Majalah Kronika Edisi 31

Page 1


Indeks

Lembaga Pers Mahasiswa

KRONIKA

Kreasi, Inovasi, Interaksi, dan Komunikasi Mahasiswa

Pelindung: Prof. Enizar, M.Ag. Penasihat: Dr. Ida Umami, M.Pd.Kons Pembina: Imam Mustofa, M.Si. Dharma Setyawan, M.A.

5

Telaah Utama

7

Telaah Khusus

10

Restorasi

22

Profil

23

Kampus Kita

26

Pariwisata

Pemimpin Umum: Edi Purnomo Pemimpin Redaksi: Muliyati Pemimpin Usaha: Windyana Prestiwanti Kepala Puslitbang: Ega Nugroho Kepala Kesekretariatan: Dewi Lestari Redaktur Pelaksana: Avrelina Yolandasari Redaktur Berita: Khoirrotun Nissa Redaktur Online: Linda Purnama Sari Redaktur Desain Grafis: Ahmad Syukron Tamim Redaktur Jurnal: Resti Pujayanti Redaktur Televisi: Raifi Anwar Pewarta Foto: Ratna Sari Pengelola Web: Febri Ma’arifatul Khasanah Ilustrator: Isna Yufita Hamdalah Layouter: Ahmad Syukron Tamim Staf Usaha: Nungky Mei Lani Biro Iklan dan Sirkulasi: Novita Maharani Staf Penelitian: May Sarah Staf Pengembangan: Avrelina Yolandasari Staf Administrasi: Puput Sartika Dewi Staf Kesekretariatan: Puput Sartika Dewi Reporter: Muhammad Raifi Anwar, Avrelina Yolandasari, Nungky Mei Lani, Khoirrotun Nissa, Linda Purnama Sari, Puput Sartika Dewi, Ahmad Syukron Tamim, Annisa Nurhidayah, Isna Yufita Hamdalah, Ratna Sari, Resti Pujayanti, Rizal Ridhofi, Muhammad Dicky, Novita Maharani, Maya Aulia Sondari, Novia Umi Astari, Amelia Resti, Rahmad Wahidin, May Sarah, Desti Ambar Triyani, Annisa Septiani, Rizki Yuniarsih, Selvi Herlinawati, Dewi Nurul Istiqomah, Febri Ma’arifatul Khasanah, Wahyu Safitri, Atika Putri.

Judul Ide Desain Cover Desain Isi

1

Staf Ahli: Ervan Nurtawab, Ph.D., Didik Kusno Aji N, M.Si., Upia Rosmalinda, M.E.I., Rosyadi Ahmad, Khabib Agung Wibowo, Elly Agustina, S.Pd.I., Saiful Ansori, S.Pd.I, Ahmad Surya Atmaja, S.Pd.I, Kahfi Anwari, Wahid Syaifudin, Fahriyani

Majalah KRONIKA Edisi 31

Magang: Ida Ratnasari, Yumna Mutsana, Siti Maimunah, Devi Linda Sari, Nikmatur Rahma Fadilah, Intan Jannah, Indah Novita Sari, Lailatu Rohmah, Rizki Maulidhah, Afifatul Latifah, Anti Damayanti, Ira, Amirudin Hamzah, Dewi Nurul Istiqomah, Amelia Nur Afifah, Nidiya Maranta, Ainayya Nur Salsabilla, Dian Andi Prasetyo, Muhammad Arif Marzuki, Syarif Hidayatulloh, Indah Uyun Rahayu, Siti Mariya Ulva, Anindya Qonita Ikrima, Nurkartika Sari, Hesti Puji Leatari, Riska Widia Sari.

: Konsiderasi Kota Pendidikan : Muliyati : Ega Nugroho : A. Syukron Tamim, M. Arif Marzuki, Novita Maharani

Dok. Ist


Sapaan Redaksi

Meneruskan Tanggung jawab Menjunjung Tinggi Kebenaran As-salamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Salam hangat, pembaca! Semoga selalu diberikan kebahagiaan, kesehatan, dan nikmat iman agar selalu berbagi kebaikan dan selalu mendoakan agar kembali berkumpul di surga jannah. Aamiin.. Berkecimpung di bidang jurnalistik telah menjadi rutinitas harian kami. Menyajikan berita setiap harinya di media daring terus kami lakukan untuk para pembaca agar terus mendapatkan informasi kampus dan kota Metro, dari Kronika. Mengingat di era keterbukaan informasi menjadi tantangan bagi kami untuk menyediakan berita yang akurat dan terpercaya. Membagikan link di status whatsapp, Instagram, dan Facebook untuk mempermudah pembaca agar selalu

mendapatkan berita teranyar Kronika. Kepercayaan pembaca terhadap Kronika menjadi kekuatan kami untuk terus maju dalam menyuarakan aspirasi dan hak-hak mahasiswa. Sejak tahun 1999 Kronika hadir dan kini menjadi tanggung jawab kami untuk meneruskan dan membuat Kronika tetap eksis di lingkungan kampus maupun kota Metro. Di tengah rutinitas, peran ganda kami lakukan demi melaksanakan tanggung jawab sebagai mahasiswa dan jurnalis. Di awal kepengurusan ini, Kronika menyajikan m a j a l a h K r o n i k a e d i s i 3 1 ya n g seharusnya terbit di akhir April molor hingga akhir bulan Mei. Kami memohon maaf atas hal ini. Kota Metro telah lama menjadi kota Pendidikan. Pendidikan pastinya tak lepas dari benda yang menjadi sumber ilmu, yaitu buku. Di kota pendidikan ini, toko buku menjadi

sepohon apel yang dikelilingi hutan rimba. Pada telaah khusus kami menyajikan permasalahan I B A , I B I , dan BBTQ yang diikuti hanya demi mendapatkan sertiďŹ kat saja, serta masalah Kartu Rencana Studi (KRS) yang menjadi permasalahan baru-baru ini karena Mata Kuliah (M K ) dan jumlah mahasiswa yang lebih menjadi kendala di setiap fakultasnya. Semoga hadirnya majalah pertama di kepengurusan baru ini, dapat berguna bagi para pembaca sekalian. Saran dan kritik sangat diharapkan demi terbentuknya terbitan dan kualitas tulisan yang kami sajikan di masa mendatang. Semangat dan bahagia selalu, tetaplah berjuang! Menjunjung tinggi kebenaran!

Majalah KRONIKA Edisi 31

2


Dari Kamu

Milky Yulian, AS/VIII Kronika jangan hanya fokus dengan lingkup kampus, saya harap Kronika bisa mengambil peran lebih agar dapat menjadi Agent of Change melalui tulisannya yang segar. Kronika juga harus melebarkan sayap dengan cara keluar dari zona nyaman (kampus), sehingga Kronika harus lebih bertumbuh menjadi wadah jurnalistik yang berdaya saing baik di lingkup kampus, domestik bahkan internasional sehingga dengan adanya Kronika juga bisa menjadi penyalur para jurnalis terkenal.

KRONIKA Terimakasih Milky atas sarannya, Kronika terlahir dan hidup di lingkungan kampus, karena itu Kronika memilki ranah peliputannya yaitu kampus dan kota Metro. sehingganya, Milky hanya akan mendapatkan tulisan Kronika yang berisi liputan di dalam maupun di luar kampus, yaitu seputar kota Metro. Mungkin sesekali Kronika memberikan berita tentang kegiatan jurnalistik yang kebetulan kami ikuti, misalnya kegiatan diskusi bersama Aliansi Pers Mahasiswa (APM) seLampung atau acara di luar seperti kegiatan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) jika Kronika mengikutinya. Jadi, Kronika hanyalah jurnalis mahasiswa dengan lingkup yang sudah disebutkan di atas. Kami juga membutuhkan bantuan Milky untuk terus mengawasi pergerakan kampus, agar selalu menyuarakan aspirasi mahasiswa. Bersama-sama untuk membangun kampus yang lebih baik.

Dewi, ESy/IV Menurut saya Kronika harus dibesarkan lagi, seperti pada publikasi dan sosialisasi. Karena selama ini khususnya di kampus II, saya tidak pernah mendengar berita-berita dari kronika. Saya hanya sebatas mendengar jika Kronika mencari berita. Seperti katanya Kronika sering menerbitkan majalah namun dikampus II saya tidak pernah mendapatkannya. Sebenarnya bagaimana sistem pembagiannya kemahasiswa?

KRONIKA Terimakasih Dewi atas kritik dan sarannya. Kronika berusaha sebaik mungkin untuk meliput dan mendapatkan informasi untuk disebarluaskan kepada mahasiswa agar mengetahui berita terupdate seputar kampus dan kota Metro. Dewi bisa mendapatkan berita harian tersebut melalui alamat website kami di www.kronika.id dan biasanya Kronika juga menyebarkannya melalui instagram dengan alamat lpm_kronika dan fanpage kami di LPM Kronika Metro, Lampung serta link yang disebarkan oleh kru kami melalui status whatsapp agar dengan mudah mengakses dengan sekali klik. Untuk majalah di setiap edisi, Kronika hanya mencetak beberapa ratus eksemplar saja, dengan bantuan kru Kronika, majalah disebarkan dengan membagi dua cetakan eksemplar di kampus I dan II, karena keterbatasan ini, mungkin Dewi tak mendapatkan majalahnya. Dengan begitu Kronika menyediakan majalah dalam bentuk online yang bisa diakses dan dibaca dimana pun, Dewi bisa mengaksesnya melalui h ps://issuu.com/kronika2/docs/ , atau link yang kami sebarkan melalui media sosial yang Kronika miliki.

M. Arif Marzuki, ESy/II Kronika itu sudah bagus hanyakurang gereget dalam mengkritisi kampus, jangan takut dipotong anggarannyaakibat terlalu keras mengkritisi. Sosialisasi kemahasiswa harus lebih menarik lagi agar banyak mahasiswa yang mau menyalurkan pendapatnya.

KRONIKA Terimakasih Arif atas Kritikannya, Kronika berusaha mengerahkan puluhan kru untuk saling bekerja sama mengawasi dan memanjangkan telinga untuk peka dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan. Takhanyaitu, Kronika juga memerlukan bantuan dan partisipasi mahasiswa untuk sama-sama bergerak demi kepentingan bersama dengan memberikan ide, opini, dan gagasan untuk melangkah bersama menuju perubahan. Untuk mahasiswa yang ingin menyalurkan pendapatnya Kronika memiliki Email redaksikronika@gmail.com atau kontak person 085809475911 bagian redaksi Kronika.

3

Majalah KRONIKA Edisi 31

Dok. Ist


Surat SuratPembaca Pembaca

Surat Pembaca Surat Pembaca Arif Prasetyo-PGMI/IV

Meskipun gedung mewah tetapi dalam sarana prasarananya kurang, seperti toilet dan peralatan di dalam kelas yang meliputi proyektor dan WiFi kurang memadai. Walaupun ada WiFi tetapi tidak dapat digunakan dan saya pun sampai semester 4 belum pernah merasakannya.

Bintang-PBS/IV Tingkatkan kenyamanan terutama pada ruang kelas, seperti kelas yang seharusnya diberi kipas atau diganti dengan AC. Membangun kantin di kampus II , sehingga ketika menunggu pergantian jam perkuliahan tidak keluar dari kampus. Untuk tempat salat (Musala,. red) dibuat lebih kondusif lagi dan dibangun ruangan yang lebih luas. Tempat wudu untuk wanita kalau bisa didesain tertutup. Mukena juga diperbanyak. Toilet lebih dijaga lagi kebersihannya, terutama di kampus II. Apalagi jalan di kampus II.

Ditha Ananda Saputri-PBS/II Kenapa WiFi di kampus II tidak sama seperti di kampus I ? Tidak ada WiFi di kampus II terutama di F E B I , padahal dalam satu perguruan tinggi. Toiletnya kotor, kebersihannya kurang.

Musa Maulana-BSA/IV Menurut saya fasilitas sudah cukup baik, tapi alangkah baiknya ada perpustakaan dan kantin di kampus II, sehingga mahasiswa tidak perlu jauh-jauh ke kampus I untuk mencari buku dan saya rasa kantin juga kurang higienis.

Farid Hambali-PAI/II Tempat parkir seharusnya lebih ditambah, karena setiap tahun mahasiswa bertambah banyak sehingga tempat parkir kurang. Lalu, fasilitas yang ada di kelas seperti kipas angin, kursi, dan lainnya yang berkaitan dengan atribut di dalam kelas karena hal tersebut memengaruhi kenyamanan dalam belajar di kelas.

Majalah KRONIKA Edisi 31

4


Telaah Utama

Dok. Ist

Buku di Kota Pendidikan Oleh : Khoirrotun Nissa, Puput Sartika Dewi

METRO, <KRONIKA>; Kota Metro

Rintisan itu dimulai, dengan

pendidikan sudah di sandang kota Metro

telah lama dikenal sebagai kota

meninjau dari beberapa aspek. Lukman

selama 14 tahun lamanya. Sungguh

Pendidikan. Kota yang sebelumnya

Hakim bertekat menjadikan kota Metro

perjuangan yang tidak mudah. Saat ini jelas

termasuk wilayah Lampung Tengah ini

sebagai kota Pendidikan. Upaya perbaikan

terlihat, instansi pendidikan di kota Metro

resmi terpisah dan menjadi daerah otonom

dan pembangunan prasarana pendidikan

sudah berjumlah ratusan meskipun berada

sejak 27 April 1999. Kota Metro berdiri di

pun dilakukan, studi banding, belajar di

di kota kecil. Pelajar berdatangan dari

lahan seluas 68,74 Km yang didominasi

kota lain dan bekerjasama dengan dinas

berbagai penjuru, serta banyaknya juara

oleh lahan pertanian tanaman pangan,

pendidikan kota pelajar di Daerah

telah di dapatkan. Dibalik kesuksesan ini,

serta sistem kota yang terstruktur serta

Istimewa Yogyakarta pernah dilakukan.

kota Metro memiliki masalah kecil yang

SDM yang cukup banyak menjadi alasan dijadikannya kota Metro sebagai kota pendidikan. Sebelum kota Metro dijadikan

Pada akhir tahun 2010, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

di kota

meresahkan. Minimnya toko buku yang tersedia, serta Perpustakaan Daerah yang

Metro sudah mulai merangkak naik dan

tak jarang menimbulkan keluhan karena

menjadikan pembangunan SDM di kota

pengunjung kesulitan mendapat buku

sebagai kota pendidikan, Metro memiliki

Metro mendapatkan peringkat satu di

yang di cari atau karena koleksi buku

sejarah yang cukup panjang untuk menjadi

Lampung. Pelajar yang berdatangan dari

terbaru belum tersedia.

kota pendidikan. Setelah masa jabatan

luar kota Metro

bahkan luar Provinsi

Menanggapi hal tersebut Kepala

kepemimpinan Mozes Herman bersama

Lampung memberikan pertanda baik.

Badan Pusat Pemerintahan Daerah

Lukman Hakim, tahun 2000-2005. Pemilu

Prestasi yang didapatkan dan banyaknya

(Bappeda) Bangkit Haryono mengatakan

diselenggarakan kembali untuk

instansi pendidikan yang berdiri

jika toko buku di kota Metro tidaklah

kepemimpinan tahun 2005-2010 yang

mendukung nama kota Pendidikan

minim, “Ada toko GraďŹ ka dan toko

dilanjutkan oleh Lukman Hakim sebagai

semakin agung.

Salemba. Karena toko buku, pemerintah

Wali Kota dan Djohan sebagai wakilnya.

5

Majalah KRONIKA Edisi 31

Terhitung sejak saat itu, gelar kota

kota tidak bisa di intervensi, sekaranng


Telaah Utama anak-anak sekolah tidak harus membeli buku karena ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana BOS itu penggunaannya untuk buku dan sudah ada perpustakaan-perpustakaan,” ujar Bangkit saat ditemui di ruangannya. Bangkit menambahkan, “Jika dilihat dari jumlah toko buku tidaklah mencerminkan layak atau tidaknya kota pendidikan, tokonya harus ada seribu toko, tidak seperti itu juga. Jika membeli tidak ada di Metro kan bisa di Bandar Lampung, toko buku tidak bisa jadi barometer kota pendidikan. Untuk menjadi kota pendidikan didalam ketentuan Undangundang itu tidak ada,” terangnya. Tercatat, Perpustakaan Daerah (Pusda) kota Metro yang sudah berdiri sejak tahun 2002 ini memiliki jumlah koleksi buku sebanyak 16.446 dengan jumlah eksemplar 52.945 dengan berbagai macam judul koleksi seperti buku Anak, Sejarah dan Geografi, Ilmu-Ilmu Sosial, Sastra, Kesenian dan Rekreasi, IlmuI l m u Te r a p a n , B a h a s a , S a i n s d a n Matematika, Agama, Filsafat dan Psikologi, Referensi, Fiksi, Karya Umum dan Komputer, dan Deposit. Namun, dengan jumlah buku sebanyak itu, menemukan buku yang di cari oleh pengunjung pun terkadang tak ditemukan, kolesi buku terbaru yang belum tersedia membuat para pengujung bekeluh. Menanggapi ketersidiaan buku di Pusda, Kepala Bidang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Metro, Mega Fitri,

menjelaskan, pihaknya sudah menyediakan kotak saran yang bertujuan untuk menampung masukan dari pengunjung, dengan ini Pusda dapat mengetahui apa saja yang perlu ditambah dan dibuat untuk pengadaan kedepannya. Kotak saran dibuka setiap satu buan sekali untuk mengetahui dan secepatnya dapat memperbaharui system yang belum sempurna. Selain itu, Mega Fitri juga menjelaskan melalui Online Public Access Katalog (OPAK) yang disambung melalui internet, pihak pusda dapat mengetahui jenis buku apa saja yang sering di pinjam oleh para pengunjung yang secara otomatis statistiknya bisa terbaca dan terlihat pula berapa jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan, dan dapat mengetahui buku mana yang akan ditambah nantinya. “Sebenarnya respon dari masyarakat ada yang positif, karena kita sudah menyediakan kotak saran. Misalkan, 'Tolong untuk pengadaan buku ditambah mengenai judul A' jika seperti itu jelas apa saja yang menjadi trend bacaan masyarakat kota Metro atau anak-anak sekolah yang ada di kota Metro. Bisa juga menyampaikan saran melalui Instagram dan Facebook,” jelasnya. Menanggapi kurang lengkapnya ketersediaan buku di Pusda, Bangkit Haryono mengatakan perpustakaan manapun tidazk akan lengkap, karena teknologi terus bergulir dan buku terus diperbaharui. “Tidak ada perpustakaan yang menyatakan 'perpustakaan ini

lengkap' yang ada menyiapkan referensi dengan jumlah cukup banyak, setiap tahunnya buku-buku sumbangan dari pegawai negeri sipil sering ada,” ujarnya. Terkait dengan kota pendidikan dan buku, Bangkit Haryo Utomo menjelaskan, untuk menuju kota pendidikan perlu beberapa kriteria, seperti jumlah Angka Pa r t i s i p a s i M u r n i ( A P M ) , A n g k a Partisipasi Kasar (A P K ), dan nilai UjianNasional (U N ) kita tertinggi di Lampung, itulah yang menunjukkan kriteria menuju kota Pendidikan. Syarat menjadi kota pendidikan yaitu yang mampu dan mau untuk menjalankan kota pendidikan, jadi untuk syaratnya mencanangkan sendiri, ”Tetapi bagaimana bisa menjadi kota pendidikan dan apa saja yang dihasilkan kota pendidikan itu banyak juara-juara itu yang menjadi jawaban, untuk syarat-syarat khususnya tidak ada. Syarat-syarat kota pendidikan secara klausal juga tidak ada,” ujar Bangkit ketika menjelaskan mengenai syarat menjadi kota Pendidikan. Selanjutnya julukan kota Metro sebagai kota Pendidikan dan Wisata Keluarga selalu tertanam di pikiran. Pendidikan di Metro bukan hanya pendidikan formal saja, tetapi jika mau semua pendidikan apapun ada di Metro, mulai dari pertanian, bagaimana belajar berdagang yang bagus di Metro, bagaimana perencanaan yang bagus di Metro, tetapi ada tahapannya yaitu mulai dari training transformation.

Dok. Ist

Majalah KRONIKA Edisi 31

6


Telaah Khusus

Dok. Ist

MASALAH PENYUSUNAN KRS TERKENDALA KELAS Oleh: Avrelina Yolandasari, Annisa Nurhidayah, May Sarah

IAIN; <KRONIKA> Sebelum berlangsungnya kegiatan perkuliahan, mahasiswa harus mengisi Kartu Rencana Studi (K R S ) untuk menginput mata kuliah di semester yang akan dijalaninya. Meskipun demikian, masalah sistem akademik dapat dialami oleh mahasiswa lama maupun baru. Masalah penusunan KRS menjadi hal yang harus secepatnya terselesaikandan teratasi karena berpengaruh dengan perkuliahan yang akan dijalani oleh mahasiswanya. Masalah ini terjadi pada semua fakultas. Kendati demikian, para pegawai selalu b e r u s a h a m e m b e r i k a n p e l a ya n a n t e r b a i k n ya d e m i t e r c i p t a p r o s e s perkuliahan yang baik pula. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Menanggapi hal tersebut Musri Hartini, Kasubbag (Kepala Sub Bagian) Akademik Kemahasiswaan dan Alumni FTIK mengatakan, untuk FTIK saat ini data-data yang mengalami kendala

7

Majalah KRONIKA Edisi 31

sudah disinkronkan. Ia mengaku awalnya memang terdapat kendala, “Jika misalnya disediakan kelas A, B, C, dan D, ternyata ada kelas E, tetap saja pada akhirnya akan diberi dosen pada kelas tersebut,” ujarnya. Musri juga menambahkan, pada semester lalu, terdapat mahasiswa lama yang masih mempunyai nilai C dan D sehingga melakukan perbaikan. Mahasiswa yang mempunyai kurikulum 2008, baru selesai disinkronkan dengan Haris selaku kepala operator sismiknya. “Tadinya ini belum ada dosennya, jadi tidak boleh satu kelas. Akhirnya selain dilarikan ke Kepala Jurusan, kemudian diberikan ke dosen-dosen yang sesuai dengan keilmuannya,” ujar Musri sambil menujukkan data yang baru saja melalui tahap sinkronisasi. “Sudah kebanyakan yang dosen a wa l , s e h i n g g a k a m i d a r i F T I K mencarikan kelas untuk kemudian kita carikan lagi dosen pengampu yang sesuai. Kalau Sismik diurus oleh Haris,

kemudian diterima dari Fakultas. Setiap penginputan disinkronkan oleh Haris, kalau tidak ya tidak masuk nanti. Memasukkan dosen pun kalau belum disinkronkan tidak akan masuk. Harus secepatnya lapor ke fakultas, bilang ke Haris untuk disinkron sambil membawa hard copynya,” tuturnya. Musri b erharap t idak ada masalah setiap semester, semakin bagus, semakin baik pelayanan terhadap mahasiswa, tidak ada masalah lagi setelah penyusunan K R S selesai dan tidak ada masa perbaikan menyusun jadwal input dosen. “Jadi sama-sama enak, mahasiswa lancar kuliah, kita juga enak inputnya. Ini juga baru mau mengunduh supaya lebih mudah membagikan ke Kepala Jurusannya. Namun untuk saat ini setelah K R S selesai, masih saja ada yang mengeluh tidak bisa. Sedangkan kita hanya sebatas operator atau pengguna di Fakultas, menu yang kita miliki juga terbatas,” pungkasnya.


Telaah Khusus

Kasubbag FUAD Wawan Trans Pujianto, menjelaskan bahwa tidak mendapat kelas bukan berarti tidak mendapat jadwal, tetap akan ada revisi nanti jika misalnya kuota per kelas hanya 25 dari kelas A dan B. Ternyata di kelas C hanya ada 3 orang, maka nantinya pihak akademik akan menggabungkan kelas C tersebut di kelas A atau kelas B. Selama ini proses penyusunan mata kuliah biasanya tergantung dengan masa penyusunan K R S . Jika pada saat itu sudah terlebih dahulu menyusun KRS, maka di pertengahan sudah bisa menyusun jadwal. Jadi masalah di awal atau di tengah tidak memiliki pengaruh, ya n g j a d i m a s a l a h a d a l a h k e t i k a mahasiswa mengambil kelasnya itu tidak sama, contohnya si A mengambil kelas A semua tapi satu mata kuliah mengambil kelas B itu akan berbenturan. Karena sismik itu yang dijadikan sebagai filter dalam pembagian jadwal. Pe r m a s a l a h a n t e r j a d i j i k a pembagian jadwal tidak berdasarkan kelas akan terjadi benturan, ini bukalah masalah yang disebabkan oleh sistem. Mahasiswa semester atas yang mengambil semester bawah akibat perbaikan atau sebaliknya, semester bawah mengambil semester atas akan terjadi permasalahan yang nantinya pihak akademik memberikan solusi untuk menemui dosen. Setelah itu, mahasiswa akan diarahkan untuk mengikuti kelas. “Misalnya sampean udah di kelas A tapi tidak bisa di kelas A karena ada juga jadwal di kelas B sehingga jamnya tabrakan. Maka caranya cengplis, kuliah di kelas A secara absen namun mengikuti perkuliahan di kelas B dengan catatan satu dosen. Hal seperti ini tidak masalah,” terangnya. “Jika dosennya berbeda dan kelasnya banyak sehingga sulit menemukan titik temu, tentu perlu komunikasi antara dosen 1, dosen 2 dan akademik untuk bertemu. Mahasiswa ini akan dikemanakan, sampai menemukan titik temu sampai ketemu. Untuk

mempermudah mahasiswa ikut kuliah dosen A ini melaporkan nilainya ke dosen B, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya ini hanya masalah teknis. Kebijakan pada setiap Fakultas rata-rata sama, jika tidak disiasati seperti itu kasian mahasiswa, mahasiswa tidak bisa k u l i a h k a r e n a s i s t e m ya n g b u a t mahasiswa masa iya kita enggak bisa ngakali. Enggak ada masalah serius, semua masalah pasti akan clear,” jelasnya. Keluarnya jadwal setelah atau sebelum itu biasa, yang perlu diperhatikan, proses dalam menentukan dosen pengampu itu dibutuhkan waktu yang cukup lama SKSnya kelebihan atau tidak. Sehingga wajar menyusun KRS dulu, tetapi jadwal belum jadi. Tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena untuk FUAD sendiri kekurangan dosen dan MKnya banyak, apalagi semester ganjil, jika semester genap kebalikannya. Pada semester genap ini dari pihak FUAD sedang mencarikan dosen FUAD untuk mendapatkan jam tambahan di Fakultas lain untuk mengisi kurangnya S K S sehingga mencukupi minimal harus 12 SKS. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Rofi'ah, Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni F E B I mengatakan kelas disediakan banyak karena melihat dari jumlah mahasiswa, misalkan di sismik mahasiswa mengisi sampai kelas G, sebisa mungkin pihak lembaga menjadwalkan sampai kelas G. Ia mengatakan, “Jika menurut saya pribadi sebisa mungkin kelas A,B,C,D, dan E dipenuhin dulu baru buka kelas selanjutnya. Jika sekarang masih dilakukan pengisian K R S kemudian penyusunan jadwal, maka sebisa mungkin untuk semester depan kami usahakan penyusunan jadwal terlebih dahulu lalu menyusun K R S . Supaya tidak ada lagi perbaikan KRS, rencana ini baru akan kami koordinasikan

dengan pusat atau ke akademik,” jelasnya. Waktu penjadwalan dilakukan cukup lama, terkadang pihak jurusan tidak mengeluarkan mata kuliah tersebut tetapi ada mahasiswa yang memilihnya. K a r e n a s e r i n g n ya m a s a l a h ya n g dihadapi mahasiswa yaitu tabrakan jadwal. Bagi mahasiswa yang pindah kelas tetapi dosennya berbeda itu tidak konsultasi ke akademik, melainkan langsung pada dosen yang bersangkutan. Misalnya dosen A dan B konsultasi saja karena itu berhubungan dengan penilaian. Misalkan alasannya jadwal tabrakan, maka didiskusikan antar dosen. Jika diperbolehkan bisa langsung saja mengikuti perkuliahan, tetapi ketika tidak diperbolehkan maka mencari dosen yang sama di mata kuliah tersebut. Karena dosen berbeda larinya akan ke penilaian akhir, itu semua tidak perlu ke akademik. “Harapannya sismik bisa lebih rapi, supaya jadwal itu terencana. Kelaskelas awal diisi terlebih dahulu, semisal satu kelas kapasitas 40 penuhin dulu, jika sudah penuh baru pindah ke kelas selanjutnya atau kelas B, dan begitupun seterusnya. Jangan kelas A belum penuh sudah ke kelas F dan ke kelas G, kejadian ini yang menyusahkan penjadwalan,” jelasnya. Fakultas Syariah Pada dasarnya setiap fakultas memiliki kendala tersendiri, di dalam Sistem Informasi Akademik (Sismik) memiliki kalender akademik yang tertera tanggal penyusunan Kartu Rencana Studi (K R S ). Sebaiknya mahasiswa melakukan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) tidak di akhir tanggal batas waktu, karena jeda waktu dari pembayaran UKT dengan penyusunan K R S akan terlalu lama sehingga mempengaruhi proses perkuliahan.

Majalah KRONIKA Edisi 31

8


Telaah Khusus Dalam penyusunan jadwal di Syariah sendiri tidak banyak melakukan perbaikan, dikarenakan mahasiswa jumlahnya sedikit dan lokal perkuliahan tercukupi. Jika disusun jadwal terlebih dahulu baru KRS tidak akan bisa, karena setiap semester akan berbeda jumlah kelasnya. Setiap semester Indeks Prestasi Komulatif (IPK) mahasiswa akan selalu berbeda-beda, misalkan saja mendapat I P K yang mencukupi untuk mendapatkan 24 Satuan Kredit Studi (SKS) dan ada yang tidak bisa mencapai 24 S K S , “Maka akan mengakibatkan setiap semester berbeda jumlah kelasnya, karena perkuliahan kita sistemnya bukan paket diploma tetapi sistem SKS,� ujar S. Efendi, Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Fakultas Syariah S. Efendi menambahkan, kendala yang sering muncul di Syariah

9

Majalah KRONIKA Edisi 31

yakni mahasiswa semester akhir tidak pro aktif terhadap beban perkuliahan mereka sendiri, atau mungkin bertabrakann dengan kegiatan yang s i f a t n ya p e n g a b d i a n , “ M i s a l n ya mahasiswa perbaikan 5 M K , tetapi ketika jadwal dan dosen sudah tersedia mahasiswa malas untuk masuk. Hal ini merugikan pihak kami dan dosen, sebaliknya ketika tidak ada jadwal mereka meminta diadakan,� jelasnya. Dikarenakan Sismik hanyalah sebuah aplikasi, ketika ada M K yang belum mendapat dosen mungkin karena belum terprogram. Maka dari itu ketika sesudah mengisi K R S diharuskan seorang mahasiswa mencetak hasil KRS, untuk mengantisipasi ketika terjadi perubahan sewaktu-waktu pada Sismik. Dosen yang lintas fakultas biasanya terdapat kendala, karena bisa saja jadwalnya bertabrakan antar

fakultas. Jadi bukannya tidak ada dosen, tetapi mahasiswa saja yang tidak konďŹ rmasi pada akademik fakultas yang penanganannya di akademik rektorat. Mungkin saja karena human error, system error, atau karena pengguna sismik yang banyak dalam waktu yang sama. Harapannya Kasubbag fakultas dan rektorat selalu melakukan koordinasi, jadi semua permasalahan kita lakukan perbaikan, "Lebih mudahnya membayar UKT tepat waktu dan mengisi K R S untuk kemudian langsung dicetak, lalu minta tanda tangan ke akademik supaya ketika terjadi sesuatu hal maka bisa dilihat kembali. Ketua tingkat juga harus rajin datang ke sini untuk minta print out daftar hadir," harap S. Efendi.


Telaah Khusus

Dok. Ist

Bukan Hanya Selembar Sertifikat

Pelengkap Ujian Skripsi Oleh: Linda Purnama Sari, Ahmad Syukron Tamim Perguruan tinggi berlabel Agama Islam Negeri menjadikan Ilmu bahasa dan ilmu agama menjadi hal yang penting dan wajib diketahui serta dipelajari oleh seluruh mahasiswanya. Sehingga tak hanya mahasiswa jurusannya saja yang bisa mempelajari keilmuan ini. Sejak berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (S TA I N ) Metro pada tahun 1990 lalu, menjadi tahun pertama dilaksakannya IntensiďŹ kasi Bahasa Arab (I B A) dan IntensiďŹ kasi Bahasa Inggris (I B I ) yang diadakan oleh Unit Pengembangan Bahasa ( U P B ) I A I N M e t r o , ya n g d i s u s u l Bimbingan Baca Tulis Alquran (B B T Q ) pada tahun 2008, yang didirikan oleh Unit Pengembangan ke-Islaman (U P I ) I A I N Metro yang diketuai oleh Musna dan Dedi Irwansyah sebagai sekretaris saat itu. B B T Q dibagi menjadi dua sesi, yakni BBTQ 1 dan BBTQ 2. Pelaksanaan IBA, IBI, dan BBTQ Pelaksanaan I B A dan B B T Q 1 dilakukan pada semester ganjil, sedangkan I B I dan B B T Q 2 dilaksanakan pada semester genap. Program ini ditujukan

untuk mahasiswa baru (Semester I dan II,. red), dengan catatan untuk mengikuti BBTQ 2 mahasiswa harus lulus dari BBTQ 1 yang dilaksanakan pada semester sebelumnya. I B A dan I B I dilaksanakan Untuk Melatih Kemampuan Dasar Berbahasa Asing I B A dan I B I merupakan peraturan kurikulum dari kementerian Agama yang sekaligus didanai oleh pemerintah pusat. Dana ini digunakan untuk menggaji tutor, administrasi post tes, mid test, dan tes akhir, serta untuk membeli buku saku yang digunakan mahasiswa saat pelaksanaan I B A dan I B I berlangsung, buku saku ini berisi materi dasar bahasa arab dan bahasa inggris. Kegiatan ini dilaksanakan di semua perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag). Dasar Mempelajari BBTQ Serupa dengan I B A dan I B I , BBTQ merupakan kegiatan belajar Tajwid, Makharijul huruf, membaca Alquran, dan

memahami isinya serta belajar menulis Alquran yang memiliki tujuan. Pertama, untuk mencari rida Allah Swt. Kedua, mengingat untuk masuk perguruan tinggi keagamaan pemahaman religius mahasiswa harus diseleksi, misalnya mahasiswa diharuskan biasa membaca Alquran dengan baik dan benar, serta sanggup mengamalkan isi Alquran seperti salat yang rajin, rukun kepada sesama muslim maupun non muslim, bersedekah, melaksanakan salat sunah, akrab dengan siapapun, serta hormat dengan yang lebih tua. Standar Pelaksanaan IBA dan IBI Sistem pengajaran IBA dan IBI, tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, dalam arti teknik dan media pembelajaran sesuai dengan dosen yang menyampaikan. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan s a m a s e p e r t i s e b e l u m n ya . S t a n d a r pelaksanaan I B A dan I B I yakni dilaksanakannya post test untuk menetapkan sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam post test ini terdapat ketentuan, jika mahasiswa tidak hadir 3 kali

Majalah KRONIKA Edisi 31

10


Telaah Khusus tidak lulus. Sistem Pengajaran BBTQ Berbeda dari Tahun Sebelumnya Sistem pengajaran B B T Q berbeda dari tahun ketahuan. Pada tahun sebelumnya, pemilihan tutor terlebih dahulu dipilih dari mahasiswa yang mengikuti organisasi keagamaan kampus, Pondok, maupun yang sudah baik ngajinya. Kemudian, tutor terpilih melakukan tes pada mahasiswa semester I dengan prinsip mahasiswa yang mengajinya sudah lancar dan bagus dianggap lulus dan diberi sertifikat. Bagi mahasiswa yang belum lancar mengaji, menjadi tanggung jawab tutor untuk mengajari mahasiswa tersebut. Saat itu pengajaran tidak dilaksanakan di dalam kelas. Dikarenakan gedung pekuliahan belum tercukupi, pelaksanaan B B T Q dilakukan di gazebo atau di masjid. Saat ini BBTQ dilaksanakan pada ruang-ruang kelas yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. Sama seperti tahun sebelumnya, sebelum melakukan pengajaran, mahasiswa di tes terlebih dahulu. Jika mengajinya lancar, mahasiswa akan dimasukan pada kelas tahfidz. Ini dilakukan agar mahasiswa mempunyai hafalan Alquran sehingga dapat mengikuti beasiswa tahfidz. Selain itu, agar mahasiswa bisa berkhotbah. Tetapi jika dalam membaca Alquran mahasiswa masih perlu bimbingan, maka akan dilakukan pembagian kelas A, B, C, D, E, dan F. Sesuai dengan kemampuan dan tutor yang mengujinya. “Bisa dikatakan pada zaman dulu sistemnya berkelompok dan pada zaman sekarang sistemnya klasikal. Jangan terlalu melihat hasilnya, tetapi lihatlah prosesnya, yang terpenting sudah berusaha.” ujar Nuryanto, Kepala UPI. Pola pengajaran yang diinginkan pihak UPI saat ini yaitu diawal mahasiswa belajar tajwid, dilanjutakn mengaji secara bergantian (sologan) dengan masingmasing tutor, setelah itu setoran hafalan, dan diberi nasihat mengenai akhlak, ibadah, cara berpakaian yang baik dan sopan. Karena, jika sudah membawa Alquran, pakaiannya juga harus menutup aurat. Jadi, antara yang dipelajari dengan

11

Majalah KRONIKA Edisi 31

diamalkan seperti nilai berpakaian harus seimbang. Dosen Ahli disediakan Untuk Menangani IBA dan IBI Sebanyak 36 dosen ahli disediakan untuk menangani IBA dan IBI. Ketua U P B , Yerni Amir, mengatakan pihaknya selalu menanyakan apa saja kendalanya dan melakukan evaluasi dengan mengumpulkan 36 dosen, terkadang Yerni memantau melalui grup Whatsapp. “Mengenai kegiatan ini sudah mencapai tujuannya atau belum, masalah ini harus ditanyakan pada 2000 mahasiswa. Tetapi untuk mengetahuinya, saya tidak mungkin masuk ke kelas satu persatu. Maka dari itu setiap setelah 3 kali pertemuan atau 3 minggu, saya akan mengumpulkan para asisten itu untuk menanyakan siapa saja dosen yang jarang masuk. Ketika dosen tidak masuk maka harus memberi tahu sehari sebelumnya supaya digantikan dengan asisten,” ungkap Yerni. Mahasiswa Kurang Komunikatif Kendala sering terjadi yakni mahasiswa kurang komunikatif, “Seperti ada mahasiswa yang bermasalah tetapi tidak datang kepada UPI, ada mahasiswa yang tidak lulus I B A /I B I tetapi hanya diam saja tidak melapor kepada U P I menanyakan bagaimana supaya bisa diluluskan, kebanyakan mahasiswa semester akhir setelah ujian skripsi baru mencari sertifikat TOEFL, IBA, dan IBI. Terkadang sampai sudah pergantain kepengurusan dan menyebabkan sertifikat hilang, karena setiap 4 tahun sekali diganti kepengurusannya,” ujar Yerni. Sering Berkomunikasi dengan Pihak UPB Melalui sismik pihak UPB sudah mengumumkan tanggal pengambilan sertifikat, sebisa mungkin cepat terselesaikan IBA dan IBI, “Seumpama di semester 1 tidak lulus atau belum bisa mengikuti, maka bisa mengikutinya pada semester 3. Karena ketika semester semakin tua maka akan semakin malas untuk mengikuti IBA dan IBI. Maka dari

itu sering-seringlah berkomunikasi datang ke U P B . Kami di sini selalu siap menunggu,” tambahnya. Yerni berharap, mahasiswa mendukung kegiatan I B A dan I B I ini, h a r u s b i s a m e m b a g i wa k t u a n t a r a kebutuhan kuliah, kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan belajar. Karena tujuan utama di sini untuk belajar agar selesai pada waktunya. U P I Bukan Pesulap yang Merubah M a h a s i s wa A g a r M a h i r M e m b a c a Alquran “Suatu kesalahan apabila mahasiswa mengikuti BBTQ, hanya untuk mendapatkan sertifikat, karena sertifikat itu hanyalah sebagai bukti bahwa sudah bisa membaca Alquran. Tidak bisa dijamin jika mengikuti B B T Q mahasiswa dapat membaca Alquran dengan baik. Karena kemampuan, kecerdasan, serta ketekukan mahasiswa berbeda-beda, serta keterbatasan waktu yang hanya 16 kali pertemuan dan setiap kali tatap muka h a n ya s a t u j a m . Te t a p i s e k a l i l a g i ditekankan bahwa U P I bukan pesulap yang mengubah mahasiswa yang belum lancar mengaji menjadi mahir,” jelas Nuryanto. Nuryanto menambahkan, hafalan Alquran adalah bukti sayang UPI kepada mahasiswa, “Supaya tidak terpaku pada handphone, sehingga disibukkan dengan memperbanyak hafalan Alquran untuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat,” tegasnya. Niatkan Untuk Mencari Rida Allah Harapannya kepada para tutor yang mengajar, niatkanlah pada satu tujuan yakni mencari rida Allah, ikhlas karena Allah, berdakwah karena Allah, dan menjadi teladan bagi yang diajari, serta b e r a k h l a k ya n g m u l i a . D a n u n t u k mahasiswa peserta B B T Q belajarlah dengan ikhlas, “Bukan karena tuntutan sertifikat ataupun lembaga tetapi belajarlah mengaji sebagai satu tujuan menjalankan kewajiban Allah Swt, dan mencari ridaNya,” pungkasnya.

Dok. Ist


Restorasi

Pelacur Intelektual Edi Purnomo/ Pemimpin Umum UKPM Kronika 2019 Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diperlukan sebuah lembaga yang biasa disebut dengan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan institusi atau wadah terlaksananya kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terkait lembaga pendidikan di Indonesia, pemerintah telah membagi dalam tiga bentuk penyelenggaraan pendidikan yaitu formal, non formal, dan informal serta menetapkan tingkatan-tingkatan pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi atau perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang melahirkan generasi-generasi muda yang memiliki peran sebagai agent of change. Agen yang dapat membawa bangsa ini pada kemakmuran dan kebanggaan akan citra diri yang baik, bebas dari kata-kata korupsi, kolusi dan nepotisme atau dengan kata lain menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Suatu bangsa yang masih berselimutkan tiga serangkai (korupsi, kolusi, dan nepotisme) itu dapat dipastikan menjadi bangsa yang terpuruk, penuh dengan tindakan amoral yang berujung pada kehancuran. Arus globalisasi telah memengaruhi secara positif dan negatif pada semua bidang kehidupan, tidak terkecuali bidang pendidikan. Globalisasi pendidikan tidak begitu saja bisa dihindari. Aliran teknologi, ekonomi, pengetahuan, informasi, manusia, nilai-nilai dan gagasangagasan yang melintasi batas negara merupakan ciri-ciri nyata globalisasi (Muktamar dalam Slamet, 2007: 50). Perguruan tinggi sangat berperan dalam menyikapi arus globalisasi. Ia diharapkan membentuk dan menghasilkan kaum intelektual yang mampu bersaing dan bersanding dengan para intelektual produk pendidikan luar negeri. Perguruan tinggi memegang peranan penting untuk memberikan

keteladanan sekaligus menjadi moral force untuk mengakselerasikan kejahatankejahatan dalam dunia pendidikan. Kejahatan dalam dunia pendidikan dapat dikatakan sebagai biang segala kejahatan. Karena pada dasarnya pendidikan akan membentuk watak seseorang menuju arah lebih baik daripada sebelum ia berpendidikan. Lalu bagaimana halnya moralitas seseorang jika pada masa tranformasi menuju arah lebih baik justru melakukan tindak kejahatan? Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dan kepribadian manusia secara menyeluruh. Melalui persiapan jiwa dan intelektualitas disertai dengan penghayatan dan aplikasi secara lahir maupun batin. Lalu tujuan tersebut mengalami distorsi. Kebanyakan model pendidikan yang sedang berlangsung saat ini berbentuk temporary (terbatas,. red) dan mengejar gelar akademis tertentu. Cara-cara curang ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana. Setuju atau tidak, moral yang memperoleh skripsi, tesis dan disertasi menggunakan jasa pembuat skripsi, tesis dan disertasi benar-benar sudah rusak. Belum lagi yang mendapatkan ijazah palsu. Diperparah lagi dengan jarangnya dosen yang hadir di kelas. Mahasiswa yang hanya kuliah pulang kuliah pulang sampai di rumah dan kost hanya mengerjakan tugas seperti kerja rodi tetapi sebagai timbal baliknya beberapa dosen memberikan nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan mengandalkan asal tembak.Apa itu yang dinamakan dunia pendidikan? Apapun alasannya tetaplah akan menodai sakralitas dunia keilmuan, tradisi intelektual dan tentunya etika maupun moral. Imam SyaďŹ 'I (150-204 H) menyebutkan tidak kurang dari enam syarat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Di antaranya adalah al-dzakÄ ' (intelegitas), kecerdasan ini tidak hanya berbentuk kemampuan akal dalam menerima pelajaran saja. Tetapi juga harus disesuaikan dengan kehendak ilmu untuk dipetik oleh orang lain. Baik melalui proses

pembelajaran menurun ataupun melalui praktek lapangan. Karena rahasia ilmu ibarat nĹŤr (cahaya) yang tidak bisa dipadukan dengan kezaliman. Pelacur dalam arti ilmiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (K B B I ) yaitu penyelewengan yang terdapat pada dunia ilmu pengetahuan. Pelacuran dalam dunia pendidikan seolah tidak menempati posisi tindakan kriminal. Sementara terhadap pelacur jalanan, berbagai ungkapan miring dilayangkan. Inilah hebatnya pelacur yang memiliki gelar akademis. Ia bisa saja membenarkan perlakuannya dengan alasan yang masuk akal melalui penipuan terhadap orangorang yang diidentikkan dengan kebodohan. Pelacur intelektual lebih berbahaya dari pelacur jalanan, pelacur intelektual merugikan jutaan rakyat. Sangat miris jika bangsa yang terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah ruah harus hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, citra masyarakat tertinggal diperkeruh oleh oknum intelektual yang suka mencuri hak rakyat. Keilmuan yang dimiliki seolah hanya diperuntukkan untuk menelikung kepercayaan rakyat. Seharusnya kita sebagai mahasiswa jangan hanya kuliah, pulang, kuliah, tugas dan kuliah, main, tetapi jadilah mahasiswa kritis yang mampu merubah pengkhianatan yang merusak struktur bangsa. Ikutilah hal yang mampu mengembangkan daya pikir yang bermanfaat untuk diri kita, ya diri kita, kenapa saya bilang untuk diri kita, karena jika bermanfaat untuk kita pasti bermanfaat untuk orang lain. Masih muda jangan menjadi pelacur intelektual yang hanya mengerjakan makalah, makalah dan makalah, itupun saya yakin anda copy paste dari internet. Saya juga yakin persediaan buku anda lebih sedikit, itupun hasil pinjam dari perpustakaan bukan membelinya sendiri. Salam mahasiswa, salam perubahan. “Menjunjung tinggi kebenaranâ€?.

Majalah KRONIKA Edisi 31

12


Resensi Opini

Penerapan Sikap Bodo Amat yang Harus Dilakukan

Judul Buku Penulis Peresensi Penerbit Tahun Terbit Ukuran

: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat : Mark Manson : Febri Ma’arifatul Khasanah : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia : Februari 2018 (Cetakan I) : 21x14 cm

Dok. Ist

S

ebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah sebuah buku terjemahan yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a Fuck. Buku karangan Mark Manson ini merupakan sebuah buku pertamanya dan terbit pertama kali di New York, AS oleh penerbit Haper One 2016. Dalam buku ini berisi banyak motivasi yang Mark Manson tulis. Dalam bab pertama Mark Manson menulis kisah seseorang bernama Charles Bukowski yang memiliki kisah hidup buruk. Dia suka menulis dan sering mengirim banyak karya tulisnya ke penerbit tetapi tidak ada satupun yang diterima oleh penerbit. Kehidupan yang buruk tidak menghalangi Charles Bukowski menyerah, hingga ada sebuah penerbit yang mau menerbitkan karyanya. Tetapi bukan segepok uang yang akan Charles Bowski terima, hanya pilihan yang Charles Bukowski jawab, “Saya hanya

13

Majalah KRONIKA Edisi 31

bisa memilih satu dari dua pilihan, tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting atau tetap di luar sini, menjadi penulis, dan kelaparan. Saya lebih memilih kelaparan saja,� dan Charles mampu menyelesaikan tulisannya hanya dalam waktu 3 minggu. Dalam buku ini terdapat Sembilan bab yang membahas tentang jangan berusaha, kebahagiaan itu masalah, anda tidak istimewa, nilai penderitaan, anda salah memilih, anda keliru tentang semua hal, kegagalan adalah jalan untuk maju, pentingnya berkata tidak, dan kemudian anda mati. Setiap cerita yang ditulis oleh Mark Manson mengandung banyak m o t i va s i b a g i s e t i a p o r a n g ya n g mengalami kegagalan atau tidak percaya diri saat melakukan sesuatu. Dalam bukunya Mark Manson menulis judul kecil sebuah seni untuk bersikap masa bodoh. Maksudnya masa bodoh bukan berarti acuh tak acuh, masa bodoh

artinya nyaman saat menjadi beda. Bisa mengatakan bodoh amat pada kesulitan, pertama-tama anda harus peduli terhadap sesuatu yang lebih penting daripada kesulitan, dan entah sadar atau tidak, kita selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. Bahasa yang digunakan bagus dan mudah dipahami pembaca. Setiap kata yang disusun menjadi kalimat dan kalimat disusun menjadi paragraf merupakan gambaran diri setiap manusia yang ada di bumi ini. Setiap kata yang berubah menjadi kalimat bisa menjadi motivasi terhadap diri sendiri setiap membacanya. Adanya buku ini bisa membuat kita lebih menghargai sebuah hidup dan proses. Setiap hal yang dialami dalam hidup dijadikan sebagai sebuah pembelajaran. Mampu lebih terbuka lagi dalam berpikir dan tahu batasan-batasan dalam hidup.


Eh Ka, Kamu ngapain? Coba geh baca ini. Ternyata buku lahir di Mesir tahun 2400-an Sebelum Masehi loh.

Apa sih Kro. Liat ini geh, Ternyata L****** laki-laki loh.. Ilustrator: Novita Maharani

Kro n Ika

Majalah KRONIKA Edisi 31

14


Galeri Foto

Fakultas Syariah Membuat Pot dari Barang Bekas



Opini Karikatur

Ilustrator: Muhammad Arif Marzuki

17

Majalah KRONIKA Edisi 31


Opini

Pemuda Bukan Sekadar Mannequin Bangsa Oleh: Novita Kurniasih/Mahasiswa PAI/4

T

ahun ini, tujuh puluh empat tahun setelah “jangkar” dari ekspedisi beratus-ratus tahun dikumandangkan oleh Soekarno dan Ha a. Hanya 29 kata yang tersurat dalam teks proklamasi, namun ke-29 kata itu mempunyai beribu-ribu makna tersirat tentang arti dari perjuangan, pengorbanan, keberanian, kecermatan, dan persatuan. Saat itulah titik puncak dari arti perjuangan dan pengorbanan selama ratusan tahun untuk menjadi bangsa yang merdeka membawa cita-cita perjuangan dengan tangannya sendiri. Ada banyak pemuda yang berdiri di belakang layar teks proklamasi, mereka yang merelakan masa mudanya demi kata “merdeka”. Wacana Indonesia emas 2045 terus bergulir. Tepat seratus tahun Indonesia bangkit di ranjang sendiri menikmati kehangatan kebebasan dari Sabang sampai Merauke. Optimisme tinggi pada sebuah puncak kejayaan dengan membawa harta karun berharga. Harta karun berharga tersebutlah yang digadang menjadi modal untuk kelangsungan bangsa dan negara ini kedepannya. Harta karun yang disebutkan adalah bonus demografi. Pada tahun 2045 kelak, Indonesia memiliki 70% penduduk usia produktif yang menjadikannya sebuah “hadiah” bagi kelangsungan hidup negara Indonesia. Lalu siapakah yang termasuk dalam agen Indonesia emas ini? Jawabannya adalah pemuda Indonesia. Mengingat agen utama Indonesia emas 2045 adalah pemuda, pertanyaannya adalah “bagaimana pemuda saat ini?” Setelah hampir tujuh puluh empat tahun menjadi bangsa yang merdeka, marilah kita bertafakur sejenak bagaimana keadaan para pemuda bangsa ini. Berapa banyak pemuda yang mati bukan tertebas pedang atau tertembak penjajah di medan perang melainkan karena narkoba, minuman keras, seks bebas, dan tawuran. Sungguh ironi ketika sebagian pemuda sibuk dengan bagaimana cara mengharumkan nama bangsa namun masih banyak pula yang merusak dirinyasendiri. Kehilangan followers lebih dipermasalahkan daripada kehilangan jati diri, norma adat, dan jiwa pancasilanya.

Berganti-ganti sistem pendidikan namun seperti angin bertiup saja, tak ada perubahan signifikan. Tentunya kita tidak dapat menyalahkan pemerintah dalam hal ini. Pemerintah telah berpikir keras bagaimana mewujudkan pendidikan yang berkarakter, bermoral dan berbudaya. Media sosial seolah menjadi dunia dalam dunia. Banyak sekali anak muda yang mencoba melarikan diri dari dunia nyatanya yang kejam penuh dengan bullying, kekerasan, paksaan, dan masalah perbedaan. Mereka mencoba mencari dunia baru, namun dalam dunia media sosial pun sama kejamnya. Kemana mereka harus pergi? Ketika dunia nyata dan dunia virtual mengacuhkannya. Akhirnya narkoba dan minuman keras tak terelakan dan berbagai dampak pengrusakkannya timbul. Ketika terjadi seperti itu yang ada hanya saling tudingdan mengambing-hitamkan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan seolah menjadikan sebuah benteng pemisah dalam bersosialisasi. Dahulu Jong Java, Jong S u m a t r a , J o n g C e l e b e s , d a n l a i n n ya meneriakkan semangat persatuan tanpa memandang warna kulit, suku, agama, dan ras, namun sekarang terdengar hujatan dan kebencian pada sesama pemuda diteriakkan. Nilai-nilai tepa salira, musyawarah, dan mufakat kemana? Dimana ikrar kebhinekaan untuk kemerdekaan? Apa kabar semangat rawerawe rantas malang-malang tuntas? Apakah pertanyaan-pertanyaan itu terjawab hanya cukup menjadi caption dalam gambar pada sosial medianya tanpa wujud yang nyata. Ada pula pemuda yang memiliki prestasi sangat banyak, lalu bersekolah di sekolah terbaik namun bercita-cita bekerja di luar negeri dengan alasan gaji. Jika banyak yang seperti ini maka mau dibawa kemana kemudi Indonesia. Untukapa teoriteori tebal yang mereka hafalkan tapi tidak untuk diamalkan. Indonesia lebih membutuhkan daripada negara diluar sana dengan gaji tinggi. Saatnya kita pupuk dan hidupkan generasi penerus bangsa untuk Indonesia emas 2045. Pendidikan adalah sentral dari upaya menghidupkan kembali,

menanamkan, dan menginfiltrasi semangat l a ya k n ya p e m u d a - p e m u d a p e j u a n g terdahulu. Pendidikan yang mengutamakan nurani daripada nilai dan materi. Pendidikan yang mengajarkan betapa indah hidup dalam harmoni perbedaan yang akan meniadakan bullying hanya karena “kamu berbeda”. Pendidikan yang memastikan tolak ukur keberhasilannya bukan hanya dari seberapa banyak jumlah sarjana atau doktor tapi seberapa manfaat ilmu yang diberikan. Pendidikan bukan hanya mempertontonkan pemudap e m u d a l a ya k n ya m a n n e q u i n e t a l a s e bermakeup tebal, tapi pendidikan yang menghidupkan nurani kebangsaan menyumbangsih-kan pikiran, tenaga, dan perbuatan. Orang tua menjadi benteng pertama dan terakhir menghadapi kacaunya dunia. Ajaran agama yang kuat dapat membentengi pemuda dari pengaruh buruk globalisasi. Lingkungan masyarakat juga harus turut merangkul jiwa muda karena dengan pelukan dari lingkungannya maka akan semakin kuat dan percaya diri untuk tidak terjerumus ke dalam narkoba, minuman keras, dan seks bebas. Semua pihak turut andil memberi perhatian pada para pemudanya agar semakin kreatif inovatif berkarya sesuai kemampuan dan bidangnya. Sebuah bangsa yang kuat adalah bangsa yang pemudanya berwatak ksatria hebat. Kini 26 tahun sebelum Indonesia emas 2045. Sudah waktunya para pemuda bangkit dari tidurnya. Berbakti pada Indonesia, mencintai perbedaan dan meresapi pancasila. Tidak butuh banyak status atau caption pada dinding media sosial tentang Indonesia. Semangatlah pemuda seperti ratusan tahun silam. Jika tak bisa menyumbangkan emas medali setidaknya perbaiki diri jauhi dari merusakkan diri sendiri. Teruslah bergeliat dalam karya jangan pasif dan apatis. Indonesia membutuhkan pemuda yang berinovasi untuk terus bergerak bukan sekadar mannequin di depan layar kotak yang apatis terhadap nasib negaranya.

Majalah KRONIKA Edisi 31

18


Opini

Plagiasi, Kenali dan Hindari Oleh: Ahmad Madzkur/Dosen Tadris Bahasa Inggris IAIN Metro

P

lagiasi, juga disebut dengan plagiat atau plagiarisme, merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi khususnya di kalangan civitas akademika Perguruan Tinggi (P T ). Plagiasi merupakan praktik penjiplakan karya atau pendapat orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, untuk kemudian dijadikan sebagai bagian dari karya sendiri. Kita semua sadar bahwa plagiasi adalah suatu tindakan negatif yang dapat mencoreng integritas keilmuan seseorang dan dapat dikenakan sanksi tegas. Menurut Permendiknas no 17 tahun 2010 pasal 12, seorang plagiator dikenakan sanksi mulai teguran sampai pembatalan ijazah yang diperoleh dari P T yang bersangkutan. Meskipun dilakukan berbagai upaya penanggulangan, kasus plagiasi masih kerap terjadi di berbagai tingkat pendidikan, termasuk P T. Sampai-sampai, kasus plagiasi yang sempat viral beberapa waktu lalu di salah satu kampus ternama di ibukota mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan termasuk Kemenristekdikti. Namun, kasus-kasus itu sepertinya belum cukup untuk membuat kita takut akan perilaku plagiat. Seperti sudah menjadi hal yang umum dan biasa ketika seseorang mengcopy-paste suatu ide atau karya orang lain dan dimasukkan ke dalam karya ilmiahnya (seperti makalah, artikel, proposal penelitian, skripsi, tesis dan lain-lain) tanpa mengutip sang penulis aslinya. Sebuah studi tahun 2018 yang dilakukan oleh Eva Jereb dkk menyebutkan bahwa plagiasi sudah menjadi fenomena multi-layer dari sebuah ketidakjujuran di P T. Sebuah berita di BBC Indonesia bahkan menyebutkan bahwa plagiarisme di banyak perguruan tinggi telah mengarah ke “jualbeli ijazah�. Menurut Prof. Hendrawan Soetanto dari Universitas Brawijaya, plagiasi akademik merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji karena beberapa alasan, antara lain, trend kejadian yang terus meningkat,

19

Majalah KRONIKA Edisi 31

terbitnya Permendiknas no 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di perguruan tinggi, banyak usulan kenaikan pangkat/jabatan ditolak karena terindikasi plagiat, dan ternyata masih banyak akademisi yang belum begitu faham tentang makna plagiarisi itu sendiri. Plagiasi bisa terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Oleh karena tiu, agar kita tidak jatuh ke dalam jurang plagiasi, kita perlu memahami apa saja yang termasuk ke d a l a m n ya . P r o f S a s t r o a s m o r o d a r i Universitas Indonesia membagi plagiasi ke dalam beberapa jenis berikut. a. Plagiasi berdasarkan aspek. Pertama, plagiasi ide, yaitu mengulang suatu penelitian yang pernah dilakukan dengan mengubah judul, tapi isi, metode dan hasilnya bersumber dari karya lain. Selanjutnya, plagiasi isi, yaitu mengganti data hasil percobaan suatu karya dan menyesuaikan data tersebut dengan judulnya tanpa melakukan penelitian lagi. Juga, plagiasi kata, kalimat dan paragraf, yakni mengutip kata, kalimat atau paragraf saja tanpa mencantumkan sumber karya tersebut. Kemudian, plagiarisme total yaitu copy-paste, tanpa perubahan apapun. b. Plagiasi berdasarkan proporsi. Plagiasi ringan : <30%, plagiasi sedang: 3070%, dan plagiasi berat: >70%. c. Plagiasi berdasarkan pola. Yang pertama, plagisi kata per kata (word for word). Plagiator mengutip kata dari artikel asli. Meski tidak semua diambil, namun persamaannya akan terlihat karena kata intinya sama. Kedua, plagiasi mosaik, yaitu menggunakan karya asli sebagai pedoman. Kata-kata dalam karya asli diubah dengan kata-kata lain tanpa menyebutkan sumbernya. Selanjutnya, plagiasi sendiri (self-plagiarism), yakni penulis ingin membuat karya secara instan dengan cara menulis ulang kata-katanya yang sudah pernah diterbitkan. Atau, penulis ingin membuat karya ilmiah lain, dimana ide, gagasan dari artikel sebelumnya dicantumkan kembali pada artikel baru

tanpa membuat kutipan. Lalu, b ag aimana meng endalik an perilaku plagiasi? Hal penting yang harus dilakukan adalah menciptakan atmosďŹ r akademik yang sehat dengan selalu melakukan check dan re-check terhadap sebuah karya ilmiah agar mampu mencegah munculnya plagiarisme akademik. Juga, sangat perlu adanya sanksi yang tepat dan tegas terhadap plagiator secara adil tanpa pandang bulu. Cara lain yang juga sudah dilakukan oleh sebagian besar P T di Indonesia untuk menanggulangi praktik plagiat adalah dengan menggunakan aplikasi pendeteksi plagiat seperti Trunitin, iThenticate, Viper Anti-Plagiarism, Plagiarism Detector, Plagtracker dan masih banyak yang lainnya. Fitur-ďŹ tur di dalam aplikasi tersebut memungkinkan kita mengetahui tingkat similaritas atau kesamaan antara satu karya ilmiah dengan karya yang lain. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar kemungkinan adanya plagiasi di dalam karya ilimiah seperti skripsi, tesis, dan artikel jurnal dapat diminimalisir sebelum di-online-kan melalui repository atau O J S . Karena jika karya yang sudah online terdeteksi plagiat dan diketahui oleh banyak pembaca baik di dalam maupun luar negeri, tentunya akan menimbulkan citra buruk bagi penulis, pembimbing bahkan institusi. Oleh karena itu, di tingkat P T, para dosen dan pembimbing perlu terus menerus mensosialisasikan kepada mahasiswa dan saling mengingatkan antar sesama kolega apa itu plagiat dan bagaimana menghindarinya. Jika pun aplikasi pendeteksi plagiat akan diberlakukan, yang perlu dibangun adalah, meminjam istilah Starr & GrahamMatheson, semangat educate-to-avoid (mendidik untuk menghindari plagiat) bukan sekedar detect-to-punish (mendeteksi plagiat lalu memberikan hukuman).


Arti Kehidupan Arti Kehidupan Kreatifitas

Filma Eka Santika, PAI/VIII

A

ngin bergerak perlahan. Mendesir, menyapa jiwa-jiwa yang menanti kebahagiaan. Dedaunan melenggak-lenggok menarikan irama alam. Hari ini cuaca begitu bersahabat. Tak terik, tak pula hujan. Aku duduk menepi di salah satu bangku Taman Kota Metro. Aku baru saja membeli sebuah buku berjudul Arti Kehidupan. Karena merasa letih, akhirnya kuputuskan untuk menepi di Taman Kota sembari menyeruput es teh. Perkenalkan namaku Kinanti, atau akrab dipanggil Kinan. Aku tengah duduk di bangku kuliah semester enam di Institut Agama Islam Negeri Metro (IAIN). Aku aktif mengikuti organisasi desa, atau kerap disebut Forum Pemuda Bersatu. Ada beberapa program kerja yang kami rancang dan berusaha kami jalankan, salah satunya ialah taman pintar. Kegiatan yang kami lakukan seminggu sekali di Lapangan Samber dan beberapa titik lainnya ini ternyata mengundang minat yang cukup baik bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah, dan kami juga sengaja mengajarkan membaca dan menulis Alquran. “Kak Kinan,” Aku menoleh. “Nahla,” gadis kecil itu menghampiriku, mencium punggung tanganku, lantas duduk menjejeriku. Aku mengelus kepalanya yang berbalut jilbab berwarna jingga. Ia mengenakan kaos berwarna putih yang telah dipenuhi oleh debu jalanan, dan memakai handrok yang kekecilan sehingga terlihat betis kakinya.Tangan kecilnya menggendong puluhan koran yang siap untuk dijajakan ketika lampu merah. “ N a h l a d i s i n i ? ” Ta n ya k u lembut padanya. “Heee iyaa kak, Nahla kangen

kakak,” ucapnya perlahan. Hampir saja air mata ini mendusur ke pipi. Namun, kucoba menahannya, aku harus menguatkan Nahla bukan sebaliknya. Dialah Nahla, Nahla Humaira, namanya begitu indah. Cerminan betapa orang tuanya menginginkan permatanya menjadi sesuatu yang berarti dan berharga kelak. Namun, terkadang hidup memang begitu, tak sesuai dengan apa yang kita pikir atau kita skenariokan. Nahla adalah salah satu dari sekian anak yang kurang beruntung di muka bumi ini, namun semoga kelak tidak begitu, begitulah harapku. Ia tinggal bersama bibinya yang kesehariannya bekerja sebagai pencari rongsokan. Bibinya adalah seorang single parent yang ditinggal suaminya ketika sedang mengandung buah hatinya yang kedua. Sementara kedua orang tua Nahla, meninggal saat ia masih begitu belia. Saat ini Nahla berumur tujuh tahun. Masa di mana seharusnya seorang anak sedang asyik duduk di bangku sekolah dan bermain dengan kerabatnya. Namun, itu tak berlaku bagi Nahla. Himpitan ekonomi memaksanya untuk mengurungkan impiannya sejenak. Bibinya yang bekerja sebagai pencari rongsokan tak kuasa membiayainya. Terlebih lagi bibinya memiliki dua orang anak yang harus dihidupi. Anak pertama bernama Adinda, yang tengah berumur empat tahun dan Riko yang tengah berumur delapan bulan. Begitulah kesehariannya, di pagi hari ia menjual koran. Setelah itu, ia pulang untuk menemani Riko, karena bibinya harus bekerja mencari sesuap nasi untuk mereka berempat. “Kak,” Ia menyadarkan lamunanku. “Eee, iya,” balasku. “Besok kita belajar kan kak?

Nahla sudah mengerjakan tugas yang kakak kasih loh, yang tambah-tambahan itu, kalau Nahla tahu mau ketemu kakak hari ini, pasti tadi Nahla bawa bukunya kak,” ucapnya sembari tersenyum. Senyumnya terus mengembang, ia begitu polos. Selama aku mengenalnya aku tak pernah sedikitpun melihatnya murung, atau berbicara yang mengandung keirian, atau kemarahan atas apa yang dijalani dalam hidupnya saat ini. Nahla memang selalu begitu, ia selalu bersemangat, terlebih untuk mengikuti setiap pengajaran yang aku dan teman-teman lainnya berikan. Inilah alasanku untuk bertahan dan terus berusaha memberikan sesuatu untuk orang di luar sana. Itulah mengapa, aku dan temanteman sangat menginginkan program organisasi kami lebih menyoroti bidang pendidikan dan sosial. Yah, beginilah, karena ternyata di kota Pendidikan yang terlihat gemerlap ini, masih banyak anak-anak yang seharusnya sekolah, tapi tidak mendapatkan kesempatan itu. Kendati orang tuanya sudah diberi arahan bahwa sekolah gratis, ia kerap kali juga mengatakan, “Sekolahnya gratis, tapi untuk beli buku, tas, sepatu, baju, uang saku dan transpor, bagaimana? Saya tidak mampu, sehari makan sekali saja kami sudah beruntung”. Kami tak bisa berbuat banyak. Kami hanya bisa berdoa semoga kelak pemerintah lebih memperhatikan mereka, dan Allah segera mengangkat derajatnya. Dan cara-cara seperti mengadakan taman baca, taman pintar, semoga bisa membantu mereka. ***

Dok. Ist

Majalah KRONIKA Edisi 31

20


Opini Kreativitas

Aksara Alam Oleh: Bangun Adi Putra, Esy/VI Aku seperti aksara yang merumput Di pekarangan kosong yang hampa warna Di halaman rumahmu aku bertebaran Sesekali mencium asap yang kau sekap Awan yang silih semilih di langit wajah, hingga ketinggian batas pandang Bukanlah bayangku, sayang Kalaupun ada pelangi di tepi langit itu Indahnya melesap di liang peradaban Hujan renyai yang berhasrat-berkekalan kian mengundang jejak-jejak kedaulatan Tapi berseiring itu ada yang menari Dengan wajah musim semi Namun dadanya kemarau abadi* Kulit-kulit pepohonan yang suci dan coklat bias tertangkap tangan Tapi mereka bukan terdakwa sesungguhnya Atas tuduhan mutu dan harga Namun kualitinya karena faktor kinerja cita Persesuaian mereka seperti bumi membentang, matahari dan bulan; yang beredar Global, boleh dikenakan seluruh organisme berakal-tak berakal

Dok. Ist

Lampung Timur, 2019

*Mengu p dari penyair lampung, Agit Yogi Subandi (1985-sekarang) yang berjudul “yang menari�, yang diambil dari buku Sebait Pantun Bujang, diberi pengantar oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung, Dewan Kesenian Lampung, Bandar Lampung, 2010, hlm. 32.

21

Majalah KRONIKA Edisi 31


Profil

Berburu Event Menarik

Nasional

: Zezen Zainul Ali Nama : Subang Jaya, 17 Februari 1998 TTL : Subang Jaya, Bandar Surabaya, Lampung Timur Alamat : Suryaman Ayah : Hindun Runani Ibu Riwayat Pendidikan : - MI Subang Jaya - MTsN 2 Lampung Tengah - SMAN 1 Seputih Surabaya - IAIN Metro (Sekarang)

Z

ezen Zainul Ali pria beralis tebal kelahiran Subang Jaya, Lampung Tengah, 17 Februari 1998 ini memiliki postur tubuh tinggi, berkulit sawo matang, dan dikenal ramah, serta berwibawa. Anak pertama dari 2 bersaudara ini ternyata memiliki minat yang jarang ditemui. Memiliki sifat ramah dan pandai bergaul, sehingga sangat mudah dikenali oleh banyak orang. Sejak kecil ia hobi sekali dengan sepak bola, selama duduk di bangku MTsN 2 Lampung Tengah dan SMAN 1 Seputih Surabaya ia menekuni hobi tersebut dan sering mengikuti beberapa pertandingan sepak bola seperti liga pelajar yang mendapat juara 2. Setelah lulus dari SMA, ia sempat menunda pendidikannya, karena keadaan finansial dan pada waktu yang sama ayahnya terbaring sakit. Ia sempat bekerja di Bratasena kurang lebih selama 1 tahun. Anak dari pasangan Suryaman dan Hindun Runani ini tidak pernah putus asa, selalu semangat dan bertekad untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah berselang 2 tahun, melalui beasiswa Bidikmisi akhirnya Zezen dapat melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung dan mengambil jurusan Akhwal Al Syakhsiyah (AS). Di sinilah ia mulai menemukan halhal baru, bakat-bakat pun mulai bermunculan. Karena memiliki sifat yang ramah, pandai bergaul dan ketangkasan dalam berbicara, hingga pada akhirnya diberikan kepercayaan menjadi ketua angkatan Bidikmisi 2017. Pada tingkat perguruan tinggi, Zezen semakin aktif melibatkan diri dengan hobinya. Beberapa waktu lalu bersama tim futsalnya mengikuti pertandingan dalam Pekan

Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) di Palembang, dan menyabet medali perunggu. Tidak hanya hobi di dunia sepak bola saja, Zezen juga gemar mengikuti k e g i a t a n - k e g i a t a n ya n g b e r s t a n d a r Nasional. Kegiatan tersebut membuatnya semakin dikenal oleh banyak orang. Kegiatan Nasional yang pernah ia ikuti yaitu Indonesia Milenial Movement, berkenaan dengan diskusi tentang bagaimana generasi milenial bermedia sosial dengan positif. Tidak hanya sekadar acara biasa, untuk menjadi salah satu peserta di acara tersebut butuh usaha, harus bersaing dengan ribuan peserta se-Indonesia untuk menduduki seratus kursi di Istana Kepresidenan Bogor dan Zezen menjadi salah satunya. Perjuangan demi perjuangan menuai hasil, mulai dari mengisi angket, Curriculum Vitae (CV), membuat esai, video, hingga ke proses tes ia ikuti dengan penuh semangat. Menjadi salah satu dari tiga orang yang terpilih mewakili Lampung adalah suatu kebanggaan. Lima hari di Bogor tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun dan bertemu dengan orang hebat seperti Najwa Shihab, jurnalis dan duta baca Indonesia, Cania Ci a Irlanie, jurnalis geotimes, Cameo Project, Youtube Creator for Change, Dedi Permadi, Ketua Siberkreasi, Hamid Nasuhi,

Project Manajemen Unit Convey, Saiful Umam, Direktur Eksekutif Universitas Islam Negeri (U I N ) Jakarta, Muhajir Efendi, Menteri Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Ahmad Syafi'i, Pendiri Ma'arif Insitut serta bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara menjadi buah manis dari sebuah perjuangan. Berdialog dan berdiskusi langsung dengan Najwa Shihab mengenai Indonesia Emas seakan menjadi pengalaman baru dalam hidupnya. Tidak hanya pada acara itu saja, ia kembali mengikuti seleksi untuk ikut andil dalam acara nasional Pemimpin Muda Nusantara Strategi Forum 2019. Acara tersebut diselenggarakan di Jakarta Pusat pada bulan Maret 2019. Dari seribu orang 150 orang terpilih, dan Zezen sebagai salah satunya. Tahap mengikuti seleksi kegiatan tidak berhenti di sini saja, ia mengikuti seleksi Pengabdian Ekspedisi yang akan dilaksanakan pada bulan April 2019 di Bandung Barat. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Youth and Leader Empowerment (I YA L E ) dan ia perwakilan IYALE Lampung. Mencari hal yang berbeda Zezen selalu memotivasi diri agar tidak menjadi katak dalam tempurung yang hanya hebat di kandang saja, dengan tujuan mencari pengalaman dan ilmu yang luas. Pria yang memiliki moto,” Keluarlah dari zona nyamanmu, kejarlah mimpimu, niscaya prestasi mengirimmu,” ini akan terus berburu event Nasional.

Oleh: Nungky Mei Lani Majalah KRONIKA Edisi 31

22


Kampus Opini Kita

Barang Mahasiswa Hilang, CCTV Perpus Tak Efektif Oleh: Amelia Resti, Novia Umi Astari Pa d a t a n g g a l 1 5 F e b r u a r i l a l u mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PA I ) semester I V Afidhilannisa Rifnaini kehilangan barang berupa dompet yang berisi surat-surat berharga, Kartu Tanda Penduduk (K T P ), Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), dan Anjungan Tunai Mandiri (AT M ), serta uang tunai Rp 300.000, di Perpustakaan I A I N Metro Kampus I. Afidhilannisa Rifnaini, mengatakan saat itu dirinya terburu-buru masuk ke perpustakaan, lalu saat setelah keluar dari perpustakaan dan mengecek tasnya. Ternyata dompet miliknya sudah tidak ada, dan langsung melapor kepada pihak perpustakaan. Menurut penuturan

Afidhilannisa pihak perpustakaan hanya menyarankan agar melapor kepada satpam atau penjaga gerbang karena mereka yang lebih tau siapa saja yang masuk keluar kampus, “Dan jika tidak ditemukan dompet tersebut pihak perpustakaan menyarankan melapor ke Kepolisian Sektor (Polsek) terdekat terkait surat-surat yang berharga, seperti KTP, ATM, dan KTM,” ujarnya saat ditemui Kronika. Ia sudah melapor ke satpam, ternyata laporannya tidak di indahkan, sudah dua kali dirinya menanyakan masih belum ada informasi terkait kehilangan dompet tersebut. Mukhtaridi Suddin, mengatakan mahasiswi yang kehilangan tersebut bisa

melapor kepada pihak perpus dan melihat cctvnya, “Namun tidak ada jaminan bisa terlihat disini, karena Cctv yang digunakan tidak efektif,” ujarnya. Kunci loker di perpus sering hilang, lalu pihak perpus pun membiarkannya. Maka dari itu pihak perpustakaan memberi himbauan kepada mahasiswa untuk jangan menaruh uang, laptop, handphone (HP) atau barang berharga lainnya di tempat penitipan, “bawa masuk saja”. Namun masih banyak mahasiswa yang mengabaikannya. Pihak perpustakaan sedang memprogramkan pembaharuan alat keamanan elektronik berupa Cctv untuk 2020.

Permasalahan Fasilitas Kampus II Tak Kunjung Usai Oleh: Resti Pujayanti, Febri Ma’arifatul Khasanah Kampus yang dulu dikenal sebagai S TA I N Jurai Siwo Metro kini sudah beralih Status Menjadi I A I N Metro. Di kampus ini terdapat dua kampus yaitu kampus 1 dan kampus 2. Namun banyak Mahasiswa yang mengeluh mengenai Fasilitas Kampus 2 yang berada di Jalan Ki Hajar Dewantara Banjarejo Lampung Timur. Anida Amriani, mahasiswi (Esy/I I ) mengatakan bahwa fasilitas di kampus 2 kurang memadai untuk mahasiswa, terutama Wi-Fi dan lahan parkir yang panas. Seharusnya diperbaiki untuk WiFi,karena sangat penting bagi semua mahasiswa dan lahan pakir harus diberi atap untuk mengurangi kerusakan pada motor mahasiswa, “Semoga kedepan lebih diperhatikan lagi untuk fasilitas-fasilitas di kampus 2 untuk menjamin mutu kampus serta menarik minat calon mahasiswa baru IAIN Metro,” pungkasnya. L a i n h a l n ya d e n g a n R i i Y u d i Wantoro, mahasiswa (PbS/II) mengatakan bahwa fasilitas di kampus 2 itu sudah baik akan tetapi terdapat kelas yang fasilitasnya kurang, seperti di ruang E6 lantai 2 maupun lantai 3. Kurangnya kipas angin membuat kelas terasa panas serta tak adanya gorden membuat sinar matahari membuat kelas panas dan mengganggu proses pembelajaran. Tata letak proyektor yang

23

Majalah KRONIKA Edisi 31

terlalu tinggi membuat mahasiswa susah untuk menyalakannya. Selain kelas, toilet pun fasilitasnya kurang memadai. Banyak kran air yang tidak bisa dipakai dan air dibak kamar mandi tidak mengalir, “Seharusnya diperbaiki bila perlu yg rusakrusak diganti yang baru, sehingga mahasiswa yg menggunakan fasilitas di dalam kampus terasa nyaman,” ujarnya. “Karena demi kenyamanan semua mahasiswa yang menggunakan fasilitas tersebut, semoga fasilitas yang diperbaiki itu yang sering digunakan mahasiswa, seperti di dalam ruang kelas, dan toilet. Sehingga setiap mahasiswa yang menggunakan akan terasa nyaman,” tambahnya. Sukma Sari Dewi Chan, Dosen mengatakan fasilitas di kampus 2 sebenarnya sudah memadai cuma untuk perawatan yang kurang, seperti L C D setelah pemakaian itu tidak dimatikan lagi dibiarkan saja hidup sehingga menjadi rusak kemudian menghambat proses perkuliahan, “Mudah-mudahan fasilitas kampus terjaga agar memadai untuk proses belajar mengajar contohnya seperti satu kipas angin untuk satu kelas,” harapnya. Muhtar Hadi, Wakil Rektor (Warek) II menuturkan Kampus 2 saat ini sedang dalam masa bebenah, dari sisi fasilitas,

sarana dan prasarana nanti secara bertahap pasti akan di penuhi. Seperti tempat yang digunakan saja untuk salat sifatnya masih darurat, kelas masih digunakan sebagai musala, ruang kantor dan tempat wudu sementara, “Kampus secara bertahap akan mengusahakan fasilitas yang memang dibutuhkan dan bakal diusahakan sesuai anggaran pemerintah,”ujarnya. Tahun ini pun setelah pembangunan akademik center selesai akan dibangun gedung Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yaitu yang terdapat berbagai fasilitas seperti tempat sidang, pelayanan administrasi, musala dan fasilitas yang lebih baik. Selanjutnya akan di bangun juga gedung perpustakaan. Namun pelaksanaan semua itu secara bertahap tidak bisa cepat sekaligus terealisasikan. Sekarang pun sedang proses tender untuk perencanan desain, kontrak ini bisa memakan waktu 1 bulan setengah sampai 2 bulan baru ketemu pemenang,jika ini lancar maka awal Juli ataupun pertengahan Mei akan dimulai pembangunan Dekanat F E B I , “Ke depannya fasilitas kampus yang memang dibutuhkan secara bertahap akan dipenuhi dan diusahakan, sesuai kemampuan anggaran pemerintah,” tegasnya.


Kampus Kita

Mahasiswa Resahkan Parkiran Tak Beratap Kampus II Oleh: Desti Ambar Triyani, Resti Pujayanti IAIN Metro saat ini tengah melakukan estafet pembangunan bertahap, master planning yang sudah direncanakan sejak tahun 2012, yang saat ini telah memiliki 2 gedung fakultas, yakni gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Syariah. Kampus II dibangun pada lokasi yang dikelilingi dengan areal persawahan masyarakat sekitar. Cuaca yang sering kali berubah-ubah menumbuhkan resah para mahasiswa yang membawa kendaraan bermotornya. Mahasiswa menilai tempat parkir yang tidak memiliki atap dapat merusak kendaraan. Mahasiswa FEBI, Nur Syamsi (Esy/II) mengatakan tempat parkir di kampus II hanya terdapat satu tempat saja, yang tentunya fasilitas ini tidak bisa mencukupi kebutuhan mahasiswa, “Saya sering parkir di tempat yang terkena terik matahari k a r e n a t i d a k m e n c u k u p i d a n s a ya perwakilan dari mahasiswa berharap agar

peneduhan tempat parkir diperbanyak lagi karena parkiran yang panas mempercepat rusaknya motor,”. Senada dengan Syamsi, Dinda Agustin (Esy/II) mengungkapkan tempat parkir di kampus hanya satu tempat saja yang memiliki atap, “Sebagian besar dipakai oleh dosen sedangkan setengahnya dipakai mahasiswa, padahal jumlah mahasiswa ribuan orang,” terangnya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Muhtar Hadi, mengatakan tempat parkir di kampus II hanya bersifat sementara karena kondisi yang masih darurat. Terbatasnya lahan dan volume kendaraan yang begitu banyak, untuk sementara ini pihak kampus hanya menyediakan tempat parkir dengan lahan yang di paving block untuk tempat parkir mahasiswa. Tempat parkir tanpa atap ini akan tetap tersedia sampai pihak lembaga menemukan solusinya.

“Seperti kampus I saja yang ada atapnya hanya sebagian dan sebagian masih di pinggiran jalan kampus, di Fakultas Syariah pun juga tidak ada atap, yang penting sementara tempat parkir itu ada sampai nanti ke depan secara bertahap kami cari solusinya karena tahun ini pun masih proses pembangunan dua gedung, sehingga pembangunan tempat parkir belum efektif,” imbuhnya. “Seiring dengan pembangunan gedung selesai dan posisinya sudah mapan pasti nanti akan terimigrasi tempat parkir tidak lagi di tempat yang sekarang,” pungkasnya. Ahmad Rizal, (Hesy/V I I ) mengharapkan agar lahan parkir ditambah dengan menyediakan tempat teduh. “Apalagi musim hujan seperti ini helmhelm sering kehujanan, dan ke depannya parkiran memadai dan teduh,” ujarnya.

Rencana Pemberian Kartu Ormawa Sebagai Bukti Keaktifan Organisasi Oleh: Muhammad Dicky, Resti Pujayanti Organisasi Mahasiswa (Ormawa) merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakat, minat dan potensi mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatannya diberi wadah aktivitas kemahasiswaan meliputi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Unit Kegiatan Khusus (UKK) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (H M J ). Maka dengan ini Wakil Rektor (Warek) I I I I A I N Metro, Ida Umami, Memberikan ide tentang pemberian Kartu Organisasi sebagai bukti keaktifan mahasiswa di dalam organisasi. Warek I I I , Ida Umami mengatakan pada rencananya tahun ini ada kegiatan untuk membuat kartu anggota sehingga nanti jumlah anggota U K K , U K M maupun HMJ betul-betul bisa dihitung, t e r d e t e k s i d a n b i s a dipertanggungjawabkan. “Jadi masih dalam proses, untuk ide dasar seperti bagaimana pelaksanaannya, pembuatan seperti apa kartunya tentu saja

berkoordinasi kepada semua pihak terutama bagi tingkat institusi yaitu Ketua Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema),” ujarnya. “Tetapi selama ini kartu organisasi kemahasiswaan jika ada pun sifatnya masih belum terintegrasi kepada semua UKM, UKK, HMJ, nanti akan dibicarakan saat pertemuan koordinasi Ormawa selanjutnya karena ide itu saya sampaikan saat manajemen kepemimpinan,” tambahnya. Kegunaaan dari kartu organisasi kemahasiswaan ini, yang pertama bahwa mahasiswa yang tamat itu harus didampingi dengan surat keterangan keahlian sehingga nanti kartu itu sebagai salah satu legalisasi untuk memberikan surat keterangan pendamping ijazah, apabila tidak punya kartu anggota bagaimana bisa diberikan pendampingan keterangan bersangkutan aktif organisasi. Dan itu dinilai sebagai kompetensi

tambahan. Kedua, perlu ada pemetaan khusus tentang berapa sebenarnya jumlah mahasiswa yang menjadi anggota UKM, U K K , dan H M J yang resmi menjadi anggota baik anggota aktif, setengah aktif maupun tidak aktif dalam sebuah organisasi kemahsiswaan. Ida Umami, mengharapkan kedepannya kegiatan kemahasiswaan harus hidup, berkembang sebagai wadah resmi yang diakui oleh Undang-Undang dalam pengembagan spiritual, intelektual, intreprener mahasiswa dengan visi misi perguruan tinggi I A I N Metro. Menurutnya, ketika mahasiswa yang ikut organisasi itu dipandang kampus mempunyai satu kelebihan. “Misalnya dalam leadership sehingga yang bersangkutan bisa diberi surat pendampingan ijazah atas kompetensi tersebut,” pungkasnya.

Majalah KRONIKA Edisi 31

24


Kampus Opini Kita

Kipas Manual Alternatif Ruang Perkuliahan Panas Oleh: Nungky Mei Lani, Puput Sartika Dewi, Resti Pujayanti Fasilitas pembelajaran menjadi Pekerjaan Rumah (P R ) besar bagi institusi untuk terus dibenahi demi kenyamanan mahasiswa dan pengajar saat berlangsungnya pembelajaran. Berbagai keluh menjadi gerutu bagi mahasiswa maupun dosen karena matinya beberapa kipas, hingga rasa iri dengan kelas perkuliahan yang memiliki Air Conditioning (AC) pada kelas Kampus 1 IAIN Metro. A l fi ya h , m a h a s i s w i ( K P I / I V ) mengeluhkan pemerataan pemasangan AC di ruang kelas, karena kipas pada ruang kelas lainnya tak berfungsi dengan semestinya, “Kalau memang ada kelas yang dipasang AC harusnya diadakan pemerataan, setidaknya tengok ruangan l a i n m a s i h b a n ya k r u a n g a n ya n g kipasnya cuma satu bahkan ada yang tidak ada kipasnya,” ujarnya. Lain halnya dengan Nina Indah, mahasiswi (M H U /4) mengatakan setidaknya ada kipas tornado seperti lokal lainnya, “Ya nggak perlu AC, ada kipas tornado dua seperti lokal lain cukup, biar nggak panas-panas sangat,” pungkasnya. Tak hanya mahasiswa saja yang mengeluhkan panasnya ruang pembelajaran yang membuat kurang

nyaman. Enny Puji Lestari, Dosen kampus I IAIN Metro mengungkapkan pemasangan kipas yang posisinya tidak diatas dosen tetapi diatas mahasiswa jadi harus kipas-kipas manual. Menurutnya, fasilitas seperti itu seharusnya di penuhi sehingga ada kenyamanan saat dosen mengajar. “Ketika nyaman pastinya ruang gerak untuk melakukan aktivitas di kampus itu menjadi leluasa. Tetapi, ketika ruang gerak itu menjadi hal yang tidak nyaman maka juga akan berpengaruh dalam proses mengajar dan berdampak pada mahasiswa yang menerima materi dari dosen,” imbuhnya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor II, Mukhtar Hadi, mengatakan pemasangan AC di kampus I memang baru dimulai dari gedung Ibnu M a s k a wa i h , k a r e n a b a n ya k ya n g mengeluhkan panasnya lokal tersebut. Untuk pemasangan AC difokuskan pada gedung perkantoran dan gedung Pascasarjana. Pasalnya, anggaran yang digunakan untuk pemasangan A C diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (A P B N ). Selain itu, pemasangan A C sangat tidak hemat energi dan tidak ekologis, jika disesuaikan dengan visi I A I N Metro, yang harus banyak ruang terbuka hijau

dan kelas yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik dapat menghemat energi tanpa harus menggunakan A C . Selain itu, pemasangan A C juga harus mempertimbangkan dana, mengingat biaya pembayaran listrik yang dikeluarkan kampus sebanyak 60 juta disetiap bulannya. Untuk penambahan AC pada ruang kelas di tahun ini tidak ada, karena tidak adanya anggaran untuk pemasangan A C kecuali jika ada efisiensi. Mukhtar juga menambahkan, langkah perbaikan yang dapat dilakukan saat ini untuk mengatasi panasnya ruang kelas di kampus I dengan penambahan kipas angin serta memperbaiki kipas angin yang rusak. “Pengaturan ruang terbuka hijau juga diperlukan agar suasana lebih sejuk, dan tidak panas serta dapat menghemat penggunaan energi listrik. Namun, penghijauan di kampus 1 tidak memungkinkan karena keadaan lahan yang sempit,” tambahnya. Ia juga berharap sarana dan prasarana dapat terpenuhi secara bertahap sehingga dapat belajar dengan nyaman, karena anggaran untuk memperbaiki prasarana tidak terlalu besar dan ditopang dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa.

FGD Fakultas Syariah Bahas Hukum Urf di Indonesia Oleh: Amelia Resti, Muhammad Dicky Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro mengadakan FGD (Focus Group Discussion) Karya Ilmiah Dosen Berbasis Keilmuan Syariah dan Hukum, yang mengusung tema Dialektika Tradisi dan Teks dari Tafsir hingga Pembentukan Hukum, bertempat di Selasar Fakultas Syariah, kampus II IAIN Metro, Kamis (25/04). Acara ini hadiri Dekan Fakultas Syariah, Husnul Fatarib yang sekaligus membuka acara, Wakil Dekan (Wadek) I Fakultas Syariah, Siti Zulaikha, Para

25

Majalah KRONIKA Edisi 31

Tenaga Pengajar, Dosen Peneliti IAIN Metro, dan 55 Mahasiswa/i dari Fakultas Syariah. Kegiatan ini merupakan agenda rutin bulanan yang baru terlaksana dua kali. Dengan menghadirkan pemateri berkompeten di bidangnya, ialah Isa Ansori yang membawa materi tentang hukum Urf di Indonesia. Muhammad Azmi Sirajuddin, panitia kegiatan mengatakan acara ini bermanfaat untuk mengajukan judul, penelitian skripsi, dan penulis yang berkaitan dengan hukum Urf ( Istilah

Islam yang dimaknai sebagai adat kebiasaan,. red) “Adanya konsep Islam dan ulamaulama yang ada di Indonesia hukum Urf bisa diambil dan digunakan,” tambahnya. Fera Arilindaedi, peserta F G D mengungkapkan acara dapat membuka pikiran mahasiswa, seperti hal nya adat istiadat di masyarakat yang sebenarnya tidak ada hukumnya secara syariat Islam. Dengan adanya acara ini hukum Urf bisa diarahkan.


Pariwisata

Liburan Menambah Wawasan di Taman Edukasi Kota Metro Oleh: Nungky Mei Lani, Puput Sartika Dewi

H

ari mulai sayup meredup, perjalanan kami beriringan dengan semburat cahaya kekuningan diantara awan kelabu terasa nyaman dan menenangkan. Perjalanan ini kami mulai setelah jam kuliah berakhir, sebuah tempat beruansa alam dan edukasi akan kami datangi hari ini. Kendaraan besi beroda dua gesit mengantarkan kami menuju lokasi. Meskipun sebenarnya kami tak tahu persis alamat tempat ini, dampingan Google Maps menjadi peta pengarah perjalanan ini. Membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke lokasi, beberapa kali kami tersasar di perempatan. Wajar saja, kami bukan penduduk lokal dan jarang sekali sekadar berkeliling kota Metro untuk mengetahui rute perjalanan. Sekitar pukul 16.20 W I B , kami sampai di lokasi. Taman Edukasi kota Metro. Jajaran rapi bunga Matahari menyambut kedatangan kami, mereka tertanam di pinggiran tempat kami memarkirkan kendaraan. Kami bergegas menuju ke loket penjual tiket masuk yang terletaknya berada di sebelah kanan

sebelum pintu masuk Taman Edukasi. Tiket yang kami beli cukup murah, dan ramah kantong. Harga tiket masuk kategori dewasa di banderol Rp20.000,per orang. Setelah mendapatkan tiket, kami menuju ke dalam Taman Edukasi. Kami disambut deretan topi sawah yang tergantung di sepanjang pintu masuk. Topi-topi ini adalah salah satu properti khas taman. Kami tak sempat menanyakan ďŹ losoďŹ yang terkandung di dalamnya, tetapi yang jelas, topi-topi ini yang menjadi khas petani karena kami akan terjun ke dunia tumbuhan dan ternak. Kami sedikit terkejut karena lokasi begitu sepi. Mungkin karna kami datang saat hari telah terlalu sore sehingga sudah tidak ada lagi pengunjung yang datang kecuali kami. Kami berjalan menyusuri taman, menikmati ratusan tanaman yang tertata apik, warna tanaman satu dengan yang lainnya saling berkaitan sehingga keseluruhannya tampak senada. Tanaman di sini tertata sesuai jenisnya. Rata-rata, sayur mayur terletak di tengah dan bunga-bunga hias mengelilingi sayuran tersebut.

Sedangkan tanaman rambat menghiasi besi lengkung besar menjadi pintu-pintu masuk menuju area tumbuhan. Taman edukasi ini tertata dalam beberapa bagian, meliputi bagian tanaman yang menjadi tempat keberadaan kami saat ini, bagian pemancingan dilengkapi saung-saung yang mengelilinginya, bagian ternak, dan area bermain. Selain itu, dinding yang mengelilingi taman ini dipenuhi lukisan, sehingga membuat suasana taman lebih hidup dan berwarna. Menurut salah satu tour guide, desainer eksterior taman ini didatangkan langsung dari Bandar Lampung. Dengan tata letaknya sesuai keinginan Ibu Ismayati, istri pemilik taman ini. Taman ini didirikan oleh Bawang Lanang dan diresmikan pada 12 Juli 2018. Pengelolaan taman sudah dilakukan setahun sebelumnya yaitu pada tahun 2017, dan sebelum dikelola, sebetulnya taman ini adalah lokasi pemancingan biasa di tahun 2016. Taman Edukasi ini merupakan satu-satunya taman edukasi yang ada di kota Metro. Dengan kategori Taman Edukasi terlengkap se-Lampung. Berbagai pelayanan yang turut

Majalah KRONIKA Edisi 31

26


Opini Pariwisata

menunjang taman ini diantaranya paket edukasi untuk pendidikan tingkat TK, S D , hingga S M P . Mereka akan mendapat pengetahuan bagaimana bercocok tanam, memberi makanan ternak, dan pengetahuan tentang aneka ragam tumbuhan dan hewan. Kemudian untuk pengunjung dewasa, apabila berminat memetik sayur mayur atau buah-buahan yang ada, dipersilahkan memetik sendiri dan melakukan pembayaran ketika beranjak pulang. Sudah cukup berkeliling menilik tanaman dengan warna-warni bunganya dengan sesekali mengambil gambar ke sana-kemari, kami diantar oleh seorang tour guide berkeliling melihat hewan ternak dan ragam binatang lainnya. Senada memang

27

Majalah KRONIKA Edisi 31

dengan tujuan didirikannya Taman Edukasi ini yaitu sebagai pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan, hewan, dan ternak. Ada banyak binatang yang dipelihara di sini, mulai dari burung-burung, kelinci, hewan ternak, seperti kambing, aneka ragam ras ayam, burung puyuh hingga ikan Piranha yang didatangkan langsung dari luar negeri. Semua binatang-binatang itu ditempatkan pada kandangnya masingmasing. Penasaran bukan? Untuk dapat berkunjung kemari, ada beberapa paket yang ditawarkan yaitu paket edukasi dan paket umum. Untuk paket edukasi buka setiap hari Senin-Jumat mulai pukul 07.30 - 18.00 WIB dengan biaya masuk sebesar Rp30.000,- dan paket umum

setiap hari Sabtu dan Minggu, pukul 07.30 - 19.00 WIB. Masih Banyak sudut yang bagus untuk diabadikan, namun sayang gambar-gambar yang kami ambil mulai tidak jelas. Hari sudah semakin gelap, senja sudah menunjukkan keanggunannya pertanda kami tidak dapat berlama-lama di sini. Kami memutuskan untuk pulang dan kembali memanfaatkan google map. Jalan yang ditunjukkan dalam map tidak serumit saat kami berangkat tadi. Setelah kami ikuti ternyata jalur yang kami lewati adalah jalur Simpang Kampus. Ah, baru sadar kalau berangkat tadi kami berputar-putar terlebih dahulu.


Info Kita

Mengenal Pahlawan pada Lembar Rupiah Oleh: Rizky Yuniarsih

Dok. Ist

S

iapa yang tidak kenal dengan 'Uang'? Benda yang selalu dibutuhkan seluruh umat manusia ini merupakan benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan. Tapi, tahukah kamu siapa sosok pahlawan Indonesia yang tergambar pada lembaran uang cetakan Bank Indonesian teranyar ini?, benda yang tiap harinya tertata dan berjajar rapi pada wadah penyimpan yang kita sering sebut sebagai dompet, menjelma menjadi benda berharga yang disukai siapapun. Sebagai penyuka uang, baiknya kamu mengenal sejarah pahlawan yang ada dalam lembaran rupiah. Yuk simak penjelasan dan uraian tentang rupiah yang harus kamu ketahui ini. 1. Tjoet Njak Meutia Dari namanya saja kita sudah tahu kalau pahlawan wanita ini berasal dari Pulau Sumatera bagian barat yaitu Aceh, ia lahir pada tahun 1870. Pada saat terjadi pertempuran Korps MarechausĂŠe di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Ia terus melakukan perlawanan bersama pasukannya. Ia

menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910,Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok dengan MarechausĂŠe di Alue Kurieng. Kemudian karena pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur. Sosok ini bisa kita jumpai pada lembar uang Rp1000,00. 2. Mohammad Hoesni Tamrin Pahlawan satu ini berasal dari Betawi. Lahir di Weltevreden, Batavia, 16 Februari 1894. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi yang pertama kali menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat di Hindia Belanda, m e wa k i l i k e l o m p o k I n l a n d e r s (pribumi). Ia juga menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola Indonesia, karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Indonesia pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Jakarta.Namun, pada tanggal 11 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin dinyatakan meninggal karena penyakit yang dideritanya. Pahlawan ini bisa kita jumpai pada

lembaran Rp2000,00. 3. Dr. KH Idham Chalid Dr. K H Idham Chalid lahir di Santui, Kalimantan Selatan, 27 A g u s t u s 1 9 2 1 . S o s o k n ya t e t a p dikenang pada lembaran Rp5000,00. Ia dikenal sebagai salah satu politisi yang berpengaruh di Indonesia pada masanya. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I I dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua M P R dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus, ia aktif dalam kegiatan keagamaan, dan pernah menjabat Ketua TanďŹ dziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984. Pada 11 Juli 2010, Idham Chalid meninggal karena sakit yang dideritanya sejak 10 tahun belakangan. 4. Frans Kaisiepo Sosok satu ini merupakan pahlawan yang berasal dari Indonesia bagian Timur, Papua. Ia lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 dan wafat pada 10 April 1979. Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 ya n g m e m b i c a r a k a n m e n g e n a i pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia

Majalah KRONIKA Edisi 31

28


OpiniKita Info mengusulkan nama Irian (tempat yang panas). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua pada tahun 1964 samoai 1973. Sosok pahlawan ini juga terkenang pada lembar mata uang Rp10.000,00. 5. Dr. GSSJ Ratulangi Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang biasa kita kenal sebagai Sam Ratulangi, merupakan seorang politikus, jurnalis, dan guru dari Sulawesi Utara. Ratulangi sering disebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan ďŹ lsafatnya: “Si tou timou tumou touâ€? yang artinya manusia baru dapat disebut sebagai manusia,jika sudah dapat memanusiakan manusia. Ratulangi termasuk anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menghasilkan UndangUndang Dasar Republik Indonesia dan ia merupakan Gubernur Sulawesi pertama. Sosok Ratulangi ini terdapat pada lembaran uang Rp20.000,00. Pada bulan Agustus 1961, Ratulangi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Soekarno. Selain itu, ia juga menerima secara anumerta Bintang Gerilya pada tahun 1958, Bintang Mahaputra Adipradana pada tahun 1960, dan Bintang Satyalancana pada tahun 1961. Banyak sekali penghargaan yang dia dapatkan. Karena sakit yang dideritanya, ia dinyatakan meninggal pada 30 Juni 1949.

29

Majalah KRONIKA Edisi 31

6. Ir. H Djuanda Kartawidjaja Ir. H.Raden Djoeanda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya. Ia merupakan Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Karena banyak jasa yang ia berikan untuk Indonseia, namanya banyak diabadikan sebagai nama pada beberapa tempat di Indonesia contohnya saja, Bandar Udara di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandar Udara Internasional Juanda. Hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda. Jl.Ir. H. Juanda di bilangan Jakarta Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api di Indonesia, yaitu Stasiun Juanda. Tidak hanya itu, sosoknya juga diabadikan pada pecahan mata uang Rp50.000,00. Ir. H.Raden Djoeanda Kartawidjaja meninggal pada 7 November 1963. 7. Ir. Soekarno dan Moh. Ha a Siapa yang tidak kenal dengan dua sosok ini? Sosok yang sering kita jumpai dalam lembaran uang Rp100.000,00. Mereka merupakan Presiden dan Wakil Presiden pertama di Indonesia setelah ratusan tahun Indonesia dijajah oleh Portugis,Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang. Ir. Soekarno yang merupakan bapak Proklamator ini lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1 9 0 1 . At a s p e r j u a n g a n n ya mempertahankan harga diri bangsa Indonesia telah membuahkan hasil

saat ia membacakan naskah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 dan membuat status negara Indonesia menjadi merdeka. Tetapi pada tanggal 21 Juni 1970 Soekarno dinyatakan meninggal karena gagal ginjal yang dideritanya. Moh. Ha a atau yang biasa kita kenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia ini lahir di Buki inggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus 1902 dan wafat pada 14 Maret 1980. Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Ha a I, Ha a I I , dan R I S (Republik Indoneia Serikat). Kemudian ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno.

Referensi: h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Mohamma d_Ha a h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Djoeanda_K artawidjaja h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Sam_Ratula ngi h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Frans_Kaisi epo h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Idham_Chali dpp h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Mohammad _Husni_Thamrin h ps://id.m.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_ Meutia

Dok. Ist


Pilihlah Kata-Katamu!!!

Khotimah

Oleh: Dewi Lestari/Kepala Kesekretariatan

D

alam kehidupan, manusia tidak mungkin lepas dari interaksi dan memungkinkan untuk menjalin komunikasi. Berkomunikasi dapat memunculkan berbagai gagasan yang mampu menciptakan sebuah relasi kepada khalayak ramai. Berkomunikasi pula dapat menambah jaringan pertemanan bahkan mempererat pertemanan yang sudah terjalin cukup lama. Pada dasarnya, setiap individu mempunyai cara berkomunikasi masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan ia harus berkomunikasi dengan cara seperti ini, atau ia harus berkomunikasi dengan cara seperti itu. Namun yang harus kita tekankan kepadanya adalah dalam berkomunikasi perkataan atau katakata yang ia keluarkan haruslah sesuai dengan lawan bicaranya. Ketika ia berbicara dengan teman berbeda dengan cara ia berbicara dengan orang tuanya. Ketika ia berbicara dengan dosen berbeda dengan cara ia berbicara kepada adiknya. Pendidikan komunikasi sudah ditanamkan sejak seseorang masih dini. Pendidikan ini diajarkan petama kali oleh orang tuanya dan orangorang sekitarnya. Dalam pengajaran berbicara ini hendaklah orang-orang yang mengajarkannya untuk mengajarkan perkataan yang sopan dan santun, agar ketika ia beranjak besar ia mengerti bagaimana cara berkomunikasi kepada banyak orang dengan baik. Berkomunikasi menjadi hal utama di setiap kondisi. Namun ada kalanya kita tidak mengeluarkan katakata yang dapat menjerumuskan sang pembicara. Dalam berkomunikasi kita

harus memiliki diksi yang cukup, agar kita tak salah dalam menyampaikan pendapat. Pemilihan diksi ini kadang dianggap tidak penting bagi sebagian orang. Padahal seseorang dipandang berilmu dilihat dari perkataan yang ia keluarkan. Apalagi bagi mahasiswa, ia harus cerdas dalam memilih kata yang a k a n d i k e l u a r k a n n ya . S e b a g a i seorang cendikiawan, mahasiswa harus mampu memilih padanan kata yang dapat membangkitkan semangat jiwa teman-temannya. Senyum manis dapat dijadikan pelengkap ketika berbicara. Namun pemilihan kata menjadi hal paling penting dan harus diutamakan dalam berkomunikasi. Ada pepatah yang mengatakan, “Diam adalah emas, berbicara adalah mutiara�. Diam dalam kasus ini dimaksudkan ketika orang lain berbicara maka kita sebaiknya diam mendengarkan apa yang ia sampaikan, karena selain pemilihan kata mendengarkan lawan bicara diwajibkan dalam sebuah percakapan. Hal ini bertujuan untuk saling menghormati dan menghargai teman bicara. Kemudian berbicara dalam hal ini adalah ketika kita mengikuti sebuah forum diskusi, maka pendapat kita diperlukan untuk menciptakan suasana aktif dan memecahkan masalah yang didiskusikan. Bagi mahasiswa-mahasiswa yang kesehariannnya bergelut dalam sebuah organisasi, mereka tak akan canggung lagi berbicara dengan lawan bicara yang lebih tinggi derajatnya. Berorganisasi merupakan cara ampuh dalam melatih komunikasi dengan petinggi kampus ataupun dengan orang-orang yang cenderung memiliki kekuasaan.

Berkomunikasi adalah hal paling utama bagi seorang organisatoris. Seorang organisatoris harus mampu m e n c i p t a k a n k o m u n i k a s i ya n g menarik dan tidak membosankan bagi l a wa n b i c a r a . Ta k h a n ya berkomunikasi, banyak keuntungan lain yang didapat ketika seorang mahasiswa mengikuti organisasi kampus. S e b a g a i p e n ya m p a i p e s a n , mahasiswa harus mengenali audiencenya terlebih dahulu sebelum ia melontarkan berbagai kata kepada lawan bicaranya. Orang yang pandai bergaul dan berkomunikasi akan lebih mudah dalam menguasai dan mengendalikan masalah-masalah yang dihadapinya. Apalagi bagi mahasiswa yang kesehariannya melibatkan dosen-dosen, untuk melancarkan tugas kuliah yang dijalaninya mereka akan memaksa diri untuk memiliki keterampilan berbicara. Hal ini akan mempermudah mahasiswa tersebut memacahkan masalah dan menyelesaikan tugasnya. Keterampilan dalam berkomunikasi akan memudahkan seseorang menjalankan kehidupan. Te r u t a m a d a l a m d u n i a k e r j a . Seseorang dituntut untuk mampu berkomunkasi dengan baik. Diperlukan strategi-strategi komunikasi khusus untuk bertahan dalam lingkungan kerja. Namun, berkomunikasi tak melulu dengan manusia. Kepada Tuhan misalnya, dan kepada makhluk lain yang diciptakan-Nya pula.Cara berkomunikasinya pun tentulah berbeda.

Majalah KRONIKA Edisi 31

30



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.