Warta Paulus 90 _ 28 Maret 2013 _ Edisi Paskah 2013

Page 1



GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

AKU PERGI TETAPI KAMU HARUS TETAP RIANG GEMBIRA Tulisan Rm. Markus Solo, SVD yg. dikirim melalui milist PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia). Vatikan, 27/02/2013.

Cuaca di kota Roma hari ini ti dak seperti biasa nya. Rabu, 27 Peb ruari 2013,sebuah hari musim dingin yang sangat indah. Matahari bersinar cerah sejak pagi. Inilah sebuah hari penting di dalam sejarah Gereja Katolik: Sri Paus Benediktus XVI tampil ke publik dalam upacara audiensi umum untuk terakhir kali setelah pengumuman pengundur an dirinya dua pekan lalu. Sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, peziarah-peziarah sudah memenuhi Via della Conciliazione, ruas jalan panjang membujur dari Lapangan San to Petrus hingga sungai Tiber. Di ruas jalan itu pula sudah dipasang bebera pa layar lebar. Di situ terdapat bebera pa titik kontrol, selain dari arah Porta Santa Anna, tepi barat, dan Porta Sant’Angelo dari tepi arah timur Vatikan. Ribuan polisi dan aparat ke amanan pun siaga sekeliling Vatikan. Para peziarah berjuang masuk ke Lap angan Santo Petrus dan mengambil tempat paling depan supaya bisa EDIS

melihat Sri Paus dari dekat dan meng ucapkan kata-kata pisah yang bisa di dengar oleh Bapa Suci sendiri. Dari saat ke saat, Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manu sia. Mereka melambai-lambaikan ber bagai bentuk dan ragam spanduk de ngan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arriveder ci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa. Mere ka pula tidak henti-hentinya meneriak kan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara campur yang menggetarkan suasana pagi ini. Tepat pukul 10.35 pagi waktu Roma,

1


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya du duk Sekretaris pribadi, Mgr. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan beliau sendiri menjadi Uskup Agung tanggal 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus. Ketika melihat Papa Mobil,

DAFTAR ISI

• •

Aku pergi tetapi kamu harus tetap riang gembira 1 Surat dari Romo 4 Dari Bilik Redaksi 7 Kerja = Uang 9 Di Kiri dan Kanan Salib... 10 Santa Perawan Maria la Salette dan Pater Jean Berthier,MS 11 Menjadi Pelayan 17 Ziarah Rekreasi Natal 20 Kilas Balik, Paus Emeritus Benediktus XVI 22 Kasih dari Sengsara 26 Rekoleksi & Outbound Keluarga 28 Bersyukur Karena Masa Prapaskah 31 St. Paulus Pelindung Paroki Kita 32 Ngudo Roso, Mo Semar 36 Program Kerja 2013, Dewan Paroki 40 Orang Pelit Masuk Surga.... 45 Santa Bernadette Soubirous 46 Gereja di Tengah Bumi yang Memanas 48 Jadilah Rasul Kelor 52 Pastor vs Tukang Parkir... 55 Ingin Seperti Yesus... 60

2

massa semakin kuat dan ramai me neriakkan yel-yel seraya bertepuk ta ngan meriah. Setelah melewati bebera pa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wila yah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke singgasana, sebuah kur si putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebe lum duduk, beliau merentangkan ke dua tangan ke arah para hadirin, se olah-olah ingin merangkul mereka sa tu persatu. Di saat itu keharuan mulai terasa. Setelah rangkaian salam dan pembaca an dari Kitab Suci, beliau mulai mem bacakan wejangannya yang terakhir. Hadirin hening dan mendengar dengan penuh perhatian. Sering juga hadirin menyela Sri Paus dengan tepukan ta ngan panjang dan yel “Benedetto”, ter utama ketika beliau mengungkapkan kata-kata peneguhan dan pujian yang masuk hingga ke lubuk hati pen dengar. Pertama-tama Sri Paus meng ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah memilih dan mempercaya kan tugas ini kepadanya. Katanya: ”Delapan tahun lalu, ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa Engkau memilih saya? Saya tahu bah wa sejak itu saya memikul beban berat di bahuku”. Lanjutnya: “Delapan tahun yang lalu adalah tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan, sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

terombang-ambing di danau Genesa ret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan Tuhan tidur di buritan. Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini, karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri. Mendengar itu, massa bertepuk ta ngan ramai sambil meneriakkan nama Sri Paus. Beliau sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan senantiasa dekat de ngan umatNya dan menganugerahkan segala yang perlu untuk kemajuan Ge rejaNya. Sri Paus juga mengungkap kan terima kasih kepada para pekerja nya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa jabatannya, beliau betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik sejagad, sekalipun ba nyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara langsung. Menjelang sambutannya yang ber durasi kurang lebih 20 menit itu, be liau meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar: “Saya pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi untuk mem baktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan yang memanggil kita ke dalam satu komu nitas iman, akan tetap bersama kita, memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasihNya tanpa batas.� Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah mem EDIS

bludak hingga ujung Via della Concili azione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan se makin tenang pertanda sedih. Sri Paus pun berdiri, melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat yang sempat menuai deraian air mata. Upacara dilanjutkan dengan penyam paian ucapan salam pisah dan terima kasih dari para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Ita lia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polan dia dan Arab. Di akhir audiensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama me nyanyikan lagu Bapa Kami di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup de ngan berkat terakhirnya sebagai Paus. Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat du duk. Papa Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi putih, tinggal kosong. Sri Paus bergerak keluar, diiringi apla us panjang, memanggil-manggil nama nya dan seraya air mata tetap ber derai. Di atas Papa Mobil beliau terus merentangkan kedua tangannya, se akan-akan ingin membawa pergi sekitar 200.000-an hadirin bersama nya. Rangkulan lengannya tentu ter lalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukit Mons Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap bersatu. Terima kasih Bapa Suci Benediktus XVI.

3


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Surat dari Romo Salam dalam Kasih Kristus, Paskah adalah Perayaan kebangkitan Tuhan. Perjumpaan para murid dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit, mengubah hidup para murid Kristus. Ada suatu perubahan dan pembaharuan di dalam hidup mereka. Dari perasaan takut menjadi penuh keberanian. Perubahan di dalam cara “melihat”, yang nampak dalam cara berkata, cara berpikir dan bertindak, menjadi wujud kesaksian nyata pada dunia mengenai kebangkitan. Pengalaman paskah adalah sungguh personal, namun ini bukan berarti sebuah pengalaman iman yang tertutup dan hanya “dinikmati” untuk diri sendiri. Tema Aksi Puasa Pembangunan tahun 2013 ini adalah Semakin beriman de ngan bekerja keras dan menghayati misteri Salib Tuhan. Salah satu alinea gagasan dasar antara lain untuk menghargai setiap pekerjaan dan menempatkan manusia sebagai subyek atas pekerjaan. Sebagai ciptaan yang yang dicipta kan Tuhan seturut citra Tuhan sendiri, dengan akal budi, kita dipercaya oleh Tuhan untuk meneruskan karyaNya yang begitu agung dan mulia. Kita diharapkan dapat menemukan nilai-nilai hidup kristiani dalam setiap pekerjaan harian kita. Dengan kata lain, kita ditantang untuk menemukan “wajah” Tuhan sendiri melalui kerja dan pekerjaan kita sehari-hari. Sebab sering kali kita jumpai, dimana orang begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melupakan Tuhan dan sesama. Akhir bulan Februari 2013 yang lalu, telah dilangsungkan Sidang Dewan Pleno yang telah menetapkan program kerja tahun 2013 yang akan kita jalani dan laksanakan bersama. Selain kegiatan rutin dan program kerja bidang, Sidang Dewan Pleno juga telah menetapkan program visioner dengan sasaran strategis terjadinya perjumpaan iman kristiani, dalam kelompok kecil, se bagai gerakan eklesial dilingkungan, melalui gerakan ecopastoral, yang berbagi dan peduli dengan sesama ( KLMTD). Beberapa program kerja dapat diperiksa pada bagian lain Warta Paulus edisi ini. Keterlibatan seluruh umat untuk suksesnya program kerja 2013 sangat diharap kan, dan ini juga bagian dari pekerjaan pelayanan kita yang perlu dilaksana kan dengan sepenuh hati. Tahun 2013 juga sebagai tahun kaderisasi, mengingat akhir tahun ini, kepeng urusan dewan paroki, wilayah, dan lingkungan akan berakhir. Dengan demikian diharapkan muncul kader-kader muda yang penuh semangat me-

4

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

layani, mempunyai militansi seperti Santo Paulus, sehingga reksa pastoral di paroki kita semakin hidup dan umat semakin menghayati misteri salib Tuhan. Akhirnya, atas nama romo-romo Paroki Santo Paulus Sendangguwo, saya mengucapkan SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2013. Semoga aksi pantang, puasa dan matiraga kita semakin membangkitkan semangat militansi iman dan penghayatan hidup beriman kita terhadap Tuhan Yesus yang bangkit melalui karya, tugas dan pelayanan kita. Tuhan memberkati kita.

“Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah,

yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.� ( 1 Ptr 1 : 21 )

EDIS

5


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

6

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Dari Bilik Redaksi Shaloom pembaca budiman, Masa pertobatan, Retret Agung kita sebagai umat Katolik telah memasuki pari purna, dengan merayakan Paskah, pesta Kebangkitan Tuhan Yesus. Berbagai laku tobat secara pribadi telah kita lakukan, demikian pula dengan bersarasehan bersama dalam pertemuan-pertemuan APP di lingkungan masing-masing telah memperoleh ’hadiah’nya. Selamat Paskah. Dalam edisi awal di tahun ini, WP mencoba menyajikan beberapa inspirasi kepada umat paroki, yang beberapa diantaranya merupakan sumbangsih dari umat sendiri. Terimakasih dan salut untuk para kontributor. Pada kesempatan ini redaksi juga ingin menyampaikan kepada umat bahwa untuk ke depan, sedang dipikirkan sebuah sarana yang lebih mengena, lebih up to date sebagai media komunikasi tulis bagi umat paroki Sendangguwo. Sarana ini diharapkan dapat lebih menyapa umat dengan berita aktual dalam se minggu, sebelum atau sesudah penerbitan. Sedangkan media Warta Paulus tercinta ini akan lebih diarahkan sebagai buletin seremonial dalam peristiwa besar paroki, misal Ultah Paroki, dengan isi yang lebih menarik lagi. Mohon dukungan dari segenap umat. Memasuki tahun yang baru ini, redaksi juga punya keinginan baru, mengingat kondisi para pengasuh WP yang notabene adalah kaum di atas rata-rata (usianya .Red), tentu kreatifitasnya pun sudah kurang mumpuni lagi. Demi menjaga ‘stamina’ WP, dibutuhkan kaum yang jauh lebih muda, energik dan kreatif. Kami yakin banyak talentatalenta dari kaum muda yang masih ter sembunyi, malu-malu untuk tampil ke depan. Kami para ‘lansia’ ini meng himbau para muda, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih jomblo, untuk beramai-ramai berkarya dan melayani umat lewat media ter cinta ini. Akhirnya, redaksi mengucapkan se lamat menikmati bacaan. Semoga ber manfaat bagi kita semua. Berkah Dalem. Redaksi EDIS

7


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

8

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

K ER JA = U A N G oleh: P Wibowo Minggu ke 2 masa Prapaskah 2013

Belajar

dari pendalaman APP 2013 pada pertemuan pertama: MAKNA KERJA; dimana dikisahkan tentang Ibu Sinem yang setiap pagi hari sudah siap untuk menyapu halaman gereja. Tanpa adanya harapan sebuah imbalan atas jerih-payahnya. Sungguh mulia apa yang dikerjakan oleh Ibu Sinem dalam kisah tersebut. Kita sadari bersama, setiap orang pasti mencari dan membutuhkan pekerjaan. Entah itu sebagai pembantu rumah-tangga, koster, direktur, dan masih banyak lagi bidang pekerjaan yang digeluti oleh kita. Setiap kali kita bertemu teman dan bertegur sapa, selalu muncul pertanyaan: “Kerja dimana?” dan “Gajinya berapa?” Secara spontan pun kita menjawab seadanya dan sekenanya, “Ah, cuma pegawai rendahan, tukang antar surat. Gajinya pun tidak gedhe koq. Paling cukup untuk beli lauk saja.” Pandangan kerja identik dengan uang, kiranya tidak berlaku bagi pribadi Ibu Sinem, “Hanya ini yang dapat saya persembahkan kepada Tuhan, pekerjaan yang sangat sederhana, saya tidak punya apa-apa. Saya pun gembira bisa me lakukan seperti ini. Saya hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.” Bacaan Injil Lukas 5:1-11 bisa menjadi inspirasi kita bersama. Mungkin saja pada waktu itu Simon Petrus dan saudara-saudaranya bisa menolak dan mem bantah, karena mereka lebih tahu dan paham tentang cuaca, seperti yang di katakan Simon:”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Iman kepercayaan mereka bahwa Tuhan ada disisi mereka membuat mereka membawa perahu-perahu mereka seperti yang diperintahkan oleh Yesus. Belajar dari dua kisah tersebut, kita tentunya dapat menemukan makna ter sendiri dari pekerjaan-pekerjaan kita. Pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya sekedar mendapatkan uang atau upah, namun bisa menjadi sarana bagi kita untuk lebih merefleksikan kerja kita bagi perkembangan kepribadian kita. Kalau kita bisa memetik buah-buah permenungan dari kisah tersebut, ternyata Tuhan pun ikut bekerja bersama kita secara tidak langsung. Dan kita pun bisa mengatakan seperti Ibu Sinem, “Ini Tuhan yang dapat aku lakukan untuk memuliakan Engkau, terimalah persembahku ini.” Selamat merayakan Paskah. Tuhan memberkati. EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

9


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

DI KIRI DAN KANAN SALIB ... Suatu siang serombongan polisi memasuki rumah Pak Petrus dengan marah-marah. "Pak Petrus, apakah Anda tahu bahwa perbuatan Anda melecehkan kepala negara?" bentak seorang polisi. "Apa salah saya?" Pak Petrus menjawab dengan ketakutan. "Anda memasang potret presiden dan wakil presiden di kiri dan di kanan salib Kristus. Pak Petrus tahu tidak, siapa yang berada di kiri dan di kanan Yesus waktu Dia disalib? Mereka adalah penjahat!" seorang polisi lain malah menjelaskan. [Sumber: http://paskah.sabda.org/ di_kiri_dan_kanan_salib]

10

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Kenalkah aku dengan

Santa Perawan Maria La Salette Dan Pater Jean Berthier, MS ? oleh: Ignatius Martin Sitepu

Bagaimanakah kisah Santa Perawan Maria dari La Salette?

Dampak Revolusi Perancis yang telah meneror Gereja, darah yang tertumpah sepanjang masa ber kuasanya Napoleon, meningkatnya sekularisasi pe mikiran masyarakat dan maraknya kekacauan politik yang menyelimuti Eropa telah mengakibatkan ke rusakan serius atas iman masyarakat. Melanie Calvat, 14 tahun, seorang dari delapan bersaudara, berasal dari sebuah keluarga miskin dan harus mulai bekerja ketika usianya tujuh tahun. Ia tidak pernah bersekolah, hanya tahu sedikit saja mengenai Katekese, jarang ke perayaan ekaristi, dan nyaris tak dapat mendaraskan Bapa Kami ataupun Salam Maria. Begitu pula, Maximin Giraud, 11 tahun, yang ibunya telah meninggal dunia dan tidak cocok dengan ibu tirinya, hanya mempunyai sedikit saja pendidikan agama dan tidak bersekolah. Pada Sabtu siang, 19 September 1846, ketika kedua orang anak itu sedang menggembalakan domba milik majikan mereka dekat La Salette di pegunung an Alpen, Perancis, mereka melihat suatu cahaya kemilau yang lebih cemer lang dari matahari. Ketika mendekat, mereka melihat seorang “Perempuan Cantik� duduk di atas sebuah batu karang dan menangis, wajahnya dibenam kan ke dalam kedua tangannya. Dengan berurai air mata, perempuan itu berdiri dan berbicara kepada mereka dalam dialek Perancis setempat. Ia mengenakan hiasan kepala dengan sebuah mahkota transparan di atasnya dan rangkaian mawar sekelilingnya, gaun yang bersinar dengan cahaya dan alas kaki ber pinggiran bunga-bunga mawar. Di lehernya tergantung sebuah salib emas: di salah satu ujung palang salib terdapat sebuah palu serta paku-paku, dan di ujung lainnya terdapat sebuah penjepit. Di sekeliling pundaknya tergantung sebuah rantai yang berat. Katanya, “Datanglah kepadaku, anak-anakku. Janganlah kalian takut. Aku ada di sini untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Jika umatku tidak taat, aku akan harus terpaksa melepaskan lengan Putraku. Lengan-Nya EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

11


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

begitu berat, begitu menekan, hingga aku tak lagi dapat menahannya. Aku memberikan kepada kalian enam hari untuk bekerja. Hari ketujuh Aku peruntukkan bagi Diri-Ku Sendiri. Namun, tak seorang pun hendak memberikannya kepada-Ku. Inilah yang menyebabkan lengan Putraku berat menekan. ........” Sungguh, suatu pesan yang serius. Kemudian Bunda Maria mengatakan, “Apabila orang bertobat, maka batu-batu akan menjadi tumpukan gandum, dan kentang-kentang akan didapati tersebar di tanah.” Lalu ia bertanya kepada anak-anak, “Adakah kalian berdoa dengan baik, anak -anakku?” “Tidak, kami nyaris tak pernah berdoa sama sekali,” gumam mereka. “Ah, anak-anakku, sungguh amat penting memanjatkan doa, malam maupun pagi. Apabila kalian tak punya cukup waktu, setidak-tidaknya daraskanlah satu Bapa Kami dan satu Salam Maria. Dan apabila memungkinkan, berdoalah lebih banyak.” Ia mengakhirinya dengan mengatakan, “Anakanakku, kalian akan menyampaikan ini kepada segenap umatku.” Kemudian ia berjalan pergi, mendaki sebuah jalanan yang tinggi, dan kemudian menghilang dalam cahaya yang cemerlang. Kedua anak itu menceriterakan kisah ini kepada majikan masing-masing. Ketika orang banyak memastikan bahwa kedua kisah tersebut cocok sama, dan beberapa orang saleh menyimpulkan bahwa ini adalah penampakan Bunda Maria, maka mereka dikirim ke imam paroki La Salette. Para pejabat pemerintahan memulai suatu penyelidikan dan kedua anak tetap bersikukuh pada kisah yang mereka lihat walau diancam hukuman penjara. Suatu ketika saat menyelidiki tempat kejadian, seseorang mematahkan bongkah batu karang di mana tadinya Santa Perawan duduk; maka memancarlah suatu sumber mata air di tempat yang tadinya kering terkecuali ketika saat salju mencair. Mata air ini terus memancar dengan berlimpah. Seorang perempuan yang menderita suatu penyakit serius yang telah menahun; meminum sedikit dari air tersebut setiap hari sambil mendaraskan novena, dan pada hari kesembilan, ia disembuhkan! Ziarah ke tempat ini menjadi semakin populer. Lima tahun kemudian, pada 19 September 1851, Uskup Bruillard menetapkan bahwa penampakan “me maklumkan dari dirinya sendiri segala tanda-tanda kebenaran dan bahwa umat beriman dibenarkan untuk mempercayainya sebagai dapat dipercaya dan tak diragukan.” Pertobatan sejati telah terjadi. Tahun berikutnya, dibentuk suatu komunitas reli gius baru, Misionaris dari La Salette (MS). Juga, Uskup Bruillard meletakkan batu pertama untuk sebuah basilika baru. Para peziarah semakin banyak me ngunjungi lokasi penampakan, dan Santa Perawan digelari sebagai “Pendamai orang-orang berdosa” (Reconcilatrix of sinners). Banyak orang kudus besar

12

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

13


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

ber devosi kepada Santa Perawan Maria dari La Salette, di antaranya St. Yohanes Bosco dan St. Yohanes Maria Vianney. Siapakah Pater Jean Berthier, MS (Pendiri Konggregasi MSF) itu? “Misionaris tanpa Kenal Lelah”

Jean Baptis Berthier lahir di Châtonnay – sebuah desa di Perancis Tenggara, 24 Pebruari 1840. Jean kecil mempunyai tubuh yang lemah dan sering sakitsakitan, oleh karena itu ayahnya berpendapat bahwa ia kurang cocok bekerja di bidang pertanian. Ayah Jean pun kemudian mengirimnya ke sebuah sekolah milik Yayasan Bruder Hati Yesus dan Maria. Pergaulan dengan pastor paroki nya menumbuhkan benih panggilan dalam diri Jean Berthier, sehingga diputus kannya untuk masuk Seminari, meskipun ia menerima protes dari ayahnya namun ibunya sangat mendukung jalan hidup pilihannya. Di Seminari inilah panggilan Jean Berthier sebagai seorang Imam semakin jelas. Ketika mem peroleh kesempatan untuk berlibur, ia berkunjung ke Biara Grande Chartreuse di Grenoble, kemudian berziarah ke La Salette. Nampaknya kunjungan ter sebut sangat berkesan di hati Jean, sehingga dalam Buku Hariannya ia me nulis, “Di sini aku akan kembali.” Masuk Kongregasi Misionaris dari La Salette (MS) Tanggal 5 April 1862 Jean Berthier menerima tahbisan sebagai Diakon dan menurut rencana akan ditahbiskan menjadi Imam pada bulan Juli tahun berikut nya. Keputusan ini dibuat karena Jean dianggap masih terlampau muda, namun di sisi lain Jean merasa keberatan dengan keputusan ini. Maka sehari setelah temannya ditahbiskan, Jean pergi ke La Salette. Kemudian ia masuk Novisiat Kongregasi Misionaris dari La Salette hingga ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 20 September 1862 dengan hanya dihadiri oleh Magister dan seorang teman di kapel pribadi Uskup Grenoble. Sejak tarekat Misionaris dari La Salette (MS) didirikan pada tahun 1852, jumlah anggota tetap sangat sedikit. Pater Archier, MS – Pemimpin Kongre gasi Maria dari La Salette sejak tahun 1876, mengusulkan agar didirikan Sekolah Apostolik di La Salette. Gagasan ini disambut dengan antusias oleh rekan-rekan MS dan Uskup Grenoble. Kemudian Pater Berthier memikirkan dan melaksanakan rencana tersebut selekas mungkin. Dan 12 tahun kemudian, karya tersebut telah mampu menghasilkan 32 orang Imam, 5 orang diantaranya berada di Norwegia untuk melaksanakan tugas misi. Peran Pater Berthier sangat nampak sekali sebagai motor penggerak bagi Sekolah Apostolik ter sebut. Kelahiran Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) Selama terlibat dalam kegiatan pendidikan Kongregasi dan ketika bertugas di paroki-paroki di Perancis, Pater Berthier berulang kali mengalami kesedihan

14

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

karena harus menolak para pemuda yang hendak menjadi Imam maupun Misionaris oleh karena alasan “umur” dan “kemiskinan.” Pater Berthier merasa prihatin karena pada kenyataannya tenaga Misionaris terbatas. Keprihatinan ini kemudian diwujudkan Pater Berthier dengan jalan mengaju kan usulan kepada Kongregasi MS untuk mendirikan lagi Sekolah Apostolik bagi “panggilan terlambat” dan “karena alasan kemiskinan”. Namun permohon an ini ditolak. Namun ambisi Pater Berthier tetap berkobar. Pada tahun 1893 Kardinal Langénieux mengundang Pater Berthier untuk memberikan retret bagi para Imam di Keuskupan Agung Rheims. Secara pribadi, Pater Berthier membicarakan ambisinya untuk memulai karya baru untuk “panggilan ter lambat” dan “karena alasan kemiskinan”. Seusai retret, Kardinal berjanji akan mencarikan dukungan di Roma bagi rencana Pater Berthier tersebut. Setahun kemudian, pada tanggal 13 Nopember 1894, Pater Berthier dipanggil ke Roma. Tanpa disangka-sangka, rencana karya Pater Berthier mendapat dukungan dari Paus Leo XIII. Supaya segala sesuatunya lancar, maka Paus Leo XIII me nunjuk Kardinal Langénieux sebagai Pelindung. Karya Misi MSF Bermula di kota Grave, Belanda Tanggal 27 September 1895, Pater Berthier tiba di Grave, sebuah kota kecil di pinggiran Sungai Maas, Belanda. Di sebuah gedung tua bekas tangsi militer, didirikan Rumah Induk MSF, tempat di mana para Misionaris Keluarga Kudus dididik. Tanggal 28 September 1895, setelah menerima ijin tertulis dari Uskup ‘s-Hertogenbosch, dimulailah karya di Grave dengan 10 orang murid. Pada tanggal 4 Oktober 1900, 5 orang Novis mengucapkan Kaul. Tanggal 4 Oktober 1903, diadakan Kapitel yang pertama yang dihadiri oleh 30 orang Frater yang telah mengucapkan Profesi. Pada tanggal 20 Agustus 1905, 3 orang Frater/ Diakon MSF ditahbiskan menjadi Imam. Selama Pater Berthier hidup di Grave, ia kerapkali diserang oleh bronchitis yang kronis beserta sakit perut. Pada tanggal 16 Oktober 1908 pagi, setelah diberikan Sakramen Perminyakan beliau dipanggil menghadap Allah Bapa. Tugas Pater Berthier kemudian digantikan oleh Pater Josef Carl, MSF yang dipilih pada Kapitel Pertama. Kongregasi MSF yang didirikan pada tahun 1895 mendapatkan pengakuan resmi dari Sri Paus pada tahun 1911. Setelah tahun 1957, Kongregasi MSF berpusat di Roma, Italia. Sejak tahun 1910, Kongregasi MSF telah mengirim para Misionarisnya ke berbagai negara di berbagai belahan dunia. Saat ini Kongregasi MSF berkarya di Belanda, Argentina, Brasilia, Chili, Kanada, Meksiko, Amerika Serikat, Belgia, Perancis, Spanyol, Jerman, Norwegia, Indonesia (Kalimantan mulai 1926, Jawa mulai 1932 dan Flores 1993), Madagaskar, Polandia, Swiss, Italia, Austria, Belorusia, Ukraina dan Papua New Guini. Tugas misioner seturut citacita Pater Berthier untuk saat ini dilanjutkan dengan mengembangkan 3 karya EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

15


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

kerasulan : Kerasulan Keluarga, Kerasulan Panggilan dan Kerasulan Misioner. Setelah kita membaca riwayat singkat kedua tokoh di atas, kita akhirnya me nyadari bahwa peran mereka sangat besar bagi perkembangan Gereja pada umumnya dan bagi Kongregasi MSF secara khusus. Akhirnya kita me ngetahui bahwa Maria La Salette itu adalah Santa Perawan Maria atau Bunda Tuhan Yesus sendiri yang dijadikan sebagai Pelindung MSF. Sedangkan Pater Jean Berthier, MS adalah seorang pastor dari konggregasi Maria La Salette (MS) yang kemudian menjadi pendiri Kongregasi MSF. Terlepas dari kita menyadari atau tidak, bahwa sesungguhnya Gereja Santo Paulus Sendangguwo ini adalah paroki MSF, karena gereja tercinta kita ini di layani oleh pastor-pastor MSF. Namun paroki ini bukan hanya milik MSF melainkan milik kita semua, milik semua umat. Langkah konkrit yang bisa kita lakukan untuk mengenang Bunda Maria La Salette dan mendoakan Pater Jean Berthier, MS adalah: 1. Hendaknya kita mengadakan triduum atau doa tiga hari sebelum hari peringatan penampakan Bunda Maria di La Salette yang jatuh setiap tanggal 19 September. 2. Mengadakan doa Beatifikasi bagi Pater Jean Berthier, MS agar beliau segera diangkat menjadi seorang Beato. 3. Mengadakan devosi-devosi setiap kali kita berziarah ke gua-gua Maria.

16

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

giatan kelompok dan organisasi, yang diselenggarakan untuk menghasilkan manfaat bagi publik dan Gereja. Sejarah organisasi-or ganisasi Katolik mengajar kan bahwa model “men dahulukan kepentingan orang banyak” (bentuk lain: men for others; pro bono publico) merupakan rumus yang pasti untuk keberhasilan. Yang menjadi misteri adalah, begitu sedikit orang yang “mendapatkan” rumus tersebut. Begitu sedikit yang bersedia belajar dari Yesus atau dari sejarah organisasi -Nya (dalam hal ini Gereja Katolik). Penting sekali bagi kita untuk me nunjukkan bahwa menjadi pelayan bagi sesama, bagi kepentingan publik dan bagi Gereja, tidak berarti melepas kan hak dan kehormatan sebagai anggota Gereja Katolik atau anggota organisasi Katolik, atau bersikap lunak dan tidak berpendirian. Sama sekali tidak! Agar dapat memenuhi kepentingan publik dan Gereja, organ isasi harus kuat dalam karakter dan sistemnya. Hanya organisasi yang ber karakter dan mempunyai sistem saja lah yang bisa lestari melayani kepentingan publik dan Gereja. Jenis sikap sebagai pelayan tidak akan menyempatkan diri untuk bertanya: ”Bagaimana kita dapat terlihat sebagai yang terbaik dalam memenuhi kepentingan publik dan Gereja sekaligus, dalam konteks sosial yang semakin pragmatis, menuntut hasil in-

MENJADI PELAYAN oleh : R.B. Probo Anindito Pemuda Katolik Komcab Kota Semarang.

Inspirasi : Injil Matius 23:11 “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayan mu.”

Sepanjang

pembentukan organi sasi-Nya (yaitu Gereja, yang terbukti mampu bertahan selama 2000 tahun), Yesus berulangkali menekankan sikap sebagai pelayan. Satu gagasan, bahwa jalan menuju keberhasilan adalah de ngan mendahulukan orang lain. Banyak tipe aktivis Katolik yang keras, dan memandang cara pendekat an ini sebagai hal sentimentil, bahkan aneh. Sesuatu yang hanya mungkin berlaku untuk masa lain, yang berbeda dan pasti untuk kegiatan lain se lain organisasi modern. Kebijaksanaan yang konvensional adalah : untuk menjadi nomor satu, kita harus mengurus yang nomor satu (urusan nomor satu, orang nomor satu, jabatan nomor satu, dsb). Kenyataannya adalah, cara yang paling pasti untuk menjangkau ke berhasilan, bagi seorang pegiat Katolik adalah dengan mendahulukan kepentingan publik dan Gereja. Artinya menjadi pelayan dalam kegiatan-ke EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

17


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

stant dan mengukur dari segi kuantitas saja?” Sikap sebagai pelayan bukan berarti kita mengesampingkan visi dan misi organisasi, atau mengaburkan karakter dasar organisasi kita sendiri, semata-mata untuk memenuhi keinginan pihak-pihak dari luar organ isasi. Hal semacam ini justru akan terlihat menggelikan, merugikan organisasi kita sendiri dan mengancam keberlangsungan organisasi. Dalam lingkungan intern suatu kelompok, kebalikan model sikap pelayan adalah sikap: “Berharap mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari kelompok bagi dirinya sendiri, dengan memberikan sesedikit mungkin pengorbanan bagi kelompok”. Dalam prakteknya, sikap semacam itu akhirnya hanya menghasilkan “penggerutu-penggerutu” yang sangat

18

ahli dalam menilai dan menghakimi orang lain (karena “merasa” dirinya lebih daripada orang lain, namun tidak mendapatkan manfaat apa pun dari kelompok). Dalam kehidupan menggereja, jarang ada seseorang yang mendapatkan sesuatu dari Gereja, sebelum dia sendiri memberikan dirinya bagi Gereja atau orang lain. Satu kenyata an yang tidak terbantahkan, kita mendapatkan sesuatu setelah kita memberikan banyak hal! Orang yang sesumbar, dengan mengatakan tidak mendapatkan apa pun dari Gereja, justru telah mempermalukan dirinya sendiri. Dengan demikian ia menegaskan bahwa sebenarnya ia tidak mengenal Gereja Katolik sama sekali, dan terlebih lagi belum memberikan apa pun bagi sesama dan Gereja. Adakalanya kita tidak dapat sepenuhnya memahami arti rasa kenyang serta mensyukurinya, sebelum kita benar-benar tahu bagaimana rasanya kelaparan. Ada pula yang merasa tidak pernah mendapatkan apa-apa, karena yang sebenarnya ia pun belum pernah merasakan apa artinya memberi. Untuk benar-benar memahami apa artinya menjadi yang terbesar, hendaklah mengerti dan merasakan pula apa artinya menjadi pelayan!

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

19


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

ZIARAH REKREASI NATAL Lingkungan Yoao Baptista Wilayah D3 Oleh: Prasetya Adiwibawa

Minggu,

20 Januari 2013, waktu masih menunjukkan jam 06.00 WIB. Udara dingin, dan sisa hujan malam sebelumnya meninggalkan tanah basah dan becek. Meski demikian, di depan SD Negeri Tlogosari Wetan 02 yang berada di Jl. Wolter Monginsidi tepatnya di sebelah gapura Perumahan Dolog, telah berkumpul kurang lebih 27 keluarga atau sekitar 70 jiwa umat lingkungan Yoao Baptista, sudah bersiap-siap menunggu kedatangan bus pariwisata yang akan menghantar mereka merayakan natal lingkungan dalam bentuk ziarah dan rekreasi (ZIAREK). Ya, natalan lingkungan kali ini dilakukan dalam bentuk ziarah dan rekreasi; Ziarah menuju Gua Bunda Maria Ratu, Besokor-Weleri, Kabupaten Kendal dan rekreasi dilakukan di Pantai Sendang Sikucing, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal. Tepat pukul 06.30 WIB, rombongan mulai perjalanan. Di dalam bus, Bapak FX. Agus Suhardianto, selaku Ketua Lingkungan, memberi sambutan singkat dan dilanjutkan dengan Doa Perjalanan. Setelah sambutan dan doa, seksi konsumsi yang dikomandani oleh Ibu Dalilah Sujud, melayani seluruh peserta de

20

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

ngan kue, roti dan makanan kecil sebagai sarapan; maklum hampir seluruh peserta belum sempat sarapan di rumah masing-masing. Perjalanan ke Gua Bunda Maria Ratu, Besokor-Weleri berjalan lancar. Kecepatan bis yang tidak terlalu laju membuat perjalanan ke Besokor ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Pukul 08.30 tepat rombongan sampai di Gua Bunda Maria Ratu. Suasana perbukitan Besokor yang rimbun dan teduh ditambah suasana basah sehabis hujan seakan menjadi sambutan selamat datang yang me nyegarkan. Segera setelah turun dari bis, seluruh rombongan bersiap-siap untuk melakukan doa jalan salib. Rute jalan salib tidaklah terlalu jauh; dirancang sedemikian rupa melingkari perbukitan tempat kompleks gua berada. Meski demikian, rute yang naik dan turun, meski tidak terjal, membuat sebagian besar anggota rombongan berkali-kali mengatur nafas; lumayan untuk olah raga, apalagi di tengah udara segar Besokor. Doa jalan salib berlangsung sekitar 1 jam dan dilanjutkan dengan doa di depan gua. Anggota rombongan dipersila kan memanjatkan doa-doa pribadi masing-masing. Acara ziarah ditutup dengan doa bersama yang di pimpin oleh Ketua Lingkungan. Dari Besokor, rombongan kemudian bergerak menuju Pantai Sendang Sikucing. Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.30 WIB ketika bus meninggalkan parkiran. Perjalanan ke Pantai Sendang Sikucing memakan waktu sekitar 45 menit, meski jarak yang ditempuh hanya sekitar 15 km dikarenakan kondisi jalan yang sempit dan melewati permukiman penduduk, membuat bis tidak bisa melaju kencang. Cuaca mendung menyambut kedatangan rombongan di pantai Sendang Sikucing. Segera rombongan turun dan mempersiapkan tempat di tepi pantai untuk memulai acara. Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia Ziarek, Bapak Al. Sujud yang menyampaikan terima kasih atas partisipasi seluruh umat di lingkungan, khususnya ibu-ibu yang telah merancang mulai dari pembiayaan hingga pelaksanaan. Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama yang dilanjutkan dengan permainan-permainan yang melibatkan anak-anak, remaja, juga para bapak dan ibu. Acara kemudian ditutup dengan tukar menukar kado. Tepat pukul 13.00 rombongan berkemas untuk meninggalkan pantai dan mengadakan perjalanan pulang. Dalam perjalanan pulang, rombongan sempat mengalami kejadian serius yang mengakibatkan perjalanan tertahan selama 4 jam di Kendal. Akhirnya setelah masalah diselesaikan, rombongan kembali ke tempat awal keberangkatan tepat pukul 20.00 WIB. Syukur dan pujian untuk Allah, karena rombongan ZIAREK Lingkungan Yoao Baptista boleh merasakan kegembiraan dan sukacita, sekaligus kecemasan dan ketidak pastian. Yang pasti semua selamat sampai tujuan. EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

21


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Kilas balik perjalanan hidup Paus Emeritus

Benediktus XVI Pasangan Katolik yang saleh, Joseph Ratzinger (se orang komisaris polisi yang berasal dari keluarga pe tani dengan keadaan ekonomi lemah dan anti Nazi) dan Maria Riger (berasal dari keluarga tukang dan sebelum menikah bekerja sebagai tukang masak), di karuniai tiga orang anak. Yang sulung, Georg Ratzinger - kelak menjadi imam sekaligus musikus; anak kedua, seorang puteri yang diberi nama Maria Ratzinger, dan yang bungsu Joseph Alois Ratzinger, yang kini menjadi Bapa Suci Paus (Emeritus) Benediktus XVI. Joseph Alois Ratzinger dilahirkan pada hari Jumat Agung, 16 April 1927 di Marktl am Inn, Bavaria, Jerman, dan dibaptis keesokan harinya pada Malam Paskah. Dalam otobiografinya, "Milestones", beliau menulis, "Sebagai orang pertama yang dibaptis dengan air baru, sungguh merupakan suatu penyelenggaraan ilahi yang luar biasa. Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah.... Semakin aku merenungkannya, semakin tepat rasanya bahwa aku dibaptis pada Malam Paskah, bukan pada Hari Raya Paskah. Kita masih menanti Paskah, belum berada dalam terang Paskah yang penuh, melainkan berjalan menuju terang itu, dengan penuh pengharapan." Sejak masa kanak-kanaknya, Joseph kecil tidak bercita-cita lain selain daripada menjadi seorang imam. Bahkan saat berusia enam tahun, ia telah mengumumkan bahwa ia akan menjadi seorang uskup! Masa Remaja Pada tahun 1939, Joseph yang masih belia masuk seminari di Traunstein. Ketika usianya beranjak 14 tahun, Jo seph bergabung dengan Pemuda Hitler, sesuai ketentuan wajib sejak tahun 1938. Joseph sama sekali tidak tertarik, dan bersama teman-teman seminari lainnya berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemu an Nazi. Dua tahun kemudian, tahun 1943, saat ia berumur 16 tahun, Joseph, bersama seluruh teman sekelas-

22

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

nya di seminari, ditugaskan wajib militer dalam korps anti pesawat terbang. Mereka masih diperkenankan meng ikuti pelajaran di Maximilians - Gymnasium di Munich tiga hari dalam seminggu. Pada bulan September 1944, Joseph yang saat itu berusia 17 tahun, ditugaskan wajib militer di suatu batalyon yang dikomandani oleh seorang Austria "Nazi Tua". Bahaya maut mengancam Joseph pada hari-hari menjelang kekalahan Jerman pada awal bulan Mei 1945. Meng ambil kesempatan dalam kekacaubalauan perang, ia me ninggalkan dinas militer dan pulang ke rumah, mempertaruhkan nyawa meluputkan diri dari para tentara yang ditempatkan di tiap-tiap persimpangan jalan dengan perintah untuk menembak di tempat semua prajurit yang "mangkir". Ia berhasil meloloskan diri dan tiba di rumah hanya untuk masuk dalam bahaya yang bahkan lebih besar. Dua perwira SS masuk dan tinggal di rumah keluarga Ratzinger. Beberapa teman mereka telah menggantung mati beberapa prajurit muda yang ketahuan mangkir. Hanya karena perlindungan Allah yang Mahabaik, kedua perwira SS itu sekonyong-konyong menghilang, tanpa menyentuh baik Joseph maupun ayahnya. Imamat Bulan Januari 1946, bersama Georg dan 120 teman seminari, Joseph masuk kembali ke seminari di Keuskupan Munich. Kejamnya hidup dalam perang yang harus mereka alami membuat mereka semua haus menuntut ilmu. "Kami bertekad mengejar ketinggalan kami dari tahun-tahun yang hilang, untuk melayani Kristus dalam Gereja-Nya, demi masa depan yang baru, yang lebih baik, demi Jerman yang lebih baik, demi dunia yang lebih baik," demikian tulis beliau dalam buku kenangannya. "Tak seorang pun dari antara kami yang ragu bahwa Gereja merupakan pilih an yang tepat bagi harapan-harapan kami. Kendati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam menghadapi serangan gencar Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya. Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami sendiri. Tetapi, kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab dibangun di atas batu karang." Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan sebagai imam oleh Kardinal Faulhaber di Katedral Freising, pada Pesta Santo Petrus dan Paulus. Pastor Ratzinger mulai mengajar, di samping itu ia juga belajar filsafat dan teologi di Universitas Munich dan di Sekolah Tinggi Freising. Pada tahun 1953, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dengan tesisnya EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

23


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

yang berjudul "Umat dan Rumah Tuhan dalam Doktrin Gereja St. Agustinus". Empat tahun sesudahnya, ia menjadi dosen, kemudian mengajar dogma dan teologi fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising, lalu di Bonn dari tahun 1959 hingga 1969, Munster dari tahun 1963 hingga 1966. Bulan Maret 1977, Paus Paulus VI menetapkannya se bagai Uskup Agung Munich dan Freising. Tanggal 28 Mei 1977 ia ditahbiskan. Moto episkopalnya adalah "Cooperatores Veritatis", pekerja-pekerja kebenaran, yang diambil dari 3 Yoh. 8. Moto ini melambangkan jalinan kebenaran dan kasih, iman pribadi dan kekatolikan Gereja, pun inter-relasi antara para gembala dan umat beriman, yang, dengan caranya masing-masing, saling ikut ambil bagian dalam kewajiban dan rahmat Injil. Dalam konsistori tanggal 27 Juni 1977, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai kardinal. Kardinal Ratzinger termasuk salah seorang yang paling berpengaruh dan dihormati di Vatikan. Ia merupakan tangan kanan serta rekan terdekat Paus Yohanes Paulus II. Ia pula yang memimpin pemakaman Sri Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005, dan ia juga yang memimpin conclave yang dimulai pada tanggal 18 April 2005 yang lalu. Berulangkali Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa ia ingin mengundurkan diri ke suatu desa di Bavaria dan mengabdikan sisa hidupnya untuk menulis. Tetapi, akhirnya juga, ia mengatakan bahwa ia "siap menerima segala beban tanggung jawab yang diletakkan Tuhan ke atas pundaknya." Pada tanggal 19 April 2005 pukul 5.50 sore, Kardinal Ratzinger terpilih sebagai penerus Paus Yohanes Paulus II sebagai Paus Gereja Katolik Roma yang ke -265 dengan nama Paus Benediktus XVI. Bapa Suci Paus (Emeritus) Benediktus XVI menguasai sepuluh bahasa. Ia se orang pianis ulung, teristimewa dalam karya-karya Mozart dan Beethoven. Paus Emeritus Benediktus XVI merupakan Paus berkebangsaan German yang kedelapan. Dikutip dari: YESAYA: www.indocell.net/yesaya�

Gereja Santo Paulus kini juga memiliki sarana informasi dunia maya berupa Blog. Kunjungi gsp-sendangguwo.blogspot.com dan jadi pengunjung setia kami.

24

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

25


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

KASIH DA RI

SENGSARA oleh : Nicolas Sularno Alumni STPKat St.Fransiskus Assisi dan Katekis di Semarang

�CINTA dalam tindakan merupakan hal yang brutal dan mengerikan dibandingkan dengan kasih dalam impian!� Kalimat itu menegaskan pemahaman tentang hakikat kasih sejati. Kasih sejati terjadi dalam praksis-tindakan, bukan dalam impian dan janji. Kasih sejati siap me nanggung segala risiko, sebrutal dan semengerikan apapun! Dalam perspektif iman kristiani, kasih sejati terjadi dalam diri Yesus Kristus yang mati tersalib! Kasih sejati-Nya terwujud saat Ia menerima tindakan yang brutal dan mengerikan yang harus ditanggung-Nya pada hukuman salib. Dalam sejarah Romawi, penyaliban adalah sebentuk tindakan brutal dan me ngerikan. Namun sejak dan berkat Yesus Kristus, penyaliban diubah menjadi tanda kasih sejati. Kisah tentang salib Yesus senantiasa dipahami sebagai kisah kasih dalam sengsara. Itulah sebabnya, dalam Gereja Katolik, secara liturgis, pada Hari Minggu Palma dan Jumat Agung, selalu direnungkan Passio: Kisah Sengsara Yesus Kristus. Dalam bahasa Indonesia, passio diterjemahkan sebagai penderitaan, kesengsaraan. Sebetulnya, kata passio maknanya lebih mendalam dari sekadar penderitaan dan kesengsaraan. Dalam bahasa Latin, passio yang diturunkan dari kata patior berarti cinta yang sangat kuat sehingga mendorong seseorang untuk rela berkorban dan menanggung penderitaan. Yesus rela me nanggung passio ini demi umat manusia. Karenanya, passio-Nya bukan sekadar kesengsaraan dan penderitaan semata, melainkan demi manusia sehingga menjadi compatior atau compassio, yakni belas kasih, bela rasa, kesetiakawan an, dan solidaritas terhadap mereka yang sengsara dan menderita. Benarlah kerelaan Yesus untuk mengorbankan diri-Nya pada salib merupa kan bukti kasih sejati walaupun harus ditanggung dalam kesengsaraan dan penderitaan. Itulah harga pasti dari kasih sejati untuk membayar dan menebus umat manusia. Harga pasti itu ditempuh melalui tindakan nyata menerima hukuman yang brutal dan mengerikan yang disebut skandal salib. Rasa sakit pada zaman-Nya, salib memang merupakan skandal (bahasa Yunani: skandalon),

26

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

yang mendatangkan rasa sakit yang amat sangat, secara fisiologis maupun psikologis. Namun, kesakitan dan penderitaan bahkan kematian itu menjadi bukti kasih sejati. Maka; kesengsaraan, kesakitan, dan penderitaan itu adalah sebuah kisah kasih dalam sengsara. Ini membuktikan kata-kata Yesus sendiri, �Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawa nya untuk sahabat-sahabatnya!� (Yohanes 15:13). Kematian-Nya pada kayu salib adalah wujud penyerahan nyawa, bukti konkret tindakan kasih sejati, meski dalam peristiwa yang brutal dan mengerikan! Kita merindukan hadir dan tampilnya pemimpin-pemimpin jemaat yang penuh cinta sejati yang rela berkorban dan berjuang demi umat, Kita pun sebagai bangsa merindukan pemimpin sejati yang pro rakyat, agar terwujud kemakmuran dan kasih sejati. Kenangan akan kesengsaraan, penderitaan dan wafat Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia dapat menjadi inspirasi bagi siapapun untuk mewujudkan masa depan rakyat Indonesia semakin adil dan sejahtera. Syaratnya, mereka harus rela menjadi pemeran utama pada kisah kasih dalam sengsara untuk bangsa ini, melalui pengorbanan, bukan kehausan akan kekuasaan! Selamat Paskah! Apakah kita sanggup menjadi peran utama dalam perjuangan kasih? Semoga Tuhan memberkati. Berkah Dalem. EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

27


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

REKOLEKSI & OUTBOUND KELUARGA Lingkungan St. Yusup - Liman Mukti, Wilayah G oleh: Dominicus Slamet Parjono, Ketua Lingkungan

Perayaan Natal tahun 2012 ini, Lingkungan St. Yusup - Liman Mukti, Wi layah G, menyelenggarakannya di KSED Bandungan pada tanggal 12 – 13 Januari 2013. Dalam pelaksanaannya, perayaan mengambil nuansa sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 ini dilaksanakan dengan Rekoleksi dan Outbound Keluarga, yang mengambil tema “ Menghadirkan Kasih Allah dalam Keluarga dan Masyarakat. Acara ini dipandu oleh Pak Cece Cs dan Romo Aristanto MSF. Berangkat dari Semarang / Liman Mukti jam 14.30 dengan menggunakan 2 armada bus dan beberapa mobil pribadi, tiba di lokasi KSED Bandungan kirakira jam 15.30, istirahat sejenak sambil minum teh panas dan makan snack yang telah di sediakan panitia, kemudian pembagiam kamar serta persiapan mandi. Rekoleksi dilaksanakan di Aula KSED mulai jam 17.00 – 19.00 Sesi Pertama, dilanjutkan makan malam sampai jam 19.30, masuk Sesi Kedua sampai jam 21.00, dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Romo Aristanto MSF. Sehabis Misa, masih ada acara lain yaitu acara ramahtamah, bakar jagung sambil menikmati wedang ronde hingga jam 24.00, lalu istirahat. Hari Kedua, Minggu 13 Januari 2013 jam 05.00, sudah ada aktifitas yang di lakukan oleh peserta yaitu ngantri air panas untuk mandi, kemudian dilanjutkan sarapan pagi. Jam 07.00 masuk Aula untuk doa bersama, dan dilanjutkan pem bagian acara Outbound di sekitar area KSED, yang di pandu Pak Cece beserta team (ada Volly Air, Bakiak team, memindahkan air dan masukkan ke dalam botol, 28

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

29


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

merayap jebakan dll.) Seluruh peserta antusias mengikuti, baik tua, muda dan anak-anak. Acara Outbound berakhir jam 12.00. Setelah itu di Aula disampaikan kesan dan pesan baik dari panitia maupun peserta, diakhiri dengan doa, sebagai tanda selesainya kegiatan ini. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita melalui keluarga, maka seharusnyalah kita mengasihi dan berbagi dengan sesama. Terima kasih kepada seluruh panitia (Pak Herry, Pak Eka, Bu Ike, Pak Teguh, dan Bapak Ibu semua) yang telah menyediakan waktunya untuk me rencanakan acara Perayaan Natal tahun 2012, serta terima kasih kepada Romo Aris yang telah membekali kami semua dalam Rekoleksi, juga kepada Pak Cece beserta team. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Tuhan Yesus memberkati.

30

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

B E R SY UK UR K AR E NA MA SA P R APASK AH oleh: AC Kismadi Lingkungan Blasius 2

Keadilan

menuntut bahwa orang yang telah bersalah harus dihukum. Ungkapan ini sangat mengganggu aktifitas saya dan membuat saya selalu gelisah karena dosa / kesalahan yang telah saya perbuat, baik kepada Tuhan, keluarga maupun sesama. Saat -saat seperti itu membuat saya banyak termenung dan berkata sendiri dalam hati “Saya sedang dalam masa Pra paskah�. Masa Prapaskah merupakan per siapan peristiwa Paskah yang sangat indah, peringatan akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian. Masa Prapaskah bagi saya adalah masa untuk bertobat. Masa untuk membaharui dan menyiapkan diri untuk perayaan penebusan yaitu hari raya Paskah. Masa Prapaskah saya lalui dengan puasa, pantang, doa dan solidaritas yang disertai dengan hati yang bertobat. Pertobatan ini saya ikuti dengan ke inginan atau niat untuk merubah sikap, perilaku, tutur kata dengan harap an agar saya menjadi semakin terbuka untuk menerima sabda Tuhan. De ngan pertobatan, saya menjadi semakin yakin dan memastikan bahwa EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

saya tidak akan pernah sendirian selama saya masih bersama dengan Tuhan Yesus Kristus dan hidup sesuai dengan semua ajaran-Nya. Tuhan Yesus Kristus telah mendorong saya menuju kebahagiaan Paskah. Melalui sharing masa Prapaskah, saya serahkan seluruh kehidupan saya kepada kerahiman Allah Bapa. Ka rena saya mengakui dihadapan-Nya bahwa saya telah berdosa baik dengan pikiran, perkataan maupun perbuatan. Saya hanya dapat berharap kepadaNya pengampunan atas segala kesalah an / dosa-dosa saya. Semoga Tuhan selalu dan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian. Amien.

31


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Merayakan Tahun Iman 2013 dengan lebih mengenal

PELINDUNG PAROKI KITA .... oleh: Ch. Slamet Kitri, umat paroki

Wajah

Santo Paulus, secara visual profan telah tampil dengan megah di gereja kita. Ter lihat di ujung depan gereja, patung berpedang membawa kitab suci; lalu di atas panti imam dalam bentuk lukisan kaca patri yang bagus, menggambarkan mujizat Damaskus. Paling tidak, sehari-hari umat dapat melihat wajah close up st. Paulus, dari kop surat paroki plus stempel resmi 67 lingkungan di paroki Sendangguwo. Wajah rohani, semangat dan suasana ke“Paulus”an, belum sejelas tetenger visual yang menjadi latar depan gereja kita . Ini pertanyaan reflektif kita bersama .... 1. Sejarah. Pilihan nama santo pelindung St. Paulus, adalah warisan sejak zaman Atmo dirono, wilayah 5 Timur Kanal. Saya coba mencari tahu, dari para pendahulu / sesepuh paroki (pak Adiarto, pak Djoko Narpodo, pak Untung dll), sebagai saksi hidup; jawabnya, pokoknya sejak zaman kring dulu ya sudah St. Paulus. Mungkin karena wilayah yang baru, jadi perlu semangat misioner; atau karena daerah asing, maka perlu pola pastoral St. Paulus. Dan sampai saat ini nama Santo Paulus tetap menjadi santo pelindung paroki. Lucunya, setiap tanggal 29 Juni, kita lebih merayakannya sebagai hari ulang tahun paroki, daripada kita memperingatinya sebagai pesta nama St. Paulus kita. Faktanya, umat dan dewan paroki sering tak lupa, makan-makan (soto) pesta ultah paroki, tetapi kurang tertarik untuk ritual liturgis “doakanlah kami St. Paulus “. Ha ha ha ................. nggak ada yang salah , cuma sedikit pelupa. 2. Siapakah St. Paulus ? Nama Paulus, disebut 204 kali dalam Perjanjian Baru (St. Petrus 173 kali, Yohanes Pemandi dan Yohanes yang lain 148 kali). Dari 27 naskah Perjanjian Baru, ada 13 naskah surat yang ditulis berkaitan peranan langsung St. Paulus.

32

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Hebat. Menurut M. Hart, (buku: 100 orang yang berpengaruh dalam sejarah), St. Paulus mendapat nomor urut ke 6. Pasti di bawah Yesus, tetapi jauh diatas rasul dan tokoh dunia lainnya. Alasannya ialah perannya dalam penyebaran agama Kristen, surat-suratnya yang menjadi bagian penting dalam Perjanjian Baru, dan peran dalam pengembangan awal Teologi Kristen. Beliau (ref: ensiklopedia gereja) berbakat leadership yang kuat, organisator, dan tegas. Mudah marah, tetapi setia. Beberapa tahun lebih muda dari Yesus, dari keluarga Yahudi diaspora di Turki Selatan. Hidup dalam budaya Yunani. Beliau murid rabbi terkenal Gamaliel. Karena itu ia seorang farisi, yang me ngenal Taurat dengan baik. Beliau berperan kuat dalam penganiayaan St. Stephanus dan umat Kristen perdana di Yerusalem. Sebagai Yahudi militan, beliau melakukan perjalanan ke Damaskus, dalam rangka mengorganisir pengejaran umat Kristen. Dalam perjalanan pada tahun 34 ini, “ditegur� langsung oleh Yesus, melalui pe nampakan, yang menjatuhkan St. Paulus dari kuda, dan membutakan kedua matanya, tetapi membuka mata hati dan akal-budinya. Setelah disembuhkan dari kebutaan, beliau mulai berbalik total arah pandangan hidupnya. ( Kis. 9, Kis. 22 dan Kis. 26 ).

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

33


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Beliau melakukan perjalanan misioner 3 kali. Atas aduan orang Yahudi, beliau ditangkap di Yerusalem. Melakukan pembelaan diri sendiri, di pengadilan Romawi di Yerusalem dan Kaisarea. Tanda bahwa beliau terpelajar dan pin tar. Bahkan beliau sebagai civis romanus / warga romawi, bisa “naik banding” pada pengadilan kaisar di Roma. Menurut tradisi, Paulus ditangkap pada masa kaisar Nero, dihukum penggal di Roma tahun 66 / 67. 3. Semangat (rohani) St. Paulus. Paulus sebagai pewarta : Paulus tampil sebagai seorang rasul, utusan atau misionaris. Misionaris pionir yang membawa kabar gembira keluar wilayah Pa lestina, di luar bangsa Yahudi. Karena itu dikenal sebagai rasul para bangsa asing. Paulus sebagai gembala sejati : Paulus merintis terbentuknya umat “paro ki” baru. Memelihara iman umat, dan membela umat. Melalui surat-suratnya, Paulus menanggapi berbagai masalah konkret, yang dikonsultasikan oleh umat di paroki-paroki barunya. Warisan rohani st. Paulus : Melalui surat-suratnya, Paulus mewariskan ajaran Iman, nasehat pastoral, dan nasehat moral. Ajaran imannya merumus kan pokok tiang ajaran kristiani. Nasehat pastoralnya mendorong kita untuk terus menerus membangun kesatuan umat . Menginspirasikan, bahwa bukan hanya “kecanggihan organisasi”, tetapi “karya Roh Kudus” yang ikut berperan kuat. Sedangkan nasehat moralnya, mengisyaratkan bahwa moral orang ber iman harus lebih baik dari “dunia moral “ di luar kita 4. Harapan. Sebagai umat paroki “Paulusian“, kita punya tugas dan kewajiban moral, untuk memberi perhatian yang khusus kepada St. Paulus. Dengan bercermin pada semangat St. Paulus dalam tugas misioner, suasana penggembalaan paro ki dan pendalaman teologi kristen. Beberapa inspirasi keseharian : • Tahun 2013 ini adalah Tahun Iman (Year of Faith), tugas mensosial isasikan Pewartaan Paulus harus habis-habisan lebih “dilirik” oleh umat. Program ini sudah tercatat jelas di agenda 2013. • Selanjutnya pendalaman penggalian nilai rohani, teologis dan sukacita

34

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

• •

• •

Paulus ( Flp. , 2 Kor. ) diupayakan menjadi agenda rutin . “St. Paulus, doakanlah kami“ adalah bagian dari doa-doa di paroki St. Paulus kita. Teks bagus, yang belum selalu terdengar di doa-doa umat paroki. Pesta nama 29 Juni dan Pesta pertobatan Paulus 25 Januari, harus benarbenar menjadi “tanggal merah” di paroki. Leaflet 2008, tentang Paulus ( Litani Santo Paulus, Doa Paulus Efs. 3, Madah Kasih 1 Kor.13, dll.) masih relevan kita sediakan bagi umat paroki St. Paulus. Pernah ada ide konservatif, memberi nama ruang-ruang di paroki, dengan nama daerah misionari Paulus, mengapa tidak ? (ide bagus nih, Red.) Ide lain?, Mari kita gali bersama..

Inilah ANUGERAH TERBESAR BAGI DUNIA, yaitu ketika Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib bersabda, "...SUDAH SELESAI ..." (Yohanes 19:30)

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

35


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

NGUDO ROSO (Mo Semar)

Petruk

: Met sore kang Gareng, Sugeng Paskah ya! Wah koq ndhithing temen to kang, pakai surjan lurik, clana batik, iket biru, dasi kupukupu. Bukan main kerennya deh, kayak bakul sate Medura kae!?

Gareng

: Met Paskah juga, adiku bagus si irung mancung! Bukan main pujianmu, merdu shyahdu neng kuping. Mung wae buntute koq sumbang swarane. Nggantheng-nggantheng ngene jare, dipa dhak-ke bakul sate!? Lha kowe kok ya kadingaren, celanamu komprang, klambi biru, nganggo rompi tahan peluru, cengengascengenges kaya penghuni rumah gila, to Truk!

Petruk

: We lha dalah balas dendam kesumat, to kang. Omong sakkecap dibales brondongan seribu peluru. Celana lagi ngetrend ngene koq dianggep penghuni rumah gila. Wis, wis, Paskah-Paskah ngene mbok omong sing apik-apik wae to kang!

Gareng

: Hiya deh Truk, bener. Kita kan baru merayakan Hari Suci Wu ngu Dalem Gusti. Wis sakpantese rerembugan sing piguno kang go urip rohani. Saiki tak takon: piye nggonmu cecawis Paskahan?

Petruk

: Yen kuwi sing koktekokke kang, ya sakambrek-ambrek jawaban ku. Mulai Rabo Abu nglakoni pasa lan sesirik. Njur ndherek Jalan Salib Jumatan. Terus melu hadir neng pertemuan APP Lingkungan lan ngudi sarira mati raga, urip lara lapa sajrone mangsa Prapaskah, ngaku dosa lan sapanunggalane. Lha piye sampeyan dhewe? Gareng : Wah hebat kowe Truk! Yen aku, gandheng wis kategori adi yuswo lan puntheren, ngrumangsani ora isa nglakoni macem-macem. Mbokne thole, mbakyumu Cangik malah nglarang aku melu2 aktip kaya sing isih enom. Komentare: “Ora susah melu jalan Salib, jalan biasa wae kecincak-kecincik koq

36

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

arep keneh-keneh jalan Salib. Apa meneh apa to manfaate Ja lan Salib kuwi ?” Semar

: Ana apa anakku Nolo Gareng lan si irung mancung Petruk ? Koq padha katon serius rembugane?

Gareng

: O alah Mo, lagi ngomong-ngomong persiapan Paskah, mangsa memetri urip rohani wingi kuwi. Lha koq si Cangik kuwi komentar: “Ora susah Jalan Salib, apa to manfaate, wong jalan biasa wae kecincalan susah, kok ndadak Jalan Salib barang?”

Semar

: Wo, padha ngudo roso hidup rohani to? Pancen kanggo anakku Gareng sing wis puntheren ngunduri tuwo lan laranen, ya bisa dipahami yen ora bisa ndherek Jalan Salib. Nanging Jalan Salib iku tetep piguno tumraping umat sing sanggup nglakoni.

Petruk

: Aku setuju Mo, yen kang Gareng kuwi ora susah ndherek Jalan Salib wae. Prayoga ndherek Misa ‘Orang Sakit Sedunia’ lan melu nampa pengurapan lisah suci, ben ndang game, ora ngrepoti sanak sedulur.

Semar

: Omonganmu aja ndlewer Truk! Kakangmu si Nolo Gareng kuwi nadyan ora mari-mari bubule, kero matane, ceko tangane, nanging isih dibutuhke brayate. Dadi wong kuwi mbok aja ngalub kakange dhewe kon ndang game. Apa maneh Sakramen Peng urapan kuwi tujuane ora nyengkakke wong lara ndang mati. Justru kosok baline bisa paring kekuatan batin lan ketabahan nga dhepi pecobaning urip, nyadhong berkah kesembuhan saka Gusti Allah.

Petruk

: Nyuwun duko Mo, anakmu ngomonge kebablasen, guyon ora wa ton. Lha njur doa Jalan Salib kuwi guna mafaate apa, to Mo?

Semar

: Anak-anakku, ngertia ya, Jalan Salib kuwi tumindake nganggo nglelimbang Jalan Salib Dalem Sang Kristus, yakuwi peristiwa2 sangsara Dalem tekan seda lan pemakamane. Kita sebagai murid Dalem diajak melu manggul Salib lan ndherek

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

37


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Gusti Yesus (Mt 16:24). Sang Kristus nandhang sangsara kanggo kita lan paring tuladha supaya kita ndherek napak tilas pada Dalem sarana manggul Salib uga. (1 Petr 2:21). Yaiki syarate dadi murid Dalem sing sejati (Mk 8:34), supaya padha nepa tulada Gustine, bisa dadi wong katolik sejati lan urip selaras karo piwulang Dalem. Petruk

: Wah,wah, yen ngono melu Jalan Salib kuwi gedhe pigunane ya Mo!

Gareng

: Mulo kuwi, Truk, nadyan aku iki dilarang mbakyumu Cangik melu jalan Salib neng greja, nanging aku tetep sembahyang Jalan Salib dhewe neng ngomah, lho Truk.

Semar

: Kejobo kuwi anak-anakku, lewat renungan Jalan Salib kita disadarake betapa berharganya penderitaan dan sengsara Kristus kanggo nebus dosa-dosaning menungsa. Bilur-bilur yang ditanggung-Nya dan tetesan darah yang dikucurkan-Nya memberi kita hidup kekal. Apa maneh lewat renungan Jalan Salib kuwi kita diajak solider karo pepadha sing nandhang sengsara, awit papa lan miskin, keleleran lan nelangsa. Kang supaya ing dina Wungu Dalem Gusti, kabeh wae kepareng ndherek tangi gumregah, bangkit dari keterpurukan, ndherek ngrasakake mulya bareng karo Gusti Yesus sing wungu saka seda ing dina Riyadi Paskah.

Gareng Petruk

&

: Manthuk-manthuk sembari bareng-bareng berseru : �Halleluia, Puji Tuhan, Selamat Hari Raya Paskah lan Berkah Dalem!�

gsp-sendangguwo.blogspot.com menyajikan berbagai informasi tentang kegiatan paroki maupun seputar kehidupan Katolik

38

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

39


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

PROGRAM KERJA 2013 Dewan Paroki Oleh: Sekretariat Dewan Paroki

Setelah

didahului beberapa rapat kecil dari masing-masing bidang bersama Romo Paroki, yang membahas tentang rencana kerja di tahun 2013, maka pada tanggal 24 Pebruari 2013, Minggu, bertempat di Aula SDK Sang Timur Sema rang dilaksanakan Rapat Pleno Dewan Paroki dengan agenda utama melapor kan hasil kinerja Dewan selama tahun 2012 sekaligus mencanangkan Rencana / Program Kerja untuk tahun 2013. Sasaran Strategis 2013 Terjadinya perjumpaan iman kristiani dalam kelompok sebagai gerakan eklesial di lingkungan melalui gerakan ekopastoral yang peduli dan berbagi dengan sesama (KLMTD) Terwujudnya gerakan-gerakan iman, dan umat memperdalam iman dengan Safari Bina Iman (Kelanjutan dari Sekolah Iman). Jadwal pelaksanaan dan tempat sebagai berikut: April - Kapel St. Petrus Juni - Gereja St. Paulus Juli - Kapel St. Theresia Avilla, Tlogosari Agustus - SMK Fransiskus, jl. Wolter Monginsidi Oktober - Kapel YMY, Plamongan Indah November - Kapel Maria Goretti, Plamongan Hijau Terjadinya gerakan mencintai keutuhan ciptaan dan ekopastoral dengan: • Menyelenggarakan Diskusi ‘Mengolah sampah menjadi berkah’ • Mengadakan pengolahan sampah agar bermanfaat • Penghijauan di sekeliling gereja, penanaman pohon di keluarga-keluarga Adapun beberapa program dari masing-masing bidang yang perlu diperhatikan umat sebagai berikut : Bidang Liturgi • Adorasi • Lomba koor antar lingkungan, • Novena Roh Kudus di Gereja Santo Paulus,

40

Jumat pertama mulai April 10 - 18 Mei WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

• •

• • •

• • •

Rekoleksi Lektor, Adorasi Ekaristi satu malam di Gereja St. Paulus, Triduum St. Paulus, Pelindung Gereja

• •

• • • •

Sabtu 1 Juni 26 - 28 Juni

Rekoleksi Prodiakon, Porseni Misdinar , Triduum Santa Maria dari Lasalette, Pelindung Konggregasi MSF,

Juli Juli

Misa Hari Raya Pelindung MSF, Lomba lektor dan pemazmur , Live In Misdinar ,

19 September September Oktober

Bidang Pewartaan • Misa Hari Ulangtahun Perkawinan •

24 - 26 Mei

PKS Kamisan: Belajar ASG (Ajaran Sosial Gereja) dan spiritualitas Santo Paulus Doa Senakel Katekese doa di lingkungan, Credo : Menemukan kembali iman dalam keluarga, Talk-Show Panggilan dan Temu OMK Paroki St.Paulus, Hari Minggu Panggilan,

16-18 September

3 bulanan

Kamis minggu pertama Sabtu pertama

April

20 dan 21 April

Penerimaan Sakramen Baptis Dewasa, Penerimaan Sakramen Komuni Pertama , Live In Frater-frater MSF , Program keakraban bagi PIR dan keluarga-keluarga, Sepeda ria nonton bareng

April 2 Juni 25-28 Juni

Lomba menghias bagi anak-anak ,

Juli

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

29 Juni

41


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

42

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Bidang Persaudaraan • Paulus Cup, • Bincang bincang : peran Ibu dalam mendidik anak di era globalisasi , • Ekaristi Kaum Muda, • Re-Organisasi OMK , • Reading clubs , Bidang Yanmas • Pelatihan Pembuatan Makanan Kering , • Kenduri HUT Paroki , • Pelatihan Perawatan Jenasah , • Temu penggerak kemasyarakatan , • Bazar Pangan , Bidang Sarana Prasarana • Pengecatan interior gereja , • Pengecatan bangunan pastoran lama , • Pemeliharaan rutin sarpra gereja , • Perbaikan secara sistemik jaringan listrik , • Pemeliharaan kebersihan secara bergilir/semester/2 wilayah , Koordinator Wilayah • Rekoleksi sehari untuk Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan, bersama Romo M. Nur Widipranoto, Pr (Ketua Komisi Karya Misioner KAS) di Bangsal Pastoran. •

Kunjungan Dewan Harian ke wilayah-wilayah.

Pertemuan rutin para Ketua Wilayah ,

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

April-Juni

21 April Agustus Desember Senin pertama tiap bulan

Juni Juni Juli Agustus November

April April sepanjang tahun April sesuai jadwal

rencana 7 April Waktu dan wilayah yang dikunjungi akan diatur kemudian dua bulanan, malam Sabtu

43


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Bidang Litbang • Penyempurnaan database umat , • Penyusunan desain Master Plan , • Melanjutkan Penyusunan Buku Profile Paroki St. Paulus Sendangguwo, •

Pelatihan FGD lingkungan ,

Program Investasi • Pemasangan CCTV, • Pemasangan AC di Gereja dan di bangsal bawah , • • • • •

Peningkatan daya listrik PLN , Pengadaan LCD , Pengadaan Wireless Portable , Pengadaan Alat Potong Rumput, Pembuatan Sumur artetis ,

44

Maret-Desember Mei – Agustus Maret-Desember April-Mei

10.000.000 Paroki - 20.000.000, swadaya - 60.000.000 15.000.000 7.500.000 3.500.000 3.000.000 60.000.000

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

•

• •

Pengadaan Tabung Oksigen (untuk ruang kesehatan) , Tabung APAR (Alat Pemadam Api) , Camera, monitor LED

2.000.000 8.000.000 pm

Semoga program yang telah tersusun dapat berjalan baik sesuai rencana serta menghasilkan buah-buah yang baik demi kemajuan paroki dan kebaikan serta kenyamanan umatnya dalam beribadah.

ORANG PELIT MASUK SURGA ... Ada seorang pelit meninggal. Entah bagaimana dia sampai di pintu surga. Di sana Petrus berdiri menyambut dia, "Selamat datang di surga, adakah se suatu yang ingin kamu katakan sebelum masuk ke surga?" "Em, bolehkah aku membawa 50 kg emasku bersamaku?" tanya si pelit. Tentu saja Petrus menolak dengan tegas, tetapi si pelit terus memaksa se hingga terjadi antrian panjang di pintu surga. Tiba-tiba radio komunikasi Petrus berbunyi, lalu dia melakukan sedikit pembicaraan. "Oke, Tuhan bermurah hati," kata Petrus, "kamu boleh membawa emasmu. Tetapi Dia hanya mengizinkan kamu membawa 10 kg saja. Bagaimana?" Si pelit berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah, daripada tidak sama sekali," jawabnya dengan wajah lesu "Baiklah, silakan masuk ke surga" kata Petrus. Lalu mulailah si pelit berjalan-jalan menikmati keindahan surga. Tetapi satu hal mengganggu hatinya. Ke mana pun dia pergi, dia melihat jalan yang dilalui terbuat dari emas. Tiba-tiba dia merasa bodoh dan ingin membuang emas yang selalu digendongnya ke mana-mana. Dia melihat ke kiri dan kanan lalu berniat meninggalkan emasnya di suatu pojok yang agak tersembunyi. Saat dia akan meletakkan emasnya, tiba-tiba ada sebuah suara yang bergemuruh di langit "TOLONG JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN ! !" Ternyata emasnya hanya menjadi sampah di surga. [Sumber dari: E-Humor]

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

45


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Santa Bernadette Soubirous Bernadette

(artinya:Bernarde kecil), dilahirkan pada 7 Januari 1844 dari orangtua yang sangat miskin di kota Lourdes, Prancis, dengan nama Marie Bernarde. Perawakannya mungil dan sakit-sakitan. Ketika ia bertumbuh makin dewasa, ia sangat lambat dalam studinya dan kehilangan banyak waktu nya untuk sekolah karena serangan pe nyakit asma yang hebat. Pada tanggal 11 Februari 1858, ketika Bernadette disuruh untuk mengumpulkan kayu bakar dengan adik perempuan dan seorang temannya, ia melihat seorang wanita yang cantik berdiri di atas semak-semak mawar dalam sebuah gua di Massabielle. Wanita yang elok itu menggunakan pakaian biru dan putih, tersenyum pada Bernadette dan kemudian membuat tanda salib dengan sebuah rosario dari gading dan emas. Bernadette lalu ber lutut, mengeluarkan rosarionya dan mulai berdoa. Wanita cantik itu adalah Bunda Allah, Perawan Maria. Ia menampakkan diri kepada Bernadette seba nyak 17 kali dan pada penampakan yang terakhir, ia menyuruh Bernadette untuk pergi ke gua dan mulai menggali tanah dengan tangannya. Pada awalnya tidak terjadi apapun, namun segera muncul air mancur yang menakjubkan, yang sekarang ini terkenal dengan sebutan "air mancur Lourdes", mulai meng alir terus dari tempat yang telah digali Bernadette. Usia 22 tahun, Bernadette menjadi Suster Karitas di Nevers, Prancis. Walaupun banyak orang datang kepadanya, ia tetap mencari Allah dalam keheningan di biara, melayani-Nya dalam kerendahan hati dalam kaul profesinya sebagai seorang Suster Karitas. Ia tinggal di biara selama 13 tahun, dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya, sakit di rumah sakit. Ketika seorang suster kawannya mengatakan bahwa ia adalah seorang "pemalas", Bernadette berkata, "pekerjaanku adalah menjadi sakit." Suster Bernadette meninggal pada tanggal 16 April 1879. Pada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 1933, Bernadette dikanonisasi, demikian-penggenapan janji dari Bunda Maria padanya pada tahun 1858: "aku tidak berjanji memberimu kebahagiaan di dunia ini, tetapi nanti." Tubuh St. Bernadette sampai hari ini masih utuh dan diletakkan di biara St. Gildard di Nevers, Prancis.

46

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

47


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Gereja di Tengah Bumi yang Memanas Oleh: Al. Andang L. Binawan Penggiat Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Keuskupan Agung Jakarta HIDUPKATOLIK.Com, Minggu, 27 Januari 2008

Salah satu keprihatinan Gereja Katolik Indonesia, seperti tertuang dalam tujuhbelas keprihatinan dalam SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia) 2005, adalah masalah lingkungan hidup, baik yang terkait dengan hutan mau pun yang terkait dengan masalah perkotaan. Keprihatinan itu dilengkapi de ngan kesadaran bahwa Gereja Katolik, sebagai bagian dari masyarakat, me nyadari sumbangannya pada masalah itu. Karena itu, Gereja juga ingin ber peran lebih positif dengan ikut memperbaiki keadaan. Itulah yang mau dilaku kan dengan program pembentukan habitus, termasuk habitus yang terkait de ngan masalah lingkungan hidup ini. Gereja dan pemanasan global Keprihatinan di atas tentu juga terkait dengan keprihatinan masyarakat dunia terhadap masalah pemanasan global (global warming) yang berdampak pada perubahan iklim (climate change). Keprihatinan ini pula yang melandasi ada nya UNCCC (United Nations Conference on Climate Change atau Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Per ubahan Iklim) seperti yang baru saja dise lenggarakan di Bali, 3-15 Desember lalu. Perlu diketahui, Takhta Suci atau negara Vatikan, yang dalam arti tertentu menjadi ‘kenampakan’ Gereja Katolik universal, ikut mengirimkan delegasi resminya da lam konferensi itu. Hal ini menunjukkan pula kemauan Gereja Katolik secara umum untuk ikut melibatkan diri dalam permasalahan dunia, seperti yang digaris kan oleh Konsili Vatikan II, yang secara khusus tertuang dalam dokumen Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam hal ini, yang menjadi pokok masa lah adalah bagaimana mengerem laju pe manasan global dan mengurangi dampak

48

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

negatif pemanasan global itu. Meski hal itu disebabkan oleh banyak faktor, yang menjadi sebab utama pada dasarnya adalah kerakusan manusia, beserta struktur sosial yang dibangunnya. Untuk inilah berbagai upaya, di semua level, perlu dilakukan secara utuh / sinergis dan berkesinambungan. Konferensi PBB di Bali itu adalah upaya global, antar pemerintah, terkait dengan membuat ke sepakatan bersama, syukur-syukur hukum universal, untuk mengatur hal ini. Upaya ini tidak akan banyak bermanfaat jika tidak disertai upaya nyata di tingkat nasional, dan juga di tingkat masyarakat, sampai akhirnya tingkat ma sing-masing pribadi manusia, baik yang miskin maupun yang kaya, yang tua maupun yang muda, tidak peduli apa agamanya. Kalau Takhta Suci ikut berperan aktif dalam masalah ini, hal itu dilakukan da lam kerangka upaya global, yang tentunya dilandasi sebuah keyakinan bahwa pemanasan global adalah perkara kemanusiaan dan perkara kemanusiaan ada lah perkara iman. Hanya saja, peran pada level global ini tidak akan banyak ber arti bila tidak diikuti oleh upaya-upaya pada level nasional dan akhirnya juga pada level personal. Karena itu, seiring dengan upaya Gereja Universal itu, Gereja Katolik Indonesia juga harus aktif berpartisipasi dalam level nasional, dan keuskupan-keuskupan sebagai gereja lokal perlu berperan di tengah kon teks hidupnya masing-masing. EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

49


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Peran Gereja: Habitus Untuk itu, Gereja perlu mengingat kemampuannya, supaya peran itu memang maksimal. Karena tidak bisa secara langsung membuat hukum (yang menjadi wewenang negara melalui lembaga legislatif), peran Gereja akan lebih banyak pada level masyarakat dan pribadi. Sehubungan dengan hal itu, perannya men jadi lebih khusus lagi, yaitu memberi penyadaran. Gereja bukan lembaga bisnis yang punya banyak kemampuan menyediakan sarana dan prasarana pendukung. Peran Gereja itu pun perlu dibedakan antara peran organisatoris, yaitu Gereja sebagai sebuah lembaga sosial, dan peran Gereja sebagai paguyuban umat ber iman. Peran Gereja sebagai organisasi atau lembaga sosial adalah menyusun program dan membuat kegiatan pendukung, yang mungkin akan tampak sere monial dan simbolis. Karena itu, hal ini harus diikuti oleh peran umat sebagai warga Gereja, yang lebih personal, yang dilakukan khususnya di tingkat komu nitas basis / lingkungan, keluarga, dan akhirnya pribadi-pribadi. Pada dasar nya, peran organisatoris ini hanya menjadi pendukung dari peran keluarga dan pribadi. Peran organisatoris ini, misalnya kegiatan di tingkat keuskupan atau juga paroki, tidak bisa menggantikan peran keluarga dan pribadi. Yang justru lebih pokok adalah peran keluarga dan pribadi ini. Dalam cakrawala inilah Gereja Katolik Indonesia menggulirkan program pem bentukan habitus, suatu istilah sosiologis dari Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis. Karena habitus adalah sebuah kebiasaan sosial, yang berarti kebiasaan yang dilakukan secara perorangan, meski bersama-sama, dalam kon teks kehidupan sosial, habitus justru mempunyai bobot nilai lebih dibanding ke giatan yang lebih bersifat organisatoris tadi. Bobotnya bukan hanya terletak pada kadar personalnya, tetapi juga keberlanjutan dan dampak waktunya yang diharapkan lebih panjang. Benar, kadang issue-nya tampak sepele dan seder hana, seperti misalnya menaruh sampah pada tempatnya, tetapi hal itu memuat nilai iman yang besar. Dengan pertimbangan itu pula, gerakan peduli ling kungan hidup dalam rangka APP (Aksi Puasa Pembangunan) 2008 tingkat na sional akan sungguh mendapatkan arti pentingnya. Demikian juga halnya dengan upaya kecil yang dilakukan di Keuskupan Agung Jakarta (dan juga diikuti oleh Keuskupan Agung Semarang dalam masa prapaskah 2008) dengan gerakan peduli sampah (atau tepatnya gerakan pembentukan habitus menaruh dan memilah sampah, yang dimotori oleh Gerakan Hidup Bersih dan Sehat). Selain itu, gerakan kecil itu bisa memberi tekanan pula bahwa masalah dunia bernama global warming dan climate change, justru karena dampaknya juga dirasakan oleh orang-perorangan, juga bisa disikapi dan ditanggapi oleh per ubahan perilaku perorangan.

50

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

Memang, gerakan peduli lingkungan hidup dalam rangka menyikapi masalah pemanasan global tadi tidak hanya berhenti pada peduli sampah. Gerakan pe duli sampah bisa dikatakan sebagai entry point atau pintu masuk untuk bisa ber buat lebih banyak. Artinya, sampah yang adalah perkara sehari-hari dan juga perkara semua orang, diharapkan bisa membuka kesadaran lebih jauh pada masalah lingkungan hidup yang lain, seperti misalnya masalah pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara. Dengan kata lain, peduli sampah, yang relatif mudah dilakukan, bisa dipandang sebagai latihan langkah pertama untuk maju ke langkah yang lebih jauh dan lebih sukar. Benar, sampah yang umum tidak menjadi penyebab pokok pemanasan global. Ada sebab lain yang lebih besar, seperti misalnya pabrik-pabrik yang banyak menghasilkan karbon. Karena itu, sampah hanyalah sekedar contoh pintu masuk dalam konteks masalah lingkungan hidup perkotaan. Jika di daerah pe desaan dan di luar perkotaan sampah belum sungguh jadi masalah, adalah tugas dari masing-masing Gereja lokal untuk mencari pintu masuk yang relevan bagi masyarakat, sekaligus menanamkan nilai kesabaran dan ketekunan, dalam semangat iman, kasih dan harapan. Foto: Mgr. Johanes Pujasumarta menanam pohon kelor di Gua Maria Tritis, 3 Pebruari 2013, (www.pujasumarta.web.id) EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

51


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

JADILAH RASUL KELOR Oleh: Mgr. Johanes Pujasumarta Pada Duc in Altum (http://www.pujasumarta.web.id) Jumat, 8 Maret 2013

Di wilayah Keuskupan Agung Semarang ada paroki di Kabupaten Gunung Ki dul. Namanya Paroki Santo Petrus dan Paulus, Kelor. Berseberangan dengan ge reja Kelor, dibangun Poliklinik Panti Rahayu Kelor. Sekarang ini sedang di laksanakan pembangunan lanjut untuk meningkatkan poliklinik tersebut men jadi Rumah Sakit Panti Rahayu Kelor. 10 Februari 2013 yang lalu saya menerima kabar sukacita dari Rama J. Christ, yang bersama seluruh umat mengadakan gerakan kelorisasi. “Mengawali kepengurusan Dewan Paroki baru, visi dan misi paroki yang baru (direvisi-red), serta "dhawuh" dari bapak Uskup, kami umat paroki Kelor mulai bergerak untuk menggali lebih dalam lagi tentang "Kelor", sebuah "Pohon Super Nutrisi", "Miracle Tree", "Tree of life" dan sebutan lainnya. Ternyata Kelor memiliki "keelokan" guna yang luar biasa, tidak hanya bagi "keselamatan" manusia, tetapi ju ga bagi "keselamatan" alam ciptaan, terutama tanah, air dan tumbuh an lain. Dunia memang tak selebar daun Kelor. Peribahasa ini memancarkan pengharapan; dan kenyataannya "Kelor" pun mengandung sejuta pengharapan bagi manusia dan alam. Saya temukan e-book yang cu kup banyak mengupas tentang pohon Kelor (dalam attachment) atau link ini: http://kelorina.com/ Semoga bermanfaat untuk inspirasi gerakan eklesial paroki. Berkah Dalem, jchrist” Terhadap email tersebut muncul dialog, sebagai berikut: Aloys Budi Purnomo, Pr, “Wow, upaya inkulturasi ekologis dan teo logis yang sip markusip dan joz gandoz!! Proficiat Rama! Salam n doa Berkah Dalem,” Saya, “Rama, mendengar berita tersebut hati saya bersukacita. Semo ga dengan Kelor itu masyarakat Gunungkidul semakin sehat walafiat. Sesanti: Kesehatan dari Kelor Gunungkidul untuk seluruh dunia. Salam, doa 'n Berkah Dalem,” J Christ, “Amin, maturnuwun, Bapak Uskup. Tadi malam kami ber koordinasi bersama se-rayon Gunung kidul. Seluruh Dewan Hari

52

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

53


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

an bersepakat untuk menggerakkan umat dan masyarakat dengan "KELORISASI" Gunungkidul.” Saya, “Horeeeeeeeeee! Ketika saya misa novena di Gua Tritis, Ming gu, 3 Februari 2013, saya diminta untuk menanam pohon Kelor juga. Sesanti: Kesehatan dari Kelor Gunungkidul untuk seluruh dunia. Salam, doa 'n Berkah Dalem, “ J Christ, “Berkah Dalem, Bapak Uskup, nyuwun pangapunten, Bapak Uskup. Kami tidak sempat mendokumentasi gerakan penanaman kelor. Gerakan ini dilakukan oleh keluarga-keluarga. Memang belum se luruhnya melakukan. Kami masih perlu mengkonsientisasi dalam misa -misa lingkungan (terutama di paroki Kelor). Ternyata banyak di antara umat paroki yang belum tahu manfaatnya, bahkan ada yang belum pernah melihat pohon kelor. Padahal hampir di setiap wilayah, bisa dipastikan ada umat yang memiliki pohon Kelor tersebut. Oleh ka rena itu, kami sembari terus mencari bibit dari umat untuk disalurkan kepada umat yang belum memiliki, sekaligus memberi penjelasan sederhana akan manfaatnya, yang tidak hanya untuk mengusir "cekel

54

WARTA PAULUS NO. 90


GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG

an", tapi lebih-lebih untuk kesehatan. Begitu, Bapak Uskup, gerakan ini sudah dimulai pada masa APP ini, dan akan terus digalakkan sepanjang tahun, dengan target seluruh umat (keluarga-keluarga) menanam pohon Kelor. Saya sertakan ebook tentang Kelor yang cukup lengkap dalam attachment. JChrist, Kelor� Anda ingin hidup sehat? Ada e-book "KELOR POHON AJAIB". Click link ini: http://kelorina.com/. Silakan membaca! Jadikanlah (kelor) santapan seharihari. Beritakanlah kabar suka cita itu kepada yang lain. Jadilah Rasul Kelor! Salam, doa 'n Berkah Dalem, + Johannes Pujasumarta

PASTOR

VS

TUKANG PARKIR...

Alkisah seorang pastor di Perancis meninggalkan pesan pada secarik kertas yang diletakkan di antara kaca dan "wiper" mobilnya. Pesan itu berbunyi: "Sudah sepuluh kali saya berkeliling blok ini, tidak ada tempat parkir yang saya temukan, maka saya terpaksa parkir di sini. Ampunilah kami akan segala kesalahan kami." Ketika ia kembali ke mobilnya, ia mendapatkan pesan dari petugas parkir di tempat yang sama. Pesan itu berbunyi: "Sudah sepuluh tahun saya bekerja di sini. Apabila saya tidak memberikan surat tilang parkir kepada Anda, maka saya akan dipecat. Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Sumber : E-Humor)

EDISI PASKAH - 28 MARET 2013

55


TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI

Ingin Seperti Yesus... Alkisah

pada suatu hari, seorang pastor

tua terbaring sekarat di tempat tidur nya. Dia meminta dokter dan pengacara, yang kebetulan juga umat parokinya, datang ke pastoran. Ketika mereka tiba, mereka langsung diantar ke kamar pastor tua itu. Saat melihat keduanya masuk, dia meng ulurkan tangannya dan mengisyaratkan agar mereka duduk di samping kiri dan kanan tempat tidurnya. Kemudian dia me raih tangan mereka, mendesah puas, lalu tersenyum. Waktu berjalan cukup lama, tanpa ada yang berkata-kata. Diam-diam, dokter dan pengacara tersentuh dan tersanjung ka rena sang pastor menginginkan mereka menemaninya di saat-saat terakhirnya. Padahal, pastor itu tidak pernah me nunjukkan rasa suka kepada mereka. Khotbah-khotbahnya selalu menegur keras mengenai keserakahan mereka dan tingkah laku buruk lainnya, sehingga mereka acap kali gelisah ketika mendengar khotbah pastor tersebut. Akhirnya si dokter memberanikan diri ber tanya, "Pastor, mengapa Anda memanggil kami untuk menemani Anda?" Pastor tua mengerahkan sisa-sisa ke kuatannya, dan berbicara dengan lemah, "Yesus mati di antara dua pencuri... dan aku ingin mati seperti-Nya."

56

WARTA PAULUS MEDIA KOMUNIKASI PAROKI SANTO PAULUS SENDANGGUWO - SEMARANG

Pelindung Pastor Kepala Paroki

Penasehat Ketua Bidang Yan Mas Dewan Paroki

Penanggungjawab Koord. Tim Kerja KomSos Dewan Paroki

Pemimpin Redaksi J Paryadi

Staf Redaksi Drs. St. Suripto Atmosuwito Drs. A Mardiyono Pius Koesdyantoro M Yunus Waas

Artistik Alf. Sungging V Suparyanto B Riyanto

Tata Letak J Paryadi M Yunus Waas

Distribusi Ketua - Ketua Lingkungan

Penerbit Dewan Paroki Santo Paulus Jl. Dr. Muwardi 7, 024 - 6711509 Sendangguwo Semarang

Alamat E-mail komsosgsp@gmail.com

Percetakan CV Rind Abadi

Edisi 90, Paskah 2013 28 Maret 2013

Cover Depan Keseharian beberapa karyawan GSP Sendangguwo desain oleh : V Suparyanto WARTA PAULUS NO. 90




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.