Rupiah Kritis

Page 41

profesi analis efek

mandu Saham mengelola Blog “Saham Pemenang”, Sem Susilo mengaku ia sangat menikmati pekerjaan ini. Dia mengaku terinspirasi Warren Buffet, yang mampu mendulang kekayaan US$ 47 miliar dari saham. “Dulu, saya adalah pebisnis riil. Macam-macam usaha saya, mulai dari kayu, chemical dan furnitur. Namun, saya kagum pada Warren Buffet. Saya beralih ke saham, ingin meniru jejaknya (Warren Buffet),” ujar Sem kepada InilahREVIEW, Senin pekan lalu. Saat krisis 1997-1998, Sem memutuskan untuk membuka rekening saham. Modal awalnya Rp 5 juta. Dalam 3 bulan, dananya habis tergerus. Tak kapok, Sem menyuntik modal lagi Rp 5 juta. Agak mujur, dalam 3 bulan masih ada sisa. Selanjutnya, dia terus mempelajari dunia saham. Setelah mengerti betul soal saham, Sem memberanikan untuk menjadi analis. Memanfaatkan dunia maya, Sem membuat blog khusus untuk membedah pergerakan saham, namanya ‘Saham Pemenang’. “Saat ini, klien saya sudah 160 investor. Tahun ini, target saya bisa bertambah sampai 500 investor,” katanya. Dari jerih payahnya memberikan analisis saham kepada 160 klien, Sem mendapat gaji Rp 10 juta per bulan. Analisis tersebut berupa informasi sahamsaham unggulan, serta forum tanya jawab melalui internet dan telepon. Selain itu, Sem juga menggelar diskusi seputar saham yang digelar tiap Rabu yang bertajuk Forum Reboan. “Karena tinggal di Semarang, saya manfatkan dunia maya. Ada blog, Twitter atau interaktif melalui YM (Yahoo Messenger). Ada pula Forum Reboan. Sesekali saya menggelar seminar di Jakarta. Informasi atau ilmu-ilmunya, saya berikan. Saya ingin, masyarakat menjadi lebih mengerti. Selanjutnya tertarik untuk berinvestasi di saham. Sejatinya saham lebih aman dan menguntungkan dibanding produk lain. Dengan syarat kita bisa mengerti dan memahami perilaku saham,” tutur Sem.

Sem Susilo

Dia bilang, pertumbuhan investor di lantai bursa Indonesia masih rendah. Saat ini, hanya 0,2% penduduk Indonesia yang menanamkan dananya di saham. Sangat jauh dibandingkan Singapura yang 35% penduduknya sudah menjadi investor di lantai bursa. “Tujuh dari 10 penduduk Singapura adalah pemegang saham. Sementara Indonesia, sangatlah kecil. Artinya, potensi pasar masih sangat terbuka. Hanya perlu ditingkatkan sosialisasinya,” ujarnya.

Tak Perlu Ilmu Khusus Seorang analis saham, lanjut Sem, harus rela berkutat di depan komputer. Sebab, pergerakan saham sangat dinamis. Namun, bukan berarti tidak bisa diprediksi. Ada tiga hal yang menjadi poin penting, yakni analisis fundamental, analisis teknikal, dan intern market. “Untuk menjadi analis saham, ti-

inilahREVIEW 20 Tahun II | 14-20 Januari 2013

dak harus punya disiplin ilmu khusus. Sebab, perilaku saham sangat spesifik. Tidak ada buku pedomannya. Perlu talenta yang didukung data akurat. Selain itu, harus punya intuisi hebat,” katanya. Sebelum menentukan saham yang akan dibeli, analis saham melakukan ketiga hal tersebut. Misalnya, analisis fundamental terkait dengan pemilihan saham-saham berkualitas. Selanjutnya, saham-saham berkualitas tersebut dilihat harganya bagaimana. Apakah sudah tepat atau tidak. Setelah itu, analis akan mempertimbangkan faktor-faktor yang bisa memengaruhi intern market. Dalam menentukan ini, acuannya cukup beragam. Mulai dari perkembangan makro nasional, perkembangan ekonomi global, serta perkembangan indeks saham dalam negeri serta beberapa negara acuan. Lantaran itulah, peran analis begitu pentingnya. Bisa dibilang, seluruh perusahaan sekuritas, kini mempekerjakan analis. Soalnya, hidup matinya mereka berada pada jual beli saham nasabahnya. Menurut Adrian Rusmana, Direktur Riset dan Ekuiti PT Sucorinvest Central Gani, analis tak hanya membuat riset, tapi juga bisa mengajak investor bertransaksi. Hanya saja, Sem mengingatkan agar orang yang punya penyakit jantung, jangan coba-coba bermain saham. Demikian pula, orang yang kuat sifat serakah, pelit dan tidak sabaran, disarankan menjauhi pasar modal. “Selama belum bisa menghilangkan sifat tersebut, jangan mainlah. Kalau tidak mau gagal,” katanya. Sayangnya, hingga saat ini belum ada standardisasi kompetensi para analis pasar modal. “Perlu standardisasi profesi analis. Harapannya, hasil analisis yang disampaikan kepada publik juga memiliki standar,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Pardomuan Sihombing. Tentu saja, Pardomuan betul. n

Tujuh dari 10 penduduk Singapura adalah pemegang saham. Sementara Indonesia, sangatlah kecil. Artinya, potensi pasar masih sangat terbuka. Hanya perlu ditingkatkan sosialisasinya 41


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.