LIONMAG JUNI 2012

Page 111

sebagai iwak kutuk, tetapi durinya tidak terlalu banyak. Ikan haruan Banjarmasin lebih mirip ikan gabus dari Danau Sentani di Papua Barat yang juga sedikit durinya, dan dagingnya lebih gurih. Di Banjarmasin, juga ada sajian lontong yang membuat saya langsung “jatuh cinta” dan terpaksa “memadu” ketupat kandangan. Sajian yang menggetarkan ini dikenal warga Banjarmasin dengan nama Lontong Orari. Dulu, rumah yang sekarang dipakai untuk berjualan makanan ini adalah markasnya para aktivis radio amatir yang tergabung dalam ORARI (Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia). Seperti kita ketahui, para breakers ini selain gemar cuap-cuap di udara juga sering melakukan “kopi darat” agar dapat saling bertemu muka. Kebetulan, tidak jauh dari tempat mereka berkumpul itu ada seorang penjual lontong yang sungguh enak. Lama-kelamaan, penjual lontong itupun “diakuisisi” dan kini lontong lezat itu “go public” – tidak lagi hanya dapat dinikmati para breakers. Rumah besar itu selalu ramai oleh para pelanggan setianya. Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. Satu porsi full berisi dua lontong. Porsi ini benarbenar kelas berat. Seperti ketupat kandangan, lontongnya juga diguyur opor nangka muda. Warna kuahnya tidak sekuning ketupat kandangan, karena bumbunya memang tidak memakai kunyit. Cara makannya mirip dengan ketupat kandangan, yaitu memakai tangan – tidak memakai sendok. Lauknya disajikan dalam piring terpisah – sebutir telur rebus dan ikan haruan goreng masak habang. Kuah lauk berwarna merah ini setelah bercampur dengan kuah putih lontong akan menghasilkan warna yang mengagumkan. Lontong Orari ini termasuk kategori mak nyuss! Sungguh memukau.

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

109


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.