Tabloid SuaraKampus

Page 1


Editorial

Syafruddin dan Presiden Kedua RI Pada Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta yang saat itu ibukota RI diserang. Presiden RI Soerkarno dan Wakil Presiden M Hatta ditangkap. Indonesia lumpuh. Namun sebelum penangkapan, SoekarnoHatta melakukan sidang kilat. Untuk menetapkan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Syafruddin Prawiranegara ditunjuk sebagai Ketua PDRI. Hasil pertemuan itu, dikirimkan melalui pesan kawat. Meskipun tidak pernah diterima Syafruddin, namun dia tetap berinisiatif untuk mendirikan Pemerintahan Darurat. Hal itu dibuktikannya, dengan mendatangi Gubernur Sumatera Mr Teuku Mohammad Hasan. Setelah terbentuk, Syafruddin menjalankan tugasnya, layaknya seorang kepala pemerintahan darurat. Ia membentuk kebinet darurat dan bergerilia dari hutan ke hutan. Untuk memproklamirkan, Indonesia masih ada. Melihat kondisi ini, secara defakto Syafruddin bisa dikatakan presiden. Dan secara dejure, Syafruddin mendapatkan mandat untuk memimpin Indonesia, sesuai dengan hasil musyawarah kilat, yang dilakukan sebelum pemimpin Indonesia itu ditangkap. Dalam hukum tata negara, saat negara dalam kedaan darurat, ada sebuah konstitusi yang disebut dengan “konstitusi darurat”. Makanya, kita tak bisa menggunakan konstitusi normal, memaknai kondisi negara ini saat itu. Jika Syarfruddin tidak mengambil tindakan itu, bisa kita bayangkan, bagaimana keadaan Indonesia saat ini. Sebab, setelah Soekarno-Hatta ditangkap, Belanda beranggapan Indonesia sudah dikuasainya. Namun, ternyata tongkat kepemimpinan negara ini, diambil alih Syafruddin. Dan berjuang mempertahakan kemerdekaan RI, dari semak belukar. Maka, pantas kita sematkan dia sebagai Presiden RI.[] Ciloteh +Presiden Kedua kita Syafruddin Perwiranegara! -Jadi Soeharto yang kebara tu? +Sumatera Barat pernah jadi ibu kota negara Indonesia. -Sanang lo hati wak, raso e lau gitu +Pak kami mahasiswa Fakultas Tarbiyah pindah-pindah kuliah e -Saba dulu, Kan sadang mambangun +Pak gedung F5 kok lama bana siap e? -Gedung parah bana rusak e, jadi lamo wakatu ma elokan e. +Pak Rektor, pas Esko patang kok dak datang? -Maaf yo, bapak sadang dinas luar.

Kado Untuk IAIN dan Suara KampuS Alhamdulillah, kru Suara Kampus bisa kembali menghadirkan tabloid ini kepada pembaca. Walaupun banyak agenda yang saling bertabrakan dalam bulan ini. Diantaranya penerimaan anggota baru Suara Kampus, Ekspo UKM se-IAIN yang menghabisakan waktu satu minggu, kemudian disambut dengan ulang tahun ke-34 Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus. Direncanakan hari puncaknya akan dilangsungkan pada 24 November bulan ini, tapi beberapa hari sebelumnya panitia HUT melangsungkan beberapa perlombaan untuk memeriahkan hari jadi ke-34 LPM Suara Kampus. Waktu bersamaan kampus tercinta ini juga memperingati dies natalisnya ke-46. Tetapi semua itu tidak membuat kami lupa menjalankan kewajiban selaku LPM dalam menyediakan informasi kepada seluruh masyarakat kampus secara khusus dan masyarakat pembaca pada umumnya. Pertama kami berdoa kepada Allah dengan bertambahnya umur lembaga ini, membuat Suara Kampus bisa lebih baik untuk kedepannya dalam menyediakan informasi serta menjalankan tugasnya. Terimakasih banyak kepada Allah yang telah mempertemukan kami (kru) pada lembaga penyedia informasi kampus ini, tak akan pernah terlupakan oleh kami jasa dari pada senior yang telah berusaha mendirikan, mempertahankan, membesarkan nama lembaga ini hingga mempercayakan lembaga besar ini kepada kami untuk mengelolanya. Tidak terlupakan kepada pihak kampus yang telah menyediakan kami sebuah ruagan dan bantuan lainya, sebagai modal bagi kami untuk mengelola dan menyediakan informasi untuk pembaca.

Rektor IAIN IB Padang ikut merayakan HUT ke 34 Suara Kampus di Redaksi Suara Kampus Gedung Student Centre lantai dua, kamis (29/12) (redaksi)

Kehadiran tabloid edisi 122 ini bisa menjadi kado ulang tahun kampus tercinta IAIN Imam Bonjol Padang ke-46, kita doakan bersama agar kampus islam ini menjadi lebih baik secara lahir dan batinnya. kita berharap banyak, kampus islami ini bisa melahirkan manusia intelektual dan beragama. Terkhusus untuk bangunan fisik dan beberapa gedung kampus, karena jumlah mahasiswa sudah tak sebanding dengan gedung yang tersedia. Intinya, kita berharap agar kampus ini bisa kembali bangun setelah diguncang gempa 2009 silam. Memang beberapa titik dari kampus ini sudah mengalami perobahan dan perombakan, semoga hal itu menandakan awal yang baik untuk kedepannya. Edisi 122 ini merupakan tabloid terakhir dalam kepengurusan priode 2012.

Kepengurusan yang dinahkodai oleh Ababil Gufron, memang banyak menghadapi badai tatapi mereka bisa menghadapi itu semua hingga kapal ini tetap bergerak maju kedepan. Kehadiran tabloid ini memang banyak menghadapi masalah dan juga hambatan, namun kami berharap agar tabloid terakhir pada kepengurusan ini, memberikan kesan poistif dan memberikan manfaat kepada seluruh pembaca. Kami berharap apa yang kami sajikan pada edisi ini, dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Ambillah hal yang positif dari penerbitan ini, harapan besar kepada pembaca untuk memberikan masukan, demi kebaikannya kedepan. Karena kami menyadari banyak kekurangan dari penerbitan ini. Selamat membaca dan terima kasih.[]

Cerminia

Rumah Seribu Pintu Apa jadinya bila sebuah rumah yang kita tempati memiliki banyak pintu? Pasti semua orang akan berpandangan heran ke rumah kita, ada yang mengatakan “rumah yang indah ya” jadi semua orang bisa saja dan kapan saja lewat di rumah itu. Adapun pandangan yang lain, kenapa harus punya banyak pintu, apakah tidak cukup jika rumah itu memiliki tiga pintu saja atau dua atau cukup satu saja ? Lirik kanan, lirik kiri, rumah tetangga sebelah aman-aman saja dari kemalingan, paling banyak hanya punya pintu satu sampai tiga, ada pintu depan, pintu samping dan pintu belakang. Itupun semua pintunya ada kunci yang bagus disegel dekat pintunya. Jadi, gak semua orang bisa melihat dan menikmati isi dalam rumahnya. Berbeda dengan rumah kita, pintunya banyak, bahkan binatangpun berkata

Yulia Vita Ramayona Bendahara Umum Suara Kampus

“eembeekkk, nio masuk lo ka rumah tu ha, ado makanan banyak di situ, lumayan untuk isi paruik,”. Gawat, rumah kita dipakai untuk umum bahkan hewan yang tak berakal itu. Rumah yang kita tepati jadi tempat pemandian umum, bahkan barang-barang matipun ingin mandi di rumah kita. Jadi, harus menyalahkan siapa? Toh, rumah kita kebanyakan pintu. Bahkan mereka akan bilang “begini dan begitu” jika tau isi rumah yang kita

huni. Apa ada rasa kenyaman kita tinggal di sana? Untuk mengunci rumah itupun harus punya banyak kunci. Betapa ribetnya punya rumah seribu pintu. Ya, seribu pintu bukan harus memiliki pintu yang berjumlah seribu. Tapi pintu yang banyak. Untung-untung orang hanya melihat dari jauh, kalau ada saja yang berniat untuk mengambil sesuatu yg berharga dari rumah kita, kita harus bilang apa? Hanya bisa termenung sambil meratapi nasib karena seluruh harta benda yang berharga dirumah itu habis diambil orang. Rumah yang seharusnya ditempati dengan rasa aman, nyaman dan tenang. Tetapi, hanya ada rasa resah didalamnya. Kapankah rumah kita menjadi surga di hati kita, jika banyaknya pintu yang harus dijaga?[]

Pemimpin Umum: Ababil Gufron. Wakil Pemimpin Umum: Gita Jonelva. Sekretaris Umum: Mimi Permani Suci. Bendahara Umum: Yulia Vita Ramayona. Pemimpin Redaksi: Andika Adi Saputra. Pemimpin Perusahaan:April Jejen. Kepala Pusat Divisi SDM & Litbang: M. Noli Hendra. Redaktur Pelaksana: Fitria Marlina. Redaktur Pelaksana SuaraKampus.com: Nurhamsi Deswila. Koordinator Liputan: Eni Sapura. Asisten Koordinator Liputan: Ridho Permana. Redaktur: Sri Handini, Ari Yuneldi, Nur Khairat, Evi Candra. Pelindung: Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof Dr. H. Makmur Syarif S.H., M.Ag. Penanggung Jawab: Kepala Biro AUAK Drs. Amrul Wadi, MM, Pembantu Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH. Pembina: Yulizal Yunus, Sheiful Yazan, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Suardi Sikumbang. Dewan Redaksi: Adil Wandi, Rafi’i Hidayatullah Nazhari

Divisi Periklanan & EO: Urwatul Wusqa.Wakil Divisi Periklanan & EO: Septia Hidayati. Divisi Umum & Adm: Nur Aisyah. Kadiv Pra Cetak: Defrizal. Wakadiv Pra Cetak: Ikhwatun Nasra. Divisi SDM & Litbang: Rita Suryani, Rahmawati Matondang Reporter: Arjuna Nusantara, Yeni Purnama Sari, Adliza Darwis, Novera Indrawati, Gusnita, Yaspardi, Tri Bayu Lestari, Nesti Deswita (Non Aktif), Aidina Fitra (Non Aktif), Devarisa (Non Aktif), Rika Rahmad (Non Aktif), Mardani Kambara (Non Aktif), Muhammad Rasyid (Non Aktif), Riri M, Nur (Non Aktif), Ahmad Sayfullah (Non Aktif), Nela Gusti Hasanah, Desfrianto, Rada Marsita, Irma Kristinadya Clara, Selfi Hastria Ningsih,Restu Mutiara Sari, Yuni Marsela, Noris Afria Safitri, Desy Maya Sari, Okvia Novita Sari, Gusriana Luxtarisia, Zulfikar, Nela Gusti Hasanah, Ahmad Bil Wahid, Magang: Hendri Putra, Kiki Julnasri Pratama, Prima Maulinda, Harini Sulastri, Zulfikar, Dedet Satria, Zulfikar, M. Juner, Tifany Diah A, Rahima Hayati, Gusmiati Ayu, Rizka Fauzia Akmal, Budi Satriadi, Andi S, Roni Ramadhan, Mickey Neldawati, Siti Jumatul Akidah, Titi Purnama Yuliarti, Muslim Siregar, Fitri Anisa, Yefri Novela, Desria, Maisya Novilia Putri, Lusi Sri Suhasti, Boby Irawan, Abdul Rahman Alfredi, Syahrul Rahmat, Suyahrul Magfirah, Hamdi Yusra, Andika Putra, Irwan, Chairil Anwar, Adehalita Fitriani, Ramadani Bachtra, Weli Rahmadani, Sri Wila Oktalanda, Indah Permata Sari, Iin Haryani, Dwi Yulina Putri, Yusrina Sri Oktaviani, Shelvi Meisya Anglesia, Nur Fitrah, Deni Herlina Lubis, Weni Syafitri, Elza Nofria, Permatiwi, Yuni Wida, Ahmad Gunawan, Saibul Khatani, Dian Iswanto, Irdianto, Jefri Doni, Muhammad Akmal, Afdul Zikri, Taufiq Siddiq, Zul Anggara, Sudirman, Reza Hanafi, Jeki Fernandos, M.Abu Mas’as, Isay Ariansyah, Yogi Eka Saputra ,Ilham, David Nofra, Yanela Haryati, Novri Rahmita Sari, Iis Sholihat Damanik, Elvi Safri Dinyyati Rahmatika, Novia Amirah Azmi, Indah Wahyu Delima, Pori Nurmalizar, Rahma Fitri, Witri Nasmita, Al-Bari Vodi, Hamiruddin, Gusriwandi, Putri Wati, Reza. e-mail : redaksi@suarakampus.com


Kolom

Aktivis

Ababil Gufron Pemimpin Umum Suara Kampus.

Sejak setahun terakhir, di setiap upacara wisuda, IAIN Imam Bonjol Padang memberikan penghargaan kepada aktivis mahasiswa. Berupa, bintang aktivis kampus. Sebanyak 10 orang dari lima fakultas dipilih, untuk menerima penghargaan, di hari yang sakral itu. Mereka berdiri di hadapan anggota senat institut. Ratusan mahasiswa, wisudawan, dan orang tua ikut

menjadi saksi mata. Pembantu Rektor III Prof Dr H Asasriwarni, MH mengatakan, mereka dipilih pihak fakultas, dengan standar kuliah delapan semester, IP minimal tiga, aktif di organisasi dan berkelakuan baik. “Bapak hanya menerima laporan dari masing-masing fakultas,” ujarnya kepada penulis. Menggelikan. Bintang aktivis hanya dipilih dengan standar seperti itu. Katanya pimpinan IAIN hari ini mantan aktivis. Ada yang pernah aktif di internal seperti UKM dan SMF juga ada yang aktif di eksternal. Lucunya, ada juga yang sering mengumumkan, “Saya ini sebenarnya mantan aktivis kampus,” —pak aktivis itu tak perlu disebut-sebut, tapi orang yang akan menilai— Sudah sehebat itu para pimpinan, kenapa memilih aktivis kampus standarnya tak tepat. Lantas mereka yang hanya pernah menjadi panitia OPAK, karena aktif sebagai anggota HMJ bisa mendapatkan penghargaan itu. Lalu, mereka yang aktif di UKM hanya menjadi penonton. Padahal, pernah rektor menyampaikan, dalam sambutan halal bi halal UKM di gedung serba guna. “Para aktivis kampus atau mahasiswa yang aktif di UKM akan diberi penghargaan bintang aktivis kampus.” Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivis itu adalah orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya. Sementara mahasiswa, mereka yang ikut berproses dalam tri dharma perguruan tinggi, pendidikan, penelitian dan pengabdian. Dari sisi lain, mereka yang berfikir kritis, dinamis dan sistematis. Juga, sering kita maknai mahasiswa adalah agent of change. Jadi, aktivis mahasiswa, berarti orang yang berperan aktif di organisasi mahasiswa. Gelisah dengan keadaan yang ada dan ingin melakukan perubahan ke arah yang ideal. Namun, beberapa kali penghargaan diberikan. Selalu saja orang yang mendapat penghargaan adalah mereka yang tidak berperan aktif di organisasi. Tampaknya pimpinan kampus menilai, aktivis kampus adalah mereka yang pernah tercatat di organisasi —meski tidak aktif— dan mempunyai IPK yang tinggi. UKM, Dema, SMF, dan HMJ. Itulah organisasi internal di IAIN IB Padang. Ada lembaga institut, fakultas, dan jurusan. Terserah mau dipilih dari mereka yang aktif di UKM, Dema, SMF, atau HMJ. Tapi, memang benar-benar mereka yang berperan aktif di organisasinya. Kalau boleh berpendapat. Lebih baik, pihak rektorat meminta usulan nama dari masingmasing ketua organisasi. Karena, merekalah yang tau siapa yang punya peran aktif dan layak mendapatkan penghargaan bintang aktivis kampus. Bukan seperti yang dilakukan sebelumnya. Terbukti, wisuda oktober 2012 lalu, bintang aktivis kampus adalah mereka yang tak berperan aktif di organisasinya. Jika hanya berdasarkan IPK nya yang tinggi. Lebih baik penghargaan itu ditukar. Bintang akademik kampus, bukan bintang aktivis kampus.[]

Diam atau DO? DO! DO! DO! (Drop Out)! Itulah solusi tunggal menghadapi sikap kritis mahasiswa saat ini. Akibatnya puluhan bahkan ratusan mahasiswa terancam di-DO karena sikap kritisnya. Perguruan tinggi di Indonesia banyak memilih kepemimpinan militer dengan berbagai alasan, mulai dari alasan nilai rendah, alasan wawasan dan kecerdasan–walaupun sebatas merendahkan, alasan mengkritik, tidak beretika dan sebagainya. Hal ini tentu agar mahasiswa hanya kuliah saja dan tidak sempat memikirkan persoalan sosial dan kebijakan. Bila DO adalah solusi cerdas di berbagai perguruan tinggi agaknya demokrasi di Indonesia akan terancam karena rektor memiliki kewenangan menentukan hitam-putih persoalan. Demokrasi yang disuarakan secara lantang selama bertahun-tahun akhirnya telah memasuki segala lini kehidupan dan merubah wajah bangsa dan rakyat Indonesia. Hal ini pertanda bahwa demokrasi adalah raja dari segala raja yang mampu mengobrakabrik setiap wilayah yang disentuhnya. Demokrasi yang menaungi hak individu dan sosial mengancam persoalan sosial yang tidak demokratis, miskin dari nilai-nilai keadilan, kebersamaan, tranparansi dan kebebasan berpendapat. Arus demokrasi tidak hanya menyentuh persoalan politik, jabatan dan uang, tapi juga perguruan tinggi. Sebagai lembaga pendidikan mereka akan menghadapi gejolak demokasi itu dengan beberapa hal, Pertama. Pimpinan perguruan tinggi menjelma sebagai Hitler untuk mencapai target yang diinginkan. Kedua. Menanam para staf, pegawai dan mahasiswa OK bos. Akibatnya para pendukung menjadi penjilat handal yang jauh dari nilai-nilai moral dan intelektual. Ketiga. Kepatuhan mutlak terhadap pemimpin sehingga akan melahirkan mahasiswa yang tidak kreatif dan mandiri. Keempat. Pemimpin adalah tokoh sentral dalam sebuah pembangunan, civitas akademika tidak perlu ikut memikirkan perkembangan lembaga dan pendidikan karena pimpinan yang berfikir untuk itu semua. Kelima, pemimpinan akan melakukan apa saja untuk mempertahankan kekuasaan termasuk melanggar aturan perundangundangan, sumpah jabatan dan pena-

Tidak ada alasan pimpinan men-DO atau mengeluarkan pegawai atau mahasiswa karena mereka menyampaikan pendapat. Karena kritis dalam menanggapi kebijakan publik tidak berbeda dengan kritis dalam ilmu pengetahuan. Muhammad Yusuf El-Badri Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang fian terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan dan Sikap Kritis Musuh bebuyutan pendidikan adalah dogmatis. Sementara musuh bebuyutan demokrasi adalah hitlerisme. Kita mengetahui bahwa ilmu pengetahuan berkembang melalui sikap kritis intelektual. Sikap kritis akan mampu menguak kesalahan-kesalahan dan mencari celah untuk perbaikan lebih lanjut. Sebagai hipotesa, pratik kebijakan publik tak ubahnya seperti praktik pengetahuan. Karena keduanya hanya bersifat sementara dan akan mengalami perubahan. Jadi sebenarnya, pemberhentian mahasiswa oleh berdasarkan SK rektor misalnya, dengan alasan IPK-nya rendah selama empat semester pertama sangat tidak logis walaupun ada aturan yang mengatur kebijakan itu. Dan tidak ada alasan pimpinan men-DO atau mengeluarkan pegawai atau mahasiswa karena mereka menyampaikan pendapat. Karena kritis dalam menanggapi kebijakan publik tidak berbeda dengan kritis dalam ilmu pengetahuan. Agaknya untuk pengembangan pendidikan dan pengetahuan yang saat ini masih dalam suasana mencari yang ideal, maka sikap civitas akademika sangat dibutuhkan. Namun harus dipahami, bahwa kritis bukan hanya menghujat dan menjastifikasi sesuatu atau seseorang telah berbuat salah, tapi juga dibutuhkan apresiasi dan penghargaan, penafsiran dan analisis dan perbandingan dengan fakta dan data yang akurat. Jika kritis dipahami sebagai sikap

menghujat dan menyalahkan maka ruang lingkup sikap kritis itu akan semakin kecil, karena akan muncul pemahaman tidak kritis kalau tidak menghujat. Padahal disaat-saat bangsa Indonesia akan menghadapi krisis pendidikan dan ekonomi ini sangat dibutuhkan sikap kritis semua orang demi tercipta pendidikan yang membawa anak-anak bangsa pada titik kecerdasan hakiki, mampu melahirkan ide-ide kreatif demi kemajuan bangsa dan agama. Selain itu agar ide, masukan dan pendapat dari sikap kritis civitas akademika dapat diterapkan maka dibutuhkan keterbukaan dan jiwa fair pemimpin demi kemajuan dunia pendidikan itu sendiri. Karena Sikap kritis itu tidak lain dari pada kesadaran akan identitas diri sendiri yang memilki nilai-nilai budaya serta simbol-simbol kehidupan di masyarakatnya sendiri sehingga kemudian disesuaikan dengan jati diri dan nilai luhur budayanya (kompasiana.com). Mengingat pendidikan tidak bisa terlepas dari persoalan sosial, budaya, dan politik, sehingga ada yang berpendapat bahwa lembaga pendidikan tidak independen dan bernuansa politik bahkan hampir seluruh lembaga pendidikan terjerumus ke dalam sikap politik praktis, maka lagi-lagi harus dipahami hanya sikap kritis civitas akademika perguruan tinggi yang bisa mewujudkan pendidikan sebagai lembaga yang memanusiakan manusia, sumber ilmu pengetahuan dan ideologi bangsa. Tapi kalau sikap kritis itu harus dihadapi oleh pemimpin yang tidak fair maka orintasi pendidikan hanya akan jalan di tempat. Wallahu a’lam.[]

InBoX tadasak2 kalua Pak? 087895954XXX Sekarang musim hujan Pak, tapi tidak ada satupun WC di Fakultas Syari’ah yang berisi air, panek kami buang air harus bolak-balik kampuskos Pak, beko talambek masuak lokal, kami lo yang disalahan. 085766420XXX Kepada Bapak Dekan Ushuluddin, kenapa WC kita tidak bisa digunakan Pak? fakultas kita bagus, tapi WC-nya kok mantuak tu Pak? 087792363XXX Ass. Pak Rektor, kapan keluar ATM dan almamater kami Pak? 0878952723XXX Pak Rektor, bilo gedung pink siap Pak? Ba a kami ka kuliah kalau

085263659XXX Ass. Pak Rektor, kenapa mahasiswa baru Tarbiyah itu terlalu banyak diterima Pak, sedang fasilitas tak mencukupi tuk menampung. Kami tapaso baraja di mushala ratak di belakang GSG, alun pintu masuak ndak jaleh, cik kuciang banyak, kambiang pun ikuik baraja samo kami Pak. Terlalu nyaman kami disitu Pak. 082388280XXX Pak Rector, B a kok kasa bana pegawai TU tu Pak? ndak melayani mahasiswa dengan baik, dimana pelayanan prima tuk mahasiswa itu Pak?? 081947681XXX Pak, kami lah bayia uang pratikum,

tapi ndak ado jadwal pratikum tuk kami, b a sabananyo pratikum kami Pak? 085272721XXX Ass Pak Rektor, ba a perpustakaan institute tu bukanyo lambek tutuiknyo capek,, ? alun jadi kami nyari buku lai lah disuruah kalua,, perpanjanglah jam buka perpustakaan Pak. 08194743XXX Pak rektor, kampus IAIN ini kok ndak kayak kampus do Pak? masalahnyo, sarok baserak, wc banyak yang rusak, kambiang jo jawi kalua masuak jo Pak, dan urang gilo pun berkeliaran di kampus ko pak, ndak nyaman kami kuliah di kampus ko do pak, dan malu kami samo kawankawan yang datang dari kampus lain kasiko katiko mancaliak kondisi kampus model iko Pak.

ungkapkan keluh kesah anda atau masukan untuk kampus kita melalui SMS ke suara kampus. Kirim ke 087792037509 dengan format : Nama-Bp/Jurusan-pesan. Contoh : Gusriana-310999/muamalahpesan anda


Syafruddin Prawiranegara

Presiden Tanpa Istana

Struktur Kepengurusan PDRI yang berada di Bindar Dalam alam kecamatan sangir Solok selatan Foto : Yose untuk Suara Kampus

SuaraKampus- Dewasa ini masih terjadi perdebatan, siapa presiden kedua Republik Indonesia (RI). Ada yang mengatakan Soeharto presiden kedua RI. Namun, ada juga beberapa kalangan, yang berpendapat Syafruddin Prawiranegara layak menjadi presiden kedua RI. Syafruddin Berdarah Minang Syafruddin Prawirangara, lahir di Banten pada 28 Februari 1911. Pria yang di masa kecilnya akrab disapa “kuding” ini pernah menjabat sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), 19 Desember 1948. Dan, berdasarkan Keputusan Presiden No. 113 TK 2011 Syafruddin diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional. Seperti yang dikutip dari www.voaislam.com, dalam tubuh Syafruddin mengalir darah campuran Banten dan Minang. Buyutnya, Sutan Alam Intan, masih keturunan Raja Pagaruyung di Sumatera Barat, yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri. Menikah dengan putri bangsawan Banten, lahirlah kakeknya yang kemudian memiliki anak bernama R. Arsyad Prawiraatmadja. Itulah ayah Kuding, walaupun bekerja sebagai jaksa, cukup dekat dengan rakyat, dan karenanya dibuang Belanda ke Jawa Timur. Syafruddin menempuh pendidikan ELS

pada tahun 1925, dilanjutkan ke MULO di Madiun pada tahun 1928, dan AMS di Bandung pada tahun 1931. Pendidikan tingginya diambil di Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta (sekarang Fakultas Hukum Univesitas Indonesia ) pada tahun 1939, dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Magister Hukum). Sebelum terlibat sebagai tokoh nasional, Syafruddin Prawiranegara pernah bekerja sebagai pegawai radio swasta, pegawai departemen Keuangan Belanda, dan pegawai departemen keuangan Jepang, (sejarah.kompasiana.com). Sebelum menjadi Ketua PDRI, ia juga pernah menjabat sebagai menteri. Menteri Keuangan, 1946. Dan, Menteri Kemakmuran, 1947. Kemudian Syafruddin, usai menjadi Ketua PDRI pada 1948, ia disematkan sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada 1949. Kemudian, menjabat sebagai Menteri Keuangan 1949-1950. Dan, dipercaya sebagai Gubernur Bank Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Agresi Militer Belanda II Pada bulan Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militernya yang kedua, yang juga dikenal Operasi Gagak. Ini diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Yogyakarta yang saat itu sebagai ibu kota negara RI, jatuh ke tangan Belanda. Namun Soekarno-Hatta sebelumnya, sudah megadakan rapat. Rapat kilat ini menghasilkan dokumen resmi tentang adanya mandat dari Presiden Soekarno kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Kemudian ia mengirim pesan kawat kepada Syafruddin Prawinegara, yang berada di Sumatera. Pesan kawat atau telegram itu tidak pernah sampai kepada Syafruddin. Walaupun Syafruddin tidak menerima pesan kawat tersebut, Ia juga mempunyai ide yang sama. Ia berinisiatif untuk membentuk semacam pemerintahan darurat. Terbukti dengan sebuah peristiwa 19 Desember 1948, sore harinya, Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera atau Ketua Komisaris Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu juga, mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota Payakumbuh. Seperti yang disampaikan Mestika Zed, Syafruddin saat itu membentuk PDRI. “Sebelum ditahan Belanda, Soekarno dan Hatta sudah mengadakan rapat kilat,

hasilnya adalah surat mandat kepada Syafruddin Perwiranegara agar membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Namun pesan kawat itu tidak pernah sampai ke tangan Syafruddin Perwiranegara. Tetapi secara spontan Syaruddin Sudah berupaya mendirikan PDRI di Sumatera Barat,” ujar Mestika Zed pakar sejarah dari Universitas Negeri Padang. Pakar sejarah dari Universitas Andalas Gustianan juga mengatakan hal yang sama. Kondisi Negara pada saat itu sangat darurat, pesan kawat dari soekarno memang tidak sampai kepada Syafruddin secara langsung. “Yang dituju oleh pesan kawat dari Soekarno adalah Maramis dan Syafruddin, namun karena anugrah tuhan kepada Indonesia, maka Syaruddin sudah berinisiatif untuk mendirikan pemerintahan darurat,” terangnya. Pada 22 Desember 1948, sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera Barat berkumpul di Halaban. Dan, mereka mengadakan rapat yang dihadiri oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. “22 Desember 1948, beberapa pemimpin republik di Sumbar mengadakan rapat dan


membentuk PDRI. Kemudian, memilih Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua PDRI, yang posisinya sama dengan pengganti presiden. Ini mereka lakukan walaupun surat kawat dari Soekarno dan Hatta belum diterima,” tutur Mestika Zed kepada reporter Suara Kampus. Selanjutnya, pada 13 Juli 1949 Syafruddin Prawiranegara kembali menyerahkan kepemimpinan negara RI secara simbolis kepada Soekarno. “Dalam peristiwa PDRI ada dua peristiwa besar, pertama, berdirinya PDRI. Kedua, penyerahan kembali jabatan presiden kepada Soekarno pada 13 Juli 1949,” ujar Mestika Zed. Pejuang PDRI Dikaburkan Perjuangan PDRI telah menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dari Agresi Militer Belanda II. Tanpa perjuangan Syafruddin Prawiranegara dan PDRI, Indonesia sudah hilang ditelan masa. Namun, dengan adanya upaya PDRI, Indonesia masih ada sampai sekarang. Sayangnya, nasib para pejuang PDRI hampir mendekati sebuah pepatah, “Habis manis sampah dibuang.” Yudi Latif, Ph.D, seorang pengamat politik mengatakan, perjuangan PDRI mulai dikaburkan pada masa orde baru. “Pengaburan itu dilakukan demi kepentingan kelompok dan individu. Bayangkan jika Syafruddin dan PDRI tidak ada, bagaimana Indonesia saat ini?” tanyanya. Seperti yang dikatakan Yudi Latif, pada kondisi darurat saat itu, para pejuang yang tergabung dalam PDRI bekerja atas moralitas kepentingan besar RI, bukan pada posisi moralitas kekuasaan. Hal ini yang membuat PDRI bertahan. Namun, sangat disayangkan karena ada pengkaburan sejarah yang sedikit menyudutkan PDRI. Yudi menambahkan, baru-baru ini beberapa tokoh penting yang berhubungan dengan PDRI, sudah diberikan tanda jasa sebagai seorang pahlawan. Dilihat dari kondisi ini, perlu rasanya menulis ulang sejarah, untuk menghormati cerita penting dari PDRI. Karena PDRI memang harus ditempatkan sebagai monumen penting dalam perkembangan RI. “Kita harus kembali menulis rentetan sejarah untuk menghormati perjuangan PDRI,” ujarnya kepada wartawan Suara Kampus, seteleh seminar nasional di Fakultas Ushuluddin. Konstitusi Darurat Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Feri Amsari mengatakan, Syafruddin sah sebagai presiden kedua. “Secara kontitusi darurat, Syafruddin Prawiranegara sah sebagai seorang Presiden,” ucapnya. Seperti yang ditulis Rismiyadi di kuninghijau.wordpress.com, ada dua hukum yang berlaku yaitu hukum negara dalam keadaan normal atau biasa dan hukum negara dalam keadaan darurat atau luar biasa. Di Indonesia sendiri dikenal dengan, keadaan bahaya (dalam Pasal 12 UndangUndang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945), dan keadaan kegentingan yang memaksa (dalam Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945). Hukum negara inipun tidak bisa dilihat langsung sebagai keadaan negara yang genting namun ada 2 hal yang perlu diperhatikan, pertama negara dalam keadaan darurat (staatsnood) dan hukum negara yang darurat (noodstate recht). Hukum negara darurat (staatnood recht) itu merujuk pada penerapan hukum negara yang diberlakukan dalam keadaan darurat atau kegentingan, jadi hukum yang berlaku adalah hukum dalam keadaan darurat. Kata Feri, jika dilihat dari HTN pada saat itu, kondisi negara yang dalam keadaan sangat genting dan hampir mengalami kekosongan dalam pemerintahan, maka layak Syafruddin diangkat menjadi presiden darurat. Karena, Presiden bersama wakilnya ditangkap oleh Belanda. Kondisi ini tidak bisa disamakan dengan kondisi normal, seperti yang kita bayangkan sekarang. Menurut Feri, Syafruddin Perwiranegara sah sebagai seorang presiden ketika itu. Karena masalah ini bisa dilihat secara

Tugu basis pemerintahan darurat repoblik indonesia tahun 1949 Bidar Alam Kecaatan Sangir

Yang dituju oleh pesan kawat dari Soekarno adalah Maramis dan Syafruddin, namun karena anugrah tuhan kepada Indonesia, maka Syaruddin sudah berinisiatif untuk mendirikan pemerintahan darurat

Mestika Zed pakar sejarah Universitas Negeri Padang

yuridis darurat. Dalam yuridis (hukum), ada yang disebut dengan HTN darurat, dan dalam peristiwa ini, Soekarno-Hatta setuju jika kepala pemerintahan diserahakan kepada Syafruddin Prawiranegara. Meski, pesan kawat tidak sampai kepada Syafruddin. Dalam peristiwa PDRI terdapat dua sejarah besar. Pertama, penyerahan (mandat)

dari Soekarno melalui pesan kawat kepada Syafruddin. Kedua, adanya serah terima kembali dari Syafruddin Prawiranegara kepada Soekarno. Pada kondisi ini jangan berfikiran tentang idealnya seorang presiden dalam HTN. Hal paling utama adalah substansinya, dijalankan atau tidaknya amanat yang diberikan tersebut. Dalam logika sederhana,

foto : yose untuk suara kampus

Syafruddin Prawiranegara sah menjadi seorang presiden dan menurut fakta hukum pernah ada presiden kedua bersifat darurat di Indonesia. “Pada saat darurat yang dibutuhkan adalah substansi dari sebuah perbuatan,” tuturnya. Senada dengan Feri. Menurut Mestika Zed, Syafruddin layak jadi Presiden Kedua RI. Berdasarkan sejarah, saat itu presiden tidak lagi Soekarno, karena kondisinya dalam keadaan tawanan. Ia juga menegaskan tidak ada dualisme saat itu. Karena, pada saat perjanjian roem-royen Syafruddinlah presiden saat itu. Usai Perjanjian Roem-royen, dilanjutkan sidang antara PDRI dan Soekarno-Hatta serta sejumlah Menteri dari kedua kabinet. Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya, sehingga dengan demikian, M. Hatta, selain sebagai Wakil Presiden, kembali menjadi Perdana Menteri. Setelah serah terima secara resmi pengembalian Mandat dari PDRI, tanggal 14 Juli, Pemerintah RI menyetujui hasil Persetujuan RoemRoyen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut tanggal 25 Juli 1949.[] Wartawan : Ridho Permana, Andika Adi Saputra, Novia Amirah Azmi, Reza AF Nesia


Kampus Membangun

Aktivitas Kuliah Meradang Sesaat

Memanjat: Para pekerja memanjat sambil mengikat besi sebagai tonggak tengah dari gerbang utama IAIN Imam Bonjol yang baru. Kamis (16/11).

SuaraKampus- Untuk mengejar UIN, IAIN Imam Bonjol Padang lakukan pembangunan dan rehab beberapa gedung yang rusak akibat gempa yang menggoncang Sumbar tiga tahun silam. Beberapa gedung kampus dikategorikan tidak layak huni seperti gedung rektorat, gedung pustaka baca institut, dan salah satu Gedung Fakultas Ushuluddin. Sehingga pada tahun 2011 lalu ketiga bangunan tersebut sudah dirobohkan. Namun yang dibangun saat ini hanya gedung rektorat dan pustaka baca institut yang diganti nama dengan Pustaka Mini. Pembangunan gedung rektorat dilaksanakan dengan dua tahap. Tahap pertama diselesaikan selama 80 hari atau dalam jangka tiga bulan terhitung sejak 28 September 2012. Pembangunan proyek ini dikerjakan dalam waktu 24 jam. “kami akan capai target dengan bekerja siang dan malam,”ujar Cheppy Sapri selaku penanggung jawab dari PT Rioindah Jaya. Selanjutnya Ikhwan Matondang menjelaskan , dana pemba-

ngunan gedung rektorat IAIN diambil dari APBN dan dari dana IAIN sendiri senilai 9,6 M, yang dicanangkan pada tahun 2011 kemaren, baru bisa dilakansanakan tahun ini. Menurutnya apabila pembangunan tahap pertama terselesaikan, maka gedung yang bertingkat tiga ini, hanya dua lantai dapat ditempati yaitu dua dan tiga untuk aktifitas rektorat, sedangkan lantai satu belum. Sementara untuk pengerjaan tahap kedua, telah di anggarkan melalui DIPA 2012 dengan dana sebanyak 5,7 Milyar dan pengerjaannya pada 2013 nanti. Ditemui di tempat yang berbeda Makmur Syarif Rektor IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan, pembangunan gedung rektorat ini merupakan dana DIPA dan dana bantuan dari Perguruan Tingi di Jakarta. Sementara itu, gedung Ushuluddin direncanakan akan dibangun setelah pembangunan yang sedang berlangsung saat ini selesai. IAIN menargetkan 28 M untuk

pembangunan gedung tersebut. “Gedung Ushuluddin akan direncanakan tahun depan, diiringi dengan proses pembangunan kampus tiga,” ujar Dekan Fakultas Ushuluddin ini. Berbicara tentang perkembangan kampus tiga di Sungai Bangek ia mengaku masih banyak hal yang harus dibenahi menuju kampus tersebut. Sejauh ini pihak kampus telah mengajukan proposal sekitar 485 M dengan luas lahan sekitar 67,3 hektar. Beberapa gedung lain seperti, Gedung Serba Guna (GSG), Gedung Pink atau F5, Auditorium, dan masjid hanya bersifat rehab. Pada kontrak yang tertera proses rehab dari beberpa gedung ini ditargetkan selesai pada akhir 2012 ini. Begitu juga dengan Gedung Perpustakaan, jika anggaran dana masih ada setelah pembangunan, maka bangunan yang kurang layak akan diperbaiki kembali. Terkait Saat ini juga sedang berlangsung pembangunan GSG Mini . Pembangunan ini bertujuan untuk penertipan kafe-kafe yang letaknya tidak layak saat ini. Seperti kafe

yang berada di bawah tangga, mereka akan dipindahkan apabila mereka setuju dan menandatangani kontrak dengan pihak kampus. Kemudian Amirul Wahdi selaku Biro AUAK menjelaskan bahwa Pembangunan Gedung Rektorat untuk tahap awal plafonnya 9,6 M yang selesai mungkin 60%. Dana yang akan dibayar 60% dari 9,6 M tersebut. Plafon dana Pembangunan gedung rektorat seutuhnya sebanyak 15 M. Sedangkan untuk pembangunan Pustaka plafonnya sekitar 400 juta. Selain pembangunan gedung , gerbang kampuspun sedang dalam proses pembangunan karena struktur sudah rusak berat. Sperti yang diungkapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), “Gerbang itu sudah tidak bagus strukturnya dan berbahaya bagi siapa saja yang melewati gerbang tersebut”. Pembangunan gerbang kampus sudah berlangsung sejak 15 oktober kemaren dan ditargetkan selesai 13 Desember 2012. Menurut Chan selaku ketua pelaksana dalam pembangunan tersebut, bahwa bentuk gerbang yang sedang

M.Noli Hendra

dibangun berbeda dengan yang sebelumnya. “Gerbang baru ini berbentuk piramida,” ujarnya. Untuk pembangunan gerbang akan dibuat sebaik mungkin. Harapannya dengan pembangunan itu lebih mempermudah mahasiswa kuliah. “Pembangunan dilakukan secara bertahap untuk beberapa gedung diantaranya mencapai, gedung poliklinik, gedung bersama, gedung dosen bersama. Intinya satu tujuan mempermudah proses IAIN jadi UIN,” ujar rektor. Pembangunan gedung pink (F5) dirancanakan rampung selama 120 hari terhitung sejak 6 Juni- 3 Oktober 2012. Namun hingga saat ini rehab gedung tersebut masih berlangsung, M, Farid selaku pemborong mengaku bahwa sejak awal sudah diperkirakan tidak akan rampung sesuai dengan waktu yang ditentukan karena dana yang tidak mencukupi. “Pembangunan gedung ini tidak berjalan seutuhnya, karena volume kontrak sebagai acuan dari rencana awal, tidak siap untuk memperbaiki struktur yang rusak,”


Beberapa pekerja tengah mengikat besi dalam proses pembangunan Gedung Rektorat, Kamis (16/11).

lanjutnya. Kemudian ia menambahkan bahwa “Pembangunan ini sudah melewati kontrak yang ada. Karena waktu tidak cukup untuk menyelesaikan kerusakan yang ada di lapangan, pihak kontraktor mengadakan adendum dalam pembangunan tersebut. Hingga bisa diperpanjang hingga 07 Desember 2012 mendatang. “Adendum ini karena beberapa hal, dana yang tersendat dan juga parahnya kerusakan yang dihadapi,” tambahnya. Ikhwan Matondang mengaku bahwa “Pembangunan secara keseluruhan berjalan cukup lancar, tapi yang agak rumit mungkin gedung Rektorat karena sepertinya mengalami kendala dalam pelaksanaan dan telah diperingati dua kali, target pembangunan Gedung Rektorat diperkirakan selesai pertengahan desember mendatang.” Dana pembangunan gedung tersebut bersumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) senilai Rp. 1.868.192.000 . Menurut Farid dana sebanyak itu belum cukup untuk memulihkan kerusakan, pihaknya akan mengerjakan sesuai anggaran yang tersedia, seperti pembesaran kolom di lantai dasar serta mengurangi beban yang ada di lantai dua dengan mengganti kuda-kuda, konsen bangunan dengan aluminium. “Pengerjaan gedung ini lebih difokuskan di lantai dua, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak kampus,” lanjutnya. Dalam pembangunan fisik ini banyak hal yang dikeluhkan masyarakat kampus terutama

M.Noli Hendra

Pembangunan secara keseluruhan berjalan cukup lancar, tapi yang agak rumit mungkin gedung Rektorat karena sepertinya mengalami kendala dalam pelaksanaan dan telah diperingati dua kali Ikhwan Matondang

Fakultas Tarbiyah, proses perkuliahan mahasiswa Tarbiyah terganggu oleh keterlambatan rehabilitasi Gedung Student Center (F5). Gedung ini memiliki bebarapa ruangan yang biasanya digunakan mahasiswa untuk kuliah. Tatapi karena masih dalam rehab sehingga mahasiswa harus pindahpindah untuk melakukan perkuliahan. Teja Friwana salah seorang mahasiswa Tadris Matematika mengatakan, mereka terpaksa kuliah pada hari Jum’at dan Sabtu di Fakultas Ushuluddin. Padahal Sabtu adalah hari libur, karena keterbatasan lokal membuat mereka harus melakukan hal ini. “kami terpaksa kuliah di Aula Ushulluddin hanya dibatasi sekatsekat kayu dan kondisi belajar sama sekali tidak kondusif,”tuturnya. Senada dengan itu Isni Bustani salah seorang Dosen Fakultas Tarbiyah membenarkan keluhan mahasiswanya, Teja Friwana, Kerap kali ketika pemakaian gedung di Fakultas lain terjadi bentrok dengan penghuni asli fakultasnya, terpaksa kami pen-

datang mencari jadwal ruangan itu kosong untuk belajar. “Saya kasihan melihat mahasiswa harus rela dihalau kesana kemarin, karena tidak ada lokal untuk kuliah,”ujarnya. Terkait keluhan ini Drs. Hadeli, MA. MPd selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah mengatakan, konsep lokal bukan berasal dari fakultas tetapi kebijakan dari Rektor. Untuk penempatan jadwal sudah diatur hanya saja dosen tidak menempati jadwal yang sudah ada. “Jadwal lokal yang bentrok karena dosen tidak menepati jadwal yang sudah ada,” ujar Hadeli. Peresmian pembangunan rencananya akan diadakan sekitar tanggal 15 desember bertepatan dengan Dies Natalis IAIN. “Peresmian pembangunan akan dilaksanakan dalam rangkaian dies natalis,” ujar rektor . Ditambahkan Makmur Syarif, direncanakan kuliah Umum yang akan dihadiri oleh Dirjen Perguruan Tinggi, pada kesempatan acara Dies Natalis mendatang diharapkan adanya MOU. Kemu-

sketsa gedung rektorat

dian untuk rencana selanjutnya akan dibuat pembangunan gedung belajar bersama, ruang dosen bersama dan poliklinik. Tahun depan direncanakan rehab Aula Pasca Sarjana dengan mengganti atap, hal ini bertujuan untuk kelancaran kegiatan perkuliahan. Selain itu pembangunan ini juga bertujuan untuk mempermudah citacita kita mewujudkan UIN Imam Bonjol. “Pembangunan sarana dan prasarana, untuk mempermudah mencapai UIN Imam Bonjol nantinya,” Ungkap Makmur Syarif. Dia berharap, semoga kedepan

mendapat dana yang akan digunakan untuk pembangunan kampus tiga. Dengan selesainya pembangunan ini diharapkan perkuliahan lancar karena lokal sudah diperbanyak. Semoga penertiban kafe terealisasi dengan baik, sehingga proses konversi IAIN ke UIN masih kita perjuangkan. “Semoga kita mendapatkan dana untuk pembangunan kampus.” Ujarnya.[] Wartawan: Boby, Ridho, Restu, Khiril, Gusriana, Rahmawati, Mas’ad, Nela, Rahman, Taufik


Pon Open Grimini

Tak Hanya Bersih Fisik Tapi Juga Bathin Annazofatu Minal Iman (Kebersihan adalah sebagain dari iman). Itulah yang dipegang oleh Pon Open Grimini, Koordinator K3 (Keindahan, Ketertiban dan Keamanan) di IAIN Imam Bonjol Padang. Namun baginya untuk mewujudkan kebersihan sebagian dari iman tersebut tak hanya sekedar kebersihan secara fisik, namun juga batin. Dikatakannya, “Bagi saya untuk mewujudkan kebersihan sebagian daripada imam itu tak hanya secara fisik, tapi juga batin. Untuk mengamalkan itu pertama bersihkan diri terlebih dahulu, kemudian bersihkan harta,

lalu perhatikan lingkungan sekitar kemudian baru bisa terwujud Annazofatu Minal Iman.” Jika yang empat poin tersebut tak dilaksanakan, menurutnya tak akan ada kebersihan sebagian dari iman, sebab tak melakukan dengan sepenuhnya. Itu artinya hanya melaksanakan separoh-separoh, dan itu taklah sempurna. Annazofatu Minal Iman tersebut diwujudkannya dalam melaksanakan tugas sebagai Koordinator K3 untuk meningkatkan K3. Ia membagi tugas kepada bawahannya untuk membersihkan kampus IAIN Imam Bonjol yang seluas 95.335 m2. Terdiri dari Lima Fakultas, Gedung Rektorat, Blok M, Lapangan Parkir dan lain adalah kawasan kekuasaannya dalam menjaga kebersihan. Selain itu, jika ada kegiatan kampus seperti, wisuda, opak, seminar dan lain-lain, merupakan tugasnya untuk menjaga kebersihan setelah acara. Namun seringkali K3 tak mendapat perhatian, bahkan untuk makan dan minum pekerja kebersihan usai acara tak didapatkan. “Honor kebersihan setelah acara tak diperoleh, untuk makan dan minum pekerja kebersihan pun tak didapatkan, padahal honor dan SK-nya ada,” ujarnya kepada Suara Kampus, Selasa (06/11). Setiap hari ia mengontrol kebersihan kampus dengan selalu berjalan mengelilingi kampus, bahkan ia punya empat posko: pertama, di Rektorat, kedua, di Fakultas Adab, ketiga, di Gedung Serba Guna (GSG) dan keempat, di Pos Satpam untuk mengontrol kebersihan. Terkadang ia sempat mengeluh dengan bawahannya yang mogok kerja, karena honor kerja tak dibayarkan, namun ia tetap bertahan karena ia marasa itu berada dipundaknya sebagai Koordinator K3. D ikatakannya bahwa honor yang dite rima tak sebanding dengan banyaknya peke rj aan. Ia pun tak

sanggup untuk berlaku keras atau memberhentikan bawahannya, karena mereka adalah orang tua. Sehingga untuk membantu anggotanya, Pak Pon mengusulkan anggotanya untuk bantuan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) dan akhirnya mereka mendapatkan bantuan sebesar Rp 200.000 pada tiap bulan ketika bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Pak Pon, panggilan akrabnya adalah seorang yang termasuk keras menjalani kehidupan. Setelah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia masuk ke SMA Pekanbaru dan sekolah sambil kerja. Bekerja di bagian K3 di kaltek. Namun karena ada permasalahan KKN, ia berhenti sekolah dan pindah ke IAIN Imam Bonjol padang. Untuk bisa kerja di IAIN Pak Pon harus melanjutkan pendidikan agar mendapatkan ijazah MAN, sehingga ia kembali sekolah yaitu di MAN 2 Batusangkar jurusan IPS dan tamat tahun 2000. kemudian baru bisa bekerja di IAIN tahun 2002 sebagai anggota K3. “Kerja saya membuatkan dan mengantarkan minum ke pejabat IAIN,” ujarnya. Tak berhenti disana, Pak Pon pun ingin melanjutkan pendidikannya setelah tamat MAN ke Perguruan Tinggi. Ia pun melanjutkan pendidikannya dan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yayasan Tarbiyah Islamiyah (YASTIS) Kota Padang. Namun karena terkendala dana, sedang ia juga harus menghidupi tiga orang anak satu istri dan satu orangtua dengan pendapatan yang minim, maka ia berhenti kuliah pada semester empat. Hingga saat ia baru menyelesaikan studinya sampai semester empat, namun ia punya rencana melanjutkan studinya itu pada tahun ajaran besok. “Saya akan lanjukan kuliah saya yang terkendala tahun 2013 besok,” ungkapnya. Meskipun terkendala dana, ia berusaha menutupinya. Dan untuk menutupi kekurangan keuangannya, ia bersama si isteri membuat makanan seperti keripik maco, rakik kacang dan kacang kedelai kemudian dijual ke warung-warung. Ia pun menjualnya di kampus dan dijajakan oleh anaknya di sekeliling tempat tinggalnya di komplek Kordang Damai. Usahanya itu sudah dimulainya sejak tahun 2010 lalu. Dikatakannya, “Keripik maco, rakik kacang dan kacang kedelai yang saya buat ini nantinya akan diberi nama “Tali tiga sapilin”, namun karena masih bermasalah dengan dana, maka saya hanya membuat dagangan kecil-kecilan dulu. Saat ini pemasa-

rannya sudah sekeliling kuranji juga sampai ke Pasar Raya dan ke Pemerintahan Daerah (Pemda), saya berharap akan menjadi usaha yang besar nantinya”. Ketika ditanya bagaimana ia mendidik keluarganya, ia mengatakan, “Saya ingin rumah saya menjadi Baiti Jannati (Rumahku Surgaku) dan saya ingin mendidik keluarga saya seperti Nabi Muhammad saw. Mendidik keluarganya, agar istri agar tidak keluyuran di siang atau malam hari, istri saya harus mengutamakan mendidik anak menyelesaikan pekerjaan rumah kemudian baru boleh berjualan. “Dek, saya tidak ingin adek keluyuran siang atau malam, kalau mau berjualan, urusi anak dan selesaikan pekerjaan rumah dulu, kemudian pergilah berjualan,” ujarnya menirukannya. Untuk mendidik laki-laki kelahiran Tanjung Limau, 26 Oktober 1969 ini tidak mendidik anaknya dengan uang, “Saya tidak mendidik anak saya dengan uang, saya mengajarkan mereka mandiri dan tidak manja. Karena mereka laki-laki mereka harus kuat dan rajin bekerja, tapi tetap sekolah tak boleh dikesampingkan” ungkapnya. “Walaupun anak saya laki-laki semuanya, tapi mereka bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik. Dibuktikan ketika saya pulang bekerja, rumah telah bersih, piring telah bersih, air minum pun tersedia untuk saya,” imbuhnya. Pak Pon pun mengajak anggota keluarganya untuk shalat berjamah magrib juga isya. Ini dilakukannya juga untuk membiasakan shalat kepada keluarganya. “Shalat itu kan tiang agama, jadi saya mendidik anak saya dengan membiasakan shalat berjamaah di rumah. Tentunya dimulai dari orangtua dulu, kemudian baru anak bisa melakukannya,” jelasnya. Selama di IAIN pria berambut ikal dengan warna kulit sao matang ini pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana sebagai pegawai teladan dari presiden dengan 10 tahun masa kerja pada tahun 2010. Ia juga pernah mengikuti Didikan dan Latihan (DIKLAT) pendidikan Pra Jabatan tahun 2003 di Balai DIKLAT Padang Baru. Bagi Pak Pon, bekerja itu harus dari hati dan sesuai antara yang dikerjakan dengan batin. Laki-laki yang hobi main Sepak bola ini selalu memegang pesan yang diberikan orangtuanya, “Pergilah kerja dan rajin-rajin bekerja sesuai pendapatan.” Ini menunjukkan ia harus giat bekerja serta berlaku jujur”. [] (Sri Handini)

CURRICULUM VITAE Nama Jenis Kelamin Tempat dan Tanggal Lahir Status Perkawinan Agama Jabatan Alamat Telp/Fax Nama Ayah Pekerjaan Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ibu Nama Isteri Pekerjaan Isteri Alamat Rumah

: : : : : : : : : : : : : : :

Pon Open Grimini Laki-laki Tanjung Limau, 26 Oktober 1969 Kawin Islam Koordinator K3 Jl. Pramika IV No.2 Khatib Sulaiman Padang 0751-7054551 Rusli Yakub (alm) Veteran Maryulis (Alm) Rumah Tangga Oni Hariyati Rumah Tangga Komp. Kordang Damai Blok F/20 Kel. Korong Gadang, Kec. Kuranji, Kota Padang

Anak

1. 2. 3.

Muhammad Rafi Zaki Mubarak Rifki Hidayat

Riwayat Pendidikan 1986 Lulus dari SD Negeri 3 Simabur 1996 Lulus dari SMP 2 Padang 2000 Lulus dari Man 2 Batusangkar2012 Sedang kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yayasan Tarbiyah Islamiyah (YASTIS) Kota Padang

KLIK

WWW.SUARAKAMPUS.COM


Williya Meta

Menulis Untuk Berbagi Setiap orang harus berbagi. Itulah prinsip yang dipegang oleh Williya Meta, Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam (EKI) Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang. Prinsipnya ia aplikasikan dengan menulis, karena dengan menulis bisa berbagi pikiran dan perasaan kepada orang lain. Bagi Meta, begitu panggilan akrabnya, menulis adalah dunianya. Berbeda dengan berbicara, menurut Meta menulis memiliki nilai plus tersendiri, karena ketika menulis jika terdapat redaksi yang salah bisa diedit, sedang ketika berbicara harus mempertimbangkan pendengar. Meta memang telah suka menulis sejak kecil, Ia telah banyak menghasilkan tulisantulisan seperti puisi, cerpen dan apapun yang Ia suka menulisnya sejak duduk di Sekolah Dasar (SD). Saat menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Diniyyah (Diniyyah Boarding School-Red) beberapa puisinya menjuarai perlombaan di tengah santriwati pesantren maupun di luar pesantren. Ketika Meta menginjak dunia kampus debut menulisnya kembali diuji dengan tantangan yang diberikan oleh salah satu dosen Bahasa Indonesia. Dosennya menantang para mahasiswa agar mampu mempublikasikan karya dalam bentuk apa saja di media massa lokal. Meski awalnya ia ragu namun dengan motivasi dari orang-orang sekitar akhirnya ia mampu membuat artikel dan keluar di media massa lokal (Singgalang). Selain itu, Meta aktif di organisasi Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sumatera Barat, ia diamanahkan sebagai Koordinator Humas dan Danus FLP Sumbar (2010-2012). Saat ini ia beserta rekan-rekan di FLP Sumbar tengah berusaha untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik dimulai dari hal-hal kecil. Keberhasilannya di dunia kepenulisan telah terbukti dengan banyak karyanya yang

dipublikasikan di media-media lokal seperti Singgalang, Haluan, Tabloid dan Portal Suara Kampus serta, Tabloid Qalam dan Tabloid Salam Dharmasraya. Selain itu, ia telah beberapa kali memenangkan lomba kepenulisan cerpen dan olimpiade karya tulis ilmiah seperti juara I lomba cerpen tingkat remaja yang diadakan oleh Balai Bahasa Sumbar dengan judul Perahu Tulis, Juara II Lomba MSCB 2009 di IAIN Imam Bonjol Padang dalam rangka ‘Memperingati Hari Ibu’ dan juara II lomba karya tulis ilmiah dalam Temu Ilmiah Regional (TEMILREG) yang diadakan Fossei di Jambi. Karya-karyanya juga telah tergabung dalam antologi cerpen lokal maupun nasional seperti Potongan Tangan Dikursi Tuhan, Negeri Kesuda, Air Mata Sunyi. Sedangkan saat ini ia telah menghasilkan novel perdananya yang berjudul “Bulan Hijau di Turian” dan akan segera terbit. Selain menulis, ia juga sering menjuarai lomba baca puisi dan lomba pidato tiga bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris). Tidak hanya itu, Meta juga berprestasi di bidangbidang lain. Ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bukittinggi ia menggeluti bela diri Pencak Silat. Ia pun menjuarai berbagai pertandingan dalam kota hingga luar provinsi dan mendapatkan dua medali emas pada tahun 2007 dan 2009 di Bukittinggi, medali perak (2009) di Pekan Olahraga Daerah (POPDA) juga pernah meraih perunggu (2009) di Kejuaraan Daerah (Kejurda) Solok Selatan. Dengan prestasi yang diraihnya, sebagai Atlet Saga kelas F Putri Ia mampu membiayai dirinya sendiri saat itu. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Syariah periode (2011-2012) dan tengah sibuk di kepengurusan HMI menjadi instruktur pada screaning HMI yang diadakan oleh salah satu komisariat. Ia

senang berkumpul bersama senor-senior di HMI karena disana ia mendapatkan banyak wacana dan ide baru dengan diskusi-diskusi yang diadakan. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Syariah Banking Club (SBC) dan Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), kemudian ia juga merupakan seorang reporter Forum Silaturrahmi Studi Ekonomi Islam (Fossei) Nasional di bawah naungan Depnas II, juga sebagai redaktur sastra Tabloid Qalam. Semangat Meta dalam menjalani setiap aktivitasnya sangat baik untuk dicontoh. “Jangan terpaku pada target tapi nikmatilah setiap proses untuk memperoleh hasil dari apapun yang kamu inginkan, dan apapun nilai yang diperoleh nantinya berarti itulah anda”, ujarnya.[] Reporter : Nela Gusti Hasanah

UKM Teater Imam Bonjol Ikuti SIMFes 2012 UKM Te ate r Imam Bonj ol me rupakan su at u U KM yang be rge rak di bidang se ni . Banyak orang memandang teater ini merupakan suatu hal yang sepele dan hanya kegiatan berse n ang- se na ng sa j a. Hal i ni

berbeda dengan apa yang telah dibuktikan oleh UKM Teater Imam Bonjol. Segudang prestasi telah diraih oleh UKM yang se karang dipi mpin ole h Refki Fernando ini.[] Wartawan : Ridho Permana

Reward atau prestasi yang pernah diraih UKM Teater Imam Bonjol:

UKM Teater Imambonjol foto bersama Rektor menjelang keberangkatan menuju SIMFes 2012 di Sawahlunto Ffoto : Ridho Permana

SuaraKampus.Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater IAIN Imam Bonjol Padang diundang untuk mengikuti Sawahlunto Internasional Musik Festival (SIMFes) 2012 di Sawahlunto, Sabtu-Senin (01-03/12). Zelfeni Wimra selaku pembimbing Teater Imam Bonjol mengatakan, saat ini UKM Teater sedang mempersiapkan diri. Agar dapat tampil maksimal dalam iven inter-

nasional tersebut. “ Teater saat ini terus berlatih agar tampil semaksimal mungkin dalam panggung dunia ini,” ujarnya kepada SuaraKampus.com, Sabtu (24/11). Ditambahkannya, Teater Imam Bonjol mempersiapkan sembilan personil untuk mengukuti acara ini, dengan membawakan enam lagu karya Teater Imam Bonjol. ”Kita telah mempersiapkan enam lagu karya Teater Imam

Bonjol sendiri yang akan ditampilkan dalam dua sesi pada acara tersebut,” ujar penulis antologi cerpen Pengantin Subuh ini. SIMFes 2012 merupakan yang ketiga kalinya diadakan di Kota Sawahlunto dalam rangka ulang tahun kota tambang tersebut yang ke 124. Iven musik internasional ini diikuti oleh musisi dari lima benua dan nusantara diantaranya, Indonesia, Swiss, India, Malaysia dan Maroko.

- Aktor Pembantu terbaik “festival drama Islam se-Sumbagut 1998”. - Pembaca puisi terbaik “festival Drama islam se-Sumbagut 1998”. - Juara 1 lomba baca puisi antar PTN dan PTS se-Sumatera Barat, 25 oktober 1998, “UKM Teater IAIN Imam Bonjol Padang. - Penata artistik terbaik “Festival Drama Islam se-Sumbagut 1998”. - Aktor terbaik festival drama islam sumbagut 1998. - Sutradara terbaik “festival drama islam sumbagut 1998”. - Juara II putra lomba baca puisi antar PTN dan PTS seSumatera Barat Padang, 18 September 1999, penyelenggara Akademi Keuangan dan Perbankan Pembangunan. - Juara 1 umum, pemenang Festival teater Islam tingkat seSumbagut 1998 dari ketua DPRD prop DATI-1 Sumatera Utara. - Pemenang III festival musik jalanan peduli kelestarian alam

“Kepak Sayap Garuda Putih II” MAPASTRA-FSV A - Penampilan terbaik tingkat umum festival musikalisasi puisi se-Sumatera Barat 2002, Taman Budaya prop. Sumbar. - Juara 1 fesival seni seni puisi pertunjukan Unit Kegiatan Kesenian UNP, 21 Maret 2002 tingkat perguruan tinggi se sumbar. - Pemenang festival lagu peduli alam dan lingkungan , MAPASTRA UNAND.

- Juara1lombaDramatisasi puisi danmusikalisasi puisi antar pergurantinggi se-SumateraBarat, DekanFakultasSastraUniversitas BungHatta, Padang12April 2003. - Juara1lombamusikalisasi puisi tingkat PTseSumateraBarat, Padang5Juni 2004. - JuaraII festival musik jalanan peduli kelestarianalamKSGPIII, dari PDI. - Juara I lomba baca puisi perjuangan tingkat mahasiswa/ umum, dari Golkar Padang, PadangBook Fair 2006


Melirik Kinerja Iluni SuaraKampus.Sebagai sebuah lembaga yang telah meluluskan ribuan sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, sudah membentuk perkumpulan mereka yang tergabung dalam Ikatan Alumni (Iluni) IAIN Imam Bonjol Padang, sebagai wadah pemersatu dari alumninya. Sekarang ini Iluni masih dipertanyakan eksistensinya sampai saat sekarang. Di usia IAIN yang ke-46 tahun ini, merupakan umur yang tidak muda lagi. Sudah seharusnya Iluni IAIN memberikan yang terbaik untuk IAIN sendiri. Seperti dengan menjalankan program-program yang bermanfaat baik untuk mahasiswa, dosen dan alumni, membangun link dengan lembaga atau perusahaaan yang mana nantinya dapat membantu lulusan IAIN mencari kerja dan menjadi fasilitator bagi kampus dan mahasiswa. Tidak hanya itu Iluni IAIN juga harus mengerti dan peduli terhadap masalah-masalah yang terjadi di kampus serta memberikan konstribusi untuk kemajuan kampus kedepan. Pergerakan dan konstribusi Iluni IAIN selama ini sudah banyak memberikan sentuhan kepada masyarakat kampus IAIN. Mimi Suharti, selaku Bendahara Iluni mengatakan, bahwa Iluni sudah memberikan konstribusi berupa beasiswa untuk mahasiswa IAIN , “Ya, Iluni sudah memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiwa aktivis kampus yang berprestasi dan itu dikhususkan untuk mahasiswa yang berekonomi lemah,” Komentarnya ketika

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang beberapa alumni IAIN IB Padang yakni Irdinansyah Tarmizi, Hj. Emma Yohanna, Shofwan Karim , dan seluruh civitas akademi IAIN IB Padang. turut hadir dalam acara orientasi karir menjelang wisuda 30/3/2012 (foto : dilnsir dari padang to-day.com)

yang tidak mengetahui apa itu Iluni IAIN, hal ini terlihat dari persentase kehadiran alumni yang sangat sedikit dalam mengikuti acara reuni yang diadakan di kampus IAIN IB Padang. Seperti acara orientasi karir untuk

Alumni kita sudah memberikan konstribusi untuk kampus kita baik secara moril maupun secara materil. Contohnya menyelenggarakan seminar motivasi untuk calon sarjana, dan acara-acara lainnya

Prof.Dr H. Makmur Syarif S.H, M.Ag. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang

diwawancarai wartawan Suara Kampus, (20/ 11). Mimi juga menjelaskan bahwa selain beasiswa untuk mahasiswa aktivis, Iluni IAIN juga akan memberikan bimbingan terhadap mahasiswa IAIN, seperti pelatihan wirausaha dan instansi negara nantinya. Rektor IAIN IB Padang Prof. Dr. Makmur Syarif S.H. M.Ag membenarkan pernyataan Mimi, menurutnya, Iluni IAIN sudah melakukan pergerakan dan berkonstribusi untuk kampus baik secara moril ataupun materil, “Alumni kita sudah memberikan konstribusi untuk kampus kita baik secara moril maupun secara materil. Contohnya menyelenggarakan seminar motivasi untuk calon sarjana, dan acaraacara lainnya”. Ujar Rektor ketika diwawancarai wartawan Suara Kampus, Jum’at (16/11). Walaupun sudah dengan bermacam konstribsi yang diberikan Iluni IAIN kepada kampus seperti yang dikatakan Iluni dan Rektor tetapi realitanya banyak mahasiswa, dosen bahkan Iluni IAIN itu sendiri yang sampai sekarang masih tidak tahu tentang Iluni dan keberadaan Iluni IAIN. Seperti yang disampaikan Hadison Mahasiswa Tadris IPS, “Secara umum mahasiswa tidak tahu tentang Iluni” Ujarnya ketika diwawancarai suara kampus, Selasa (06/11). Dikalangan dosen sendiri juga mengaku ketidaktahuannya tentang Iluni, seperti yang disampaikan Dosen Fakultas Syari’ah, Al Fadli, banyak mahasiswa dan alumni IAIN

calon sarjana yang diadakan oleh Iluni IAIN, Ujarnya. Apakah Iluni IAIN itu ada atau tidak?, apakah hanya sekadar ada atau sudah ditiadakan?. Hal inilah yang menjadi tanda tanya besar untuk Iluni IAIN sekarang, karena masih banyak kalangan yang tidak tahu tentang Iluni IAIN , baik mahasiswa, dosen bahkan alumni itu sendiri. Nyaris sekali ketika Iluni dari sebuah lembaga besar yang ternama dengan para intelektual tinggi tidak dikenal orang yang ada di lembaganya sendiri. Jangankan untuk dikenal diluar, dalam lembaganya sendiri masih belum dikenal. Iluni IAIN sekarang tidak mempunyai arti apa-apa dimata masyarakat kampus, seperti yang dikatakan Rifka Abadi, SE, MM, “Iluni IAIN tidak punya arti apa-apa. Kalau Iluni IAIN hanya dirintis untuk agenda-agenda tahunan bisa dipastikan Iluni IAIN tidak akan memberikan efek positif kepada alumni itu sendiri. Dan seharusnya Iluni IAIN itu bisa memberikan dampak yang positif terhadap alumni dan kampus dengan memiliki spirit untuk membangun jaringan. Memupuk rasa kebersamaan, kekeluargaan antara Iluni dengan masyarakat kampus sehingga IAIN bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain. Bukan hanya sekedar kepengurusannya saja yang ada di Iluni, sedangkan program konkrit tidak ada”.Ungkapnya Ketika diwawancarai wartawan Suara Kampus melalui BBM. Apakah memang Iluni IAIN tidak mempunyai program atau tidak menjalankan

programnya karena disebabkan beberapa faktor, baik berasal dari Iluni atau dari pihak kampus. Sehingga masyarakat kampus tidak mengetahui dan melihat realisasi program Iluni.

dipertanyakan banyak kalangan karena memang kantor ataupun sekretariat Iluni IAIN itu sendiri masih belum ada sampai sekarang, padahal Iluni IAIN itu sendiri sudah berusia kurang lebih 24 tahun dengan empat kali pergantian pengurus. Seperti yang dikatakan Rektor kalau Iluni IAIN belum memiliki kantor atau sekretariat Iluni, “Iluni memang belum memiliki kantor”, ujar Rektor. Melihat kondisi Iluni kita sekarang, sudah seharusnya mereka berbenah dan berfikir untuk kemajuan kampus kedepan. Sehingga bisa dirasakan manfaat dan pengaruhnya kedalam kampus. Melihat banyak fenomena yang terjadi banyak harapan yang tertompang kepada Iluni IAIN untuk kedepannya. Rektor IAIN mengungkapkan, harapan besar kepada semua Iluni kita. Dengan adanya Iluni IAIN di berbagai daerah bisa mempermudah segala bentuk usaha kita dalam memajukan IAIN kedepannya. Semoga program ILUNI yang telah ada di lanjutkan sesuai kebutuhan IAIN dan mudah-mudahan Iluni IAIN segera memiliki kantor. “Semoga Iluni menjadi penggerak bagi IAIN dan segera memiliki kantor,” ujar Rektor ketika ditemui wartawan Suara Kampus di ruangannya. Harapan Rektor disambut baik Bendahara Iluni IAIN, Mimi Suharti. Ia mengatakan untuk kedepan kami berharap kepada Rektor agar mendirikan kantor untuk Iluni IAIN agar tidak seperti sekarang, kami bekerja sambil jalan. Saat ini Iluni IAIN

Sebagai Iluni harus bisa menjadi penyemangat bagi adik-adik. Mempergunakan kesempatan yang ada seperti mewadahi dan ikut serta dalam event-event yang dilaksanakan pihak kampus ataupun mahasiswa Emma Yohana Wakil ketua ILUNI IAIN IB Padang

Pengaruh Iluni sangat besar kepada lembaga dan orang-orang yang ada didalamnya, dimana untuk mengekspos dan mengenalkan kampus keluar itu Iluni itu juga harus ikut beperan. Sesuai dengan yang dikatakan Emma Yohana, selaku Wakil Ketua Iluni IAIN IB Padang, dalam rangka mensosialisasikan IAIN kepada masyarakat dibutuhkan kerja sama dari semua alumni, jika nama alumninya baik maka akan berimbas kepada almamaternya. Iluni merupakan wadah untuk mensosialisasikan IAIN ke daerah-daerah luar dan memudahkan jaringan komunikasi antara alumni yang ada. “Iluni sebagai Link untuk keluar,” ujar Emma Yohana saat diwawancara melalui telepon, Selasa (20/11). Memang seyogyanya Iluni harus seperti itu, tetapi untuk Iluni IAIN itu semua belum teraplikasikan dan belum dirasakan sama sekali oleh masyarakat kampus, seperti yang di katakan Mantan Ketua HMP IPS, Kalau Iluni memang untuk pengembangan ekpos keluar, namun untuk aplikasinya pada saat sekarang ini belum ada. Iluni IAIN belum memberikan kontribusinya kedalam, baik kontribusi untuk pembangunan kampus IAIN atau konstribusi untuk mahasiswa, perkembangannya Iluni pun tidak tampak, mereka hanya sekedar nama yang mengumbar-umbarkan seolah-olah Iluni itu ada, yang istilahnya peduli terhadap IAIN, Ungkapnya ketika diwawancarai wartawan Suara Kampus di Fakultas Tarbiyah. Wajar saja keberadaan Iluni IAIN masih

sudah memiliki Website namun kantor yang selalu menjadi kendala bagi kami. “Semoga kita bisa bekerja sama dalam memajukan IAIN kedepan,” tuturnya. Dalam hal ini Emma Yohana meminta, Iluni IAIN dapat menjadi motivasi bagi generasi selanjutnya, sebagai Iluni harus bisa menjadi penyemangat bagi adik-adik. Mempergunakan kesempatan yang ada seperti mewadahi dan ikut serta dalam eventevent yang dilaksanakan pihak kampus ataupun mahasiswa. “Kita harus dekat dengan adik-adik mahasiswa,” Tutup Anggota DPD RI ini yang juga merupakan bagian pengurus Iluni. Alhafis Ahmad Sukri, Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) Fakultas Adab mengharapakan hal yang sama, agar Iluni IAIN dapat mamberikan sumbangsih untuk perkembangan IAIN kedepannya, mengakomodinir kebutuhan mahasiswa dan bisa menjadi tempat bertanya. “Saat sekarang ini sangat sedikit sekali Mahasiswa yang mengenal alumni mereka, nyaris kita lihat tidak ada alumni yang mampu terjun kebawah untuk mengakomodinir mahasiswa untuk bergerak menyelesaikan suatu permasalahan”. Ujarnya saat ditemui Suara Kampus. Editor : Ari Yuneldi Wartawan : Zulfikar Efendi, Ridho Permana, Indah Permata Sari, Witri Nasmita dan Lusi Sri Suhasti, Restu Mutia Sari, Elvi.


Anak Bangsa Kurang Memaknai Jasa Pahlawan Meskipun peringatan hari pahlawan telah berlalu 10 November kemarin, namun peristiwa bersejarah itu seyogyanya menjadi acuan besar bagi bangsa ini. Dari semangat perjuangan para pahlawan kita, mereka relakan darah, tenaga, pikiran mereka, untuk meraih kemerdekaan bangsa yang besar ini, seharusnya menjadi semangat bagi generasi penerus bangsa. “Bangsa yang besar dalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya Indonesia memang bangsa yang besar dan sangat menghargai jasa pahlawannya. Setiap tahun peringatan hari pahlawan selalu meriah. Nama para pahlawan kita hidup dan dikenang serta diabadikan di tengah-tengah masyarakat. Walaupun demikian bukan berarti tanggung jawab dan perjuangan kita cukup sudah sampai di sini. Kita jangan jadi penikmat saja dan tidak mau tahu dengan keadaan. Realita hari ini banyak masyarakat yang mengetahui kondisi bangsa sedang krisis, tetapi me-

reka tidak mau tahu. lihat saja setiap waktu ada saja persoalan baru diwajah media-media. Baru-baru ini kita dikejutkan dengan laporan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyerahkan lima nama tambahan kepada Badan Kehormatan DPR atau BK DPR, Rabu (7/11/2012), terkait anggota DPR yang diduga melakukan pemerasan. Pemerasan dan korupsi kaum intelektual sungguh memalukan bangsa ini, yang susah payah diperjuangkan para pahlawan. Namun para pemimpin kita tidak mau tahu itu. Sungguh, kita harus perjuangkan bangsa ini dari para pemimpin hantu korupsi dan setan pornografi. Seperti pesan Bung Karno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah perjuanganmu akan lebih susah karena melawaan bangsamu sendiri.” Mestinya kita tahu dan mau tahu dengan adanya peringatan hari pahlawan itu, karena kembali menyapa rakyat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa, baik itu pelajar, pemuda, maha-

Ariyanto Sekum Badan Kesatuan Pemuda-pemudi Islam (BKPI ) kota Padang

siswa, masyarakat pada umumnya. Hari Pahlawan adalah sebuah momentum reflektif bagi para generasi penerus bangsa untuk kembali memikirkan bangsa Indonesia. Para generasi penerus bangsa yang selama ini disibukkan dengan berbagai hal, ditegur kembali dengan sapaan hangat dari para pahlawan kusuma bangsa lewat momentum hari pahlawan ini. Itu lah sesungguhnya makna yang hendak disampaikan dari hari pahlawan. Kalau dahulu para pahlawan melawan penjajah yang datangnya dari luar, tetapi saat ini kita melawan penjajah yang datang dari dalam. Musuh kita saat ini adalah diri kita sendiri yaitu nafsu-nafsu kita yang menutupi pikiran sehat.

Saat ini kita semakin terbengkalai oleh keinginan-keinginan nafsu yang tidak mau tahu itu. Kita semakin sibuk mengejar keinginan diri. Sudah kaya ingin bertambah kaya, maka korupsi, menindas hak orang lain, akhirnya menjadi pilihan hidup. Jabatan kita sudah tinggi, tetapi ingin lebih tinggi lagi. Akhirnya kita saling menjatuhkan, serta saling menuding satu sama lain. Itu lah sederetan hal yang cukup mewakili tujuan nafsu-nafsu kita. Sesungguhnya masih tersimpan banyak keinginan-keinginan yang hendak kita utarakan. Namun saat ini keinginan itu masih berada dalam relung ide yang pada saatnya keinginan itu harus kita penuhi. Maka jangan heran kalau kecerobohan terus melanda negeri ini. Apa yang dikatakan Emha dalam puisinya “sesudah ditindas kita mempersiapkan diri untuk menindas”. Barangkali memang benar adanya. Sebab bisa kita prediksi bagaimana buruknya nasib bangsa ini meski beberapa kali berganti tampuk kepemimpinan. Rasanya tak perlu bicara ba-

nyak tentang sejarahnya para pahlawan kita, perjuangan mereka itu dirintis oleh orang-orang yang alim, diperjuangkan oleh orang-orang yang ikhlas, dimenangkan oleh para pemberani, namun sering kali hanya dinikmati oleh para pengecut seperti para koruptor di negeri ini, maksud penulis merekalah orang-orang tahu tetapi tidak mau tahu, tak mau tahu dengan hak-hak masyarakat yang sedang sakit memekik keadilan negeri ini. Nah, kiranya kita adalah orangorang yang tahu dan mau tahu. Sebagai kaum akademis, pemuda dan siapa pun kita tentunya punya peran dan gerakan yang begitu penting untuk perubahan sebuah bangsa menjadi lebih baik. Sejatinya kita harus cepat bergerak paling tidak mampu mengukir prestasi yang di mulai dari diri kita dari hal sederhana namun kaya makna, dari hal biasa namun luar biasa, dari bangsa yang di jajah menjadi bangsa yang gagah dan menggugah, dari bangsa yang korup menjadi bangsa yang ma’ruf (lebih baik) begitu idealnya.

Pahlawan :

Defenisi “Politik” & Definisi “Sejarah” Oleh : Muhammad Ilham Ketua Jurusan SKI Fak. Adab dan Ilmu Budaya IAIN Padang Suharto dan rezimnya telah jatuh, namun nama reformasi justru identik dengan segelintir orang. Terkadang, sejarah butuh tumbal untuk merubah arah geraknya. Pahlawan, merupakan konsepkata yang mengandung aura heroik-emosional. Di kota kecil atau besar, selalu ada taman makam pahlawan. Mereka dimakamkan lewat upacara. Salvo ditembakkan ke udara, di atasnya diletakkan karangan bunga. Bak kata penyair Chairil Anwar “Mereka telah beri apa yang mereka punya.” Nyawa. Apa yang lebih berharga dari pada nyawa? Mereka telah hembuskan napas terakhir tanpa mengharapkan hadiah dan imbalan “Tak mengharapkan pahala ataupun piala,” meminjam istilah penyair Seno Gumira Adjiedharma. Bersimbah darah dan terguling di tanah. Untuk apa mereka mati kalau bukan untuk kita (agar) hidup lebih baik. Tidak semua pahlawan dimakamkan di taman makam pahlawan. Di antara mereka ada yang dimakamkan di pekuburan biasa dan tak sempat dikuburkan dengan prosesi salvo serta deraian air mata. Tapi di mana pun mereka tetap dikenang oleh sejarah dan oleh mereka yang masih hidup. Pernah suatu ketika, sekitar satu-dua tahun lalu, seorang dokter perempuan meninggal di pedalaman Papua. Dokter ini baru pulang menjalankan tugasnya menolong seorang perempuan yang melahirkan. Jarak antara rumah dinasnya dengan rumah perempuan yang mau melahirkan tersebut sekitar 5 jam dengan kendaraan. Setelah menolong perempuan di sebuah daerah terisolir, si dokter ini kemudian pulang. Di tengah per-

jalanan, mungkin karena letih, mobil yang dikendarainya masuk jurang. Ia meninggal. Beberapa hari kemudian, berbagai media massa mengabadikan keluhurannya dalam menjalankan tugasnya, tepatnya tugas negara. Sebagai abdi negara melayani masyarakat. Ending-nya begitu inspiratif. Sebuah dedikasi yang tulus lagi militan. Si Dokter muda nan cantik ini, dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (saya lupa, apa nama TPU-nya). Beberapa minggu selang kemudian, seorang prajurit TNI meninggal dalam sebuah latihan menerbangkan pesawat/jet tempur. Pesawat yang diterbangkannya jatuh. Si prajurit muda ini kemudian meninggal di tempat (artinya, meninggal setelah menghantam daratan). Sebagaimana biasa, beberapa media massa kemudian memberitakan peristiwa tragis ini. Prajurit muda ini meninggal dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. Saya merasakan, porsi pemberitaan antara kematian dokter muda dan prajurit muda ini relatif seimbang. Tapi ada yang cukup berbeda. Si dokter muda yang meninggal sebagai abdi negara, dimakamkan di TPU, sementara prajurit ini dimakamkan di Taman Pahlawan (saya lagi-lagi lupa, di Taman Makam Pahlawan mana ia dimakamkan). Mayoritas Pahlawan berasal dari kalangan militer. Menurut Asvi Warman Adam (2009), Taman Makam Pahlawan Kalibata, misalnya, “dihuni” oleh lebih kurang sekitar 7.000 orang tokoh. Enam ribu di antaranya, lebih kurang, berasal dari kalangan militer. Ini pun didominasi Angkatan

Darat. Dari kalangan sipil hanya berjumlah 1/7-nya. Di antara 1/7 dari kalangan sipil ini, hanya 23 orang yang merupakan Pahlawan Nasional, di antaranya Haji Agus Salim. Di Taman Pahlawan Kalibata ini pula, bersemayam pahlawan “tercepat”, yaitu Jenderal Basuki Rahmad (yang kala saya belajar PSPB waktu SD dahulu dianggap sebagai orang yang “menggertak” Sukarno mengeluarkan Supersemar bersama-sama dengan Jenderal Amirmachmud dan Jenderal M. Yusuf). Jenderal Basuki Rahmad dinyatakan Soeharto sebagai pahlawan pada hari kematiannya. Pada era Demokrasi Terpimpin, 36 orang dari 49 pahlawan berasal dari ernis Jawa. Pada masa Orde Baru, dua pahlawan yang “terdorong” diberi label pahlawan oleh rezim Soekarno yaitu Alimin dan Tan Malaka, justru “dicekal”. Nama mereka berdua yang dianggap tokoh “kiri” ini tidak ada dalam Buku Riwayat Hidup Pahlawan Nasional yang dipergunakan di sekolah-sekolah. Dan biasanya, para pahlawan yang sering terlihat gagah dalam buku ini adalah pahlawan-pahlawan dengan baju-baju militer (khususnya Angkatan Darat).

Mengapa banyak militer yang menjadi pahlawan? Jawabannya terdapat pada defenisi pahlawan itu sendiri sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 33 tahun 1964. Pahlawan, menurut Peraturan Presiden ini, adalah : (a). warga Negara RI yang gugur dalam perjuangan yang bermutu - dalam membela bangsa dan negara. (b). Warga Negara RI yang berjasa membela bangsa dan negara yang dalam riwayat hidupnya tidak pernah ternoda oleh suatu perbuatan yang membuat cacat nilai perjuangannya. Kriteria pertama, (pasti) mengacu pada militer, yang kedua pada kalangan sipil. Peluang militer jadi pahlawan lebih banyak seperti yang dikategorisasikan oleh defenisi di atas. Sedangkan bagi kalangan sipil, masih diganjal dengan ketentuan “tidak ternoda”, yang ditujukan pada tokoh-tokoh yang terlibat dalam beberapa pemberontakan seumpama PRRI/Permesta badan lain-lain. Jadi jangan heran, bila Muhammad Natsir yang “curiculum vitae”nya melebihi cum untuk menjadi seorang pahlawan, justru “terseok-seok” mencapai gelar pahlawan tersebut. Itu pun baru diperolehnya setelah pernah gagal diusulkan oleh banyak komunitas masyarakat. Bandingkan dengan Jenderal Basuki Rahmad di atas, yang tak sampai satu hari memperoleh gelar pahlawan setelah ia meninggal, yang hanya dikenang sebagai “bodyguard” Soeharto dalam mengusahakan Supersemar yang debatable hingga hari ini tersebut. Bandingkan dengan Syafruddin Prawiranegara, Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang hingga hari

ini (setahu saya), belum diakui sebagai pahlawan. Padahal PDRI yang mengambil lokasi di “somewhere in the jungle” di daerah Sumatera Barat tersebut dianggap sebagai “penyelemat Republik” sehingga RI tetap eksis walaupun Soekarno-Hatta telah ditangkap Belanda di Yogyakarta. Syafruddin Prawiranegara menjadi Ketua PDRI dan kabinetnya terdiri dari beberapa orang menteri. Meskipun istilah yang digunakan kala itu adalah Ketua, tapi kedudukan dan fungsinya sama dengan Presiden. Karena ini pulalah, sejarawan Asvi warman Adam dan beberapa sejarawan lainnya menganggap bahwa Susilo Bambang Yudhoyono bukan Presiden RI yang ke-6, tapi yang ke-8 (Soekarno, Syafruddin Prawiranegara, Mr. Asaat, Soeharto, Bj. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan SBY). Persyaratan untuk memperoleh “kapling” di Taman Makam Pahlawan, selain dari Pahlawan Nasional, adalah orang yang pernah mendapatkan tanda jasa seperti Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputra, Bintang Gerilya, Bintang Utama, Bintang Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat), Bintang Swa Bhuana (Angkatan Udara), Bintang Jalasena Utama (Angkatan Laut) dan Bintang Bhayangkara (Polisi). Selain faktor politik, tersebab inilah, daftar “penghuni” Taman Makam Pahlawan didominasi militer. Tapi 10 November menjadi hari “keramat” untuk para pahlawan. Selalu ada pahlawan yang “datang”, walaupun terkadang pahlawan itu dimunculkan belakangan.[]


Cium Kaki Ibumu, Tunggu Keajaiban Judul : Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu Pengarang : Mari Hidayah Penerbit : Cable Book Cetakan Pertama : Oktober 2012 Tebal : 148 Halaman ISBN : 978-602-7558-36-6 Resensiator : Fitria Marlina

Se t i ap ki t a past i me mi l i ki c ara masing-masing dal am me nye nangkan orang tua, terutama ibu. Ibu yang menga ndung ki t a se l ama s e mbi l an bulan dan membesarkan kit a di duni a de ngan berbagai pe ndidikan yang diberikan kepada kita, baik pendidikan langsung at aupun pendidi kan yang dilakukan melalui pe rant ara orang lai n. Pendidikan yang diberikan seorang i bu t i dak me nge nal l e l ah dan l e t i h, s e bagai m a n a ungkap a n s e buah l a g u “R ibua n kil o ja l a n yang kau tepuh, lewati rintan gan untuk aku anakmu, ibu ku sayang masih terus berja l a n , wa l a u t a p a k k a k i , penuh darah, panuh nanah,”

Dari lirik lagu di a t as da pat ki t a l i ha t , b agai mana

perjuangan dan kei n gi n an seorang i b u agar ana knya bi sa me nj adi l e bi h bai k dari diri nya di masa depan, wal aupun be l i au harus berjuang dengan segala car a un t uk m e me n uhi segala keinginan anaknya. Buku, “Surga di bawah telapak kaki Ibu,” karya Mari Hi dayah me mang kurang me nari k j i ka pe mbaca me l i hat nya

hanya dari cover, karena judul buku ini sud ah san gat a krab de ngan t e l i nga pembaca. Namun ki ta akan menemukan sisi lain dari buku ini, dia ti dak hanya me m bahas se ca ra d e t ai l t e nt ang perjuangan ibu dalam mendidik seorang ana k, n amun j uga bagai ma na a gar menjadi orang tua yang berhasil dalam mendidik ilmu dunia dan akhirat. Dalam buku ini juga digambarkan se cara me ndal am b agai mana s e orang anak be rsi kap bai k dan santun kepada ke d ua or ang t ua, t e rut ama i bu, a gar memperole h kehidupan yang l ebih baik di dunia dan akhirat. Selain itu, buku ini juga dil engkapi dengan be rbagai kisah inspi rat if yang ada di masa Rasul ull ah dan masa sahabat. D i sampi ng i t u, pe nul i s i ngi n me nya mpai kan pe san ke p ada pe mb aca bahwa orang tua, terutama ibu memiliki t empat yang luar bi asa di mata I sl am, se bagai mana Rasul ul l ah me nye but kan kal i mat i bu s e banyak t i ga ka l i , b aru kal i mat ke empat ayah, se bagai orang yang harus dihormat i dalam kehi dupan ki ta. Pe n ul i s j uga me m be ri kan se di ki t gambaran dan ki sah-ki sah t e nt ang orang-orang yang be rbakti kepada ke dua orang tua, terutama ibunya.[]

Bercinta di Negeri Fir’aun Moskow, Mei 2012 Langit Moskow tampak cantik bercahaya, matahari juga yang semburat masih enggan beringsut ke ujung barat. Gor e s a n -go r e s a n awan putih pun seperti larik-larik dalam bait cinta yang cerah mempesona tapi ket e r pe so naan ku seketika lesap. Jika ditanya soal minat, sebenarnya aku tidak berminat sama sekali datang ke tempat kelahiran usia 15 tahun aku berada di Kairo. Segala perihal tentang Negeri tempat Fir’aun pernah bertahta itu sudah kekal di ingatanku termasuk bagaimana ibuku melakukan perselingkuhan diamdiam dengan laki-laki yang lebih muda dari padanya. Haaah! Sangat menyakitkan teringat hal ini”. Ivan Mustofa –alumnus Universitet Imeni M.V Lomonosova, Rusia. Mendapatkan tugas untuk menjadi tenaga ahli di cabang LUKOIL Mesir. Hatinya agak ragu tapi apa boleh buat. Tugas tetaplah keharusan yang wajib dipertanggung jawabkan. Dan di Bandara Domodedovo dia bertemu seorang wanita. Terlihat anggun sekali, perempuan berdarah Rusia dan Mesir itu bergetar oleh seorang

lawan jenisnya (Farisa). Seperti ada yang pertama kalinya yang menawan jiwa lelaki berdarah Rusia dan Mesir itu. Bergetar oleh seorang lawan jenisnya (Farisa). Seperti ada

yang menarik kuat pada wanita itu. Sementara di Kairo sana, Anggelina Tressilia seorang wanita muda pemeluk agama Kristen Katolik Ortodoks yang sangat sabar menunggunya. Meskipun seorang muslim, Ivan selama sepuluh tahun lebih dia mendapat dukungan kuat dari Abbas William, Pendeta di Gereja Ortodoks Koptik dan juga Anggelina untuk meluruskan keinginannya itu. Bahkan dia sering berdebat dengan wanita berjilbab yang ditemuinya di Bandara Domededovo tempo hari beberapa hal dalam Islam. Namun, dibalik

perdebatan itu ada rasa sayang dan saling suka antara keduanya. Banyak kejanggalan-kejanggalan yang Ivan rasakan dalam Agama Islam “Pertama, soal ketidak jelasan Allah Swt. Padahal dikatakan bahwa dia itu wujud. Kedua, doa yang tidak terkabul padahal dia berfirman niscaya akan mengabulkan permohonan makhluknya. Ketiga, pelemparan iblis ke api neraka sebagai hukuman pedih. Padahal iblis juga berasal dari api. Mana mungkin makhluk dari api merasakan panas ketika bersentuhan api. Keempat, salawat. Padahal Nabi Muhammad sudah dijamin masuk surga, tapi mengapa kita diperintahkan mendoakannya dengan ulama? Mengapa tidak menziarahi dan me ndoakan orango r a n g y a n g b an ya k doanya. Belum lagi ia merespon kata-katanya, Azan Isya berkumandang. pembicaraan kami terhenti, itu lah petikan bantahan-bantahan Ivan yang diutarakannya kepada Farisa tentang kejanggalan yang dirasakan Ivan dalam Islam. Novel ini, “Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo” merupakan karangan dari Mahmud Jauhari Ali (MJA) yang dilahirkan di Banjar Masin. Novel ini menceritakan tentang seorang lelaki dan perempuan yang tidak disetujui hubungannya oleh ayah laki-laki tersebut. Dikarnakan ayahnya tidak mau putranya menikah dengan seorang wanita Kairo (Farisa). Ia menganggap wanita Kairo tidak berhasil dalam menjalin hubungan cinta, layaknya

ibunya yang berselingkuh. Namun keteguhan hati Ivan terhadap Farisa. Ia membuktikan bahwa fitnahan-fitnahan tersebut tidak benar. Hingga akhirnya ayahnya sadar dan menyetujui hubungan mereka. Melalui Novel ini penulis tidak hanya sekadar bercerita, tapi juga memberikan hikmah dan pelajaran kepada pembaca. Gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami. Alur cerita yang digunakan penulis juga begitu lugas sehingga setiap pembaca terkesan ingin terus membacanya dan ingin segera menamatkan bacaannya.[]

Judul Buku : Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Tebal Buku : 214 Halaman Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Oktober 2012 Penerbit : Araska Penulis : Mahmud Jauhari Ali Harga : Rp.31.000,Resentator : Iis Sholihat Damanik


Talkshow Tutup Rangkaian Hari Jadi Suara Kampus SuaraKampus- Berbagai macam lomba memeriahkan HUT Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus IAIN Imam Bonjol Padang ke-34. Diantara lomba yang diadakan adalah lomba Cerdas Cermat, Photografi, Mading, dan Opini kemudian di akhiri dengan acara Talkshow pada (24/11) di Gedung Serba Guna (GSG) IAIN Imam Bonjol Padang (22-24/11). Menurut Ababil Gufron Pemimpin Umum Suara Kampus, “Tujuan utama dari peringatan ulang tahun ini untuk mempererat silaturahmi keluarga besar Suara Kampus,” ketika ditemui di Blok M saat meninjau persiapan acara Rabu (21/11). DijelaskanYulia Vita Ramayona Ketua Panitia HUT LPM Suara Kampus, “Banyak lomba yang dilaksanakan untuk memeriahkan HUT LPM Suara Kampus, dan untuk persyaratan mengikuti lomba Cerdas Cermat dan Photografi adalah harus berasal dari mahasiswa IAIN. Untuk lomba Photografi, mereka memotret kondisi IAIN yang berbentuk berita foto. Sementara peserta lomba mading adalah siswa tingkat SLTA se Kota Pa-

Fachrur Rasyid dan Pembantu Rektor I sepakat mendukung kreatifitas suara kampus ke depan sabtu, (24/1)

dang. Dan lomba opini untuk seluruh LPM yang ada di se Sumatera Barat”.

“Setip ulang tahun Suara Kampus selalu mengadakan acara ini dan menghadirkan orang-orang

foto : Ridho P

besar Suara Kampus, mereka adalah alumni Suara Kampus yang pernah bergelut dan membesarkan

nama Suara Kampus seperti Adek Sudarmadji, Yulizal Yunus, Fachrul Rasyid, Elfiyon, Abdullah Khusari, Zelfeni Wimra, Iswanto JA, Ade Faulina,” ujar Vita. Terkait acara HUT LPM Suara Kampus dibuka oleh Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah, Drs. Welhendri Azwar, M.Si. Dalam sambutannya Welhendri menyampaikan permintaan maaf Rektor IAIN Prof. Dr. Makmur Syarif. S.H. M.Ag., karena tidak bisa menghadiri acara, sebab rektor sedang di luar kota. Kemudian Ia juga berharap agar Suara Kampus bisa lebih dewasa baik dalam dirinya maupun dalam pemberitaannya. “Semoga Suara Kampus lebih dewasa dalam segala bidang,” ujarnya di GSG, Kamis (22/11). Sementara itu, Pembina Suara Kampus Abdullah Khusairi, MA mengatakan, “Saya berharap agar lembaga ini bisa menyuarakan Kampus IAIN, bukan hanya kampus tapi juga negeri ini. Selain itu Suara Kampus bisa dijadikan referensi bagi masyarakat kampus,” dalam sambutannya ketika acara HUT LPM Suara Kampus.[]

EKSPO UKM se IAIN KURANG DAPAT PERHATIAN SuaraKampus- Ekspo UKM se IAIN Imam Bonjol Padang yang diselenggarakan selama satu minggu sejak Senin-Sabtu (05-10/ 11) lalu di Gedung Serbaguna (GSG) tanpa penutupan secara resmi oleh pimpinan IAIN Imam Bonjol Padang Sabtu (10/11). Ekspo UKM merupakan acara tahunan yang diadakan oleh UKMUKM di IAIN guna memberitahukan dan mensosialisasikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kepada masyarakat kampus. Acara ini sangat berguna untuk meningkatkan kreatifitas mahasiswa sekaligus mempererat silaturrahmi antara sesama anggota UKM. “Ekspo sangat penting karena merupakan waktu untuk sosialisasi dan pemberitahuan kepada masyarakat kampus tentang Unit kegiatan Mahasiswa (UKM)” ujar Dr. Firdaus, M. Ag, Dekan Fakultas Adab, ketika membuka acara Ekspo 2012, mewakili Rektor IAIN

Imam Bonjol Padang, Senin (05/ 11). Berbagai kegiatan yang dilaksanakan ketika Ekspo UKM. Kegiatan ini diadakan masingmasing oleh UKM yang ada di IAIN untuk menarik minat mahasiswa menjadi anggota UKM-nya. Walaupun sempat diundur, namun Ekspo 2012 akhirnya terlaksana. Febry mengaku, terdapat beberapa kendala dalam Ekspo yaitu,

persiapan waktu, tempat, teknis acara, pendanaan dan tidak adanya sponsor dalam acara ini. “Berkenaan masalah dana Ekspo 2012, murni dari iyuran seluruh UKM sebesar Rp 300.000,00/ UKM. Meskipun dihari kelima Ekspo (05/10) Pembantu Rektor II Bidang Akademik, Prof. Dr. H. Salmadanis, M.Ag mengunjungi acara Ekspo, namun ketika acara penutupan tidak satupun pimpinan atau

yang mewakili datang. Acara penutupan Ekspo yang direncanakan Sabtu (10/11) pukul 16.00 WIB akhirnya tertunda hingga pukul 21.00 WIB malam karena menunggu pimpinan IAIN atau yang mewakili untuk menutup acara. Penutupan akhirnya dilakukan sendiri oleh panitia dan ditutup oleh Wale Emperan Hasan Subang Lamanepa di Gedung Serba Guna IAIN IB Padang, Sabtu, (10/11). “Saya sangat kecewa kepada pimpinan kampus IAIN yang tidak bisa hadir dalam acara penutupan ini, menurut saya IAIN Imam Bonjol sudah kehilangan imam,” ujar Adek Sudarmaji alumni LPM Suara Kampus dalam diskusi bersama seluruh peserta setelah acara penutupan. Kemudian Muhammad Taufik alumni Fakultas Syari’ah mengatakan, “Saya kecewa dengan kejadian ini, pihak kampus tidak menghormati acara ini”. Menu-

rutnya semangat mahasiswa sekarang telah hilang, sebab dahulu mahasiswa yang berada dalam UKM adalah anak emas. Namun sekarang sulit untuk dijumpai hal semacam itu. Dikatakannya, “Dalam hal ini mahasiswa harus melakukan penyimpangan positif demi mencapai sebuah perubahan” ketika peutupan. Kekecewaan juga dirasakan panitia, Ketua Panitia Ekspo 2012, Febry Handry mengaku, “Panitia sudah memberikan undangan kepada seluruh pimpinan IAIN, Senat Fakultas dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) selingkungan IAIN, tetapi mereka tak banyak yang hadir”. “Untuk pimpinan IAIN tidak ada seorang pun yang datang, namun panitia berfikiran positif saja terhadap semua undangan yang berhalangan tidak hadir,” pungkasnya.[] Laporan Sri Handini: Ridho Permana

DIES NATALIS IAIN Imam Bonjol Ke-46 SuaraKampus- Menyambut HUT ke-46 IAIN Imam Bonjol Padang mengadakan seminar, jalan santai, bakti sosial, donor darah, Volly, badminton, dan penghijauan di kampus III pada SabtuSenin (3/11-17/12) mendatang. “Secara realita (Defacto) beberapa kegiatan Dies Natalis telah dilaksanakan, untuk persiapan unit kerja telah kami laksanakan dengan dilaksanakannya seminar di berbagai fakultas,

kemudian pada hari puncak Dies Natalis akan dilakukan seminar bersama di institut dan bergabung dengan pasca sarjana bersama Anggota DPD RI Irman Gusman “ujar Prof. Dr. H. Awiskarni Ketua Panitia Dies Natalis IAIN, Selasa (06/11). Terkait Dies Natalis Wakidul Kohar selaku Koordinator publikasi mengatakan “Rentetan acara 1 bulan Dies Natalis ini untuk mengembangkan IAIN, spirit baru

IAIN kedepan sesuai tuntutan global.” Selain itu Kohar juga menambahkan, “Dalam Dies Natalis juga akan dilaksanakan Pidato Ilmiah tentang penemuan-penemuan gagasan baru,” Senin (05/11). “Acara Dies Natalis ditutup dengan Diesrade dalam acara sidang senat terbuka, dalam diesrade berisikan laporan rektor atau Pertanggung Jawaban Akhir Tahun (PJAT) baik itu akademik, keuangan, semua program-pro-

gram yang sudah dilaksnakan termasuk pembangunan fisik,” tegas Pembantu Dekan III ini. Awiskarni berharap semoga dengan bertambahnya umur IAIN kedepannya semakin lebih baik, “Ingat-ingat umur, apa yang telah dilakukan selama ini jadi pelajaran untuk lebih baik kedepannya,” ujar Direktur Pasca Sarjana ini. Terkait HUT IAIN, Prof. Dr. Makmur Syarif. S.H. M.Ag. mengharapkan, “Semoga dengan

Dies Natalis ini IAIN bisa lebih baik ke dapan, dan apa yang direncanakan bisa terealisasi seperti MoU tentang acara puncak HUT IAIN, pembangunan IAIN yang masih terkendala, juga pembangunan kampus tiga di Sungai Bangek” ketika mengunjungi redaksi LPM Suara Kampus Kamis (29/11) malam.[] Wartawan: Ridho Permana


Angin Sepoi-sepoi Oleh : Witri Nasmita Azan subuh berkumandang, Sukiman membangunkan istri dan anaknya, segera melaksanakan salat Subuh berjama’ah. Mereka melakukan kegiatan itu setiap hari. Selesai salat, Sukiman bergegas pergi ke luar rumah. “Hendak ke mana kamu, Pak?” ujar istrinya pelan. “Mau ke ladang Bu.” “Apa yang Bapak cari di sana pagi sekali. Matahari saja belum memancarkan sinarnya.” “Mencari lidi Bu, sapu lidi ini sudah tidak bisa terpakai lagi. Sudah tidak bisa sampah terbawa sama sapu ini.” “Tidakkah kau tunggu sedikit sinar matahari muncul Pak?” “Sesampainya di sana pasti sudah terang kok, Bu. Bapak tidak mau terlambat membersihkan kampus. Tidak enak dilihat Bu, pemandangan pagi penuh sampah, bisa menurunkan gairah belajar mahasiswa Bu. Berdosa kita Bu, jika dibiarkan sampah beterbangan dan menurunkan stamina beribu orang penuntut ilmu, sedangkan itu sudah menjadi tugas dan kewajiban kita.” “Mulia sekali hatimu Pak, begitu perhatiannya kau pada mahasiswa itu. Sedangkan anak kau tidak akan mungkin menjadi seorang sarjana.” “Nasib kita ada di tangan Allah, Bu. Kalau dia berkehendak semua akan terjadi Bu. Makanya, kita selalu berusaha dan berikhtiar pada-Nya, mudah-mudahan anak kita jadi dokter bahkan presiden.” “Ah, ngaco saja Bapak ini bicaranya.” “Ya sudah Bu, bapak berangkat dulu ya. Ibu nanti hati-hati ya bekerjanya jangan dipikirkan capeknya tapi pikirkan pahalanya ya Bu.” *** Sesampainya di ladang, Sukiman memanjat pohon kelapa, ia memotong beberapa buah pelepah kelapa itu. Kemudian dia campakkan daunnya, dia ambil satu persatu lidi yang telah dibersihkan. Setelah itu, dia menebang sebuah ranting pohon, diambil sebagai tangkai sapu lidi itu. Setelah selesai, dia bergegas melangkah menuju kampus. Ia tampak tergesa-gesa bak buronan yang sedang diincar. Sesampainya di kampus, ‘Alhamdulillah, saya belum terlambat,’ gumamnya dalam hati. Ia mengayunkan tangkai sapunya tiada satu pun sampah yang tersisa. Ia tidak tampak mengeluh dan merasa lelah membersihkan halaman bangunan yang seluas enam hektar itu setiap hari. Tampaknya, dia sangat senang dengan pekerjaannya itu. Tiada sedikit pun nampak rasa sesal dia menjadi seorang tukang sapu atau ingin beralih pekerjaan yang lebih layak. Hari sudah menunjukan pukul setengah delapan. Mahasiswa sudah memenuhi lingkungan bangunan itu. Namun, ia masih saja membersihkan halaman bangunan kampus itu yang masih belum bersih, bahkan sudah ada yang bertambah, karena hembusan angin menjatuhkan beberapa helai daun bahkan tangan-tangan nakal mahasiswa yang tidak bertangung jawab membuang sampah sarapannya sembarangan. Dia memandangi sekelompok mahasiswa yang sedang berbincangbincang setelah selesai sarapan. Banyak tumpukan nasi dan bekas botol minuman yang berserakan di dekat mereka. “Pak, kenapa kau hanya memandangi saja? Bukankah tugas kau membersihkan seluruh gedung ini,” bentak seorang mahasiswa. “Ia nak, ini saya baru saja mau melangkah ke sana,” sahutnya dengan senyum.

Pak, tanda terima kasih saya sudah diperbolehkan berdagang di sini.” “Jang…Jang…!!! Kamu bergurau saja. Saya bukan rektor di sini, saya hanya seorang tukang sapu, jadi mana berhak saya melarangmu berdagang di sini.” “Siapa bilang tidak berhak Pak? Bapak bilang sama Pak Rektor bahwa saya tukang buang sampah di sini. Pasti saya akan dilarang berjualan di sini, karena barang dagangan saya banyak sampah berserakan.” “Ach…. Itu biasa saja Jang. Kita boleh menghambat rejeki orang lain, pamali itu Jang.” “Nah, itu dia Pak. Tidak ada doa penolak rejeki Pak. Allah marah loh Pak, kalau menolak rejekinya. Maka ambillah segelas es cendol ini Pak.”

“Alasan saja kau Pak, bilang saja malas. Biar tak saya cariin penggantimu.” “Owi, lancang sekali mulutmu. Memang beliau kamu yang menggaji sampai kau berani mengatakan itu padanya. Sebagai mahasiswa kau sudah bisa berpikir. Anak TK saja membuang sampah pada tempatnya. Kau malah membuang sampah sembarangan bahkan berani menghina beliau yang telah bekerja tiga jam membersihkan halaman seluas ini. Sebelum kau bangun beliau sudah ada di sini,” bentak seorang dosen. Owi tidak menghiraukan dosennya itu, dia malah pergi tanpa permisi. Sukiman hanya tersenyum dan menyuruh sabar pada dosen itu. “Hari masih pagi Bu, tidak baik marahmarah Bu mengurangkan stamina mengajar nanti Bu,” ledeknya “Bapak ini bagaimana sudah di hina seperti itu, masih saja bisa tersenyum.” “Karena hanya dengan senyuman itu, saya bisa bersedekah Bu. Saya tidak mampu memberikan sedekah yang lainnya Bu. Gaji saya hanya cukup untuk kebutuhan anak isteri saya Bu, meskipun sering kali kurang. Tapi kami tetap bersyukur Bu,” tuturnya lembut. “Malaikat sekali hatimu Pak. Semoga Tuhan selalu memberikan riski padamu Pak. Silahkan dilanjutkan Pak.” *** Sukiman lalu melanjutkan pekerjaannya. Semua sampah tersapu bersih kemudian dibakarnya. Seandainya, dedaunan dan sampah itu bisa berbicara, mungkin dia akan berkata, kapan ya, sang bapak tua bangka berbadan kurus ini akan mati.

Sehingga kami bisa bebas hidup berkeliaran di sini. Di sekian banyaknya mahasiswa tidak ada seorang pun yang mau membantu bapak tua itu. Padahal, semua orang yang di sana mempunyai EQ yang tinggi dan taat beribadah. Tapi, di manakah hati nurani mereka. Untuk memberikan secercah rasa iba, dengan menyumbangkan seujung kuku tenaga untuk meringankan beban pada lelaki tua bangka itu. Alangkah rugi, tampaknya pengetahuan yang banyak dan ibadah yang taat itu memberikan bantuan kepada lelaki tua yang sudah digaji dengan sesuap nasi itu. *** Ketika sukiman sedang menyapu. Tibatiba ada seseorang yang menarik sapunya dan mencampakannya. Kemudian menarik Sukiman pada sebuah bangku yang sudah tampak rapuh. “Pak, istirahatlah dulu. Sudah dari tadi Bapak bekerja tanpa ada menghenyakan pantat sedikit pun. Semut saja yang suka berjalan, masih ada berhenti untuk istirahat sejenak dan bercengkrama dengan temannya,”ledek seorang pedagang es sambil menyodorkan sebuah gelas yang berisi es cendol.” “Saya tidak capek kok, Jang. Ambillah lagi saya tidak haus. Saya bawa bekal kok dari rumah tadi.” Elaknya dengan senyum sambil menyodorkan kembali segelas es cendol itu pada Ujang pedagang es situ. “Saya yang capek melihat bapak. Mondar-mandir terus, hingga pusing kepala saya memandangnya. Ambillah

**** Angin sepoi-sepoi masih menghembuskan daun-daun kering sehingga berjatuhan. Pemandangan itu, menggelisahkan mata Sukiman. Dia bergegas mengambil sapu lidi kesayangannya, lalu menuju sekelompok daun yang berjatuhan. Ketika dia sedang menyapu-nyapu. Muncul sebuah sepeda motor, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bruuukkkk….!!!! Motor itu menabrak Sukiman. Tubuh Sukiman dilindasnya. Kejadian itu mengemuruhkan suasana semua mata tertuju pada tubuh Sukiman yang sudah tidak berdaya. Sukiman dilarikan ke rumah sakit. Ternyata, Sukiman bisa diselamatkan. Namun kecelakaan itu merenggut kaki dan tangan sebelah kanannya. Dia dirawat sebulan di rumah sakit. Selama itu tidak ada orang yang mengantikan Sukiman. Kampus itu terlihat bangunan tua yang tidak berpenghuni. Dedaunan kering dan sampah berpesta pora menyambut hari kebebasan dari lelaki tua bangka itu. Seakan-akan mereka berkata “Akhirnya, si tua bangka itu musnah juga. Kita bisa bebas menikmati kehidupan yang begitu damai tanpa dia.” Sepulangnya Sukiman dari rumah sakit. Istrinya menggantikan dia membersihkan halaman seluas enam hektar itu. Istrinya sama seperti Sukiman tampaknya begitu telaten dan ikhlas seperti Sukiman melakukan pekerjaan tersebut. Walaupun dia sudah letih, karena sebelum berangkat menuju kampus. Ia membuatkan makanan untuk sarapan buat suami dan anaknya dulu. Ia masih bisa tersenyum membersihkan semua halaman bangunan yang sangat luas itu. Setiap istrinya pergi bekerja Sukiman pun ikut menemani agar istrinya mempunyai teman bicara dan tidak merasakan bosan melakukan pekerjaan itu. Dia duduk di atas kursi roda, ke mana arah istrinya menyapu, Sukiman pun mengikutinya dengan mendorong roda dengan tangannya yang hanya tinggal satu, sebelah kiri. Sukiman tidak merasa menyesal atas kecelakaan itu dan tidak dendam kepada si penabrak yang telah merenggut kaki dan tanggannya. Sehingga tidak bisa membuat dia beraktifitas lagi. Dia hanya berkata dan tersenyum dengan ikhlas. “Itu semua takdir. Tuhanlah yang menghendakinya, bukan mahasiswa itu. Dia hanya menjadi perantara atas semua. Saya senang sekali atas peristiwa ini, karena Tuhan masih mau menguji kesabaran saya dan membiarkan saya tetap hidup untuk berbuat kebaikan. Berarti Tuhan masih memperhatikan saya.”[]


Puisi oleh Gusti EL Mahasiswa Universitas Eka Sakti Semarang Kata dalam Sebuah Kata

Hanya Sebuah Saja Kidung Malam Hari telah menjadi petang Kisah-kisah malam terkenang Burung akan hinggap ke keranjang Mati sejenak tak berdentang Angin bersajak berteriak dalam kata Bersatu dalam sebuah raga berbaja Angin berhenti dalam sebuah kata Akankah kau bersama?

Ini bukanlah sebuah kata Ini juga bukan sebuah mantra Namun ini juga bukan sebuah mata Ya,iya, tidak, dalam bersama, jika ingin Akankah kau bersama Jika kau mau, saja Jika saja, kau mau Bersama kita Akankah kita bersama? Gunung, hampa bersama udara embun melangkah Janganlah kau, aku harap kau sebuah bata merah Yang tersipu malaikat maut Kapan?

Akankah kita bersama kasih Jika lamunan itu masih Tersimpan dala sebuah kisah sedih Yang buat kau dan dia berpisah Janji jalan akan semua bersama Menyatu dalam nada emosi membara Kita akan selalu hidup Langah kecil itu semakin terkoyak Dalam eluapan suku dayak Mengejar angin berhembus samudera Kita akan bersama, kasihku Walau kau akan bersama dalam raga Aku bukanlah hok gie

Aku juga bukan ok tiong ham Aku juga bukan tuhanmu Aku adalah hanya budak Yang berpagut pada hamba Maaf hanya sebuah kata tak berguna Sebuah kado indah untuk bidadari Pendamping raga dan kata Di kala semua embun terhempas

Pudarnya Jiwa Pahlawan Pada Diri Pemuda Indonesia Kata pahlawan berasal dari bahasa sansekerta: phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Pahlawan tidak hanya untuk negara, tapi juga bisa digunakan untuk semua bidang. Pahlawan keluarga, pahlawan pendidikan, dan pahlawan-pahlawan lainnya. Di Indonesia, hari pahlawan diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya. Sebagai bentuk penghargaan bangsa ini kepada anak bangsa yang telah memperjuangkan bangsa ini. Dilatarbelakangi terjadinya peristiwa heroik di Surabaya yang kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Pemuda! Secara biologis, yang digolongkan pemuda adalah mereka yang berumur antara 15 sampai dengan 30 tahun. Dari segi psikologis, kematangan seorang pemuda dimulai pada usia 21 tahun, sedang batasan manusia muda sebagai penerus generasi terdahulu menentukan usia antara 18 sampai 30 tahun dan kadang-kadang mencapai usia 40 tahun. Menyesuaikan dengan tingkatan usia yang terjadi pada setiap manusia, maka pemuda dapat digolongkan kepada tingkatan di antara akhir masa remaja sampai dengan akhir dewasa awal, atau dengan kategori usia berada antara umur 18 hingga 40 tahun. Pemuda memiliki kehebatannya tersendiri, menurut DR.Yusuf Qardhawi, “Ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa, bisa dikatakan seperti dinamit atau TNT bila diledakan. Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan. Di mana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pe-

ngibar panji-panjinya.” Begitu juga dalam sejarah Islam, tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus, karena jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat, yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad kebanyakannya membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda. Oleh karena itulah para sahabat yang masih muda -radhiallahu‘anhum- memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Di antara pemuda tersebut ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada ummat sebagai warisan dari Nabi mereka. Di sisi lain ada Khalid Ibnul Walid, Al-Mutsanna Bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus menerus ada dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada. Banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan. Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10, 12 tahun. Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan. Mereka punya

Alfian Zulmi Ketua Umum KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang peran penting dalam perjuangan. Di Indonesia, perjuangan kemerdekaan juga dipelopori dan di gerakkan oleh pemuda. Mulai dari perjuangan gerilya, melalui peperangan langsung, hingga perjuangan melalui diplomasi (melalui meja-meja perundingan) telah dilalui oleh pemuda dan pahlawan kemerdekaan Indonesia. Kita juga telah membaca petikan sejarah yang menggambarkan betapa luar biasanya perjuangan para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsanya, mereka yang dengan ikhlas mengorbankan segenap jiwa dan raga sampai tetes darah penghabisan. Semua itu demi satu tujuan: Kemerdekaan! Merdeka dari penghisapan, merdeka dari penjajahan, dan merdeka dari penindasan kolonial. Begitu besarnya peranan pemuda untuk perubahan di suatu bangsa. Bahkan hampir di setiap revolusi yang pernah terjadi di dunia, itu di pelopori oleh pemuda. Pudarnya Jiwa Pahlawan Pemuda Hari Ini Allah Swt. memberi kekuatan lebih kepada para pemuda supaya dapat memanfaatkan hidupnya lebih bermanfaat bagi dirinya dan banyak orang. Namun fenomena belakangan ini, kekuatan yang diberikan oleh Allah itu digunakan untuk yang tidak semestinya, melawan pada orang tua, mencuri, nge-drugs, pacaran, berzina, hurahura, party, balapan motor dan lain sebagainya. Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda Indonesia pada hari ini. Sudah sangat

banyak Indonesia kehilangan para pemudanya karena salah dalam menggunakan potensi dan kelebihannya. Jika kita menelaah pemuda dahulu, mereka adalah pemuda yang penuh semangat, berjuang untuk kepentingan orang banyak, selalu memanfaatkan waktuwaktu mereka untuk memikirkan ummat ini, gigih dalam perjuangan, dan menghargai setiap tetes peluh para pendahulunya, hingga mereka mampu untuk mempersembahkan kemerdekaan bangsa ini. Hari ini hal-hal tersebut hampir seluruhnya hilang dari diri pemuda Indonesia. Mereka lebih senang membuang-buang waktu mereka dengan nongkrong tidak jelas, tertawa lepas seakan tidak ada beban, padahal tidak tahukah mereka, bangsa ini masih butuh untuk mereka benahi. Karena bangsa ini adalah tanggung jawab mereka yang telah mereka warisi dari orang tua mereka. Pemuda hari ini yang suka duduk diam berjam-jam di warnet hanya untuk main game, padahal masih banyak diluar sana nasib ummat ini yang masih harus mereka perjuangkan kesejahteraannya, masih banyak diluar sana hak-hak saudara kita, hakhak bangsa kita yang telah dirampas dan dihinakan oleh orang-orang yang ingin menghancurkan bangsa ini, yang ingin menghancurkan ummat ini. Semangat mereka untuk melakukan perubahan sungguh telah pudar terbawa oleh arus perubahan zaman yang tidak pandang bulu untuk meracuni siapa pun yang tidak siap akan perubahan tersebut. Pemuda hari ini lebih suka duduk diam bermalas-malasan seolaholah hidup tanpa harapan, pemuda hari ini lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi mereka masing-masing dan melupakan nasib bangsa ini. Tidak tahukah mereka berapa juta rakyat Indonesia yang terbelenggu dalam kemiskinan, mereka yang tidak mampu sekolah, pengangguran yang menumpuk, petani yang dirampas tanahnya, buruh dengan gaji rendah, belum lagi kanker korupsi yang masih menjamur di tubuh birokrasi negeri ini. Tan Malaka membuat sebuah ilustrasi yang menyedihkan tentang keadaan rakyat. Sebuah kenyataan yang ditulis puluhan tahun lampau namun masih dekat dengan kenyataan yang sekarang kita alami: Beberapa juta jiwa sekarang hidup

dalam keadaan ‘pagi makan, petang tidak’. Mereka tidak bertanah dan beralat lagi, tidak berpengharapan di belakang hari. Kekuasaan atas tanah pabrik, alat-alat pengangkutan dan barang perdagangan, kini semuanya dipusatkan dalam tangan beberapa sindikat...demikianlah rakyat Indonesia tambah lama tambah miskin sebab gaji mereka tetap seperti biasa (malahan kerapkali diturunkan), sementara barang-barang makanan semakin mahal. Sebuah keniscayaan jika dikatakan bahwa setiap zaman akan melahirkan anak zamannya masingmasing. Di sinilah kita terus berkaca bahwa peran generasi muda tidak akan pernah terputus dari sejarah bangsa ini. Kita sebagai generasi muda harus menyadari bahwa bangsa Indonesia ini membutuhkan pahlawan-pahlawan baru untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang demokratis secara politik, adil secara sosial, sejahtera secara ekonomi, dan merdeka dengan sebenar-benarnya. Kita harus sadar bahwa kita mampu menjadi pahlawan bagi bangsa ini. Seperti dalam pidatonya SBY pernah berkata, “Pahlawan hanyalah orang biasa, namun dia mampu melakukan kerja-kerja yang luar biasa untuk kemaslahatan masyarakatnya.” Pahlawan bukanlah mereka yang duduk manis di kursi kekuasaan, bukan mereka yang duduk bangga di kursi-kursi birokrasi bobrok, bukan pula politisi pengumbar janji palsu kepada masyarakat. Pemuda adalah aset yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Kejayaan pemuda berarti kejayaan bangsanya. Karena para pemuda inilah yang akan menggerakkan bangsa tersebut. Begitu juga sebaliknya, kebobrokan pemuda pada suatu bangsa juga mewakili kebobrokan bangsa tersebut. Oleh karena itu mudah saja jika ingin merusak atau menghancurkan suatu bangsa, maka rusak dan hancurkanlah pemudanya. Mari bersama bangun kembali semangat kepahlawanan dalam diri pemuda Indonesia, semangat melakukan perubahan, semangat untuk kembali membawa bangsa ini pada kejayaan. Agar bangsa ini mampu untuk bangkit dari tidur panjangnya. Bangkitlah wahai pemuda Indonesia. Sebarkan semangat jiwa pahlawanmu! Bangsa dan ummat ini menantikan gebrakan-gebrakan besar kita untuk kejayaan mereka! Kejayaan islam, Kejayaan Indonesia! []



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.