tabloid suara kampus 121

Page 1


Editorial Pendidik Berkarakter Isu terbaru tentang kenakalan pelajar Kota Padang adalah tawuran antar sekolah suasta. Kasus ini seperti sudah menjadi budaya bagi mereka. Akibat tawuran ini, ada yang mengalami luka-luka bdahkan kehilangan nyawa. Selain tawuran, tindak asusila juga sering terjadi di tengah pelajar. Pergaulan bebas semakin merajalela. Itu terbukti dengan kasuskasus video mesum pelajar yang tersebar luas di tengah masyarakat. Tidak hanya itu, sederetan kasus lain seperti narkoba, pencurian serta premanisme tak ketinggalan. Melihat kasus itu, setidaknya membuktikan bahwa ada yang salah dengan perilaku dan mental mereka. Perilaku menyimpang seperti yang disebutkan di atas terjadi karena “darah muda” tidak dibina dengan baik. Sehingga karakter yang berbasis kearifan local “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” tidak tertanamkan. Padahal, Kota Padang sudah menerapkan pendidikan karakter yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Lalu, apa yang terjadi?. Siswa atau sekolah?. Ataukah orang tua?. Sejatinya, pendidikan karakter yang dimaksud kementerian Pendidikan Nasional tersebut meng-integrasikan nilai-nilai kebajikan yang bersumber dari ajaran agama ke dalam setiap mata pelajaran. Di samping itu, guru dan seluruh unsure sekolah harus menjadi teladan. Bias jadi, ketika pelajar berperilaku menyimpang buah dari bibit yang ditanamkan sekolah. Konsepnya jelas, sekolah beserta seluruh unsure member teladan. Ketika murid tidak berhasil, itu merupakan kegagalan guru. Dalam hal ini, yang perlu digenjot adalah menanamkan pendidikan karakter di tengah kalangan mahasiswa atau calon guru. Karena merekalah yang akan menanamkan pendidikan karakter kepada siswa melalui tindak-tanduk dan perilaku sehari-hari. Saat guru tidak mencerminkan sikap yang berkarakter, maka siswa juga akan seperti itu. Jangan salahkan siswa. (*)

Ciloteh + tapak suci harumkan IAIN - jadi salamoko IAIN busuk yo ?? + Tungkek mambaok Rabah - Tungkeknyo lapuk tu yo...

Pelindung: Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof Dr. H. Makmur Syarif S.H., M.Ag. Penanggung Jawab: Kepala Biro AUAK Drs. Amrul Wadi, MM, Pembantu Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH. Pembina: Yulizal Yunus, Sheiful Yazan, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Suardi Sikumbang. Dewan Redaksi: Adil Wandi, Hendra, Rafi’i Hidayatullah Nazhari,

Menunggu Suara Mahasiswa Untuk pembuka kata, kami keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus mengucapkan selamat atas status “mahasiswa” bagi generasi 2012 IAIN IB. Selamat bergabung dengan keluarga besar “kampus islami” IAIN Imam Bonjol. Semoga kalian menyandang status mahasiswa itu dengan baik dan menemukan apa yang kalian cari di sini. Kita tinggalkan sejenak mahasiswa baru, kami ingin menyampaikan sekilas tentang pembahasan Suara Kampus edisi 121 ini. Setelah melalui rapat redaksi seperti biasanya, kami menemukan tema-tema menarik untuk diangkat. Laporan utama, kami coba mengaji pendidikan karakter yang sudah diluncurkan sejak tahun lalu. Ternyata, pendidikan karakter butuh ditinjau ulang. Untuk laporan khusus, kami dari keredaksian mencoba sedikit mengulas tentang dua peristiwa yang terjadi dalam waktu yang berdekatan, yakninya mahasiswa baru dengan jumlah besar, dan wisuda yang jumlahnya sedikit dari tahun sebelumnya. Dengan begitu, otomatis jumlah mahasiswa IAIN naik drastis, artinya cita-cita Pak Rektor untuk mencapai jumlah mahasiswa 10 ribu sebagai syarat UIN semakin dekat. Tapi masalahnya, jumlah mahasiswa tinggi, gedung kuliah kurang. Beberapa gedung kuliah yang direnovasi belum juga rampung. Akibatnya, jam kuliah jadi tidak

Cerminia

teratur. Seperti apa?, baca laporannya. Itulah “kisi-kisi” tentang laporan utama dan laporan khusus pada edisi ini. Untuk rubrik lain, ada sedikit berubah, seperti rubrik tokoh kita ganti dengan “sosok”. Kemudian rubrik bintang kampus terpaksa kita tiadakan, karena ada usulan, satu halaman disediakan untuk “mereka-mereka” yang wisuda. Bisa dimanfaatkan sebagai lahan teriakan suka duka. Selebihnya, masih memakai nama rubric edisi sebelumnya. Kembali soal mahasiswa baru. Sejak usai OPAK, kantor redaksi Suara Kampus didatangi

oleh beberapa mahasiswa baru. Datang untuk bersilaturrahmi dan mencari informasi seputar dunia koran kampus. Dan pada akhirnya mereka bertanya, “kapan kami bisa bergabung dengan Suara Kampus?”. Kepada mahasiswa angkatan 2012, kami harap rekan-rekan bisa bersabar. Dalam waktu dekat akan ada “open recruitmen” atau penerimaan anggota baru. Tapi sebelum waktu itu datang, rekan-rekan yang masih setia dengan rambut pendeknya, boleh berkunjung ke kantor di lantai dua gedung SC, di belakang gedung UPB. Kami siap melayani dengan cara kami sendiri. Barangkali, kita bisa sedikit berbagi seputar pengalaman dan pengetahuan kita. Selamat membaca. Ambil hikmah dari isi tabloid ini. Hikmah dari kebaikannya dan hikmah dari kekurangannya. Kami menyadari, kami masih belajar, untuk itu saran dan peringatan pembaca terhadap isi sangat kami butuhkan untuk kemajuan di masa mendatang. Salam Pers Mahasiswa!!! (*)

Kapal Tak Sudah

Kapal yang lama rusak sudah mulai diperbaiki dari jauh-jauh hari, berharap saat penumpang datang di pelabuhan kapal sudah siap untuk menampung dan membawa mereka berlayar mengarugi samudra dan dunia. Nahkoda kapal kesulitan menata ruang kapal yang masih terbengkalai, namun lambat laun desain tata ruang kapal selesai juga. Mulai dari ruang para nahkoda kapal, ruang ibadah, ruang baca dan ruang untuk para penumpang. Dan beberapa perusahaan berebutan memenangkan proyek perbaikan kapal tersebut. Meski perbaikan kapal masih terbengkalai, namun pemilik kapal memaksa penjaga pintu kapal untuk mambuka pintu lebar-lebar agar para penumpang membludak menaiki kapal. Hal ini dikarekan pemilik kapal menginginkan kapalnya bisa berkelas. Akhirya keinginan pemilik kapal terwujud, penumpang benar-benar ramai menaiki kapal. Tapi apa yang terjadi para penumpang kesulitan mencari tempat duduk

Hendra Dewan Redaksi

yang bisa membuat mereka nyaman selama berlayar. Para awak kapal kesulitan untuk memberikan pelayanan kepada para penumpang walau mereka sudah membeli karcis A, B, C dan sebagainya yang sesuai dengan tujuan mereka, dan semua fasilitas kapal bisa dinikmati oleh para penumpang kapal. Seiring dengan kegelisahan para penumpang, pemilik kapal sibuk memperbaiki badan kapal. Karena panik,

pemilik kapal sedikit melupakan pengadaan perlengkapan kapal yang canggih, seperti kapal-kapal lainnya yang sudah memiliki kemajuan dan teknologi tinggi. Disisi lain pemilik kapal musti mengambil kebijakan untuk memperbaiki sistem pengelolaan kapal yang belum layak pakai. Sulit rasanya para penumpang bisa nyaman duduk di dalam kapal jika kapal rusak tetap dipaksakan untuk berlayar sedangkan para pekerja yang membaikan kapal terus berlangsung. Kalau terus begitu, pemilik kapal akan selalu disalahkan oleh penumpang atau penumpang akan keluar dari kapal ini dan memilih kapal lain agar bisa berlayar dengan nyaman sampai tujuan. Ada juga penumpang yang tetap bertahan duduk di kapal rusak, berdo’a semoga kejayaan akan datang pada mereka. Bertahan dengan kegamangan berlayar dengan kapal rusak, penumpang masih terus berharap perbaikan kapal ini segera selesai dengan fasilitas yang canggih dan bias dinikmati.

Pemimpin Umum: Ababil Gufron. Wakil Pemimpin Umum: Gita Jonelva. Sekretaris Umum: Mimi Permani Suci. Bendahara Umum: Yulia Vita Ramayona. Pemimpin Redaksi: Arjuna Nusantara. Pemimpin Perusahaan: April Jejen. Kepala Pusat Divisi SDM & Litbang: M. Noli Hendra. Redaktur Pelaksana: Fitria Marlina. Redaktur Pelaksana Suarakampus.com: Nurhamsi Deswila. Koordinator Liputan: Eni Sapura. Asisten Koordinator Liputan: Ridho Permana. Redaktur: Sri Handini, Ari Yuneldi, Nur Khairat, Evi Candra, Andika Adi Saputra. Divisi Periklanan & EO: Urwatul Wusqa.Wakil Divisi Periklanan & EO: Septia Hidayati. Divisi Umum & Adm: Nur Aisyah. Kadiv Pra Cetak: Defrizal. Wakadiv Pra Cetak: Ikhwatun Nasra. Divisi SDM & Litbang: Rita Suryani, Rahmawati Matondang Reporter: Yaspardi (Non Aktif), Tri Bayu Lestari (Non Aktif), Nesti Deswita (Non Aktif), Aidina Fitra (Non Aktif), Devia Rahmi, Devarisa (Non Aktif), Rika Rahmad (Non Aktif), Mardani Kambara (Non Aktif), Muhammad Rasyid (Non Aktuf), Riri M, Nur (Non Aktif), Ahmad Sayfullah (Non Aktif), Nela Gusti Hasanah, Desfrianto, Rada Marsita, Irma Kristinadya Clara, Selfi Hastria Ningsih, Restu Mutiara Sari, Yuni Marsela, Noris Afria Safitri, Desy Maya Sari, Okvia Novita Sari, Zulfikar. Magang: Gusriana Luxtarisia, Hendri Putra, Kiki Julnasri Pratama, Prima Maulinda, Harini Sulastri, Zulfikar, Nela Gusti Hasanah, Dedet Satria, Zulfikar, M. Juner, Tifany Diah A, Rahima Hayati, Gusmiati Ayu, Rizka Fauzia Akmal, Ahmad Bil Wahid, Budi Satriadi, Andi S, Roni Ramadhan, Mickey Neldawati, Siti Jumatul Akidah, Titi Purnama Yuliarti, Muslim Siregar, Fitri Anisa, Yefri Novela, Desria, Maisya Novilia Putri, Lusi Sri Suhasti, Boby Irawan, Abdul Rahman Alfredi, Syahrul Rahmat, Suyahrul Magfirah, Hamdi Yusra, Andika Putra, Irwan, Chairil Anwar, Adehalita Fitriani, Ramadani Bachtra, Weli Rahmadani, Sri Wila Oktalanda, Indah Permata Sari, Iin Haryani, Dwi Yulina Putri, Yusrina Sri Oktaviani, Shelvi Meisya Anglesia, Nur Fitrah, Deni Herlina Lubis, Weni Syafitri, Elza Nofria, Permatiwi, Yuni Wida, Ahmad Gunawan, Saibul Khatani, Dian Iswanto, Irdianto, Jefri Doni, Muhammad Akmal, Afdul Zikri.


Kolom Dosen Kiler Juga Manusia Seseorang murid akan senantiasa lengket namanya dibenak sang guru jika dia adalah seorang yang nakal sekali atau baik sekali atau pintar sekali atau bodoh sekali. Sebenarnya tak ada siswa yang bodoh hanya saja dia pemalas dan bebal untuk belajar. Hal ini juga berlaku untuk guru dan dosen. Setiap sekolah, Mimi Permani perguruan tinggi dan universitas pasti ada guru yang baik sekali dan guru yang kiler, kiler Suci istilah yang biasa digunakan untuk menunjukkan bahwa seorang guru itu adalah sosok yang pemarah, tegas tak banyak siswa menyukainya. Begitu pun istilah untuk dosen. Namun hal ini tidak hanya berlaku di instansi pendidikan saja, tetapi juga di instansi lainnya. Akan ada kita temui karyawan yang baik dan karyawan yang kiler sehingga senantiasa menjadi buah bibir orang-orang yang mendengar namanya. Dalam proses pembelajar di perguruan tinggi sudah waktunya mahasiswa untuk menggali ilmu sendiri karena ilmu yang didapatkan dibangku kuliah hanya 25 % seperti yang disampaikan dosen saat saya mengikuti perkuliahan, menjadi mahasiswa bukan saatnya lagi untuk menunggu dosen menyuapkan materi saat kuliah lalu kemudian pulang ke kosan. Sesekali ke perpustakaan atau ngenet jika terdesak mencari tugas, dan mungkin ada juga yang mengambil jalan pintas copas saja asalkan tugas selesai. Sedangkan kepribadian dosen sebenarnya tidak berpengaruh 100% pada pengetahuan yang akan diperoleh oleh seorang yang bergelar mahasiswa. Namun kebanyakan mahasiswa termasuk saya seringkali terlena dengan permasalahan dosen yang kiler dan sulit mendapatkan nilai yang bagus dari dosen itu, masalah ilmunya ???? bagaimana mau dapat ilmunya kalau setiap kali belajar mahasiswanya sudah dongkol dan malas duluan, dan yang tertanam dalam pikiran adalah “ Ibuk/Bapak ko kiler bana ngajar ma”. Alhasil, ilmu yang 25% seharusnya didapatkan saat perkulihan menjadi nol %. Nah, dalam hal ini yang salah dosennya atau mahasiswanya ??? Dalam permasalahan ini, tak perlu saling menyalahkan jika mahasiswa dan dosen kiler sama-sama memegang kunci mudah dalam belajar dan mengajar. Kunci yang harus dipegang oleh Mahasiswa adalah “mencintai” dosennya jika ingin mendapatkan ilmunya, sedangkan kunci yang perlu dipegang oleh dosen adalah menjadikan mahasiswanya “jatuh cinta” padanya dan mahasiswa akan merasakan kehilangan saat 1 x saja tidak hadir dalam pertemuan tatap muka saat kuliah. karena kita akan mudah memahami dan senang dengan apa yang disampaikan seseorang saat kita sudah jatuh cinta dengannya, “cintai dosennya maka akan mudah mendapatkan ilmunya”. Bagaimana akan cinta jika melihatnya saja sudah takut..pikiran ini akan tetap bertahan jika kita melihat dari segi kilernya saja, coba liat dari segi ilmunya dan hatinya, belum tentu dosen kiler akan kiler dalam setiap hal, dan dosen baik akan biasa saja dalam setiap hal, karena dosen kiler dan dosen baik sama-sama manusia. Dan yang perlu kita ingat bahwa setiap dosen punya cara tersendiri untuk menjadikan mahasiswanya mengerti. So, cintai dosen kiler dan curi ilmunya Curhat Para Senior Malu bertanya sesat dijalan, pepatah ini berlaku untuk siapa saja yang baru saja akan menempuh sesuatu termasuk mahasiswa baru yang belum tahu banyak tentang proses perkulihan dan tingkah laku dosen layaknya mahasiswa semerter lanjut. tentu senang bukan bisa cerita-cerita dengan senior, bertanya masalah materi kuliah sampai kepribadian dosen itu dan ini bagaimana cara mengajarnya, bagaimana nilai dengan mereka. Dan perbincangan akan sangat menarik saat senior mulai menceritaka siapa dosen yang baik dan siapa dosen yang kiler, dosen yang mudah ngasih nilai dan dosen yang sulit ngasih nilai. Diakui atau tidak, mahasiswa baru yang belum tahu apa-apa tentang dosen itu akan menelan bulat-bulat informasi yang didapatkannya dari para senior, dan tak cukup sampai disitu dia pun akan menceritakannya pada teman-teman barunya dan dengan mudah virus ini akan berkembang. Menurut saya, bertanya memang kepada senior salah satu usaha yang baik untuk mendapatkan informasi yang lebih dahulu mereka lalui, namun tidak semua informasi yang kita peroleh dari senior bisa kita percayai. Perlu adanya cek & ricek dari setiap informasi yang kita peroleh, mana tahu senior yang kita tanya memang malas belajar sehingga dia mengatakan bla bla bla tentang dosen itu dan ini. Dan senior lainnya yang rajin belajar toh g’ da masalah dengan dosen yang sama. dan mana tahu saat senior bilang dosen itu kiler, kamu-kamu ternyata suka banget belajar dosennya. So, jangan percaya 100 % curhatan para senior J

Krisis Pemikiran Managemen di Tubuh Manajemen Satu-satunya hal yang konstan di muka bumi ini adalah perubahan, dan satu-satunya hal yang tidak pasti di muka bumi ini adalah kepastian. Seperti pernyataan di atas, itulah faktanya kehidupan ini. Mengandung makna objektifitas yang relefasinya mencakup segala aspek kehidupan. Memandang dari segi manapun kita pasti dihadapkan dengan kata “perubahan” yang tetap dan dibayangbayangi dengan “ketidakpastian” yang pasti, karena begitulah kodratnya alam semesta ini. Namun ironi, fakta yang kita temukan berbeda dengan ungkapan di atas. Semenjak menginjakan kaki di IAIN Imam Bonjol Padang, dan menjadi mahasiswa di Fakultas Dakwah jurusan MDI (Managemen Dakwah Islam). Sedalam pengamatan dan keterlibatan dengan proses perkuliahan sampai semester lima sekarang, kami menemukan sebuah kerancuan. Sebagai mahasiswa MDI yang idealnya mendalami segala bentuk dan cara menagemen dakwah Islam, kami sama sekali tidak mendapatkan sentuhan dengan materi atau teori mengenai cara pandang islam sendiri mengenai managemen. Kami hanya mendapatkan teori mengenai managemen dalam pandangan teori-teori ilmuan barat. Pernyataan kami ini bukan merupakan subjektifitas kami sebagai umat Islam atau mahasiswa Islam saja, melainkan suatu keharusan demi keprofesionalan kami sebagai mahasiswa managemen Islam dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat mengenai menagemen Islam. Ketika kami bertanya mengenai managemen dakwah Islam kepada sekian banyak mahasiswa MDI, mereka semua menjawab dengan referensi yang sama, yaitu managemen menurut Jhon Tery. Di sini terlihat keabadian teori Jhon Tery dibenak mahasiswa Islam mengenai managemen. Buktinya dari dulu hingga sekarang referensi yang dipakai ketika ujian mengenai managemen

Rendi Hakimi Sadry

mahasiswa MDI yang idealnya mendalami segala bentuk dan cara menagemen dakwah Islam, kami sama sekali tidak mendapatkan sentuhan dengan materi atau teori mengenai cara pandang islam sendiri mengenai managemen. Kami hanya mendapatkan teori mengenai managemen dalam pandangan teori-teori ilmuan barat.

jawabanya tidak terlepas dari pernyataan Jhon Tery, dan itu dibenarkan oleh dosen yang bersangkutan. Aneh sekali rasanya, kenapa jawabanya tidak bersumber mengenai teori Islam memandang managemen. Secara awam, pertanyaan yang mendasar mengenai fakta tersebut adalah “Apakah Islam tidak mengajarkan atau mempunyai teori sendiri mengenai managemen?” Jujur kami sebagai mahasiswa merasakan Despotisme (ketidaksanggupan) dalam menjawabnya. Karna faktanya memang tidak kami temukan dari para pendidik ungkapan tentang pandangan Islam mengenai managemen. Seha-

rusnya ada pandangan Islam mengenai POAC (planning, organizing, aktuanting dan controlling), atau setidak-tidaknya adalah istilah Islam sendiri yang mengarah kepada “POAC” itu. Nah, di sini terlihat krisis pemikiran mahasiswa Islam mengenai managemen Islam sendiri. Itu tidak terlepas dari krisisnya pemikiran-pemikiran para pendidik (dosen) atau krisisnya akademisi islam IAIN Imam Bonjol Padang. Inilah kerancuaan yang kami maksud itu. Tidak sifatnya sebuah teori itu abadi, relative itu keseharusan bagi teori atau ilmu pengetahuaan. Namun toh kenyataanya sampai sekarang kita masih berpijak pada teori lama, apakah IAIN tidak update dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dan tidak bisa mengabstrasikan pandangan Islam mengenai managemen? Ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab bersama. Krisis pemikiran Islam yang kami peramati adalah, ketidaktahuan mahasiswa tentang cara Islam dalam memandang managemen, dan ini ber efek pada pemaksaan umat Islam khususnya mahasiswa MDI untuk mendalami teori-teori managemen barat. Namun permasalahanya bukan mengenai itu. Jika teori itu bagus kenapa tidak, permasalahanya adalah ketidakmampuan kita menemukan dan menjadikan teori Islam sebagai referensi yang mutlak. Bukankah umat Islam itu mempunyai sudut pandang tersendiri mengenai setiap hal. Di sini terlihat jelas sekali tidak konsistensi IAIN Imam Bonjol Padang, menyandang nama Islam namun dalam teori perkuliahan menggunakan metode non Islam. Itulah ironinya MDI. Satu-satunya hal yang konstan bagi MDI adalah teori Jhon Tery, dan satu-satunya ketidakpastian adalah teori islami.

InBoX 081947655xxx REKTOR, orang tua di kampung nanyo IP pak, apo Nan ka dilihatkan karano IP TU BANA nan alun kalua... 085658447xxx pak jadwal kuliah kok salamak fakultas jo dak ado ketegasan fakultas tuk jadwal yang lah dibuek tu pak.. paniang wk kuliah jadinyo pak 082389572xxx Ass wr wb. Bpk Dekan Tarbiyah,

saya dari jur tadris mtk. Mata kul saya dari smtr lalu, tpi d0sen nya hlg entah kemana.TOLOng beri kami s0lusi bapak, agar kami tdk terbgkalai lagi. 08126503XXX Ass, Pak Rektor YTH. Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) Bp.2011 katanya elektrik, kami sudah membayar 100 ribu pas daftar ulang, tapi yang dapek di kami KERTAS HVS sakareknyo. 085766403xxx Ba’a nasib kmi yg anumpang ko lai pak rektor dak do se lokal untk

kami blajar d fak laen t lai, hruskah kmi blajr d luar bersm kambg2 yg berkeliarn. Oh mlangx nasb kmi parek,,,, 087897513xxx Pak Rektor, seluruh gedung yang ada didalam IAIN ko milik kmpus apa bkan sih? Mslahnya sluruh gdung ada petugas kbersihannya kcuali 1 gedng, yaitu gdg student Centre yg ada diblkang. Karna dhlman trsbut dbiarkan sja smphny berserk oleh petugs iain, sehingga terlihatsngt kotor. Klau phk kmpus gk mw pduli kshkn sj kpd mhsisw gdung itu scr pnuh. Trimksih.

Ungkapkan keluh kesah anda atau masukan untuk kampus kita melalui SMS ke Suara Kampus. kirim ke 085274603860 dengan format : Nama-Bp/jurusan-pesan. contoh: abdullah-308367/muamalah-pesan anda


Raut Tanpa Karakter Dari kasus tawuran terakhir, yang terlibat itu adalah pelajar dari sekolah swasta. Pihak sekolah tidak mengawasi dengan baik. Kalau dilihat sekolah umum, mereka mempunyai banyak kegiatan positif sehingga bakat minatnya bisa tersalurkan dan terhindar dari perilaku menyimpang.

Foto : Istimewa SuaraKampus-Pendidikan di Indonesia saat ini dinilai tidak mencerdaskan masyarakat, tetapi hanya mendidik individu agar memiliki ketajaman otak atau kemampuan berpikir. Sementara pendidikan watak dan karakter sangat diabaikan sehingga terjadi kemerosotan moral dan etika di tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Dr. Mahfud MD saat memberikan kuliah umum di Universitas Gajah Mada. (Kompas.com) Pendidikan karakter mutlak diperlukan karena merupakan kunci keberhasilan bagi setiap individu. Bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan juga di lingkungan sosial. Hal itu memang telah disepakati dan disadari secara nasional dan diperjelas melalui UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kemudian secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 20052025, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional. Untuk melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan karakter, telah dikeluarkan Permendiknas No. 23/ 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Terkait Pendidikan karakter ini, di Kota Padang pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Pendidikan karakter di Kota Padang sebenarnya

sudah dimulai jauh sebelum diluncurkan secara nasional oleh kementrian pendidikan. Seperti yang dijelaskan oleh kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Indang Dewata, sebenarnya pendidikan karakter di Kota Padang sudah ada melalui pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM). Dikatakannya, pendidikan karakter sesuai nilai-nilai Minangkabau lebih penting. Dia memandang, generasi dulu dididik untuk kreatif. Sebagai contoh, jika seorang anak menginginkan mainan mobil-mobilan tapi tak punya uang untuk membelinya. Maka anak-anak tersebut menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya. Tapi, anak-anak sekarang ketika mainan mobilnya rusak satu, langsung mainan tersebut dibuang. Dia tidak berpikir untuk mencari cara memperbaiki mainan tersebut agar bisa digunakan lagi. Itu dibenarkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Manajemen Mutu MAN 2 Padang, Drs. Mihrar M.Si,. Dikatakannya, Pendidikan karakter disini berbasis Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, yang bertujuan membentuk siswa berkarakter dan berakhlak mulia. Sedangkan untuk pelaksanaannya menurut Indang, pendidikan karakter diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Pendidikan karakter tidak punya kurikulum khusus, tidak punya jam khusus dan tidak punya guru khusus, tapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada.

Pendidikan Karakter di Sekolah-sekolah Menurut Drs. Tasman Muis,M.Pd., Kepala Sekolah SMK Negeri Sumbar, pembentukan karakter terhadap siswa sulit dibentuk. Hal itu disebabkan waktu yang digunakan siswa lebih banyak di luar daripada di sekolah. Untuk menanggulangi hal itu, diadakan guru khusus untuk pendidikan karakter yang dirumuskan mulai akhir Juni lalu. “Untuk menyukseskan pendidikan karakter, diadakan guru khusus, dan direncakan juga ada dana khusus, namun belum cair hingga sekarang. Dipekirakan akan cair saat Masa Orientasi Siswa (MOS),” ujar Tasman ketika dijumpai SuaraKampus. Tasman juga mengatakan, Gubernur berharap SMK negeri SUMBAR ini dapat menjadi sekolah model yang berbasis pada adat. Berbeda dengan SMK Negeri Sumbar, MAN 2 Padang menerapkan pendidikan karakter secara eksplisit untuk perbaiki pribadi siswa. “Pendidikan karakter di sekolah ini baru dimasukkan ke dalam silabus pada tahun ini seperti karakter lingkungan hidup, hukum, dan anti korupsi. Silabus ini diberikan berupa cerita yang mampu mengubah karakter siswa menjadi jujur dan beretika, pembelajaran akidah akhlak, dan fiqh pun menjadi bagian dari program tersebut. Sekolah tidak memakai guru khusus seperti bidang studi lainnya, melainkan bersifat integrasi yang disalurkan ke seluruh bidang studi,” ujar Wakil Kepala Sekolah

Bagian Manajemen Mutu MAN 2 Padang, Drs, Mihrar M.Si, kepada SuaraKampus, Sabtu (15/09). Menurutnya, untuk membentuk karakter siswa berwawasan lingkungan dilakukan juga dengan pengelolaan sampah, yaitu siswa melakukan pengelolaan sampah dimulai dari pemisahan sampah, bank sampah, sampai mendaur ulang sampah dan juga penanaman pohon atau pertamanan. Selain itu, pedagang di lingkungan sekolah juga berpartisipasi untuk tidak menjual air kemasan dan makanan berplastik yang dapat merusak kebersihan lingkungan. “Hal itulah yang membawa MAN 2 meraih nama ‘Sekolah Adiwiyata Nasional, yaitu sekolah berwawasan lingkungan pada tahun 2011 lalu,” ujarnya. Sekitar 1.133 siswa MAN 2 merespon dengan baik program ini. Hasilnya, tingkat kedisiplinan siswa meningkat pesat. “Walau ada beberapa kenakalan siswa yang berlebihan seperti cabut, pacaran di luar batas. Namun bentuk kegagalan pendidikan ini juga disebabkan karena kurang pemantauan atau pengawasan dari orang tua, pihak sekolah mengantisipasi dengan nasehat dan peringatan,” jelasnya. “Terkait pendanaan, sekolah ini tidak menyediakan dana khusus untuk program pendidikan karakter, hanya saja setiap dua tahun sekali mengadakan loka karya sebagai penyaluran pendidikan karakter,” tambahnya. Selain itu, SMAN 15 Padang telah menerapkan pendidikan berkarakter sejak Oktober 2011. “Program

pendidikan berkarakter sudah kami terapkan sejak oktober tahun lalu. Program ini sangat bermanfaat bagi warga sekolah, terutama bagi para siswa sendiri. Dalam dalam menerapkan program ini kami menggunakan sistim tausyah. Sedangkan untuk pemateri kami selalu mendatangkannya dari luar sekolah, seperti utadz dan ustadzah yang ada di kawasan Kota Padang.” ungkap Sumarno S.Ag selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan kepada SuaraKampus, Sabtu (15/09). “Dalam teknis pelaksanaannya, kami membentuk tim selaku pembina dalam menjalankan program ini yang terdiri dari empat orang yaitu saya sendiri Sumarno, Aldi, Reno, dan Rahma. Nanti tim inilah yang menghendel seluruh kegiatan yang telah dicanangkan sebelumnya,” ungkap guru pendidikan agama ini. Adapun sarana penunjang seperti biaya untuk pemateri itu didapat dari infak yang dikumpulkan sekali seminggu. ”Biasanya kami selalu mengumpulkan sumbangan atau infak dan uang itu dapat digunakan sebagai honor pemateri,” tegasnya. Selain di sekolah, pendidikan karakter juga harus dilaksanakan di rumah, namun kebanyakan orang tua lebih mempercayakan sekolah dalam pembentukan karakter anak. Dikatakan Defrianti, salah seorang wali murid siawa MAN 2 Padang, menyatakan bahwa pendidikan sekolah dapat membentuk dan membina kepribadian anaknya ketika tidak berada dalam pengawasannya. “Saat terlepas dari pengawasan saya, harap sekolah bimbing anak saya di sekolah,” ujar


ibu dua anak ini saat dijumpai Suara Kampus, Sabtu (15/09). Tak hanya itu, untuk membentuk karakter sang anak, Defrianti mengawasi anaknya dengan mengingatkan dan membimbing anak belajar di rumah dan membiasakan shalat tepat waktu serta membiasakan hidup bersih,” ulasnya. Yurnalisdarma, wali murid siswa SMK negeri SUMBAR juga menyerahkan pembentukan karakter ke pihak sekolah. Ia berharap pihak sekolah mampu mengarahkan siswanya menjadi siswa baik yang mampu berfikir relatif, kreatif, dan cepat tanggap. Problema pendidikan saat ini Pendidikan yang telah berlangsung saat ini sepertinya belum sukses dalam mencetak karakter yang berakhlak mulia. Ini dibuktikan dengan keterangan pihak Polresta Padang begitu banyak kasus dan pelanggaran-pelangaran yang dilakukan, seperti tawuran, perang etnis, narkoba, free sex, pencurian, pemerkosaan, pelangaran lalu lintas, pembunuhan dan lain-lain. Kasuskasus di atas lebih didominasi oleh pelajar sebagai pelakunya. Sebagai contoh, tiga pelajar salah satu SMA swasta di Kota Padang, melakukan pemerkosaan secara bergilir kepada remaja 16 th di atas mobil yang sedang berjalan. Kemudian tercatat selama 2011 lalu sebanyak 57 kasus narkoba dengan ratusan pelaku berhasil diungkap polisi di Padang. Terdapat empat pelajar melakukan aksi tawuran di kawasan Gor. H. Agus Salim. Lalu seorang remaja menjadi biang keladi terjadi aksi tawuran yang melibatkan SMK Adzkia dengan SMK Muhammadiyah di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol.(www.padang-today.com) Dikatakan Komisaris Polisi Andi Yatna, Sik, Kepala Satuan Lalu Lintas Poresta Kota Padang, pada umumnya pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar adalah tidak ada Surat Izin Mengemudi (SIM), tidak ada helm, ugalugalan di jalan dan pemakaian knalpot racing. Tidak jarang nyawa melayang karena minimnya perhatian terhadap pelajar yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Bahkan 90% kecelakaan yang terjadi itu dialami pelajar SMP. “90% kecelakaan sering terjadi pada pelajar SMP,” akunya ketika diwawancarai SuaraKampus di ruangannya, Jum’at (14/09). Banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan pelajar menunjukkan begitu bobroknya karakter pelajar di masa sekarang. Pertanyaanya, apakah hal ini merupakan kegagalan pemerintahan dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional? Atau apakah sistem pendidikan yang dijalankan saat sekarang ini salah dan membutuhkan perubahan lagi? Solusi Kasus-kasus yang dilakukan pelajar seperti tawuran, free sex, pencurian dan lain sebagainya

Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram (Guru Besar Universitas Negeri Padang)

Bobroknya karakter pelajar ataupun masyarakat saat ini karena mereka sudah kehilangan identitas (Pancasila). Tidak hanya pada rakyat bawahan, tapi juga para petinggi negara.

yang terjadi belakangan ini disebabkan beberapa faktor. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, In­dang Dewata, itu merupakan hal yang sangat manusiawi. “Pelajar pada umumnya masih dalam masa berkembang dan mencari jati diri, jadi semangatnya itu masih tinggi. Mereka tawuran karena energi mereka yang besar tidak disalurkan dengan hal-hal positif,” kata Indang. Lebih lanjut Indang mengatakan, dari kasus tawuran terakhir, yang terlibat itu adalah pelajar dari sekolah swasta. Pihak sekolah tidak mengawasi dengan baik. Kalau dilihat sekolah umum, mereka mempunyai banyak kegiatan positif sehingga bakat minatnya bisa tersalurkan dan terhindar dari perilaku menyimpang. “Untuk menanamkan karakter yang baik dan berakhlak mulia, program pendidikan karakter adalah merupakan solusi yang baik,” tandasnya. Hal itu dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai ke dalam mata pelajaran di sekolah, kemudian dilakukan dengan tindakan yang pada akhirnya menjadi kebiasaan. “Pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan pengintegrasian nilainilai ke mata pelajaran yaitu disampaikan melalui pelajaran. Dilakukan dengan perbuatan

yang nantinya menjadi kebiasaan oleh siswa,” ujar Indang ketika ditanyai SuaraKampus, Senin (17/09). Selain itu menurut Indang, guru dan seluruh pegawai yang ada di sekolah juga harus memberi teladan. Menurut cerita Indang, dia pernah melihat kepala sekolah menunggu siswa di gerbang sekolahnya sambil merokok. “Kita melarang siswa merokok, tapi kita sendiri merokok. Boleh saja kita merokok, tapi carilah tempat yang tidak terlihat oleh sekolah kalau kita merokok,” lanjutnya. Lebih lanjut Indang memaparkan, salah satu cara Dinas Pendidikan Kota Padang menerapkan pendidikan karakter di sekolah adalah dengan konsep adiwiyata. Seperti menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnya dan belajar memanfaatkan (mendaur ulang) sampah. Ini dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga menjadi budaya bagi mereka dan tertanam karakter yang mencintai lingkungan. Menurut Drs. Nurhadi, M.Si, Pembantu Ketua I STKIP PGRI Padang, banyaknya Kasus-kasus yang dilakukan itu disebabkan berbagai faktor, terutama faktor lingkungan yang menyebabkan manusia cenderung individualis. Pelajar yang tak mau

bersosialisasi dengan lingkungan, lebih mengutamakan keinginannya dibanding bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga mengakibatkan mereka tak memiliki perhatian, kepedulian kepada orang lain dan keadaan sekitar. Tak peduli lingkungan dan tak peduli dengan orang lain sehingga akhlaknya kurang. Terkait pendidikan karakter hanya tinggal pengaplikasian secara intensif lagi, walaupun tantangannya cukup berat. “Bagaimanapun, penerapan pendidikan karakter mendapatkan tantangan tersendiri karena berada di jiwa yang masing-masing invidu berbeda,” ujar Dosen asal Palembang ini. STKIP PGRI Sumbar telah ada penyuluhan untuk menghasilkan calon-calon guru yang berkarakter, dengan pengarahan ketika sillaturrahmi mahasiswa baru, sebelum PL (Pratek Lapangan), serta Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). “Mestinya harus dimulai dari kalangan pendidik sendiri. Baru setelah itu bisa diterapkan di kalangan anak didik,” terangnya. Lanjutnya, “Pendidikan karakter sudah lama ada seperti pelajaran budi pekerti, terbentuknya sopan-santun dan saling menghargai, sekarang pemerintah sudah jelas mempertegasnya karena dari tidak cukup hanya dengan pendidikan kognitif saja,”. Selain itu, menurut Guru Besar Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram, Pendidikan karakter seharusnya tak hanya pada lembaga pendidikan formal saja, namun untuk masyarakat juga harus diterapkan. Dikatakan Yanuar, bobroknya karakter pelajar ataupun masyarakat saat ini karena mereka sudah kehilangan identitas (Pancasila). Tidak hanya pada rakyat bawahan, tapi juga para petinggi negara. Untuk UNP yang berbasis kependidikan, pendidikan karakter telah dijalankan. “Kami telah memberikan pendidikan karakter terhadap mahasiswa, seperti setiap dosen bidang studi harus mengintegrasikan pada setiap mata kuliahnya, dengan asimilasi seperti penampilan teater/opera serta problem solving,” jelas Rektor yang baru saja dilantik 20 Juli lalu saat ditemui SuaraKampus di ruangannya, Kamis (13/09). Agar karakter bangsa Indonesia mencerminkan akhlak mulia, Yanuar berharap supaya pemerintah dapat memberikan pendidikan karakter untuk masyarakat luas, bukan hanya bagi pelajar saja. Sedangkan menurut Pembantu Rektor (PR) I IAIN Imam Bonjol Padang, pendidikan karakter merupakan pendidikan yang berisi hal-hal yang substansif di bidang pembinaan karakteristik diri seseorang untuk mewujudkan sikap yang positif. Dikatakan Dr. H. Syafruddin, IAIN sudah menerapkan pendidikan karakter melalui setiap mata kuliah dan masing-masing dosen harus memberikan karateristiknya.

Jika masih ada remaja yang melakukan tindakan kriminal, itu karena mereka masih dalam masa transisi. “Pendidikan karakter itu sudah dijalankan dan jika memang masih ada remaja yang melakukan tindakan kriminal itu biasa saja, karna mereka masih dalam masa transisi,” ujarnya, Kamis (13/09). Menurut Arasy Mayrilla, mahasiswa Universitas Negeri Padang, pentingnya pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia supaya bermoral dan menjadikan manusia berkepribadian lebih baik, menumbuhkan pelajar tidak hanya cerdas secara intelektual saja tetapi juga mempunyai akhlak. “Pendidikan karakter sudah dimulai dari kampus, bahkan mahasiswa mendapatkan materi pendidikan karakter ini,” ungkap mahasiswa asal Batusangkar, Sabtu (15/09/12). Dikatakannya, lingkungan yang menganut budaya ke baratbaratan juga penyebab pelajar melakukan hal yang tak bermoral seperti yang ada di Taplau Padang. Senada dengan itu, Prita Kartika, mahasiswa STIKIP PGRI Padang mengatakan, Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mengembangkan serta mendidik karakter seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. “Pendidikan sangat penting untuk menjadikan manusia yang berkarakter baik, berakhlak mulia dan supaya budaya korupsi tidak ada lagi,” ungkap mahasiswi asal Pasaman ini. Banyak terjadinya tindakan yang meresahan masyarakat oleh pelajar dikareakan berbagai faktor. “Keluarga yang bersangkutan kurang menanamkan nilainilai agama sejak dini atau kurangnya perhatian atau kasih sayang keluarga dan orang-orang terdekat,” katanya. “Untuk mendapatkan pendidikan karakter secara khusus belum didapatkan di bangku perkuliahan ini, namun berbagai penyuluhan maupun dosen yang memberi di lokal sudah diberikan,” tutupnya. Harusnya, pendidikan karakter termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, pendidikan karakter selama ini baru pada tingkatan pengenalan norma atau nilai, dan belum pada tahap realisasi. Bangsa Indonesia harus segera membenahi sistem pendidikan mengenai pendidikan karakter, jika cita-cita dan tujuan bangsa ingin tercapai. Jadi, pendidikan itu idealnya harus memanusiakan manusia, tidak hanya bersifat mencerdaskan individu, tetapi juga mencerdaskan bangsa. Redaktur: Sri Handini Reporter: Evi C/Zulfikar/ Gusriana/Abdul R/Ahmad G/Lusi S/ Weli R/Roni R/Nur K/Rizka


Nasib Penelitian IAIN

“Tungkek Mambaok Rabah” Suara K ampus-Penelitian skripsi mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang masih sebatas formalitas untuk menyematkan gelar kesarjanaan di belakang nama. Penelitian yang dilakukan berbulan-bulan itu hanya berakhir di pustaka. “Penelitian untuk menyelesaikan skripsi itu hanyalah tugas akhir bagi mahasiswa, yang akan berakhir di perpustakaan, dan syukur jika ada temannya yang baca jika memang tidak, ya sampai disitu saja ujung dari hasil penelitaian mereka,” ujar Wakidul Kohar, Pembantu Dekan I Fakultas Dakwah, Selasa (18/09). Menurut keterangan PD I Dakwah yang biasa disapa Wakidul ini mengakui untuk saat ini belum ada penelitian yang bisa dikatakan ideal di IAIN IB Padang khususnya di Fakultas Dakwah. Dari keterangan Nurus Shalihin Djambra, Kepala Pusat Penelitian IAIN IB, “Permasalahan penelitian di IAIN IB saat ini adalah permasalahan metodologi, dan perlu pelatihan khusus.” Desain terhadap metodologi penelitian di IAIN Imam Bonjol Padang secepatnya harus diperbaharui. Karena tidak hanya mahasiswa yang bermasalah di bidang metodologi ini. Dosen yang mendapat bantuan biaya penelitian dari kampus pun juga bermasalah. “45 orang dosen yang telah sempat diuji, dikategorikan bermasalah dalam metodologi,” ungkap pria yang biasa disapa Pak Sal ini, selasa (18/09-2012). Namun menurut Wakidul Kohar, permasalahan yang mendasar pada penelitian mahasiswa maupun dosen saat ini yaitu keseriusan dalam penelitian. Menurutnya, tugas penelitian dalam menyelesaikan skripsi tergantung terhadap proses bimbingan. “Dalam penyelesaian skripsi penelitian mahasiswa itu tergantung pada proses bimbingan, hasil yang baik akan menghasilkan penelitian yang baik. Maka untuk menghasilkan penelitian yang baik, pembimbing harus melakukan yang terbaik bagi mahasiswa bimbingannya,” tambahnya. Dosen Pembimbing Belum Penentu Kualitas Skripsi Pernyataan Wakidul di atas sedikit berbeda dengan pendapat Yufni Faisol, Pembantu Dekan I Adab. Menurut Yufni Faisol, ketika diwawancarai Suara Kampus, “Ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dalam melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi jangan tergantung pada dosen pembimbing saja, namun sebagai mahasiswa kita harus giat, karena tidak semua dosen pembimbing bisa membimbing dengan baik,” tuturnya, Rabu (19/09). Selain persoalan bimbingan, Wakidul juga sangat tidak setuju dengan penyelesaian skripsi dengan menyerahkan pada fakultas itu hanya berjarak 2 minggu saja. Menurutnya, itu waktu yang cukup singkat untuk bisa mengakaji kembali hasil dari penelitian mahasiswa agar bisa didalami. Masalah pembimbing ini sangat dirasakan oleh Emi Warneli, mahasiswa Tarbiyah yang didaulat sebagai sarjana 22 September ini. “Saya cukup kesulitan untuk menemui pembimbing, karena memang pembimbing saya dosen dari luar, dosen Universitas Negeri Padang (UNP), dan kesulitan dalam membuktikan hasil penelitian. Karena untuk mencari arsip yang berhubungan dengan skripsi yang saya bahas sulit ditemukan,” ujar calon wisudawati ini ketika diwawancarai suara kampus, Rabu (19/09-2012).

Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Dakwah

untuk saat ini belum ada penelitian yang bisa dikatakan ideal di IAIN IB Padang khususnya di Fakultas Dakwah Dr. Wakidul Kohar Jika Emi kesulitan dalam menemui pembimbing, lain halnya dengan Adek, mahasiswa Ushuluddin yang juga wisuda bulan ini. Adek mengaku untuk penulisan skripsi tidaklah mudah. “Bagi saya persoalan yang sulit dalam menyusun skripsi yaitu pada penulisannya, karena memang skripsi yang saya buat itu dalam bentuk bahasa arab, dan juga seringkali pembimbing dan penguji tidak sependapat, hingga untuk menentukan judul dan isi kadang saya dibikin pusing,” ujar Adek, Rabu (19/092012). Keluhan mahasiswa di atas, bukan berarti terjadi juga untuk semua mahasiswa IAIN IB yang menyusun skripsi. Seperti dituturkan Roni Febrianto, Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN IB Padang mengaku tidak ada kesulitan sedikitpun untuk menemui pembimbing. Menurut Roni, dia tidak menemui kesulitan karena seminar proposalnya lebih awal dilakukan, sehingga ia memiliki waktu yang cukup panjang untuk menyusun skripsi. “Permasalahan mendasar yang saya temui selama menyusun skripsi yaitu untuk mendapatkan bahan, serta keterbatasan advokad (syari’ah), dan persoalan pembimbing bagi saya itu lancar-lancar saja,” ujar Roni, Rabu (19/09-2012).

Menyusun skripsi memang tugas akhir yang harus dilaksanakan sebagai persyaratan untuk bisa diwisuda, menurut ketiga narasumber di atas, mereka penyusunan skripsi itu dilakukan dengan sepenuh hati, meski ada juga yang mengatakan “Mau tak mau, ya harus dilakukan agar kita bisa wisuda,” ujar Roni. Namun salah seorang dosen pembimbing, H. Khilal Syauqi Lc. M.A, mengatakan, “Dalam membimbing seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir mereka, saya memiliki prinsip dalam menyikapinya seperti sebelum membimbing seorang mahasiswa, saya akan membuat sebuah kesepakatan dengan mahasiswa yang bersangkutan, seperti mahasiswa yang bersangkutan sanggup dipaksa atau berpacu dengan waktu dalam menyelesaikan skripsi agar selesai tepat waktu, serta mahasiswa tersebut juga harus disiplin dalam segala hal,” ujarnya saat diwawancarai Suara Kampus, Rabu (12/09). Dalam membimbing mahasiswa, Syauqi mengaku selalu memberikan motivasi dan peringatan-peringatan yang nantinya berguna bagi para mahasiswa bimbingannya. Berbicara soal hasil penelitian mahasiswa, Wakidul mengatakan secara jelas di atas bahwa penelitian skripsi mahasiswa

Fakultas dakwah belum ada yang ideal. Skripsi yang bisa dipublikasikan baru satu, yakni penelitian Ade Faulina, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Penelitian Ade ini dua tahun yang lalu sempat dimasukkan ke jurnal jurusan. Tapi di Fakultas Adab, menurut Yufni Faisol, “Banyak mahasiswa Fakultas Adab yang dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik. Seperti tahun kemarin ada mahasiswa yang mendapatkan pelatihan penelitian dari pusat terkait mendapatkan hasil yang baik, yaitu pada bidang pembuatan naskah tentang Kesultanan Inderapura Pesisir Selatan.” “Untuk Fakultas Adab, kebanyakan skripsi yang lebih baik dan cepat selesai itu dikuasai oleh mahasiswa yang ingin cepat selesai dalam perkuliahan. Sehingga mereka bersungguh-sungguh. Lain halnya dengan mahasiswa yang sudah melampui garis batas yang sudah terlalu lama menjalankan studi. Mereka kurang nyambung dengan persoalan studi mereka. Selain itu, adanya desakan untuk segera menyelesaikan studinya dengan cepat karna takut di-DO. Hal inilah yang menjadi persoalan mereka lambat dalam menyelesaikan studinya dan mereka juga kurang paham dengan Metodologi Penelitian (MP). Pada akhirnya mereka menyusun skripsi dengan asalasalan saja,” sambung Yufni. Nasib baik bagi mahasiswa Fakultas Adab yang dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan baik. Mereka akan diberi reward berupa piagam dan bingkisan seperti tahun-tahun sebelumnya yang berasal dari kebijakan fakultas. Hal yang sama juga sudah diterapkan di Fakultas Dakwah. “Jika memang ada hasil dari penelitaian mahasiswa yang bisa dikatakan bagus, maka Fakultas dakwah akan merencanakan untuk memberikan reward. Untuk dosen disebut “dosen award” dan untuk mahasiswa dengan nama “mahasiswa award”. Bagi mahasiswa akan ditambah dengan informasi tentang kelanjutan studi dan skripsinya akan dilelang di depan dosen-dosen,” paparnya. Untuk meningkatkan kualitas penelitian mahasiswa, Puslit sudah menyediakan anggaran untuk penelitian mahasiswa. Tahun 2013, penelitian tidak saja diberikan terhadap dosen, juga terhadap mahasiswa. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui sejauh mana kualitas penelitian pada mahasiswa. “Memang sejauh ini penelitian itu diberikan kepada dosen, tapi disarankan agar dosen mengikutsertakan mahasiswa dalam penelitian tersebut, dan realitanya masih ada dosen yang tidak mau melibatkan mahasiswa. Untuk itu, tahun 2013 mahasisiwa akan diberi ruang dalam penelitian,” tambah Nurushalihin. Tahun depan, ada 2 kriteria bantuan biaya penelitian senilai Rp 1,15 M, diantaranya penelitian yang diberikan terhadap dosen yang wajib mengikutsertakan mahasiswa dan penelitian yang diberikan untuk mahasiswa yang memang mahasiswa mengelola sendiri. Nurus Shalihin berharap agar penelitian di IAIN IB nantinya bisa lebih baik, dan memperbaiki mata kuliah metodologi penelitian, serta dosen yang mengajar metodologi penelitian tidak hanya memberikan teori semata terhadap mahasiswa namun harus melibatkan langsung dalam penelitian sebagai prakteknya. Editor : Nur Khairat. Reporter : Zulfikar. E, Syahrul. R,(Mg) Abdul. R. A (Mg)


Patah Tumbuh Hilang Berganti Saa t i ni I ns t i t ut Agam a I s l am Negeri (IAIN) sedang mengalami dua peristiwa penting, diantaranya masuknya mahasiswa baru dan di wisudanya mah asi sw a l am a. S e j al a n de n gan rencana konversi IAIN jadi UIN maka jumlah mahasiswa merupakan elemen pe n t i ng, se ba b pe rs yarat an un t uk menjadi sebuah Universitas, haruslah mencapai 10.000 mahasi swa. Pe rmasalahannya, apakah rencana Re kt or I AI N I mam Bonj ol Padang, Makmur Syarif me ngubah IAI N jadi U I N di d ukun g de n gan pe rs yara t an jumlah mahasiswa yang harus 10.000 ora ng p ada t ahun 201 3 me ndat ang t e r capai de ngan ada nya m ahasi swa yang wi suda nant i nya? Atau apakah j um l ah m ahasi swa yang masuk ke I AI N se l ama d ua t ahun i ni a kan mam pu me nut u pi ma hasi s wa yang keluar ketika wisuda menjelang 2013 nant i ? M e nurut Makmur Syarif, j uml ah mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang se m aki n m e ni ngkat d ari t a hun ketahun. Pada tahun ajaran 2011/2012 j uml ah mahasi swa baru I AI N hanya sekitar 1500, namun pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah mahasiswa meningkat menjadi 1763 orang, jumlah meningkat 25% dari tahun sebelumnya. Makmur me ngatakan, pe ningkatan j um l ah m ahasi swa yang masuk ke I AI N ini dikare nakan semaki n ti nggi n ya mi nat c al on m ahasi swa b aru untuk masuk ke IAIN. Selain itu pihak kampus juga me nambahkan be berapa program untuk memperkenalkan IAIN ke Se kol ah M e nengah At as ( SMA) , M ad rasah Al i a h ( M A) se de raj at , me l al ui progr am s osi al i sasi ke sekolah-sekolah di berbagai daerah. “Ju ml ah mah asi sw a me ni ngkat kare na semakin banyak minat calon mah asi sw a un t uk m asuk ke I AI N di tambah dengan program sosialisasi yang di lakukan ole h pihak kampus,” ujar Rektor IAIN asal MTI (Madrasah Tar bi yah I sl a mi yah) Cand uang i ni kepada SuaraKampus, Senin (17/09). Masuk vs Keluar Juml ah mahasi swa wi suda t ahun i ni l e bi h ban yak dari angka t an se be l u mnya. Wi su da I angka t an 68 t ahun i ni me ncapai 824 orang. I ni j uga yan g me mbuat Kaba g Ak ama se d i ki t ke s ul i t a n da l am me ngumpulkan data dari pihak fakultas untuk mahasiswa yang akan wisuda. Karena l am anya pro se s p e ngu mpul an d at a tersebut sampai ke bagian Akama. “U n t uk j adwal kul i ah yang me n gat ur buk anl ah pi ha k Ak ama me l ai nka n di b e ri kan ke pa da pi hak

Ekspresi Calon Sarjana Sebelum Wisuda fakul t as masi ng-m asi ng,” uj ar Zul fahmi selaku Kabag Akama. Sesuai dat a yang di pe rol e h dari Harmonedi , M.Ag se laku Kabag Regi s t ras i , j uml ah mah asi s wa yang diwisuda tahun ini 824 orang dengan rincian, Pasca Sarj ana S3 satu orang, S2 68 orang. Di Fakultas Adab, jurusan Bahasa dan Sastra Arab 13 orang, Se jarah Kebudayaan Isl am 17 orang, I lmu I nformasi Pe rpust akaan 22 orang, Pe rpust akaan Arsi p dan Dokumentasi 64 orang, Fakultas Dakwah Komunikasi Pe nyiaran Islam de lapan orang, Bimbi ngan Penyuluhan Islam 36 orang, Manaje men Dakwah Isl am li ma orang, Pe nge mbangan Masyarakat Islam satu orang. Wi sudawan di Fakul t as Syari ’ah j urusan Ahwal Asy-syakhsi yyah se banyak 26 orang, Perbandingan Mazhab dan Hukum tujuh orang, Jinayah Siyasah 20 orang, Muamal ah 18 orang, E konomi I slam 37 orang, Pe rbankan 24 orang. Fakult as Tarbi yah mewisuda 92 orang pa j urusan Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab 24 orang, Manajemen Pendidi kan I sl am 13 orang, Pe ndidi kan guru M adrasah I bti dai yah 36 orang, Tadris Bahasa Inggris 56 orang, Tadris Matemati ka 14 orang, Tadri s I PA 23 orang, Tadris IPS 24 orang, Ekstensi 11 orang, DMS 39 orang, DMS PGMI 74 orang. Sedangkan Fakultas Ushuluddin jurusan Aki dah Filsafat empat orang, Tafsir Hadist 11 orang, Perban-

dingan Agama dua orang, Psikologi Islam 29 orang, PK Ushuluddin tujuh oran g. Menurut Makmur, saat ini jumlah mah asi sw a bar u se i mban g de n gan j umlah mahasi swa yang t amat . Pada t ah un i n i t e rj adi pe ni ngka t an p ada j umlah mahasi swa yang wi suda dari pada tahun sebelumnya. Pada tahun ini jumlah mahasi swa yang wisuda lebih dari 1500 dari dua kali wisuda. ”Jumlah mahasiswa yang wisuda meningkat pada tahun i ni, juml ah ini seimbang de n gan j uml ah mah asi sw a bar u,” ungkap alumni Fakult as Syari ’ah i ni dengan senyumnya. Sedangkan untuk mahasiswa yang sudah memiliki semester lebih dari 14 akan dipanggil dan diberi peringatan, jika ti dak bisa menyelesaikan kul iah dalam bat as wakt u 14 se me ste r kemungkinan para mahasi swa i ni akan di droup out (DO). “Saya t idak me l ayani mahasiswa yang memi lik jumlah se mester lebih dari 14 semester. Jika jumlah semeste rnya l ebih dari itu me reka akan di DO,” terang Pak Rektor. Mahasi swa baru ‘transl okasi’ gedung kuli ah Ketika ditanya tentang fasilitas di IAIN seiring adanya renovasi beberapa ge d ung yang m e ngak i bat k an ma hasiswa tidak mendapatkan lokal untuk bel ajar, M akmur mengat akan bahwa pihak kampus telah mempunyai solusi yai tu de ngan me nambah j am kul i ah

dan me mpercepat j adwal masuk pada tiap jamnya. Kemudian memanfaatkan be be rapa gedung yang masih kosong unt uk ke gi at an pe rkul i ahan s e pe rt i U ni t Pusat Bahasa ( U PB) dan l ai nl ai n. “Untuk mengantisipasi jumlah mahasiswa baru dengan l okal yang ada, pi hak kampus t el ah me nambah j am kuliah dan mempercepat jadwal masuk kul iah pada t iap-t iap j amnya,” uj arnya. Se be l umnya mahasi swa masuk kuliah jam pertama pada pukul 07.30 WIB, sekarang mahasiswa masuk jam pe r t ama pada puku l 07. 00 WI B,” t ambahnya. “Jumlah mahasiswa se karang memang banyak, t etapi semuanya dapat me l aksa naka n por se s pe rk ul i a han seperti biasa, dengan memanfaat kan be be rapa gedung yang masih kosong unt uk pro se s p e rkul i ahan. Se pe rt i U PB , ke t i ka b e be rap a ge d ung k i t a masih dalam proses perbaikan,” jelas Makmur Syarif ketika diwawancarai di ruangannya, Seni n (17/ 09). Fasilitas menjadi salah satu faktor pe nunj ang ke be rhasi l an da l am pe rkuli ahan sert a pe nent u maj unya se buah kampus. Dalam keadaan renovasi be b e rapa ge du ng d an pe namba han mahasiswa baru yang meningkat IAIN haru s t e t a p me l ak sanaka n ke gi at an perkuliahan. Menanggapi hal ini Yanti mah asi s wa J urusa n Ta dri s Bah asa I nggri s Fakul t as Tarbi yah berharap, perbaikan gedung cepat sel esai agar tidak mengganggu prose s perkul ihan. “Sa ya har ap pr ose s pe rbai kan ge d ung b e rj al an l an car a gar I AI N me n j adi l e bi h maj u dan k ami j uga tidak pusing lagi pindah-pindah lokal. Terkadang harus ke Ushuluddin, Tarbiyah, Adab. Kami mahasi swa baru, mas i h sa ngat mi ni m pe n ge t ah uan tentang lokal-lokal sedang kami harus pi ndah-pindah ke be rbagai fakul tas” ujar mahasiswa baru ini. Se lain itu ia juga me ngharapkan adanya WC di Fakultas Tarbiyah dan ke beradaan kambing di kampus yang sangat menggangu ke nyamanan kampus agar se gera diat asi. Ia be rharap agar di buat pagar yang l e bi h ti nggi dan memperketat penjagaan security. “WC di Fakul t as Tarbi yah t i dak ada, kami sulit kalau ingin buang air, ke m udi an ada kambi ng di kamp us. Saya harap ada perhat ian yang l ebih lagi untuk kampus Islami ini,” tutupnya. Editor : Sri Handini Wartawan: Andika Adi Saputra

Bintang Kampus IAIN IB Wisuda Periode I TA 2012/2013

Nama-nama wisudawan/wati terbaik program S.3, S.2, S.1, dan DIII tahun akademik 2012/2013

NO NAMA

FAK

No NAMA

FAK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Adab Adab Dakwah Dakwah Syari’ah Syari’ah Tarbiyah Tarbiyah Ushuluddin Ushuluddin

1 2 3 4 5 6 7 8

PPS ADAB ADAB DAKWAH SYARI’AH SYARI’AH TARBIYAH USHULUDDIN

Hadiatussufi MS Rafidatul Aini Syari Fahnur Dyla Fajhriani. N Alfi Asyura Nurul Etika Ihsan Nuzula Rita Gamasari Lubis Defi Yasmardi Hidayati

JURUSAN

IP

BSA BSA BPI BPI AS JS MPI PBA AF PK TH

3,65 3,48 3,39 3,73 3,96 3,93 3,67 3,83 3,64 3,87

JHONI EFENDI HADIYATISSUFI. MS LAILATUR RAHMI RABIATUL ADAWIYAH ALFI ASURA FITRIA ELHUSNI ELMIRA APSUZAR FEBRIYENI

JUR BAHASA ARAB BSA PAD KPI AS MPS PBA TH

IPK 3.73 3.65 3.73 3.80 3.96 3.88 3.97 3.89


Dra.Yulinar M., MM

Anak Miskin Naikkan Derajat Keluarga

Dilatarbelakangi kehidupan miskin, dengan keluarga yang tak berpendidikan membakar semangat Yulinar untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Hal ini juga yang membuatnya tak ingin putus sekolah, dan melanjutkan pendidikan sampai cita-citanya tercapai. “Saya ingin menjadi PNS dan

menaikkan derajat keluarga, karena memang keuarga saya miskin dan bukanlah keluarga yang berpendidikan,” ujarnya. Yulinar, wanita kelahiran Durian Jantung, 12 Februari 1962 adalah seorang yang tekun, ulet dan pantang menyerah. Untuk mencapai cita-citanya menyambung ke pendidikan ke yang lebih tinggi setelah tamat MAN 1 Padang, Yulinar rela nganggur selama setahun dan bekerja mencari biaya masuk Perguruan Tinggi. Kemudian tahun 1983 ia masuk kuliah ke IAIN Imam Bonjol dengan tetap bekerja guna membiayai kuliahnya. Selama menuntut ilmu, ia tak pernah mengeluh dan terus bersemangat menjalani hidupnya. Ia selalu menerima apapun yang diberikan orangtunya ketika pulang ke rumah. “Walaupun hanyo Rp 10.000 dikasih Abak Ibu untuk ka Padang, Ibuk tarimo sajo, ndak pernah Ibuk marunguik do,” ungkapnya. Berbekal ketekunan dan keuletan itulah Yulinar akhirnya mampu menaikkan derajat keluarga. Ia yang sekarang menjabat sebagai

Kasubag Tata Usaha Perpustakaan IAIN Imam Bonjol Padang menjadi tulang punggung keluarga, bahkan sejak masih sebagai mahasiswa, ia mampu menyekolahkan empat orang adiknya dengan mengajak adiknya tinggal bersamanya di Padang guna menyekolahkannya dan melanjutkan pendidikan mereka. Yulinar adalah seorang yang pekerja keras. Baginya tekun dalam bekerja itu sangat penting. Ia tak mau mengulur-ulur waktu dan memilih menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu ketimbang yang lain. “Untuk mendapatkan pekerjaan itu sangat susah, makanya niat saya untuk menekuni pekerjaan itu,” ujarnya. Tak hanya itu, wanita empat anak ini juga pernah mendapatkan penghargaan pegawai terbaik dari Aziz Dahlan, rektor IAIN tahun. kemudian ia juga mendapatkan penghargaan Satya Lencana dari Presiden sebagai dosen teladan dengan 10 tahun masa kerja. Saat ini, Yulinar yang juga merupakan dosen di Universitas Terbuka Kampus Lunang Silaut,

sedang mengikuti pelatihan yaitu semacam Diklat Perpustakaan Basis IT di Jakarta, sedang ia merupakan satu-satunya utusan dari IAIN yang dilaksanakan pada 10-19 September ini. Ketika ditanya tentang pendekatan yang digunakannya dalam mendidik anak, wanita yang miliki dua anak angkat ini menyatakan bahwa ia menggunakan pendekatan persahabatan, ia bersahabat dengan anak-anaknya. Ia memberikan kepercayaan sehingga anakanaknya bisa mandiri jika ia tinggal pergi ke luar kota. Sedangkan dalam pekerjaannya, ia berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dan tak ingin membuat orang kecewa dengan pelayanannya. Ia tak pernah melepaskan mahasiswa, namun merangkul mereka agar mereka tidak mendapatkan kesulitan dan memberikan pelayanan yang memuaskan. Hal ini karena ia merasakan bagaimana perasaan seseorang jika tidak dilayani dengan baik oleh orang lain. “Saya tidak ingin orang lain merasakan hal itu,”ucapnya. (Yui Marsela)

CURRICULUM VITAE Nama NIP Jenis Kelamin Tempat dan Tanggal Lahir Status Perkawinan Agama Golongan / Pangkat Jabatan Perguruan Tinggi Alamat Telp./Faks. Alamat Rumah E-mail / HP Nama ayah Nama ibu Nama suami Pekerjaan suami

: Dra.Yulinar M., MM : 196202121991022001 : Perempuan : Durian Jantung, 12 Pebruari 1962 : Kawin : Islam : Pembina (IV/ A) : Kasubag Tata Usaha Perpustakaan : IAIN Imam Bonjol Padang : Kampus IAIN Lubuk Lintah Padang 25151 : 0751-24686 : Jl.Gunung Mahameru Jondul 3 Blok D/9 Kel.Bunga Pasang Kec. Koto Tangah Padang : 081363403063. : Darmawi : Jari’an : Ardi, S.Sos., M.M. : PNS

Anak

: 1. Fadil Wahyudy Mahasiswa Universitas Budi Luhur Jakarta 2. Fauzil Wahyudy Mahasiswa Unikom Bandung 3. Hanna Masfiyah SD Khaira Ummah 4. Sifa Lihabibi

RIWAYAT PENDIDIKAN 1975 Lulus dari SD.Durian Jantung 1979 Lulus dari SMP.N Sei Geringging 1982 Lulus dari MAN.1 Padang Bahasa 1986 Lulus Sarjana Muda Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang 1989 Lulus Strata 1 (S1) Fakultas Dakwah IAIN IB Padang 2009 Lulus Strata 2 (S2) STIE “KBP” Padang


Proyeksi

Pesan Mereka

Sarjana: Job Seeker or Job Creator ?

Ada Seperti Tak Ada

Alwaladul Adieb S.Pd I Jurusan PAI Resimen Mahasiswa

“Dalam bidang keamanan kampus, adanya seperti tidak ada, sehingga masih banyak pungutan liar (pungli) yang dilakukan preman di kampus. Kekurangan kampus masih banyak, sarana kurang memadai, yang ada itu kuantitas bukan kualitas, pembangunan berjalan lamban, keamanan kampus wujuduhu ka’adamihi.” Gita Jonelva

Ruangan bagi UKM

Devit Titi Mulia SH.I Jurusan Ekonomi Islam Tapak Suci

“Pimpinan hendaknya lebih memperhatikan lingkungan kampus, mahasiswa, apa yang dibutuhkan mahasiswanya, untuk meningkatkan kondisi yang lebih baik lagi, disiplin dan ramah lingkungan”

Kampus Ramah Lingkungan

Sukti Rahma S.Pd.I Jurusan PAI Racana Pramuka Rohana Kudus

“pimpinan hendaknya mengadakan pelatihan, pembinaan dan pengawasan kepada pegawai agar bisa bekerja lebih baik. Begitu juga dengan dosen, sebagai teladan hendaknya dosen lebih mengawasi mahasiswa.”

Pegawai Tidak Ramah “Kampus kita sudah lumayan meningkat dengan Nasra Armai Suriati S.Pd.I Jurusan Pendidikan Bahasa Arab KSI Ulul Albab

adanya Rektor baru, namun hendaknya disediakan ruangan bagi UKM yang lebih baik agar lebih berprestasi, karena prestasi kita sebenarnya sudah menyamai kampus lain”

Kampus Ini Ibarat Lukah

Ahmad Saidi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Mapala Alpichanameru

“Baiknya jurusan yang hidup segan mati tak mau itu ditutup saja agar tidak menganiaya mahasiswa. IAIN ini seperti perangkap “lukah” masuknya mudah tapi keluarnya susah. Padahal rata-rata mahasiswa IAIN adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Jadi semua permasalahan segera dibereskan, tenaga administrasi juga ditingkatkan agar tidak seperti ‘orang pasar’, begitu juga kualitas jurusan”

Banyak sekali pilihan dalam hidup ini yang membuat kita terbentur pada pilihan yang rumit. Hal ini berlaku untuk apapun. Betapa bahagianya yang telah menyelesaikan studynya di sebuah perguruan tinggi. Sebuah penantian yang ditunggu akhirnya berbuah manis, namun apakah lulus adalah akhir dari sebuah perjuangan? Tentu tidak. Kita boleh bahagia dan merayakan keberhasilan tersebut, namun jangan terlena dengan itu. Saya teringat dengan salah satu quote : “In every ending there is a new beginning of the next up”. Setiap akhir suatu cerita pasti menjadi awal bagi cerita baru dalam hidup kita. Beban baru senantiasa kita sandang ketika satu tugas telah rampung. So, buat yang baru tamat sekolah ataupun kuliah, welcome to the real world.

Job Seeker Ketika kita memilih menjadi job seeker, maka kita kembali dihadapkan pada pilihan jenis pekerjaan. Apakah jenis pekerjaan yang kita inginkan? Linear dengan ilmu yang kita pelajari atau justru sebaliknya. Keduanya baik dan punya konsekuensi masing-masing. Pekerjaan yang linear dengan ilmu yang sebelumnya kita pelajari memberikan kita kesempatan untuk mengaplikasikan langsung ilmu tersebut serta dapat mengembangkannya dengan lebih real. Pekerjaan seperti ini lebih mudah untuk kita beradaptasi karena kita telah memiliki ilmu basicnya. Berbeda halnya dengan jenis pekerjaan yang tidak linear dengan disiplin ilmu kita. Di sini penuh tantangan dan dibutuhkan kecakapan untuk belajar dengan cepat serta tekanan yang lebih besar. Meski demikian, pekerjaannya akan memberikan pengalaman baru serta ilmu baru bagi kita. Modal utamanya adalah kemampuan untuk beradaptasi, bersosialisasi, berkomunikasi, fast learner, serta keinginan yang kuat untuk menaklukan setiap hal yang notabenenya baru bagi diri kita. Setelah memilih jenis pekerjaan (linear atau tidak linear dengan disiplin ilmu kita), hal berikutnya yang akan kita hadapi adalah jenis instansi/kantor tempat di mana kita akan bekerja. Pemilihan tempat untuk bekerja tidaklah mudah karena kita dihadapkan pada keterbatasan kesempatan kerja dan jumlah instansi yang ada untuk menampung kita. Dalam hal ini, sebagai generasi muda, umumnya akan sangat labil. Ada yang memilih tempat kerja (dan juga pekerjaannya) karena gengsi dan adapula karena kesenangan hati. Keduanya sangat bertolak belakang dan konsekuensinya tidaklah mudah. Jujur saja, pada umumnya kita memilih pekerjaan karena mengedepankan gengsi, bukan hati. Kita bekerja demi prestise (penilaian orang lain). Kita mengabaikan suara jiwa (hati). Inilah mengapa bekerja menjadi momok yang justru membuat kita berujung pada stress. Karena kita tidak menikmati pekerjaan itu. Bagi saya, being happy is my priority. Kalau kita senang, maka pekerjaan pasti dapat diselesaikan dengan baik. Dan ketika pekerjaan diselesaikan dengan baik, berarti kita memberikan yang terbaik. Ini tentu akan membuat kita lebih puas dan secara tidak langsung peningkatan karir akan datang dengan mudahnya, bahkan tanpa diduga-duga. Kebahagian menjadi seorang job seeker lebih bersifat individu, kalaupun mau kita perluas, paling jauh yakni kebahagian keluarga kita. Karena hasil dari pekerjaan kita hanya dapat dirasakan oleh diri kita dan keluarga saja. Namun being a job seeker bisa jadi sebuah langkah awal untuk belajar hingga kita menemukan kepercayaan diri to start our own business (being a job creator), isnt it? Job Creator Ada istilah “yang muda yang dipercaya”. Secara eksplisit ini menegaskan bahwa terbuka peluang yang luas bagi kawula muda untuk berkarya, pemberi solusi, dan penerang. Untuk menjadi seorang creator butuh kreatifitas dan keberanian. Menjadi job creator tidak sulit, meski tidak pula dibilang mudah. Kita dihadapkan pada tantangan untuk sukses dan gagal yang pointnya sama, yakni 50:50. Tapi dengan perhitungan dan analisa yang tepat justru bisa dibuat menjadi 99 : 1. Semuanya kembali kepada personalnya dan seberapa matang dirinya dalam membuat analisa atas rencananya. Ini sangat mungkin terjadi dengan berbekal ilmu secara teori serta tidak segan untuk belajar dari pengalaman para pendahulu. Next, menjadi job creator berarti mengurangi pengangguran karena kita dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu langkah justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak. Apapun pilihan kita, baik menjadi a job seeker or a job creator, pastikan kita menjadi personal yang totally dalam menjalaninya. Sehingga setiap benturan akan tampak sebagai kerikil untuk dilewati, bukan dikeluhkan. Mari kita bekerja dengan hati, bukan mengedepankan gengsi



Harga Mutlak Sebuah Nasionalisme Lumpuh. Mungkin kata itulah yang dapat disematkan untuk melabelkan rasa nasionalisme dikalangan pemuda Indonesia saat ini. Bukan tidak mungkin, kata lumpuh tersebut akan berganti menjadi binasa jika kita tidak dapat menanggulangi sirnanya rasa memiliki terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Terkadang kita harus berpikir lebih loyal mengenai nasionalisme. Pasalnya, hilangnya suatu negara dapat pula disebabkan oleh hilangnya rasa nasionalisme di dalam diri warga negaranya. Dalam hal ini, generasi mudalah yang menjadi sorotan utama. Komitmen untuk menanamkan rasa nasionalisme dalam diri setiap individu sangat dibutuhkan dizaman yang seolaholah menepis jauh-jauh rasa semangat persatuan. Tepat tanggal 28 oktober 1928 silam, pemuda-pemudi Indonesia mengikrarkan sumpahnya yang kita kenal sebagai sumpah pemuda. Esensi dari sumpah pemuda itu sendiri adalah bagaimana kita dapat berkontribusi untuk

bangsa ini dengan pedoman sumpah yang telah diucapkan 76 tahun silam itu. Tetapi pada prakteknya di era globalisasi sekarang ini, kita sudah dapat melihat dengan jelas bahwa sumpahsumpah tersebut hanya menjadi kata ambigu yang tidak pernah terdefinisikan secara nyata oleh pemuda Indonesia sendiri. Berbagai upaya dilakukan untuk menyambangi akan keberadaan pemuda-pemudi yang haus pergerakan akan keadilan dalam kebebasan berpendapat ini, namun, tetap saja sepertinya gaung dari generasi muda harapan bangsa ini masih sebatas titik hina yang tidak pernah dipedulikan. Korelasi yang tepat jika kita melihat bagaimana tanggapan pemudapemudi Indonesia terhadap permasalahan yang menghimpit. Sepertinya mereka enggan bersama-sama terjerumus dalam jurang pemikiran untuk menemukan solusi dan formula yang tepat dalam memajukan bangsa ini. Seolah-olah kita terlupakan oleh ‘label’ sebagai generasi penerus bangsa yang akan memegang

Via Mardiana Susanto Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

amanah demi keberlangsungan negeri ini. Be ri ta t erbaru menge nai sosok walikota termuda di dunia yang l ahir di daerah konfl ik se pe rt i Pale st ina se harusnya menjadi stimulasi bagi pemudape mudi I ndonesia bahwa pemimpin dengan kredibilitas luar biasa tidak hanya dilahirkan di ne gara-negara kaya nan makmur,tetapi di negara yang penuh dengan konflik pun dapat lahir sosok wanita cantik nan bijaksana seperti Bashaer Othman. Rasa i ngin memaj ukan negaranyal ah yang menye babkan sosok Bashaer Othman dapat merasakan dua bulan menjabat

sebagai walikota. Sebenarnya negeri ini tidak menuntut lebih kepada generasi muda, hanya saja beban moral yang diemban dan harus kita mengerti yang se harusnya me nj adi al asan mengapa sebagai generasi muda kita harus berpikir bagaimana memajukan bangsa ini. Seperti bicara mengenai metode untuk menerobos tirani ketidakadilan bagi rakyat miskin, memecah ke bi suan hukum untuk para korupt or, juga menyuarakan aspi rasi rakyat yang t idak pernah direalisasikan oleh pemangku j abat an di Se nayan. Rasa nasionali sme yang semakin pudar pun menj adi indi kator te lah hi langnya rasa memiliki terhadap tanah air diantara pemuda –pemudi Indonesia ini. Sebenarnya, letak keberhasilan Bashaer Othman adalah pada keinginan, yakni semangat di a untuk memaj ukan negaranya. Rasa nasionalisme yang ia junjung yang menjadi cikal bakal bagaimana dalam waktu singkat ia dapat mencipt akan lapangan kerja yang tidak sedi-

kit bagi rakyat Plaestina. Kembali lagi, bagaimana dengan sosok pemuda-pemudi indonesia yang semakin hari semangat untuk memajukan bangsa ini kian sirna, bahkan suara pergerakan pemuda-pemudi bangsa ini seperti lumpuh dimakan oleh kerakusan problema-problema pelik yang mendera. Negeri ini tidak butuh generasi muda penabur benih-benih janji palsu atau penanam kesemuan nasionalisme, juga tidak membutuhkan pemegang-pemegang amanah yang serakah. Negeri ini hanya membutuhkan generasi muda yang mau peduli, dalam artian peduli terhadap keberlangsungan NKRI . Negeri ini pun tidak membutuhkan sosok pemimpin muda, tetapi hanya butuh sosok dengan keinginan yang luar biasa untuk mengubah paras kusut Indonesia menjadi paras jelita Indonesia dengan rasa nasionalisme di dalam hati setiap warga negaranya. Karena rasa nasionalisme itu adalah rasa mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup dalam suatu negara.

Lagu Galau Para Wakil Rakyat Oleh : Rizki Diana Rangkuti Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tau nyanyian lagu sendu Lagu surat buat wakil rakyat iwan fals di atas yang dipopulerkan tahun 1987 ini, menyadarkan kita dengan kondisi para wakil rakyat yang dari zaman orba sampai reformasi tak jauh berbeda. sikap dan prilaku yang di tunjukan wakil rakyat sepertinya sudah turun temurun. Miris memang keadaan negeri kita dimana para wakil rakyat yang seharusnya menyuarakan suara rakyat malah tidak peduli dengan keadaan rakyat sendiri. Malah hanya sibuk memikirkan diri sendiri untuk tetap berkuasa di tengah eurofia politik menghadapi pemilu 2014 nanti. KKN itulah berita yang sering menimpa anggota legislatif kita. Belum lagi dengan sikap tak senonoh wakil rakyat saat rapat ada yang tidur, sibuk dengan BBM (Black Berry Messager) sampai ada yag nonton video porno. Bagaimana mungkin negara ini akan maju jika para petinggi negara saja tak tahu bagaimana bersikap. Atau sebenarnya mereka tau hanya saja tak ingin tahu dengan kondisi rakyat lebih baik memikirkan kesenangan sendiri. Lembaga legislatif yang dulunya dibangun untuk menyalurkan aspirasi - menguatkan fondasi negara rakyat, tercoreng dengan beberapa orang di legislative yang memang tak pantas untuk menduduki kursi parlemen. Banyak yang menjadikan rakyat justru sebagai tumbal mereka untuk

keperluan pribadi mereka. Rakyat harus cerdas untuk memilih wakil rakyat yang pantas duduk di bangku parlemen. Seperti founding father kita muhammad hatta atau sapaan akrabnya bung hatta yang sifat, prilaku dan pemikirannya menunjukkan dialah wakil rakyat yang sangat pantas sepanjang massa. Tidak ada cacat moral, tak ada cacat politik, representasi manusia setengah dewa. Hatta dan Anggota DPR saat ini Sosok hatta yang melekat di benak masyarakat adalah sosok sangat sederhana dia rela memakai baju itu-itu saja selama berkarir. Bahkan Dia sendiri mempunyai keinginan ingin mempunyai sepatu Bally yang sangat terkenal pada era 1950 tapi dia sendiri tidak mau memakai uang Negara untuk membelinya bahkan sampai akhir hayat bung hatta sepatu bally yang ingin dia miliki tidak pernah bisa dia miliki. Meninggal juga dengan harta halal seadanya dengan menulis dan mengajar sebagai dosen terbang.

Berbeda dengan para wakil rakyat kita yag duduk di parlemen selama ini mereka cendrung bersikap hedonisme dan konsumtif. Gedung DPR tak ubah seperti showroom mobil. Belum lagi dengan pakaian dan aksesoris yang serba glamour. Selain sederhana ,sosok Hatta

adalah sosok yang sangat idealisme. Ia rela mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden demi sikap idealismenya. Bahkan istrinya berkata dalam buku kenangkenangan untuk m hatta dari sahabatnya hatta rela me ngec ewakan istrinya yang telah menabung untuk membeli mesin jahit, dimana sehari setelah adanya senering ( p e m o t o n ga n nilai mata uang) dari Rp. 100 menjadi Rp. 1, barulah hatta memberitahukan istrinya akan kebijakan itu. Alhasil uang tabungan mesin itu tidak cukup lagi. “itu rahasia negara jadi tidak boleh di beritahukan, sekali pun keluarga sendiri�, kata hatta. Berbeda dengan keadaan wakil rakyat saat ini banyak yang tidak memeliki sikap idealisme terhadap negara janan kan untuk tidak memberitahukan keputusan negara kepala keluarga untuk menjaga uang negara saja sudah beralih menjadi uang pribadi.

Berjiwa patriot itulah sifat hatta. Di usia 43 tahun itulah saat hatta baru menikah. Hatta pernah berprinsip bahwa tak akan menikah jikalau bangsanya belum merdeka. Di saat usianya 43 tahun barulah indonesia merdeka dan hatta baru mempunyai keluarga baru tak lama setelah kemerdekaan indonesia. Sudah seharusnya para wakil rakyat yang duduk di bangku prlemen memiliki sifat seperti hata yaitu memiliki jiwa patriot atau jiwa kepahlawanan yang rela berkorban untuk bangsa dan negara. Memiliki wawasan yang luas untuk aspek bangsa. Inilah yang menjadikan hatta sebagai founding father yang sampai saat ini masih dikenang masyarakat luas.hatta dikenal sebagai orang pertama peletak konsep dasar indonesia menuju demokrasi. Selain itu hatta juga di kenal sebagai bapak koperasi. Para wakil rakyat yang akan menduduki kursi parlemen harus mempunyai wawasan las untuk membanun indonesia menjadi lebih baik. Bayangkan jika yang menduduki bangku parlemen adalah orang-orang yang tidak mempunyai kompentensi dalam bidang-bidang atau komisi yang di urusnya, tentu tugas-tugas yang diembankan kepada anggota parlemen tidak selesai dan menimbulkan banyak masalah di tengah masyarakat. Seharusnya sifat sepeti inilah yang harus di miliki para wakil rakyat sebelum mencalonkan diri di parlemen. Sehingga tidak ada lagi lagu galau untuk para wakil rakyat.


Lokalitas Sebuah Cerita Novel karya putra Minang, Azwar Sutan Malaka ini merupakan sebuah karya fiksi yang berlakang lokalitas Minangkabau. Namun pengarang justru menyembunyikannya dalam selubung fiksi yang indah. Karena cerita ini bukan kisah sejarah, atau bukan kisah nyata, maka menurut saya hal itu sah-sah saja untuk sebuah karya fiksi. Cerita ini mengangkat seorang tokoh bernama Alif. Ia tinggal di Negeri Purnama. Dinamakan Negeri Purnama karena konon di negeri itu pernah berdiri sebuah kerajaan dengan nama yang sama, Kerajaan Purnama dengan pusat pemerintahannya bernama Istana Purnama. Negeri itu menganut sistem pemerintahan matrilineal dimana perempuan memegang peranan yang sangat penting. Perempuan mempunyai hak untuk mewarisi harta pusaka, baik tanah, sawah, rumah dan harta warisan lainnya. Sementara kaum adam bertindak sebagai penjaga. Tak punya hak waris. Alif, diberi gelar Raja Muda. Pemberian gelar sudah lumrah di negeri itu. Karena memang demikianlah kebiasaan rakyatnya. Seorang lelaki yang sudah menikah wajib diberi gelar. Namun gelar Raja Muda bukanlah didapat lantaran Alif sudah menikah, karena sebenarnya ia belum menikah. Tetapi ada pengecualian untuk gelar yang diberikan karena adat. Ia dikukuhkan sebagai orang yang memegang gelar Raja Muda sebab di pundaknya juga dibebankan sebuah tanggung jawab sebagai pemangku adat sekaligus penjaga harta pusaka yang salah satunya adalah Istana Purnama. Maka pada suatu hari, datanglah seorang investor, Frans. Bermaksud menjadikan Istana Purnama sebagai tempat wisata. Istana akan dikelola untuk kepentingan umum, rakyatpun akan kian sejahtera lantaran pengunjung akan datang

berduyun. Ekonomi akan menggeliat. Paling tidak, demikianlah perhitungan Frans. Tapi Alif dengan tegas menolak, karena bagaimanapun kewajibannya adalah menjaga istana. Frans meradang. Tak bisa dengan kata manis, ia ganti dengan cara sadis. Alif tetap pada pendiriannya. Tidak ada kata kompromi. Istana adalah harga mati. Hingga pada suatu hari, ia dijebak oleh Frans. Frans mengundang bicara empat mata, nyatanya ia diberondong senjata. Pengawalnya dibunuh, ia terluka. Ia mampu menyelamatkan diri. Berlari melalui lorong, lalu ke jalanan. Bukan sekedar pelarian biasa, tapi pelarian panjang, awal sebuah perjuangan mempertahankan istana. Mengambil latar Negeri Purnama, sebuah negeri di antah barantah, Azwar Sutan Malaka membangun sebuah cerita dengan apik. Rangkaian cerita terasa padu dengan alur yang terkadang cepat, terkadang juga bisa melambat. Dilain sisi, pemilihan nama latar tempat memberikan kesan lain. Para pembaca seakan dibawa mengarungi negeri dongeng -atau mungkin bisa juga disebut dongeng modern. Bagaimana tidak, pemilihan nama daerah atau tempat terkesan hanya berada di wilayah rekaan. Sebut saja Negeri Purnama dengan pusat Istana Purnama, Negeri Jalan Bumi dengan pusat Istana Jalan Bumi, Kota Pintu Angin dengan Menara Waktu-nya dan nama lain yang tetap terkesan mendongeng. Namun yang lebih menarik dari semuanya adalah adanya unsur budaya yang padat dalam cerita tersebut. Dan budaya yang dipaparkan tersebut persis sama dengan budaya Minangkabau. Sebagai contoh, pemerintahan yang memakai sistem matrilineal, pemberian gelar yang diberlakukan bagi laki-laki yang sudah menikah atau yang belum menikah tetapi dikukuhkan secara

adat. Dalam budaya Minangkabau hal ini dikenal dengan istilah ketek banamo gadang bagala (waktu kecil dipanggil nama, setelah besar diberi gelar) Selain budaya, istilah yang digunakan dalam novel ini juga banyak memakai istilah dari Minangkabau, seperti Silek Kumango (Salah satu aliran silat tradisional Minang), Randai, Saluang dan istilah lainnya. Dan sebagai catatan, semua budaya dan istilah yang dipakai dalam novel ini adalah benar menurut budaya dan istilah Minangkabau. Di lain sisi, membaca Hidup Adalah Perjuangan, seperti mencerminkan diri sendiri terhadap fenomena yang sudah, sedang dan mungkin- akan tetap berlaku dimasa yang akan datang. Sebuah gejala dimana hal yang berbau budaya dan kebudayaan senantiasa di perjual belikan atas nama hidup yang lebih modern. Tak jarang ditemukan saat ini sepetak sawah dijual untuk dijadikan perumahan, bangunan lama di renovasi jadi pusat keramaian, atau pandam diubah menjadi taman bermain. Sebuah modernisasi yang melalaikan unsur kebiasaan atau budaya masyarakat lama. Mengambil sebuah Istana sebagai pangkal sebuah cerita, Azwar Sutan Malaka tampak dengan sengaja menggelitik kesadaran akan budaya para pembacanya. Melalui tokoh utamanya, novel ini mengisahkan keteguhan hati seorang anak negeri Purnama untuk melindungi Istana yang telah di warisinya turun temurun. Harta tak menyilaukan matanya. Senjata tak menyiutkannya nyalinya. Tak hanya berbicara tentang keteguhan hati seorang anak di Negeri Purnama tersebut, novel ini pun diwarnai dengan drama percintaan pelaku utamanya. Bukan cinta yang berjalan manis hingga ke ujung, tetapi cinta dengan segala hal yang melekat padanya; bahagia, kecewa, dan kehilangan. Bagi pembaca yang menyukai petualangan di negeri antah barantah, barangkali novel ini mampu memuaskan dahaganya.

Judul Hidup Adalah Perjuangan Penulis Azwar Sutan Malaka Penerbit Bening Divapres Cetakan Pertama, Agustus 2012 Tebal 372 halaman Peresensiator M. Adioska

Memperjuangkan Cinta di Negri Para Nabi

Judul Asmara di Atas Haram Pengarang Zulkifli L. Muchdi Penerbit Erlangga Cetakan ke Pertama ,Januari 2012 Tebal 465 halaman Resensiator Zulfikar Efendi

“Lelaki berjilbab� yang rela ibu nya meninggal dunia di banding menggunakan dana haram tak bertuan sebesar Rp 5 Miliyar yang masuk kerening nya. Dan meyakinkan cinta pada hati yang satu dianrara tiga pelabuhan hati bidadari-bidadari cantik. Penggalan dari segelintir kisah dalam novel Asmara di Atas Haram. Seorang pemuda tampan bernama yaser Al Banjary, hidup dalam kesederhanaan bersama ibu dan tiga orang adik perempuan yang memegang teguh keimanan terhadap Allah SWT. Sungguh mulia pemuda tampan tersebut, dalam keadaan yang mendesak dan sangat membutuhkan biaya berobat ibunya Rp 60 juta dan dengan keadaan uang Rp 2 juta di jambret orang pula, namun tidak pernah berfikir sedikitpun untuk menggunakan uang tak bertuan senilai Rp 5 Miliyar yang masuk kerekeningnya, yaser lebih rela ibunya meninggal dibanding menggunakan uang yang bukan miliknya, yaser sangat memelihara dirinya dari hal-hal yang subhat. Qari yang menjuarai Musabaqah Tilawatir Qur’an (MTQ) tingakat nasional provinsi banten, wartawan freelance mendapatkan hadiah untuk menunaikan rukun islam yang ke-5, berkat dari ketekunan dalam mempelajari Al-Qur’an dan bercitacita ingin menjadi manusia yang mulia di hadapan Allah SWT dan berharap bisa seprti ayahnya yaitu sebagai seorang guru ngaji yang mendidik yaser dalam mempelajari AlQur’an, yaser sangat memuji ketauladanan ayahnya. Sebelum berangkat ketanah haram, yaser dilanda peristiwa yang sangat menggemparkan hatinya, esok hari dia akan pergi

menjumpai tanah haram malah ia di hadapkan dengan kepergian ibunya. Seorang ibu pensiunan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus pergi menghadap kehadirat Allah SWT. Hari dilalui hingga mekkah yaser telapaki, di tanah haram inilah qari tampan memulai perjalanan cinta dan membenarkan keteguhan imanya, kisah ini bermula pada seorang qariah cantik bernama istiqamah yang juga menjuarai MTQ tingkat nasional, sama seperti yaser. Istiqamah lebih dahulu pergi ke tanah haram untuk mengerjakan ibadah haji di bandingkan yaser dan juga hadiah menjuarai MTQ tingkat nasional. Yaser sangat mendambai seorang wanita bernama istiqamah ini, hingga sebelum berangkat ke haji yaser sempat menceritakan tentang perempuan dengan nama istiqamah kepada ibunya, dan mengakui kalau ia mencintai qariah cantik tersebut. ketika sama-sama ikut lomba MTQ, mereka sama-sama menadapat juara dan hadiah untuk pergi melaksanakan rukun islam yang ke-5 ini. Cinta mereka berawal dari perlombaan MTQ tingkat nasional di Banjarmasin dan mene mui tit ik terangnya di negri para nabi, yaser mengutarakan perasaannya pada istiqamah yaitu di bukit jabal rahmah, dimana Nabi Adam dan Siti Hawa di pertemukan, pada saat yang bertepatan itu pula seorang pemuda bernama ferry anak dari pak menteri mengutarakan isi hatinya, dan lansung berniat untuk melamar istiqamah. Perjuangan untuk merebut hati istoqamah memang tidaklah mudah, yaser

harus berhadapan dengan seorang anak menteri yang tak kalah tampan dari dirinya. Persaiangan untuk merebut hati bidadari yang bernama istiqamah antara yaser dan ferry di akui sangat sportif, tidak ada pemaksaan, meski fery bisa saja menggunakan kekayaan nya dan fasilitas yang ia miliki untuk mendapatkan istiqamah, namun itu tidak berlaku bagi mereka. Yaser maupun fery memberikan kebebasan bagi istiqamah untuk memilih di antara mereka tidak hanya bersaing dengan fery, yaser juga dihadapkan pada pilihan dua orang wanita cantik bernama eva yang di kenalnya di bukit safa dan sofia anak pengusaha batu bara serta murid yang di ajari nagji oleh yaser dahulunya. Hi n gga a khi r nya yase r j ua l ah yang menjadi pelabuhan cinta istiqamah, jawaban cinta yaser disaksikan bukit Quzah. Namun fery tak put us asa, ke gigihan fe ry t ernyat a berhasil dengan merebut hati seorang dokter, bi d adari can t i k b e l aha n i st i qam ah, yang sama-sama mengerjakan haji serta teman satu kamar istiqamah. Sebut saja namanya adalah eli za, i a tak kal ah indahnya dari istiqamah, hi n gga ki sah asra mara ant a ra ya se r dan isti qamah se rt a fe rry dan el iz a be rnaungan purnama dan bertabur Asmara di Atas Haram saa t me r j e ka t e l a h se l e sai me l a ksana kan i hram. Novel karangan zulkifli L. Muchdi yang lahir dan besar di Banjarmasin, Kalimantan selatan, 5 juli 1959 ini tidak hanya menyuguhkan kisah asmara muda mudi semata, namun dalam novel ini, zulkifli juga menjelaskan bagaimana cara-cara dan etika berhaji. Di dalam novel yang berjudul Asmara di Atas Haram ini pedoman berhajipun kita dapatkan, kita tidak hanya didendangkan dengan kisah asmara yang cukup sempurna.


Tapak Suci Harumkan IAIN SuaraK ampus- Kontingen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang meraih tiga medali perak dan satu perunggu, pada kejuaraan Pencak Silat tingkat Perguruaan Tinggi Se-Sumatra. Para pesilat dari yang diwakili oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci telah mengharumkan nama kampus . Tapak suci menurunkan enam orang anggotanya untuk kejuaraan di Politeknik Negeri Padang PNP. Dari keenam pesilat ini diantara; Dian Putra mendapat perak setelah dikalahkan oleh pesilat dari Universitas Negeri Padang (UNP), Tomy Aidil Putra memperoleh perak , Devit T.M memperoleh perak dan Mia Puspita hanya berhasil mengantongi perunggu setelah bersaing dengan pesilat dari UNP. Keempat sang juara juga mendapatkan bonus berupa sejumlah tabanas dari panitia. Dari keenam pesilat utusan IAIN hanya dua orang yang tidak mendapat juara yaitu Sendri dan Irsyad, Tatapi kedua mahasiswa ini sudah mempersembahkan yang terbaik. Para pesilat utusan masingmasing perguruan tinggi berkompetisi memperebutkan juara dalam Kejuaraan Pencak Silat yang diadakan oleh PNP. Kejuaraan ini diadakan dalam rangka memperingati ulang tahun ke-25 dari PNP. Kejuaraan berlangsung dari tanggal 13-16 September 2012 di Kampus PNP, Limau Manis, Padang. Pihak kampus IAIN sangat mendukung dari pada pesilat yang

ikut serta dalam kejuaraan, terbukti dengan diberikannya bantuan secara meteri, dukungan moril bahkan Pembantu Rektor I ikut serta dalam menyaksaksikan pertandingan final antara IAIN melawan UNP. Pembantu Rektor I (Purek I) Dr. Syafruddin M.Ag, ikut memberikan dukungan kepada pesilat IAIN Pada saat pertandingan final antara Dian Putra melawan pesilat dari UNP. Dian Putra mengaku, Purek I sangat antusias mendukung pesilat dari IAIN bahkan kami dijamu makan bersama setelah pertandingan selesai. “Kampus mendukungan kami secara materi dan juga non materi,” ujar Dian. Pada saat diwawancarai SuaraKampuS Dian Putra memperlihatkan sebuah pesan singkat (SMS) dukungan dari Rektor IAIN Prof.Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.Ag “Tertumpang Harapan dan ucapan selamat terhadap mahasiswa yang berpartisipasi.” Begitu dukungan Rektor karena beliau berhalangan hadir. Salah seorang pesilat putri Devit T.M yang sudah masuk ke semi final mengatakan, ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik, walaupun mengalami banyak kendala dalam latihan kerena kekurangan perlengkapan. “Usaha kami sudah maksimal menjadi yang terbaik untuk kampus tercinta, tetapi kami berharap kedepan untuk lebih diperhatikan, khususnya dalam sarana latihan,” jelas mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam, yang akan diwisuda bulan ini. [Andika Adi Saputra]

Rambu-rambu larangan parkir di Blok M tidak diindahkan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang

Syukuran Jadi Tradisi Setelah Wisuda SuaraK ampus- Jatuh bangun menjalankan kuliah seolah tak terasa ketika tali toga dipindahkan dari kiri ke kanan pada perhelatan akbar wisuda. Sebagai pencapaian berharga, tak tanggung-tanggung sanak keluarga dibawa serta dari kampung ke kota untuk menjadi saksi seorang anak telah menjadi sarjana. Di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang wisuda digelar dua kali dalam setahun, wisuda pertama semester ganjil dan wisuda kedua pada semester genap. Wisuda merupakan tujuan seorang lulusan SMA memasuki perguruan tinggi, sehingga ada tradisi yang berkembang setelah wisuda yaitu syukuran wisuda. Tidak hanya syukuran secara pribadi di rumah namun juga syukuran bersama dalam lingkungan jurusan dan organisasi. Di kampus IAIN banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), persatuan mahasiswa atau ikatan-ikatan mahasiswa tertentu mengadakan syukuran pasca wisuda dillaksanakan. Diantaranya Ikatan Mahasiswa Dharmasraya (IMDHA) yang selalu mengadakan acara syukuran karena anggota mereka diwisuda. Wisuda pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 IMDHA melahirkan 12 orang sarjana. Sekretaris IMDHA Hendri mengatakan, pada tiap acara syukuran wisuda IMDHA selalu mengadakan berbagai macam acara pertama berdo’a bersama atas diwisudanya anggota, pemberian kenang-kenangan dari wisudawan dan wisudawati serta diakhiri dengan hiburan.”IMDHA salalu mengadakan syukuran dengan cara berdoa bersama, pemberian

kenang-kenangan dan hiburan untuk bersama,”ujar Hendri. “Wisuda pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013 IMHDA akan mengadakan syukuran di Pantai Carocok, Minggu 23 September 2012 atau sehari setelah wisuda digelar. Acara ini akan dihadiri oleh seluruh anggota IMDHA yang berada di IAIN, Tujuan dari acara syukuran ini sebagai ranah untuk menjalin silaturahmi dan ajang memperkenalkan seluruh dari anggota IMDHA” jelas Hendri. Bukan hanya IMDHA saja, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa), juga memiliki tradisi yang sama. Wakil Komandan Menwa Gusmanto mengatakan, acara syukuran yang tahun ini dilaksanakan seminggu setelah wisuda bertujuan untuk mengucapkan syukur atas rahmat Allah, menjalin silaturahmi dan mempererat kesatuan seluruh anggota Menwa. “Syukuran bertujuan sebagai rasa syukur pada Allah, menjalin silaturahmi dan kesatuan anggota,”ujar Wakil Komandan. Tak jauh berbeda wisudawan Ulil Amri menilai kegiatan syukuran ini adalah hal yang sangat positif dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa atau UKM manapun.”Saya sangat mendukung dan setuju dengan acara syukuran itu, jika acara dilakukakan dengan kegiatan-kegitan positif,” jelas mahasiswa yang akan dikukuhkan sebagai sarjana pada Sabtu, (22/09/12). [Andika Adi Syaputra, Muhammad Akmalkmal]

Asmara di Atas Haram SuaraKampus- Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus berkerjasama dengan Penerbit Erlangga mengadakan acara bedah novel, di aula Fakultas Dakwah Institut Agama Islam (IAIN) Imam Bonjol Padang. Acara ini dihadari langsung oleh pengarang Zulkifli L Muchdi dengan pembicara Abdullah Khusairi, M.A. Rabu (19/09/12). Kegiatan ini direspon positif oleh pihak kampus IAIN, hal ini terbukti dengan dibukanya acara oleh Pembantu Rektor III (Purek III) Prof. Dr.H. Asasriwarni, MH. Dalam sambutannya ia mengaku sangat senang dengan acara semacam bedah buku ini, karena acara ini bisa menambah wawasan mahasiswa, “Acara ini sangat positif dan memberi wawasan positif,” ujar Purek III. Suara Kampus memfasilitasi segala

bentuk perlengkapan acara yang dibantu oleh Erlangga, novel berjudul “Asmara di atas Haram” karangan Zulkifli L Muchdi yang diterbitkan Erlangga merupakan novel baru yang diminati oleh seluruh kalangan pembaca. Novel pertama Zulkifli M Muchlidi bercerita tentang kejujuran seorang mahasiswa Qari, Hafiz Al-Qur’an diselingi dengan kisah romatis dalam hidupnya. Zulkifli mengatakan novel ini terinspirasi dari sebuah kisah tentang kejujuran seorang pemuda. Pros+es pengerjaan novel ini selama tiga bulan dengan jumlah halaman 465 halaman. Kemudian novel ini dikerjakan dalam keadaan lumpuh. “Inspirasi novel berawal dari kisah kejujuran seorang pemuda walaupun dalam kesusahan, dikerjakan dalam kondisi lumpuh dengan tebal 465

halaman selama tiga bulan,” ujar M Muchlidi. Pesan yang tertumpang dalam novel ini adalah pesan dakwah tentang sebuah kejujuran. Tujuan utama dari isi novel untuk memperingati masyarakat pembaca tentang arti sebuah kejujuran dalam kehidupan. Zulkifli M Muchlidi mengaku, menyukai dunia tulis menulis sejak kecil, bahkan pada saat kuliah dia selalu memasukan tulisan di media-media lokal maupun nasional. “Saya suka menulis sejak kecil dan suka menulis di media lokal,” ujar Zulkifli M Muchlidi ketika diwanwancarai wartawan SuaraKampus pada Rabu (19/09). Kegiatan bedah novel merupakan program dari Penerbit Erlangga untuk mempromosikan buku-buku baru yang diterbitkan Erlangga. Edi Wirsal S.Ag

selaku kariawan Erlangga mengatakan, kegiatan bedah novel ini merupakan ajang promosi untuk novel yang berjudul “Asmara di atas Haram” juga menjual novel lain terbitan Erlangga. “Bedah novel ini adalah program untuk mempromosikan novel perdana dari Zulkifli M Muchlidi, novel ini dijual senilai Rp. 5.5000 perbuah” ujar Edi. Lusi Dewi Ariani dan Yulita mengatakan, bedah novel berjudul “Asmara di atas Haram” sangat bagus dan memberikan sebuah pemahaman yang baik tentang kejujuran. “Novel ini membangun jiwa kita tentang arti sebuah kejujuran walaupun dalam keadaan susah, “ Ujar mahasiswi Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI). Andika Adi Syaputra, Sri Wila Oktalanada


“Aku lapar Mak,” ucap si Bujang mengiba. Amak menatap anaknya tak bergeming. “Maak… Perutku lapar..”, kembali bujang muda 15 tahunan itu menepuk-nepuk kecil pundak Ibunya yang duduk di langkan. Amak masih terpaku diam. “Mak…”si Bujang mulai menangis. Kali ini Amak menoleh kepada anaknya. “ Sudah! Diam! Jangan lagi kau merengek seperti itu, macam anak kecil saja. cobalah kau ke lumbung, lihat di dalamnya, jika tidak kau temukan sebutir beras, berarti kau tahu jawabannya,” Amak terlihat kesal. Keningnya yang keriput semakin mengeriput. Entah apa agaknya yang membuat Amak kesal ketika menjawab pertanyaan anak bujangnya yang semata wayang itu. Mungkin Amak sedang berfikir keras. Bagaimana caranya agar mendapatkan uang untuk membeli beras. Sudah 6 tahun Abak pergi meninggalkan mereka. Semenjak itu pulalah kehidupan mereka diselubungi masa sulit. Semasa Abak hidup, mereka bisa dibilang orang berada. lumbung padi tak sempat kosong, karena hasil padi mereka selalu berlimpah tiap tahunnya. Dengan langkah pasti, bujang muda itu berjalan menuju lumbung padi yang terletak di samping rumah mereka. Dia berharap bisa menemukan beberapa butir beras untuk dimakan sore ini. Bagaimana tidak?, dari semalam perutnya belum terisi, kecuali segelas dua gelas air yang juga tidak dimasak. Setiba di lumbung, matanya menoleh ke setiap sudut ruangan mungil persegi empat itu. Mencari butiran beras yang tersekat di antara lantai batung, Ia mengorek, mengais seonggok jerami yang ada disalah satu sudut lumbung. namun, puas mencari, hasilnya tetap nihil. “Sial” gumamnya.Si Bujang berbalik menemui Amaknya. Pintu lumbung dibiarkannya terbuka, namun Amak yang dicarinya tidak ada lagi di langkan.Dicarinya pula Amak ke dapur. mungkin saja Amak sudah mendapat pinjaman beras dari tetangga sehingga Amak bisa menanak beras itu. Tapi, tetap saja Amak tak ditemukan. “ Amak kemana ya”, bisiknya dalam hati. “Ah! Sudahlah, mungkin Amak pergi meminjam beras.” Bujang mencoba duduk tenang di ruang tamu. Sesekali dimainkannya yoyo yang dibelikan Abak dulu. Bujang mencoba mengabaikan rasa laparnya. Akan tetapi tibatiba wajah Amak muncul di benaknya. Ia cemas jika terjadi sesuatu sama Amak. Namun sesaat kemudian kecemasan itu terhenti karena Bujang tak sengaja tertidur di kursi rotan. Kepalanya berbantalkan tangan kursi. Si Bujang terlihat sangat lelap. perutnya kempis, karena tak sebutir pun nasi masuk ke lambungnya dari malam kemarin. Kekurangan tenaga itulah yang membuatnya lemas tak berdaya. Beberapa hari terakhir induk beranak itu selalu kesulitan dalam hidup. Sawah mereka yang berpetak-petak telah habis digadaikan kepada Uwo Ijah, perempuan tua kaya yang selalu menjadi tempat bagi orang kampung untuk mengadu, menggadaikan sawah mereka. Amak dipaksa Adiknya untuk menggadai sawah. Mamak Bujang itu tak segan mengancam Amak jika Amak tak mau membantunya. Begitu pula Etek si Bujang. Sudah lama perempuan itu iri terhadap keberhasilan Amak. Dia berusaha untu mencuri harta Amak. Beberapa surat tanah pun berhasil dicurinya. Amak yang sudah tua tak dapat berbuat apa-apa. Kini sepetak sawahpun tak lagi menjadi miliknya. Jika diingat masa dulu, Abak si Bujang termasuk jaya di kampungnya. Ia terkenal ulet dalam bekerja. Tiap pagi selalu rajin ke sawah untuk melihat keadaan sawah. Tak jarang Amak bujang ikut bersamanya. Mereka Pergi pagi pulang petang. Begitulah kegiatan yang selalu rutin dikerjakan setiap hari. “Maklumlah Ros, untuk bertahan hidup memang butuh pengorbanan.” Kalimat itulah yang selalu diucapkan Abak kepada Amak disela istirahat mereka.

Lumbung Padi Oleh : Ulfa Yasirly

Tidak hanya itu, suami istri itu sangat tangguh dalam bekerja. Semua pekerjaan di sawah mampu dikerjakan berdua, tanpa mengupah orang untuk membantu. Bukannya pelit, tapi bagi keduanya selagi masih bisa dikerjakan berdua mereka akan mengerjakannya berdua. Mulai dari membajak, membuat pematang, menyebar benih, memupuk, menanam benih sampai memanen. Sungguh itulah anugerah yang diberikan Tuhan kepada suami istri itu di masa mudanya. Sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama, mereka mampu membeli berpetak-petak sawah, beberapa kerbau, juga mampu membeli emas sebagai simpanan. Mereka juga lama dianugrahi anak. Sudah 15 tahun menikah belum juga ada tanda-tanda Amak si Bujang mengandung. Si Bujang saja lahir ketika usia pernikahan mereka sudah dua puluh tahun. Kehadiran si mungil itulah yang membuat kebahagiaan mereka semakin bertambah. usahapun semakin melimpah. Mungkin itulah rezki untuk anak semata wayang mereka. Mana pernah si Bujang merasa kelaparan. Tidak ada sejarahnya keinginan Bujang yang tidak ia penuhi. Mungkin kondisi melarat saat ini tak pernah terbayangkan bagi mereka sebelumnya. ... Jam dinding berdetak dua belas kali. Hari telah larut malam. Di kegelapan, muncul seseorang dari balik parak. Amak bujang rupanya. Amak berjalan tergopoh-gopoh menuju rumah. Wajahnya tak terlalu ditekuk seperti tadi sore. Di tangannya tergenggam sebuah punjin kecil. Entah apa gerangan yang ada di dalamnya. Beberapa detik kemudian tiba juga langkahnya di depan pintu. Ia lalu berteriak memanggil si Bujang. “Bujang… Bujang…” Katanya sambil membuka pintu. Dilihatnya Bujang telentang di kursi rotan. Si bujang masih diam. Letih sekali tampaknya, sehingga tak mau terbangun. Amak mendekati Bujang perlahan. Diciumnya kening anak kesayangannya itu. Diusapnya sayang. “Bujang.. bangun Nak, Amak dapat uang, kita bisa beli beras besok ,” bisik Amak di telinga Bujang. Bujang akhirnya terbangun. Dilihatnya Amak yang berada di sampingnya. “Dari mana, Mak?, Aku mencemaskan Amak, Aku takut

terjadi apa-apa dengan Amak?” bujang bertanya cemas pada Amaknya. “Tadi Amak ke rumah Mamak kau. Amak meminjam uang,” jawab Amak pelan. “Benar mak?” Sambung Bujang dengan wajah berbinar. “Berarti kita bisa makan ?” timpanya lagi. “Benar Bujang, tapi bersabarlah kau hingga besok. Sekarang hari telah larut malam. mana ada lapau yang buka.” Amak berusaha meyakinkan Bujang. “Sekarang lanjutkanlah tidurmu, kasihan anak amak sudah letih sekali.” Bujang bejalan gontai menuju biliknya. Merebahkan badannya di atas kapuk tua yang tidak lagi empuk. Memang sudah lama kasur itu tidak dijemur oleh amak. Maklumlah banyak hal yang terlalu dipikirkan amak akhir-akhir ini, sehingga membuatnya lupa mengurus bilik si Bujang. tambah pula tubuh tua Amak juga tak sanggup berbuat banyak. pekerjaan di masa mudanya telah menyedot habis kekuatan Amak untuk bekerja. Amak duduk berselonjor di ruang tengah. badannya sangat letih. Terlalu jauh perjalanan yang ditempuhnya. Pekerjaan yang dilakukannya pun terlalu berat untuk orang sepertinya. Ditambah lagi ia belum makan sejak kemarin malam. Sungguh tak dapat dibayangkan. Amak tak sanggup lagi melakukan apa-apa. Tubuhnya menuntut untuk segera beristirahat. Saat ini umur Amak bujang genap 65 tahun. Dari segi umur Amak memang belum bisa dibilang renta. Tapi jika dilihat dari tubuhnya, amak terlihat tua dua kali lipat dari umurnya. Garis-garis wajahnya sudah banyak terlihat. kepalanya pun telah memutih. Otot-otot tubuhnya tak lagi sekuat dulu ketika Ia dan Suaminya bekerja di sawah. Mungkin karena perasaian. Sepeninggal Abak sudah bertubi-tubi derita yang dirasakan Amak. Sebelum tidur, Amak menguatkan dirinya untuk melakukan shalat malam. Ia ingin mengadu kepada Tuhan. menutup malamnya berdua dengan Rabbnya. Perlahan dilangkahkannya kaki menuju sumur di samping rumah, sumur itu bersebelahan denga lumbung padi. Pelan sekali amak melangkah, berjalan tanpa bantuan alat penerang jelas akan sulit. Tiba-tiba, “Bruuuuuuuukk…” Kaki Amak tersandung batu besar yang ada di kaki lumbung, tubuh renta Amak terjatuh. Kepalanya terhempas ke dinding lumbung.

pandangannya mengabur, hingga akhirnya amak pun terkapar tak lagi bergerak. … Bujang bangun ketika matahari telah keluar dari pesembunyiannya. Ia merasakan lapar yang teramat sangat. perutnya berbunyi meminta makanan. Dilihatnya Amak dikamar, tak ada. Ia melangkah ke dapur, juga tak ada. “Ah, mungkin saja Amak sedang pergi ke lapau” pikirnya. Ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu, “Amaaaaaaaakk..!” Ia terpekik menyaksikan tubuh Amaknya yang terbujur di dekat lumbung. Digoyanggoyangnya tubuh Amak. Amak tetap diam. Bujang semakin cemas. Ia berlari cepat keluar rumah memanggil tetangganya. Ternyata , Amaknya telah tiada. .... Sudah dua hari Amak meninggalkan si Bujang sendiri. Mamak dan Eteknya pun sudah kembali ke rumah mereka. begitu juga orangorang kampung yang dua hari kemarin mengaji di rumahnya. Kini di rumah itu hanya ada si Bujang. Ia tak lagi peduli dengan perutnya yang lapar. Nasi dan sambal yang dibuat Eteknya pun tak pernah disentuhnya. Waktu itu sudah genap 3 hari 3 malam Bujang tak makan. Hanya wajah amak yang ada dipikirannya. Amak yang selama ini telah merawatnya dalam kondisi tak berpunya. Amak yang selalu menanggung derita karena ulah dunsanak mereka. “Entah mengapa pula mereka datang saat Amak meninggal,” gerutu si Bujang. “Dasar muka dua”! Tak lama kemudian, Bujang mendengar suara pintu diketuk. Si bujang melangkah keluar membukakan pintu. seorang Laki-laki paruh baya tersenyum ramah pada Bujang. “Silakan masuk, Pak” Bujang berusaha tersenyum menyembunyikan duka yang sedang menyelimuti hatinya. Bapak itu masuk dan mengucapkan terima kasih. “Maaf Pak, Bapak ini siapa”? tanya Bujang. “Maaf sebelumnya Nak bujang, Bapak adalah pemilik heler tempat ibumu bekerja tiga hari yang lalu. Maaf juga baru bisa datang kemari. Bapak mendengar berita ini baru tadi jadi bapak langsung ke sini. Bapak mengucapkan bela sungkawa kepada nak Bujang.” “Apa pak, Amakku bekerja di heler bapak?” Bujang terkejut merasa tak percaya. Benar nak, sore itu Ibumu mendatangi heler Bapak. Ibumu memohon pada Bapak untuk memberinya pekerjaan. Kata ibumu dia butuh uang. Bapak tidak tega menyuruh Ibumu bekerja, tapi Ibumu memaksa. Ia tidak mau mendapatkan beras tanpa usaha apa-apa. Kebetulan pekerjaan yang tersisa adalah mengangkat karungan kecil dedak. Ibumu bersedia mengangkat itu. Maaf nak Bujang, bapak terpaksa”, Bapak itu menjelaskan dengan rasa penuh salah. “Jadi Amak berbohong kepadaku meminjam uang dari Mamak, kenapa pula aku tak berfikir”? Mana mungkin Mamak kurang ajar itu mau membantu kami. Dia bahkan tak menganggap kami ada”, Bujang geram, terpekur sambil menangis. “Nak bujang, nak bapak ada sedikit uang untuk nak Bujang.” Bapak itu menyerahkan satu amplop kepada Bujang. “Anggap saja ini adalah sisa gaji Ibumu kemarin”. “Bapak permisi dulu ya nak, ada yang mau bapak urus di heler.”Katanya menimpali. Bujang menjawab dengan anggukan, seraya mengucapkan terima kasih. Ia kembali duduk di kursi rotan. Dibiarkan saja amplop itu diatas meja. Hatinya masih menyimpan geram juga sesal. menyesali dirinya sendiri. kenapa Ia tak bisa membantu Amaknya selama ini. Ia hanya bisa merengek meminta makan, tanpa tau bagaimana cara Amak mendapatkan uang untuk makan. Maafkan aku mak tak terasa air matanya mulai menetes.


Puisi Karya: Asmaul Husna Merna dan Alung Si Burung Gereja Ini adalah subuh yang dingin dan lembab. Harum bunga sedap malam masih tercium di sepanjang jalan. Terlihat ayam jago yang gagah siap berkukuk diantara dedaunan yang berembun. Merna Si burung gereja ingin mengajari anaknya tentang lingkungan sekitar. Pagi buta Merna sudah mengajak Alung, anaknya, terbang ke sebuah perumahan di Kota Padang. Mereka disambut sekumpulan orang berkain putih dan berjalan beriringan. Ada yang putih bersih, adapula yang putih kusam. Dengan kepakan sayap Alung yang masih lunglai ia bertanya. “Siapa itu, mak?” “Mereka adalah orang tua dan remaja yang beriringan ke surau, shalat berjamaah, mendengarkan ceramah, dan mengaji. Alif Laam Mim.” Kemudian matahari mulai mengintip. Ia tak pernah terlambat barang sedetikpun. Ini adalah pagi yang cerah. Banyak burungburung gereja yang baru bangun hendak mencari makan atau sekedar bernyanyi menemani langkah pejalan kaki. Merna sekarang mengajak Alung melihat keramaian Pasar Raya. “Siapa itu, mak?” Ia menunjuk ke arah seorang wanita renta yang berjalan maju-mundur. “Itu seorang nenek-nenek yang mencoba menyeberang jalan. Tapi tak seorangpun yang membantu.” “Itu, siapa itu, mak?” Ia menunjuk ke arah seorang pemuda yang menjepitkan jemarinya di tas pejalan kaki. “Itu seorang pemuda yang mencoba mencari keberuntungannnya ditengah perut yang kosong. Tapi sayang, ia babak belur dihajar masa.” “Itu, siapa itu, mak?” Sekarang ia menunjuk ke arah wanita kepala empat dengan riasan tebal dan gincu merah di bibirnya. Kelihatan seperti sedang menyapa setiap laki-laki yang lewat atau sedang menunggu seorang tamu. Merna langsung saja menutup mata Alung dengan kepakan sayap dan berkata. “Itu, itu, dia sedang menjajakan sesuatu dengan mengharap imbalan uang lima ribu. Ah, entahlah! Betapa murah hidup ini ia buat!!” “Itu, siapa itu, mak?” “Siapa itu, mak?” “Siapa itu, mak?” Terlalu banyak pertanyaan dari Alung, anaknya. Ia menyeret Alung dari keramaian Pasar Raya. “Matahari sudah naik, nak. Mari kita pulang. Sudah cukup pelajaran untuk mu hari ini. Besok kita sambung lagi.” Ini adalah hari yang baru. Tapi matahari tetap saja matahari yang kemarin. Sekarang mereka hanya bertengger di dahan kayu dekat sarang. Alung memulai pertanyaan pertamanya. “Mak, siapa orang dengan kayu panjang itu, mak?” “Tarrr!!” Suara muntahan peluru senapan angin terlambat untuk Merna sadari. Ia benar-benar terlambat. Alung hanya bisa melihat amaknya jatuh dan dipungut oleh tangan yang keriput. Sepertinya itu pelajaran terakhir untuk Alung di hari yang masih sepagi ini.

Kusimpan Pertanyaan itu Dalam Dompet Aku hanya mengharap perubahan dengan kebodohanku Bukan berubah menjadi burung, bumi, langit, awan, petir, gemuruh Bukan! Bukan itu! Semuanya agar lebih rapat dengan Tuhan Tapi mereka tertawa geli melihat tingkahku Yang setiap hari hanya sibuk mencium bumi tanpa ku maknai Yang setiap waktu hanya sibuk membasuh muka tanpa ku tau kenapa harus begini? Yang setiap hari hanya sibuk meminta tanpa ada yang turun Yang setiap hari hanya sibuk, sibuk, sibuk rapat dengan Tuhan! Atau selama ini aku hanya berlagak tau? Tapi aku merasa sedikit rapat dengan perubahan ini Ah… Rabbi, begitu susah keluar dari hutan hujan ini mencari prasasti kehidupan Aku telah basah kuyup kedinginan dibuatnya Atau memang begini caranya untuk orang seperti aku? Kusimpan pertanyaan itu dalam dompet Untuk kutanyakan pada orang-orang di pasar atau depan rumahku Rabbi,, tunggu aku

*Asmaul Husna adalah mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits semester tujuh

Mahasiswa; Antara Status dan Pengetahuan Mahasiswa adalah orang yang mengikuti proses pendidikan di perguruan tinggi yang berpikir radikal, kritis, analitis, ilmiah, objektif dan hanif (selalu berpihak pada kebenaran). Ketika teori ini kita bentang di tengah realita kehidupan mahasiswa saat ini hasilnya mungkin terlihat premature. Karena isuisu yang berkembang beberapa tahun terakhir hingga kini masih lantang terdengar di telinga bahwa perilaku mahasiswa cenderung bertolak belakang dari identitasnya. Identitas yang kian lama disematkan hingga kini belum juga kunjung menjelma di permukaan. Jika ciri yang disematkan itu tidak lagi melekat pada pribadinya tentu kita bertanya siapa sesungguhnya mahasiswa?. Mungkinkah mereka hadir dalam identitas baru, yang tidak lagi menggunakan ciri yang lama. Jika ini yang terjadi, sungguh motivasi mahasiswa telah berubah arah, arah itu mungkin juga lebih mengedepankan status ketimbang motif pengetahuan. Hari ini kita mengakui bahwa semangat para generasi untuk mengakses pendidikan di perguruan tinggi kian meningkat, tapi sangatlah mencemaskan perasaan jika semangat kuliah yang ada tidak dibarengi dengan kesadaran berkuliah. Artinya, selain mereka menyandang status sebagai mahasiswa, mereka juga dituntut untuk melakukan proses secara intens agar potensi diri benar-benar terkembangkan secara maksimal, sebab jika tidak akan dapat melahirkan generasi yang tinggi status tapi dangkal pengetahuan. Charles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk simbolik, yaitu adanya kecenderungan memperjuangkan simbol-simbol atau status tertentu. Tapi walaupun begitu kita juga dituntut untuk selalu berpikir subtantif, sebab tidak semua yang bersifat simbol itu adalah hakikat, tapi malah sebaliknya sesuatu yang abstraklah yang menjadi hakikat. Jadi ketika berproses di perguruan tinggi, hakikat kuliah inilah yang harus dikedepakan bukan semata statusnya. karena jangan sampai kita hanya terjebak ke wilayah formalisme-simbolik, yaitu suatu gerakan yang tergila-gila pada status tapi dari segi kualitasnya menjadi hampa makna. Sebenarnya motif seperti ini telah membeku menjadi budaya baru di dunia mahasiswa, seperti lahirnya tujuan-tujuan dangkal yang seakan-akan kuliah hanya

Ahmad Tamimi

sebagai aktivitas untuk mencari nilai, status, pekerjaan bahkan uang semata bukan lagi kepentingan pengetahuan. Kalau begitu adanya dapat kita simpulkan bahwa umumnya orientasi mahasiswa saat ini cenderung memusatkan pikiran ke wilayah hasil dan hanya sedikit di wilayah proses. Jika ini keyataan yang terjadi maka saya sanggup mengatakan bahwa separoh kegagalan generasi kita ada dalam tangan, karena orang yang orientasinya cenderung kehasil umumnya mengabaikan wilayah proses, bukankah yang menentukan seseorang berkualitas atau tidak itu tergantung kepada sejauh mana dan sedalam apa ia berproses. Inilah paradigma kuliah yang salah kaprah. Jadi, bukanlah hal yang aneh dan mengagetkan bagi kita semua jika out put perguruan tinggi selama ini tidak selalu paralel dengan kenyataan di lapangan. Lihatlah betapa banyak sarjana yang lahir tapi hampir sebanyak itu pula mereka yang tak mampu menjawab persoalan masyarakat, bukankah ini juga persoalan?. Upaya Meluruskan Paradigma Semua kita mungkin sudah tahu bahwa kuliah itu berasal dari bahasa Arab yaitu “kulli” yang artinya “umum”. Dari makna ini saya memahami bahwa kuliah itu merupaka proses yang sangat umum, tidaklah hanya terikat di ruang kampus, pustaka dan kos yang juga sangat terbatas itu. Rasanya terlalu dangkal jika proses yang dilalui hanya di ruang tersebut tanpa melebarkan sayap di ruang-ruang yang lain. Bukankah tiap kita punya potensi yang beragam, dan sangatlah tidak logis jika kampus mampu mengakomodir keseluruhan potensi itu. Jadi menganut pemahaman yang lebih

komprehensif kuliah itu dapat dimaknai; dimanapun kita berproses selama itu ada kontribusi buat perkembangan pikiran dan hati maka itulah kuliah sesungguhnya walaupun dilakukan pada tempat yang menjijikan sekalipun. Jadi, kuliah adalah upaya mencari pengetahuan sebanyakbanyaknya agar diri bisa bernilai guna dan yang terpenting adalah mampu menjawab persoalan hidup. Ketika pengetahuan sudah tinggi maka seseorang pasti bernilai guna, ketika seseorang bernilai guna pekerjaan juga akan mudah di dapat, ketika itu uang serta materi lainnya pasti akan menyusul. Karena sangatlah tidak logis orang yang berpengetahuan akan terbuang di tengah masyarakat. Oleh karena itu, terkait dengan kuliah kita tidak perlu berfikir terlalu materialis atau simbolis tapi yang terpenting adalah bumikan semangat untuk mengembangkan potensi diri agar menjadi diri yang beda. Untuk menjadikan diri yang beda tentu harus dituntut dapat menciptakan ruang dan cara yang berbeda pula. Sebab ruang yang ada hanya akan mampu melahirkan manusia yang biasabiasa saja, modal dasar yang kita miliki untuk menciptakan diri yang beda itu setidaknya hoby membaca, diskusi dan juga menulis. Jika tidak, pasti akan menjadi mahasiswa yang aneh. Karena bagi mahasiswa membaca, diskusi dan menulis itu bukanlah persoalan hoby atau tidak tapi sebuah kemestian. Karena motiavsi ayat yang pertama turun saja Tuhan menyuruh kita membaca dan membaca itulah belajar mencari dan menggali pengetahuan lewat ayat-ayat yang telah Ia ciptakan. Iqra’ artinya bacalah !!!!, lanjutan dari itu baru Qalam yang artinya tulislah, jadi tidak membaca dan menulis bukan saja membuat kita jadi bodoh tapi sikap melawan Tuhan, melawan Tuhan sama dengan mencari kehancuran, kehancuran yang nyata di depan pelupuk mata kita saat ini adalah kebodohan, kebodohan membawa kepada kemiskinan dan kemiskinan akan membawa kita pada kekufuran. Jadi meluruskan niat untuk mencari pengetahuan merupakan wujud dari pengamalan perintah Tuhan yang sekaligus untuk menghindari kebodohan, kemiskinan serta kekufuran. Semua ini berawal dari motivasi dan paradigma, maka rubahlah untuk masa depan. Wassalam.



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.