Edisi 128

Page 1


Berlayar dengan Nahkoda Baru

Menentukan Pilihan Pemilihan umum (Pemilu) legislatif kini di depan mata. Pada 9 April 2014 mendatang, warga negara yang sudah punya hak pilih akan menentukan nasib bangsa untuk lima tahun ke depan. Memilih orang yang tak baik, berarti memilih nasib yang juga tak baik. Asal-asalan memilih, harus siap juga menghadapi nasib bangsa yang asal-asalan. Menjelang pesta demokrasi itu, berbagai pihak yang punya kepentingan berbeda menunjukakkan eksesistensinya. Para calon anggota legislatif (Caleg) sibuk jual tampang dalam kampanye. Wajahwajah berkopiah memenuhi pohon-pohon pinggir jalan, fasilitas umum sampai di kaca angkutan umum. Sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) makin sibuk dengan sosialisainya. Berbagai jurus dilancarkan KPU agar masyarakat berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Penyelenggara Pemilu itu kian gencar ke masyarakat. Berbagai tempat seperti Lembaga Permasyarakatan (Lapas), Lokalisasi, Kampus sampai sekolah-sekolah. Di sisi lain, lembaga survei tak kalah sibuk menghitung angkaangka, mulai dari elektabilitas partai, figur, hingga meramal angka partisipasi masyarakat pada pemilu nanti. Seperti pemain yang tak ingin kehilangan peran, mahasiswa ikut unjuk gigi menyuarakan aspirasi dan sikap jelang pemilu. Di beberapa daerah, mahasiswa menyatakan penolakan terhadap penyelenggaran pemilu. Seperti di Jogjakarta, puluhan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menolak pemilu 2014 pada awal Maret lalu. Mereka kecewa karena pemilu 2014 diukuti oleh muka-muka lama dimana rekam jejak mereka dinilai tak memuaskan. Hal serupa juga terjadi di Jakarta, Pada 5 Maret 2014. Mahasiswa Universitas Nasional (Unas) menyatakan pemilu bukanlah solusi terhadap nasib bangsa saat ini. Namun di sisi lain, aksi berbeda ditunjukkan mahasiswa ketika puluhan mahasiswa menggelar aksi di bundara Hotel Indonesia pada Februari 2014. Dalam aksi itu, mereka menyurakan pemilu bersih. Puluhan mahasiswa itu juga menyurakan untuk tidak golput dan mengatakan golput sama dengan pengecut. Di tengah kondisi itu, mahasiswa Sumatera Barat khususnya Padang seperti kehilangan peran. Belum terdengar sikap-sikap tegas yang mereka lantangkan jelang pesta demokrasi nanti. Dari hasil survei Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus, hanya sekitar 60% mahasiswa yang menyatakan akan memilih pada pemilu nanti, sekitar 15 % menyatakan tidak memilih. Sisanya, sekitar 18% mahasiswa masih ragu-ragu. Jika mahasiswa yang menyandang gelar agent of change saja masih ragu jelang pemilu, bagaimana mungkin mereka mampu meyakinkan dan memberi pencerdasan pada masyarakat dalam menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan.

+ Adu Cuek Mahasiswa dengan Pribumi - Ndak ado gai tu do, buktinyo waktu ibu kost minta jatah lai wak bayia nyo. + Mahasiswa, Penolak dan Penikmat Demokrasi - Sampai bilo ka ditolak ko? Babuek gai lah saketek, jan manolak se nan pandai. Nikmat tu jan sampai dimakan surang lo ndak. + Hargai yang lebih tua - Tu iyo nyo, labiah tuo tu nan labiah lamak. Cando mandapek bini tuo (Maracak kudo pandai bro)

Pelindung: Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Makmur Syarif S. H., M.Ag. Penanggung Jawab: Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Pembina: Yulizal Yunus, Sheiful Yazan, Suardi Sikumbang, Sudarmadji, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna, Andika Adi Saputra, Ridho Permana, Urwatul Wusqa, Ikhwatun Nasra,

Seiring bergulirnya waktu,generasi pengemban harapan berganti peran. Nahkoda dan awak baru kini mengemban tanggung jawab pelayaran Suara Kampus selama satu tahun ke depan. Rapat Akhir Tahun (Rata) pada 25 Desember 2013, memutuskan Zulfikar sebagai pimpinan umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus periode 2013-2014. Selang beberapa hari setelah terpilih, sang nahkoda mengumumkan tim kepengurusannya di depan seluruh anggota LPM Suara Kampus. Langkah awal dan kerja baru pun dimulai. Setelah menyusun program kerja, seluruh pengurus LPM Suara Kampus resmi dilantik pada 7 Maret 2014. Tak ada waktu untuk berleha-leha, pengurus baru lang-

sung dihadapkan dengan programprogram yang sudah menanti. Penerbitan tabloid mahasiswa Suara Kampus edisi 128 merupakan terbitan pertama pada 2014. Dengan personil baru di bidang keredaksian, ditambah pengalaman yang tergolong minim, penerbitan pertama ini terasa seperti ujian pertama kemampuan awak kerdaksian. Namun angin segar terasa ketika melihat jumlah wartawan yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada rapat pener-

bitan pertama, banyak ide mengemuka saat menentukan tema rubrik. Diskusi sengit juga berlangsung ketika setiap anggota mempertahankan ide masingmasing. Meneruskan langkah tahun lalu, tabloid Suara Kampus kali ini hadir 24 halaman, dengan rubrikasi yang pernah hadir pada edisi sebelumnya. Bedanya, di edisi 128 ini kami mencoba menghadirkan rubrik Wisata. Rubrik baru ini diharapkan memberi penyegaran pada pembaca yang jenuh dengan segala problematika kampus ini. Namun langkah awal kepengurusan baru memang jauh dari sempurna. Terlepas dari itu, usaha memenuhi kebutuhan informasi akan tetap kami jaga. Karena tanpa lembaga informasi, sebuah instansi bisa jadi seperti ruang isolasi.

Pucuak Lah Mahampeh, Urek Lah Basaua Pernahkah anda melihat dua pohon yang tumbuh bersisian? Coba perhatikan kedua pohon tersebut. Setiap pohon pasti memiliki pucuk yang merupakan bagian teratas sebuah pohon. Pucuk akan membawa pohon tersebut ke arah manapun ia tumbuh. Pucuk di masing-masing pohon akan menentukan masa depan pohon itu, jika pucuk miring ke kiri maka si pohon akan condong ke kiri. Tergantung ke arah mana pucuk akan membawa si pohon. Masing-masing pohon akan terbentuk dan terarah tanpa pengaruh pohon yang ada di sisinya, begitupun sebaliknya. Tetapi, mungkin saja akan ada pucuk pohon yang menjulur ke arah pohon disampingnya. Namun dengan kepekaan yang dimilikinya, pucuk akan mencari jalan agar tetap hidup. Mereka tidak akan rakus mengambil lahan temannya justru akan saling berbagi tempat dan saling melindungi untuk bertahan hidup. Begitulah kehidupan Pucuak nan maampeh di atas permukaan tanah. Sebuah pohon tak bisa dipisahkan dari akarnya, yang biasa disebut Urek oleh urang awak. Akar atau urek tumbuh dan menjalar ke segala arah di dalam tanah dan tertakdir untuk mencari sumber air, mineral dan zat hara yang terdapat

Nela Gusti H Wakil Pemimpin Umum LPM Suara Kampus di dalam tanah. Jika dua pohon tumbuh pada jarak yang berdekatan, maka, dapat kita tebak akar-akar yang menjalar di dalam tanah akan bertemu satu sama lain. Itulah Urek nan basaua di dalam tanah. Begitulah pohon yang tumbuh berdampingan, sekalipun di permukaan tanah pucuk telah menentukan arah jalan takdir kehidupan mereka namun di dalam tanah akarakar kehidupan tetap bersatu. Akar tumbuh dan berkembang di dalam tanah dengan segala keterbatasan. Kehidupan masyarakat di Minangkabau tidak terlepas dari bagaimana menjaga hubungan antar sesama. Dalam hal ini Islam menjelaskannya sebagai muamalah, namun adat Minangkabau juga mengaturnya dalam pepatah adat yang turun temurun. Hubungan manusia itu ibaratkan dua pohon yang tumbuh berdampingan, ke arah manapun pucuk masing-masing pohon tumbuh namun akarnya di dalam tanah akan

tetap saling berpaut satu sama lainnya. Pucuak lah Maampeh, Urek lah Basaua. Begitu hendaknya manusia menjalin silaturrahmi dengan orangorang di sekitarnya. Apapun pekerjaan seseorang, baik pejabat, pengusaha, akademisi, mahasiswa, pedagang ketika berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya harus mam pu menyesuaikan diri. Sehingga hubungan kekeluargaan akan tetap terjaga. Menjaga hubungan silaturrahmi dengan orang disekitar kita memang tidak selalu mudah, karena tidak semua orang memiliki sifat yang sama. Namun masing- masing kita harus saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. “Nan ketek tau diketeknyo, nan gadang tau digadangnyo�. Pemahaman akan posisi dan porsi masing-masing harus benar-benar disadari agar tidak terjadi konflik yang akan memecah keduanya. Jika masing-masing telah tahu dan mengerti potensi dirinya, maka akan terjadi hubungan positif yang akan saling menguntungkan satu sama lain. Namun, jika masing-masing individu merasa bahwa ia lebih hebat dan saling mengintervensi tentu saja satu sama lain akan saling merugikan.

Pempinan Umum: Zulfikar. Wakil Pempinan Umum: Nela Gusti Hasanah Sekretaris Umum: Sri Handini. Bendahara Umum: Yuni Marsela. Pemimpin Redaksi: Ahmad Bil Wahid. Pemimpin Perusahaan: Dosfrianto. Kepala Divisi SDM & Litbang: Septia Hidayati. Redaktur Pelaksana: Restu Mutiara Sari. Koordinator Liputan: Taufiq Siddiq. Redaktur: Yogi Eka Saputra, Elvi Safri Dinyyati Rahmatika, Iis Sholihat Damanik. Divisi Periklanan & EO: Zul Anggara. Divisi Umum & Adm: Jeki Pernandos. Reporter: Evi Candra, Rahmawati Matondang, Nur Khairat, Ari Yuneldi, Gusriana Luxtriana, Tri Bayu Lestari, Novia Amirah Azmi, Ade Irwansyah, M. Zahir Ikhlas, Annisa Efendi, Arif Nur Setiyawan, Eka Putri OktaridhaIllahi, Delli Ridha Hayati, Bustin, Hervina Harbi, Anisa Fitri, Esti Wandani, Rosi Elvionita. Anggota Magang: Eka Dasman, M. Arif, Sulaiman, Jel Hendri, M. Fadil MZ, Romlan Heriyadi, Nurcahaya Dalimunthe, Kamaruddin, Novi S. Nur, Adril Maiyanto, Syafriko, Nurhayati, Uci Yusvitha Sari, Axvel Gion Revo, Amaliatul Hamrah, Annisaul-Husna, Atmelia Sari, Aidil Ridwan Daulay, Destiwi Zurima, Deliani, Defriandi, Eka Sapta Desi, Farhatun Layali, Fitratul Rahmi, Febri RahmaSuci, FitriaWati, Friyosmen, Gusnanda, IrdaYona, Jamal Mirdad, KanadiWarman, Khairul Ummah, Lailaturrahmi, Muhammad Yunus, Marlediana, Mukhtar Syafi’i, Muhammad Ilham, M. Yasir Arafat Hasibuan, Meldhiany Ramadhona, Nico Citra Wandi, Nofri Migo, Netra Dewita, Pepi Oktaviani, Rahmadina, Risya Wardani, Ria Oktaviantina, Redy Saputra, Rasihan Anwar, Rafika Ramadani, Rahmad Putra Kampai, Rahmadi, Rice Juli Asnita, Reski Kochan Jasandra, Siti Saodah, Sakinah, Syofil Apri Yanil, Salfin, Salvianti, Tri Yulinatati, Tesalia Putri, Ulfa Fauziah, Veni Andriani, Warnida, Wike Oktaviani, Yahya Sakynah, Yandri Novita Sari, Yunita Oktavia, Zaitil Akbar, Ilham Hamdani.


Konsep Kepemimpinan Menghadapi Indonesia Lima Tahun Kedepan Pemilu 2014, tahun politik dalam menetukan Indonesia lima tahun ke depan. Memilih pemimpin atau khalifah dalam Islam itu perlu untuk dicerdasi. Seorang pemimpin itu harus cerdas dan dapat mencerdaskan orang-orang yang dipimpinnya. Tidak harus melihat profesi ataupun tampang yang harus dijual untuk mendapatkan kursi di pemerintahan dan uang bukan konsumsi dalam menentukan kursi. Dalam memilih pemimpin, pemilihpun harus cerdas dan memilih pemimpin sesuai yang diinginkan. Bukan jawaban sebagai motif tidak percaya terhadap calon-calon pemimpin dengan membuang suara. Terlalu bodoh memilih golongan putih (Golput). Dua diantara tiga calon yang ada memang bukan sama pada prinsip yang mereka punya. Menunaikan hak bukanlah dosa, namun mengabaikan tanggungjawab merupakan kebodohan yang akan menjadi penyesalan. Memilih ataupun tidak dari beberapa calon yang ada akan tetap, salah satu diantaranya akan mendapatkan singgasana di pemerintahan sana. Sebagai pemimpin cerdas memang dibanggakan. Setiap orang merupakan pemimpin, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis nabi Muhammad SAW, bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan mempertanggungjawabkan apa yang dipimpin tersebut. Sebagai seorang pemimpin, ada dua teori yang dipahami. yaitu memimpin sebagai seni. Dimana kadar seseorang menjadi pemimpin itu sudah jelas, tanpa harus dibuat-buat. Karena memang seorang pemimpin harus memiliki tanggungjawab penuh. Seorang pemimpin juga dituntut untuk bisa melihat lebih jauh, mendengar lebih dahulu dan merasakan lebih dalam. Suatu kondisi yang lucu, jika seorang pemimpin tidak bisa paham dengan rakyatnya sendiri. Seorang pemimpin mesti bisa berbuat sebelum orang lain memikirkan. Dan yang kedua, yaitu memimpin sebagai ilmu. Dalam memimpin sebuah lembaga ataupun negara, setiap pemimpin meski belajar dari apa yang telah ia jalankan. Terlalu bodoh seorang pemimpin jika tidak bisa memahami dan menawarkan solusi baru terhadap lembaga ataupun negara yang sedang ia pimpin. Kesalahan yang sama sempat terjadi pada kepemimpinan sebelumnya terulangi lagi, sama saja ia seperti keledai yang mau jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Memimpin itu adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga. Setiap kebijakan yang diambil itu perlu pertimbang yang matang dan paham dengan kondisi lingkungan. Otoriter hanya untuk pemimpin

08576649XXXX yg un sesali d kmps kta masalah kebersihn mesjid dan wc nya..kenapa kok ada yg buang air ngk nyiram..apa tidak ada garin msjid..mnrt un mewah ngak pa pa tdk...nyamn yg pentg. 08239242XXXX IAIN ibarek kabau padati sadang mandakI taensuik-ensuik, Dilacuik kareh2 baru jalan...

Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang

yang tidak memiliki ilmu dalam dunia kepemimpinan. Hak rakyat perlu dipertimbangkan selain dari memperjuangkan keinginan. Memang setiap pemimpin memiliki keinginan untuk lebih baik, kadar dari orang-orang yang dipimpin itu akan lebih baik jika dapat direalisasikan. Seorang pemimpin dalam Islam juga merupakan Ra’in (Pengembala). Jika ingin yang digembalakan mendapat makanan yang banyak dan baik, maka pemimpin harus mengerti dengan ilmu mengembala. Jangan sampai sore datang dan peristirahatan telah menanti yang digembalakan belum mendapatkan apa-apa dari hasil gembala seharian tersebut. Berhasil atau tidaknya seseorang memimpin tersebut bukan dilihat dari kemegahan yang ia dapatkan selama memimpin. Tapi, generasi penerus yang memiliki kualitas dan dapat melanjutkan kepemimpinanya tersebut demi mewujudkan perubahan yang lebih baik untuk ke depan. Konsep Kepemimpinan dalam Agama Islam Islam telah menawarkan konsep kepemimpinan bagi penganutnya. Beberapa aspek meski ada dalam diri seorang pemimpin, jika ia benar-benar ingi menjadi seorang pemimpin yang baik dan tauladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam Islam, paling tidak harus ada tiga pendekatan yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: Pertama, Pendekatan Normatif. Dalam pendekatan normatif dasar konseptual kepemimpinan Islam dibagi dalam empat kelompok, yaitu: Prinsip tanggungjawab, karena di dalam agama Islam telah digariskan bahwa setiap orang itu adalah pemimpin, yang akan mempertanggungjawabkan apa yang telah ia pimpin. Prinsip etika tauhid, dalam surat ali-Imran dijelaskan bahwa Allah SWT telah menggariskan pemimpin itu ambillah dari orang yang dapat terpercaya. Jika tidak hanya akan menimbulkan kemudharatan. Dan selanjutnya yaitu prinsip keadilan. Dalam menjaga keseimbangan dari beberapa kepentingan,maka asas keadilan harus benar-benar dijaga, agar tidak muncul stigma-stigma ketidakadilan seperti kelompok-kelompok yang termarjinalkan. Dalam surat Shad ayat 26 Allah SWT menjelaskan bahwa, manusia adalah khalifah di muka bumi, dalam mengambil

keputusan ambillah keputusan yang adil dengan tidak mengikuti hawa nafsu. Dan yang terakhir yang perlu dijaga sebagai seorang pemimpin itu adalah prinsip kesederhanaan. Karena Rasulullah SAW menjelaskan bahwa pemimpin itu adalah pelayan rakyat, bukan meminta dilayani oleh rakyat. Kedua, pendekatan historis. al-Qur’an telah mengisahkan umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan renungan bagi umat yang akan datang. Dengan pendekatan historis, setiap pemimpin harus mampu memahami persoalan yang pernah terjadi dan tidak mengulangi lagi. Dari hal ini akan dapat dilahirkan pemimpinpemimpin yang memiliki sifat shiddiq, tablig, amanah, dan fathanah. Ketiga, pendekatan teoroitis, dimana islam memiliki ideologi yang terbuka. Hal ini mengandung arti bahwa dasar-dasar konseptual yang ada dalam bangunan ideologi Islam sendiri sudah sempurna. Namun, tidak menutup kemungkinan menafikan ide-ide dan pemikiran dari orang-orang di luar islam selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah. Jadi, dalam konseptual Islam. Pemimpin itu sudah ditentukan, hanya saja perlu kecerdasan dalam memahami dan meilih pemimpin tersebut. Tidak ada yang disukai, bukan berarti mendiamkan suara dalam kebisuan. Memilih diam dan bungkam dengan keadaan, sama saja memberikan peluang terhadap ketidaksukaan tersebut menjadi beban dalam kehidupan. Golput bukanlah pilihan dan juga bukan jawaban dari persoalan yang sedang dihadapi. Cerdas dan mencerdaskan merupakan suatu kewajiban yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebagai kaum intelektual, dosen ataupun mahasiswa juga perlu menyadari dan menempatkan diri dalam menghadapi tahun politik (Pemilu 2014) yang sedang kita hadapi. Karena membiarkan kemungkaran, sama halnya ikut dalam kemungkaran tersebut. Dalam Hadist Nabi Muhammad juga telah dijelaskan, apabila melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangan (Kekuasaan) dan apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan lisan dan jika tidak sanggup juga, maka cegahlah dengan hati (Berdo’a) yang merupakan selemah-lemah iman. Dan jika memang menganggap sebuah demokrasi memberikan peluang kemungkaran bagi politisi, maka berbuatlah. Karena kita bukanlah orang-orang yang lemah.

08318155XXXX 08318122XXXX gedung2 nya di kinclongin dong, udah Playanan nya gk bgus,sarana pada kusam prasarana jga gk memadai..ktanya kmpus agama..tp kug gk djalani..ktnya 08969606XXXX kbrshan sbgian dri iman,tpi Seharusnya setiap gedung ada buktinya apa wcnya gk wc. Mahasiswa gak harus memadai.. ruanganya kyg flm numpang d wc dosen. Trus horor..apa bdanya kta sma sarana prasana perpustakaan kmpus2 yg lain..emangny untk tambah lagi bukunya. Tambah apa t nin? lokalnya

Sampaikan keluh-kesah, saran dan unek-unek anda tentang kampus via SMS ke 087792593232 dengan format Nama_NIM/Jurusan_pesan

Senyum Politik Dosfrianto Pemimpin Perusahaan LPM Suara Kampus Kota padang tempat kita berdomisili hari ini sedang memasang wajah baru, kemanapun kita berjalan berbagai foto caleg terpampang di sepanjang jalan menambah buruk negeri yang amburadul ini. Bendera-bendera partai politik tak ketinggalan meliuk-liuk di ujung tiang sepanjang negeri ini. Pemandangan seperti itu tidak hanya terjadi di Padang, melainkan juga di ibukota negara, provinsi dan kabupaten bahkan sampai ke pelosok negeri. Semua pasti mengetahui bahwa hal ini merupakan salah satu cara mempromosikan diri para calon-calon wakil rakyat agar terpilih dalam pemilu 9 April mendatang. Dengan cara seperti itu, mereka berniat agar dikenal oleh masyarakat dan terpilih dalam pesta demokrasi lima tahunan ini. Foto-foto dengan senyum penuh ambisi ini menyungging seolah tertawa dengan segala permasalah rakyat yang tak pernah usai. Tak ketinggalan media massa dan media sosial dijadikan tempat mempromosikan diri. Semboyan kampanye yang tertulis di tiap lembar spanduk mengumbarkan janji-janji calon legislatif yang penuh ambisi. Ada juga strategi blusukan menjemput aspirasi rakyat, katanya. Selalu tersenyum dan ramah kepada siapa saja yang ditemui di jalan. Tak habis pikir kenapa mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan amanah itu. Kata-kata pengantar kampanye yang tertulispun bahkan membuat kita tertawa ketika membacanya, ambil saja contoh caleg yang menuliskan riwayat keturunan nenek moyangnnya. Atau bahkan ada juga memakai kata yang tak dimengerti sama sekali maksudnya oleh masyarakat. Sebenarnya yang perlu direnungkan setiap caloncalon pemimpin ini adalah rakyat tidak bisa dibohongi oleh goresan-goresan ambisi yang mereka usung. Sumbangsih yang mereka berikan ke masyarakat saat ini adalah sebuah pencitraan semata. Banyak contoh pada pemilu di tahun-tahun sebelumnya. Janji wakil rakyat yang dia lontarkan tak ubanya isapan jempol semata. Sebagian wakil rakyat bahkan melukai hati rakyat sendiri dengan berbagai permasalah yang dia lakukan. Sebagi rakyat biasa tentu menginginkan perubahan nasib ke depannya melalui tangan-tangan pemimpin ini, kita tidak boleh tertipu dengan kata-kata manis calon pemimpin. Uang boleh saja mengalir ke kantong pribadi kita, tapi hak memilih tidak ada yang boleh mengintervensi. Tak ada salahnya menerima pemberian dari orang lain selagi itu keinginan dari yang bersangkutan. Amanah Wakil Rakyat Sebuah tulisan pernah dimuat di sebuah media yang di posting ke internet dengan judul “Analisis Kampanye Caleg Panik”, di situ tertulis bahwa gaya kampanye caleg saat ini tak ubanya seperti melihat poster film. Semua itu dilakukan karena kepanikan caleg maka mereka berlomba-lomba meningkatkan rating keterkenalannya. Sebenarnya masyarakat sangat paham kualitas caleg yang akan mareka pilih. Gaya komunikasi yang tertuang dalam poster dan gambar yang terpampang di sepanjang jalan menunjukkan kualitas diri orang tersebut. Senyum manis yang terpampang tak akan mempengaruhi pikiran dan hati rakyat tentang orang yang dapat dipercaya memegang amanah. Gombal janji caleg tercatat dengan apik melalui fakta yang ada. Secar visual mereka mengaku berpendidikan tinggi, ramah, berwibawa, agamis, santun dan sebagainya. Mendandani diri laksana malaikat pembawa kedamaian serta kata-kata manis mengatas namakan rakyat. Menurut Sumbotanarbuko, gaya komunikasi hardsell merupakan siasat jualan seperti ini bukannya meraih simpati rakyat, malinkan justru tebaran sampah visual mengganggu ruang publik. Dampaknya, terjadi miskomunikasi dan konflik publik di ruang publik antar sang caleg dengan rakyat sebagai calon pemilih. Tidak ada salahnya sang caleg dan tim suksesnya terjun lansung ke lapangan berinteraksi dengan rakyat serta bekerja sama dengan para caleg secara sportif daripada menjadikan alat peraga kampanye sebagai media utama mempromosikan diri sebelum pesta demokrasi tahun ini dimulai.


Mahasiswa, Penolak dan Penikmat Pesta Demokrasi

ilustrasi

Pesta demokrasi Indonesia di depan mata, pada 9 April rakyat Indonesia termasuk mahasiswa akan memilih wakilnya untuk kurun lima tahun ke depan. Berbagai sikap jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 ditunjukkan kalangan mahasiswa di berbagai daerah. Ada yang tegas menolak namum ada juga yang tetap ingin menjaga pesta demokrasi ini.

Di Jayapura, Jogjakarta, Medan mahasiswa melakukan unjuk rasa dan menyatakan menolak pemilu 2014 dengan berbagai alasan. Namun di Jakarta, puluhan mahasiswa sempat menggelar aksi dan menyuarakan pemilu bersih di bundaran Hotel Indonesia pada Februari 2014. Suhu berbeda dihadirkan mahasiswa di Sumatera Barat. Hingga satu bulan jelang Pemilu, tak terdengar sikap tegas mahasiwa di ranah Minang menyikapi pesta demokrasi nasional ini. Di Sumatera Barat, jumlah pemilih pemula mencapai 20 persen dari 3,6 juta jumlah seluruh pemilih. Ini berarti sekitar 720 ribu pemilih berusia 17 sampai 20 tahun, dimana usia tersebut didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Sementara di seluruh Indonesia, seperti dikabarkan beberapa media nasional, jumlah pemilih pemula mencapai 40 juta jiwa. Beberapa pengamat mengatakan, sikap pemilih pemula khususnya

mahasiswa akan berpengaruh pada sikap pemilih lain. Salah seorang yang membenarkan hal itu adalah pengamat politik Universitas Andalas Dr. Asrinaldi, M, Si. “Mahasiswa sebagai kelas menengah dalam demokrasi adalah kalangan yang punya pengalaman politik, gagasan, independensi dan kemandirian,” tuturnya saat ditemui Suara Kampus, Selasa (18/03). Asrinaldi khawatir jika mahasiswa tidak memainkan peran yang tepat jelang pemilu akan membuat demokrasi menjadi kacau.

jika mahasiswa menolak, tapi tidak memberikan solusi,” ujarnya. Pengamat politik ini mengibaratkan pihak yang tidak menjalankan aturan dalam demokrasi seperti pemain sepakbola yang bermain tidak sesuai aturan yang disepakati. “Dalam demokrasi ada rule of law, ada tauran main yang kita sepakati. Jika dalam bermain sepakbola dipakai aturan sendiri, wasit boleh dipukuli, kaki orang boleh ditendang, apa jadinya?,” kata Asrinaldi. Terkait peran mahasiswa sebagai agent of change dan berstatus pemilih pemula, Dia berpendapat mahasiwa harus mempunyai pengalaman dengan mengevaluasi pemilu sebelumnya kemudian menentukan pilihan dalam pemilu berikutnya. “Dalam demokrasi ada tiga elemen, kalangan elit, kalangan menengah yang diantaranya maha-

Peran Kelas Menengah Menanggapi sikap mahasiswa jelang pemilu, pengamat politik Universitas Andalas Dr. Asrinaldi, M, Si berpendapat hal itu dikarenakan sebab yang berbeda-beda. Menurutnya, apriori pada pemilu menjadi salah satu penyebabnya. “Sebagian mahasiswa menganggap pemilu ini banyak manipulasinya dan tidak membawa manfaat pada masyarakat,” ujar Asrinaldi. Selain itu, Asrinaldi menilai sikap mahasiswa manolak pemilu dikarenakan sentimen pribadi. M e n u r u t Akan sia-sia Asrinaldi, pemilu jika mahasiswa merupakan cara merotasi kekuasaan menolak, dalam sistem detapi tidak mokrasi. Dalam sistim demokrasi, memberikan semua aturan disolusi buat bersama dan disepakati bersama. “Akan sia-sia

sisawa dan massa yang sifatnya awam,” Ungkap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini. “Sebagai kalangan menengah, sikap mahasiswa akan sangat mempengaruhi sikap pemilih lain, disinilah mahasiswa harus memainkan peran,” jelasnya. “Jika peran kalangan menengah ini tidak dimainkan,” lanjutnya, “maka kalangan elit akan mudah mengekploitasi massa,” kata Asrinaldi. Dia menambahkan, pemilih pemula itu memang awam dalam mencoblos, tapi mereka punya pengalaman politik yang membantu menentukan sikap dan mengambil tindakan. “itu lebih baik ketimbang bersikap apriori,” menurutnya. “Memilih itu memang hak, tapi jangan tonjolkan haknya saja, tonjolkan juga kewajiban belanegaranya. nya,” kata pria asal solok ini. “Belanegaranya dengan cara menegakkan peraturan yang sudah ada,” tambahnya. Asrinaldi berharap, mahasiswa sebagai pemilih pemula cerdas dalam melilih dan melihat track record orang yang akan memimpin. “Jika calon pemimpin itu ada jiwa sosialnya, dia tidak akan mengutamakan kepentingan pribadinya. Tapi jika yang terpilih itu bejat, maka bejat pula peraturan Asrinaldi yang akan dibuatnya,” tutup Asrinaldi.

Pengamat Politik Universitas Andalas

(KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mengaku telah menjalankan banyak program untuk pemilih pemula. Koordinator Divis Hupmas KPU Sumbar, Nova Indra mengatakan siswa SMA dan mahasiswa menjadi sasaran program tersebut. Dia mengaku, sosilaisasi untuk pemilih pemula di kalangan pelajar dilakukan sejak awal 2014. “Kita Sudah mengadakan seminar-seminar di SMA, sasarannya itu pemilih pemula yang kebanyakan siswa kelas III,” kata Nova. Berbeda dengan program sosialsasi untuk pelajar, sosialisasi untuk kalangan mahasiswa dilakukan pada 2013 lalu. Program Goes to Campus menjadi andalan KPU Sumbar dalam sosialisasi pada mahasiswa. “Itu telah kita lakukan di Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta dan Universitas Negeri Padang,” tambahnya.Namun dia menyayangkan, tak semua program sosialisasinya mendapat respon positif dari mahasiswa. Nova mengatakan pihak KPU pernah mengundang perwakilan mahasiswa untuk berdiskusi dengan mahasiswa di sebuah hotel di Padang, namun kala itu tidak ada mahasiswa yang hadir memenuni undangan KPU. “Dalam waktu dekat kita akan kembali mengajak mahasiswa untuk diskusi,” ungkapnya. Selain program sosialisasi tersebut, Nova Indra mengatakan KPU juga merangkul mahasiswa dalam menjalankan programnya. “Kita punya Relawan Demkrasi, relawan itu mahasiswa yang kami Sasaran Sosialisasi rekrut dari berbagai perguruan tinggi, Dalam program paling sedikit lima orang dari satu sosialisasi, Komisi perguruan tinggi,” kata Nova. Pemilihan Umum


“Namun Relawan Demokrasi itu tidak ada di KPU provinsi, hanya ada di KPU kabupaten dan kota,” tutupnya. Berbeda dengan KPU Sumbar, KPU Padang mengaku tidak ada sosialisasi khusus untuk pemilih pemula. Namun KPU Padang menjadikan Relawan Demokrasi sebagai ujung tombak dalam menjalankan sosialisasi jelang gelaran pesta demokrasi . Ketua KPU Padang Alison mengatakan Relawan Demokrasi yang diisi oleh mahasiswa tersebut akan menjalankan agenda sosialisasi pada masyarakat tentang penyelenggaraan pemilu. “Sosialisasi ini untuk menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya pemilu dalam kehidupan bangsa dan bernegara,” tutur Alison. “Selain itu juga dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana serta penuh tanggung jawab,” tambahnya. Alison berharap mahasiswa Kota Padang menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum dan menghindarkan dirinya dari golput. Dalam pamflet yang diedarkan KPU Sumbar, disebutkan bahwa materi yang disampaikan Relawan Demokrasi dalam penyuluhannya menyampaikan materi tentang

pentingnya demokrasi, pemilu dan partisipasi. Selain itu, tata cara dan pengenalan terhadap kontestan pemilu juga menjadi materi utama. Selain mahasiswa sebagai pemilih pemula, Relawan Demokrasi juga diisi oleh masyarakat dari kelompok agama, perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. Menanggapi keterlibatan mahasiswa dalam program sosialisasi KPU, seperti menjadi Relawan Demokrasi, Pengamat Politik Unversitas Andalas, Asrinaldi menilai positif. Menurutnya keterlibatan mahasiswa yang tergabung dalam relawan adalah langkah yang tepat. “Yang mudah memberi pengaruh pada pemilih pemula itu adalah sesama pemilih pemula,” pungkasnya. Mahasiswa Caleg Di tengah penolakan mahasiswa terhadap pemilu, sebagaian mahasiswa memilih cara lain dalam pesta demokrasi lima tahunan ini. Ada mahasiswa yang tampil sebagai calon anggota legislatif (caleg) dan menikmati jalannya pesta demokrasi.

Alison Ketua KPU Padang

Sosialisasi ini untuk menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya pemilu dalam kehidupan bangsa dan bernegara Seperti Ningsih Jumeli Tania, mahasiswi semester VI Jurusan Menajemen Dakwah Islam (MDI) IAIN Imam Bonjol Padang ini terdaftar sebagai caleg di daerah pemilihan (dapil) II Siberut selatan, Kepulauan Mentawai. Tania mengaku menjadi caleg atas rekomendasi partainya.

“Berhubung saya direkomendasikan menjadi caleg, jadi untuk kegiatan seperti kampanye atau sosialisasi itu tidak mengunakan uang pribadi saya, dana untuk kegiatan tersebut sudah ada dari partai,” jelas Tania pada Suara Kampus, Selasa (18/ 03). Meski begitu, Tania mengaku belum paham tentang kerja di legislatif. “Sekedar tahu, itu pun sekedar, tapi saya ingin selalu belajar, dengan saya berada di sana saya akan belajar,” ungkap Tania. Namun Dia menambahkan jika terpilih nanti akan tetap mengemban amanah masyarakat. “Saya ingin mengobati luka lama dimana masyarakat banyak yang kecewa disebabkan banyak caleg-caleg lupa akan janjinya,” pungkasnya. Menanggapi fenomena ini, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pemahamanan Hukum Politik (PHP) Universitas Andalas (Unand) Yudi Pernandes menilai hal ini karena Partai politik mulai memiliki pandangan baru dalam persaingan politik. “Sekarang partai-patrai politik mulai menggandeng anak-anak

muda, bukan hanya di Kota Padang saja melainkan hampir di seluruh wilayah Sumatra Barat banyak partai politik yang menggaet anak muda untuk dicalonkan sebagai anggota legislatif,” ujar Yudi. “Bukan masalah apabila seorang mahasiswa ikut ambil bagian dalam pencalonan sebagai anggota legislatif, selagi dia mampu membiayai kampanye dan juga memiliki kompetensi untuk menjadi wakil rakyat,” tambahnya. “Yang menjadi permasalahan,” lanjut dia. “Apabila mahasiwa yang mencalonkan diri tersebut belum mampu membiayai hidup sendiri, yang nantinya bisa berpotensi terjadinya pelencengan”. Pungkasnya lagi. Sementara itu pengmat politik Universitas Andalas, Asrinali menyayangkan pencalonan mahasiswa sebagai caleg. Dia berpendapat hal itu tidak masalah jika yang diperjuangkan oleh caleg berstatus mahasiswa itu jelas. “Tapi jika kepalanya kosong, dia mau memperjuangkan apa,” tandasnya.

[Ahmad Bil Wahid, Taufiq Siddiq, Jamal Mirdad, Ade Irwansyah, Hervina Harbi]

Hasil jajak pendapat LPM Suara Kampus terhadap 300 mahasiswa di Kota Padang 1. Apakah anda akan memilih pada Pemilu 9 April mendatang? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

2. Faktor yang mempengaruhi anda untuk memilih atau tidak memilih?

3. Pernahakan anda mengikuti program KPU Sumbar menjelang Pemilu?

a. Kinerja Pemerintah b. Kesadaran pribadi c. Sosialisasi KPU d. Lain-lain

a. Sudah b. Belum

*Dari 300 mahasiswa, 2 tidak menjawab pertanyaan jajak pendapat


Adu Cuek Mahasiswa dan Pribumi

Sekian banyak rentetan masalah yang melibatkan masyarakat IAIN Imam Bonjol Padang dengan masyarakat sekitar kampus telah lama terjadi. Mulai dari pungutan liar di dalam kampus, Penyerangan terhadap mahasiswa, penjebolan pagar kampus, hingga mahasiswa yang diamankan pemuda karena tertangkap pulang pagi. Di lingkungan tempat tinggalnya, sikap mahasiswa IAIN Imam Bonjol kerap mendapat raport merah. Seperti dikatakan Ketua Ikatan Pemuda Surau Balai Sekitarnya (IPSBS) Ronald Roy, ia menilai mahasiswa IAIN hanya terfokus pada mata kuliah sehingga menomorduakan akidah atau prilaku yang baik. “Mereka bertingkah yang kurang baik, tidak peduli pada lingkungannya, istilahnya orang sekarang siapa lo, siapa gue,” kata Ronald. “Ini bukan saja tentang hormat dan menghormati, mahasiswa sendiri tidak mau bertegur sapa dengan kami. Mereka tidak mau tahu apa yang terjadi di lingkungannya, Apakah itu yang dinamakan mahasiswa?” ujar Ronald. “Sebelumnya kami sudah melakukan kerja sama dengan Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang untuk meningkatkan solidaritas kepada masyarakat, hal tersebut hanya jalan beberapa hari saja, dan pada saat ini tidak ada lagi entah kemana perginya” ungkap Ronald. “Namun kami sebagai pemuda atau warga tidak mungkin berharap-harap untuk dihargai oleh mahasiswa kampus sendiri, kami tahu

Kami tidak segan-segan untuk menangkapnya terutama yang ada di kampung Surau Balai ini Ronald Roy Ketua Pemuda Surau Balai

kampus Islam yang ada di kampung kami, menerapkan cara beretika yang baik, toh nyatanya hal tersebut di luar dugaan kami,” tambahnya. Ronald mengatakan, banyak mahasiswa yang melakukan hal yang tak lazim di kampung Lubuk Lintah. “Kami tidak segansegan untuk menangkapnya terutama yang ada di kampung Surau Balai ini,” ujar Ronald. Senada dengan Ronald, ketua Pemuda kampung Tiga Ruang Amiral merasa seperti tidak merasa ada mahasiswa di kampung Tiga Ruang. “Tidak ada kegiatan masyarakat yang di ikuti oleh mahasiswa, seperti gotong royong dan sosialisasi. Kami heran dengan pola pikir mahasiswa yang belum menerapakan sesuatu yang bernilai positif kepada masyarakat,” ujar Amiral.“Wajar jika terjadi bentrok antara pemuda dengan oknum mahasiswa, karena pola pikir mahasiswa sekarang tidak berada di relnya, mereka berbuat sesuka hatinya tidak seperti seseorang mahasiswa yang di harapkan oleh bangsa,” lanjutnya. Amiral berencana akan membujuk mahasiswa untuk bekerja sama dengan warga dan

akan melaksanakan suatu program baru. “Anggap saja suatu yang berlalu jadi pelajaran untuk kedepannya,” pungkas Amiral. Namun pandangan berbeda disampaikan Rawaldi, salah seorang anggota Badan Penghormatan Pemuda Sarang Gagak. Rawaldi menilai interaksi mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang lumayan aktif dengan pemuda. “Meskipun harus dibujuk dan dipanggil dulu untuk bekerja sama ataupun melakukan kegiatan yang positif,” jelas Rawaldi. Menurut Rawaldi, mahasiswa yang tinggal Sarang Gagak belum pernah terlibat masalah dengan pemuda. Rawaldi mengatakan mahasiswa masih mematuhi aturan yang ada, seperti pemberlakuan jam tamu di rumah kost. “Contohnya pada waktu shalat dan diatas pukul 21.00 WIB tidak dibenarkan lagi untuk bertamu,” jelas Rawaldi. Tanggapan berbeda datang dari Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Makmur Syarif. Meski banyak penilaian negatif masyarakat pada mahasiswa, Rektor mengatakan saat ini

pihak kampus dengan masyarakat harmonisharmonis saja. “Untuk harmonis, ya masyarakat patuhi aturan kampus,” katanya, Kamis (07/03). Minim Laporan Sebagai pendatang di daerahnya, pihak kelurahan Anduring dan Lubuk Lintah mengaku telah menjalin berbagai kerjasama dengan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang untuk menjaga keharmonisan interaksi. Lurah Anduring, Kecamatan Kuranji, Padang Yunasri mengatakan IAIN Imam Bonjol Padang memang terletak di Lubuak Lintah tapi sebagian dari masyarakat kampus tinggal di kelurahan Anduring. Nasri menjelaskan sampai sekarang ada beberapa program yang langsung melibatkan mahasiswa. Salah satunya program mendirikan Pondok al-Quran di Kuranji. “Disini mahasiswa banyak yang menjadi garim, jadi mereka akan kita rekrut sebagai pengajar di pondok al-Quran tersebut. Proses mendirikan pondok tersebut baru sampai pembentukan panitia, kami berharap banyak kontribusi yang diberikan pihak IAIN,” katanya kepada Suara Kampus. Namun Yunasri menyayangkan, ketika terjadi permasalahan yang melibatkan mahasiswa susah ditindaklanjuti. Pasalnya, dari ribuan mahasiswa yang tinggal di Anduring hanya 10 persen yang melapor kepada keluarahan. “Ketika ada mahasiswa yang kehilangan laptop kamipun tidak bisa menanganinya karena mereka tinggal disini tidak melapor. Di setiap kantor pemuda jelas sekali tertera tamu harap lapor 2X24 jam,” ungkapnya. Yunasri berharap, mahasiswa lebih bersikap sopan dan santun dengan masyarakat. “Kita hanya beda KTP, bagi saya mahasiswa dan masyarakat asli sini sama saja, dimana kita harus menjalin keharmonisan,” harapnya. “Pada saat ini pihak IAIN hanya memberikan manfaat kepada masyarakat dalam bentuk bisnis seperti rumah


kontarakan, kos-kosan, tokoh maupun bisnis lainya. Namun, belum ada kerja sama yang resmi dalam bidang sosial kemasyarakatan,” ujarnya saat kami temui dikantor Lurah Anduring. “Sebenarnya setiap perlombaan yang dimenangkan oleh masyarakat Anduring umumnya berasal dari mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang,” Lanjut Nasri. Pihak kelurahan anduring berharap ada kerja samanya secara resmi dari pihak pimpinan kampus langsung. “Semoga kerja samanya resmi, dimana sekarang mahasiswa saja tidak ada kerja sama yang secara akademik kampus IAIN Imam Bonjol Padang,” papar Nasri. Sementara itu, Lurah Lubuak Lintah, Nazwar menganggap keharmonisan masyarakat dengan mahasiswa sudah terjalin. Namun, ada beberapa oknum yang menjadikan keharmonisan itu tercemar. Ia mengatakan, ada beberapa program yang melibatkan mahasiswa seperti lomba MTQ tingkat kecamatan, umumnya panitia berasal dari mahasiswa. Selain itu, mahasiswa setiap satu kali dalam satu bulan mengikuti gotong royong dengan masyarakat. “Sebanyak itu mahasiswa diperkirakan hanya 20 persen yang mengikuti gotong royong. Kemungkinan karena hari Minggu, mereka pulang kampung. Dalam waktu dekat ini kita juga akan mengadakan perlombaan bulu tangkis dan itu juga melibatkan mahasiswa,” ujarnya. “Keharmonisan itu memang sudah ada dan sangat perlu ditingkatkan,” lanjut Nazwar, “tapi jarang sekali mahasiswa yang tinggal di Kelurahan Lubuak Lintah yang melapor kepada RT,” katanya “Kami juga meminta kepada pihak kampus supaya ditekankan kepada mahasiswa, tinggal dimanapun harus melapor dahulu,” jelas Nazwar . Sementara itu, ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Imam Bonjol Padang mengaku telah melakukan kerjasama untuk mempererat hubungan mahasiswa dengan masyarakat. “Sebagai pemuda, mahasiswa harus masuk ke dalam masyarakat dengan mengikuti kepengurusan kepemudaan, kegiatan keislaman, dan temu ramah,” kata

Kami juga meminta kepada pihak kampus supaya ditekankan kepada mahasiswa, tinggal dimanapun harus melapor dahulu Nazwar Lurah Lubuk Lintah Ferdi . Bebas Pungutan Liar Tanggapan berbeda datang dari Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Makmur Syarif. Meski banyak penilaian negatif masyarakat pada mahasiswa, termasuk beberapa insiden yang melibatkan pemuda dan mahasiswa, Makmur Syarif mengatakan saat ini pihak kampus dengan masyarakat harmonisharmonis saja. “Untuk harmonis, ya masyarakat patuhi aturan kampus,” katanya,

sebanyak enam orang. “Kampus ini milik permerintah dan kita wajib menjaga kenyamanannya. Salah satu cara dengan memagar sekeliling kampus walaupun banyak protes dari masyarakat,” ujar Makmur saat ditemui wartawan Suara Kampus diruangannya. Meski begitu, pagar kampus kerap menjadi persoalan tak berujung antara pihak IAIN Imam Bonjol Padang dengan masyarakat pribumi. Salah satu yang terbesar

Wisuda nanti dijamin tidak ada lagi pungutan liar dari preman

Makmur Syarif

Menanggapi hal itu, Makmur Syarif mengaku tidak mengetahui pintu yang telah ditutup itu jebol kembali. Menurutnya pembagunan pagar kampus merupakan hak IAIN Imam Bonjol. “Kampus ini rumah kita dan sah-sah saja kita memagar rumah sendiri apalagi disana jalan pelarian, maka pintu itu kita ditutup,” paparnya. Ia menambahkan, Februari 2014 lalu ketua pemuda RT atau RW sekeliling kampus pernah mendatangi pihak pimpinan IAIN untuk merundingkan keluhan yang dirasakan masyarakat. Menangapi itu pimpinan kampus tetap akan membuat pagar sekeliling kampus. “Kita tidak perlu perundingan, karena tanah ini milik kita apapun yang kita buat ya terserah kita, tidak ada toleransi,” tegas Makmur. “Untuk masalah pagar yang dirobohkan itu, kita akan bangun kembali dan kasus ini biar polisi yang menanganinya,” tambahnya. Menanggapi pungutan liar yang kerap dilakukan oknum tertentu, pihak pimpinan kampus juga akan menjamin kenyamanan dan keamanan kampus dan tindakan kriminal tidak akan terjadi lagi. “Wisuda nanti dijamin tidak ada lagi pungutan liar dari preman,” kata Makmur. Makmur mengatakan, permasalahan kejahatan yang terjadi dikampus tidak akan terjadi lagi karena pihak kampus sudah bekerja sama dengan Polisi Militer (PM) Kota Padang untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kampus. “Sekarang semua masalah itu tidak akan terjadi lagi. Apabila kejahatan terjadi kembali kampus akan dilaporkan ke pihak PM biar mereka yang menangani. Seperti baralek anak saya kemarin, tidak ada satupun yang berani memalak karena di gerbang dijaga oleh PM,” katanya.

Rektor IAIN Imam Bonjol Padang

Kamis (07/03). Rektor menjelaskan, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kampus, pada awal 2014 ini pihak kampus menambah personil satuan pengamanan (satpam)

adalah peristiwa penjebolan pagar di depan Masjid Baiturahman beberapa bulan lalu. Sebelumnya, disana terdapat pintu kecil yang digunakan mahasiswa dan masyarakat untuk akses keluar masuk kampus.

[Yogi Eka Saputra, Yandri Novita Sari (Mg), Kanadi Warman (Mg), Mukhtar Safi’i (Mg), Risya Wardhani (Mg), Esti Wandani]

Rentetan Perkara 1 Januari 2014 27 Desember 2013 20 Desember 2013 8 September 2013 Sepasang mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang, lelaki berinisial SS dan perempuan berinisial EM ditangkap beberapa pemuda di Simpang Bandes Suarau Balai. Mereka didapati pulang pada pagi hari, Akibatnya, pemuda memberi sanksi sosial kepada sepasang mahasiswa itu berupa tugas membersihkan balai pemuda selama satu bulan pada pagi hari. Selain itu, mereka juga membuat surat perjanjian,untuk tidak mengulangi kesalahanyang sama. Surat itu juga ditandatangani Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol sebagai saksi.

Anggota KSR-PMI IAIN Imam Bonjol Padang menjadi korban penyerangan sekelompok pemuda kampung pada malam hari. Ketika itu, KSR-PMI IAIN Imam Bonjol Padang melangsungkan sebuah acara di lapangan basket IAIN Imam Bojol Padang. Akibatnya, beberapa anggota KSR-PMI mengalami luka dan cidera. Kasus ini akhirnya dibawa ke pihak berwajib dan diproses di ranah hukum.

Pihak IAIN Imam Bonjol Padang berencana merobojkan jembatan penghubung antara kampus dengan kampung Tigo Ruang. Sebelumnya, pihak kampus telah menutup pagar yang biasanya dijadikan jalan pintas oleh masyarakat sekitar kampus dan mahasiswa menuju kampus IAIN Imam Bonjol Padang. Namun hingga kini jembatan tersebut tetap ada dan masih gunakan sebagai akses keluar masuk kampus.

Ikatan Pemuda Surau Balai dan Sekitarnya (IPSBS) kembali mengamankan mahasiswi IAIN Imam Bonjol Padang yang kedapatan pulang pagi. Enam mahasiswi tersebut didapati pulang berpasang-pasangan, Keenam mahasiswi dengan inisial Rs, Is, En, An, V i, dan R diberikan sanksi sosial yaitu tiga orang membersihkan Masji alIkhlas dan tiga lainnya membersihkan balai pemuda selama satu bulan. Sedangkan pasangan mereka dilepaskan karena bukan warga Surau Balai.

sumber: suarakampus.com


Zulfendri, M.Kom

Pria di Balik Layar Sisfo I

AIN Imam Bonjol Padang sudah mulai naik kelas. Sistem online yang diluncurkan pada 13 januari 2013 lalu masih dalam perjalan dengan semestinya. Sudah pasti setiap perubahan yang dilakukan tidak semudah yang dibayangkan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perubahan disistem IAIN Imam Bonjol Padang yang bertujuan salah satunya mempermudah segala hal yang berurusan dengan birokrasi, tentu sampai sekarang sedikit banyaknya sudah ada perubahan yang dilaksanakan kampus kita. Kami mencoba mencari sosok yang berada dibalik layar perubahan itu, dimana ia sering mendapatkan tudingan dari semua pihak. Dan sebenarnya perubahan tersebut berasal dari buah tangannya sendiri. Sore itu sebagian aktifitas kar-

Nama NIP Jenis Kelamin Tempat/Tgl. Lahir Kebangsaan Agama Alamat Telepon /HP

yawan kampus sudah berhenti karena jam kerja mereka sudah berakhir. Dari mereka ada yang pulang kerumah untuk bermanja dengan istri serta bergembira dengan buah hati mereka. Ada juga sebagian dari mereka yang pergi menyegarkan pikiran setelah hampir sepuluh jam kesibukan yang merupakan tangung jawab. Ternyata tidak semua karyawan seperti itu, kami menuju ruangan Akademik Mahasiswa (AKAMA) IAIN Imam Bonjol Padang, ruangan dimana situs sisfo.iainimambonjol.ac.id itu diproses semestinya. Semua bangku karyawan kosong dan kertas-kertas berjajar dilemari dengan rapi. Kami berjalan menuju sudut kanan ruangan denga luas kira-kira sembilan kali tujuh meter tersebut, tempat pria berbaju kemeja putih itu duduk dan melancarkan birokrasi kampus. Kami sedikit berbincang-bincang dengannya. Zul adalah sosok seorang yang pekerja keras demi membangkitkan birokrasi yang lancar dimana seharusnya sudah dimiliki perguruan tinggi negeri. Tak kenal siang bahkan malam untuk mencapai motivasinya itu. Bahkan keluargapun terkadang terabaikan oleh pekerjaan pria dengan nama lengkap Zulfendri itu. Tidak hanya masalah yang ia dapatkan. Kritikan dari maha siswa maupun pihak lain selalu datang mengha-

dang, namun tak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang demi satu tujuan “perubahan”. Bahasa nya yang lembut selalu digunakannya ketika mahasiswa komplain dengan sistem online yang kurang efektif. “Silahkan berikan komentar atau ajukan masalah yang didapatkan, kami akan menangapinya dengan positif dan mencarikan solusinya,” ujar pria kelahiran Cupak itu. Dalam kesehariannya ia dikenal sebagai karyawan yang baik, ramah, supel. Mungkin kelembutan yang tercipta dari dalam dirinya karena terbawa dengan keinginannya, yang dahulu bercita-cita menjadi dosen, dosen yang selalu dekat dan menerangkan dengan lembut kepada mahasiswa. Ia juga merupakan sosok yang mandiri. Terbukti ketika pada tahun 1993 ia bekerja sambil kuliah. Ketika sedang melakukan kuliah Diploma 1 (DI) Komputer Programmer LPK Santa Ursula di Jakarta. Tak puas hanya sampai D1. Ia melanjutkan kuliah Strata 1 (SI) di STMIK Indonesia Jurusan Sistem Informasi. Ketika kuliah ia bekerja sebagai Staf Programmer di PT. Widya Karsa Senanti Jakarta. Prestasi yang diraihnya memang tak segemilang orang-orang jenius lainnya. Namun, kemandirian yang ditanamkannya telah membuat sisi positif itu menjadi prestasi yang gemilang. Karena tak mudah untuk bertugas sebagai buruh sambil menyandang status mahasiswa. Anak ke 5 dari enam bersaudara ini juga termasuk orang yang disiplin. Semenjak kecil ia selalu diajarkan untuk disiplin. “Saya selalu diingatkan untuk tidak bolos sekolah sama orang tua, saya juga diminta untuk selalu ingat dengan ibadah,” paparnya mengenang. Pada tahun 2005 ia mulai menitikarirnya sebagai dosen di Universitas Eka Sakti (UNES) dan di STMIK Indonesia Padang. Berbeda dengan yang dialaminya di Jakarta, di Jakarta setiap karyanya selalu dihargai oleh orang, namun berbanding terbalik dengan Kota Padang, itu membuatnya sempat merasa jatuh dan pernah terfikir untuk kembali ke Jakarta. Alumni SMA yang menyukai pelajaran Fisika ini, juga bermimpi menjadi seorang insinyur yang bisa menciptakan sesuatu. Misalnya menciptakan sebuah pesawat dan sebagainya. “Cita-cita yang tak mungkin terjadi,” ungkapnya sambil tersenyum.

: : : : : : :

Zulfendri, M.Kom 19740720 200901 1 007 Laki-laki Cupak / 20 Juli 1974 Indonesia Islam Perumahan Palimo Indah Blok H/8 Cupak Tangah Pauh Padang : 0751-7855160 / 085356971899

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1982 s/d 1987 Tahun 1987 s/d 1990 Tahun 1990 s/d 1993 Tahun 1993 s/d 1994 Tahun 1996 s/d 2001 Tahun 2010 S/d 2011

: : : : : :

Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 03 Cupak Kab. Solok Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri Cupak Kab. Solok Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Gn. Talang Kab. Solok Diploma Satu (D1) Komputer Programer LPK Santa Ursula, Jakarta Sarjana (S1) STMIK Indonesia Jakarta Jurusan Sistem Informasi Pascasarjana (S2) Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang Program Magister Ilmu Komputer Konsentrasi Sistem Informasi

Tahun 2009 ia masuk ke IAIN dengan keinginan menjadi dosen. Tapi kenyataan berkehendak lain. Ia diterima di IAIN sebagai Staf Data dan Sistem Informasi Akademik pada Bagian AKAMA IAIN Imam Bonjol Padang. Ternyata Sistem yang ada di IAIN tidak sesuai dengan hati nuraninya. Namun secara berangsurangsur ia mencoba mengubah sistem manual menjadi sitem online. Hari demi hari harapan dan keinginannya mulai terwujud, secara perlahan sitem manual berangsurangsur membaik dengan munculnya sistem online. “Wajah baru sistem online ini alhamduillah mendapat respon yang baik dari semua pihak,” ungkapnya. Sistem online akhirnya berjalan melangkah dan membaik. Dari cara daftar ulang yang semula mahasiswa menumpuk sampai sekarang mahasiswa sudah tidak saling berdesakkan lagi. Sebagai ahli IT itu sudah menjadi tangung jawabnya. “Alhamdullillah daftar ulang semester kemaren (semester genap 2013/2014-Red) tidak terlalu menumpuk lagi,” katanya sedikit tersenyum. Dari proses yang berjalan saat ini tentu semua tidak akan selalu berjalan dengan baik. “Tentu, banyak pihak yang mengritik. Masih banyak yang harus dibenahi namanya aja masih proses awal,” ujarnya kapada wartawan Suara Kampus. Semoga bertambah baiknya sistem online ini dapat menampung semua data kemahasiswaan dan data perlu lainnya. Sehingga semua aparat bisa bekerja dengan terstruktur dan enjoy. “Semoga mahasiswa mengerti dengan keadaan kampus kita jika ada masalah kita akan mencari solusinya bersama,” ungkap Zul dengan tenang. Beliau berharap semoga sistem full online dapat terwujud, sehingga mampu menarik kembali mahasiswa dari luar. Tidak hanya Indonesia tapi juga negara luar lainya seperti Malaysia. “Kita juga menargetkan kedepannya akan membuat sistem untuk wisudawan dan alumni. Dari sana kampus mampu memantau berapa persen lulusan kita yang bekerja di instansi-instansi tertentu,” paparnya. Walaupun hanya staff Zulfendri berambisi sangat besar untuk membawa kampus islami ini ke sistem full online. “Namun apa hendak dikata keinginannya tersebut tentu akan terwujud apabila nantinya sudah ada

instruktur dari atasan,” kata Zul. Di akhir pembicaraannya ia meminta kepada seluruh mahasiswa IAIN transparasi data dan mahasiswa dapat memberikan data yang akurat. Agar tim sistem online dapat selalu membantau perkembangan para alumni IAIN. Baik yang masih berroses atau yang telah sarjana. Dadi Erni Kepala AKAMA IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan, Zulfendri terkenal ramah dan humoris terhadap karyawan lainnya, bahkan ia juga pernah menyumbang pulsa modem untuk mengelola sistim online guna membatu mahasiswa mengakses data mereka. “Pak Zul juga cepat tanggap terhadap program yang beliau kelola sehingga masyarakat kampus tidak banyak yang mengomentari saat terjadi kesalahan input data,” ungkapnya disela-sela kesibukannya. “Mahasiswa yang mengurus wisuda, ia melayaninya dengan ramah’’, ungkap Ani. Mahasiswa sudah sangat mengapresiasi kinerja Zulfendri, seperti Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Dedi Saputra mengungkapkan, kinerja Pak Zulfendri sudah cukup baik dan sangat tegas dalam mengambil tindakan. “Menurut saya Pak Zulfendi itu orangnya sangat baik dan pelayanan yang diberikanpun sudah begitu memuaskan,” ungkapnya. Selain itu Zomi Putra, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan mengatakan Zulfendi seorang yang bijaksana. Zomi menilai. “Pak Zul sudah cukup baik walau sekalikali informasi yang diberikan sedikit terlambat ditampilkan di situs sisfo IAIN,” kata zomi. Tri Yuni salah seorang mahasiswa memaparkan, zulfendri tipe seorang karyawan Akademik yang bak, tidak seperti karyawan yang lain. Ia juga karyawan yang percaya dengan mahasiswanya. “Terbukti ketika saya ada masalah dengan Kartu Rencana Studi (KRS), ia mepercayai saya untuk memperbaikinya sendiri dengan instruksi yang diberikannya,” ujar Tri setelah mengurus KRS-nya.[] [Eka Putri, Arif Nur Setyawan, Ridwan Daulay (Mg) Siti Saodah (Mg)]

RIWAYAT PEKERJAAN a. Asisten Koordinator Pendidikan Komputer Programmer LPK Santa Ursula Jakarta, tahun 1994 s/d 1996 b. Staf Programmer pada PT. Widya Karsa Senanti Jakarta, Tahun 1996 s/d 1998 c. Staf EDP dan Programmer Komputer pada PT. Modern English Press Jakarta, 1998 s/d 2005 d. Staf Data dan Sistem Informasi Akademik pada Bagian AKAMA IAIN Imam Bonjol Padang, 2009 s/d sekarang. RIWAYAT MENGAJAR a. Dosen Tetap pada Program D1 Komputer Programmer LPK Santa Ursula, 1998 s/d 2005 b. Dosen Luar Biasa pada STMIK Ursula Jakarta, tahun 2001 s/d 2005 c. Dosen Luar Biasa pada STMIK Indonesia Padang, tahun 2005 s/d Sekarang d. Dosen Luar Biasa pada Universitas Ekasakti Padang, tahun 2005 s/d Sekarang DATA KELUARGA Nama Ayah : H. Hasan 85 th Nama Ibu : Hj. Arlianis 75 th Nama Istri : Indriyani Zain 14 Juni 1978 Nama Anak : 1. Alya Putri Mardatillah 10 April 2006 2. Muhammad Pandu Althaf 15 September 2008 3. Muhammad Athaya Raffi 12 Juli 2012


Muslim Abdul Rahmad

Organisasi Sebagai Kebutuhan Geram, melihat kondisi mahasiswa saat ini. Fenomena yang terjadi di setiap lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa yang tidak mengerti dengan perannya sendiri sebagai mahasiswa. Apa tugas dan tanggung jawab mereka sebagai seorang mahasiswa atau yang dikenal dengan para intelektual. Pengemban dan generasi penerus bangsa. Kini, tidak paham dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Seperti itulah yang dirasakan seorang mahasiswa IAIN IB Padang. Sebut saja Muslim Abdul Rahmad, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah. menganggap mahasiswa hari ini tidak paham dengan kondisi serta lingkungan sosial yang terjadi di sekeliling mereka. Sampai saat ini masih membakar dalam jiwanya, perangai mahasiswa hari ini yang kian hari kian apatis dan hanya patuh dengan peraturan-peraturan konyol tanpa mengkritisi kembali. “Mahasiswa hari ini apatis,” ujarnya. Hidup di tengah keluarga sederhana, memiliki seorang Ayah tukang jahit dan kondisi seorang ibu yang hanya bisa terbaring karena sakit. Memperjuangkan nasib mahasiwa masih saja ia tegakkan. Pahit manis kehidupan ia rasakan, namun semangatnya masih membara hingga tanah Cisarua, Bogor ia telapaki. Itu demi kepentingan mahasiswa dan memperjuangkan hak mahasiswa. Uang Kuliah Tunggal (UKT), fenomena tersebut masih menjadi pembicaraan saat ini. Kejelasan dari UKT tersebut masih dipertanyakan. Dan itulah, semangat seorang Muslim mendatangi tanah subur yang terkenal dengan kebun teh tersebut. Kongres ke-IV Fron Mahasiwa Nasional (FMN) kini kian hangatnya membahas tentang polemik yang terjadi ketika UKT dihadirkan di perguruan tinggi. Sebelum berangkat ke tanah Bogor, sempat ia mengeluh tentang kedai nasi gorengnya yang harus ditutup kembali. Karena masa kontrak kedainya telah berakhir. Dan pernyataan konyol dari anggapan sebahagian mahasiswa dan dosen, bahwa seorang muslim yang entah kapan akan mendapatkan gelar sarjana. Tanggapan itu ia tepis dengan seminar proposal skripsi yang ia tunaikan sebelum ke Bogor. Namun, semangatnya tidak pernah padam demi sebuah harapan menggapai sarjana. “Nanti saya buka kedai lagi, skripsi saya juga sudah sampai Bab II,” ujarnya. Berbagai tantangan dan cobaan hidup pun telah ia arungi. Mengeluh hanya sekedar pelepas ambisi, baginya hal biasa. Namun, aksi nyata merupakan jawaban untuk menghadirkan sebuah kebenaran yang sesungguhnya. Mulai meginjakkan kaki di IAIN IB Padang karena beasiswa, empat tahun sudah dia arungi. Nyata hanya sebatas praduga yang akhirnya mengharuskan dia bekerja demi meraih sarjana serta mencukupi kebutuhan sehari-hari. Muslim mengaku telah menjalani perkuliahan sebagaimana mahasiswa

lainnya. Beberapa semester pun hanya sekedar lalu. “Semenjak semester satu sampai enam itu saya hanya sekedar lalu. Saya bekerja di beberapa tempat dan berbagai profesi sudah saya arungi, masuk jam enam sore, keluar jam enam pagi untuk mendapatkan sesuap nasi, dan menjalankan kembali tugas saya sebagai mahasiswa,” papar Muslim. Muslim tidak keberatan dengan kondisi perkuliahan yang ia jalani. “Saya kuliah sampai jam empat sore. Setelah itu, istirahat sebentar hingga jam kerja pun memanggil saya kembali. Jadi siapa bilang jadi aktivis itu menghambat aktivitas perkuliahan dengan mengorbankan segala hal. Banyak hal yang didapat menjadi aktivis tetapi kesadaran itu yang tidak ada bagi kawan-kawan yang ada di IAIN,” jelasnya. 2010 lalu, Muslim mulai mengikuti pergerakan saat pertama kali menyandang status sebagai mahasiswa atas dasar kemauannya sendiri. Sebelumnya, Muslim pernah mengikuti perserikan buruh di Pekanbaru. Bahkan ketika ia baru duduk di kelas 2 Madrasah Tsanawiyah, sudah mengikuti latihan kepemimpinan. “Berorganisasi itu memang suatu kebutuhan bukan sekedar berorganiasasi saja. Lebih kepada manfaatnya sebab, organisasilah yang membesarkan kita, yang memberikan apa yang tidak diberikan oleh orang lain. Dengan berorganisasi semua akan mudah, jika kita tidak pernah berorganisasi, apabila kita pergi ke suatu daerah kita akan tercampak, kita akan apatis dan akan gagap,” ungkap pria dengan penampilan urakan tersebut. Ketika kita berorganisasi kita akan belajar banyak hal, baik belajar mengenal orang, belajar mengenal karakter, belajar mengorganisir, maupun belajar memanajemen. Begitu lengkap ilmu yang ada di organisasi itu apabila dilakukan dengan niat yang tulus. Dalam alQuran telah dijelaskan untuk berorganisasi, bahwa kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan dan begitu pula sebaliknya. Menurut seorang Muslim, menjadi aktivis atau berorganisasi itu tidak bisa hanya bermodalkan rokok sebatang. Tapi harus mengerti dengan undang-undang dan ilmu pengetahuan. “Siapa bilang aktivis itu tidak ilmiah, kami mengerti dengan undang-undang, hukum dan pendidikan,” jelas Muslim.

Semua itu ia lakukan demi kelangsungan perkuliahan yang sedang dia hadapi. Dengan keadaan seperti itu, gonta-ganti profesi tidak pernah dijadikannya sebagai alasan untuk berhenti mencapai gelar sarjana. Bahkan ia juga membuka usaha nasi goreng bersama teman-temannya, berawal dari gerobak di pinggir jalan hingga menyewa kios yang akhirnya juga tutup, karena ingin menyelesaikan skripsi. Tegar dan berjuang masih menyala dalam dirinya. Baginya kesulitan hidup tidak perlu melibatkan orang tua. Itulah prinsip hidup yang selalu dia benarkan. Menolong sesama teman merupakan kewajiaban yang penting kita berusaha, jalani hidup itu sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa. Namun, menerima tanpa ada usaha bukan jalannya seorang yang memiliki pendidikan. Muslim Dalam Perspektif Dosen dan Sahabat Muslim itu anaknya sopan, baik dan pintar. Itulah ungkapan yang terlontar dari salah seorang dosen Fakultas Dakwah, Endri Yenti ketika ditanya tentang Muslim. Yenti mengaku awal mengenal Muslim sebagai anak yang pintar, meski hanya satu semester saja dia dekat dan kenal dengan Muslim. Menurut paparan Yenti, Muslim merupakan lulusan terbaik untuk mendapatkan kuliah di Jurusan KPI konsentrasi Jurnalistik tersebut. “Meskipun dia rekomendasi saya, Muslim lulus dengan nilai tertinggi melalui tes yang disediakan oleh pihak fakultas,” ungkapnya. Yenti mengaku kenal dengan Muslim hanya sebentar, setelah semester I dia tidak pernah datang dan memperlihatkan nilainya lagi. “Saya kembali melihat perkembangan Muslim itu karena dia sering terlibat aksi-aksi yang dia lakukan,” ujar Yenti. “Dia anak yang baik, mau bekerja dan menghidupi kehidupannya sendiri dengan menguras keringat. Tidak mau menyusahkan orang tua, tapi saya sangat berharap Muslim bisa menjadi Muslim yang saya kenal dulu,” ungkap Yenti. Rehasa, salah seorang temannya mengaku Muslim merupakan seorang mahasiswa yang ideal, baik dalam perkuliahan maupun pergerakan yang dilakukannya. “Setiap pergerakan yang dilakukannya menarik, efektif, dan berjalan sesuai jalur dan tidak sembarangan,” jelas pria yang biasa dipanggil Pak Rey itu. Setiap pergerakan memang selalu menimbulkan efek. meskipun setiap gerakkannya menimbulkan pro dan kontra. Itulah kebenaran, siapa yang tahu sesungguhnya. Dalam perkuliahan pun ia ideal. Rehasa menerangkan bahwa Muslim memiliki kemampuan pengetahuan yang luar biasa. wawasan yang luas meskipun tak selalu masuk dalam perkuliahan, sarana pendukung tak selalu terpenuhi. “Karena kami mencari uang sendiri, saya berharap perkuliahan Muslim dapat diselesaikan cepat dan sesuai dengan waktunya,” ungkapnya.

Usaha Dalam K aca Mata Anak Seorang Penjahit Hidup di tengah keluarga sederhana, tidak pernah dia sesali. Bekerja dan kemauan akan memberi jalan bagi orang-orang yang membutuhkan. Asalkan halal, itu akan dijalani. Tidak sedikit pahit hidup soorang pemuda yang menginjak usia 22 tahun ini. Usaha demi usaha telah dia rintis dan gagal bukan halangan untuk membunuh kreativitas yang dimiliki. Bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe Pasca Sarjana IAIN IB Padang, satu tahun lebih ia tekuni. Setelah itu, menghabiskan waktu enam bulan bekerja di Soto Garuda Lolong, Batagor Bandung di Tarandam, hingga berprofesi sebagai [Eka Putri, Elvi SDR] tukang jahit selama dua minggu.

Nama Tempat/tgl lahir Status Perkawinan Golongan Darah Agama Alamat

alamat e-mail

: Muslim Abdul Rahmad : Kumpulan, 09 Desember 1991 : Belum Kawin :A : Islam : Pincuran Pampang, jorong Kubang Duo Koto Panjang Nagari Bukik Batabuah, Kec.Canduang, Kab. Agam, Sumatera Barat : slim73639@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL ·Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang 2010-sekarang ·SLTA/ MA Bai’turridhwan Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat 2008 – 2010 ·SLTA/ MA Pondok Pesantern Madrasah Diniyah V Jurai Sungai Pua Kab. Agam Prov. Sumatera Barat 2003 – 2008 ·SLTP/ MTs Pondok Pesantern Madrasah Diniyah V Jurai Sungai Pua Kab. Agam Prov. Sumatera Barat 2003 – 2008 ·SDI Al-Azhar Kota Bukittinggi Prov, Sumatera Barat 1997 – 2003 ·TK Al-Azhar Kota Bukittingi 1996 -1997 ·Siswa program khusus tafsir (takhasus tafsir) pondok pesantren madarasah diniyah V jurai sungai pua kab agam prov. Sumatera Barat (2006 – 2008) ·Mahasiswa program Khusus Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang PENGALAMAN ORGANISASI ·Sekretaris Umum bidang Informasi dan Komunikasi Forum Pemuda Sumatera Barat periode 2013-2015 ·Anggota Cinemathography Imam Bonjol padang 2011 - 2013 ·Anggota Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang bidang Advokasi periode 2013 - 2014 ·Pengurus Front Mahasiswa Nasional Ranting IAIN Imam Bonjol Padang periode 2013 – 2015 ·Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Bukik Batabuah Kota Padang periode 2010 - 2011 ·Anggota Lingkar Mahasiswa Minang Kabau Raya periode 2010 2013 ·Pengurus Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang periode 2011 – 2012 ·Anggota Luar Biasa Teater Imam Bonjol padang periode 2013 – 2015 ·Pengurus Satuan Latihan Seni Bela Diri AA Boxer IAIN Imam Bonjol Padang periode 2011 – 2012 ·Anggota Tarung Derajat AA Boxer Satlat 07 IAIN IB padang 2011 - 2013 ·Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang 2011 -2012 ·Pendiri Aliansi Masyarakat Mahasiswa Imam Bonjol Padang 2010-2012 ·Pendiri program Follow up Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang (2013) ·Pendiri komunitas Kreatif mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam


Puslit Tanpa Intelektual civitas kampus ini menurut Nurus Shalihin disebabkan karena budaya instan, dosen instan, mahasiswa instan yang beranggapan penelitian hanya untuk memenuhi syarat dan kepentingan bukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas. “Itu sudah menjadi tradisi yang tidak bisa dirubah dari zaman ke zaman,” katanya. Nursal juga menilai kesibukan dosen dan mahasiswa terhadap hal yang tidak penting juga menjadi alasan. Ia berharap, terutama dosen tidak lupa tugasnya untuk menulis, meneliti dan mengabdi. “Saat diminta untuk penelitian banyak yang melakukan. Namun, hanya sebatas kepentingan bukan karena tujuan semula,” ujarnya. Ditambah dengan birokrasi kampus yang belum memberikan ruang bebas untuk penelitian. Salah satunya pada pencairan dana yang sangat menganggu dengan relasi dan rancangan yang sudah dibuat. Tidak adanya apresiasi kampus terhadap karya-karya dosen dan mahasiswa, menurut Bermarkas di gedung terujung tepatnya Nursal juga menjadi alasan redahnya minat di sudut Fakultas Dakwah, Puslit IAIN Imam penelitian. Ia mengatakan kampus belum Bonjol Padang mengemban tugas dan mimpi memberikan reward bagi orang-orang penting di IAIN ini. yang begitu mulia. “Seharusnya karya Kepala Puslit IAIN terbaik dari dosen IB Padang, Nurus itu diberi pengShalihin Djambra hargaan demi memengatakan Puslit ningkatkan motivasi perlu dikembangkan dan semarak penelagi. “Kita ingin melitian. Tapi, itu ningkatkan kualitas masih jauh,” ungriset dosen dan mahakapnya. siswa secara kualitatif Sedangkan di dan kuantitatif sesuai kalangan mahastandar penelitian siswa, Nursal berperguruan tinggi inpendapat kualitas ternasional,” ungkappenelitian mahanya. siswa masih lemah Target secara di bidang metodoumum Puslit adalah logi. Hal tersebut membangun kultur bukan hanya keakademis kampus gagalan mahasiswa melalui riset. Nusal tapi juga kualitas menjelaskan idealnya dosen pengajar yang Tri Dharma Perguperlu ditingkatkan. ruan Tinggi itu berNurus Shalihin Djambra Selanjutnya pensinergi, namun fakta yalahgunaan IT oleh yang ditemui di mahasiswa menjadi lapangan, pendialasan berikutnya. dikan, pengabdian Nursal mengatakan, dan penelitian saling seharusnya IT memKita ingin meningkatkan kualitas riset terpisah. “Pendidikan bantu mahasiswa dosen dan mahasiswa secara fokus dengan dalam penelitian, kwalitatif dan kwantitatif sesuai m e n ge m b an gka n namun faktanya standar penelitian perguruan tinggi ilmunya, pengabdian karena kecanggihan internasional hanya sekedar peleIT mahasiswa menpas tanggungjawab jadi lalai. “Dan mem hingga penelitian pun bunuh kreativitas mahasisiwa,” terangnya. simpang siur,” terangnya. Tidak sulit untuk membuat Tri Dharma Puslit harus mati-matian untuk mewujudkan mimpi tersebut, pasalnya daya minat Perguruan Tinggi bersenerji. Nursal berharap civitas kampus dalam melakukan riset dalam penampilan dan menyajikan makalah, menurut Nursal rendah, ia mengatakan hal tersebut bisa disinerjikan. Saat tampil banyak faktor yang menyebabkan rendahnya makalah itu, dosen harus serius dan teliti minat selain dari segi sumber daya manusia dalam menilai makalah mahasiswa. Mana dan birokrasi yang belum diaplikasikan yang murni dan mana yang copy paste. Reputasi IAIN Imam Bonjol dijunjung dengan efektif. “Akhir tahun 2013 Puslit mengatakan pelatihan Short Cousrse tapi dengan kerja intelektual dan akademik dan sangat disayangkan tidak beberapa peserta semua aspek bisa saling menyeimbangkan . yang mengikutinya, malahan yang datang itu “Dosen adalah mitra mahasiswa. Tidak dipaksakan,” keluhnya. Redahnya minat masalah apakah sebagai guru, kakak ataupun

Pusat penelitian merupakan rohnya perguruan tinggi, paradigma tersebut muncul dari peran dan misi yang diemban oleh lembaga tersebut, menjadi satu-satunya muara dari seluruh karya ilmilah dari civitas kampus. Sebagai lembaga yang mengembangkan pengetahuan melalui riset yang merupakan salah satu pilar dari Tri Dharma Perguruan tinggi, dari sana bisa dinilai bagaimana kemajuan suatu perguruan tinggi dengan melihat produktivitas Pusat Peneltian (Puslit).

keluarga untuk tempat share asalkan semua bangan penelitian dan peminat yang cukup bersinerji,” harapnya. banyak dalam tugasnya dan diberikan Fitrikawati karyawan Puslit mengatakan, kesempatan yang luas. puslit selalu mengalami perkembangan tiap Reza berpendapat kampus belum tahunnya. Puslit selalu melakukan inovasi- berperan maksimal dalam memajukan Puslit. inovasi sehingga perkembangannya cukup “Peran kampus belum maksimal hanya saja bagus. “Perkembangan Puslit terlihat dari baru menuju perbaikan dan sudah lebih baik,” program yang tidak berkurang setiap tuturnya. tahunnya,” ujar wanita berkacamata itu. Selain itu, lanjut Reza, kampus lebih Ia berharap Puslit memiliki tempat atau mendukung kegiatan Puslit, karena Puslit itu kantor sendiri sehingga memudahkan para sangat penting bagi perkembangan dan mahasiswa maupun dosen untuk mencari kemajuan kampus sesuai dengan mengemban tempat penelitian, hingga saat ini belum Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Puslit dapat memiliki ruangan. “Sekarang masih memakai memajukan kampus dan berkiprah di tingkat ruangan di Fakultas Dakwah dan Ilmu nasional serta internasional dan bekerja sama Komunikasi,” ujarnya. dengan lembaga-lembaga luar,” terangnya. Di sisi lain Kepala Puslit periode 2005Ferdy Ferdian memandang peran Puslit 2010 Yulizal Yunus menilai Puslit hari ini sangat urgen bagi perkembangan kampus. semakin berkembang dari tahun-tahun “Puslit sangat berperan penting bagi kampus sebelumnya. “Dalam setahun Puslit bisa agar menjadi kampus yang ideal. Dengan menerbitkan 100 buku, meski tanpa ang- adanya penelitian kita dapat mengukur garan,” ungkapnya. kapasitas kemampuan dosen dan mahasiswa,” Dia menjelaskan, kemajuan Puslit sema- terangnya. kin terlihat dari pihak ketiga sebagai rekan Ferdy menilai Puslit sudah berusaha untuk kerja baik dalam negeri ataupun luar negeri. eksis di tengah mahasiswa, sejauh ini ia “Itu presetasi yang berkesan, kita bisa beker- melihat Puslit sudah melakukan tugasnya jasama dengan dengan baik. sangat negara tetangga disayangkan Puslit seperti Brunai sebagai wadah Darussalam, penelitian tidak Malaysia, Piliphina,” dimanfaatkan terangnya. dengan baik oleh “Yang berkesan masyarakat kampus. adalah saat kita “Antusias mahamenjadi pihak persiswa sangat kurang tama di kota Padang dan belum menyayang menajalin dari pentingnya kerjasama dengan Puslit,” tegasnya. Universitas Ugama Ferdi berharap Seri Begawan,” kepihak kampus bisa nangnya. merangkul dan Menurut Yulizal meningkatkan minat Yunus, kesamaan visi seluruh civitas kamdan misi yang pus terhadap kegidimiliki Puslit dan atan Puslit. Lembaga Pers MahaMuhammad siswa yang juga Yazid, mahasiswa bekerja dalam peneJurusan Ahwalul Aslitian harus saling Syaksiyah merasa Yulizal Yunus mendukung, sebagai Puslit sudah bekerja media kampus bisa dengan maksimal, menjadi wadah hanya saja masih dalam mempubbanyak mahasiswa likasikan karyayang kurang antukarya Puslit. sias. “Puslit mela“ M e d i a kukan berbagai cara, Dalam setahun Puslit bisa mahasiswa memiliki misalnya dengan menerbitkan 100 buku, meski peran yang penting m e n y e b a r tanpa anggaran untuk bisa mempupengumuman di blikasikan pusat setiap fakultas. penelitian ini” Namun, antusias itu ungkapnya saat ditemui di Fakultas Adab. masih kurang,” terangnya. Yulizal Yunus berharap kedepanya Puslit Ia menilai penyebabnya adalah mahamemiliki anggaran yang pasti agar semakin siswa belum sepenuhnya memaknai kuliah. meyongkong kinerja Puslit, baik dalam Kuliah itu memiliki tiga dimensi dari Tri bentuk sarana dan prasarana. “Saya berharap Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan agar rektor berani menganggarkan paling dengan melakukan perkuliahan, pengabdian tidak 20 % untuk dana penelitian, selama saya pada masyarakat seperti KKN, dan penelitian menjabat sebagai Kepala Puslit belum pernah seperti yang diadakan oleh Puslit dan ada anggaran yang pasti, bahkan bisa dibilang penelitian skripsi. 0 %,” keluhnya. [Restu, Vina, Ade, Amel (Mg), Venny Reza Fahmi Dosen Psikologi Fakultas (Mg), Ria (Mg), Deli, Esti] Ushuluddin menilai Puslit sekarang cukup dinamis dilihat dari kemajuan dari perkem-

Klik Portal Berita

suarakampus.com


Dilema Para Sarjana

Argumen Aci Anjela Jurusan Pendidikan Agama Islam Sarjana adalah sesuatu yang dicapai melalui proses yang panjang dan butuh perjuangan serta kerja keras. Ada beribu tanjakan yang harus dilalui. Mencapai sarjana tidak bisa hanya mengandalkan kepintaran semata. Tetapi juga dengan ketekunan dan kesabaran tanpa perjuangan dan kerja keras serta niat yang tertancap kuat, maka gelar sarjana itu tak akan dapat dicapai. Dewi Sartika jurusan Tadris Bahasa Inggris Mencapai gelar sarjana tidaklah mudah. Perlu kesabaran yang ekstra, kegigihan, kerja keras dan yang terpenting adalah semangat dan pantang menyerah. Sarjana merupakan bukti bahwa seseorang telah lulus kuliah dan berhasil menghadapi berbagai onak dan duri pada masa kuliah. Namun bukan berarti setelah mendapat gelar, seorang sarjana berlalai-lalai. Tetapi harus bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah ia dapatkan. Rifda Aither Jurusan Tadris Bahasa Inggris Perjuangan mencapai sarjana lumayan berat. Tetapi kita harus tetap optimis dan berusaha jauh dari rasa bosan. Jangan pernah bosan menunggu dosen untuk bimbingan. Jangan pesimis dengan waktu sesingkat apapun tetap usahakan yang terbaik. Satu hal yang membuatku tetap semangat ialah tidak terlalu menghiraukan kabar angin yang mengatakan mengurus ini sulit, menemui dosen itu susah, tanggal terakhir ini tanggal terakhir itu. Sebelum mencoba jangan pernah mundur. Coba dulu sampai waktu yang menghentikan barulah kita akhiri. Zulfahmi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Pengalaman selama kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang bisa dibilang mengasikkan. Meskipun menggeluti banyak organisasi tapi kuliah tetap berjalan dengan lancar, menjadi ketua Senat Fakultas Tarbiyah dan ketua HMJ pada Jurusan MPI. Tanggung jawab adalah hal yang utama, untuk menjadi seorang sarjana berbagai usaha dilakukan demi tercapainya sarjana, mulai dari berkerja di percetakan, ternak lele dan privat mengaji. Kuliah 4,5 tahun tidak masalah, bukan karna nilai rendah tapi karna tanggung jawabnya. Fitri Handayani Jurusan Ekonomi Islam

-

IAIN Imam Bonjol Padang adalah kampus yang memiliki kelebihan, disamping ilmu agama juga terdapat ilmu umum lainnya, tergantung jurusan kita masing- masing. Bagi sebagian orang mereka merasa malu kuliah di IAIN ini dengan alasan-alasan tertentu. Apabila ditanya kuliah dimana jarang dari mereka yang mau menyebutkan nama kampus IAIN. Bila kita bandingkan dengan kampus-kampus lain, kampus kita tidak kalahnya dengan mereka. Kita juga punya banyak prestasi, tapi sangat kita sayangkan sistem birokrasi di IAIN ini tidak berjalan efektif, sering dipersulit. Berbeda dengan kampus lain, karena prasarana mereka jauh lebih lengkap dari kampus kita. Perjalanan mencari gelar sarjana banyak menuai berbagai kesulitan, seperti dalam menulis skripsi, guru pembimbing yang cuti karena hamil, jadi harus bolak balik ke Solok menemuinya, tapi tidak mematahkan semangat saya, karena untuk merebut gelar sarjana butuh perjuangan dan pengorbanan. Doni Juli Agus Eka Putra Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Yang indah itu proses bukan hasil, kuliah harus pandai-pandai, pandai dengan dosen dan lain sebagainya, kepada dosen kita harus tau trik-triknya. Meskipun pernah cuti 1 tahun tapi tak melunturkan semangat saya demi gelar sarjana dan membahagiakan orangtua. Kebodohan itu nilainya relatif, kunci dari sukses itu sabar meskipun pahit manis yang dilalui, tapi demi cita-cita apapun akan dilakukan. Apapun yang terjadi di bangku kuliah ambil positifnya saja. Ilmu tidak hanya didapat dibangku kuliah tetapi di lapangan juga bisa. Jadi kita harus berpandai-pandai dan sabar.

Menjadi sarjana merupakan impian banyak orang. Pasalnya, sarjana dipandang sebagai seorang berilmu dan memiliki masa depan yang cerah. Dengan gelar sarjana, orang akan hormat dan segan kepadanya. Namun, apakah sekarang demikian? Ternyata tidak. Dewasa ini masyarakat lebih cenderung hormat pada orang yang berduit dari pada sarjana. Saat ini tentu sangat mudah mencari orang yang bergelar sarjana, dimana-mana kita bisa menemukan para sarjana. Sebut saja di tengah pasar, sudah menjadi pemandangan yang biasa jika para sarjana tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang ilmu mereka. Jika dahulu kita bisa menilai seseorang sarjana atau tidak dari segi pekerjaannnya, namun sekarang tidak lagi, karena sarjana bisa saja menjadi pedagang di tengah pasar. Namun salahkah jika sarjana menjadi seorang pedagang atau nelayan bahkan menjadi seorang petani?. Setiap orang pasti menginginkan kesuksesan, karena kesuksesan biasanya akan diiringi dengan kebahagian. Menjadi seorang sarjana adalah suatu keinginan dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun siapa sangka, jika suatu saat gelar sarjana tidak membawa perubahan dalam hidup kita. Hal inilah yang biasanya membuat para sarjana banting stir untuk mencari pekerjaan apa saja “asalkan halal�, sebuah pesan yang diwariskan secara turun-temurun. Jika kita kembali pada masa belasan tahun yang silam, tidak menjadi rahasia umum, jika para sarjananya berkuliatas di bandingkan saat ini. Cukup sedikit diantara mereka yang menjadi

hanya menjadi hiasan di lemari semata, pertanda mereka pernah menduduki bangku perkuliahan menjadi seorang mahasiswa dan menjadi segelintir kenangan dimasa muda.

April Jejen pengangguran. Tanpa meremehkan para sarjana hari ini, kita tentu sudah sama-sama menyaksikan banyak diantara para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan, sungguh sangat ironis, jika sarjana terus menambah daftar pengangguran di Indonesia. Menjadi seorang sarjana tentu tidaklah mudah, membutuhkan waktu serta pengorbanan yang luar biasa hingga akhirnya menjadi seorang sarjana. Cukup beragam waktu yang dilalui untuk mendapatkan gelar sarjana, ada yang menuntaskannya 3,5 tahun, namun ada juga yang baru sampai garis finis setelah melakukan perjalanan panjang selama 7 tahun. Di satu sisi menjadi seorang sarjana terasa sangat bangga, setelah bergelimang di tengah hiruk pikuk civitas akademika, gelar sarjana merupakan obat lelah serta pelepas dahaga terutama bagi orang tua yang selama ini cukup sabar menunggu serta membiayai anaknya menjadi seorang sarjana. Lembaran baru kini telah mulai di buka bagi para sarjana, pertanyaan besar tentu berada dalam diri mereka masing-masing, kemana kaki akan melangkah, kemana arah akan dituju? Atau ijazah mereka

Miskin Keterampilan Tidak kita pungkiri bahwasanya mayoritas dari sarjana yang menjadi pengangguran saat ini, adalah sarjana yang tidak memiliki keterampilan. Sarjana yang hanya mengandalkan ijazah tanpa diselingi dangan keterampilan lain. Mereka hanya menguasai satu bidang ilmu tertentu, akibatnya setelah lulus mereka bingung mau kerja apa dan tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang akhirnya menjadi pengangguran terpelajar. Pentingnya Shoft Skill Shoft skill adalah keterampilan yang tidak bisa diperoleh dibangku pembelajaran, salah satu alternatif untuk menumbuhkan shoft skill adalah dengan aktif berorganisasi. Berorganisasi sedikit banyaknya tentu mambantu mengembangkan potensi yang ada pada diri kita. Karena kampus hanya memberikan teori saja, pengembangan kemampuan serta keterampilan sepenuhnya tergantung pada diri masingmasing. Karena saat ini, dunia kerja tidak hanya menuntut pelamar memiliki ijazah namun juga memiliki shoft skill, termasuk keterampilan berbahasa dan berkomunikasi. Semoga para sarjana hari tidak saja melepaskan diri dari kegalaun selama menjadi mahasiswa, bahkan juga bisa berbicara banyak di dunia kerja.

Uniknya IAIN Perjalanan panjang menamatkan pendidikan di IAIN Imam Bonjol Padang akhirnya dapat terwujud. Banyak suka duka, peristiwa serta pengalaman yang dilalui dalam mengikuti proses perkuliahan di kampus ini. Masuk ke IAIN dengan santai tanpa beban, tak disangka begitu sulitnya untuk keluar dengan target yang diinginkan. Banyak hal menarik yang terjadi selama berproses di kampus ini, mulai dari sistem perkuliahan, penilaian, sampai kepada kondisi IAIN yang luar biasa. “Unik�, itulah kata yang dapat mewakili IAIN Imam Bonjol Padang ini. Masa kuliah, adalah masa-masa indah yang selamanya akan tersimpan dalam memori setiap orang yang menjalaninya. Di kampus ini dalam satu semester terdapat 16 kali tatap muka antara mahasiswa dan dosennya untuk masing-masing mata kuliah. Agar dapat melaksanakan ujian untuk satu mata kuliah mahasiswa hanya diizinkan untuk absen sebanyak 4 kali dengan alasan apapun baik pulang kampung sampai dengan sakit. Namun hal ini tidak berlaku pada dosen, ada dosen yang tidak masuk lebih dari 4 kali bahkan ada yang masuk kurang dari 4 kali. Ketetapan aneh memang, tapi itulah keunikan IAIN yang mungkin tidak akan kita temui di kampus-kampus

Ikhwatun Nasra lain. Nilai semester, hal yang paling saya tunggu-tunggu dan mungkin semua mahasiswa IAIN juga menunggu kapan nilai itu keluar. Nilai akhir yang telah ada biasanya diserahkan dosen kepada akademik fakultas, kemudian diberikan kepada akademik rektorat. Seharusnya mahasiswa tidak perlu repotrepot lagi mengurus nilai mereka. Namun disinilah letak keunikannya, tiap semester ada saja nilai yang tidak tercantum dalam Kartu Hasil Semester (KHS). Bahkan nilai yang tidak tercantum lebih banyak jumlahnya dari pada nilai yang dicantumkan dalam kartu itu, dan mahasiswalah yang harus mengurus nilai yang tidak keluar tersebut. Kalau memang mahasiswa juga yang harus melakukannya, kenapa tiap semester tidak diberikan saja blangko nilai kepada mahasiswa,

agar mereka saja yang mengurus nilai kepada dosen bersangkutan. Kampus Islami, dimana Islamlah yang menjadi landasan kampus ini, tapi kalau dilihat kondisi nyata dari kampus ini berbanding 1800 dari landasan itu. Banyak sekali di IAIN ini yang tidak terurus seperti wc rusak, uniknya pimpinan kampus seolah-olah tidak peduli akan hal itu. Islam mengajarkan kebersihan itu sebagian dari iman, tapi bagaimana cara mahasiswa menjalankan ajaran itu sementara kampus tidak menyediakan fasilitas memadai. Masih banyak lagi kondisi kampus yang menjadi keunikan tersendiri bagi IAIN Imam Bonjol Padang yang tidak dimiliki kampuskampus lain. Kita lihat saja di kampus ini ada orang gila yang berkeliaran begitu saja, hewan peliharaan yang ikut kuliah dan masuk lokal, listrik sering mati, maling mudah beraksi dan yang sangat menyentuh sekali birokrasi di IAIN yang sangat berbelit-belit, terkesan dipersulit. Belum lagi, menghadapi pelayanan birokrasi yang tidak sopan yang semakin menjadi tanda tanya besar dimana letak Islaminya. Unik bukan...? Ya itulah sebagian keunikan IAIN Imam Bonjol Padang yang saya rasakan selama berproses di kampus ini, jika merasa keunikan ini kurang silahkan cari keunikankeunikan lain di kampus ini.


Eksotisme Kota Tua Padang

Gedung Tua- Sejumlah mobil melintasi jalan depan bangunan tua yang terkenal keunikannya di Kota tua, (10/03).

Berjajar- Beberapa kapal nelayan berjajar rapi dan tidak sedikit masyarakaat duduk santai sambil menikmati sore di Sungai Batang Arau (10/03).

Santai- Sejumlah pengunjung menikmati suasana klenteng kota tua, (10/03). Klenteng ini menjadi salah satu lokasi pemotretan favorit di kota tua Padang.

Nelayan Pulang- Nelayan pulang dari melaut. Tidak sedikit masyarakat menanti hasil tangkapan nelayan yang melintasi Sungai Batang Arau (10/3).

Petang -Suasana pemandangan sore hari yang terlihat dari jembatan Siti Nurbaya, kota tua Padang, (10/03.)

Jagung Bakar- Salah seorang pedagang sedang menyiapkan jagung bakar di jembatan Siti Nurbaya. Selain jagung bakar, pisang bakar juga jadi kuliner favorit di jembatan Siti Nurbaya, (10/3).

Padang tak haya terkenal dengan pantai atau bengkuangnya saja. Jika anda mengunjungi kota tua Padang, anda akan menemukan berbagai objek wisata menarik disini. Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Pasar Raya, kota tua Padang kini menjadi salah satu lokasi wisata yang ramai dikunjungi. Selain bangunan-bangunan tua yang begitu eksotis, kota tua ini juga tak jauh dari jembatan Siti Nurbaya. Dari atas jembatan siapapun bisa melihat pemandangan indah Gunung Padang. Selain itu, Sungai Batang Arau yang berada tepat di bawah jembatan menjadi area parkir bagi perahu-perahu, dan menambah daya pikat bagi setiap orang yang menginjakkan kaki di sekitar jembatan Siti Nurbaya. Selain pemandangan nan eksotis, berbagai kuliner juga banayak tersaji disini. Memanjakan mata sembari menikmati kelezatan kuliner di kota tua Padang mungkin bisa menjadi wisata alternatif di Ibukota Sumatera Barat ini.




Kepala Biro AUAK IAIN Imam Bonjol Padang, Dasrizal

Dari Rekontruksi hingga Konversi IAIN-UIN Apa Prioritas IAIN Imam Bonjol Padang di tahun 2014 ? Fokus kita di tahun 2014 adalah rekontruksi bangunan yang saya nilai pasca gempa belum terbenahi dengan serius sampai sekarang, kampus kita baru lepas dari kuliah di bawah tenda pasca gempa, tapi kita masih menemukan perkuliahan yang berlangsung di bawah tangga, terget kita tahun ini rektorat selesai dan gedung rektorat sekarang dijadikan gedung perkuliahan untuk penambahan kelas. Selain rekontruksi ? Akar dari semua permasalahan yang paling urgen adalah listrik, bukan hanya mengganggu kegiatan mahasiswa tetapi juga merusak alat-alat yang dibeli mahal ini, maka tahun ini kita akan

bulan untuk pengadaan alatnya. Berapa daya travo yang dipesan ke PLN? Kita akan ganti daya listirk kampus kita dengan daya tiga kali lipat dari sekarang, karena daya yang ada sekarang itu masih daya untuk pemakaian tahun 1990-an dan tidak sesuai lagi untuk sekarang. Prioritas selanjtunya ? Selain listrik masalah urgen lainya yang menjadi prioritas adalah keamanan kampus kita, tahun ini IAIN IB sudah berkerja sama dengan militer , mulai dari keamanan kampus dengan menjadi menyeleksi satuan pengaman kampus. Apa komentar bapak tentang keamanan kampus kita sekarang ? IAIN tidak punya otoritas, heran saya 10 tahun saya menjadi pega wai baru kali ini saya temui kampus

pernikahan anak pak rektor dan tidak adak preman-preman itu minta uang parkir. Prioritas selanjutnya ? Kita akan benahi tata ruang kampus. Saya saat masuk sini aneh saya, kambing masuk, kucing masuk kerbau masuk bahkan kuda becak keluar kampus, ngapain itu semua masuk kampus ?. Terus yang ada yang berjualan di tempat yang dikhusukan untuk fasilitas mahasiswa. Yang di Blok M itu tempat mahasiswa berdikusi bukan jualan. Maka sekarang sudah kita benahi tidak ada lagi yang berjualan dalam kampus dan dibangun pagar dan kemanan. Prioritas kampus dalam aspek Akademis ? Ya, kita akan tingkatkan Sumber Daya Manusia dari lini pegawai dan dosen, kita mulai dari segi kedisiplinan dan tanggungjawab, pasalnya ada dosen dan pegawai datang terlambat tidak merasa bersalah, bahkan ada yang cuman datang pagi terus sorenya balik lagi hanya untuk absen. Kita sekarang tidak main-main lagi bagi yang melanggar kita akan buat berita acaranya dan yang pilihanya hanya dua, mundur atau dimundurkan. Hari ini bagaimana pandangan bapak terhadap suasana Akade-mis kampus kita ? Kita harus bangun suasana akademis tersebut mulai dengan diskusi-diskusi yang sifatnya berkelanjutan, karena dalam diskusi itu mengandung semua aspek intelektual di mana dalam diskusi kita dituntut membaca dan menulis. Kita boleh lokal tapi pola pikir kita harus dunia. Setidaknya tidak lagi bagi mahasiswa yang kuliah pulangkuliah pulang karena wawasan komperansif itu 30 persen dibangun dalam perkuliahan, 30 persen lagi di organisasi dan 30 persen lagi inisiatif dari kita sendiri, jadi kalau hanya kuliah pulang dan tamat itu hanya 30 persen komperensif intelektualnya.

Menatap tahun baru 2014, IAIN Imam Bonjol Padang sudah siap dengan berbagai program kerja, dan IAIN harus berlajar dari tahun sebelumnya dimana IAIN harus membatalkan beberapa program disebakan anggaran yang cair diakhir tahun. Namun keadaan sekarang berbeda, pasalnya Maret bintang anggran Kementrian Agama khususnya telah cair, menanggapi hal itu IAIN akan siapkan langkah tepat untuk program tahun ini, berikut wawancara khusus reporter Suara

selesaikan penambahan daya tersebut, tahun kemaren sudah kita mulai namun tidak selesai karena pemborong kabur disebabkan dirong-rong oleh preman sekitar, masa setiap semen masuk minta duit, pasir masuk minta duit hingga pem-borong itu tidak sanggup lagi dan memberhentikan pekerjaan, bukan hanya pemborong listrik hal yang sama juga dialami oleh pemborong pembangunan pagar kampus, mereka dipalak oleh preman sekitar. Maka sekarang kitasudah pesan travo kepada PLN dan meraka butuh waktu empat

tidak punya otoritas sendiri, seperti kasus pemborong yang kena palak ditambah dengan acara wisuda dan KKN satu mobil diminta seratus ribu, lima puluh, seakan-akan IAIN tidak ada harga diri bagi penduduk sekitar, pada ini seharusnya menjadi aset yang harus meraka jaga. Kita bangun pagar dilarang katanya nggak bisa masuk, emangya ngapain orang kampung masuk kampus?, ini punya negara, insti-tusi negara dan harus punya otoritas. Tapi syukur setelah kita berkerja sama denga militer, kemaren saat

Apa yang terjadi dengan program kampus kita di tahun lalu ? Bicara pembangunan tahun lalu, banyak program yang tidak terlakasana, tahun kemaren kita rencakan pengadaan bus kampus dan itu batal karena waktu yang sedikit untuk pengadaan bus tersebut kita butuh waktu empat bulan sedangkan waktu yang ada hanya dua bulan. Bukan hanya bus, rencana pembangunan gedung dosen pun gagal, miris kita, melihat tidak ada tempat duduk bagi dosen-dosen berdiskusi karena semua dijadikan

kelas, hal yang sama juga terjadi dengan pembangunan Gedung Fakulas Ushuluddin, perpustakaan karena sedikitnya waktu yang tersedia. Bagaimana kabar status UIN bagi kampus kita ? UIN ya, sekarang sedang dalam pembahasan dalam tingkat dirjen. Untuk UIN, IAIN IB harus mempunya mindset yang ciri khas yang membedakan kaum intelektual IAIN dengan yang lain dan itu akan terbentuk dengan membangun dikusi-diskusi tadi. Ada tiga poin yang harus dipenuhi IAIN untuk menjadi UIN, yang pertama yang tadi IAIN harus punya mindset berpikir yang membedakan IAIN, yang kedua harus terbuka, karena untuk jadi UIN itu tidak bisa sendiri dan yang terakhir IAIN harus aspiratif dengan perkembangan sains dan pengetahuan. Konsep Islam Apa yang akan dikembangkan oleh IAIN jika jadi UIN ? Saat saya menanyakan hal itu, konsep yang akan dibangun IAIN adalah Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah, di mana IAIN menjadi Institusi Agama yang tertua di Sumatera Barat. Butuh kajian lebih lanjut untuk itu, dari segala aspek kajian ilmu dan filosofinya. Karena untuk jadi UIN itu tidak main-main, UIN sebagai ilmu yang inklusif harus menjadi payung bagi segala disiplin ilmu dan disanalah masuk misi-misi keislaman. Dalam ilmu kedokteran misi Islam apa yang dikandung oleh ilmu kedokteran tersebut, jika nanti ada ilmu teknik begitu juga, misi apa yang diembannya dan itu harus dirumuskan IAIN untuk Menjadi UIN agar membedakan kita dengan UIN lainnya. Hal yang penting untuk mendaptkan UIN terserbut ? Untuk jadi UIN yang penting itu mindset IAIN, jangan sampai kita jadi UIN tapi pola pikir kita masih IAIN percuma, jika tidak berubah kita masih IAIN, namanya saja yang UIN. Sejak bergabung dengan IAIN, apa komentar bapak ? Kita beda dengan perguruan tinggi lainnya, IAIN dihadapi dengan masalah yang yang tidak dihadapi oleh perguruan tinggi lainya, ditambah dengan IAIN lambat dalam berbenah pasca gempa sampai sekarang belum diperbaiki dan perguruan tinggi lainnya tidak menghadapi masalah tersebut, jadi jangan salahkan jika keadaan kita sekarang seperti ini. [Taufiq Siddiq, Defriandi (Mg)]


Golput Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sesuai dengan apa yang didambakan rakyat. proses pergantian pemimpin di negara Menanggapi fenomena golput, berbagai demokrasi, begitupun di Indonesia. Dalam kalangan mengemukakan pendapatnya. Seperti pemilu, calon pemimpin yang mendapat suara Muhammad Ridwan, mahasiswa jurusan terbanyaklah yang akan keluar sebagai Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPSpemenang. Ini berarti S e j arah) . D i a jumlah suara pemilih menganggap pemilu adalah penentu bagi merupakan tempat calon pemimpin yang menyalurkan aspirasi bertarung dalam pemilu. rakyat. Namun, belakangan “Sangat disaada sikap yang seakan yangkan sekali jika kita jadi pengusik kelangtidak sampai memilih sungan pemilu. dalam artian golput,” Sebagain kalangan kata Ridwan. memilih tidak berpar“Masih ada calon Masih ada calon tisipasi dalam pemilu, pemimpin yang mampu pemimpin yang atau tidak ikut memilih mewujudkan perubahan calon pemimpin. Inilah dan tidak semua pemimmampu mewujudkan yang biasa disebut pin itu yang memenperubahan dengan Golongan putih tingkan diri dan (Golput). golongannya,” tambah Pengamat politik Ridwan. menagatakan Golput Mengenai kalangan disebabkan dua alasan, golput ia beranggapan alasan ideologis dan mereka tidak puas alasan teknis. Alasanan ideologis terkait dengan kinerja pemimpin yang hanya pemahaman seseorang tentang demokrasi, mengedepankan kepentingan partainya dari sementara alasan teknis biasanya terjadi karena pada kepentingan masyarakat. keadaan saat pemilu, seperti sakit, dalam Senada dengan itu, Vivi Pebriani, perjalanan atau alasan teknis lain. Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Dalam pemilu, golput akan sangat (PAI) mengatakan lebih baik memilih karena mempengaruhi hasilnya. Jika demokrasi satu suara sangat menentukan nasib rakyat. mendefinisikan suara tuhan adalah suara “Orang yang golput mungkin dikarenakan rakyat, apa jadinya jika rakyat tidak bersuara kecewa dengan kinerja pemimpin. Ketika dalam pemilu? Pastilah hasil pemilu itu tak kampanye ia menebarkan janji manis tapi

Komik Karya: Veny Andriyani

ketika telah terpilih ia melupakan janjinya,” ujarnya. “Saya berharap untuk kedepannya tidak ada lagi orang-orang yang golput dalam pemilihan apapun, karena massih ada pemimpin yang benarbenar ingin menjalankan visi dan misinya,” harap Vivi Berbeda dengan Vivi , Alfiandi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) tidak perlu menggunakan hak pilih sementara tidak ada pemimpin yang menjanjikan. “Pemimpin seharusnya dicalonkan oleh masyarakat bukan mencalonkan dirinya sendiri. Saya akan tetap golput selama dia mencalonkan dirinya sendiri,” tegasnya. Semantara itu, Guru Besar Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. Asasriwarni memberi penjelasan tentang golput. Asasriwarni mengatakan sistim yang sembraut menyebabkan banyaknya masyarakat pemilih untuk golput. “Hal ini disebakan karena banyaknya masyarakat yang kecewa pada calon anggota legislatif, karena hanya bisa mengumbar janji,” terang Asas. Apabila masyarakat tidak mengunakan hak

pilihnya maka akan rugi karena siapa yang menurutnya baik akan kalah karena ia tidak memilih. Asas menambahkan, dalam sejarah Islam pemimpin dipilih dengan jalan musyawarah, bukan dipilih langsung oleh rakyat sehingga tidak ada pengaruh golput dalam memilih pemimpin. Menurutnya, tidak hanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berperan dalam pemberantasan golput di masyarakat, melainkan sesama masyarakat juga berperan mengingatkan yang lainnya. “Mahasiswa juga bisa melakukan pemberantasan golput. Kriteria pemimpin menurut Islam sesuai dengan sifat-sifat pemimpin yang ada pada nabi seperti amanah, fatanah dan lain lain,” jelas Asasriwarni. Namun Wakil Rektor III ini tidak setuju dengan fatwa MUI yang mengharamkan golput. Menurut Asas, memilih merupakan hak setiap pemilih. “Jika dia tidak memilih, berarti ia kehilangan hak suaranya,” kata Asas. “Bisa jadi orang yang tidak dipilihnya menang. Tapi orang yang menang tersebut tidak sesuai dengan keinginanaya,” tambahnya. [Hervina Harbi]

Jika dia tidak memilih, berarti ia kehilangan hak suaranya


Pormi jadi Persiapan IAIN Jelang Pioner 2015 Suarakampus- Pekan Olahraga Mahasiswa Institut (Pormi) yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga (UKO) merupakan ajang IAIN Imam Bonjol Padang dalam menyambut Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONER) 2014 yang akan diselengarakan di Palu, 18 Maret sampai 03 April 2015 Pormi terdiri dari tiga cabang olahraga Volly ball, Futsal dan Betminton. Pormi yang diselenggarakan di lapangan parkir IAIN Imam Bonjol ini, langsung dibuka oleh wakil rektor III bidang kemahasiswaan Asasriwarni (18/03), ia mengatakan, selain ajang untuk silaturahmi mahasiswa Pormi juga menjadi wadah Berduel : Para pemain dari tim masing-masing fakultas berduel untuk meraih poin dan maju ke babak mecari bibit yang akan selanjutnya dalam PORMI UKO, Kamis (20/03). (Foto : Syafi’i) mewakili IAIN Imam Bonjol dalam Pioner tahun depan. “Siapa yang terbaik dalam Pormi akan ranah olahraga. “Semoga Pioner tahun depan kuliah meskipun disibukan dengan banyak mewakili IAIN dalam Pioner,” ungkap Asas. kita lebih baik dari tahun sebelumnya,” harap kegiatan. Meski banyak mengalami kendala Asas Asas berharap agar Pormi menjadi wadah Asas. Asasriwarni menegaskan agar mahasiswa mengapresiasi UKO yang sanggup mengaberlatih agar dalam Pioner nanti bisa membuat harum nama kampus di kancah nasional dalam tetap fokus pada tujuan dan kewajibanya untuk dakan Pormi meski dana UKM baru cair.

Bintang Gugur, Dana UKM Segera Cair Suarakampus - Dana kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IAIN Imam Bonjol Minggu segera cair, pasalnya tanda bintang dalam anggaran Kementiran Agama telah dihapus. Asasriwarni Wakil Rektor III mengatakan, Dalam minggu ini Dana kegiatan UKM bisa cair, Kamis (20/03). "Untuk tahun ini pencairan dana lebih cepat dari tahun sebelumnya, dimana tahun lalu dana masih berbintang sampai november," terang Asas. Asas menghimbau kepada pengurus UKM agar secepatnya mengajukan proposalnya dengan lampiran kwintasi untuk kelancaran pendanaan kegiatan UKM. "Kita minta proposal yang dilampirkan dengan Kwitansinya," ungkap Asas. Berlajar dari tahun sebelumnya, Asas menghimbau agar UKM sudah mempersiapakn proposal kegiatan tahun 2015 dari sekarang. "Biar tidak terjadi lagi kesalahan tahun kemaren, saya himbau pengurus UKM agar mulai mempersiapkan proposal kegiatan tahun depan," ujarnya. Menanggapi hal itu, yoki Surya aktor UKM Teater Imam Bonjol (TIB) berharap agar tahun ini TIB mendapat anggaran penuh, Ia mengeluhkan dimana tahun sebelumnya banyak program TIB yang batal disebakan permasalahan dana. "Tahun kemaren TIB batal mentas di Pekanbaru dan Medan karena permasalahan dana," ungkapnya. Terkait dengan kegiatan TIB ke depan Yoki mengatakan, dalam waktu dekat ini TIB akan melaksanakan pementasan Wayang dalam memperingati hari teater se-dunia dan Ia berharap rektor bisa menepati janjinya untuk menambah properti TIB. "Kami menunggu janji rektor dulu," katanya. Ditempat berbeda, Ferdi Ferdian Ketua Dewan Mahasiswa menyabut baik pencairan dana tersebut, terkait dengan program Dema Ferdi megatakan, pencairan dana tahun ini tidak berpengaruh dengan program yang sudah disusun. "Tidak terlalu berpengaruh karena kita memiliki bidang keuangan melalui spsonsor," ungkapnya. [Amaliatul Hamrah (Mg)]

Makmur Band Sambet Gelar Perdana di UBH

Show : Salah satu penampilan Makmur Band dalam Ekspo FIB UBH, Sabtu (16/03). Foto : Novel

Suarakampus- Makmur Band yang diisi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Musik Kampus IAIN Imam Bonjol Padang raih gelar perdananya. Musisi kampus ini menjurai Festival Acoustik dalam ajang Ekspo Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hata Padang, Kampus I, Ulak Karang, Padang (15-20/03). Makmur Band beranggotakan lima perrsonil, Nurhaini sebagai vokalis, Rian sebagai bassis, Firnanda sebagai rummer, Rafli dan Riski gitaris. Makmur Band menang setelah tampil menawan dan mengalahkan peserta-peserta yang berasal dari tingkat sekolah sampai perguruan tinggi dan umum. Firnanda selaku drummer merasa bangga bisa menang bersama Makmur Band karena bisa membuat nama kampus IAIN Imam Bonjol eksis dalam seni musik. "Sekarang

IAIN eksis dalam dunia musik," tegasnya. Firnanda mengatakan, ini merupakan pembuktian bahwa IAIN bukan hanya tempat uztadz-ustadz saja dan tempat mengkaji agama seperti padangan orang-orang selama ini. "Tampil dan menang depan anak-anak SMA, SMP dan umum pembuktian IAIN di dunia seni musik," terangnya. Sementara itu, Bassis Makmur Band Rian mengatakan ajang ini jadi pembuktikan semua orang bahwa musik bukan hanya sekedar hurahura tapi wadah untuk berkreativitas. "Ini bukti kalau kita bukan untuk hura-hura," tegasnya. Rian berharap kemenangan ini memotivasi adik-adik yang bergiat di UKM Musik Kampus dan tetap berusaha meraih gelar dan performa di Ekspo selanjutnya. [Defriandi (Mg)]

“Saya apresiasi kepada UKO yang mengangkat acara Pormi dengan uang kasnya sendiri,” terangnya. Ketua UKO Putra Ayani menjelaskan Pormi adalah acara tahunan, dan Pormi kali ini merupakan tahun ke lima yang diselenggarakan UKO. “Pormi akan berlangsung selama dua minggu terhitung dari 8 Maret sampai 03 April 2014,” terangya. Putra menambahkan, dalam pormi ini terdiri dari tiga cabang pertandingan olahraga yaitu, Volly ball, Futsal dan bulutangkis. “Setiap pertandingaan kita perwakilan dari masing-masing fakultas,” tuturnya. Putra menambahkan, selain untuk mencari bibit Pioner 2015 mendatang seperti yang dijelaskan bapak wakil rektor III, tujuan UKO tersendiri untuk meningkatkan silahturrahmi antara mahasiswa. “Kami berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar selama berlangsung dan juga bermanfaat bagi kita bersama,” tambah Putra. [Kanadi Warman (Mg)]

Mestika Zed : Media Massa Tempat Mengasah Intelektual Suarakampus - Mahasiswa yang bergelut di media massa akan mendapatkan nilai plus berupa kemampuan Intelek-tual. Hal ini disampaikan Mestika Zed, pakar sejarah Sumatera barat pada diskusi lepas bersama anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus, di Redaksi Suara Kam-pus, diawali dengan makan siang bersama diskusi berlangsung hangat, Jumat (21/03). "Bergelut di media masa akan mengasah kemampuan intelektual sehingga kita siap bertempur di gelanggang luar kampus nanti," ujar dosen sejarah di Universitas Negeri Padang ini. Menurut Mustika Zed, kemampuan intelektual berarti seseorang yang tanggap dengan lingkungan sekitarnya dan mampu berpikir jauh ke depan, serta mem-punyai pendengaran yang nyaring. Sedangkan akademisi berarti se-seorang yang melihat dengan kaca mata tebal dan fokus saja tampa hirau dan peduli terhadap lingku-ngannya. “Hampir tidak ditemu-kan akademisi yang berintelektual tinggi,” tuturnya di hadapan seluruh peserta diskusi. "Mahasiswa yang memiliki akademisi dan intelektual yang ideal hari ini bagaikan binatang yang purba, sulit menemukan-nya," katanya. Dia menambahkan, tidak semua kaum akademisi mampu mencapai tingkat intelektual yang tinggi. Tidak semua kaum intelektual itu berasal dari kaum akademisi. Mestika Zed mengatakan, tidak semua mahasiswa berperan sebagai mahasiswa hari ini, sebagai genarasi yang akan memegang keberhasilan negara mahasiswa harus peduli terhadap negara ini. "Mahasiswa harus peduli terhadap negara ini," ungkapnya. Mestika Zed berharap diskusi-diskusi lepas ini bisa berlanjut, menurutnya ini merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan. "Saya akan datang lagi ke Suara Kampus dan diskusi lagi," terang-nya. Senada dengan Zulfikar Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus ucapkan terimakasih atas kedatangan Mestika Zed, ia berharap diskusi ini akan berlajut kedepannya. "Ini harus berkelanjutan, karena kedatangan beliau memberikan wawasan baru untuk Suara Kampus," ungkapnya. [Bustin]


Mahasiswa Go Caleg Mahasiswa dikenal sebagai intelektual muda, penjunjung tinggi nilai-nilai idealisme. Kita tahu Indonesia memiliki manusiamanusia kritis. Mereka sebahagian besar beranjak dari kalangan mahasiswa. Mereka berani berbuat memperjuangkan hak rakyat, membela kebenaran dan demokrasi. Lima belas tahun silam, rezim Soeharto masa Orde Baru ditumbangkan oleh orang-orang kritis itu. Penguasa yang memerintah 32 tahun lamanya akhirnya harus lengser jabatan. Soeharto dilantik kembali Maret 1998 dan meletakkan jabatannya 21 Mei 1998. Kekuatan poster dan megafonnya para cendikiawan muda Indonesia mampu meruntuhkan kedudukan tertinggi penguasa Orde Baru ini. Rezim Soeharto yang dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa telah dirobohkan, dan periode pemerintahan pun terus berganti. Melihat begitu hebatnya mahasiswa aktivis 1998 menegakkan keadilan memperjuangkan hak rakyat. Mustahil rasanya jika tidak ada diantara mereka yang terdiri dari ribuan mahasiswa dari beragam universitas di Indonesia itu yang tidak berada di kursi pemerintahan selama periode reformasi 15 tahun ini. Persoalannya di mana suara mereka hari ini. Suara mereka tak lagi segentar ketika memperjuangkan hak rakyat dan demokrasi tahun 1998. Seolah tidak ada perubahan antara masa Orde Baru dan reformasi sekarang. Hanya kebebasan sebablasnya, rakyat tak lagi dikekang. Sisi yang lain pengabaian hak-hak rakyat seperti hal sudah biasa. Kebebasan yang diperoleh pasca Orde Baru sepertinya benar-benar menjadi kebebasan bagi pejabat pemerintahan untuk

m e n a nc a p ka n kokoh Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) tumbuh subur di bumi Indonesia.

sebagai peserta Pemilu untuk anggota DPR, DPRD tidak merinci persyaratan dari anggota partai sebagai peserta M ahasiswa pemilu, dan Nyaleg pasal 12 huruf e B e rkai t an tentang peserta dengan itu, Pemilu anggota Sri Handini Indonesia akan DPD menyaMahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam kembali mengisi takan pendide mokrasi. dikan paling Wakil rakyat rendah adalah akan dipilih melalui pemilu legislatif (Pileg) tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pada 9 April dan Pemilihan Presiden (Pilpres) sederajat. Ini berarti mahasiswa berpeluang Juli mendatang. Banyak masyarakat Indo- dan tentu saja lolos dari persyaratan tersebut. nesia mencalonkan diri, tidak ketinggalan Selain itu, dari perguruan tinggi pun tidak memahasiswa baik dari Strata Satu ataupun negaskan aturan larangan bagi mahasiswa Strata Dua di beberapa Perguruan Tinggi di menjadi caleg. Sumareta Barat. Beberapa diantaranya Siti Rodiah, Caleg DPRD Kota Pariaman, Kematangan dalam Politik Yuhendra, Caleg DPRD Kab. Agam Kec. Menjadi caleg itu bagus dan merupakan Palembayan dan IV Nagari, Ningsih Jumeli tugas mulia. Dan itu butuh perjuangan juga Tania, Caleg DPRD Seberut Selatan pengorbanan, tidak hanya uang tapi juga Kepulauan Mentawai, Yonnarlis, S.HI, Caleg tanggung jawab menyediakan kualitas hidup DPRD Kabupaten Tanah Datar, Harius, S.HI, yang layak dan mensejahterakan masyarakat. Caleg DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Selain itu, untuk dapat melaksanakan tangFebriyaldi, dan lain sebagainya. Nama-nama gung jawab sebagai anggota legislatif oleh di atas adalah bentuk antusiasme caleg yang mahasiswa jika pun terpilih nantinya, yang menyandang status mahasiswa. menjadi pertanyaan adalah telahkah mahasiswa siap dengan kematangan politik yang Mahasiswa Boleh Nyaleg dimilikinya untuk menjalankan tanggung Memang dalam undang-undang tidak ada jawab mulia itu? larangan tegas mahasiswa menjadi caleg. Kendatipun perguruan tinggi tempatnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor berdiam dan dibesarkan menanamkan ilmu 10 Tahun 2008 Pasal 11 tentang persyaratan politik kepada mahasiswa baik dari kuri-

kulumnya ataupun praktek dalam birokrasi perguruan tinggi tersebut, seperti Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa (Dema) dan lain sebagainya. Apakah itu telah cukup sebagai modal baginya mengarungi dunia politik? Jika pun secara keilmuan mahasiswa cukup mampu bersaing dalam dunia politik, pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah siapkah mahasiswa dengan permainan politik yang cukup pelik itu? Jangan sampai intelektual muda menjadi boneka dalam partai sehingga menghilangkan fungsi murni partai politik dan berorientasi pada kepentingan partai, sehingga mengabaikan amanah dari rakyat yang semestinya ia perjuangkan. Mahasiswa, Agent of Control Mahasiswa adalah cendikiawan muda yang memiliki posisi strategis sebagai agent of control dalam kehidupan berdemokrasi. Ia dekat dengan birokrat negara dan tidak jauh dari kehidupan masyarakat. Ketika birokrat negara tidak berjalan sesuai koridor, mahasiswa mempunyai peran dengan keintelektualannya melakukan control dalam memperjuangkan hak rakyat agar tidak diabaikan para elit politik birokrat negara itu. Mahasiswa pun merupakan perpanjangan tangan masyarakat kepada para pejabat pemerintahan. Dan itu telah dibuktikan oleh mahasiswa aktivis 1998 lalu. Namun, pada kondisi ini, tidakkah semestinya mahasiswa independen dengan posisi strategisnya sebagai agen of control. Bagaimanakah seharusnya status mahasiswa pada keadaan ini? Atau memang seharusnyakah mereka meninggalkan idealisme mahasiswa?.

Mahasiswa vs Organisasi Oleh: Friyosmen Jamak ditemukan, bahwa perguruan tinggi hanya bisa mengerahkan mahasiswa untuk mengikuti berbagai organisasi tanpa tahu organisasi tersebut. Sehingga seringkali menimbulkan kontroversi yang berkelanjutan antara organisasi dengan aktivitas kemahasiswaan. Dalam kamus ensiklopedi pengertian organisasi adalah kata yang berakar dari bahasa Yunani “organon� yang berarti alat. Di dalam ilmu sosial seringkali kata organisasi dikaitkan dengan sekelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Para pakar pun memunculkan kaidah mereka yang terpusat pada defenisi organisasi itu sendiri. Seperti yang dikatakan Stephen P. Robbins bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar. Sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Bila kata organisasi dihubungkan dengan mahasiswa, akan memberikan pengertian bahwa organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa sebagai wadah kegiatan ekstrakurikuler. Di lingkungan kampus organisasi kemahasiswaan dikelompokkan menjadi organisasi intra kampus, organisasi ekstra kampus maupun semacam ikatan mahasiswa daerah yang pada umumnya beranggotakan lintas atau antar kampus. Namun, masih banyak mahasiswa yang berpikir bahwa organisasi hanya tempat pelarian belaka yang akan menjebak mahasiswa untuk keluar dari bidang akademik. Bagaimana kenyataannya? Nah, semua prasangka ini harus

Mahasiswa jurusan Al-ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang

“

Namun, masih banyak mahasiswa yang berpikir bahwa organisasi hanya tempat pelarian belaka yang akan menjebak mahasiswa untuk keluar dari bidang akademik

diluruskan kembali. Mahasiswa sebagai agent of change hendaklah berpikir, bahwa organisasi merupakan penunjang untuk mencapai kesuksesan dalam akademisi. Organisasi sebagai kebutuhan sekunder setelah perkuliahan. Kenyamanan akan dirasakan, jika antara kebutuhan primer dengan sekunder seimbang. Inilah perumpamaan yang hampir bisa diarahkan untuk organisasi dengan sistem perkuliahan. Boring and lazy, itulah kata-kata yang selalu tampak oleh mahasiswa jika melihat papan reklame yang menampilkan suatu oraganisasi. Contoh, mahasiswa selalu

beranggapan bahwa beraktivitas di HMJ, Senat, Dema, UKM, ataupun organisasi eksternal hanya akan menghabiskan waktu saja dengan artian ketika memasuki organisasi semacam ini akan membuang waktu yang tersedia untuk perkuliahan. Sebenarnya hal ini sama sekali tidak benar, banyak mahasiswa yang bergabung organisasi lebih terkontrol di dalam perkuliahan dibandingkan dengan mahasiswa yang selalu mendoktrin pikiran bahwa organisasi itu salah. Tetapi seberapa jauh mahasiswa itu bisa mengatur waktu yang tersedia baginya selama 24 jam tersebut.

Berbicara mengenai pengaturan waktu, di sinilah banyak mahasiswa yang lebih banyak terjebak. Tudingan yang dilontarkan tersebut merupakan kekesalan mereka yang merasa masih kurang waktu dan selalu butuh Additional time. Kembali pada topik organisasi vs mahasiswa, mahasiswa di berbagai perguruan tinggi dapat dikatakan memberikan acungan negatif pada organisasi. Mahasiswa dengan segala ke maha annya hanya bisa memberikan dan menyampaikan pesan buruk seolah-olah organisasi ajang untuk mematikan semangat mahasiswa dalam mengejar prestasi akademik. Mahasiswa hanya mengutamakan perihal yang berhubungan erat dengan pendidikan mereka, sebagai contoh mereka lebih memilih untuk mengikuti seminar yang bertemakan pendidikan atau sesuai dengan selera mereka dibandingkan memilih acara yang berdomisili dibidang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Seharusnya selaku mahasiswa, yang terfikir adalah bagaimana mereka bisa menyeimbangkan antara organisasi dengan kemahasiswaan mereka. Kok manimbang samo barek, kok maukua samo panjang, inilah pepatah yang dapat ditelaah oleh mahasiswa agar tidak hanya berpatokan pada satu posisi saja. Organisasi dan mahasiswa sejalan jika tudingan-tudingan miring mampu di musnahkan oleh para organisator. Dengan membuktikan bahwa mahasiswa tidak akan terlengkapi jika tidak ada organisasi yang mengikatnya. Maka semua ini akan mampu mengurangi doktrin-doktrin yang berkembang di lingkungan Mahasiswa vs Organisasi.


Ayah Penghianat Sepulang sekolah, kutemui ibu terbaring di lantai. Tubuhnya tak bergerak. Ruang segiempat ini seperti muatan kapal yang berserakan. Kursi kesayangan ibu tak teratur lagi letaknya. Satu kursi pendek tempat biasa ia duduk tak berdiri utuh. Kakinya patah, hanya satu kaki yang bersetia menopang tubuhnya hingga tak ambruk di lantai. Semuanya berserakan. Kepingan gelas kaca pecah, juga piring bekas nasi. Aku berusaha membangunkan ibu, tetapi ibu tak juga membuka matanya. Aku panik dan hilang akal. Kucoba meraba nadi ibu, tak berdenyut lagi. Kutempelkan telunjuk di lubang hidung ibu, tak jua ada nafas yang keluar. Aku berteriak histeris, hingga tak sadarkan diri. Sesampai aku terjaga, rumah sudah dipenuhi para tetangga dekat. Juga ada Pak Kolun duduk di samping tubuhku. Aku ingat Pak Kolun adalah Pak Lurah di desa ini. Pak Kolun akan datang ke rumah warga bila ada kemalangan ataupun masalah yang ada dalam keluarga itu. Aku cepat sadar, bahwa saat ini keluargaku juga dapat kemalangan itu. “Untunglah kau sudah sadar?” Suara Pak Kalun bergeming di telingaku. Aku tak menjawab apa-apa. Aku berusaha mengingat kejadian sebelum aku terbaring di lantai ini. Kupandangi seisi ruang ini. Kursi yang semula berserakan, telah tertata rapi di sudut ruang. Gelas dan piring berserakan juga tak ada lagi. Aku pandangi di pojok ruang sebelah kanan, ada ibu-ibu duduk membuat lingkaran kecil, di tengah-tengahnya kulihat ibuku telah ditutupi kain panjang. Aku segera bangkit dari pembaringan ini, lalu memandang lama jasad yang ditutupi kain itu. Aku histeris, hingga tak sadarkan diri. *** Aku sadar, ibu telah tiada. Kini tinggal aku sendiri di rumah ini. Ayah telah membunuh ibu. Seorang ayah yang tega membunuh istrinya sendiri. Tetapi ini sebuah penyesalan. Kenapa aku mengizinkan lelaki itu menikahi ibu. Memang ibu juga menyukai lelaki itu, atau mungkin karena ibu juga merindui belaian seorang lelaki. Aku kasihan pada ibu yang sudah belasan tahun menjanda. Semenjak ayah kandungku meninggalkan kami, menceraikan ibu demi seorang perempuan yang memiliki banyak harta. Ayah pergi meninggalkan ibu sewaktu aku masih dalam ayunan. Hingga seusiaku kini menginjak 18 tahun. Sudah sekian tahun ibu menjanda, hingga di awal tahun ini, lelaki itu datang ke rumah untuk meminang ibu. Lelaki yang dengan ikhlas kusebut ayah, ternyata adalah iblis yang menyamar menjadi malaikat dalam keluarga kami. Ibu yang sudah lama menjanda, merasa bahagia dilamar seorang lelaki muda yang baru ditinggal mati istrinya. Dan aku, tentulah aku juga merasa bahagia memiliki seorang ayah yang menyayangi ibu, memberi nafkah pada keluarga kami. Bila dibandingkan sebelum lelaki itu datang ke rumah ini, aku dan ibu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Ibu bekerja kesehariannya adalah menjajakan sayur dan buah di pasar dan berkeliling desa. Dan aku, setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku berjualan telur ayam kampung untuk ongkos dan jajan di sekolah. Kebetulan tetangga sebelah rumah berternak ayam. Sepulang sekolah, aku berangkat ke pelabuhan pasir, memuat pasir pada truk yang datang ke pelabuhan itu. Menjelang senja, aku baru pulang menemui ibu di rumah. Memanglah kehidupan sudah selayaknya berubah, setidaknya ada perubahan ke arah yang lebih baik. Kehadiran lelaki itu adalah seumpama hujan di tengah terik yang membara. Memberi kesejukan. Memberi kedamaian dalam hati. Namun siapa sangka, selepas hujan itu, matahari kian mengganas dan meresahkan hari-hari. Seperti itulah umpamanya kehidupan ini bagiku. Awal pernikahan ibu dengan (Sarta) lelaki itu, adalah kebahagian yang menyelimuti harihari kami. Aku sadar lelaki itu adalah lelaki sejati yang rajin bekerja, sehingga uang yang ia miliki pun cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Aku dan ibu yang terbiasa hidup sederhana, tak meminta banyak dari lelaki itu. Kemudahan yang ia berikan pada keluarga kami, cukup memberikan arti kehadiran seorang ayah di tengah kemelaratan hidup yang kami jalani. Ibu tak perlu repot menjajakan sayur keliling kampung, dan aku bisa berangkat sekolah lebih cepat dari biasanya. Semua orang tahu aku telah mempunyai

ayah baru. Sebagian teman sering menggodaku dengan ucapan yang membuatku malu. Nada-nada sinis pun menjadi pendengaran setia di gendang telingaku. Tetapi tak mengapa, asal hidup ada perubahan. Dan semestinya hidup memang harus berubah. Dari buruk menjadi baik, dari tak punya menjadi berada, dari kemelaratan menjadi kebahagian. Maka dari itu jualah aku matimatian ingin sekolah. Bagiku tak ada hambatan untuk sekolah selagi hati menginginkannya. Tak ada kata malu dan menyerah. Apalagi bagi seorang lelaki adalah suatu keputusan dimana ia mampu melewati berbagai persoalan dalam hidup ini. Juga aku percaya bahwa Tuhan melihat usaha yang dilakukan hamba-Nya, selagi hamba itu mau berusaha. “Kita merantau sajalah, Buyung?” suatu ketika teman akrabku menyatakan itu padaku. Hidup di rantau adalah suatu keputusan yang paling tepat bagi pemuda miskin di desa ini. Untuk apa di kampung halaman bila setiap hari beratap mata, bermuram durja memikirkan hidup yang pahit ini. Jalan satu-satunya untuk melupakan kesedihan itu adalah merantau. Di rantau kita bisa membuka lembaran baru. Barangkali nasib kita mujur, dan menjadi orang sukses nantinya. “Duluan sajalah kau merantau, aku masih mencintai desa ini.” “Kalau kau cinta dengan desa ini, kau harus merantau mengadu nasib. Ketika kau berhasil, kembalilah ke desa ini untuk membangun desa ini menjadi lebih baik.” Memang benarlah pepatah mengatakan, “sayang kampuang ditinggakan”. Tetapi bagiku tidak harus merantau bila mencintai desa ini. Lebih dari itu penghayatannya. Bila mencintai, tak ada kata ingin berpisah yang terlahir dari hati. Bila ada orang mencintai, lalu pergi dengan alasan cinta, berarti itu bukan cinta, tetapi keraguan untuk bersama. Maka kupilih jalan lain untuk mengartikan cinta pada desa ini. Aku harus sekolah, belajar dengan sungguh-sungguh, dan merawat desa ini dengan penuh cinta. Apapun rintangan dan godaan akan aku lalui atas nama cinta. Walau banyak orang mengatakan aku tak tahu untung, sudah miskin banyak hayalan pula. Memang aku sering nyatakan impianku setamat sekolah menengah ini, akan melanjutkan pendidikan ke kota. Dan itulah yang membuat sebagian orang menganggap aku tak tahu nasib. Biarlah. Impian itu ternyata mendapat restu dari ibu. Ibu selalu memotivasi untuk terus belajar. Dan beberapa bulan sebelum ibu meninggal, aku akan menghadapi Ujian Nasional. Sekitar 3 bulan mendatang. Dengan kehadiran lelaki

itu dalam keluarga kami, setidaknya memberi setitik cahaya pada impianku itu. Bisa dipastikan aku akan lebih muda untuk ke kota melanjutkan pendidikan. Pernah kuutarakan padanya tentang keinginanku itu. Ia mengangguk dan memberi semangat padaku. Katanya juga, sebagai seorang ayah bagimu, aku akan berusaha membantu untuk kebutuhanmu di kota nanti. Aku benar-benar terkesima dengan ucapannya itu. Betapa ia benar-benar malaikat yang datang di keluarga kami. Malaikat yang memberikan cahaya kehidupan dan kebebasan dalam hidup ini. “Kalau kau hendak kuliah ke kota, kau fokuskan saja untuk menghadapi ujian nanti.” Itu ucapannya yang paling aku sukai darinya. Ucapan yang mendidik dan membangkitkan semangat belajarku. Ucapan itu pula yang kutulis pada bagian pertengahan buku pelajaran sekolah. Sebagai penyemangat diri dan motivasi yang mengharuskan aku untuk belajar dengan giat. Aku berjanji akan berbakti padanya, walau ia bukan ayah kandungku, setidaknya untuk saat itu, ia lebih baik dari ayah kandungku. ** Tak ada yang paling kusesali selain kehadiran lelaki itu dalam keluarga kami. Lelaki penghianat yang melenyapkan segala yang aku punya. Ibu yang belasan tahun menjaga dan membesarkanku dengan penuh cinta, ia rusak segalanya. Ia pisahkan cinta antara aku dan ibu. Tiada yang paling aku benci dalam hidup ini kecuali lelaki yang kusebut ayah. Ayah yang menanamkan benih di rahim ibu, hingga aku terlahir menjadi manusia. Dan ayah yang memberi harapan palsu, hingga memisahkan antara cinta dan impianku. Aku benci dengan ayah. Benci pada lelaki yang menikahi ibu, meninggalkan ibu, bahkan membunuh ibu. Benci yang tertanam dalam jiwa ini, dan hati yang menumbuhkan kebencian yang kuat dalam sanubari. Ya, benci yang harus kumusnahkan sebagai tumbal hidup ini. Semenjak kepergian ibu, aku memilih menjadi lelaki pendiam. Segala jalur komunikasi kuputuskan termasuk sekolah yang selalu kusanjung tinggi. Yang aku ingin hanya satu, memenggal kepala ayah tiriku. Sebab, ia adalah dalang dari kemelut ini. Aku tiada sudi melihat ibu mati sia-sia. Aku harus membalas perlakuan lelaki itu. Darah dibalas darah. Nyawa dibalas nyawa. Sudah saatnya lelaki itu mati di tanganku. Ke mana pun ia bersembunyi akan kucari, dan sampai kapanpun. Tetangga dekat rumahku memberikan nasihat agar aku kuat dan tabah menjalani hidup ini. Aku hargai itu. Selama ini mereka

peduli akan nasib keluarga kami. Pak Kolun selaku Lurah di desa ini, sangat tahu dengan keadaanku. Seringkali ia datang ke rumah mengajakku bercerita. Tak jarang pula ia menyelipkan uang di saku bajuku. Aku hargai itu. Pak Kolun memang baik pada warga desa ini. Sesiapa pun menjadi kebaikan hatinya. Bahkan ia sangat mencintai warga desa ini. “Kau harus sekolah, Buyung! Tamatkan pendidikanmu. Bila nanti kau hendak melanjutkannya ke kota, kami bersedia membantumu.” Aku menangkap ketulusan di wajah Pak Kolun. Memang selama ini ia yang menyemangatiku untuk tetap sekolah. Pak Kolun juga sering memberiku uang jajan bila telurtelur yang kujajakan tak laku. Tetapi aku tak ingin lagi sekolah. Biarlah impian itu terkubur bersama jasad ibu di alam sana. Aku ingin kehidupan yang baru. Kehidupan yang nyata, bahwa hidup teramat kejam untuk kupasrahkan. Lihat saja kasus pembunuhan ibu, sudah 2 bulan belum juga pihak kepolisian menemukan lelaki itu. Aku semakin kesal dibuatnya. * “Bila kehidupan di desa tak menjanjikan bahagia, pergilah ke kota tempat kami mengadu nasib. Kita sama-sama memulai kehidupan baru.” Itu pesan terakhir dari Arman. Tahun lalu ia pulang ke desa ini. Ketika kami bertemu, ia berpesan begitu padaku. Sekarang aku tertarik untuk merantau. Tak ada lagi kehidupan di desa ini. Tetapi tunggu! Aku tak ‘kan pergi sebelum pihak kepolisian menemukan lelaki yang telah membunuh ibu atau aku sendiri yang akan membalas perlakuannya. Segala sesuatu telah aku siapkan untuk keberangkatan ke kota rantau tempat Arman mengadu nasib. Termasuk sebilah celurit terselip di balik bajuku. Bulan lalu, aku mendapat kabar dari teman sekolahku kalau lelaki pembunuh itu masih berkeliaran di desa ini. Warga desa memang tak tahu akan berita ini, tetapi Ardi merasa yakin kalau lelaki itu masih di desa ini. Ardi tak sengaja melihatnya mengendap-endap memasuki sebuah rumah di sudut terpencil desa ini. Waktu itu Ardi secara kebetulan pulang dari tempat nongkrongnya di pos ronda di ujung kampung. Ardi memerhatikan tingkahnya, dengan sangat yakin ia ceritakan kronologi itu dengan pasti. Aku meminta Ardi untuk merahasiakan berita ini. Pada malam yang ditentukan, aku siapkan segala sesuatu; sebuah tas sandang berisi tiga helai baju, sebilah celurit dan sebuah rantai sepeda motor. Aku sudah tak sabar ingin menggorok leher lelaki itu. Ketika malam berada di pertengahan, aku mengendap keluar rumah. Menuju rumah di sudut desa ini. Malam terlihat tenang, hanya longlongan anjing terdengar menakutkan. Sesekali terdengar pekikan Lang Katutup histeris. Aku melangkah tergesa-gesa, amarah dan dendam mempercepat langkahku. Lelaki itu harus mati. Sesampai di perkarangan rumah yang kutuju, aku sembunyi di balik pohon kelapa. Dalam rumah tak ada tanda ada orang. Menurut keterangan Ardi, lelaki itu ia temui pukul 1 malam. Berarti aku harus menunggu sekitar 30 menit lagi. Kupandangi sekitar perkarangan rumah. Rumah ini sudah lama tak dihuni. Sekeliling halaman juga tak terurus. Tepat pukul 1, dari kejauhan seorang lelaki berjalan tergesa-gesa ke arah rumah ini. Aku yakin pasti lelaki pembunuh itu. Kukeluarkan celurit dari balik bajuku, juga rantai yang sengaja kulingkarkan di pergelangan tangan. Ketika lelaki itu mendekati halaman rumah, ia begegas mendekati pintu rumah. Ketika itu aku keluar dari balik pohon kelapa. Sebelum pintu terbuka, aku layangkan rantai di tanganku ke kepalanya. Ia kaget dan melakukan perlawanan, secepat kilat kuayunkan rantai itu ke wajahnya. Lelaki itu ambruk di lantai. Celurit di tanganku segera kutusukkan di dadanya. Ia terkulai dengan darah mengucur. Kutusukan lagi di bagian perut dan lehernya, ia tak bergeming. Aku pandangi lelaki itu dengan penuh kebencian. Ia terkulai bermandikan darah. Sedang di halaman rumah, beberapa orang warga dan aparat berteriak memanggil namaku, Rumah Kayu 2014. [Acet Asrival, Mahasiswa STAI-PIQ Sumatera Barat. Bergiat di Sanggar Rumahkayu]


Agama, Tiang Pendidikan Berkarakter Negara maju tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu Negara maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya tidak ada yang membedakan suatu sumber daya manusia dinegara maju degan sumber daya manusia di negara berkembang. Yang menjadi pembeda hanyalah cara mendidik sumber daya itu sendiri. Bila kita melengok kepada sistim pendidikan di negara maju, tentu sangat jauh berbeda, bagai langit dan bumi bila sistim pendidikan di sana dibandingkan dengan di negara yang bernama Indonesia. Memang sangat mengiris hati bila berbicara tentang pendidikan di Indonesia. Bila kita melek kepada sejarah, jauh sebelum dunia melenium datang, Indonesia merupakan negara dengan pendidikan terbaik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa asing yang datang ke Indonesia guna menuntut ilmu pengetahuan di negeri Garuda ini. Sebut saja itu negara-negara tetangga, Malaysia, Singapura, dan Negara tetangga lainnya. Lalu bagaimanakah kondisi pendidikan Indonesia sekarang? Masihkah Indonesia diminatai oleh negara tetangga untuk menuntut ilmu pengetahuan di negeri seribu pulau ini? Tentu tidak lagi. Keadaaan telah berubah 180 derajat. Seiring dengan berkembangnya zaman dan menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia, negeri yang terkenal kaya dengan rempah-rempahnya ini tidak lagi diminati oleh para penuntut ilmu dari negara asing. Justru keadaan berubah. Keadaan sebaliknya pun terjadi. Indonesia sekarang justru mengirim para penuntut ilmu keluar negeri untuk mengkaji berbagai ilmu di negeri orang lain. Sebut saja Malaysia, Singapura, Amerika, Eropa dan masih banyak lagi negara yang diminati oleh pelajar atau mahasiswa asli Indonesia. Mengutip dari berita yang dikabarkan Padang Ekspress 28 febebruari 2014 tentang kegelisahan para tetua di Sumatera Barat. “dulu kalau ada pegawai yang berkumpul di halaman kantor luar negeri, lalu kita lemparan batu kerikil kecil, pasti kena kepala orang Minang. Karena begitu banyaknya mereka. Sekarang tidak lagi, anak-anak Minang terkendala masuk Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), utamanya karena rendahnya kemampuan bahasa Inggris mereka.” demikian tertera di berita itu. Tentu hal tersebut tidak mengherankan bagi kita. Bila menengok kepada pendidikan Indonesia sekarang, hal seperti itu wajar saja terjadi. Berbagai tawuran antar pelajar, krisisnya moral pelajar, sehinga badan perlindungan anak pernah mengeluarkan hasil penelitian yang sangat mengejutkan, hampir 90 persen pelajar di tingkat SMP-SMA sudah tidak perawan lagi, merupakan salah satu bukti sistim pendidikan Indonesia menurun drastis. Dengan data yang didapat dari penelitian tersebut, sungguh sangat mengiris hati. Negara yang dulu didatangi banyak negara untuk menuntut ilmu, sekarang sirna, berganti dengan negara yang memiliki sistim pendidikan terburuk. Ditambah lagi dengan kabar yang selalu ditayangkan setiap akhir tahun ajaran. Siswa dan orang tua mereka menangis karena anak-anak mereka tidak lulus Ujian Nasional (UN) yang diadakan negara. Bahkan tidak sedikit UN ini menelan korban jiwa. Mulai dari frustasinya pelajar menjelang UN, hingga yang berujung pada kematian. Siapakah yang pantas disalahkan dalam persoalan ini? Apakah pelajar itu sendiri? Orang tua? Atau pemerintah? Menteri pendidikan? Kurikulum? Atau president sekalipun? Tentu tidak. Semua pihak

Vivi Gustia Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

bertanggung jawab atas pendidikan yang ada di negeri yang dikelilingi laut ini. Lalu apakah salah satu upaya yang dilakukan oleh para pengamat pendidikan untuk megembalikan silau permata pendidikan yang ada di Indonesia? tepat sekali. Pendidikan berkarakter. salah satu sistim pendidikan baru yang dicanangkan oleh pemerintah guna memajukan pendidikan yang ada di negeri zamrud katulistiwa ini. Di dunia pendidikan tidak asing lagi istilah pendidikan berkarakter. Tepat sekali, pemerintah sekarang lagi giat-giatnya untuk menanamkan pendidikan berkarakter kepada peserta didik di sekolah–sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai ke jenjang pendidikan menengah atas, dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga Negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Kenapa pendidikan berkarakter itu penting? “Seorang ibu-ibu yang notabene seorang guru SD pernah mengeluhkan kekecewaannya ketika di atas bus, saat itu beliau berdiri padahal telah tua, sedangkan di atas bus tersebut banyak anak-anak muda, siswa, dan mahasiswa yang tengah duduk santainya, apa yang membuat ibu ini kecewa? Tidak satupun dari anak-anak yang duduk tadi menawarkan tempat duduk kepada ibu yang renta” inilah jawaban kalau pendidikan berkarakter itu sangat penting, agar tercipta peserta didik dengan karakter, dan moral yang baik. Lalu bagaimana dengan sistim pendidikan berkarakter itu sebenarnya?, dan apakah yang membuat sistim pendidikan ini berbeda dengan sistim pendidikan sebelumnya?, sehingga pemerintah sangat bersikukuh untuk menanamkan pendidikan berkarakter kepada para peserta didik dibangku persekolahan. Pendidikan berkarakter atau juga bisa disebut dengan pendidikan moral (character education atau moral education) dapat diartikan sebagai the deliberate us of alldemensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah atau madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal ) Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru, penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilainilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan disetiap pengajaran. Perumpamaan nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Lalu pertanyaannya “bagaimanakah cara

mewujudkan pendidikan karakter tersebut?”. Pertanyaan itu akan terjawab dengan satu kata saja, yaitu agama. Kembalikan pendidikan kepada nilai-nilai agama. Terlepas memandang agama apa saja yang ada di Indonesia, namuan kenyataanya pelajaran agama disekolah-sekolah umum hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu. Bila melihat kenyataan ini, tentu akan menimbulkan tanda Tanya, “bagaimana mungkin anak akan paham dengan agamanya bila hanya diajarkan dua jam selama satu minggu?” Kenapa di judul penulis mengatakan bahwa “agama mampu wujudkan pendidikan berkarakter?” Agama adalah tiang kehidupan bagi manusia, termasuk para penuntut ilmu. Agama merupakan pengatur tatanan kehidupan. Buya Hamka sendiri mengatakan bahwa agama merupakan tali kekang. Tali kekang merupakan tali yang diikatkan kepada kuda agar sang kusir mampu mengarahkan kudanya. Dengan demikian agama adalah pengatur jalan kehidupan manusia agar sesuai dengan lintasnya masing-masing. Namun, agama yang dimaksudkan di dalam judul ini bukan memperbanyak jam pelajaran agama, juga bukan memperbanyak mata pelajaran agama, seperti nahu, saraf, fiqih dan kawan-kawannya, hadits, tafsir, juga bukan sampai kitab gundul, juga bukan menyuruh sekolah berganti nama dengan madrasah atau pesantren. Namun agama yang dimaksud yaitu memasukakan setiap nilainilai agama kedalam setiap pelajaran yang diberikan guru. Terutama nilai-nilai moral dan akhlak yang paling penting. Pendidikan berkarakter bukan hanya beban dan tanggung jawab guru-guru, staff pengajar di sekolah. Menciptakan pendidikan berkarakter juga merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anakanya. Tanggung jawab orang tua kepada anaknya bukan sekedar melengkapi sandang, pangan, dan papan sang anak. Mendidik anak dengan memiliki moral dan akhlak yang baik adalah tanggungjawab besar orang tua kepada anaknya. Dalam al-Qur’an, Allah berikan contoh Lukman sebagai sosok ayah yang baik dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Di awal pelajarannya Lukman mengenalkan tuhan kepada sang anak. “Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesunggguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar, (Q.S Luqman:13)” Bila anak telah mengenal tuhannya dengan baik, semua perintah akan dilaksanakan, sebut saja salah satunya perintah sholat. “Sholat pencegah perbuatan keji dan mungkar” Hadits ini benar adanya. Sholat bagi setiap muslim seakan menjadi bel pengingat disela-sela aktivitas. Dari penelitian penjajakan yang penulis lakukan kepada beberapa siswa sekolah dan mahasiswa, hampir sebagian menjawab jarang sholat, atau sekali-sekali, bahkan ada yang sama sekali tidak sholat. Memprihatinkan bukan? Padahal tiang dari pendidikan berkarakter adalah sholat. Bila anak didik telah mendirikan sholat dengan benar, niscaya secara perlahan sholat itu mampu menjadi alarm atau pengingat dalam diri dan kepribadian anak didik. Selain sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar, sholat merupakan tiang agama dan merupakan jalan penghubung antara makhluk dan khalik. Adapun kesimpulan dari paragraph diatas yaitu pendidikan berkarakter adalah pendidikan yang endingnya menghasilkan peserta didik dengan karakter dan moral yang baik. Pendidikan karakter dapat terwujud dengan penanaman nilai-nilai agama kepada peserta didik. Dan itu dapat terlaksana salah satunya dengan menegakkan sholat, karena sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.

Puisi Oleh: Dinun Arrohima

Lelah Aku mengira.. Beginilah nanti jadinya.. Aku berbaring, merangkak berjalan dan berlari Pada ketidaktahuanku... Lalu aku berkenalan, kepada yang kau kenalkan... Atas nama ayah dan bundaku.. Aku telah mengumpulkan kaca yang tlah engkau retakkan.. Tapi itu tak cukup untuk menjadi cermin, kehidupan... Engkau mungkin tak tau... Aku tlah lelah pada hari-hari ini.... Mimpi-mimpi ini mengejekku.. Jari-jemari mengutuki kerapuhan ku.. “engkau tak berhak mengenalku”.. Lalu aku mengembara di dunia, kebodohan... Jalanku...ditumbuhi ilalang-ilalang kuat Hingga ujung jalan. ..begitu kabur...

Diam Beginilah langkah ku Kadang ku tegak kadang ku rebah Namun katamu, aku tetap harus berjalan sempurna Ah, harapanmu.. Aku bahkan tak pandai membacanya.. Kau hanya sembunyikan di balik baju lusuhmu.. Lalu kau simpan lagi didalam tubuh ringkihmu.. Aku malu.. kau sering mengadu pada malam-malam kau curahkan air matamu diantara hujan.. kau diam.. dan aku lupa.. kau sering membutuhkan senyumku... maafkan aku

Cintaku di Ujung Sore Wajah yang manis Bersahabat dengan sore hari Menanti dengan senyuman Lalu berkenalan, denganku.. Kita bercerita.. Tentang hari-hari yang mesra dengan mentarinya.. Tentang malam-malam yang setia dengan bintangnya Tapi tak ada tentang kita.. Wajah yang manis.. Menyentuh hati, lalu pergi lagi.. Sore akhir2 ini..sering mengkhianatiku....

Lalai Aku memilikimu.. Ketika tuhan percaya padaku.. Menitipkan kegelisahn dan juga kebanggaan.. Yang kubungkus dalam plastic hitam.. Temuanku... Kapan kita bsa akrab dalam peperangan ini.. Aku bahkan tak memberimu tombak utk menembak musuhmu.. Aku hany takut, dan pergi sambil merangkak.. Dengan apalagi cinta ini ku ungkapkan.. Kau tlah mengenalku sbg pengecut... Aku kalah... Sbg pemegang amanah... Bagaimana aku memahami kenyataan, bila ada yang berkata.. Aku adalah prajurit, dan kau.. komandan


Menulis Sosok, Meraih Mahkota Sejak peluncuran buku ini, kekuatan membaca dan menulis semakin dilatih untuk mengenali setiap orang yang memiliki ciri khas yang berbeda dari milik orang manapun. Masing-masing individu dilahirkan dengan kreativitas yang berbeda-beda pula. Keunikan setiap orang inilah yang selalu melahirkan “seni� menulis profil atau sosok. Sejenak me-review pelajaran penulisan feature, di bangku kuliah jurnalistik teknik dan gaya penulisan sosok jarang diajarkan. Padahal, sosok merupakan genre karya tulis yang berbeda dari feature seperti feature tentang gaya hidup, misalnya. Menulis sosok menyangkut manusia dengan karakter dan kepribadian yang khas. Sosok bukan tulisan benda mati, melainkan soal indiv idu hidup yang dinamis. Sekilas tentang feature, bahwa dalam media cetak belum pernah didefenisikan secara pasti. Melainkan segala bentuk tulisan selain artikel (kolom) dalam media cetak khususnya koran yang bukan news (berita), digolongkan sebagai feature. Ada yang menerjemahkannya sebagai karangan khassejalan dengan jati diri media menyampaikan informasi, hiburan, dan pendidikan bagi pembaca yang berbeda (khas) dalam mendekati persoalan dibandingkan dengan berita. Ada yang mendefenisikan feature sebagai softnews, berbeda dengan berita sebagai hardnews. Tetapi, apa pun sebutan dan defenisinya, feature lebih rinci dan lebih mendalam, lebih mencangkup dan lebih lengkap, lebih memberi latar belakang serta nuansa dibanding berita. Walaupun demikian, objek, fokus, dan sumber bahannya sama, yakni fakta manusia berikut kegiatan dan talitemalinya. Pada kenyatannya, rubrik sosok di harian kompas khususnya, sengaja memberi ruang untuk feature tentang sosok tokoh atau sosok manusia dengan kegiatan masing-masing

sebagai pelengkap berita dan tulisan lainnya, rubrik ini merupakan salah satu bentuk feature. Human interest memang jati diri kekhasan rubrik ini. Seluruh tulisan sosok yang Judul : Menulis Sosok lebih dalam dan lebih Secara Inspiratif, komprehensif terdapat dalam Menarik, Unik rubrik pesona di kompas minggu, ditulis oleh wartawan kompas atau mantan wartawan kompas Penulis : Pepih Nugraha (status karyawannya berhenti karena usia). Tokoh-tokoh yang Penerbit : Buku Kompas disosokkan pun reseleksi agar tidak menjadi kekeliruan atau salah pilih. Dalam mencari dan Cetakan : Mei 2013 mengumpulkan informasi tentang tokoh yang disosokkan, sistem Tebal : 196 halaman dan kerja wartawan/penulisnya, serupa seperti dalam menyajikan ISBN : 978-979-709-708-0 berita. Bentuk piramida terbalik dalam berita-ini pun dalam perkembangannya sudah amat Peresensi : Dodi Saputra berbeda dengan sebelumnyatidak lagi berlaku, sebab yang mau ditonjolkan bukan kecepatan dan kelengkapan, tetapi kesan kepribadian lewat sosok. Penulisnya perlu mengumpulkan bahan menolong feature-feature dalam 22 sosok sebanyak dan sedalam mungkin, lewat ini lebih komplit dan lebih bernuansa wawancara, rujukan, baik lewat jejak informatif. Lewat kumpulan 22 sosok yang langkah, perpustakaan/sumber tertulis, ditulisnya dan dimuat kompas dalam rentang komentar orang, dan pengamatan langsung waktu tahun 1996-2011, saudara Pepih di lapangan. Nugraha menguraikan dan berbuka informasi Penulis Buku ini telah terlatih merujuk ke tentang proses kreatifnya sebagai wartawan. perpustakaan dan data-mungkin terbentuk Kebanyakan wartawan, termasuk wartawan sebelum sebagai wartawan kompas adalah kompas, enggan menceritakan proses kreatif karyawan di unit penelitian dan mereka. pengembangan kompas-bisa memanfaatkan Kekhasan yang dimiliki setiap orang secara pas data kepustakaan dan data litbang dengan kelebihan dan kekurangannya kompas. Tanpa maksud features sosok yang terdapat dalam menyajikan tulisan-tulisan diseleksi dalam buku ini-banyak yang relatif mereka. Pepih Nugraha menceritakan apa lebih bagus-kelebihan nuansa rujukan data adanya, mulai dari kepekaannya melihat sisi

dari bahan informasi di lapangan, memperoleh penugasan dari atasandiceritakan apa adanya tanpa maksud dan rasa menyombongkan diri. Bahkan pengalaman, menawarkan bahan belajar calon-calon penulis atau wartawan, bahan refleksi bagi wartawan-wartawan lebih senior. Ia tidak hanya reporter (pelopor), editor, dan interpreter (penafsir) atas makna-makna fakta manusia dan lingkungannya, dan juga edukator (pendidikan). Buku memang mahkotanya wartawan. Sedikit-banyak buku ini dapat merangsang rekan-rekan yang lebih junior dan senior ikut tergerak melakukan serupa meraih mahkota.

Berdamai Dengan Hati Dalam hidup suka duka itu biasa, namun berusaha untuk menjadi pribadi yang tenang dan hati yang damai adalah pilihan. Bukan hidup namanya jika taka ada masalah dan tak terasa jauhnya perjalanan yang ditempuh jika jalan tak berlobang. Agus Santoso seorang penulis yang senantiasa pandai merangkai kata menjadi sebuah buku yang berjudul A Beautiful Heart, dengan tatanan bab yang seimbang mengajak kita larut dalam membaca tulisannya. Bacalah dengan seksama, mulai dari rancangan dan harapan yang digarapnya pada bab Legenda pribadi yang menggambarkan kita dan tujuan hidup yang membuat kita rela mati. Disini pula Agus mengingatkan kita bahwa hari ini adalah saatnya memulai yang baik untuk memotret masa depan. Kemudian pada lembaran lainnya, pengarang tak lupa menuliskan adanya

campur tangan Tuhan, Tuhan merasuk dalam diri kita, maka nikmatilah. Pakailah mata Tuhan, hidup ini sulit maka jangan silap melihat realitas. Dan begitu banyak penyertaan karunia-Nya dalam perjalanan hidup ini karena Tuhan tak pernah jauh. Selain itu, dalam buku ini secara apik Pengarang menceritakan bagaimana hendaknya kita jika berkehendak Baik, memilih yang benar bukan melanggar yang benar, karena pohon yang baik akan menghasilkan buah yag baik demikianpun kebenaran. Dan sisi baik lain dari buku ini adalah, lewat tulisan 331 halaman pengarang juga menjabarkan dengan bahasa yang mudah dipahami bagaimana kerja hati, kepemimpinan hati hingga bagaimana hati memutuskan perkara.

Judul

: A Beautiful heart

Penulis

: Agus Santosa

Penerbit

: PT Gramedia Pustaka Urtama

Tebal

: XV + 334

Resensiator : Mimi Permani Suci


Motor Jadul Modifikasi

Hargai yang Lebih Tua Pesatnya perkembangan teknologi memberi dampak di segala bidang kehidupan, begitu juga kendaraan roda dua. Berbagai jenis motor dengan beragam spesifikasi juga menjamur di kalangan pengguna motor.

Perkembangan kuda besi itu membuat motor lama tidak lagi diminati. Motor keluaran puluhan tahun lalu hanya dijadikan kenangan semata di garasi. Sebagian orang lebih baik menyimpan motor jadulnya dan membeli motor keluaran terbaru. Tapi, itu tidak untuk semua kalangan. Beberapa waktu belakangan, bermunculan di jalanan motor antik alias motor lama yang dimodifikasi menjadi baru. Motor-motor baru sekarang pun kalah saing, sebagian orang memilih membeli motor lama dan memo difikasinya sehingga terlihat berbeda, dari pada membeli motor keluaran baru dengan kredit maupun tunai. Pasalnya, motor lama sudah kembali diminati beberapa orang. Bagi mereka yang hobi modifikasi dan mempunyai kreatifitas yang tinggi dengan memodifikasi menjadi cling kembali. Tidak hanya diminati orang muda saja, memodif motor lama jadi baru juga menjadi hobi sebagian orang dewasa. Banyak yang beralasan memodif motor lama menjadi motor baru itu adalah hobi, kepuasan, kreatifitas, dan ribuan alasan lainya. Motor jadul, sekarang tidak lagi dibiarkan di bagasi dan berdebu. Pencinta Modifikasi motor lama ini mengubah barang lama itu menjadi baru kembali. Seperti motor merek Mega Pro, GL Pro, Thunder, Honda CB keluaran puluhan tahun lalu ini diubah menjadi motor luar negeri yang antik dan unik sejenis Jub Style, Street Cup. Dari keunikan itu

pula banyak orang yang meminati memodifikasi motor lama menjadi baru. Motor lama diperbaharui sesuai keinginan dan kepuasan masing-masing “Kebangaan tersendiri ketika saya mengendarai motor Jub Style ini, karena keunikan membuat orang tertarik dan ingin melihat,” ujar Riki (30) salah seorang pencinta motor lama mo­di­fikasi ini. Riki menga­takan timbulnya niat untuk memodifikasi Motor Gl Pro tahun 1970 miliknya berawal saat me­lihat motor temannya yang

Sekarang semua mata condong melihat motor antik dari pada motormotor baru zaman modrn sekarang. Gaya motor itu sudah menjadi gaya terbaru di masyarakat

dimodifikasi menjadi motor klasik. Pria yang mempunyai hobi modifikasi ini tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, bersama temannya, Riki merancang bagaimana motor yang memiliki banyak kenangan itu bisa kembali terlihat baru dan unik. “Saya meniru motor teman, semuanya diganti dengan suku cadang motor lama seperti tenknya diganti dengan tenk Honda CB, Sasis dipotong agar persis seperti motor-motor orang Cina dahulu, stang diganti agak tinggi dan rodanya dipakai yang lebih besar supaya telihat lebih ganas. Semua barang kebanyakan berasal dari Jawa,” ungkap alumni Universitas Andalas (Unand) itu. Tak butuh waktu lama, lanjut Riki, cukup sebulan saja untuk mengubah motor tua itu kembali

(Doc : Suara Kampus)

menjadi baru. Dana yang dibutuhkan sekitar lima juta sampai selesai. Menurutnya mengendarai motor lama yang telah bentuk kembali itu menjadi kebangaan tersendiri, pasalnya keunikkan itu mengundang rasa penasaran bagi yang melihat, setiap berhenti orang langsung melirik dan bertanya. “Motor apa ini bang,” ujar­nya menirukan. Namun, tak semua pencinta motor modifikasi ini punya waktu banyak untuk memperbaiki motornya menjadi motor yang unik. Sebagian orang, ada yang meminta motor modifikasi tersebut dijual. Tapi bagi Riki motor lama itu penuh kenangan, karena motornya itulah yang membawa pegawai Kejaksaan Tinggi di Sumatera Utara itu mendapat gelar sarjana. S e l a i n kebangaan memiliki motor antik, Riki juga mengaku karena motor itulah ia banyak kenalan teman pencinta motor modifikasi lainnya. “Kalau di jalan tu basobok jo kawan pencinta modif awak disaponyo, kalau baranti wak ditanyonyo tu. Ado persaudaraan baru se rasonyo, padahalkan awak ndak kenal. (Kalau bertemu di jalan dengan kawan pencinta motor modif kami saling sapa sudah seperti saudara saja, padahal saya tidak Street Cup : Touring motor Cup tahun 70-an yang dimodifikasi menjadi kenal dengan mereka),” ungkap Riki saat ditemui di Street Cup. (Doc : Suara Kampus) rumahnya. Lain lagi dengan Ihsan (20), pencinta modifikasi motor motor itu sudah menjadi gaya baru an itu dibiarkan berkarat. Apalagi jenis Street Cup itu mengatakan di masyarakat dan begitu populer di bagi kita anak muda sekarang, sampah saja bisa diolah dan dijual bahwa niat untuk modifikasi itu da- kalangannya. Ika Putri mengaku tertarik pada dengan harga yang tinggi.” ujarnya. tang dari kecintaanya pada barangDan lagi menurut Arif, motor tua barang tua. Bentuk penghargaannya motor jadul klasik ini karena nilai pada barang-barang tua dibukti- kreatifitasnya yang lebih tinggi, modifikasi saya ini tidak bisa dipacu kannya dengan memodifikasi motor motor lama yang dimodifikasi dengan kecepatan terlalu tinggi Cup tahun 70-an yang dibanderol- memiliki nilai tersendiri. Setiap sehingga tidak ada kebut-kebutan nya dengan harga sekitar satu motor yang diperbaiki kembali lagi yang biasa dilakukan anak momemiliki bentuk yang berbeda satu tor. “Nah, kalau tidak ada yang ngejutaan. Menurut mahasiswa Fakultas sama lain sesuai dengan keinginan but, angka kecelakaan akan menurun. Kecelakaan dijalan terjadi Syariah ini, butuh budged sekitar pemilik motor. “Orang yang memodifikasi karena ngebut,” ungkapnya. 2,5 juta untuk mengubah motor keKarena alasan itu juga Arif luaran 1975 itu menjadi motor motor rongsokkan itu memiliki kreatifitas tinggi dalam mendesain memberikan motor modifikasi klasik yang unik. “Memodif motor lama itu motornya. Hanya saja hasil modif kepada isterinya. “Saya belikan karena hobi saja, lebih percaya diri jangan sampai terlihat norak,” ujar isteri saya motor lama yang telah dimodifikasi supaya ia pelan-pelan dirasanya mengendarai motor seperti fans motor Street Cup tersebut. Sementara Arif Kurniawan (24), jalan. Isyaallah akan lebih berhatiini,” ujarnya saat ditemui di kampus hati dan jauh dari kecelakaan,” pria yang juga pencinta motor IAIN Imam Bonjol Padang, Lubuk modifikasi semenjak kecil ini me- paparnya. Lintah. Motor lama yang sudah tidak ngatakan, perlu kreatifitas tingkat [Yogi ES, Taufiq] diminati itu sekarang sesuai dengan tinggi untuk memodif motor tua terpepatah “Condong mato ka nan sebut. Karena kalau memodifikasi rancak, condong salero ka nan lamak,”. Bagi sebagian orang motor hanya setengah hati bukan tambah rongsokan kembali. modifikasi justru terlihat lebih “Sayang sekali kalau motormenarik dibandingkan dengan motor-motor keluaran terbaru. Gaya motor yang sempat jaya tahun 70-




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.