Buletin Kronika Edisi 38

Page 1

Sajian Sidang Skripsi, Sekadar Terima Kasih atau Gratifikasi?

Di Mana Ruang Aman untuk Perempuan?

Mulai dari salinan naskah skripsi, penguasaan materi, salindia, hingga persiapan mental. Namun, t a k j a r a n g b e b e r a p a mahasiswa juga menyiapkan hadiah untuk sang penguji.

#SaveNoviaWidyasari adalah alarm untuk kita bersama bahwa perempuan rentan mengalami kekerasan, baik kekerasan seksual, kekerasan verbal, kekerasan fisik bahkan kekerasan psikologis yang dilakukan oleh pacarnya, yaitu Randy beserta keluarganya.

4 Kabar Kampus

Menyerah Ternyata Bukan Pilihan

Buku berjudul Maaf Tu h a n A k u H a m p i r Menyerah ini merupakan buku kedua karya penulis muda Indonesia, bernama asli Alfi Syahri Ramadhan. Mahasiwa Bahasa Arab dan Studi Islam, Ma'had Abu Ubaidah, Medan. 12 Resensi Buku

10 Opini

Tidak Ada Sang Juara Terlatih, tetapi Berlatih

Apri mulai menggeluti pencak silat sejak duduk di bangku kelas II sekolah menengah pertama (SMP). B e r a w a l d a r i kegemaran menonton film action, ia memutuskan untuk menggeluti dunia persilatan lebih dalam. 16

Profil

Penerbitan Kampus IAIN Metro

Gedung UKM lt. II IAIN Metro, Jl. Ki Hajar Dewantara 15A Iring Mulyo Metro Timur 3411, E-mail: redaksikronika@gmail.com

Sejak 1999 Buletin Kronika Edisi 38 ISSN 1978-2764 0812-4326-7910 (Redaksi) redaksikronika@gmail.com

GRATIFIKASI, APRESIASI ATAU SEKADAR MELANGGENGKAN TRADISI?

USUS

Wh

at

DOSEN


Indeks

Pelindung: Dr. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag Penasihat: Dr. Mahrus As’ad, M.Ag Pembina: Dr. Dedi Irwansyah, M.Hum., Ervan Nurtawab, Ph.D. Staf Ahli: Sartono, Suwandi, Siti Fatonah, M.Pd, Dedik Karmanto, M.Pd, Eni Purwati, S.E.I, Eka Syafriyanto, M.Pd.I, Dr. Didik Kusno Aji, M.Si, Rosyadi Ahmad, Khabib Agung Wibowo, Sugiyanto S.Sy (Alm), Elly Agustina, S.Pd.I, Saiful Ansori, S.Pd.I, Ahmad Surya Atmaja, S.Pd.I, Kahfi Anwari, Wahid Syaifudin, S.Sos, Fahriyani S.E, Edi Purnomo, S.Sos, Ahmad Syukron Tamim.

Pemimpin Umum: Muhammad Arif Marzuki Pemimpin Redaksi: Atika Putri Pemimpin Usaha: Novita Maharani Kepala Puslitbang: Salwa Qonita Ikrima Kepala Kesekretariatan: Amelia Resti Redaktur Pelaksana: Novia Umi Astari Redaktur Berita: Artika Lusiani Redaktur Daring: Nurul Latifah Redaktur Desain Grafis: Januba Roudloh Salsabila Redaktur Jurnal: Redaktur Televisi: Irsyadul Rasyid Pewarta Foto: Maya Auliya Sondari Pengelola Web: Rizki Yuniarsih Ilustrator: Antika Wijayanti Layouter: Firu Ikhsani Staf Usaha: Ulva Fauziah Biro Iklan dan Sirkulasi: Manajer Perusahaan: Syarif Hidayatulloh Staf Penelitian: Staf Pengembangan: Ainayya Nur Salsabila Staf Administrasi: Staf Kesekretariatan: Frea Nazira

Sajian Sidang Skripsi, Sekadar Terima Kasih atau Gratifikasi? -4-

Bukan Kembali, tetapi Memperbaiki -7-

Di Mana Ruang Aman untuk Perempuan? -10-

Menyerah Ternyata Bukan Pilihan -12-

Reporter: Muhammad Arif Marzuki, Febri Ma'arifatul Khasanah, Atika Putri, Syarif Hidayatullah, Ainayya Nur Salsabila, Salwa Qonita Ikrima,Hesti Puji Lestari, Novita Maharani, Ulva Fauyiah Amelia Resti, Intan Nur Octaviani, Antika Wijayanti, Maya Aulia Sondari, Rizki Yuniarsih, Januba Roudloh Salsabila, Artika Lusiani, Bella Cyndra, Nurul Latifah, Martika Anjelawaty, Frea Nazira, Irsyadul Rasyid, Ulva Fauziah, Firu Ikhsani.

Magang: Muhammad Abizard, Nabila Nur Amalia, Sutiya Wati, Fika Azlia Salsabila, Irsyad Azis Ardiansyah, Zulfa Sajida Khoir, Elta Nur Azizah, Viki Nur Azizah, Bela Puji Lestari, Ferina Tri Fadila, Faizah uz-zakiyah, Utami Hidayati, Laita Muthi Fauziah, Nur Cahyati, Guntur Pamungkas.

2

Kro n Ika -14-

Tidak Ada Sang Juara Terlatih tetapi Berlatih -15-

BULETIN KRONIKA EDISI 38


Sapaan Redaksi

Banyak Dipilih, Bukan Berarti Benar

M

e n j a d i mahasiswa s u d a h seharusnya memiliki pola pikir yang lebih matang. Dapat mengambil keputusan dan tidak melulu diarahkan. Mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan disertai referensi ilmu pengetahuan yang kredibel. Sangat disayangkan apabila saat sudah menjadi mahasiswa sikap ingin selalu dituntun dan ikut-ikutan masih melekat pada pola pikirnya. Perlu disadari bahwa setiap mahasiswa memiliki peran sebagai agent of change. Sosok manusia yang berperan sebagai agen perubahan bagi lingkungannya, masyarakatnya, bangsanya, dan negaranya. Apa yang dirasa tidak

BULETIN KRONIKA EDISI 38

sesuai dengan aturan yang ada sudah semestinya diluruskan. Bukan bermaksud ingin menjadi sosok yang saklek dan tidak fleksibel, terkadang kita memang tidak bisa harus bersikap santai terus terusan. Mulai memikirkan apa yang terjadi pada lingkungan dan apa yang sedang menjadi keresahan banyak orang. Pada buletin kronika edisi 38 ini, UKPM Kronika memuat fokus berita yang kerap menjadi perbincangan bagi mahasiswa babak akhir. Tak hanya dipusingkan mengenai persiapan mental dan fisik saat menghadapi ujian, persiapan finansial juga harus dipikirkan. Menyiapkan bingkisan setelah berakhirnya ujian cukup merogoh kocek mahasiswa. Belum

lagi saat harus menerima tambahan pesanan untuk bingkisan dapat menambah budget yang ada. Namun, banyak pula mahasiswa yang mewajarkan adanya praktik tersebut, berdalih sebagai tanda rasa terima kasih atas jasa yang telah diberikan. Adanya pro dan kontra terkait masalah tersebut, perlunya sumbangsih pemikiran mahasiswa. Ini bukan perihal makanan, tetapi terkait praktik yang dilakukan. Bagaimana bila terdapat oknum yang merasa tidak masalah untuk meminta pada mahasiswa bahkan sampai harga yang mahal. Dan lagi, kita harus bersimpati pada teman seperjuangan, apakah semua mahasiswa dapat mampu mengikuti tradisi yang ada? Bila

tidak apakah kita dapat dikategorikan menzalimi teman kita. Melalui buletin ini, kami mengajak mahasiswa untuk tidak apatis terkait hal ini. Saat menjadi mahasiswa yang masih memiliki jiwa bebas sudah mulai merasa terkurung, lantas bagaimana saat sudah mulai terjun dimasyarakat? Apakah kita tidak ada bedanya dengan para petinggi Negara yang saling menutup mata atas kekeliruan yang ada. Menjunjung tinggi kebenaran!

3


Kabar Kampus

Sajian Sidang Skripsi, Sekadar Terima Kasih atau Grati kasi? Oleh : Diki, Hesti

Ilustrator: Rifa

A

da banyak hal yang harus disiapkan ketika mahasiswa akan melaksanakan sidang skripsi. Mulai dari salinan naskah skripsi, penguasaan materi, salindia, hingga persiapan mental. Namun, tak jarang beberapa mahasiswa juga menyiapkan hadiah untuk sang penguji. Hadiah tersebut akan mereka berikan usai melaksanakan sidang skripsi. Fenomena tersebut kerap kali disebut gratifikasi. Gratifikasi saat ini menjadi pemandangan biasa, bahkan jadi kebiasaan di sejumlah kampus di Indonesia, tak terkecuali di IAIN Metro. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gratifikasi adalah pemberian yang diberikan karena layanan atau manfaat yang diperoleh. Namun, kerap kali mahasiswa mengeluhkan budaya yang sudah lama dan turun-temurun ini. Pemberian gratifikasi makanan atau bingkisan acap kali menjadi beban mahasiswa sebelum melaksanakan ujian. Tak jarang, mahasiswa yang terpaksa harus merogoh kocek dalam-dalam. Terkait hal tersebut, Rektor IAIN Metro periode 2017--2021, sempat memberikan keringanan kepada mahasiswanya terkait kebijakan gratifikasi. Hal itu tertuang pada Surat E d a r a n ( S E ) R e k t o r N o . 3915/In.28/R/PP009/11/2019 tentang aturan gratifikasi pemberian makanan atau bingkisan saat sidang. Dalam surat disebutkan bahwa mahasiswa tidak diperkenankan menyediakan nasi kotak, buah-buahan, dan beragam minuman. Mahasiswa hanya diperkenankan menyediakan snack kotak saja. Menanggapi hal tersebut, Mahrus As'ad selaku Wakil Rektor III, menuturkan, kebijakan gratifikasi atau pemberian bingkisan kepada

4

dosen adalah hal yang wajar. Bisa jadi mahasiswa memberikan bingkisan adalah sebagai rasa terima kasih untuk dosennya yang sudah membimbing sampai selesai. "Terkait surat edaran tersebut masih berlaku selama belum dicabut dari rektor, berarti masih bisa digunakan," katanya saat ditemui di ruangannya, Jumat (3-12-2021). Dalam hal ini, Mahrus As'ad sangat mendukung adanya kebijakan rektor tersebut. Tujuannya untuk menghindari pemberian yang berlebihan, dan supaya tidak membebankan mahasiswa saat akan melaksanakan sidang. "Mahasiswa jangan terlalu merasa terbebankan dengan hal tersebut. Apabila tidak mampu ya bisa dibicarakan sebagaimana baiknya, dan d o s e n j u g a t i d a k b o l e h m e m i n t a ya n g berlebihan," pungkasnya. Terkait hal ini, beberapa mahasiswa turut serta memberikan tanggapannya. Hayati Nurani Asih, Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD'17), mengatakan, mengenai gratifikasi menurutnya boleh-boleh saja karena sebagai bentuk apresiasi dan tanda terima kasih kepada dosen pembimbing serta dosen penguji. Walaupun terkadang, beberapa mahasiswa merasa keberatan karena harganya yang dinilai tak murah. "Tetapi kembali lagi, hal tersebut juga sudah lumrah dan menjadi budaya bagi mahasiswa," ungkapnya. M a h a s i s w i l a i n n ya , I n e S u r ya n i , Ekonomi Syariah (ESy'17), mengaku belum mengetahui SE tersebut, di jurusannya juga tidak memberlakukan adanya gratifikasi. Pemberian gratifikasi kepada dosen pembimbing dan penguji adalah inisiatif dari mahasiswa, sebagai tanda terima kasih untuk dosen yang telah bersedia sebagai tim seminar atau munaqosyah.

Menurutnya, praktik tersebut kembali k e p a d a s e t i a p m a h a s i s wa y a n g i n g i n melaksanakan ujian. Mau memberi atau tidak, tak ada paksaan dalam peraturan. Namun, Ine berharap agar mahasiswa tetap memberikan bingkisan dengan batas pada umumnya. "Sebagai tanda terima kasih bahwa tim munaqosyah telah membantu mensukseskan pelaksanaan seminar atau munaqosyah," katanya. Sama dengan Ine, mahasiswi lainnya, 085840XXXXXX/ESy'18, mengungkapkan, belum mengetahui terkait SE imbauan gratifikasi yang dikeluarkan oleh rektor. Praktik gratifikasi di fakultas ekonomi dan bisnis islam (FEBI) sendiri tidak diperbolehkan, dengan terbitnya surat pelarangan yang dikeluarkan oleh dekan. Namun, mahasiswa FEBI sering memberikan bingkisan karena merasa sudah menjadi budaya. "Kalau di luar fakultas kami, biasanya mereka ada yang menerima dan ada juga yang menolak, tergantung dari masing-masing dosen, tetapi sebenarnya tidak diperbolehkan selama pandemi ini," jelasnya. Ia juga menjelaskan bahwa mahasiswa memberikan bingkisan berupa kue atau yang berlaku pada umumnya. Bingkisan tersebut juga tergantung permintaan dari dosen di luar fakultasnya. Menurutnya, wajar saja memberikan bingkisan karena sebagai timbal balik. Mahasiswa membutuhkan tenaga dan waktu para dosen yang bersangkutan. "Jadi, menurut saya tidak masalah karena beliau harus memotong waktu dan aktivitasnya yang padat. Baik yang bimbingan online atau offline," ungkapnya.

BULETIN KRONIKA EDISI 38


Kabar Kampus

Blended Learning, Pembelajaran Ideal di Era New Normal? Oleh: Lusi, Nurul

Ilustrator: Antika Wijayanti

I

nstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro telah melakukan audiensi dengan Satgas (Satuan Tugas) Covid-19, pada 24 Agustus 2021 lalu. Audiensi tersebut dipandu oleh Prof. Ida Umami selaku Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik dan Kelembagaan. Salah satunya membahas tentang sistem perkuliahan blended learning yang rencananya akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 lalu. Namun, ketika semester ganjil sudah selesai, penerapan sistem blended learning masih menjadi simpang siur. Ada beberapa mahasiswa yang sudah merasakan perkuliahan blended learning tersebut, tetapi ada juga yang tidak merasakannya sama sekali. Artinya, terdapat mahasiswa yang masih mengalami sistem perkuliahan daring penuh selama satu semester. Menanggapi hal tersebut, Ida menjelaskan bahwa pada semester ganjil, IAIN Metro sudah menerapkan simulasi pembelajaran blended learning terbatas. Kampus sudah melaksanakan audensi dua kali dengan Satgas Covid-19 Kota Metro. Namun, sampai saat ini mereka belum mengeluarkan surat izin untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka secara penuh. Sehingga untuk bisa melaksanakan pembelajaran blended learning harus ada simulasi terlebih dahulu. Ida mengungkapkan, simulasi blended learning sudah diuji cobakan, tetapi ada beberapa mahasiswa yang sudah nyaman dengan sistem pembelajaran daring, bahkan banyak mahasiswa yang menolak mengikuti perkuliahan tatap muka

dengan berbagai alasan. Menurutnya, kesiapan mahasiswa terkait pembelajaran blended learning ke depan juga perlu diantisipasi. “A l h a m d u l i l l a h k i t a sudah melaksanakan simulasi tersebut dan di kampus I saat ini sudah berada di level I. Jika bisa mempertahankan, kemungkinan semester depan (semester genap,. red) sudah bisa melaksanakan sistem pembelajaran blended learning," ungkapnya saat di wawancarai Kronika, Senin (6-122021). Melalui penuturannya, penerapan blended learning berlaku untuk kampus I dan II, tetapi tetap bergantung pada kondisi. Lokasi kedua kampus yang berbeda daerah, maka berbeda pula kebijakan pemerintah daerahnya. "Kalau di kampus I sudah bisa dan kampus II belum bisa, maka kampus I tetap berjalan blended learning dan kampus II menunggu kebijakan pemerintah daerahnya sampai diizinkan," jelasnya. Semua sistem pembelajaran, baik blended learning maupun tatap muka penuh, sesuai peraturan dari pemerintah dan Kementerian Agama (Kemenag), harus memperoleh surat izin dari Satgas Covid daerah. Sistem pelaksanaannya, dalam satu semester terdapat 3 sampai 4 kali pertemuan tatap muka dan 12 pertemuan online karena setiap semester terdapat 16 kali pertemuan. Pada simulasi ini, dosen boleh tidak menerapkannya jika dirasa tidak memungkinkan. Namun, lebih baik menerapkannya supaya semester I dan III dapat berinteraksi langsung dengan dosen walaupun terbatas, tetapi tidak diperbolehkan lebih dari empat kali pertemuan tatap muka. Nantinya, minggu pertama dilaksanakan perkuliahan tatap muka untuk semester II sebanyak dua kali pertemuan tatap muka. Minggu kedua, tidak ada aktivitas perkuliahan secara tatap muka, dimaksudkan dalam rangka evaluasi ada yang terjangkit Covid atau tidak dan untuk sterilisasi ruangan. Hal ini bukan berarti mahasiswa tidak melaksanakan perkuliahan sama sekali, tetapi perkuliahan dilaksanakan secara daring. Minggu selanjutnya semester IV, dua minggu kemudian semester VI, dan seterusnya sampai setengah semester. Jika tidak ada kendala, maka akan kembali lagi ke semester II dengan sistem yang sama dari setengah semester sebelumnya. "Jadi total dalam satu semester, pertemuan tatap muka

sebanyak empat kali atau 25% dari total pertemuan perkuliahan," kata Ida. Setiap kelas dipecah menjadi dua, dalam satu kelas berisi maksimal dua puluh mahasiswa. Hal inilah alasan setiap minggu hanya berisi satu semester, karena lokal penuh akibat pemecahan kelas. Syarat mahasiswa dan dosen supaya bisa mengikuti perkuliahan blended learning adalah sudah vaksin dua kali dan harus mematuhi protokol kesehatan. Sistem tersebut dibuat karena mempertimbangkan domisili mahasiswa yang jauh dari Metro supaya tidak hulu hilir dan mengurangi penyebaran Covid-19. Ida berharap, pandemi Covid-19 segera bekurang dan kondisi segera membaik, minimal level I, agar perkuliahan tatap muka dapat segera terlaksana. Mahasiswa harus bisa berinteraksi langsung dengan dosennya walaupun sangat terbatas, terutama untuk semester I dan III. "Simulasi kemarin masih sangat terbatas, dan kita akan mengevaluasinya semester Ilustrator:agar Antika Wijayanti depan dapat berjalan lebih baik lagi,” harapnya. Claura Audi Flarenza, mahasiswi Akuntansi S ya r i a h ( A k s ' 1 9 ) , m e n g u n g k a p k a n , s i s t e m perkuliahan semester pada semester ganjil, masih didominasi via daring. Sejak adanya pandemi Covid19, Claura sering menggunakan Learning Management System (LMS). Terkait sistem pembelajaran blended learning, ia sudah pernah mendengarnya. IAIN Metro menurutnya sudah cukup menyesuaikan dalam sistem pembelajarannya, sudah lebih baik daripada semester sebelumnya. "Dosen dan mahasiswanya sudah bisa menyesuaikan dan sistem pembelajarannya lebih efektif. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui tentang teknologi," tuturnya. Ia berharap, bisa segera melaksanakan perkuliahan tatap muka kembali. Namun, jika memang masih kondisi pandemi, ia tidak mempermasalahkan sistem pembelajaran yang masih berbasis daring, "Tetapi harus lebih diinovasikan sistem pembelajarannya. Selain itu, dosen tidak memberikan tugas yang terlalu banyak untuk semester akhir." M a h a s i s w i l a i n n ya , F i r a A n g g r a i n i , Perbankan Syariah (Pbs'18), mengatakan, pada semester VII lalu, ia hanya mengambil beberapa mata kuliah yang semuanya dilaksanakan secara daring. Fira cukup kecewa mengikuti sistem perkuliahan online karena kurang memahami materi, dan tugasnya menjadi sangat banyak. Namun, untuk sistem e-learning menurutnya sudah bagus, hanya tinggal menyesuaikan saja karena masing-masing dosen biasanya berbeda ketentuannya. "Semoga dosen bisa mengurangi dalam pemberian tugas karena tugas yang diberikan ketika perkuliahan online menjadi sangat banyak, tidak seperti ketika perkuliahan offline," harapnya.

Baca produk cetak LPM Kronika versi digital di issuu.com issuu.com

BULETIN KRONIKA EDISI 38

5


Kabar Kampus

Dilaksanakan Luring, KPM Periode I Fokus Tiga Kabupaten Oleh: Rifa, Salsa

Pelaksanaan KPM Periode I rencananya akan dilaksanakan pada 20 Januari 2022, dengan estimasi waktu 40 hari. Sainul, Kepala Pusat Pengadian Kepada Masyarakat, menjelaskan, sebanyak 669 mahasiswa lolos berkas dan siap mengikuti KPM Periode I. Selain itu, terdapat 13 mahasiswa yang harus melengkapi kembali berkas karena belum memenuhi persyaratan.

I

nstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro kembali mengadakan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Periode I Tahun 2022. Pendaftaran sudah dibuka sejak 1--15 November 2021 lalu, dan mahasiswa harus melewati dua tahapan. Tahap pertama pendaftaran secara daring melalui laman h p://lppm.metrouniv.ac.id/ dan tahap kedua adalah pemberkasan. Setiap mahasiswa yang mendaftar melalui Google Form, diminta mengumpulkan berkas pendaftaran sesuai syarat yang sudah ditentukan. Setelah itu, berkas akan ditinjau oleh staf LPPM untuk mendapatkan data mahasiswa yang lolos berkas. Nama-nama mahasiswa yang lolos berkas, diminta mengisi formulir pernyataan bahwa siap mengikuti KPM untuk di-SK-kan. Hal ini dilakukan guna menentukan lokasi penempatan dan pembagian dosen pembimbing lapangan (DPL). Sebelum melaksanakan kegiatan KPM di lapangan, mahasiswa akan diberikan pembekalan terlebih dahulu. Sebagai langkah awal agar mahasiswa tahu apa saja yang harus dilakukan ketika mengabdi di tengah-tengah masyarakat, dan apa saja aturan-aturan yang harus dijalankan selama melaksanakan KPM. Pembekalan dilaksanakan secara daring dan luring selama 2 hari, 13--14 Januari 2022. Pelaksanaan KPM Periode I rencananya akan dilaksanakan pada 20 Januari 2022, dengan estimasi waktu 40 hari. Sainul, Kepala Pusat Pengadian Kepada Masyarakat, menjelaskan, sebanyak 669 mahasiswa lolos berkas dan siap mengikuti KPM Periode I. selain itu, terdapat 13 mahasiswa yang harus melengkapi kembali berkas karena belum memenuhi persyaratan. "Mahasiswa yang mengikuti KPM Periode I tidak hanya angkatan 2018, tetapi ada beberapa mahasiswa angkatan 2017," katanya saat ditemui di ruangannya, Selasa (14-12-2021). Jaket KPM menjadi salah satu identitas mahasiswa selama melaksanakan kegiatan KPM. Namun, pada periode I ini, mahasiswa tidak diwajibkan membeli jaket, hal ini tergantung kesadaran mahasiswa yang melaksanakan kegiatan KPM. Berbeda dengan KPM Periode I yang dilaksanakan via daring, KPM kali ini akan berjalan secara luring. Kegiatan pengabdian luring membuat mahasiswa harus mampu berbaur dengan masyarakat. Hal ini membuat mahasiswa harus bertempat tinggal di lokasi KPM. Terkait biaya living kost, disesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusianya. Aguswan, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), mengatakan, bagi mahasiswa yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat KPM,

6

diperbolehkan pulang pergi dengan alasan yang rasional. "Namun, tetap diwajibkan untuk tinggal di tempat yang telah ditentukan untuk melaksanakan KPM," ujarnya saat ditemui Kronika, Rabu (12-1-2022). Pe n e t a p a n t e m p a t K P M s e m p a t mengalami keterlambatan, dikarenakan penentuan lokasi KPM bukan dari pihak IAIN

Ilustrator: Rifa Metro, melainkan harus berkoordinasi dengan bupati dan wali kota setempat untuk menetapkan desa mana yang dapat dijadikan tempat KPM. Aguswan, mengungkapkan bahwa pihak LPPM telah melaksanakan kegiatan audiensi kepada bupati dan wali kota mengenai tempat KPM, dengan memaparkan program KPM, serta pertimbangan melihat mahasiswa yang memiliki latar belakang progam studi yang berbeda-beda. Wilayah yang dibidik nantinya, berupa wilayah yang mempunyai potensi, seperti wisata, kegiatan pendidikan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah) dan lain sebagainya. Hal ini yang membuat pihak IAIN Metro menunggu keputusan dari bupati dan wali kota yang bersangkutan. Hal itu juga menjadi pertimbangan kampus memilih tiga kabupaten, yakni Metro, Lampung Tengah, dan Lampung Timur, sebagai tempat KPM untuk mahasiswa. Selain menjadi tempat pemilihan terbanyak, mahasiswa juga mampu mendapat respons yang positif di lingkungan masyarakat. Tentu, ini dapat menjadi daya tarik bagi orang tua atau siswa

memilih IAIN Metro, sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. IAIN Metro juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengabdi di tengah masyarakat. Adapun bentuk pengabdiannya lebih dominan dalam mengendalikan IT (Information Technology), seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai sarana promosi. Adapun promosi yang akan dilakukan nantinya dengan melihat potensi apa yang ada dalam Kabupaten dan Kota yang menjadi tempat KPM Periode I. Tanggapan positif datang dari Didi Kurniawan, mahasiswa Ekonomi Syariah (Esy'18). Didi mengaku sangat antusias dalam kegiatan KPM periode ini karena menurutnya sangat menarik, dan belum ada informasi lebih lanjut terkait pelaksanaan kegiatan ini. "Sejauh informasi yang saya ketahui, terdapat persiapan dana berupa living cost yang bisa diartikan sementara. Bahwa nantinya kegiatan KPM periode ini akan dilaksanakan secara luar jaringan," ucapnya. Senada dengan Didi, Elen Mina Bela, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI'18), juga mengaku sangat antusias dalam mengikuti kegiatan KPM periode ini. Menurutnya KPM memang seharusnya dilaksanakan secara luring, terjun langsung di masyarakat. Ia mengatakan, di kalender akademik, KPM dilaksanakan pada 17 Januari 2022 mendatang. Kemudian, untuk rincian pembayaran living cost sebesar Rp1.200.000 dan biaya pembuatan jaket KPM sebesar Rp135.000. Ia berharap, "Semoga ke depannya pandemi bisa berakhir total. Supaya bisa kembali luring, serta KPM periode I ini dapat berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan," harapnya. Mahasiswa lainnya, Ghofta Shafa Mumtaz (Esy'18), mengungkapkan, KPM kali ini adalah kabar yang menggembirakan karena rencananya akan dilaksanakan secara luring. Pasalnya, jurusan lain sudah melaksanakan KPM pada periode II lalu, yakni KPM DR, sedangkan mahasiswa Esy tidak mendaftar pada periode tersebut. "Menurut kabarnya sih KPM periode 1 ini dilaksanakan offline, ya tentu menjadi kabar gembira untuk mahasiswa yang ingin mendapat pengalaman mengabdi di desa secara langsung," tuturnya. Ia berharap, informasi ke depannya terkait KPM lebih digalakkan lagi, "Supaya mahasiswa tidak ketinggalan informasi terkait pelaksanaannya."

BULETIN KRONIKA EDISI 38


Kreativitas

Bukan Kembali, tetapi Memperbaiki Oleh: Fadila Lamda

K

ehidupanku hanya ada di d i s k o t e k , bahagia bersama teman-teman tanpa mengenal waktu. Banyak orang yang mengatakan padaku,“Zhaira kamu cantik, tapi sayang kamu kupu-kupu malam,” cibir setiap orang yang melihatku. Cibiran itu tidak mempengaruhi pikiranku yang sudah tunduk pada dunia. Namun, kesalku pada keadaan yang tidak pernah membuatku tenang. Aku kembali ke diskotek untuk mengalihkan gelisah yang aku rasakan. Malam ini banyak lelaki yang menggodaku, tetapi aku tertarik pada lelaki yang duduk sendiri di sofa depan. Aku menghampirinya dan menggoda lelaki itu. “Hai, butuh hiburan?” tanyaku. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dan beranjak pergi meninggalkanku. “Mau kemana?” godaku menghentikan langkahnya. “Maaf, aku tidak mau menyakiti seorang wanita atau memberikan dosa padanya,” ketus lelaki itu. “Jangan berlagak suci deh, lo!” teriakku. “Ngapain lo kesini kalau bukan cari hiburan?” lanjutku bertanya. Lelaki itu tidak menoleh sedikitpun padaku dan melanjutkan langkahnya,

BULETIN KRONIKA EDISI 38

sehingga membuatku semakin geram. "Cari hiburan kok setengah-setengah," ketusku. Kemudian, langkahnya mulai terhenti dan lelaki itu berbalik arah, “Maaf, hiburan saya bukan di tempat murahan seperti ini. Saya lebih suka tempat yang mahal dan memberatkan,” jawabnya. Aku semakin kesal dan penasaran dengan lelaki itu. Ternyata waktu mengizinkanku untuk bertemu kembali dengannya. Tepat pukul 3 pagi, aku pulang ke rumah dan melewati sebuah tempat, tidak ramai tapi mampu membuat hatiku sejuk melihat dan mendengar suara dari tempat itu. A k u b e r a n j a k menghampiri tempat itu. Beberapa orang yang berada di dalam memfokuskan pandangannya padaku. Aku tidak paham dengan pandangan mereka. Langkahku terus berlanjut tanpa menghiraukan setiap pandangan yang aneh bagiku. Aku melihat pemilik suara yang mampu menyejukkan hatiku. Memberikan kedamaian yang tidak pernah aku rasakan. Seorang lelaki yang tidak asing dan baru saja terekam dalam ingatanku. Lelaki yang kutemui di diskotek semalam. Aku berbalik arah karena tempat ini mulai ramai. Aku duduk di depan

tempat ini, sampai tinggal diriku seorang. Suara langkah yang semakin dekat membuatku membalikan pandangan menatap pemilik langkah yang datang dalam sunyi. "Ngapain kamu di sini?" tanya lelaki itu. “Tadi itu apa?” tanya ku. “ Ya n g k a m u baca,” lanjutku. “Apa agamamu?” tanyanya. “A k u t i d a k memahami agama yang aku anut, tapi keluargaku bilang Islam,” jawabku. “Pantas saja kamu hidup di diskotek,” ketus lelaki itu. Aku semakin kesal karena ia berbicara tanpa mengaca pada dirinya yang sama-sama ada di diskotek semalam. Aku penasaran dengan dirinya sehingga aku sering mengunjungi tempat ini dan sedikit demi sedikit aku mulai bertanya, kenapa aku bisa tenang di tempat ini? Padahal, tidak ada kemewahan yang biasa aku nikmati. Semua pertanyaanku dijawab oleh lelaki itu yang lama kelamaan mulai aku kenali, lelaki yang sering kupanggil, Ghazi. Kata-kata Ghazi di diskotek membuatku penasaran dengan tempat yang ia maksud. Ternyata tempat itu adalah tempat yang mampu membuatku menemukan ketenangan yang tidak aku dapatkan dalam kemewahan dan kesenangan duniaku. Aku mulai mengagumi lelaki yang membuatku kenal dengan agama. Aku belajar agama bukan karena aku penasaran dengan agama itu, tetapi karena aku mengaguminya. Sampai akhirnya, ia melamarku dan berniat menjadikanku pendamping hidupnya. Bagaimana aku bisa menolaknya, saat yang kudambakan hadir. Malam ini adalah malam di mana keluargaku dan Ghazi bertemu. Malam di mana Ghazi akan melamar diriku. Aku menunggunya lama, muncul rasa

cemas karena tidak biasanya ia m e n g u l u r wa k t u . P o n s e l k u berdering, tanganku bergegas meraih ponsel itu dan mengangkatnya. Tak pernah terbayangkan kalau akan menerima kabar ini. Ghazi kecelakaan dan aku langsung bergegas menyusulnya ke rumah sakit. Namun, Ghazi tidak bisa diselamatkan. Perasaanku hancur dan muncul rasa membenci takdir. Setelah beberapa hari Ghazi meninggal, aku berniat untuk kembali ke diskotek, tetapi aku menerima surat dari teman Ghazi. Dalam surat itu tertulis, Kalau takdir tidak mengizinkanku menjadi milikmu, maka jangan kamu membencinya karena takdir Tuhan tidak pernah salah. Cobalah kamu perbaiki imanmu! Karena ketika kamu mencintai hamba-Nya, maka kamu harus bisa dekat dengan Rabbnya. Rabb pun bisa cemburu, dan Rabb lah yang harus diutamakan di atas segalanya. Aku memahami katakatanya dan memang salahku yang tidak penah benar-benar ingin mengenal agamaku. Setelah membaca surat itu, aku mulai memperbaiki niatku dan melandaskan segalanya atas dasar karena Allah. Ketika niat itu sempurna, aku baru merasakan manisnya iman dan indahnya dekat dengan Rabb. Ghazi yang hilang, tergantikan dengan yang lebih baik. Aku tidak pernah meminta pengganti Ghazi, aku hanya meminta penyempurna agamaku dan Rabb-ku memberikan Alzam yang sangat mirip dengan Ghazi. Ternyata disaat kita mencintai sesuatu melebihi penciptanya, maka penciptanya akan cemburu dan membuat kita sadar bahwa ada Rabb yang membuatnya sempurna. Akhirnya, aku paham bahwa sesuatu yang berlebihan akan menjadi bahaya untuk diri sendiri. Dunia yang fana, dulu menjadi prioritasku, sekarang menjadi pelajaran terbaik untuk hidupku. Terima kasih, Ghazi.

7


Kreativitas

Bumi yang Melangitkan Pinta-Nya Oleh: Finka Indriyani/PIAUD'20

Ayah, Ibu Aku adalah anak kecilmu Dahulu hanya tahu menangis, merengek Tak tahu lelah dan letihnya perjuangan Ayah, Ibu Seringku meminta sesuatu dengan paksa, marah tanpa alasan Sakit yang amat besar ku berikan tanpa memperdulikan kepedihanmu Dalam hati kecil kalian menangis bukan karena tersakiti Tetapi pilu yang tak bisa memberikan apa yang ku inginkan Begitu besar usaha yang kalian lakukan Tapi aku menganggap kalian tak sayang, kalian tak peduli Ayah, Ibu Kini anakmu sudah dewasa Meminta restu dan doa mu selalu Agar aku menjadi anak yang sukses Agar harapan ku bisa terwujud Melihat kalian duduk manis di sebuah kursi tertawa dan bercerita Ayah, Ibu Biarkan aku mengganti peran kehidupan Seperti masa lampau yang kau pikul Merawat dan membahagiakan kalian Biarkan aku merasakan Apa yang dulu kalian usahakan untuk segala keinginan ku Segala lelah dan letih mu Akan aku ganti dengan senyuman

Dok. Ist

8

Ayah, Ibu Malaikat bumi tidak bersayap Amanah titipan Sang Pencipta Gemerlap kehidupan langit malam Di kala sinarnya datang, siapa tidak tersentuh Izinkan anak kecil ini merawat masa tuamu Itulah harapanku, dari anakmu… Tertulis sudah BULETIN KRONIKA EDISI 38


Info Kita

Rupiah Dicoret-coret, Pelaku Akan Tuai Sanksi Pidana Oleh: Rizki Yuniarsih

U

ang merupakan alat nilai tukar yang biasa digunakan untuk melakukan transaksi. Meski fungsi uang sebagai alat tukar yang krusial, banyak orang tidak menghormati dan justru merusak bentuk uang tersebut. Bentuk kerusakan yang kerap kali dilakukan adalah dalam bentuk coretan bahkan sobekan. Padahal, pada sebuah uang terdapat lambang negara yang hendaknya dihormati dan dijaga oleh seluruh warga negara. Pada Desember 2021 lalu, sempat viral di media sosial, unggahan yang memperlihatkan uang pecahan Rp10.000 dicoret-coret. Pengunggah mengatakan uang itu didapatkannya sebagai kembalian. Maraknya kasus coret-coret mata uang, menandakan bahwa masih banyak orang yang belum mengetahui konsekuensi yang didapatkan setelah melakukan pelanggaran tersebut. Aturan untuk tidak merusak uang sudah termaktub dalan UU RI Nomor 7 Tahun 2011. Salah satunya pada pasal 25 ayat 1 yang berbunyi: Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara. Jika melanggar, pelaku coratcoret ini dapat dikenai pidana penjara 5

Dok, Ist tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar. Hal ini juga dalam UU yang sama, Pasal 35 ayat 1, berbunyi: Setiap orang yang dengan sengaja merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau megubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Pihak Bank Indonesia (BI) sendiri sudah melakukan upaya pendekatan persuasif kepada masyarakat agar lebih menghormati m a t a u a n g R u p i a h . M a s ya r a k a t diimbau supaya lebih bisa menjaga

keutuhan mata uang rupiah sebagai simbol negara. Pihak BI juga turut memberikan imbauan jika ada yang menemukan uang yang sudah lusuh atau rusak, supaya dapat langsung ditukarkan dengan nilai yang setara. Hal ini berlaku jika memenuhi ketentuan untuk penggantian uang rusak. Adapun kriteria mata uang tidak layak yang bisa ditukarkan antara lain; 1. Fisik uang kertas lebih besar dari 2/3 dari ukuran asli dan ciri uang dapat dikenali keasliannya. 2. Uang rusak tidak merupakan suatu kesatuan dengan atau tanpa nomor seri yang lengkap dan lebih besar dari 2/3 ukuran aslinya serta ciri uang dapat dikenali keasliannya.

3. Uang rusak tidak merupakan satu kesatuan, tetapi terbagi menjadi paling banyak dua bagian terpisah. 4. Selain itu, kedua nomor seri pada uang rusak tersebut lengkap dan sama, serta lebih besar dari 2/3 ukuran aslinya dan ciri uang dapat dikenali keasliannya. Sudah seharusnya sebagai warga negara Indonesia kita dapat mengenali, merawat, dan menjaga Rupiah dengan baik. Sebab Rupiah merupakan satu-satunya alat pembayaran yang sah di wilayah Indonesia. Dengan begitu, ciri keaslian Rupiah menjadi mudah dikenali dan kita dapat menghentikan peredaran uang palsu, serta tidak layak edar. Sumber: h ps://www.google.com/amp/s/www. kompas.tv/amp/article/243592/videos/ viral-uang-rp10-ribu-dicorat-coretbank-indonesia-beri-tanggapan h ps://www.kompas.tv/article/243787/ jangan-sembarangan-coret-coret-uangbisa-dibui-5-tahun-dan-denda-rp1miliar h ps://www.google.com/amp/s/amp.k ompas.com/tren/read/2022/01/02/08050 0465/foto-viral-uang-rp-10.000-dicoretcoret-open-bo-bi-tegaskan-adapidananya

Resmi, Nusantara Terpilih Sebagai Nama IKN Baru Oleh: Febri Ma'arifatul Khasanah Ibu kota baru, belum lama ini kembali menjadi perbincangan di berbagai media. Setelah sebelumnya pada 2019 lalu, Presiden RI, Joko Widodo mengumumkan akan adanya letak pemindahan ibu kota baru yang rencananya dipindahkan ke Kalimantan Timur. Pada 17 Januari 2022 lalu, pemerintah resmi mengumumkan nama "Nusantara" pada Ibu Kota Negara (IKN) baru. Nama Nusantara diumumkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa dalam rapat panitia kerja RUU (Rancangan UndangUndang) IKN di Komplek Parlemen, Jakarta. Nusantara dipilih dari sekitar 80 nama lain yang diusulkan, antara lain Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa Karya, Nusa Jaya, Pertiwipura, Cakrawalapura, dan Kertanegara. Alasan nama Nusantara dipilih karena sudah dikenal sejak dahulu dan sudah menjadi ikonik di internasional, serta menggambarkan kenusantaraan Republik Indonesia. Pemilihan nama ibu kota sendiri telah melalui pertimbangan dari ahli sejarah dan ahli bahasa. Pengesahan ini sempat menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat karena dinilai terlalu terburu-buru. Pembahasan UU ini terbilang cepat karena hanya memakan waktu 43 hari, terhitung sejak 7 Desember 2021. Namun, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Wandy Tuturoong, mengatakan, perumusan UU IKN sudah melalui proses diskusi yang matang dan komprehensif. Nantinya, IKN Nusantara akan dipimpin oleh kepala otoritas. Presiden Jokowi akan menunjuk secara langsung kepala otoritas yang harus memiliki sejumlah kriteria. Bersamaan dengan itu, Istana Negara jadi salah satu kantor pemerintahan yang akan pindah di awal, yakni pada 2024. Selain itu, ada empat kementerian lainnya akan

BULETIN KRONIKA EDISI 38

pindah ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, yaitu: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Sekretariat Negara. Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres), Heru Budi Hartono. Biaya pemindahan ibu kota Negara dikabarkan akan lebih banyak Dok, Ist menggunakan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di samping skema lainnya. Hal itu terkuak dari keterangan yang tercantum pada situs resmi IKN, ikn.go.id bahwa 53,5 persen biaya pembangunan IKN akan ditanggung oleh APBN. Sementara, 46,5 persen sisanya akan didanai menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), swasta, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembangunan IKN baru membutuhkan waktu yang tak singkat, setidaknya butuh waktu 15--20 tahun untuk sepenuhnya selesai membangun. Presiden Joko Widodo juga tak khawatir soal kemungkinan pembangunan IKN dihentikan pemimpin selanjutnya. Hal ini dikarenakan, pembangunan IKN sudah menjadi amanat undang-undang sehingga tak seharusnya dihentikan. Masyarakat Indonesia tentu berharap pemindahan ibu kota baru ini dapat memberi dampak positif bagi Indonesia dan bisa membawa Indonesia lebih baik ke depannya.

Sumber: h ps://www.liputan6.com/global/read/4862988/nusantarajadi-nama-ibu-kota-baru-indonesia-disorot-dunia h ps://news.detik.com/berita/d-5908269/letak-ibu-kotabaru-indonesia-bernama-nusantara-ini-detail-lokasinya h ps://nasional.kompas.com/read/2022/01/18/05310461/per kembangan-terkini-ibu-kota-baru-bernama-nusantara-danmayoritas-biaya?page=all h ps://www.suara.com/news/2022/01/25/120633/biayapemindahan-ibu-kota-negara-disorot-ngabalin-indonesiapunya-banyak-uang?page=2 h ps://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional /read/2022/01/19/12454001/uu-ibu-kota-negara-rampungdalam-43-hari-ksp-bantah-pembahasannya-buru-buru

9


Opini

Di Mana Ruang Aman untuk Perempuan? Oleh: Hifni Septina Carolina Dosen Tadris Biologi dan Penggerak WES Payungi

B

elum lama ini kita dijejali dengan trending topik berita kekerasan seksual (KS) yang berseliweran di lini media daring. #SaveNoviaWidyasari adalah alarm untuk kita bersama bahwa perempuan rentan mengalami kekerasan, baik kekerasan seksual, kekerasan verbal, kekerasan fisik bahkan kekerasan psikologis yang dilakukan oleh pacarnya, yaitu Randy beserta keluarganya. Jika kita menilik lagi apa yang terjadi pada Novia, sudah menjadi korban kekerasan seksual, mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, dipaksa aborsi oleh keluarga pelaku, meminta pertolongan saudara juga disuruh bungkam karena menjadi aib keluarga. Masih banyak beban-beban lainnya yang harus ia tanggung setelah kejadian yang tidak ia kehendaki itu terjadi. Namun, kekerasan psikologis yang dialaminya tidak bisa dirasakan oleh orang lain, bahkan ibunya sendiri hingga menutup mata. B e r i t a t e n t a n g m a h a s i s w i ya n g melaporkan tindak kekerasan oleh dosen di Universitas Sriwijaya (Unsri), berujung pada penghapusan namanya dari daftar yudisium juga mengundang riuh di media sosial. Adanya arogansi demi “nama baik” kampus, biasanya pelapor dipaksa untuk diam. Masih di pekan yang sama, kita digemparkan oleh kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Henry Wirawan kepada puluhan santri boarding school di Cibiru. Perbuatan bejatnya itu sudah berlangsung sejak 2016--2021 kepada 21 santrinya. Ada sembilan korbannya hingga hamil dan melahirkan. Di Lampung Selatan, ditemukan mayat seorang gadis di sebuah rumah kosong. Kasus tersebut masih didalami, motif maupun penyebab kematiannya. Akhir tahun 2021 ini terlihat suram sekali karena Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) belum juga disahkan oleh wakil rakyat. Meskipun data terkait kasus kekerasan makin bertambah setiap harinya. Angin segar berhembus sejak Menteri Nadiem Makarim mengeluarkan Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi. Kehadiran Permendikbud tersebut menuai pro dan kontra dari masyarakat. Namun, tetap saja kita butuh kebijakan konkret untuk menanggulangi #DaruratKekerasanSeksual di lingkungan pendidikan. Dalam Lembar Fakta Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan yang dirilis oleh Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2015--

10

2 0 2 0 t e r d a p a t 5 1 k a s u s . U n i ve r s i t a s menempati posisi pertama, yaitu sebesar 27% disusul oleh pesantren atau lembaga pendidikan berbasis Agama Islam, yakni sebesar 19%. Dari jumlah kasus, kekerasan juga terjadi di tingkat SMA, SMP, SD, bahkan TK. Dari sisi pelaku, sebanyak 43% pelakunya adalah guru/ustaz, 15% kasus dilakukan oleh kepala sekolah, 19% oleh dosen, dan pihak lainnya. Komnas Perempuan mencatat ada 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2020. Data ini dikumpulkan Komnas Perempuan dari beberapa lembaga layanan korban kekerasan terhadap perempuan, data tersebut adalah yang tercatat. Lalu, bagaimanakah yang tidak tercatat? Penulis menyakini masih banyak penyintas yang belum berani menyuarakan pengalaman pahit yang diterimanya. Kasus kekerasan seksual seperti gunung es, yang dasarnya tidak nampak ke permukaan. Belum lagi membayangkan akan

Jika bertanya di mana ruang aman untuk perempuan? Jawabannya mungkin ada pada mindset laki-laki yang melihat perempuan bukan sebagai objek seksual saja. Namun, juga manusia utuh dengan sisi intelektual dan spiritual.

banyak stigma yang diperoleh korban ketika memperjuangkan keadilan untuknya sendiri. Stigma pakaian seksi dan penggoda menjadi penghalang perempuan menyuarakan ketidakadilan yang dialaminya. Lebih aneh lagi, cara penyelesaian masalah kekerasan seksual secara kekeluargaan, yaitu dengan menikahkan korban dengan pelaku perkosaan. Hal tersebut bukanlah solusi yang bijak karena korban yang mengalami traumatik harus merelakan seumur hidupnya bersama predator seks. Alih-alih pihak berwajib menangkap pelaku atau berpihak kepada korban, malah ada yang dilaporkan balik karena pencemaran nama baik. Belum lama ini, Korea Selatan juga menayangkan short movie "Georgia" (2021)

sebagai bentuk solidaritas pada Indonesia atas kasus #SaveNoviaWidyaSari. Film tersebut hanya ditayangkan selama 2 hari karena masih dalam proses penyuntingan dan lain sebagainya. Film yang menggambarkan kisah nyata kasus Miryang Rape ini sungguh membuat kita mengelus dada. Film ini mengisahkan tentang orang tua yang berjuang menuntut keadilan untuk putrinya yang bunuh diri setelah diperkosa delapan belas orang. Melakukan aksi protes kepada pihak hukum karena belum berpihak pada kasus putrinya. Banyak contoh perjuangan para orang tua maupun korban sudah amat melelahkan karena belum ada kebijakan yang serius menangani tentang kasus kekerasan seksual. Ada satu tagar yang memantik pesan yang amat kuat di media sosial, yaitu #Educateyourson. Gambar ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap banyaknya korban perempuan dalam kasus kekerasan. Relasi kuasa sering ditengarai sebagai penyebab terjadinya tindak kekerasan. Lakilaki sering menggunakan kuasa atau kedudukannya untuk menekan perempuan di sekitarnya. Maka penting sekali bagi orang tua untuk mendidik anak laki-lakinya agar dapat menghormati perempuan, dimulai dari menghormati ibunya dan saudara perempuannya. Sehingga saat berada di luar rumah, anak laki-laki tersebut dapat menghormati perempuan lain. Jika bertanya di mana ruang aman untuk perempuan? Jawabannya mungkin ada pada mindset laki-laki yang melihat perempuan bukan sebagai objek seksual saja. Namun, juga manusia utuh dengan sisi intelektual dan spiritual. Kita berharap, aparat hukum maupun pemerintah dapat lebih serius lagi menangani kasus kekerasan yang terjadi, tanpa menunggu korban berjatuhan lebih banyak lagi. Kita juga berharap kebijakan RUU TPKS dapat segera disahkan.

BULETIN KRONIKA EDISI 38


Opini

A Long Dialogue,

Saling Memahami Sebagai Wujud Toleransi Oleh: Agung Pangestu/TBI'17

Kegagalan dalam memahami agama yang dipeluk dan diimani mengakibatkan kaburnya makna dan nilai-nilai yang ada padanya. Nilai-nilai itu antara lain yang kita semua tahu, “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”, sebagai nilai dan kaidah utama dalam toleransi.

K

etika saya mencoba berpikir untuk memahami tentang bagaimana seharusnya kita bertoleransi antar umat beragama, di saat itulah saya teringat sebuah istilah Altum silentium. Terdengar asing bukan? Maksud istilah tersebut ialah waktu untuk menyendiri, waktu dan ruang untuk menyepi, atau waktu sunyi dimana hanya ada diri kita dan suara-suara dalam hati. Gampangnya, altum silentium adalah saat di mana masing-masing orang berhadapan dengan “wajah” nya yang asli bukan bertopeng seperti ketika di luar. Pada waktu seperti itulah saya mencoba untuk menjelaskan apa dan bagaimana toleransi itu. Apakah yang dikatakan toleransi itu adalah saling menghormati sesama? Di saat kita menghargai perbedaan di antara satu dengan yang lain, itukah toleransi? Atau membiarkan masing-masing orang dengan dunianya selama hal itu tidak saling mengganggu dan merugikan? Ketika terpikir tentang permisalan itu, jiwa saya tergelitik dan berpikir untuk mengubahnya menjadi sebuah tulisan. Dialog terjadi bukan hanya antara seseorang dengan orang lain atau kelompok satu dengan kelompok yang berbeda, tetapi dialog juga terjadi antara manusia dengan sang Ilahi. Menurut saya, dialog antara manusia dengan Tuhan merupakan napas dari setiap agama. Sebab tanpa adanya pengajaran tentang berdialog dengan Yang Maha Esa, saya pikir agama tersebut sudah “mati”. Kita mempunyai banyak cara untuk mengobrol atau bercakap-cakap dengan orang lain, hal yang sama juga dimiliki oleh masingmasing agama. Soal bagaimana berdialog dengan Tuhan, tata cara, dan bahasa yang digunakan berbeda-beda antara satu agama dengan agama yang lainnya, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan yang sama, yakni terhubung dengan Yang Maha Mendengar. Banyaknya cara yang digunakan oleh yang lain untuk berdialog dengan Tuhan, menimbulkan perspektif yang berbeda. Masingmasing cara adalah benar bagi yang menggunakannya dan tidak semua bisa dimengerti atau diterima oleh lainnya. Namun, memang seperti itulah gelagat orang yang

BULETIN KRONIKA EDISI 38

kasmaran ketika bertemu dengan Sang Kekasih. Hanya dia dan Kekasih-Nya yang mengerti mengapa demikian. Perbedaan adalah suatu hal yang pasti ada dan terjadi. Perbedaan yang ada harusnya bukan hanya diketahui, tetapi dimengerti, dipahami, dan diterima eksistensinya sebagai sebuah realita hidup. Kita berbeda dalam berdialog dengan Yang Maha Esa. Tulisantulisan yang kita hormati dan sucikan, ibadahibadah harian, tempat-tempat pertemuan kita, dan tentang bagaimana kita menyebut serta mengenal Tuhan Yang Esa. Agamalah yang membuat hal-hal di atas berbeda, tetapi agama tidak mengajarkan kita untuk membeda-bedakan orang lain. Agama mengenalkan kita akan adanya hari pembalasan, surga dan neraka juga hak prerogatif Tuhan atasnya. Oleh karenanya, sangat lucu jika antara kita saling mendorong untuk masuk ke dalam neraka, sedangkan taman-taman surga sudah lama menunggu untuk kita masuki. Namun, kita malah menyibukkan diri dengan persoalan siapa yang layak di antara kita untuk masuk neraka. Toleransi beragama bukan hanya dijaga, tetapi juga diupayakan agar senantiasa ada. Tidak mungkin seseorang melakukan penjagaan, menjamin rasa aman, dan memberi kenyamanan terhadap seseorang atau sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa pentingnya menjaga hal atau orang tersebut. Oleh karenanya, dibutuhkan sebuah pemahaman yang benar dan sehat. Saya tidak berbicara tentang bagaimana memahami semua agama karena percayalah tidak akan ada yang mempunyai keinginan dan waktu yang cukup untuk mempelajari hal itu. Saya pernah mencobanya dan gagal. Kegagalannya terletak pada ketidakmampuan saya untuk menerima setiap ide dan konsep yang dimiliki oleh masing-masing agama. Bukan hanya itu saja, tetapi pada titik yang sedemikian itu agama menjadi sesuatu yang membingungkan. Kegagalan itu berpengaruh amat besar pada kejiwaan dan hidup saya. Sejak saat itu, mulailah saya sering menepi sejenak dari kehidupan beragama dan segala rahasianya. Hampir setiap waktu saya

memulai altum silentium, menanyakan kealpaan saya dalam memahami agama. Hingga akhirnya saya tersadar, kesalahan saya terletak pada dangkalnya pemamahaman terkait agama yang saya yakini. Kegagalan dalam memahami agama yang dipeluk dan diimani mengakibatkan kaburnya makna dan nilai-nilai yang ada padanya. Nilai-nilai itu antara lain yang kita semua tahu, “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”, sebagai nilai dan kaidah utama dalam toleransi. Nas tersebut bukan hanya mutlak milik satu agama, tetapi kesemua agama yang kita kenal, tidak persis memang kalimat per kalimat, tetapi makna yang terkandung adalah sama. Kurangnya ilmu dan informasi yang benar tentang suatu agama ialah sebab kehidupan beragama menjadi rusuh. Sehingga, tidak heran jika terjadi pencampuran agama-agama yang pada awalnya hanya bertujuan untuk bertoleransi. Sudah hal yang lumrah jika di masa kita hidup saat ini, banyak terdengar suara-suara lantang menyuarakan apa yang benar (menurut mereka) dengan cara yang keji. Jalan pemikirannya adalah semua orang harus mengibarkan satu b e n d e r a ya n g s a m a , ya n g s a m a s e k a l i menghalau kibaran “bendera-bendera”lain. Jika sudah terjadi hal-hal semacam itu, indikasinya manusia sudah melupakan fungsi dan tujuan dari agama itu sendiri. Agama hadir sebagai pengingat manusia akan siapa dirinya dan apa tujuannya. Ada tanggung jawab agung yang dipikul oleh manusia di muka bumi untuk memelihara, melestarikan, dan menjadikan bumi layak untuk ditinggali. Juga, agama mengajarkan kita untuk tetap berkemanusiaan, yang berarti memanusiakan manusia yang lain. Inilah inti dari ke semua ajaran agama. Terakhir, sudahilah perdebatan karena kita berbeda. Ke depankanlah sikap tenggang rasa dan keinginan untuk memahami satu dengan yang lain. Jangan lupa, bahwa kita berbeda sebab kehendak-Nya, maka biarlah Ia yang menjadi hakim tentang apa yang kita perselisihkan.

11


Resensi

Menyerah Ternyata Bukan Pilihan Peresensi : Nurul Latifah

Judul

: Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah Penulis : Alfi Alghazi Penerbit : Sahima Tahun Terbit : 2020 Tebal : 246 Halaman ISBN : 978-602-6744-47-0

Buku berjudul Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah ini merupakan buku kedua karya penulis muda Indonesia, bernama asli Alfi Syahri Ramadhan. Mahasiwa Bahasa Arab dan Studi Islam, Ma'had Abu Ubaidah, Medan. Saat ini, dirinya telah menerbitkan empat buku yang sangat digemari banyak orang. Selain laris di pasaran dengan lebih dari 10.000 eksemplar, buku ini sarat akan makna hidup dan motivasi bagi jiwa-jiwa yang mendamba bahagia. Buku setebal 246 halaman tersebut, berisi motivasi hidup yang akan menemani pembaca untuk terus melangkah maju, menerabas segala keterbatasan. Menikmati segala kekecewaan, melewati dunia yang penuh dengan kefanaan, menuju satu tempat bernama keabadian. Terbagi ke dalam tiga bagian bahasan. Bagian pertama tentang kehidupan, membahas proses jatuh bangun dalam hidup. Bagian kedua tentang cinta, bagi penulis cinta merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dilepaskan. Pada bagian tersebut, penulis juga mengajarkan kepada pembaca untuk merawat cinta dengan sebenar-benarnya. Pada bagian terakhir, penulis membahas tentang perjalanan keimanan, awal mula hijrah dan tantangannya, istikamah, dan pengingat kematian.

Buku karya pemilik akun Instagram @alfialghazi ini sangat menarik dan cocok untuk dibaca, apalagi untuk orang-orang yang sedang kehilangan makna bahagia. Adapun kelebihan buku ini di antaranya, judul bukunya memiliki makna yang sangat dalam dan membuat pembaca tersentuh. Selain itu, kovernya yang b e r wa r n a k u n i n g d a n h i t a m k e a b u a n merupakan perpaduan warna yang seimbang. Warna kuning melambangkan keceriaan dan k e b a h a g i a a n , s e d a n g k a n wa r n a h i t a m mengisyaratkan kematian, ketakutan, dan duka. Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam kehidupan tidak selalu ada suka karena duka juga merupakan bagiannya. Kelebihan lain dari buku ini, adalah bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami dan diterima. Buku ini diawali dengan pembukaan bagian hidup, dengan paragraf penutup yang berbunyi, "Mari menyelam bersamaku, semoga beberapa pertanyaan yang bersarang di kepalamu bisa menemui jawabannya di buku ini. Aku akan temani jatuh dan bangunmu." Kalimat tersebut merupakan pendekatan yang menggambarkan bahwa penulis ingin menjadi teman dan tidak berjarak dengan pembaca. Pembaca diajak untuk

terbawa ke perasaan yang paling dasar dalam memaknai hidup. Penulis sukses membuat pembaca betah untuk menyelami dari satu halaman ke halaman lain. Harga buku ini pun bisa dikatakan relatif murah. Buku ini sangat direkomendasikan kepada setiap orang yang sedang kehilangan semangat dan butuh motivasi hidup. Dengan segala keunggulan yang ada pada buku tersebut, tidak menutup kemungkinan juga terdapat kekurangan. Judul b u k u ya n g m e n g g u n a k a n k a t a Tu h a n menggambarkan bahwa buku ini menyasar berbagai agama. Namun, dalam buku tersebut banyak menyuguhkan ayat Al-Qur'an dan hadis. Tepatnya buku tersebut merupakan buku motivasi islami, tetapi judulnya mengesankan seperti buku teologi umum. Meski demikian, kekurangan yang dimiliki tidak dapat menutupi kenyataan bahwa buku Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah ini tetap layak dibaca dan diserap keluasan pandangan penulis tentang hidup.

COMING SOON ORIENTASI CALON MAGANG

OCM

Cp: 0823 7589 2152 Salsa

12

Akan di buka kembali pendaftaran calon magang Kronika tahun 2022 Maret 2022 Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi kontak person di samping BULETIN KRONIKA EDISI 38


Resensi

Sutradara Pengisi Suara Videografer Penulis Naskah Produser Editor Produksi Film Durasi

: Muhamad Sridipo : Suci N Qadarsih : Fandhi Bagus, Rafael Beding, Robby Softwan, dan Abdan Usaid : Anita Putri, Randy Hernando, dan Robby Sofwan : Andhy Panca Kurniawan dan Dandhy Laksono : Khoirul Anam dan Reinhard Hendrick : Enter Nusantara, Greenpeace, dan Watchdoc : 31 menit 25 detik

"SESAK" Visual Dokumenter Berbalut Isu Lingkungan Peresensi: Muhammad Arif Marzuki "SESAK- Kisah Mereka yang Tumbuh Bersama Energi Kotor", merupakan film dokumenter kolaborasi Watchdoc bersama Greenpeace Indonesia dan Enter Nusantara. Film ini dibuat dengan latar belakang isu sosial mengenai adanya pendirian sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batubara. Dokumenter yang dirilis pada 23 Juli 2 0 2 1 d i c h a n n e l Yo u T u b e Wa t c h d o c Documentary ini mengambil latar tempat di tiga wilayah Indonesia, yaitu Pangkalan Susu (Sumatra Utara), Jeneponto (Sulawesi Selatan), dan Cilacap (Jawa Tengah). Film sesak ini menunjukkan begitu kejamnya dampak dari limbah PLTU terhadap lingkungan dan tentunya kesehatan anak-anak. Pada awal film kita diperlihatkan bagaimana seorang ibu rumah tangga yang sedang mengasuh anaknya, sembari tidak bisa lepas dari penggunaan barang elektronik. Barang elektronik seperti televisi, menjadi andalan agar anaknya tidak keluar rumah demi mencegah penularan Covid-19. Hal tersebut tentunya menggambarkan bagaimana ibu rumah tangga di perkotaan yang tidak lepas dari penggunaan listrik. Di film ini juga menceritakan bagaimana k e h i d u p a n m a s ya r a k a t d i K e c a m a t a n Pangkalan Susu, Sumatra Utara yang harus hidup berdampingan dengan empat unit

BULETIN KRONIKA EDISI 38

pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dua di antaranya baru resmi beroperasi pada 2019. Hal ini disalurkan untuk memperkuat sistem Sumatra bagian Utara, jaringan Pangkalan Susu hingga Binjai. Namun, kehadiran sumber energi listrik ini tidak serta merta membuat hidup masyarakat sekitar menjadi lebih terang. Setahun setelah PLTU resmi beroperasi, ada salah satu keluarga justru mengalami gangguan kesehatan. Di mana timbul gatal-gatal disertai luka infeksi pada bagian tubuh karena adanya cacing tambang. Kasus tersebut berawal setelah mereka bermain air di samping rumah mereka, kegiatan yang lumrah dilakukan oleh anakanak sekitar. Namun, kegiatan tersebut menjadi tidak biasa sejak beroperasinya PLTU. Selain mengakibatkan timbulnya penyakit, pendirian PLTU juga berdampak pada ekonomi warga karena limbah yang dihasilkan oleh sisa pembakaran batu bara. Salah satu contohnya seperti rusaknya lahan pertanian milik warga, nelayan yang susah mencari ikan, dan penanaman rumput laut. Sama halnya di Pangkalan Susu, Jeneponto, sebuah wilayah di Sulawesi Selatan, masyarakatnya juga harus hidup berdampingan dengan PLTU Punagaya, milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sejak beroperasi 2017 lalu, masyarakat sekitar m e n g e l u h k a n d a m p a k P LT U ya n g

mengakibatkan gejala sesak napas. Gejala itu muncul seiring datangnya emisi gas buang atau debu dari operasional PLTU. Debu yang dimaksud adalah debu terbang atau flight ash sisa pembakaran batubara PLTU. Pada bulanbulan tertentu debu kerap menuju rumah warga sekitar, mengikuti ke mana arah angin berembus. Kemudian di Cilacap, Jawa Tengah, diceritakan warga desa Winong hidup di wilayah yang berdampingan dengan tiga PLTU, yakni PLTU Cilacap, dan dua unit PLTU Karangkandri. Tak sedikit warga yang terkena dampak dari limbah batu bara sisa pembakaran atau bo om ash, yang dibuang dekat pemukiman. Dari ketiga wilayah yang berdampingan dengan PLTU, dampak kesehatan menjadi masalah utama yang dihadapi masyarakat. Namun, di tengah maraknya kasus itu, pemerintah justru mengeluarkan kebijakan sebaliknya. Melalui peraturan pemerintah, Presiden Joko Widodo, mencabut limbah batu bara hasil pembakaran PLTU, dari kategori limbah bahan beracun dan berbahaya atau B3. Peraturan ini ditetapkan pada Februari 2021 yang merupakan turunan dari UU Omnibus Law Cipta Kerja. Pencabutan limbah B3 yang dimaksud adalah flight ash dan bo om ash. Film ini dikemas dengan sangat menarik dan juga disajikan dengan data yang akurat sehingga sangat bagus dan layak untuk ditonton agar menambah kepekaan kita. Selain itu, dalam film ini terdapat sebuah pembelajaran yang di mana masyarakat harus bijak dalam menggunakan listrik dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya film ini dapat membuka mata pemerintah untuk memikirkan dampak yang diakibatkan PLTU dan membuat kebijakan yang tidak merugikan warganya. Jika terus dibiarkan seperti ini, anak akan kehilangan hak ekologis, yaitu hak untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah batu bara membuat udara yang mereka hirup tidak lagi bersih. Anak-anak pun harus hidup dan bermain dengan udara yang t e r c e m a r , t a n p a a d a p i h a k ya n g m a u bertanggung jawab.

13


Ilustrator: Antika, Nabila

Kro n Ika

14

BULETIN KRONIKA EDISI 38


Profil

Tidak Ada Sang Juara

Terlatih, tetapi Berlatih Oleh: Salwa Qonita Ikrima Nama : Apriansyah TTL : Desa Singapura, Kab OKU Sumatera Selatan, 14 April 1998 Alamat : Jalan Teladan 15A Kota Metro Ayah : Dulminin Ibu : Masneli Mo o : Kejarlah Keinginan dengan Sungguh-Sungguh Riwayat Pendidikan 2004--2010 SDN 97 OKU 2010--2013 SMPN 24 OKU 2013--2016 MAN Baturaha 2018--sekarang IAIN Metro "Sukanya setiap kejuaran itu mendapatkan pengalaman baru, teman baru karena beda-beda tempat setiap kejuaran,” ucap pria berbadan tegap dengan kulit sawo matang. Ia adalah Apriansyah sosok saat berbicara akan terasa akrab logat Palembang pada dirinya. Pria kelahiran 14 April 1998 ini, memiliki nama panggilan Apri dan sering menjuarai perlombaan pencak silat semenjak tahun 2015. Apri mulai menggeluti pencak silat sejak duduk di bangku kelas II sekolah menengah pertama (SMP). Berawal dari kegemaran menonton film action, ia memutuskan untuk menggeluti dunia persilatan lebih dalam. Anak bungsu dari empat bersaudara ini selalu menjuarai perlombaan yang diikutinya. Mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Ketika sedang mengikuti pertandingan pencak silat pada 2013, ia mengalami kekalahan yang sempat membuatnya trauma. Namun, pada 2015 ia kembali mengikuti pertandingan pencak silat O2SN se-Kabupaten OKU, dan meraih juara pertama. Tak puas sampai di situ,

pada 2017 lalu, ia juga mengikuti lomba pencak silat pada event Lampung Championship International, dan kembali menyabet juara pertama. Tak bosan-bosannya ia mengikuti perlombaan yang ada. Hingga saat sudah menjadi mahasiswa, dirinya tetap mengikuti perlombaan. Juara 1 kembali dikantonginya ketika mengikuti pertandingan pencak silat pada acara IAIN CUP. Terbaru, ia kembali menyabet Juara 1 Jurus Tunggal Putra Dewasa Kejuaraan Lampung Utara pada Desember 2021. Meskipun Apri terkadang kurang mendapat apresisasi dari hasil kejuaran, ia tetap teguh dengan hobinya tersebut. Selain pencak silat, ternyata pria yang sukar menyebutkan huruf r ini memiliki prestasi lain. Ia pernah menjuarai perlombaan Dai dan Tilawah tingkat Kabupaten. Untuk meraih apa yang diinginkan memang butuh pengorbanan, Apri sempat menunda kuliah selama 2 tahun. Hal ini karena ia disibukan oleh berbagai pertandingan silat yang diikuti. "Jeda 2 tahun baru kuliah karena sibuk tanding silat," ujar Apri.

Mahasiswa Agent of Change,

Masihkah?

M

embicarakan tentang persoalan mahasiswa sebagai agent of change memang tidak ada habisnya dan bahkan sulit untuk terpisahkan. Doktrin-doktrin seputar permasalahan tersebut acap kali diungkapkan kepada para mahasiswa. Pada dasarnya agent of change dalam bahasa indonesia diartikan sebagai agen perubahan, di mana dalam artian luas seseorang yang bertindak sebagai katalis atau sebagai pemicu terjadinya sebuah perubahan dalam suatu organisasi. Maka jika melihat dari makna tersebut tentu bukan tanpa alasan jika selalu dikaitkan dengan mahasiswa. Sebab menjadi mahasiswa merupakan suatu tahapan sebagai sosok generasi muda yang akan dipersiapkan untuk dapat terjun di lingkungan masyarakat, dengan berbekal ilmu pengetahuan yang didapat selama masa kuliah. Di mana ada harapan besar kepada mahasiswa sebagai agent of change agar dapat membawa perubahan di lingkungan sekitar, bangsa, dan negara. Lalu bagaimana dengan keadaan mahasiswa sekarang? Masihkah akan menjadi salah satu tonggak agen perubahan? atau mahasiswa sekarang

BULETIN KRONIKA EDISI 38

Orang tua selalu menjadi motivasi utama Apri untuk selalu berprestasi. Walaupun ia sangat berprestasi di bidang pencak silat, Apri juga memiliki cita-cita untuk menjadi seorang TNI. Ia berharap agar bisa mendaftar menjadi abdi negara setelah lulus kuliah. Pria yang hobi olahraga dan jalan-jalan ini memiliki role model yang ia jadikan pemantik untuk terus berprestasi di dunia pencak silat. Seseorang yang ia jadikan role model tersebut adalah Denny Aprisansi dan Sugianto, pesilat asal Indonesia yang sudah mendunia. Apri mengatakan bahwa kesuksesan itu ketika ada kesempatan bertemu dengan kesiapan. Kesempatan tidak tahu kapan akan datang, tetapi kesiapan dapat dipersiapkan mulai dari sekarang. "Jadi, ketika kesempatan itu datang, sewaktu-waktu kita sudah siap dan menjadi sukses. Ingat tidak ada juara yang terlatih melainkan juara yang terus berlatih," tegasnya.

Khotimah

Oleh: Muhammad Arif Marzuki Pemimpin Umum UKPM Kronika 2021 justru menunjukkan sikap apatis dan seolah tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Kemudian persoalan mahasiswa sebagai agen perubahan hanya sebuah perkataan yang berhenti dalam ucapan dengan tidak adanya tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Sejatinya menjadi seorang mahasiswa harus memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik. Sejarah mengenai andilnya mahasiswa sebagai salah satu pionir agen perubahan dapat kita lihat pada masa kepemimpinan Soeharto. Aksi mahasiswa saat melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan tersebut yang dirasa sudah tidak sejalan dengan tujuan bangsa dan keinginan rakyat. Sejarah Indonesia mencatat bahwa dalam aksi tersebut mahasiswa mampu menghasilkan tatanan berbangsa yang baru, yang saat ini dikenal dengan sebutan reformasi. Dalam peristiwa itu juga dapat dikatakan mahasiswa memiliki peranan yang sangat diperhitungkan. Selain itu, hasil yang didapatkan juga memiliki dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Maka dengan hal itu pula yang menjadikan bukti kepedulian mahasiswa terhadap

suatu perubahan, kemudian dari peristiwa itu juga dapat dijadikan gambaran mahasiswa sekarang untuk selalu bersemangat meciptakan suatu perubahan. Gambaran lain mahasiswa sebagai agen perubahan dapat dilakukan juga dengan memiliki semangat belajar dengan sungguh-sungguh, agar dapat menjawab tantangan akademik atau kondisi sosial. Maka dari itu, kesadaran setiap mahasiswa tidak boleh hilang begitu saja. Sebab tidak m e n u t u p kemungkinan p e r u b a h a n perubahan di masa depan tergantung pada apa yang dilakukan para mahasiswa saat ini.

15


Usaha Kreatif KRONIKA Menerima Pesanan:

Karikatur, Sertifikat, Edit Vidio, Buket Snack, Instalasi Laptop, Vektor, Kover Buku, Undangan, Gantungan Kunci, Mug Custom, Pin Bros, Logo, Pamflet, Undangan, DLL Cp: 0813 6609 2825 (Martika)

Dapatkan Informasi Terkini Seputar Kampus Hanya Di:

uskref_kronika.id


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.