mewujudkan ide-ide kreatif yang lain. Orang Muda yang kreatif sebagai modal dalam mewujudkan cita-cita yang tinggi. Berkah Dalem. Pius Koesdyantoro

EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

65


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

HARI PANGAN SEDUNIA 2014 Hari Pangan Sedunia (HPS) diperingati di seluruh dunia setiap tahun. Untuk tahun 2014 ini Paroki Santo Paulus - Sendangguwo menyelenggarakan bazaar untuk memperingati HPS, dengan tema: Pertanian Berbasis Pangan Lokal. Peserta bazaar HPS tahun ini diikuti oleh 12 Wilayah, 2 Kapel dan 3 Kelompok Kategorial. Kegiatan berlangsung pada hari Minggu, 9 Nopember 2014 dari pk. 06.00 – 20.00 WIB di halaman gereja. Selain pameran pangan, juga diadakan pengobatan gratis bagi umat dan warga masyarakat sekitar gereja, dengan pasien sekitar 137 orang. Sesuai tema “Pertanian Berbasis Pangan Lokal�, peserta bazaar menyajikan makan an olahan lokal, bukan makanan olahan pabrik (pabrikan). Diharapkan umat dapat mengolah makanan lokal dengan kreasi dan inovasi yang menarik, juga untuk menumbuhkan kemandirian dalam bidang pangan, yang tentunya dapat menunjang ekonomi keluarga. Diharapkan pula agar kegiatan - kegiatan di Paroki dapat memanfaatkan makanan hasil olahan umat. Pembinaan perlu dilakukan, agar industri pangan lokal dapat dinikmati dalam setiap kegiatan. Dari umat untuk umat, makanan yang bersih dan sehat dapat kita nikmati bersama. Selamat ber-kreasi dan ber-inovasi dalam mengolah makanan lokal. Berkah Dalem. Pius Koesdyantoro

66

WARTA PAULUS NO. 94


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Dialog Intern Agama Katolik FKUB Kota Semarang Apa itu FKUB? FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) adalah sebuah Forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. Salah satu tugasnya adalah mengadakan dialog antar agama maupun intern agama di rumah ibadah 6 agama resmi yang diakui negara, guna menampung aspirasi umat dan juga menggalang kerukunan antar umat beragama sesuai tingkatannya. Dan Minggu pagi, 21 September 2014, FKUB Kota Semarang meng adakan Dialog Intern Agama Katolik di Bangsal Pastoran GSP. Dialog ini meng undang umat paroki kita yang diwakili para ketua wilayah, lingkungan dan Dewan Paroki, melakukan bincangbincang dengan Tim dari FKUB Kota Semarang, mengenai isu-isu yang berkembang mengenai kerukunan umat beragama yang dialami khususnya oleh umat paroki St. Paulus sendiri. Sebagai pembicara, adalah Bp. Joko Hartono,SSTP, Msi - staf Kesbangpol Kota Semarang; Bp. Drs. HN Mustam Aji, MM - Wakil Ketua FKUB Kota Semarang; dan juga Rm. Ag. Luhur Pribadi, Pr - Vikep Semarang. Dalam ulasannya, Romo Luhur mengungkapkan bahwa gereja katolik sangat me naruh perhatian kepada kerukunan hidup antar umat beragama. Hal itu dapat kita baca dalam dokumen-dokumen Gereja, se cara khusus dalam Konsili Vatikan II. Dokumen pernyataan tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen (Nostra Aetate) menyatakan pada pendahuluan bahwa: ”Semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka bumi. Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir yakni Allah, yang menyelenggarakan”. Demikian juga dalam KHK 1983, kan. 748, ditegaskan bahwa: “Semua orang wajib mencari kebenaran dalam hal-hal yang menyangkut Allah dan Gereja-Nya, dan berdasarkan hukum Ilahi mereka wajib dan berhak memeluk dan memelihara kebenaran yang mereka kenal”. Selain itu, “tak seorang pun boleh memaksa orang untuk memeluk iman katolik melawan hati nuraninya”. Bp. Joko Hartono dari Kesbangpol, menerangkan bahwa pemahaman keagamaan masyarakat sangat mempengaruhi terwujudnya wawasan multikulturalisme yang mendorong terciptanya masyarakat yang damai. Sebab, agama memiliki dua sisi yang EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014

67


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

bertentangan sekaligus. Di satu sisi, agama mem punyai kekuatan yang luar biasa dalam menyatukan manusia dari berbagai latar belakang etnik budaya, tapi di sisi lain agama juga dapat menjadi potensi pemicu konflik yang sangat efektif. Sedangkan Bp. Mustam Aji selaku wakil dari FKUB Kota Semarang, menjelaskan peran FKUB dalam menjaga dan meningkat kan kerukunan antar umat ber agama di Kota Semarang. Se lain itu diutara kan pula me ngenai tugas-tu gas yang di embannya, antara lain melakukan dialog intens de ngan para pemuka agama dan tokoh masyarakat, menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, dan juga memberikan rekomendasi ter tulis atas permohonan pendirian rumah ibadah. Dalam sesi tanya jawab, peserta berkesempatan menyampaikan uneg-uneg berkaitan dengan intoleransi beragama yang masih sering terjadi di segala lapisan masyarakat maupun instansi pe merintahan. Acara yang dihadiri sekitar 80-an peserta, ber akhir sekitar pukul 13.00 dan ditutup dengan santap siang bersama. Redaksi

DAFTAR ISI Menemukan Allah dalam Keluarga 1 Surat dari Romo Paroki 3 Doa kepada Keluarga Kudus Nazaret 7 Salam 5 Jari 9 Dari Bilik Redaksi 10 Bincang-bincang dengan Romo Tirta, MSF 12 Kenangan Pesta Perak Gereja 22 Lima Menit yang Berharga 27 Santo Basilius Agung 29 Khotbah pun Berantakan 30 Mengenal Sosok Rm. Marcelinus Moi, MSF 32 • Ziarah ke Sendang Sriningsih 35 Rahisa 37 Rekoleksi Prodiakon 40 Pesta Kencana 50 th. Imamat Rm. Ign. Wignyasumarta, MSF 42 Gerejaku yang Selalu Luber 45 Berdonor Dar ah bisa Menyehatkan Tubuh 47 Jalan Sehat Wilayah Damsyik 49 Memuji dan Memuliakan Nama Tuhan dalam Paduan Suara 52 Ekaristi Kaum Muda 2014 55 Nguda Rasa (Mo Semar) 56 Karena Anak, Bukan Mamanya 60 PIR ...Apa dan Ada Ga’ Sih ? 63 Barang Bekas yang Bermanfaat 65 Hari Pangan Sedunia 2014 66 Dialog Intern Agama Katolik FKUB Kota Semarang 67

Orang bijak dapat melihat sesuatu yang berharga dalam setiap kesempatan yang ada.

68

WARTA PAULUS NO. 94




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.