Majalah Pearl 36

Page 1

October 2016 - November 2016 Pearl Magazine | 36th Edition

S H A PED BY TH E H A N DS O F GO D

LOVE DOESN’T DELIGHT IN E VIL, BUT R EJOICES IN T RUTH


The Desk of

From

C R E AT I V E D IREC TOR


Shalom Pearlians Ladies! Salam dari Jerman! Hehe… Awal tahun 2016 kemarin, saya bermigrasi ke negara orang untuk melanjutkan pendidikan. Hidup di negeri orang banyak mengajarkan saya hal-hal baru, khususnya dalam interaksi dengan orang lain. Saya banyak belajar bagaimana menerima dan memberi kasih. Dengan kata lain, ditempatkan di lingkungan yang sama sekali baru membuat saya belajar lagi tentang bagaimana mengasihi orang-orang. Sebagai orang Kristen, kasih adalah elemen penting dalam hidup kita. Di Pearl edisi ini, kita akan membahas bagaimana kasih bersukacita karena kebenaran, bukan ketidakadilan. Kita akan banyak belajar dari tokohtokoh Alkitab tentang bagaimana mereka memperjuangkan kebenaran di artikel “Learn from Them”. Bagi yang sudah menikah (atau pun belum), Kak Mega mengutarakan tentang jangan ada dusta diantara pasangan. Kemudian, bagaimana pornografi telah merusak kebenaran dalam pernikahan dibahas oleh ci Yunie di segmen marriage. Tentu saja masih banyak artikel-artikel lain yang akan semakin menolong kita tumbuh dalam kasih. Penasaran? Yuk, keep on reading, and don’t forget to share! :) Viele Gruße aus Deutschland! - Eunike


02 from the desk masthead 07 dig deeper: 08 love doesn’t delight in evil dig deeper: rejoices in truth 14 a closer walk 22 benar atau membenarkan diri a closer walk benar-benar membaca 32 a closer walk 44 learn from them www.majalahpearl.com

https://unsplash.com/search/background?photo=IJ25m7fXqtk

Content


Pearl Magazine #36

54

single:

friends without benefit

62

marriage:

jangan ada dusta di antara kita

70

sex, porn and marriage

parenting

78

the weight of words

86 meet a sister how to get connected

96

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


VISION Membangun generasi wanita yang menjalankan fungsinya sebagai wanita sejati, berkarakter Kristus dan mau dibentuk menjadi indah di mata Bapa dan sesama. MISSION Menyediakan bacaan rohani yang biblical, practical dan sesuai dengan pergumulan generasi wanita Indonesia.

Foto: unsplash.com/ My Life Through My Lens


EDITOR IN CHIEF Viryani Kho EXECUTIVE ASSITANT Mekar A. Pradipta, Felisia Devi PUBLIC RELATIONS Mega Rambang FEATURES EDITOR Sarah Eliana CREATIVE DIRECTOR Eunike Santosa WEB DIRECTOR Febe Soehardjo WRITERS Yunie Sutanto, Poppy Noviana, Leticia Seviraneta, Glory Ekasari, Christine Natalia GRAPHIC DESIGNER Melissa Halim, Michelle Herman, Veri Eden, Widia Teja, EDITOR CONTRIBUTOR Megawati Wijaya WRITER CONTRIBUTORS Azaria Amelia, Tabita Davinia Utomo, Wellney Yarra ----------------------------------------------------ALL

RIGHTS RESERVED BY

MAJALAH PEARL

No Material from this magazine may be copied or reproduce without written permission from Pearl Magazine.


DIGDEEPER

Love

https://unsplash.com/photos/xI_-wFJhCiM

does not delight in evil

www.majalahpearl.com

written by Azaria Amelia Adam designed by Widia Teja


Dalam beberapa edisi Pearl sebelumnya, kita sudah membahas tentang kasih yang dijelaskan Paulus dalam 1 Korintus 13:4-5

“Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered. It keeps no record of wrong”. Sebagai kelanjutan dari edisi sebelumnya, kali ini kita akan mempelajari ayat ke 6: “Love does not

delight in evil, but rejoice with the truth”. Menurut saya, Paulus tidak impulsif dalam menulis perikop ini. Dengan tuntunan Roh Kudus, Paulus tidak hanya menulis definisi kasih dalam bentuk paragraf tetapi menyusun tahapan yang perlu kita lalui untuk mencapai kasih. Seperti sebuah tingkatan dalam pelatihan, ada level-levelnya. Dari sini, kita bisa tahu bahwa untuk memiliki kasih, kita perlu berusaha. Untuk memiliki kasih, kita perlu melatih diri menjadi sabar. Tanpa kesabaran, kita pasti mudah marah. Jika kita iri hati atau sombong, kita akan menjadi orang yang egois. Kalau kita tidak melakukan satu persatu dari tahapan tersebut, tidak mungkin kita memiliki kasih. Bagaimana dengan kasih yang tidak menyukai kejahatan? Delight artinya menyukai, menikmati, merasa puas dan senang. Evil bisa diartikan sebagai dosa atau hal yang tidak disukai Tuhan. Love does not delight in evil. Kasih tidak menyukai kejahatan, tetapi bersukacita karena kebenaran, yaitu hal-hal yang baik. ”Menyukai kejahatan” dapat berarti dua hal: menyukai kejahatan atau hal buruk yang terjadi pada orang lain dan menyukai kejahatan yang dilakukan orang lain. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER Setiap kita pasti pernah mengalami perasaan ini, bersukacita atau menikmati kemalangan orang lain. Diam-diam, kita menikmati kejahatan atau hal buruk yang terjadi pada orang lain. Kita senang saat orang lain yang tidak kita suka mengalami kesialan; kita senang saat melihat saingan kita tidak lulus ujian; kita merasa adil, jika melihat orang yang pernah berbuat jahat terhadap kita mengalami kemalangan. Kasih tidak menyukai kejahatan. Tidak mungkin seseorang bisa bersukacita atas hal buruk yang terjadi pada seseorang yang dia kasihi. Coba bayangkan apabila kita melihat keluarga atau teman baik kita mengalami kesusahan. Saat orang yang kita sayangi mendapat kesusahan, kita tidak mungkin bisa bersukacita. Jika mereka mengalami hari yang buruk, didiagnosa menderita kanker atau penyakit kronis yang berat, kita pasti akan merasa sedih. Sangat sulit bersukacita saat orang yang kita kasihi mengalami masalah. Kita tidak mungkin merasa senang saat pemimpin kita jatuh, apabila kita mengharapkan yang baik untuk dia. Kasih juga tidak bersukacita akan kejahatan yang dilakukan orang lain. Kita pasti pernah melihat orang lain berbuat sesuatu yang tidak benar. www.majalahpearl.com

Seseorang yang memiliki kasih tidak akan sanggup bersukacita akan kejahatan. Tetapi bukannya menegur, kita mungkin malah membiarkan hal itu terjadi. Saat kita sedang mengikuti ujian, kita melihat teman kita mencontek. Tetapi bukannya mengingatkan dia tentang tindakannya yang salah, kita malah membiarkan, atau bahkan ikut mencontek. Saat kita sedang makan siang, teman-teman sekerja kita membicarakan hal buruk tentang pimpinan. Kita bukannya mengalihkan pembicaraan dari gosip, kita malah diam-diam mendengarkan atau bahkan ikut melengkapi cerita. Seseorang yang memiliki kasih tidak akan sanggup bersukacita akan kejahatan. Baik itu kejahatan yang dilakukan orang lain atau kejahatan yang terjadi pada orang lain.


Berusaha memiliki kasih yang seperti ini memang tidak mudah. Saat kita tahu bahwa orang yang dulu pernah berbuat jahat pada kita sekarang mengalami hal buruk, sangat mudah untuk kita merasa senang. Rasanya bahagia karena tahu ada karma yang adil. Tetapi jika kita ingin memiliki kasih, kita perlu belajar untuk tidak bersukacita sekalipun orang yang kita tidak suka mengalami hal buruk. Kita bisa belajar dari Daud. Saul membenci Daud dan berusaha membunuhnya. Tetapi, saat Daud tahu Saul mati dalam peperangan, tidak ada keinginan Daud untuk merayakannya. Daud justru berkabung dan menggubah lagu yang sedih (2 Samuel 1:17-27). Raja Daud memang pantas disebut sebagai a man after God’s own heart. Daud menunjukkan kualitas kasih yang tidak bersukacita akan kejahatan.

Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32), kita melihat bahwa, anak yang sulung marah karena ia merasa ada ketidakadilan terhadap dirinya, dan memang sepertinya hal ini masuk akal. Ia merasa sudah menjadi anak yang taat, tetapi tidak pernah ada pesta yang diselenggarakan bapanya untuknya. Sedangkan adiknya yang sudah menghabiskan harta bapa malah disambut dengan pesta besar. Sebenarnya, bukan karena masalah keadilan, tetapi karena anak yang sulung tidak benar-benar mengasihi adiknya. Jika anak yang sulung mengasihi adiknya sebagaimana bapa mengasihi adiknya, pastinya dia akan bersukacita karena adik yang hilang sudah ditemukan kembali. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER

Nabi Yunus juga bersukacita ketika hal buruk akan terjadi atas kota Niniwe. Setelah menyampaikan pesan dari Tuhan, Yunus pergi keluar Niniwe dan berharap akan melihat penghakiman atas kota tersebut. Ketika Tuhan tidak jadi menghukum Niniwe, Yunus menjadi marah. Sekali lagi, kemarahan Yunus bukan masalah keadilan, tetapi karena Yunus tidak mengasihi orang-orang di kota Niniwe sama seperti Tuhan mengasihi mereka. Kasih yang dijelaskan dalam 1 Korintus 13:4-6 ditunjukkan dalam tindakan. Mengasihi, sesuai dengan penjelasan dalam 1 Korintus, bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Kita perlu latihan mengasihi. Kasih tidak hanya kita lakukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai penanda karakter pengikut kristus. Love rejoices with the truth. Seperti inilah seorang pengikut Kristus harus hidup: memiliki kasih yang bersukacita atas kebenaran. Kebenaran adalah tentang firman Tuhan, Firman yang dihidupi. Mazmur 1:1-2, menjelaskan kepada kita tentang jalan orang benar dan jalan orang fasik. Orang benar tidak akan betah berjalan di jalan yang

www.majalahpearl.com

fasik, tidak akan suka duduk di dalam kumpulan pencemooh. Orang yang benar menyukai firman Tuhan. Kesukaannya adalah mempelajari kebenaran Firman Tuhan dan menghidupinya sampai kebenaran firman Tuhan mengubahnya. Kasih bersukacita akan hal baik dan kebenaran. Orang yang memiliki kasih akan bersukacita jika ada hal baik yang terjadi atas orang lain, dan apabila orang tersebut bertumbuh dalam kebenaran firman Tuhan. Di dalam 3 Yohanes 1:3-4, kita mendapat contoh tentang kasih yang bersukacita akan kebenaran. Yohanes menyatakan bahwa tidak ada sukacita yang lebih besar selain mengetahui anak-anaknya hidup di dalam kebenaran. Inilah yang harus kita lakukan sebagai orang yang memiliki kasih. Let us not delight in evil, but let us rejoice with the truth.


https://unsplash.com/photos/jR4Zf-riEjI

Kasih bersukacita akan hal baik dan kebenaran. Orang yang memiliki kasih akan bersukacita jika ada hal baik yang terjadi atas orang lain, dan apabila orang tersebut bertumbuh dalam kebenaran firman Tuhan.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER

Love

Rejoices in

TRUTH WRITTEN BY CHRISTINE NATALIA | DESIGNED BY FEBE SOEHARDJO

www.majalahpearl.com


“It does not rejoice at wrongdoing, but rejoices with the truth.� (1 Corinthians 13:6)

Pernahkah kamu menjalin hubungan dengan seseorang, entah sekarang atau di masa lalu? Coba ingat-ingat kembali masa-masa itu, ketika kita jatuh cinta dan menyayangi seseorang dengan sangat, ada satu hal yang sangat krusial dalam hubungan, yaitu kebenaran. Bagi anak-anak Tuhan, kebenaran yang sejati hanya bisa didapatkan dalam Firman Tuhan. Ketika kita benar-benar mempraktekan kasih yang sesungguhnya, maka kita akan mengasihi sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kasih dan kebenaran akan berjalan beriringan. Kita nggak mungkin benar-benar bisa mengasihi seseorang saat kita memperlakukan dia tanpa kebenaran.

Image by Ed Gregory at www.pexels.com

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER

Little children, let us not love in word or talk but in deed and in truth. (1 John 3:18) Tapi bagaimana apabila orang yang kita kasihi tidak melakukan apa yang benar? Misalnya, ketika kita sedang dalam sebuah relationship dan kita menyayangi orang tersebut, kita tentu cenderung menceritakan segala sesuatu kepada dia. Mulai dari apa yang kita alami, apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rencanakan. Tidak ada yang ditutupi, semuanya kita ceritakan semua. Tapi, bisa jadi kita menjalin hubungan dengan seseorang yang tidak jujur atau menutupi berbagai macam hal. Apa yang harus kita lakukan?

1

Mengasihi dengan

Kebenaran

Ketika kita mengasihi seseorang, biasanya tingkat toleransi kita menjadi lebih tinggi dari biasanya. Misalnya, kita bekerja dengan orangtua kita di suatu perusahaan. Jika kita berbuat kesalahan, biasanya akan lebih ditoleransi oleh orangtua kita karena mereka mengasihi kita. www.majalahpearl.com

Begitu juga halnya dalam suatu hubungan. Apabila kita tahu bahwa pacar kita sebenarnya berbohong, di satu titik tertentu kita masih memaklumi dan memaafkan mereka. Beda halnya jika kita mendapati teman kita yang berbohong. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.� (1 Yohanes 3:18) Awalnya mungkin terdengar baik karena kita lebih bisa mengasihi dan mentolerir. Tapi hati-hati ketika sikap toleransi kita sudah melewati batas. Jika seseorang sudah mengasihi orang lain, ia cenderung akan memberikan semuanya yang orang tersebut butuhkan. Hati-hati dengan kasih dengan modus tersebut. Meskipun kita mengasihi seseorang, tetaplah berpegang kepada kebenaran yang Tuhan ajarkan. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anakanak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan,


dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?." (Ibrani 12:5-7)

“Meskipun kita mengasihi seseorang, tetaplah berpegang kepada kebenaran yang Tuhan ajarkan.�

Jika kita benar-benar mengasihi seseorang, kita akan mengasihi mereka seperti Allah. Surat Ibrani mengajar kita bahwa kasih Allah adalah kasih yang tidak membiarkan ketidakbenaran. Allah mendidik, menyesah, memberikan ganjaran dan bahkan menghajar, seperti seorang ayah kepada anaknya. Membiarkan kesalahan orang lain bukanlah sebuah tindakan kasih.

Image by Viktor Hanacek at www.picjumbo.com

2

Membenarkan dengan

Kasih

Peran apapun yang kita miliki saat berinteraksi dengan orang lain, kita harus belajar menegakkan kebenaran. Kadang terasa nggak enak dan sungkan, tapi itulah yang Tuhan mau. Bagaimana cara menegakkan kebenaran? Dengan kasih. Jika kita #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER harus menegur seseorang, tegurlah dengan kasih. Identitas seorang anak Tuhan dilihat dari kasihnya. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (1 Korintus 13:2) Kita memang punya kecenderungan berkompromi saat dituntut untuk menegakkan kebenaran kepada orangorang yang kita kasihi. Tapi, bukan ini yang Tuhan mau. Tuhan ingin kita dapat mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan dengan semua orang. Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. (Ibrani 12:10-11) www.majalahpearl.com


Jika kita memang ingin mengasihi orang lain, kita tidak akan membiarkan orang tersebut tinggal dalam ketidakbenaran. Dengan menegur mereka, kita sedang melakukan sebuah kebaikan, yaitu menolongnya mengembangkan kekudusan Kristus. Memang proses itu tidak menyenangkan, tapi hasilnya, yaitu buah kebenaran, akan mendatangkan sukacita pada akhirnya. Kasih akan bersukacita ketika ada orang yang hidup dalam kebenaran.

Image by Viktor Hanacek at www.picjumbo.com

“… or gloat over the wickedness of other people. On the contrary, it shares the joy of those who live by the truth.” (1 Corinthians 13:6 - Philips)

“Jika kita memang ingin mengasihi orang lain, kita tidak akan membiarkan orang tersebut tinggal dalam ketidakbenaran.”

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


DIGDEEPER

3

Kebenaran yang

Menyucikan

Kuduskanlah mereka dalam kebenaran: firman-Mu adalah kebenaran. (Yohanes 17:17) Kebenaran yang sesungguhnya adalah Firman Tuhan itu sendiri. Jika selama ini kita mengasihi dengan cara yang salah, jika kita selama ini berkompromi atas nama kasih, marilah kita membiarkan Allah menyucikan kita kembali dengan kebenaran Firman Tuhan. Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milikNya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala! (Mikha 7:18-20)

Allah kita adalah Allah yang setia dan adil. Ia setia, karena Ia tidak berhenti mengasihi kita walaupun kita melakukan dosa. Ia adalah Allah yang Maha Pengampun yang akan mengampuni setiap dosa dan pelanggaran jika kita mau mengakuinya di hadapan Tuhan Namun, Ia adalah Allah yang adil yang berpegang pada kebenaran Firman-Nya. Ia tidak akan membiarkan kita tetap hidup dalam dosa. Allah telah memberikan teladan kasih itu. Jadi, mari menjadi orang-orang yang meneladani kasih Allah: Orang yang mengasihi orang-orang lain, tidak senang dengan kejahatan, ia hanya senang dengan kebaikan (I Korintus 13:6 – BIS) ***

www.majalahpearl.com


Image by Danigeza at www.pixabay.com

“Ia adalah Allah yang adil yang berpegang pada kebenaran FirmanNya. Ia tidak akan membiarkan kita tetap hidup dalam dosa.”

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

BENAR

MEMBENARKAN DIRI? Oleh: Leticia Seviraneta

Desain: Michelle Mielru

www.majalahpearl.com


B

Kemudian dia mundur elum lama ini, ketika saya menyetir mobil ke sedikit dan saya dengan daerah kompleks rumah toko (ruko) yang susah payah memarkirkan biasa saya kunjungi, terjadi situasi yang mobil. Namun yang terjadi cukup dramatis dan memberikan banyak selanjutnya, dia ribut pelajaran buat saya. Jalanan di ruko tersebut dengan pengemudi di satu arah karena lebarnya hanya cukup bagi belakang saya sampai satu mobil untuk melaluinya. Saya masuk ke masing-masing keluar dari daerah ruko di entrance dan arah yang mobil mereka. Dia ngotot benar, lalu saya ingin parkir di sisi kiri saya tidak mau mundur dan yang kebetulan sedang kosong. menyalahkan pengemudi itu dan berkata bahwa seharusnya kami Sebelum saya sempat parkir, ada satu punya TENGGANG RASA dan mobil yang melawan arus dan terus maju mau mundur. sampai dekat dengan saya. Akibatnya, saya jadi tidak bisa parkir karena dia Di saat yang sama, mobil-mobil membuat saya tidak bisa maju lain terus berdatangan. Tempat ini mengambil jarak yang cukup untuk pun langsung dikerumuni banyak parkir ke space yang kosong tersebut. orang karena suara ributnya sangat Saya lalu memberikan sinyal tangan besar. Pengemudi yang salah arah itu dari dalam mobil dengan maksud super galak dan marah-marah. Empat supaya mobil tersebut mundur satpam pun datang dan menegur sedikit supaya saya dapat parkir. pengemudi itu, karena bagaimana pun, dia yang salah jalan. Tidak ada satu pun Mobil itu bergeming sampai mobil di belakangnya yang menghalangi saya akhirnya harus membuka mobilnya untuk mundur sementara banyak kaca mobil dan bicara agak mobil di arah yang benar stuck karena dia keras supaya terdengar. Saya tidak mau mundur. Dia lalu ngambek, memberi tahu pengemudi mematikan mesinnya, dan duduk di dalam untuk mundur karena saya salah satu ruko. Dia tidak mau memindahkan mau parkir. Mobil itu masih mobilnya sejengkal pun dan terus mengatai tidak bergerak dan muka pengemudi lain (termasuk saya) yang tidak pengemudinya terlihat mau mundur dan tega-teganya meminta dia masam. Tidak lama untuk mundur jauh. kemudian datang lagi mobil di belakang saya. Sebenarnya di aspal jalanan masih ada anak Karena jalan itu satu panah yang memberi petunjuk arah yang benar. arah dan saya di arah Ingin sekali rasanya saya menunjukkan anak panah yang benar, itu ke pengemudi tersebut, tetapi saya menahan pengemudi yang salah diri. Untuk orang ini, dia sama sekali tidak merasa arah di depan saya salah dan sibuk membenarkan dirinya. Seberapa ini tidak punya banyaknya kebenaran yang saya tunjukkan, hanya pilihan untuk akan dia putar balikkan dan makin membuat dia mundur kalau tidak panas dengan saya. Mobilnya menghalangi jalan kita semua akan sampai macet parah selama 30 menit. Kemacetan stuck. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK akhirnya terurai ketika satu per satu mobil yang stuck di arah yang benar mundur. Puas melihat yang lain mengalah, barulah pengemudi yang salah arah masuk kembali ke mobilnya. Ketika teman-teman baca pengalaman yang saya alami ini, apa yang teman-teman pikirkan dan rasakan? “Gilaaa... nyebelin bangettt dia.” “Bilang orang ga ada tenggang rasa, dianya sendiri??” Tapi, ternyata kejadian ini memberikan contoh konkrit kecenderungan manusia yang lebih mudah dan senang membenarkan diri daripada menerima kebenaran apa adanya. Kita senang merasa benar, sedangkan orang lain kita anggap salah. Perasaan merasa benar membuat kita seperti berada di puncak dan menang atas orang lain. Tetapi apakah itu yang Tuhan mau? Tentu tidak. Yuk, kita lihat lebih dalam lagi perbedaan kebenaran dengan pembenaran untuk mencegah kita memelihara kebiasaan membenarkan diri ini. Kata “kebenaran” merupakan tema yang cukup sering berulang di Alkitab. Namun frekuensi munculnya kata ini lebih banyak di Perjanjian Baru. Teman-teman mungkin sekilas dapat mengingat di Injil dan Surat-Surat Paulus betapa seringnya kata “kebenaran” digunakan. Nah, aspek-aspek apa sajakah yang esensial tentang kebenaran itu sendiri yang tercatat di Alkitab?

www.majalahpearl.com


1. Kebenaran sifatnya absolut dan konsisten. Kebenaran berlaku di mana saja, kapan saja, tidak berubah-ubah, dan berlaku untuk siapa saja. Ini berbeda dengan kebanyakan pendapat orang dunia. Mereka menganggap kebenaran itu sesuatu yang relatif, bergantung dengan keadaan, dan sering pula dikatakan bahwa kita harus fleksibel karena kebenaran itu tidak mutlak. Sementara, kebenaran yang kita pahami hanya bersumber dari satu pribadi, yakni Yesus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” –Yohanes 1:14 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” –Yohanes 1:17 Yesus tidak lain adalah pribadi yang mewakili satu kebenaran sejati. Ia tidak berubah-ubah dulu, sekarang, dan selama-lamanya. Sama halnya dengan peraturan lalu lintas, misalnya. Peraturan itu baku, tidak berubah-ubah, berlaku dimana saja (minimal di batas negara yang sama) dan untuk siapa saja. Ketika kita salah melanggar peraturan lalu lintas, apa pun alasannya, kita salah. Photo by Daniel Ruyter (https://unsplash.com/)

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

2. Kebenaran tidak membutuhkan pembelaan. “Lalu Yesus dihadapkan kepada wali Di dalam banyak negeri. Dan wali negeri bertanya kejadian, lebih baik kepada-Nya: “Engkaukah raja orang kita diam dan Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau sendiri membiarkan mengatakannya.” Tetapi atas tuduhan kebenaran berbicara yang diajukan imam-imam kepala dan sendirinya. Mengapa? tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi Karena kebenaran jawab apapun. Maka kata Pilatus seringkali lebih mudah kepada-Nya: “Tidakkah Engkau diterima bila tidak dengar betapa banyaknya tuduhan diutarakan dengan frontal, saksi-saksi ini terhadap Engkau? dan memancing kontroversi. Tetapi ia tidak menjawab suatu Kebenaran lebih mudah katapun, sehinggal wali negeri itu diterima ketika situasi sudah sangat heran.” – Matius 27:11-14 adem ayem, hati sedang sejuk, dengan cara yang Yesus tahu kebenaran dan lembut, dan oleh orang-orang Dia adalah kebenaran itu yang kita percayai. Kredibilitas sendiri. Namun Ia tidak orang yang mengutarakan membela diri-Nya ketika diberi kebenaran sangat berdampak banyak tuduhan-tuduhan dengan tingkat penerimaan palsu. Bila kita tahu betul kebenaran itu sendiri. kebenaran, maka kita tidak perlu membenarkan setiap Kebenaran bagaikan cahaya hal yang tidak benar lampu senter di tengah kegelapan. dalam kehidupan kita. Bila kita keluarkan secara frontal di Sama seperti kejadian situasi yang tidak tepat, kita bagaikan yang saya alami di menyoroti mata lawan bicara kita komplek ruko tersebut, dengan senter tersebut. Ia akan merasa saya menahan diri silau dan malah menutup mata atau untuk menunjukkan semakin menjauh dari sorotan lampu anak panah di aspal tersebut. Namun kebenaran harus menjadi untuk membuktikan seperti lampu senter yang kita arahkan saya yang benar dan dengan lembut ke jalan di depan orang ia yang salah. tersebut dan kita tuntun dia beriringan.

www.majalahpearl.com


3. Kebenaran pasti memerdekakan. “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.� –Yohanes 8:31-32 Kebenaran itu bagaikan sayur bagi mayoritas anak kecil. Secara fisik maupun rasa tidak menarik, namun di dalamnya terdapat kandungan banyak vitamin yang baik untuk kesehatan tubuh. Kebenaran seringkali tidak nyaman untuk kita ketahui, apalagi dilakukan. Kebenaran sering kita temui dalam bungkus peraturan-peraturan yang seperti mengekang kebebasan dan kenyamanan kita. Namun sedikit kita ketahui saat ini bahwa peraturan itu seperti pagar yang melindungi kita dari konsekuensi yang jauh lebih tidak mengenakkan bila kita melanggar peraturan tersebut. Kebenaran selalu memerdekakan. Yesus berulang kali menekankan untuk kita kembali datang kepada-Nya, karena kebebasan sejati yang memerdekakan hanya ada di dalam diri-Nya. Pola pikir ini akan merubah cara pandang dan cara kita menjalani hidup. Kita melakukan hal yang benar bukan sekedar karena kita harus supaya terlihat baik di mata Tuhan, namun karena Yesus di dalam diri kita lah kita melakukan kebenaran dan hal ini akan membuat kita tidak merasa terbeban untuk hidup dalam kebenaran.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK Kita, yang sudah sekian lama berjalan di dalam kepercayaan kepada Yesus Kristus, mungkin tidak menyadari bahwa ada kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan, dimana hal tersebut ternyata tidak mencerminkan kebenaran selayaknya pribadi Yesus pancarkan; melainkan penuh dengan pembelaan diri. Banyak yang sulit melihat kesalahan dirinya sendiri, dibandingkan dengan kesalahan orang lain. Kembali lagi, kebenaran bungkusnya sering kali tidak nyaman. Tidak ada Ingat orang-orang Farisi yang senang ketika teman baik atau dan para ahli Taurat? Mereka pasangan kita berkata, “Kamu itu adalah contoh yang sempurna egois.� Oleh karena ketidaknyamanan untuk mendeskripsikan keadaan itu, secara tidak sadar kita buta seperti ini. Mereka banyak membangun defense mechanism melihat secara fisik dengan mengalihkan cahaya mukjizat-mukjizat terjadi, namun kebenaran itu untuk menyoroti orang lain. Kita akhirnya berdiri di terus menerus menolak Yesus dengan berbagai dalih yang dalam gelap. Kita sendiri menjadi dibuat-buat. Bahkan mereka sibuk buta dan tidak menyadari sekali mencari-cari kesalahan Yesus kesalahan-kesalahan kita. Kita supaya dapat diadili. menjadi terbiasa menganggap diri kita baik dan benar. Kebiasaan membenarkan diri sudah mendarah daging dari zaman Adam dan Hawa. Ketika Adam diminta pertanggung-jawaban karena telah memakan buah dari pohon terlarang, ia menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.� (Kejadian 3:12) Hanya dalam satu kalimat yang diutarakan Adam, ia sudah menyalahkan dua pihak, yakni Hawa dan Tuhan yang sudah menempatkan Hawa di sisinya. Menyalahkan orang lain merupakan rangkaian yang pasti terjadi bila kita terbiasa membenarkan diri kita. Nah, jadi bagaimanakah caranya supaya kita dapat memangkas kebiasaan membenarkan diri kita?

www.majalahpearl.com


1. Tidak lagi memberi ruang untuk alasan. Alasan (excuse) akan selalu menjadi hambatan untuk bertumbuh. Tentu tidak semua alasan itu dibuat-buat. Seringkali alasan memang benar-benar penyebab kenapa kita melakukan sesuatu. Namun di berbagai situasi, memberi alasan hanya menjadi pelarian kita dari tanggung jawab yang harus kita pikul. Misalnya, ketika kita datang terlambat datang kerja ke kantor karena jalanan macet. Alasannya benar memang ada kemacetan, namun kita juga terlambat karena kita baru bangun tidur di jam yang sangat mepet dengan jam kerja, sehingga kita tidak Belajar bertanggungjawab memperhitungkan waktu lebih atas setiap perbuatan maupun panjang di jalan.. Late is late. perkataan kita Bila kita disiplin dengan diri kita sedemikian rupa dan tidak memberikan celah untuk alasan, kita Kedewasaan seseorang diukur dari memberikan kesempatan seberapa besar penerimaan mereka atas diri kita untuk bertumbuh tanggung jawab. Bila kita salah, kita berani menjadi lebih baik lagi. untuk mengatakan bahwa kita salah dan bersiap memikul konsekuensinya. Menyalahkan orang lain (blaming) adalah bentuk melempar tanggung jawab kepada orang lain. Tidak pernah ada masalah yang terselesaikan dengan baik dengan menyalahkan orang lain. Blaming menyedot perhatian, pikiran, dan energi kita pada fokus yang salah. Tidak akan membuat keadaan lebih baik, malah memperkeruh suasana.

2.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

3. Menempatkan diri kita di posisi orang lain.

4.

Manusia pada dasarnya self-centered. Kita secara natural melihat dari sudut pandang kita saja. Karenanya, kita Selalu berpikir panjang apa dengan mudah menganggap diri kita yang akan Tuhan lakukan di benar dan orang lain yang salah. Namun posisi kita. siklus ini dapat kita patahkan dengan mencoba berpikir dan menempatkan diri kita di posisi orang lain. Bila kita mencoba memahami perasaan orang Konflik senantiasa menjadi lain, benar atau salah menjadi tidak semakin panas bila kita tidak penting bagi kita. Kita dapat berhenti sejenak untuk berpikir mengalah meskipun memang kita dengan kepala dingin. Berpikirlah yang benar. Apalah gunanya masak-masak apa yang akan menjadi benar bila kita merusak Tuhan lakukan bila ia berada di sebuah hubungan? Di mata posisi kita. Hati kita yang panas dan Tuhan, jiwa orang lain lebih pikiran kita yang sedang menggila berharga dibandingkan satu dapat mereda seketika karena kita penunjukkan diri bahwa kita tahu betul apa yang akan Yesus benar. lakukan. Saya pun seringkali diingatkan dengan teladan Yesus ini. Ketika saya ingin membantah tuduhan yang tidak benar kepada saya, saya teringat Yesus yang terdiam ketika menghadapi tuduhan tidak benar, bahkan sampai ke titik Dia harus menanggung hukuman untuk sesuatu yang tidak Dia lakukan! Di situ saya belajar untuk merendahkan hati dan belajar melakukan apa yang Yesus lakukan. Ada waktunya untuk berbicara, ada waktunya untuk menahan diri dan berdiam. Bila kita mengambil waktu untuk berpikir panjang dan berdoa, maka Tuhan pasti akan menyingkapkan hikmat yang berlaku di setiap situasi kita.

www.majalahpearl.com


Kebenaran merupakan satu pribadi yang bernama Yesus yang hidup di dalam diri kita. Dia tetap, konsisten, dan sama selama-lamanya (Ibrani 8:13). Kebenaran tidak memerlukan pembelaan dan pasti memerdekakan. Jadilah cahaya kebenaran yang menuntun orang keluar dari kegelapan, bukan cahaya yang menyilaukan yang membuat orang menjauh dari kita. Be the one who represents the truth, not defending ourselves for what is not the truth.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

Written by Yunie Sutanto

https://www.pexels.com/photo/person-woman-relaxation-girl-10978/

Designed by Melissa Halim

www.majalahpearl.com


S

uatu ketika saya mengikuti pendalaman Alkitab dengan beberapa orang. Setelah dibagi kelompok dandiberi bacaan Alkitab untuk dibahas, kami diminta menulis hal-hal apa yang bisa kami ketahui tentang Allah berdasarkan ayat-ayat tersebut. Seseorang berkata, “Allah adalah kasih.” Saya mencari-cari dalam bacaan tersebut dan akhirnya bertanya, “Tapi di mana dalam ayat ini ada dibilang bahwa Allah adalah kasih?” “Ya Allah memerintahkan kita untuk mengasihi, jadi Allah adalah kasih,” katanya lagi, kelihatan agak sebal dengan pertanyaan saya. Tidak lama kemudian ada komentar lagi, “Allah itu Maha Besar.” Sekali lagi saya mencari-cari, dan akhirnya bertanya, “Di mana (dalam bacaan tersebut) ada dikatakan Allah itu Maha Besar?”

Setelah beberapa kali kejadian seperti itu, saya sadar bahwa orang-orang yang berkomentar tersebut tidak benar-benar membaca ayat yang diberikan. Mereka hanya membeo apa yang pernah (dan sering) mereka dengar tentang Allah. Ketika mendengar kata “kasih”, otomatis mereka berpikir, “Allah adalah kasih,” tanpa berpikir apakah pemahaman mereka itu cocok dengan ayat yang sedang mereka baca. Teks firman Tuhan tidak berbicara kepada mereka; merekalah yang berbicara dengan mencuplik ayat-ayat firman Tuhan. Dalam artikel ini saya ingin mengajak pembaca melihat beberapa ayat yang terkenal, dan mempertimbangkan apakah selama ini pemahaman kita benar. Saya ingin menunjukkan bahwa hanya dengan bergeser satu-dua ayat saja untuk melihat konteksnya, ayat-ayat yang selama ini kita pikir kita tahu artinya bisa jadi ternyata tidak seperti yang kita bayangkan.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

1 Korintus 2:9 Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Entah berapa kali saya mendengar ayat ini dikutip dan diberi makna “Apa yang kamu harapkan, bahkan lebih dari mimpi-mimpimu, pasti akan dipenuhi oleh Tuhan.” Tapi benarkah demikian? Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati manusia? Tentu saja bukan mobil baru, karier yang mapan, keluarga yang harmonis, dan hal-hal semacam itu, karena nyatanya itu semua muncul dalam pikiran kita. Kalau sampai hal itu tidak pernah dilihat, belum pernah didengar, dan tidak terpikirkan oleh manusia, berarti ini hal yang asing bagi kita—dalam arti yang positif. Hal apakah itu? 1 Korintus 2:9 adalah lanjutan dari pasal pertama surat 1 Korintus yang membahas panjang dan lebar tentang

www.majalahpearl.com

bagaimana apa yang dianggap “hikmat” oleh manusia sesungguhnya adalah kebodohan bagi Allah, dan sebaliknya, apa yang dianggap bodoh oleh manusia adalah hikmat Allah. Tapi apa yang sedang dibicarakan di sini? Paulus berkata, “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” —1 Korintus 1:22-24 Yang dibicarakan adalah Kristus yang disalibkan. Ketika mendengar kata “Mesias”, yang muncul dalam


pikiran orang Yahudi adalah seseorang yang gagah perkasa dan menjadi raja; tapi yang muncul justru seorang dari keluarga sederhana yang mengklaim bahwa diri-Nya sama dengan Allah tetapi mau menerima orang berdosa. Bagi orang Yunani, orang yang terhormat adalah pahlawan perang, seorang bangsawan dan penakluk; tetapi yang diberitakan para rasul justru Anak Allah yang mati dalam keadaan memalukan di atas kayu salib. Paulus menanggapi cemoohan kedua belah pihak (Yahudi dan Yunani) ini dengan kepala tegak: ...Yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. —1 Korintus 2:6-8 Sudah berkali-kali saya melihat dan mendengar orang yang beragama lain mencemooh Yesus dengan kata-kata seperti, “Katanya Tuhan; Tuhan kok mati,” “Manusia kok diakui sebagai Tuhan,” “Matinya seperti penjahat begitu kok disembah,” dan

seterusnya—ini semua sama sekali bukan hal yang baru. Ini semua “tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati manusia.” Tidak ada yang menyangka bahwa Mesias akan menyelamatkan manusia, bukan dengan tenaga-Nya, tetapi dengan kematian-Nya. Tidak ada yang pernah mendengar seorang dewa yang memberikan nyawa-Nya bagi umat-Nya. Tidak pernah muncul dalam pikiran kita bahwa Allah, yang kita lawan dengan segenap kemampuan kita, ternyata mengasihi kita sedemikian sehingga Dia menyelamatkan kita ketika kita masih berdosa! Ke manapun kita mencari di seluruh dunia, tidak akan kita temui allah lain seperti Allah kita yang berkata kepada umat-Nya: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yeremia 31:3) Bila yang muncul dalam pikiran kita ketika mendengar ayat ini hanya hal-hal yang sifatnya material dan berpusat pada diri kita sendiri, kita sungguh telah kehilangan makna yang berharga dari ayat ini.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

Ulangan 28:13 “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia.” Ayat ini sering sekali dikutip dalam doa berkat, dan memang ini adalah ucapan berkat bagi bangsa Israel. Tapi ada dua hal menarik dalam ayat ini. Yang pertama berkaitan dengan syaratnya, dan yang kedua berkaitan dengan konteksnya. SYARAT. Ucapan berkat ini adalah penutup dari Ulangan 28:1-14 yang berisi berkat bagi orang Israel, dan syaratnya disebutkan berkali-kali: “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya. . . Apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia...” Ini jelas sekali. Orang yang tidak taat pada firman Tuhan, seberapapun seringnya dia ke gereja, seberapapun rajinnya dia pelayanan, tidak akan mendapat berkat ini.

www.majalahpearl.com

KONTEKS. Persis setelah ucapan berkat ini, ada ucapan kutuk. Firman Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan tidak menyediakan area abu-abu bagi manusia. Kita di pihak-Nya, atau kita melawan Dia—hanya itu pilihannya. Yakobus berkata, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang” (Yakobus 1:17), yang berarti di luar Tuhan tidak ada berkat—yang ada adalah kutuk. “Kutuk” berarti Tuhan secara aktif melawan kita. Saya rasa tidak ada bencana yang lebih besar daripada dimusuhi oleh Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.


https://unsplash.com/photos/hnEtVqVlVZU

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan; untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Pembaca bisa melihat dalam Alkitab, bahwa judul perikop dari Yeremia 29 adalah “Surat kiriman kepada orang-orang buangan di Babel.” Nabi Yeremia adalah nabi yang diutus Allah untuk menubuatkan penghukuman. Pada masa pemerintahan raja Yoyakhin, kerajaan Babel di bawah raja Nebukadnezar menyerang Yehuda dan mengalahkannya. Nebukadnezar merampok Yerusalem habis-habisan, dan terjadi pertumpahan darah di mana-mana. Tiga kali tentara Nebukadnezar datang hanya untuk merampok dan mengangkut orang Israel ke Babel sebagai orang buangan. Bangsa Yehuda melihat gerombolan bangsa asing bersenjata dalam jumlah besar, mengobrak-abrik kota mereka, membantai anggota keluarga mereka di depan mata mereka, mengikat mereka dengan rantai, menyiksa mereka, membongkar Bait Suci. Yang

www.majalahpearl.com

tersisa dari penyerangan bangsa itu adalah bangunan yang rusak di mana-mana, mayat bergelimpangan sepanjang jalan, orang-orang tua dan wanita menangis dengan penuh kepedihan, api dan asap membumbung dari bangunan yang terbakar. Sungguh kacau!Para pemuda keturunan bangsawan yang berpendidikan diculik dari Yerusalem.Mereka masih muda—anak belasan tahun dan pemuda dua puluhan tahun, orang tua dan saudara-saudara mereka dibunuh dan dianiaya di depan mata mereka, rumah mereka dirusak di hadapan mereka. Tangan mereka dirantai, dan mereka dibawa pergi oleh orang-orang yang mengerikan, yang bahasanya tidak mereka pahami. Seakan-akan mereka telah dibuang oleh Tuhan. Dalam pasal-pasal sebelumnya, nabi Yeremia berbicara tentang bagaimana tahun demi tahun Tuhan mengutus nabi-nabinya untuk memperingatkan


orang Yehuda agar mereka berbalik kepada Tuhan, tetapi mereka berkeras hati dan tetap melakukan penyembahan berhala dan berbagai kejahatan. Setelah kira-kira lima ratus tahun diberi waktu untuk bertobat, Tuhan berkata, “Oke, cukup!” dan menghajar mereka dengan perantaraan bangsa Asyur dan Babel. Ternyata kekejaman raja Babel dan pembuangan ke Babel adalah rencana Tuhan. Tuhan berkata bahwa Dialah yang mengirim Nebukadnezar ke Yerusalem untuk menghancurkan seluruh Yehuda. Tetapi apakah Tuhan meninggalkan mereka selama-lamanya? Persis di atas ayat 11, kita membaca ayat 10 yang berkata: “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu

dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.” Setelah 70 tahun, mereka akan kembali ke tanah perjanjian. Tuhan akan memulihkan mereka. Inilah “hari depan yang penuh harapan” yang dibicarakan dalam ayat 11. Sebelum waktu itu datang, “Kamu harus dihajar lebih dulu karena ketegaran hatimu,” demikian kira-kira kata Tuhan kepada Israel. Apakah ini membuat pembaca punya pengertian yang baru tentang Yeremia 29:11? Gagasan kunci dalam konteks ayat ini adalah dosa, hukuman, dan pemulihan. Janji ini tidak hanya meliputi hidup yang nyaman dan menyenangkan, apalagi kecukupan secara finansial, tapi yang lebih penting dari itu: pemulihan setelah pertobatan.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

Roma 8:28 “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sebagai contoh terakhir, saya mengambil ayat yang mungkin ranking dua paling terkenal se-Alkitab setelah Yohanes 3:16. Apa yang muncul dalam pikiran pembaca ketika membaca ayat di atas? Apa yang pembaca pikirkan ketika mendengar frasa “mendatangkan kebaikan”? Bahwa bisnismu akan lancar dan berkembang? Bahwa masalahmu akan segera tuntas? Bahwa penyakitmu akan sembuh secara ajaib? Bahwa pasangan hidupmu akan segera datang? Kita bisa menyebut 1001 variasi, tapi intinya, banyak orang yang berpikir bahwa “mendatangkan kebaikan” itu ekuivalen dengan “mendatangkan keuntungan” atau “memberikan

www.majalahpearl.com

kenyamanan”. Tapi masalahnya, itu 1800 berkebalikan dengan apa yang sedang dibicarakan Paulus! Berkat fisik sama sekali bukan tema dalam kitab Roma—atau bahkan seluruh surat Paulus.Tema besar surat Romaadalah tentang bagaimana kita dibenarkan oleh Tuhan di dalam Yesus Kristus; dan pasal 8 secara khusus berbicara tentang bagaimana Roh Kudus menjadi jaminan dan penolong bagi kita. Siapapun yang membaca surat-surat Paulus akan tahu bahwa Paulus hampir-hampir tidak peduli pada kenyamanan hidup jasmani, bagi dirinya sendiri, maupun bagi jemaat. Jadi apapun “kebaikan” itu, yang jelas bukan kenyamanan hidup atau 100% kelepasan dari masalah.Untuk memahami apa itu “kebaikan”, kita cukup meneruskan membaca ayat 29.


“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Lantas apa “mendatangkan kebaikan” yang dimaksud? “Membuat kita menjadi serupa dengan Kristus.”And behold, it fits perfectly: “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk membuat mereka yang mengasihi Dia—yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah—menjadi serupa dengan Kristus.”

Bagaimana bila lewat penderitaan? Bisa. Bagaimana bila lewat penyakit? Bisa. Bagaimana bila lewat tantangan hidup? Bisa. Bagaimana bila lewat berkat? Bisa! Semua itu hanya cara, bukan tujuan. Tujuannya adalah menjadi serupa dengan Kristus, dan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu—baik masalah, kesulitan, kesenangan, dan sebagainya—untuk membawa kita pada tujuan itu. Seperti yang dikatakan A. W. Tozer: “When I understand that everything happening to me is to make me more Christlike, it resolves a great deal of anxiety.”

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

What to do Next Dengan dua contoh di atas, saya menunjukkan kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang ketika mengutip ayat firman Tuhan: mencabut ayat tersebut dari konteksnya. Ketika kita mengutip ayat firman Tuhan, kita tidak boleh mengabaikan dua hal penting: Apakah pengertian saya tentang ayat ini cocok dengan konteksnya dalam pasal dan kitab tersebut? Apakah pengertian saya tentang ayat ini cocok dengan konteks Alkitab secara keseluruhan? Ada banyak ayat yang bisa kita kutip tanpa kuatir keliru tentang konteks, karena ayatnya sendiri sudah sangat jelas maksudnya, seperti Amsal 3:5, Mazmur 23, Matius 11:28, dsb. Tapi ada ayat-ayat seperti Yeremia 29:11 dan Roma 8:28 yang bisa ditafsir secara ambigu, dan sayangnya sering disalahmengerti oleh orang Kristen. Ini yang harus kita hindari, supaya kita juga jangan sampai kecewa pada Tuhan, padahal kita yang keliru. Jangan berpikir bahwa kita sudah cukup mengenal firman Tuhan; kita harus terus dan terus belajar. Mari kita mencontoh orang-orang percaya di kota Berea. Akitab memuat catatan yang positif tentang reaksi mereka terhadap firman Tuhan: “..mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati, dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian.� —Kisah Para Rasul 17:11

www.majalahpearl.com


https://static.pexels.com/photos/26371/pexels-photo.jpg

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


Learn

ACLOSERWALK

from

THEM Im

ag

e

by

A

ar

on

Bu

rd

en

at

w

w

w

.u

ns

www.majalahpearl.com

pl

as

h.

co

m


| WRITTEN BY TABITA DAVINIA UTOMO | DESIGNED BY FEBE SOEHARDJO

K

ita tahu bahwa ada banyak tokoh Alkitab yang hidup sesuai kehendak Tuhan. Meski demikian, mereka juga pernah berbuat kesalahan—karena mereka adalah manusia yang tetap bisa jatuh dalam dosa. Tapi, mereka adalah orang-orang yang mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Nah, artikel ini akan membahas beberapa tokoh Alkitab yang tetap memperjuangkan kebenaran iman mereka, meskipun ada banyak pergumulan yang harus mereka hadapi.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

1

Abraham

2

Yusuf

(KEJADIAN 15, 17:5, 18:1—15, 21:1—7)

(KEJADIAN 37, 39—50)

Sebagai bapa orang beriman, Abraham adalah orang pertama yang tercatat dalam Alkitab sebagai sahabat Allah (Yakobus 2:23). Hal ini disebabkan karena ia mau percaya sepenuhnya kepada janji-janji Allah, walaupun saat itu rasanya tidak mungkin janjijanji-Nya tergenapi. Apalagi, sebelum berjumpa dengan Allah, Abraham adalah penyembah dewa-dewa— rasanya mustahil baginya untuk mempercayai sesuatu yang belum terjadi dari Pribadi yang belum pernah dia kenal sebelumnya.

Di usianya yang masih belia (sekitar 30 tahun), Yusuf telah dipercaya sebagai Perdana Menteri di Mesir oleh Firaun. Kita tahu bahwa semasa remaja, Yusuf sangat dibenci saudarasaudaranya karena ayahnya—Yakub— lebih mengasihinya. Bukan hanya itu, Yusuf juga pernah bermimpi bahwa dirinya disembah orang tua dan saudara-saudaranya (Kejadian 37:7, 9), sehingga kebencian mereka pun semakin menjadi-jadi. Puncaknya adalah saat mereka membuang Yusuf ke sumur, lalu menjualnya kepada orang Arab sebagai budak. Belum lagi ketika dirinya difitnah istri Potifar, tuannya (Kejadian 39:1214), sehingga akhirnya dia dimasukkan ke penjara.

Mungkin bagi orang lain, Abraham adalah orang yang aneh. Bagaimana mungkin mempercayai sesuatu yang mustahil terjadi? But Abraham kept his faith, and God gave a miracle for him. Kelahiran Ishak dan lahirnya bangsa Israel adalah perwujudan janji Allah bagi Abraham, walaupun dia tidak menikmati secara langsung semua janji yang Allah berikan.

www.majalahpearl.com

Apakah penganiayaan yang dialami Yusuf itu membuatnya berkecil hati dan merasa bahwa Tuhan tidak adil? Tidak! Yusuf tidak menyalahkan siapapun, terutama Tuhan. Dia


”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20) percaya bahwa Tuhan akan menolong tepat pada waktu-Nya. Dan imannya membuahkan hasil. Yusuf diangkat menjadi perdana menteri setelah menafsirkan mimpi Firaun (Kejadian 41), sehingga dia memiliki kekuasaan besar di tanah Mesir. Ketika saudarasaudaranya datang ke Mesir untuk membeli gandum, Yusuf punya kekuasaan untuk membunuh mereka, membalaskan dendamnya. Tapi apakah dia melakukannya? No, he didn’t. Sebaliknya, dia mengampuni dan memelihara kehidupan mereka serta keluarga besar mereka. Yusuf sadar dan berkata, ”MEMANG KAMU TELAH MEREKAREKAKAN YANG JAHAT TERHADAP AKU, TETAPI

ALLAH

TELAH MEREKA-

REKAKANNYA UNTUK KEBAIKAN,

DENGAN MAKSUD MELAKUKAN SEPERTI YANG TERJADI SEKARANG INI, YAKNI MEMELIHARA HIDUP SUATU BANGSA YANG BESAR”

(KEJADIAN 50:20). Tuhan memakai peristiwa masa lalu Yusuf dan para saudaranya untuk memelihara umat-Nya (bangsa Israel) sebelum bangsa besar itu kembali ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.

Reen e by Imag

k at ablac

.pix www

.com abay

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

3

Elia

(1 RAJA-RAJA 17—19, 21—2 RAJA-RAJA 2:2) “CUKUPLAH

ITU!

4

Yosia

(2 RAJA-RAJA 22—23:1—30)

SEKARANG, YA TUHAN, Jauh sebelum kelahiran Yosia, seorang AMBILLAH NYAWAKU, SEBAB AKU INI TIDAK abdi Allah telah menubuatkan tentang LEBIH BAIK DARI PADA NENEK MOYANGKU.”. dirinya yang akan menghapuskan Satu kalimat yang penuh keputusasaan penyembahan berhala di Betel kepada itu terucap dari seorang nabi besar Yerobeam, raja Israel (1 Raja-raja Israel yang bernama Elia. Waktu 13:2). Dan terjadilah demikian. itu, Ratu Izebel berniat untuk Setelah imam besar Hilkia menemukan membunuhnya karena peristiwa di kitab Taurat di rumah Tuhan, Yosia gunung Karmel (1 Raja-raja 18: sadar bahwa Tuhan sangat murka 20-46). Beban hidupnya sebagai nabi atas perilaku yang menyeleweng dari membuatnya lelah dan merasa dirinya perintah-Nya yang dilakukan nenek berjuang seorang diri. Kesannya Elia moyang bangsa itu. Beberapa waktu menyombongkan diri, ya? Tapi tak kemudian, Yosia melakukan perubahan lama kemudian, Allah mendatanginya besar dalam kerajaan Yehuda, dan berkata bahwa Dia akan terutama dalam hal kekudusan umat meninggalkan 7000 orang di Israel Tuhan. Sebelum Yosia, tidak ada rajayang tidak sujud menyembah Baal raja yang berani mengambil tindakan dan yang mulutnya tidak mencium setegas dia untuk menghapuskan dia (1 Raja-raja 19:18). Tuhan penyembahan berhala maupun ilmumelakukan hal itu agar Elia ilmu gelap lainnya. Dia memimpin sadar bahwa dia tidak sendirian bangsanya untuk menajiskan berhala memperjuangkan imannya. Satu hal dan menghapus ilmu tenung dari yang patut diacungi jempol dari Elia Yehuda. Yosia juga mengajak adalah keteguhan imannya kepada rakyatnya untuk merayakan Paskah Tuhan di tengah-tengah bangsa yang setelah sekian lamanya hari besar justru menyembah allah-allah lain. itu tidak dirayakan. Sayangnya, Yosia wafat saat bertempur dengan Firaun di Megido.

www.majalahpearl.com


5

Ester

(ESTER 2—9)

Meskipun bangsa pilihan-Nya ada dalam penganiayaan, tapi Dia tetap bertindak tepat pada waktu-Nya. Dia bukan Allah yang ingkar janji, sekalipun bangsa itu meninggalkan-Nya.

Tidak lama setelah Ester menjadi ratu Persia, bangsa Yahudi berada dalam ketakutan luar biasa. Haman, perdana menteri kerajaan itu, ingin membunuh seluruh bangsa Yahudi karena dia beranggapan bahwa bangsa yang melawan kerajaan itu harus ditumpas. Mordekhai, saudara sepupu Ester, meminta Ester untuk menghadap raja agar rencana pembunuhan itu dihentikan. Masalahnya, raja baru akan memanggilnya kalau diperlukan. Seandainya Ester menghadap raja tanpa pemberitahuan, dia bisa dihukum mati. Itulah peraturan yang berlaku saat itu. Meski demikian, Ester mau menanggung resiko itu demi bangsanya. Akhirnya, Ester menghadap raja dan rencana pembunuhan itu berhasil digagalkan. Perlu kita tahu, dalam kitab Ester tidak ditemukan satu pun kata “Tuhan” maupun “Allah”. Tapi dalam kitab itu kita bisa melihat bahwa Allah tetap menyertai bangsa pilihannya lewat tindakan-tindakan orang-orang di dalamnya. Meskipun bangsa pilihan-Nya ada dalam penganiayaan, tapi Dia tetap bertindak tepat pada waktu-Nya. Dia bukan Allah yang ingkar janji, sekalipun bangsa itu meninggalkan-Nya.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

6

Yesus sadar bahwa Dia punya misi untuk memenuhi kehendak BapaNya, yaitu untuk menyelamatkan dunia dari hukuman kekal.

Yesus Kristus Yes, He is the only best and perfect example of life! Tentu kita ingat ketika Dia marah di Bait Allah karena tempat itu digunakan sebagai tempat berjualan (dengan cara kotor; Matius 21:12). Salahkah Yesus marah? Tidak. Yesus ingin menyadarkan orang-orang saat itu bahwa Bait Allah adalah tempat yang kudus dan tidak bisa digunakan seenaknya. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Para penjual dan pembeli di sana justru bertransaksi dengan cara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tentu juga ingat peristiwa menjelang penyaliban-Nya. Ketika Dia berdoa di taman Getsemani, Dia sempat berkata, “YA BAPA-KU, JIKALAU ENGKAU MAU, AMBILLAH CAWAN INI DARI PADA-KU...” (LUKAS 22:42A). Hal ini membuktikan bahwa Yesus, selain 100% Allah, juga 100% manusia. Dia tentu punya keinginan untuk lari dari peristiwa menyakitkan itu, dan Dia punya kuasa untuk melakukannya. Tapi Dia tidak berhenti di situ, Dia melanjutkan kalimat-Nya, “TETAPI BUKANLAH KEHENDAK-KU, MELAINKAN KEHENDAK-MULAH YANG TERJADI” (LUKAS 22:42B) Yesus sadar bahwa Dia punya misi untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya, yaitu untuk menyelamatkan dunia dari hukuman kekal. Dia tetap setia memenuhi panggilan-Nya sebagai Juruselamat dunia, sekalipun di akhir hidup-Nya Dia harus mengalami penganiayaan yang luar

www.majalahpearl.com


biasa—tapi tiga hari setelah kematianNya, Dia bangkit! Tidak heran kalau Paulus menulis “... IA TELAH MERENDAHKAN DIRINYA DAN TAAT SAMPAI MATI, BAHKAN SAMPAI MATI DI KAYU SALIB. ITULAH SEBABNYA SANGAT MENINGGIKAN

ALLAH

DIA

DAN

MENGARUNIAKAN NAMA DI ATAS SEGALA NAMA...”

(FILIPI 2:8—9)

7

Paulus Seorang penganiaya jemaat Kristen yang kemudian bertobat dan memberitakan Nama yang dia aniaya, well... dialah Paulus. Kita tahu betapa keras usahanya untuk memberitakan Injil, walaupun ada banyak orang yang menentangnya dan tidak segan untuk membunuhnya. Bisa dibilang, Paulus termasuk orang pertama yang mendobrak tembok diskriminasi, di mana awalnya orang Yahudi beranggapan bahwa Yesus Kristus hanya untuk mereka. Paulus tahu bahwa Tuhan dan Juruselamat itu bukan hanya untuk mereka, tapi untuk semua orang—tanpa terkecuali!

Masalahnya, tidak semua orang mau menerima kabar sukacita itu. Tapi dia tetap gigih memperjuangkan Injil, sampai akhirnya dia dihukum mati karena keteguhan akan imannya (menurut tradisi, Paulus dihukum pancung di Roma). Sebagai orang terpelajar dan merupakan murid dari guru besar saat itu (yaitu Gamaliel), Paulus tentu punya banyak alasan untuk menyombongkan dirinya. Coba kita lihat. Dia memiliki records: disunat pada hari ke delapan, orang Ibrani dari suku Benyamin, orang Farisi, tidak bercacat cela dalam menjalankan hukum Taurat; Filipi 3:4—6). Tapi apakah selamanya dia bangga dengan statusnya itu? Tidak. Setelah bertobat, Paulus justru menganggap bahwa semuanya itu adalah sampah. Paulus sadar bahwa segala hal-hal lahiriah yang (bisa dibilang) pernah dia sombongkan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus, kuasa kebangkitan-Nya, dan persekutuan dalam penderitaan-Nya. Dan inilah yang Paulus perjuangkan sampai akhir hidupnya. Karena itulah, Paulus dengan yakin berkata, “KARENA BAGIKU HIDUP ADALAH KRISTUS DAN MATI ADALAH KEUNTUNGAN” (FILIPI 1:21) #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


ACLOSERWALK

8

Timotius yang bahkan hanya diperuntukkan bagi bangsa lain?” (ini hanya bayanganku saja sih, tapi mungkin faktanya demikian). Tapi Paulus menguatkan iman Timotius dengan suratnya, “JANGAN SEORANG PUN MENGANGGAP ENGKAU RENDAH KARENA ENGKAU MUDA .

JADILAH TELADAN BAGI ORANG-ORANG PERCAYA, DALAM PERKATAANMU, DALAM TINGKAH LAKUMU , DALAM KASIHMU , DALAM

KESETIAANMU DAN DALAM KESUCIANMU”

(1 TIMOTIUS 4:12). Ya, sekalipun masih muda, Timotius pun bisa menjadi teladan dalam banyak hal bagi jemaat yang dia layani. Tidak heran kalau Paulus mengajaknya untuk ikut melayani di berbagai tempat saat Timotius masih muda.

Memperjuangkan kebenaran dalam situasi yang sulit bukanlah hal yang mudah. It’s a fact, everyone feels that. Tapi itu bukan alasan bagi kita untuk menyerah dalam memperjuangkan iman kita kepada Kristus. Tentu kita ingin agar di akhir hidup kita, Dia menyambut dengan penuh sukacita dan berkata, “HAI HAMBA-KU YANG BAIK DAN SETIA, ENGKAU TELAH SETIA DALAM PERKARA KECIL, MAKA AKU AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU PERKARA BESAR. MASUKLAH DAN TURUTLAH KE DALAM KEBAHAGIAAN TUANMU”, kan? :) So keep on fighting for the faith, Ladies!

www.majalahpearl.com

Image was taken from all-free-download.com

Tokoh yang terakhir adalah Timotius, seorang anak rohani Paulus yang dipercaya untuk menggembalakan jemaat dalam usia yang cukup muda. Tentu Timotius pernah merasa takut dan cemas. “Bagaimana kalau jemaat tidak mau mendengarkan apa yang aku sampaikan? Aku bukan Pak Paulus, yang bisa berbicara dengan tegas dan menegur orang tanpa pandang bulu. I’m too young to do that,” mungkin pikiran seperti ini sempat terlintas di benaknya. Di samping itu, Timotius bukan orang Yahudi tulen. Ayahnya adalah seorang Yunani, sehingga sebelum dia memulai pelayanannya, Paulus memintanya untuk disunat dulu—sesuai hukum Taurat saat itu. Mungkin saja dalam pelayanannya ada yang menyindirnya, “Bisa apa anak itu? Punya hak apa dia untuk memberitakan Seseorang


“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4:12)

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


https://unsplash.com/search/friends?photo=omeaHbEFlN4

SINGLE

friends with{out} benefits

www.majalahpearl.com


TEXT WELLNEY YARRA DESIGN VERI EDEN

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


SINGLE

H

ello, Ladies! Judul artikel ini sebenarnya pelesetan dari istilah friends with benefits. Friends with benefits adalah istilah gaul ala Hollywood yang biasa dipakai untuk menjelaskan hubungan “pertemanan� lawan jenis yang dianggap menguntungkan. Menguntungkan disini artinya kedua belah pihak saling memenuhi kebutuhan seksual mereka dengan tetap mempertahankan status sebagai teman. Ironisnya, walaupun “friends with benefits� lebih sering dipakai untuk menjelaskan mengenai benefits secara seksual, istilah ini bisa diberlakukan untuk konteks lain. Mencari keuntungan bisa terjadi pada hampir semua persahabatan, bahkan persahabatan antar anak-anak Tuhan. Dalam persahabatan, keuntungan yang dicari bisa berbeda-beda, mulai dari numpang pamor karena punya teman beken, numpang pake duit/makan/dianterin melulu karena punya teman tajir, numpang nyontek karena punya teman pintar, dan numpangnumpang lainnya. Pola persahabatan ini sudah dianggap biasa saking seringnya orang-orang bersahabat dengan maksud dan tujuan tertentu. Namun, apakah ini pola persahabatan yang Tuhan ingin kita pelihara? Apa sih sebenarnya yang membedakan persahabatan duniawi dan persahabatan yang Tuhan ajarkan? Mari kita pelajari tiga poin berikut:

www.majalahpearl.com


Secara manusia, kita punya kecenderungan untuk melakukan sesuatu hanya bila hal tersebut menguntungkan bagi kita: kita mengasihi bila kita dikasihi, kita memberi bila kita diberi, atau kita melakukan sesuatu dengan mengharapkan balasannya. Bila kita telah “menginvestasikan” sesuatu dalam sebuah pertemanan -baik uang, waktu, maupun usahadan tidak mendapatkan apa yang kita harapkan, kita pun kecewa dan tidak mau lagi mengasihi. Namun, Tuhan Yesus mengasihi dengan cara yang berbeda. Dalam Yohanes 15:12-14, Tuhan Yesus berkata demikian: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kau berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Kasih Tuhan tidak menuntut dan mengharapkan balasan. Kasih yang Tuhan Yesus ajarkan adalah kasih yang memberi dengan tulus tanpa mengharapkan apapun. Kasih yang mengasihi sampai di titik dimana kita rela memberikan nyawa kita. Yang lebih luar biasa lagi, Tuhan Yesus tidak hanya sekedar mengajar kita bagaimana cara untuk menjadi sahabat yang baik -namun terlebih dari ituDia adalah Sahabat yang baik itu sendiri. Sebagai lanjutan dari apa yang Ia katakan tadi, di ayat ke-15 Ia pun berkata bahwa Ia tidak lagi menyebut kita “hamba”, namun “sahabat”. Dan Tuhan Yesus memenuhi apa yang Dia katakan tentang kasih yang penuh pengorbanan dengan mati bagi kita di atas kayu salib. Dia mempraktekkan kasih yang Dia ajarkan dan menjadi teladan untuk kita secara langsung. Hal ini juga diulangi di 1 Yohanes 3:16: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”

https://thinkpoint.wordpress.com/2015/04/03/the-ignominy-and-glory-of-the-cross/

01

PERSAHABATAN YANG TIDAK MENUNTUT, NAMUN BERKORBAN.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


SINGLE Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa

Kasih Kristus adalah kasih yang penuh pengorbanan dan kasih yang memberi tanpa mengharapkan balasan. Untuk itu, kita mengasihi orang lain karena Kristus terlebih dahulu mengasihi kita. Kita tidak dapat berkata bahwa kita mengasihi saudara kita bila kita tidak berkorban untuk mereka. Tetapi, bagaimana kalau orang yang berusaha kita kasihi benar-benar tidak dapat atau tidak pantas dikasihi? 1 Yohanes 3:16 tidak hanya mengajarkan kita bahwa kasih Kristus adalah kasih yang memberikan nyawa-Nya. Namun, ayat tersebut juga mengajarkan bahwa “kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”; karena Kristus telah terlebih dahulu melakukan itu bagi kita. Jadi, alasan kita mengasihi saudara kita tidak tergantung pada pantas tidaknya orang tersebut dikasihi. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19). Yang menjadi motivasi kita untuk mengasihi dengan kasih yang memberi bukanlah apa yang akan kita dapatkan sebagai gantinya, namun apa yang telah kitadapatkan dari Kristus terlebih dahulu.

02

www.majalahpearl.com

PERSAHABATAN YANG JUJUR NAMUN BISA MENYIMPAN RAHASIA.

Hah? Maksudnya gimana sih? Jadi persahabatannya harus terbuka atau tertutup? Sahabat yang baik adalah sahabat yang dapat berterus-terang kepada kita. Sahabat yang dapat menegur kita untuk kebaikan kita. Sahabat yang tidak hanya mengatakan kepada kita hal-hal yang ingin kita dengar, namun hal-hal yang perlu kita dengar. “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6). Jika kita mengasihi seseorang, kita ingin orang tersebut menjadi lebih baik dari hari ke hari.


htt p

://

gra tiso

gra phy .co

m/

#p

eop

le

Untuk menjadi lebih baik, seseorang harus tahu kelemahan & kesalahannya agar ia dapat memperbaikinya. Untuk itu, harus ada sahabat yang mau menegur dengan kasih. Tapi, kejujuran yang dimaksud tadi tidak berarti bahwa kita dapat mengatakan semua yang ingin kita katakan kepada siapapun. Kita perlu jujur terhadap teman kita dan menegur mereka bila mereka salah, tanpa harus menceritakannya kepada orang lain. Hal ini perlu dipahami, karena seringkali orang-orang Kristen berusaha jujur dan malah menjadi “terlalu jujur� sampai mengumbar hal-hal yang seharusnya menjadi

konsumsi pribadi atau rahasia di antara dua sahabat. Menceritakan kesalahan-kesalahan orang lain cenderung berubah menjadi perilaku bergosip. Terkadang, gosip-gosip ini bahkan dibumbui dengan kata-kata rohani, seperti “Jangan bilang siapa-siapa ya, tetapi si A tuh begini begini begini. Tolong didoain ya.� Memang ada kalanya kita butuh dukungan doa atau nasehat dari saudara seiman kita untuk bersama-sama membantu sahabat kita yang sedang jatuh. Namun, kita harus menguji motivasi kita dengan lebih sungguh. Terlalu sering menceritakan kelemahan orang lain sama saja

kejujuran yang dimaksud tidak berarti bahwa kita dapat mengatakan semua yang ingin kita katakan kepada siapapun. Kita perlu jujur terhadap teman kita dan menegur mereka bila mereka salah, tanpa harus menceritakannya kepada orang lain.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


SINGLE dengan menjelek-jelekkan seseorang, apalagi ketika hal itu diceritakan tanpa ijin. Ujung-ujungnya, orang itu tidak merasa dibantu, namun malah tersakiti. Amsal 17:9 berbunyi demikian: “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.” Sahabat yang baik tidak mengungkit-ungkit kesalahan-kesalahan yang lalu dan menyebarkan gosip. Sahabat yang baik mengasihi dan menegur kesalahan sahabatnya secara langsung, dan bukan kepada/melalui orang lain hingga menciptakan gosip.

03

www.majalahpearl.com

PERSAHABATAN YANG SALING MEMBANGUN SATU SAMA LAIN.

Dengan siapa kita bersahabat sangat menentukan pertumbuhan iman dan karakter kita. Paulus, di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, mengingatkan mereka: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). Persahabatan yang dibangun dalam Tuhan seharusnya membantu kita untuk tumbuh lebih dewasa dalam hal kerohanian dan karakter, bukannya menyeret kita turun. Sebagaimana “besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17). Jadi, bila persahabatan yang kita bina selama ini malah berdampak buruk bagi kita/sahabat kita dan merusak kebiasaan baik yang telah dibangun oleh kedua pihak, saatnya kita mengevaluasi kembali apakah kita sedang membangun persahabatan kristiani yang didasarkan pada kasih Tuhan.


Membina persahabatan, terutama persahabatan di dalam Tuhan, yang mengasihi dengan kasih agave yang rela berkorban, bukanlah sesuatu yang mudah. Tentu saja ketiga poin yang dibahas di atas hanyalah guidelines untuk membantu kita mengevaluasi dan membangun persahabatan dengan saudara kita dalam kasih Tuhan. Pada akhirnya, kita harus mempunyai hubungan intim dengan Sahabat segala sahabat, Sahabat setia yang tidak pernah mengecewakan kita, yaitu Tuhan Yesus. Dia yang tahu apa yang terbaik untuk kita dan membantu kita untuk tidak sekedar mendapatkan, namun lebih dari itu, untuk menjadi sahabat yang demikian: sahabat yang mengasihi dan memberi diri. Tanpa pertolongan Tuhan, kita tidak akan mampu mengasihi dan memberi diri kita sedemikian rupa, karena Dialah sumber kasih itu. Saat kita memberi diri untuk dikasihi dan mengasihi Dia dengan segenap hati, saat itulah kasih-Nya juga akan mengalir di dalam diri kita dan meluap pada sesama kita. Pada saat itulah kita dapat benar-benar menjadi sahabat yang berbeda dari sahabat duniawi: sahabat yang tidak mementingkan diri sendiri, sahabat yang mengasihi dengan kasih Kristus yang memberi diri dan rela berkorban.

http://www.freebibleimages.org/photos/jesus-nazareth/

kita harus mempunyai hubungan intim dengan Sahabat segala sahabat, Sahabat setia yang tidak pernah mengecewakan kita, yaitu Tuhan Yesus.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Jangan Ada

DUSTA di Antara Kita

OLEH ALPHAOMEGA PULCHERIMA RAMBANG DESAIN OLEH MICHELLE MIELRU

www.majalahpearl.com


Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 1 Korintus 13:6

Dalam novel berjudul The Wednesday Letters, pada surat pertama yang ia berikan untuk istrinya pada hari pernikahan, Jack Cooper menulis demikian:

....Aku akan membuat sebuah janji lagi ( percaya tidak percaya, aku belum pernah berjanji sebanyak ini dalam satu hari). Laurel, aku akan selalu mendampingimu. Tak peduli apa pun yang terjadi, kita akan selalu bersama. Tanpa rahasia. Tanpa kejutan. Dan aku akan selalu setia padamu dalam segala hal. Jack Cooper Itu hanya salah satu dari beberapa surat romantis yang ditulis oleh sang tokoh. Namun, apakah kehidupan pernikahan yang sebenarnya seindah novel tersebut? Benar-benar tanpa rahasia? Tanpa kejutan? Hmm... Sebagai seseorang yang baru menikah selama setahun, saya bisa berkata, saya pribadi beberapa kali merahasiakan sesuatu pada suami saya. Meskipun pada akhirnya saya berkata jujur, tapi itu membutuhkan perjuangan. Pernikahan seharusnya menjadi hubungan paling intim di antara semua hubungan manusia. Tentu saja, ini bukan hanya menyangkut hubungan jasmani, tetapi juga hubungan emosional. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Kejadian 2:25 Ayat ini menceritakan keadaan Adam dan Hawa yang telanjang namun tidak merasa malu. Oh, tentu saja, pikir kita, suami istri tentu tidak perlu merasa malu saat melihat pasangannya telanjang. Namun, bagaimana jika ayat ini sebenarnya tidak hanya berbicara tentang keadaan jasmani suami istri? Secara emosional, ini juga yang harus terjadi antara suami dan istri. Mereka tidak perlu malu saat segala pemikiran, emosi, maupun rahasia-rahasianya terbuka di hadapan pasangannya masing-masing. Terhadap pasangan, kita tidak perlu menyembunyikan apapun, dengan alasan apapun. Mengerikan sekali rasanya jika kita tidak dapat mengatakan apa saja kepada orang yang menjadi pasangan hidup kita. Ini sama sekali bukanlah keintiman. Beberapa alasan sering digunakan oleh suami dan istri untuk membenarkan ketidakterbukaannya pada pasangan, di antaranya:

www.majalahpearl.com


Satu, Saya merasa malu jika dia mengetahui rahasia saya. Rahasia yang dimaksud disini adalah kelemahan-kelemahan yang kita sembunyikan, khususnya perbuatan-perbuatan dosa yang kita lakukan. Rasa malu yang timbul saat terbuka kepada pasangan sebenarnya bersumber dari rasa insecure kita. Kita tidak percaya kalau pasangan mengasihi dan mau menerima kita tanpa syarat, sehingga kita berusaha terlihat sempurna di hadapannya. Padahal, firman Tuhan berkata: Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:16 Kita harus ingat, sebagai manusia kita tidak sempurna, demikian juga pasangan kita. Hal rahasia yang kita anggap memalukan jika diketahui

oleh pasangan sebenarnya berguna sebagai sarana koreksi diri dan juga mengajarkan kita kerendahan hati. Kita akan terus menerus diingatkan bahwa pernikahan adalah tempat dimana dua orang manusia diproses untuk menjadi semakin serupa Kristus. Kita ingin diterima dengan segala kekurangan kita, demikian pula pasangan kita. Kebenaran akan membebaskan kita. Saat kita mulai berkata jujur akan suatu hal, hal tersebut akan membebaskan pasangan untuk berkata jujur juga. Keintiman terjadi, pasangan dapat saling mendoakan, dan Allah pada akhirnya memakai hal tersebut sebagai sarana untuk menguduskan kita. Jika kita memilih terbuka dan bertobat, hal yang semula memalukan dapat menjadi sesuatu yang memuliakan Allah. Sebagai pasangan, kita harus menjadi orang yang paling dapat membantu pasangan kita mengatasi kekurangannya.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Dua, Saya tidak ingin menyakiti pasangan dengan kejujuran saya. Memang benar, terkadang kejujuran itu menyakitkan. Bukan hal yang mudah bagi seorang suami untuk berterus terang pada istrinya bahwa ia tidak mempercayai istrinya mengelola keuangan keluarga, karena ia tahu sang istri sangat boros. Ia takut jika kejujurannya akan membuat sang istri marah. Demikian pula, terkadang bukan hal yang mudah bagi seorang istri untuk mengungkapkan perasaan pada suami. Bisa jadi ia takut sang suami akan menganggapnya terlalu sensitif sehingga ia memilih diam. Begitu pula dengan hal-hal lain yang mungkin menyakiti pasangan. Hal-hal demikian terkadang membuat kita menjadi orang yang bersikap sangat hati-hati pada tempat dimana seharusnya kita merasa paling nyaman dan “telanjang; pernikahan�. Akibatnya, pernikahan justru menjadi tempat dimana kita menutupi diri kita yang sebenarnya. Padahal, Alkitab berkata: Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. 1 Yohanes 4:18a

www.majalahpearl.com


Photo by Ben White (https://unsplash.com/)

Saat pasangan mengatakan kebenaran, kita perlu menyadari bahwa beberapa hal memang harus dikoreksi, sehingga kita dapat membantu pasangan dengan mendukungnya untuk berubah. Namun, beberapa hal hanya perlu diterima walaupun tidak menyenangkan. Bagaimanapun, kejujuran dalam pernikahan akan membawa suami istri kepada tingkat keintiman yang berbeda, tergantung bagaimana suami istri meresponinya. Bagaimana sebaiknya kita meresponi kejujuran pasangan?

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Satu, Mendengarkan dengan sungguh. Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Yakobus 1:19 Putuskanlah untuk memperlihatkan kasih kita kepada pasangan dengan bersedia mendengarkan dia dengan sungguh dan tidak memotong pembicaraannya. Dengarkan dengan sabar dan jangan biarkan emosi mengambil alih sekalipun apa yang dia katakan tidak menyenangkan. Buatlah dia merasa aman dan nyaman mengatakan apa saja kepada kita. Bayangkan apa yang terjadi jika pasangan merasa lebih nyaman mengatakan segala hal kepada orang lain dibanding kepada pasangannya sendiri.

www.majalahpearl.com

Dua, Mau mengampuni. Seringkali kejujuran yang diungkapkan suami atau istri menyakiti pasangannya. Namun, jika ingin pernikahan berhasil, kita harus bersedia mengampuni. Mengampuni memang tidak mudah. Kita cenderung memilih untuk menghukum karena kita takut pengampunan tidak memberi efek jera dan justru dapat membuat pasangan kita mengulangi kesalahannya lagi. Namun, mengampuni sesungguhnya melepaskan kemarahan kita dan menyerahkannya kepada Allah. Pasangan suami istri, Stephen dan Alex Kendrick dalam bukunya The Love Dare berkata : Pernikahan yang hebat tidak diciptakan oleh orang yang tidak pernah saling menyakiti tetapi hanya oleh orang yang memilih untuk “tidak menyimpan kesalahan� (1 Korintus 3:5). Pilihlah untuk mengampuni kesalahan pasangan kita dan jangan menahan-nahannya. Pasangan kita harus tahu bahwa kita cukup mengasihi dia sehingga bersedia mengampuni dia.


Tiga, Sedia berubah. Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Amsal 27:5 Naluri kita yang pertama adalah membela diri jika merasa diserang atau tersinggung dengan teguran. Jika kita merasa yang menegur adalah orang yang kelakuannya tidak lebih benar dari kita, maka kita akan berkata, “KAYAK KAMU UDAH BENER AJA. KAMU KAN BLA…BLA…BLA…” (sembari menyebutkan daftar kesalahan dan dosa orang lain). Padahal, jika pasangan bersedia terbuka dan jujur menegur kita, harusnya kita bersyukur, karena itu berarti ia mengasihi kita dengan tidak sembunyi-sembunyi., Dia cukup mengasihi kita sehingga bersedia menanggung risiko berupa kemarahan kita. Bagi dia yang terpenting adalah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Terhadap seseorang yang seperti ini, apakah kita tidak bersedia berubah?

Mungkinkah menjalani pernikahan tanpa rahasia? Mungkin. Jika kita berkomitmen untuk saling terbuka dan bersedia meresponi keterbukaan pasangan dengan cara yang benar. Saat kita meresponi dengan cara yang benar, hal ini akan mendorong satu sama lain untuk lebih terbuka lagi. Mungkinkah menjalani pernikahan tanpa kejutan? Well, sepertinya tidak mungkin ^^ Setiap hari, kita akan dikejutkan dengan pengenalan yang lebih dalam akan pasangan saat kita memutuskan untuk saling jujur. Tidak selalu menyenangkan. Tidak selalu juga menyebalkan. Tapi, pasti akan membawa kita ke dalam tingkat keintiman yang berbeda. Yuk, mulai terbuka dan “telanjang” tanpa rasa malu di hadapan pasangan masing-masing ^^V

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

https://unsplash.com/photos/HLkSctBDRiw

SEX, PORN &

Marriage

Written by Yunie Sutanto | Designed by Melissa Halim

www.majalahpearl.com


BOLEHKAH SAYA MENONTON VIDEO PORNO BERSAMA PASANGAN SAYA? BOLEHKAH SAYA MEMBACA MAJALAH PORNO SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN KEHIDUPAN SEKSUAL DALAM PERNIKAHAN SAYA? BOLEHKAH SAYA BERMASTURBASI SAAT PASANGAN SAYA SEDANG TIDAK BISA BERHUBUNGAN? BOLEHKAH MELAKUKAN EKSPERIMEN SEKSUAL SEPERTI ORAL SEKS, ANAL SEKS, DAN SEBAGAINYA?

Jika harus menjawab satu per satu pertanyaan di atas, bisa jadi setiap pertanyaan membutuhkan satu artikel. Bukan boleh atau tidak boleh yang menjadi permasalahan disini, melainkan sebuah pertanyaan mendasar: mengapa sebaiknya kita tidak mengundang pornografi masuk ke dalam pernikahan?

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Pornografi adalah kumpulan persepsi manusia yang sudah jatuh dalam dosa tentang seks Amsal 10:20 berkata: Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya. Pikiran manusia yang sudah jatuh ini “sedikit nilainya�. Nyamankah jika kumpulan persepsi yang sedikit nilainya ini kita ambil dan terapkan dalam pernikahan kita, kita anggap sebagai manual atau bumbu bercinta dengan pasangan kita hanya dengan dalih cari variasi? Yang menjadi fokus pornografi adalah erotisme dan kenikmatan seksual. Para pecandu pornografi cenderung mengejar pemuasan seksual semata saat melakukan kegiatan seksual: Sex is an end on itself. Semakin hasrat itu dilayani, semakin pornografi akan menyodorkan cara-cara lainnya yang lebih ekstrim untuk memuaskan libido. Tidak ada batasan yang jelas untuk tindakan seksual dalam pornografi. Selama memuaskan hawa nafsu, boleh dicoba dan dilakoni! Solo sex alias masturbasi saat dorongan seksual muncul dan kita kebetulan sedang sendirian? Bagi penggemar pornografi, sah-sah saja; malah memang itulah solusinya saat sedang sendiri! Why? Karena memang tujuan pornografi adalah pemuasan kebutuhan seksual semata. www.majalahpearl.com

Tetapi apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan seks? Seks dalam pernikahan itu kudus. Tuhan menciptakan kenikmatan seksual untuk suatu tujuan illahi. Seks adalah karunia yang Tuhan berikan agar pasangan suami istri bisa saling menikmati dan melayani, salah satu sarana untuk melayani pasangan kita sebagai wujud kasih eros. TUHAN Allah berfirman: Kejadian 2:18 "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.� Firman Tuhan memberi petunjuk bahwa Tuhan menciptakan seks sebagai sarana relasi yang intim antara suami dengan istri. Tidak baik jika manusia itu sendiri saja. Adanya hasrat seksual adalah suatu cara kita menunjukkan bahwa kita membutuhkan pasangan kita untuk memuaskan hasrat tersebut. Kita perlu melatih penguasaan diri agar pasangan terpuaskan hasratnya, dan kita perlu melatih diri mengkomunikasikan hasrat kita kepada pasangan.


https://static.pexels.com/photos/139199/pexels-photo-139199.jpeg

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Bagaimana dengan pornografi? Pornografi memfasilitasi hasrat kita agar muncul dan membara tak terkendali! Mulai bosan dengan aksi ranjang dengan istri? Melakukan gaya yang sama terus‌. Bosen ah, coba gaya lainnya, atau coba sesuatu yang tidak lazim, agar tidak jenuh dan variatif. Yang penting hasrat tersalurkan dan terpuaskan, apapun caranya, seolah perasaan, pikiran, dan kehendak pasangan tidak jadi pertimbangan. Sebuah nasehat Yesus yang cukup tegas berkata:

Matius 5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya

www.majalahpearl.com

Memandang dan memiliki hasrat terhadap lawan jenis di pikiran kita itu sudah terhitung berzinah. Jika ada pasangan suami istri yang hobi menonton film biru untuk menggairahkan satu sama lain, bukankah saat terangsang karena sebuah film kita memutar gambaran tokoh utama yang membintangi film tersebut saat sedang berhubungan dengan pasangan kita? Apakah pasangan kita berkenan jika dibayangkan sebagai orang lain? Atau apakah kita berkenan dibayangkan sebagai orang lain oleh pasangan kita? Mae West berkata, “Sex is emotion in motion�, sebuah kutipan yang ada nilai kebenarannya. Kita yang sudah mengenal kebenaran tentu tidak ingin bercinta dengan sembarang orang yang tidak kita kenal bukan? Seks adalah suatu anugerah yang hanya kita nikmati bersama orang terdekat , yang paling mengenal kita, yakni pasangan hidup kita. Tanpa emosi yang terlibat, seks akan turun level sebatas dua tubuh yang menyatu, tanpa ikatan emosi! Transaksi perdagangan seksual pun terjadi atas dasar ini. Pemerkosaan pun terjadi saat dua tubuh menyatu. Namun dalam pernikahan kita, apakah kehidupan seks kita sebatas dua


tubuh yang menyatu? Seks dalam pernikahan melebihi sekadar coitus, karena dalam pernikahan, kita memberi seluruh hidup (satu tubuh, satu jiwa, satu roh) kepada pasangan kita di hadapan Tuhan, dan demikian juga sebaliknya, sehingga hubungan tersebut kudus dan berpotensi menciptakan kehidupan baru! Pernikahan adalah institusi pertama yang Tuhan dirikan di Taman Eden, dan relasi antara suami dan isteri merupakan gambaran kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Seperti apakah kasih Tuhan tersebut dalam pernikahan? 1 Korintus 13:6 Ia (kasih) tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. (TB) Love does not delight in evil but rejoices with the truth. (NIV)

Kata ketidakadilan dalam bahasa aslinya adalah adikia yang artinya tindakan amoral, tindakan yang tidak benar. Allah adalah kasih. Kasih tidak bersukacita di dalam hal-hal yang amoral, seperti menyebarkan lelucon porno, menonton film erotis, membeli bacaan porno, dan sebagainya. Dulu manusia lama kita bersukacita dalam hal-hal yang tidak benar, namun kini sebagai manusia baru sukacita kita adalah karena kebenaran! Apakah kita rela menukar mutiara kebenaran dengan kerikil amoralitas? Apakah pola pikir tentang seks yang sudah Tuhan rancang rela kita barter dengan pornografi? Bisa jadi karena ketidaktahuan kita di masa lalu, kita mengambil keputusan yang salah dalam hal seksual. Namun tidak ada kata terlambat! Tuhan sanggup memperbaharui setiap orang yang berbalik kepada-Nya.

“�Sex is emotion in motion� - MAE WEST

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MARRIAGE

Akankah kita membawa masuk “evil� ke dalam pernikahan kita? Dalam sebuah studi tahun 2006 di Universitas Mc Gill, para peneliti memonitor perubahan suhu alat kelamin, yang merupakan indikator bahwa seseorang terangsang secara seksual, pada saat menonton klip porno. Para partisipan (pria dan wanita) menunjukkan tanda perubahan suhu dalam 30 detik saja saat menonton tayangan tersebut.1 Begitu cepatnya dampak suatu tayangan pornografi! Cukup 30 detik! Penguasaan diri membutuhkan proses tahunan untuk dilatih, namun hanya butuh 30 detik untuk terangsang setelah menonton suatu tayangan. Bayangkan perubahan struktur otak yang ditemui pada para pecandu pornografi! Rusaknya otak karena terpapar pornografi itu ternyata mengenai lima bagian otak, lebih parah dari mereka yang terkena

www.majalahpearl.com

narkoba! Kerusakan otak ini yang membuat prestasi seseorang menurun dan membuat seseorang memiliki nafsu dan emosi berlebihan. Keadaan ini disebabkan karena adanya hyper-stimulation (rangsangan berlebih) terhadap otak untuk memproduksi hormon dopamin dan endorfin, yaitu bahan kimia dalam tubuh yang membuat kita merasa senang dan merasa lebih baik.2 Betapa berbahayanya pornografi. Selanjutnya, dalam pernikahan dengan kasus khusus seperti trauma seksual masa lalu yang bisa berimbas sulitnya terangsang (frigid), ejakulasi dini, hypersex, dan sebagainya, sangatlah dibutuhkan bantuan konselor seks yang juga mengenal kebenaran, sehingga saran yang ia berikan akan sesuai dengan prinsip kita untuk tidak membawa “evil� masuk dalam pernikahan kita. Jangan segan untuk datang dan konseling jika memang kehidupan seksual bermasalah. Carilah konselor yang bisa dipercaya untuk menemukan solusi! Namun yang terutama, bersikaplah terbuka pada pasangan anda. Komunikasikan dengan baik apa yang jadi kendala anda, karena komunikasi adalah kunci dari pernikahan dan kehidupan seks yang sukses.


Pertanyaan yang sama diulang kembali: Apakah kita mengijinkan evil atau ketidakbenaran masuk dalam pikiran kita? Apapun bentuk dan kemasannya, hati kita yang sudah diterangi kebenaran Firman Tuhan bisa menyelidiki evil yang berusaha masuk dalam pikiran kita. This is our daily battle. And when you fight the good fight, remember that it all starts from the mind!

1

http://www.huffingtonpost.com/stacey-nelkin/5

-reasons-why-watching-po_b_2766968.html 2

http://lifestyle.sindonews.com/read/1054183/15

5/pornografi-sebabkan-5-bagian-otak-rusak-14 45212016

Love does not delight in evil but rejoices with the truth. - 1 COR 13:6

https://unsplash.com/photos/czVtGYACOMg

Pertanyaan yang sama diulang kembali: Apakah kita mengijinkan evil atau ketidakbenaran dalam bentuk pornografi masuk dalam pikiran kita? Kita pasti sudah tahu jawabannya!

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


PARENTING

The Weight

Words

of

WRITTEN

BY

POPPY NOVIANA

Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya meluap dari hatinya.

LUKAS 6: 44

Foto: Roman Kraft/ Unsplashed.com www.majalahpearl.com


Tidak ada orang tua yang ingin anaknya tumbuh tanpa memiliki kebijaksanaan dalam berkata-kata. Tidak sebatas mereka terbiasa mengatakan ‘three magic words’ yaitu help, please dan thank you, tapi mengeluarkan perkataan yang tepat dalam situasi apapun. Tapi, seperti sudah sering dibahas dalam Pearl, orang tua memiliki peran penting dalam ‘membentuk’ anak karena

anak adalah ‘mesin foto copy’ yang akan dengan baik menirukan orang tuanya. Jadi, meskipun tujuan akhir artikel ini adalah mengajar orang tua agar bisa mendidik anak-anaknya berkata-kata dengan baik, fokus artikel ini adalah menolong orang tua agar bisa membangun dirinya sendiri untuk berkata-kata dengan benar. Gaya hidup inilah yang akan diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


PARENTING BERKATI, JANGAN MENGUTUK. Sssstttt… Kamu ini jangan nakal! Diam! Jangan ini… Jangan itu… Ga boleh begini… Ga boleh begitu… Nanti kalo kamu kesana ada setannya loh.. Pernah ngga ketemu sama orangtua yang sering sekali berfokus pada kesalahan anaknya? Bahkan, alihalih menjelaskan kepada anak tentang respon yang benar, mereka seringkali justru menakut-nakuti anak tersebut, bahkan mengucapkan kata-kata negatif kepada mereka. Alasannya sederhana, supaya semua urusan cepat selesai. Padahal, saat mereka melakukan hal itu, mereka sedang mengacaukan identitas Ilahi yang sebelumnya melekat pada anak tersebut. Sadar atau tidak, kata-kata yang tidak bijaksana memiliki pengaruh kepada seseorang. Dampak dari kata-kata tidak bisa dianggap sepele. Melalui kata-kata, Allah menunjukan kuasa dan kehidupan, yang didalamnya mengandung janji. Misalnya saja, Tuhan Yesus menggunakan katakata untuk mengusir roh jahat yang sudah bertahun-tahun merasuki jiwa seseorang.

perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” LUKAS 4:36 Melalui perkataan kita sebagai orang tua, anak-anak membangun identitasnya di dalam Tuhan. Ia perlu tahu ia tetap dikasihi meskipun sering membuat kesalahan. Ia perlu tahu ia diciptakan indah dan berharga. Ia perlu tahu masa depannya indah dan penuh harapan. Ia perlu tahu Ia sanggup melakukan segala perkara bersama Kristus. Perkataan orang tuanya adalah sarana memberitakan Firman Tuhan, apabila orang tua memiliki kemampuan mengendalikan lidahnya.

BAGAIMANA KITA MEMILIKI CARA MERESPON YANG TEPAT, SETURUT DENGAN KEHENDAK-NYA? Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku. MAZMUR 39:1

“Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, Kata-kata yang diolah oleh otak kiri manusia, diproses sedemikian katanya: “ Alangkah hebatnya www.majalahpearl.com


hebatnya sehingga membentuk serangkaian kata yang akhirnya menjadi kalimat. Setiap kata yang kita lepaskan sebagai opini, pendapat, pandangan, atau bahkan celetukan, semuanya berasal dari hati. Namun dengan menjaga hati saja tidaklah utuh, maka mulailah dari sebuah tekad yang besar untuk berdoa agar Allah menguatkan hati kita untuk berubah seturut dengan kehendakNya. Berubah yang saya maksud dalam hal ini adalah mulai dengan melembutkan hati untuk diubahkan Allah. Pilihlah lingkungan yang mendukungmu untuk bisa berkatakata dengan bahasa yang baik. Kalaupun ini sulit, mulailah dengan membaca sebuah panduan hidup klasik namun tidak pernah mati ditelan zaman yaitu Alkitab. Membaca Firman Tuhan akan menambah perbendaharaan kata-kata yang baik, yang mengandung makna serta janji, yang berkuasa membawa kehidupan kita dan kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Foto: Ornella Binni/ Unsplashed.com

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


PARENTING Foto: Alisa Anton/ Unsplashed.com

Dari mulut yang sama kita memuji Tuhan tapi dari mulut yang sama pula kita mengucapkan hal-hal yang tidak membangun tumbuh kembang anak seperti misalnya: “Kenapa kamu bodoh sekali?” “Jangan Nakal!” “Kamu bandel banget sih!” www.majalahpearl.com

“Kamu ga tau diri!” “Kamu bukan anak mamah…” “Kamu ngga bisa lakukan itu…” Nah, coba yuk kita perhatikan, bagaimana seandainya kita sendiri yang menjadi objeknya? Apakah serangkaian kata-kata diatas


solusi? Atau kita hanya menemukan pendapat yang tidak membangun bermunculan?

BERKOMUNIKASILAH DENGAN KESABARAN DAN INTEGRITAS Komunikasi dibangun dari katakata, dan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang direncanakan dan diusahakan. Maka, mulailah membangun kebiasaan untuk berpikir terlebih dahulu baru berucap. “Orang bijaksana berpikir dahulu sebelum bertindak; orang bodoh mengobralkan kebodohannya.� AMSAL 13:16, BIS Sebagai orang tua, niatkanlah agar melalui kata-kata kita, anak kita tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dewasa rohani, bijaksana, santun dan berintegritas. Maka jadilah teladan dalam berucap, jadilah followers orang-orang yang mengucapkan kebenaran, dan jadilah orang yang melakukan apa yang diucapkannya sendiri. mengandung cerminan solusi? Jika tidak, lalu apa faedahnya untuk diucapkan? Mari kita berpikir lebih dalam lagi, ketika hari penghakiman itu tiba dan kita diminta pertanggungjawaban atas segala perkataan kita kepada anak kita, apakah kita menemukan

Menangani anak-anak memang tidak mudah. Butuh kesabaran yang tinggi untuk mengucapkan kata-kata berkat saat mereka sedang misbehave. Kesabaran tidak dibangun begitu saja, perlu waktu dan kekuatan dari Allah untuk melakukannya. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


PARENTING Mintalah pertolongan Tuhan agar kita dikuatkan saat membangun karakter baik untuk berucap dengan benar. Allah mengajarkan bahwa berkatakata tidak lepas dari integritas, yaitu kesamaan antara hati, pikiran dan perbuatan. Faktanya kita dapat menyaksikan motivator handal atau pemimpin jemaat yang dapat mengucapkan kata-kata bijak nan membangun semangat, namun tidak dijalankan dan dihidupi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maka pesan yang hendaknya kita lakukan kemudian adalah mulailah membangun hidup yang konsisten dengan apa yang kamu perkatakan. Ini berarti, setiap nasehat atau larangan untuk anak kita, seharusnya

adalah sesuatu yang juga kita hidupi. Contoh sederhana, jangan sampai kita setiap malam marah-marah menyuruh anak kita sikat gigi sebelum tidur, kalau kita, sebagai orang tua, malas melakukannya. Anak tidak hanya dibangun dengan kata-kata, melainkan juga dengan keteladan. Bicaralah kepada anak kita dengan kata-kata yang benar dan memberkati. Allah pasti akan menolong kita. Jika hal ini kita lakukan, memliki anak yang hidup dalam kebenaran Firman Tuhan bukan lagi sebuah keinginan tapi suatu kepastian. “Just Because your word, show me your World�

Foto: Kaboompics.com

www.majalahpearl.com



MEETASISTER

Tabita DAVINIA UTOMO

Hi readers! Kali ini kita akan bertemu dengan salah satu penulis Pearl yang usianya masih sangat muda. Tapi, meskipun muda, dia bersemangat sekali melayani bersama Pearl di tengah kesibukan kuliahnya. Namanya Tabita Davinia Utomo. Yuk, yuk, kita kenalan dengan Tabita‌

www.majalahpearl.com


All photos are courtesy of Tabita Davinia Utomo

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MEETASISTER

1

Hai, Tabita. Boleh ceritakan sedikit tentang diri kamu?

Aku lahir tanggal 4 Juni 1997 di Solo, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Aku punya satu adik cewek dan satu adik cowok. Dari playgroup sampai SMP aku sekolah di yayasan Kristen yang sama di Solo, kecuali waktu aku playgroup A, dimana aku sekolah di Salatiga. Waktu SMA, karena “paksaan” orang tua, akhirnya aku masuk di sebuah SMA negeri. Mungkin karena dulu orang tuaku juga bersekolah disitu ya… Dan by the grace of God, sekarang aku melanjutkan studi di jurusan Psikologi di “kampus kerakyatan” di Jogja :) Aku suka banget warna biru, especially light blue. Tapi aku nggak suka warna hijau, apalagi kalo buat pakaian haha.. Aku juga suka menulis, menggambar, dan fotografi.

2

Sekarang apa kesibukanmu?

Sekarang aku baru sibuk kuliah. Nggak kerasa lho udah mau semester 4 huahaha… Aku juga pelayanan di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) fakultas sebagai sie ibadah dan juga baru siap-siap buat pelayanan di Komisi Pemuda mulai tahun depan sebagai sie persekutuan :) Oya, saat ini aku juga sedang berusaha buat nyelesain novel pertama. Sebenernya udah selesai sih, cuma masih perlu dipermak wkwk. Mohon doanya ya agar novel ini bisa menjadi berkat dan menginspirasi para pembacanya hehe ^^ www.majalahpearl.com


3

Pertanyaan wajib nih, bagaimana kamu pertama kali mengenal Yesus? Well... Aku terlahir dari keluarga Kristen dimana hampir semua anggota keluargaku punya track record melayani Tuhan di gereja. Misalnya saja, orang tuaku pernah jadi pengurus di Komisi Remaja-Pemuda, almarhum kakekku pernah jadi majelis jemaat, nenekku sampai saat ini aktif paduan suara, cicik dan semua adik mamaku pernah jadi guru sekolah minggu. Hm, siapa lagi ya? Haha. Intinya, sejak kecil aku udah ikut sekolah minggu, dan selalu rajin dateng demi hadiah! :p Iya, aku memang udah beragama Kristen sejak lahir, tapi aku belum punya pengenalan akan Yesus secara pribadi waktu itu. Kalo denger mamaku ngomong tentang Tuhan, rasanya pengen marah, entah apa sebabnya‌ -.Aku mulai mengenal Dia secara pribadi waktu aku masuk ke Komisi Remaja. Entah kenapa, waktu itu aku merasa ada banyak masalah di hidupku. Kakekku yang cukup deket sama aku waktu kecil meninggal beberapa minggu setelah aku masuk ke komunitas yang baru itu. Trus aku juga merasa temen-temen di sekolahku agak menjauhiku. Belum lagi, aku ditolak cowo yang aku suka sebelumnya. Oh, man. It was crazy and I felt like I was gonna die :� hahaha.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MEETASISTER

Singkat cerita, tanggal 30 April 2011-- Paskah Remaja Pemuda di gereja--ada KKR yang dilayani oleh Pdt. Timotius Fu. Waktu itu beliau adalah dosen di SAAT Malang. Beliau bilang, “Tuhan Yesus telah berkata, ‘Tetelestai’. Tugas-Nya di dunia telah selesai. Dia telah menyelamatkan kita lewat pengurbanan-Nya di kayu salib. Sekarang, maukah Anda menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi?”. Langsung aku nangis di tempat :B Well, aku udah beberapa kali ikut altar cal l semacam itu, tapi nggak tahu kenapa, altar cal l di KKR itu bener-bener mengubah hidupku. Tentunya semua itu karena dengan pekerjaan Roh Kudus :)). Di situ aku sadar, bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku, Tuhan Yesus tetap sama... dan selamanya akan tetap sama. His love won’t www.majalahpearl.com


change, though the people change. Nah, sejak KKR itu, aku di-fol low up dalam Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) sama pembimbingku, Ci’ Rika Agustina. And now I have two daughters in Christ ^^ It’s only by His grace!

4

Wow, dahsyat banget ya. Nah, kamu kan tadi bilang soal mengenal Tuhan secara pribadi. Ada ngga kasih tips tentang membangun hubungan pribadi dan pengenalan akan Tuhan? Hm... yang jelas harus saat teduh. Kenapa? Karena dari saat teduh itu kita bisa dapet banyak hal. Kita belajar buat dengerin apa yang Tuhan omongin dari saat teduh itu. Trus juga ada bible reading dan doa. Tapi nggak cuma itu sih. Kalo aku pribadi, aku suka dengerin musik rohani sambil nulis, karena bisa aja Tuhan ngomong lewat lagu itu. Ato “... SEKARANG, lewat pengalaman sehari-hari. Contohnya, waktu aku MAUKAH ANDA jalan ke kampus tahun lalu, sepanjang perjalanan itu aku MENERIMA ngelihat pepohonan sambil mikir, “Daunnya banyak DIA SEBAGAI banget. (Tapi kalo udah jatuh, terus kering, terus jadi TUHAN DAN mati kan...”. Eh, tiba-tiba Tuhan ngomong, “Daun yang JURUSELAMAT langsung kering dan mati itu aja Aku yang bikin dan aku SECARA kenal betul dia. Apalagi kamu, Non.”. Rasanya nyess banget, PRIBADI?” “Oiya ya. Bener juga, ya.” :) Intinya, semakin belajar buat peka sama suara Tuhan dalam hal apapun hehe.

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MEETASISTER

5

Menjadi remaja cewek pasti pergumulan sendiri kan ya. Tidak semua orang mengenal Yesus dan mengalami perubahan hidup seperti yang kamu alami. Sebagai wakil dari generasimu, menurutmu apa permasalahan paling yang punya konsep memprihatinkan yang dihadapi cinta-yang-romantisoleh remaja cewek saat ini? itu-harus-selalu-ada-

suprise. Misalnya, waktu Masalah kepercayaan diri dan konsep tentang pasangan ulang tahun tiba-tiba hidup (PH). Ada banyak remaja cewek yang jadi rumahnya didekor minder karena merasa dirinya nggak cantik. Kalo dari sedemikian cantik dan pengamatan dan pengalamanku, semua pikiran itu indahnya sama pacarnya. berasal dari lingkungan mereka sendiri. Kita lihat, Terus peluk-pelukan. ada banyak iklan yang bilang kalo cantik itu Bahkan nggak sedikit yang putih, rambut lurus, gigi putih, dan seterusnya. rela first kiss sama pacarPadahal no! Tuhan nggak pernah bilang kalo cantik -yang notabene b elum itu harus kaya’ gitu. Kalo Tuhan menciptakan tentu bakal tetep jadi semua cewe di dunia ini dengan gambaran dunia pasangannya sampe merid seperti itu, pasti para cowo bakal bingung mau nanti! Cerita cinta fairytale cari pasangannya kaya’ gimana :p Habis ini yang, jujur aja, bikin aku mirip semua sih -.gegereten, tapi juga sedih dan berbelas kasihan sama mereka. Kedua, tentang PH. Seperti yang kuceritain di atas, aku pernah ditolak cowok dan itu bikin There is something wrong with aku mikir kalo I’m not precious. Nggak them, and I know God wants it ada cowok yang mau sama aku. Cerita to be fixed. Karena itulah, aku patah hati ini ada di blog aku, Chocolates mengambil jurusan psikolog supaya of Life: I’ve Forgiven You, though It Hurts. ke depannya aku bisa jadi konselor Hiks. Dan itu juga yang dialami banyak bagi remaja, khususnya cewek. remaja cewek saat ini. Mereka merasa Aku pengen menolong mereka untuk kalo sekali jadian sama cowok, ya kudu melihat diri mereka dari kacamata tetep bertahan sampe akhir. Tapi kalo Tuhan :) Because everyone is precious nggak? Yaa.. putus nyambung gapapalah. and unique by their own way, though Nggak cuma itu, banyak remaja cewek they don’t understand it by now. www.majalahpearl.com


6

Nah, sekarang kita ngomongin tentang passion ya. Bagaimana kamu menemukan passionmu sebagai penulis?

ADA BANYAK REMAJA CEWEK YANG JADI MINDER KARENA MERASA DIRINYA NGGAK CANTIK. KALO DARI Jujur, waktu kecil aku nggak suka nulis. Semua berawal PENGAMATAN DAN waktu aku kelas 3 SD, mamaku maksa aku buat latihan PENGALAMANKU, nulis setiap hari karena tulisanku jelek banget -.- Tapi SEMUA PIKIRAN ITU waktu kelas 5, aku jadi mulai demen nulis gara-gara cici BERASAL DARI sepupuku nulis cerita. Dan... aku comot hampir semua LINGKUNGAN idenya :p FYI, cerita buatanku masih kesimpen rapi di MEREKA rumah. Dan kalo baca itu, aku jadi ngakak, “Gile, ceritaku SENDIRI. gaje, nggak jelas banget hahaha...”.

Awalnya sih, ide tulisanku comot sana comot sini. Duh, bisa dianggep plagiat sih huhu. Tapi lama kelamaan udah nggak. Aku mulai belajar buat nulis dengan ideku sendiri. Mulai dari nulis cerita berdasarkan pengalaman pribadi, sampai akhirnya bisa nulis cerita yang murni hasil dari imajinasiku sendiri lol. “Trus... Sebisa mungkin aku ikutan lomba menulis (kalo sempet) hehe, salah satunya ini: https://life.idntimes.com/relationship/ tabita-davinia-utomo/hei-calon-pendamping-hidupku-inilah-yangkulakukan-selagi-menunggu-perjumpaan-kita . Dulu juga pernah beberapa kali pelayanan di majalah gereja sebagai penulis. And it was quiet fun! :) I love to serve God from my talents in literature. Buatku, dengan menulis, akan ada banyak orang yang bisa dijangkau untuk mengenal Tuhan :)”

7

Lalu, bagaimana awalnya bisa melayani di Pearl? Dan bagaimana kesannya?

Awalnya aku nggak tahu kalo ternyata ada majalah online Kristen buat cewek di Indonesia. Yang kasih tahu Ci’ Rika. Dia bilang, “Bagus lho isinya. #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


MEETASISTER Ada Ci Grace Suryani juga.” Waktu itu remaja-pemuda kami baru suka baca bukunya Ci Grace yang Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta. Aku sih nggak langsung baca semua artikel di Pearl. Paling cuma liat desainnya terus mikir, “Keren-keren yak desainnya.” Nah, sekitar tahun 2014, aku sempet baca pengumuman kalo Pearl baru cari penulis. Jujur aku sempet minder buat ikutan karena ngerasa nggak layak dan... “Jangan-jangan aku paling muda sendiri ._.” karena waktu itu aku masih kelas 3 SMA :p. Trus aku tanya di kolom komentar page Pearl. Adminnya bilang gapapa, yang penting kamu emang niat buat pelayanan di sini. And after the whole selection lalala... here I am :) Bersyukur banget karena bisa pelayanan di bidang yang aku suka. Dan nggak nyangka bisa pelayanan sama yang sama-sama 97 line (Hai, Yarra! *waving hands* :D).

8

Bagaimana caramu mengembangkan talenta menulismu?

Seperti yang udah kuceritain di atas, awalnya aku emang comot ide dari mana-mana. Tapi sejak aku lahir baru, aku mulai disadarkan kalo aku punya talenta untuk menulis, walaupun tadinya yang sadar dan ngasih tau justru orang lain hehe. Akhirnya aku mulai mengubah gaya tulisanku. Yang dulunya ababil dan terlalu berpusat ke diri sendiri, sekarang mulai jadi Kristosentris. Tapi, beda mungkin ya dengan calon novelku yang sedang aku tulis itu. Yaa.. semoga segera mendapat pencerahan ya. Hahaha

9

Ada yang bilang kalo sebagian besar pekerjaan penulis adalah membaca. Kamu punya buku atau penulis favorit?

www.majalahpearl.com


Banyak buku yang aku suka sih haha. Jadi kusebutin penulis sama contoh bukunya aja ya. Kalo buku rohani, ada Joshua Harris (I Kissed Dating Goodbye, Boy Meets Girl), EricLeslie Ludy (When God Writes Your Love Story), Elisabeth Elliot (Passion and Purity), Kevin DeYoung (Just Do Something!), Rick Warren (baru nyoba nuntasin baca The Purpose of Driven Life! wkwk), Ci Grace Suryani (semua bukunya kecuali yang The Puzzle of Jomblo Life. Dicari di toko buku nggak ada huhu), Ci Marcella Flaorenzia (The Matter of Heart dan S.H.E. *soalnya yang Our Love Story ada pdf-nya huehe), dan Kyle Idleman AKHIRNYA AKU MULAI (Not a Fan, Gods at War). Kalo yang buku fiksi, MENGUBAH GAYA ada Ilana Tan (I love al l of her books so much!), TULISANKU. YANG Ken Terate (Pelukis, Dokter, dan Cowok Plin Plan), DULUNYA ABABIL Monica Petra (ternyata dia satu gereja denganku O.o DAN TERLALU whoa! Dunia memang selebar daun pandan haha), Karen BERPUSAT KE McCombie (Stella etc. #1--#6), dan... Detektif ConanDIRI SENDIRI, nya Aoyama Gosho! :D SEKARANG MULAI JADI KRISTOSENTRIS.

10

Banyak banget penulis favoritnya! :D Well, last question nih, apa harapanmu buat Pearl ke depan?

Harapannya‌ Pearl semakin dikenal wanita di seluruh Indonesia, kalo bisa sampe luar negeri hehe. Terus ya... agar Pearl juga terus menjadi saluran berkat bagi siapapun yang membaca konten di dalamnya. Oya, dan biar banyak wanita yang terpanggil untuk melayani Pearl dalam peran apapun :D hehehe... Soli Deo Gloria! ^^ *** Sip! Thank you banget ya Tabita sudah mau berbagi dengan pembaca Pearl. Semoga ga lama lagi kita sudah bisa beli novelmu di toko buku^^ #036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


Yuk!

ikutan aktif di Majalah Pearl

t e g o t w Ho

r e t t e l News

www.majalahpearl.com

https://hd.unsplash.com/photo-1426260193283-c4daed7c2024

d e t c e conn


Mari

saksikan kebaikan Tuhan dalam hidupmu :) Kami mengundang teman - teman untuk mengirimkan kesaksian dengan tema “What Love Does”. Bagaimana kita menghargai dan mengenal kekuatan sebuah kasih. Sejak menerima Tuhan, apakah ada hal-hal baru (karakter, kebiasaan hidup) yang Tuhan tanamkan dalam hidupmu? Apa perubahan terbesar yang kamu alami sejak menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat yang kekal?

! m a e t r u o n Joi Writer, Designer, dan Photographer team. Bila teman-teman berminat, silahkan email ke majalahpearl@gmail.com beserta contoh karya-karya kalian Ayo buruan, ladies! :D

1.

Kirim surat pendek berisi saran, kritik, ide atau encouragement (tidak lebih dari 10 kalimat) untuk redaksi Pearl. Suratmu ini nanti akan dimuat di rubrik ‘Surat Pembaca’.

2.

Kirim kesaksianmu untuk dimuat di rubrik ‘kesaksian’. Khusus untuk rubrik kesaksian ini kami memberikan tema khusus yang berbeda di setiap edisi.

3.

Have some question? Kirimkan pertanyaanmu yang akan dijawab oleh beberapa anggota tim redaksi Pearl.

Layangkan kesaksianmu ke majalahpearl@gmail. com (kesaksian tidak lebih dari 1 halaman A4, please, Thanks!)

#036 (Oct 2016-Nov 2016) | Love doesn’t Delight in Evil, But Rejoices in Truth


PENGUMUMAN!


Hi Pearlians, Menyesuaikan dengan keperluan pembaca yang berubah seiring dengan perkembangan teknologi, mulai tahun 2017 nanti, Pearl akan hadir dalam bentuk blog. Perubahan ini diambil tentu saja bukan tanpa alasan, tapi untuk lebih memudahkan pembaca mengakses Pearl. Melalui blog, teman-teman bisa membaca setiap artikel dimana saja dan kapan saja dengan lebih nyaman. Tentunya, kita juga akan lebih sering bertemu karena blog Pearl ini akan di-update seminggu tiga kali. Itu berarti Pearl akan menyapa pembaca dengan lebih sering. Yey! Jadi, jangan khawatir. Walaupun majalah Pearl berubah bentuk, Pearl akan tetap menemani perjalanan teman-teman semua menjadi wanita-wanita yang dibentuk oleh Allah. We are excited with the change, and I hope you are too! Salam, Tim Redaksi


W W W. M A JA L A H P E A R L .C O M


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.