radar tasik 3 sept 2012

Page 6

SENIN, 3 SEPTEMBER 2012 / 16 SYAWAL 1433 H

Setahun, Mimi Tidur di Samping... dari hal 1

diungsikan ke halaman Makodim 0612 Tasikmalaya –-yang berjarak sekitar 30 meter— di karena di RSJK, bangunanya lebih dari tiga lantai hingga saat gempa, getarannya amat terasa. Di sana ada beberapa bayi yang baru dilahirkan. Orang tua yang sakitnya parah ditangisi keluarganya. Usai Magrib, Pangdam III/ Siliwangi Mayjen Rasyid Qurnuen Aquary melihat para pasien. Dia didampingi Dandim 0612 Tasikmalaya Letkol Inf Agus Susanto dan pihak RSJK. Di Bale Kota Tasikmalaya, Wakil Wali Kota Tasikmalaya Ir H Dede Sudrajat MP terluka tertimpa reruntuhan. Dia pun harus dijahit. Adapun para PNS di saat yang sama berhamburan ke lapangan upcara. Bagaimana dengan bangunan Bale Kota Tasikmalaya? Pantauan Radar saat itu genting berjatuhan. Plafon markas besarnya PNS Kota Tasikmalaya itu pun sebagian besar ambruk. Semrawut. Pukul 16.00, satpam dan pegawai kebersihan kantor sibuk membereskan barangbarang di dalam kantor yang terancam kehujanan. Selain bangunan Bale Kota, bangunan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT), Gedung DPRD dan Bale Wiwitan juga rusak. Di Makodim 0612 Tasikmalaya, Letkol Inf Agus Susanto menerima laporan dari anggotanya sebagian bangunan di Kampung Nangoh Kelurahan Sukamaju Kaler Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya rusak berat, sedang dan ringan. Pun dengan kawasan Purbaratu dan Cibeureum. Bagaimana dengan Kabupaten Tasikmalaya? Kawasan Cigalontang, Taraju dan Cisayong yang mengalami kerusakan lebih parah dibandingkan yang lainnya. Rumah, sekolah, kantor pemerintah dan bangunan lainnya retak, belah hingga ada yang ambruk. Setelah itu, warga enggan tinggal di rumah. Mereka mengungsi ke sawah dan halaman rumah. Mereka mendirikan

tenda. Kementerian Sosial RI dalam www. Depsos.go.id melansir Juru Bicara Posko Penanggulangan Bencana Gempa Jawa Barat, Deny Djuanda hingga pukul 06.00, Sabtu 12 September 2009, data korban meninggal dunia mencapai 80 orang (se-Jawa Barat). Sedangkan luka-luka sebanyak 1.250 orang. Sementara 47 warga dinyatakan hilang. Menurut Deny, khusus untuk yang korban meninggal dunia akan mendapat santunan dari Departemen Sosial. “Depsos akan memberikan bantuan berupa santunan kepada ahli waris korban meninggal masingmasing Rp 4 juta per jiwa,” tambah dia. Di Kota Tasikmalaya korban meninggal akibat gempa saat itu berjumlah lima orang. Salah satu diantaranya adalah Nia (30). Dia warga Awi Luar, Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Dia meninggal setelah menyelamatkan anaknya yang berada di dalam rumah. Saat dia akan kelaur dari rumah, Nia tertimpa genting. Giginya patah dan berdarah. Dia kemudian pingsan, kejang-kejang di pematang sawah. Setelah dibawa ayahnya, Zaenal ke pos kamling, ibu muda itu meninggal. TRAUMA Gempa 7,3 scala richter yang mengguncang Tasikmalaya menyisakan trauma bagi warga. Mimin (42), warga Kampung Cigalontang, Jayapura, Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya mengalami trauma sekitar satu tahun. Dia dan suaminya, Lili (46) dan kedua anaknya, Randi (20) dan Dede (11) setiap malam suka diliputi rasa waswas akan adanya gempa yang meretakan dinding-dinding rumah dan menghancurkan atap itu. “Kami selalu tidur di tengah rumah dekat pintu,” ujar dia, Sabtu (1/9). Dalam pikiran keluarga Mimin, tidur bareng di tengah rumah dan samping pintu adalah jalan terbaik untuk menjaga diri. Kalau tidur dekat pintu mereka sekeluarga bisa menyelamatkan diri dengan mudah dan cepat. ”Yah saya takut dan tidak ingin

gempa seperti itu terjadi lagi,” terang dia. Kepala Desa Jayapura Eeng Yudarma yang juga tinggal di Kampung Cigalontang mengatakan hampir semua warga Kampung Cigalontang dihantui gempa tahun 2009. Namun tidak separah keluarg Mimin. Mimin khususnya, jelas dia, kalau saja ada gempa kecil tak jarang dia teriak-teriak dan berlari keluar. ”Sama halnya dengan anak saya Alam (10),” ungkap dia. Alam, kata Eeng, kalau ada gempa bumi langsung berlari dan membawa katel untuk menutupi kepalanya. Sikap yang diperlihatkan oleh anaknya itu setelah mendapatkan banyak pengetahuan cara menjaga diri saat ada gempa bumi pasca gempa bumi 7,3 SR itu. Gempa berkekuatan 7,3 skala richter ini, membuat trauma Alam kurang lebih sekitar 6 bulan. ”Selama 6 bulan Alam tidak ingin mandi di WC dalam rumah,” terang dia. Enggan mandi di WC, jelas dia, karena Alam memiliki kisah yang berbeda di dalam keluarganya. Alam saat gempa mengguncang Kampung Cigalontang tengah mandi di WC dalam rumah. Karena kaget dan sok dia langsung melarikan diri keluar rumah tanpa berbusana dengan teriakan dan tangisan sehingga selama 6 bulan usai gempa itu, walaupun dipaksa Alam enggan mandi di WC dalam rumah. Kecuali mandi di WC luar rumah. ”Dipaksa-paksa juga gak mau. Heran. Mungkin ada hal yang membuat dirinya takut,” kata dia. Eeng menjelaskan trauma masyarakat terhadap gempa yang berlebihan itu bisa sembuh setelah diberikan terapi psikologi oleh sukarelawan mahasiswa dan dosen-dosen Iinstitut Pertanian Bogor (IPB). Sekarang masyarakat hanya hati-hati saja dalam menjalani hari-harinya. Tidak lagi memperlihatkan trauma yang berlebihan. Demikian juga dengan keluarga Mimin dan anaknya Alam sudah tidak lagi trauma berlebihan. ”Mereka sudah pada tahu bagaimana cara menjaga diri dan mengahadapi gempa,” jelas dia. (sep/snd)

Tanah Seperti Gelombang Air dari hal 1

Akhirnya, panggilannya dijawab anak keempatnya, yang saat itu berhasil menyelamatkan si bungsu. Lia (14), kala itu berhasil membawa keluar Asyifa yang sedang terlelap. Dengan penuh keharuan, dia pun menangis dan langsung memeluk kedua anaknya itu. “Senang rasanya ketemu dengan anakanak saya, terutama si bungsu,” ucapnya. Lepas dari maut bisa membuat Supinah sedikit lega, karena dia bersyukur seluruh anggota keluarganya selamat. Rumahnya yang rusak parah, tidak bisa lagi ditempati. Dia pun mengungsi. Berteduh di tenda darurat di pesawahan —yang kebetulan saat itu sawah kering karena kemarau. Dalam satu tenda tersebut, dia tinggal bersama 10 keluarga lainnya. Dari tenda darurat itu, dia pindah ke tenda yang lebih baik, yang ukurannya lebih besar. Pernah sekali hujan, air masuk ke tenda. Alas yang terbuat dari tanah kering menjadi basah. Becek. Saking derasnya, dia tidak bisa tidur. Dia selalu terus mengawasi anaknya. Angin kencang membuat tenda bergetar-getar. Saking derasnya hujan, rembesan air jatuh. Menjaga kondisi bayinya, dia hanya memakaikan anak bungsunya baju panjang, jaket dan selimut. Hujan reda dan akhirnya pagi pun tiba. “Asyifa hanya mengenakan baju dan celana panjang, jaket, serta selimut dan didekap erat-erat takut kedinginan,” tuturnya. Melihat kejadian semalam, para warga yang dibantu TNI dan lainya membuat saluran air di pinggir tenda. Selain tragedi hujan yang membuat dirinya was was, ada lagi

yang membuat dirinya lebih takut yakni ada ular masuk ke tenda. Hal itu sontak membuatnya selalu diliputi kecemasan. Takut. “Saat itu saya hanya pasrah dan berdoa saja supaya bisa melewati ini semua,” jelas dia. Setelah sekitar satu minggu berada di tenda darurat, dia dan warga lainya akhirnya dipindahkan ketempat yang lebih baik. Yakni ke tenda yang diperuntukan satu keluarga, satu tenda. Di sana dia bisa sedikit bernafas lega, karena tidak harus berjibaku lagi dengan kesumpekan seperti di tenda sebelumnya — yang bisa dihuni sepuluh keluarga. Asyifa yang saat itu masih berumur satu minggu pun tidak kuat menahan ganasnya udara. Bayi perempuan itu pun sakit. Dia masuk angin. Supinah sedih. Namun dia hanya menangis dalam hati. Ketika anaknya sakit, dia hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua pada Allah SWT. Ketika itu bantuan dokter datang. Akhirnya Asyifa bisa kembali sehat. Ketika mengungsi di tenda darurat, dia mendapatkan bantuan dari pemerintah dan pihak swasta. Bantuan makanan sangat cukup. Pelayanan dokter juga dirasa cukup. Namun untuk air bersih, pada saat itu bantuan PDAM hanya bisa memenuhi untuk air minum saja. Urusan mencuci dan mandi, warga Nangoh pergi ke Sungai Citanduy. Padahal, pemerintah saat itu membuatkan MCK bagi warga, namun tetap saja sebagian warga banyak yang ke Sungai Citanduy karena pada saat itu airnya susah. Selama enam bulan dia dan keluarganya berada di tenda darurat, selama itu pula dia tidak

berani memasuki bekas rumahnya yang hancur. Dia trauma. Rumahnya saat itu terasa angker. Apalagi, sang suaminya, Dadang (49) sedang bekerja sebagai kernet bus di Cisarua Bogor. Dadang, kemarin, mengaku mengetahui Tasikmalaya dilanda gempa dari temanya. Dia pun kaget dan langsung menelepon keadaan istrinya. Dia takut terjadi sesuatu terhadap keluarganya, terutama sibungsu Asyifa. Begitu kerjanya beres, Dadang langsung bergegas pulang. Dia tiba di Kota Tasikmalaya malam hari. Dia merasa senang saat mendengar kabar bahwa keluarganya baikbaik saja. Selama tiga hari setelah kejadian, dia izin cuti kerja untuk memulihkan mental keluarganya. Ening (86), neneknya Asyifa nyaris menjadi korban gempa. Dia sampai pusing melihat jalan yang seperti bergerak kala menyelamatkan diri dari rumah. Dia terjatuh ketika mau keluar rumah lewat pintu belakang. Ketika dia terjatuh itulah rumahnya runtuh. “Alhamdulilah saya selamat meskipun terjatuh,” ucapnya. Sekarang, tiga tahun setelah gempa, keluraga Supinah memiliki rumah baru berkat bantuan pemerintah dan beberapa donatur. Salah satu donatur adalah Yayasan Kemanusiaan Fajar, organisasi di bawah grup Fajar (media yang satu grup dengan Radar Tasikmalaya) yang menyumbang semen, pasir dan batu bata untuk pembangunan rumah warga. Supinah mengaku mendapat bantuan Rp 10 juta dari pemerintah untuk renovasi rumahnya tersebut. “Semoga tidak terjadi lagi gempa seperti waktu itu,” ucapnya. (mg4)

Garuda Paksi Membina PAUD... dari hal 8

bagaimana mencari bibit unggulan yang bagus setelah ditanam tidak dibiarkan begitu saja, tapi merawat, dipelihara, dijaga disiram dan lainya,” lanjutnya. Begitu juga dengan anak-anak tidak sekadar dilahirkan, tapi orang tua wajib memberi pendidikan yang baik, merawat dan menjaganya, supaya anaknya kelak jadi anak yang sukses. “Termasuk pendidikan di alam ini, sebagai bentuk penanaman kecintaan dan akhlak mulia anak

terhadap alam. Kerusakan alam atau bumi karena kerusakan akhlak,” lanjutnya. Dia mengaku terpacu dan bersemangat untuk segera merealisasikan PAUD Berbasis Alam itu. Apalagi anak didik yang terdapat di 10 PAUD seKelurahan Urug mencapai sekitar 450 siswa. “Setidaknya dengan jumlah yang tinggi itu, kita berkesempatan mencetak anak-anak yang berfotensi di masa depan kelak,” akunya. Kepala KRPH Perhutani Sukaraja, Amar menanggapi PAUD berbasis alam yang akan

diselenggarakan di Urug merupakan hal positif dalam membentuk generasi anak bangsa. Hal sama diungkapkan perwakilan dari MUI Kelurahan Urug Ikin, dirinya bahagia adanya sarana Urug Rimbun tersebut apalagi bisa dijadikan sebagai tempat untuk pembelajaran anak usia dini. Sementara acara halal bihalal yang digelar di Pedepokan, digelar beberapa pentas seni dan tarian dan pidato oleh anak-anak PAUD. Sekaligus pagelaran lomba menata nasi tumpeng. (dem)

7

Agnes Jenguk Rezky dari hal 1

Kedatangan Agnes tentu ditunggu oleh awak media. Sebab, perempuan

multitalenta itu kerap dikabarkan memiliki hubungan istimewa dengan Rezky. Agnes masuk ke ruang ICU dengan ibunya dan Grace. Agnes dan Grace

adalah sahabat karib. Bersama Rezky dan beberapa teman lain, mereka memiliki geng yang disebut keluarga Chewriyah. (jan/c8/tia/jpnn)

Geng Motor Ditelanjangi dari hal 1

Pembakaran dua motor itu dilaksanakan di Dusun Lingkungan Tegal Kalong, Talun, Sumedang Utara, tepatnya di kawasan SDN Tegal Kalong 2, Jalan 11 April Nomor 64. Di Kota Tasikmalaya, tiga remaja kini mendekam di sel Polsek Indihiang. Mereka diduga merusak rumah milik Jaja (42) di Jalan RE Martadinata samping Puskesmas Cipedes Kecamatan Cipedes, Rabu (29/8) malam. Ketiganya, yakni DCP (17), FMA (17) dan RK (17). DC dan FMA adalah siswa aktif di dua SMK. Sedangkan RK adalah mantan siswa SMK. Dia dikeluarkan SMK di Kota Tasikmalaya. Informasi yang diserap Radar, DCP sempat dihajar hingga ditelanjangi massa. Jaja (42) mencerirtakan insiden tersebut terjadi sekitar pukul 21.00. Saat itu dia sedang asik nonton teve bersama keluarganya. Tiba-tiba dia mendengar suara kaca pecah. “Saya nyangka anak saya terjatuh,” ceritanya kepada Radar kemarin. Tapi setelah diperhatikan, lanjutnya, suara pecahan kaca itu kembali berulang. Ternyata rumahnya jadi korban pelemparan geng dengan menggunakan batu. “Batunya masuk ada yang ke rumah ada yang berukuran kepalan tangan, ada juga hampir sebesar teko,” lanjutnya sambil menunjuk teko air minum aluminium berisi skitar tiga liter di depan rumahnya. Dengan kondisi itu, dia langsung mendekati pintu keluar rumahnya. Sebelum keluar rumah, terlebih dahulu dia mengintip dari balik tirai jendela. “Ketika dilihat, kok banyak orang. Mereka melempari kaca dari jarak dua meter, bukan di pinggir jalan, tapi ini mah depan rumah. Mereka turun dari motor,” susulnya. Setelah yang melempar agak reda dan sebagian pelempar mulai meninggalkan halaman rumahnya, dia langsung keluar dan mengejar salah seorang pelempar. “Pikir saya, kejadian ini harus ada salah seorang yang tertangkap, yang nantinya bakal dikembangkan oleh polisi. Jadi saya harus mengejar salah seorang dari pelakunya,” paparnya.

Alhasil, dia menangkap salah satu dari pelaku dengan cara menendang salah satu motornya. Penumpang motor terjatuh, tapi orang yang membawa motor berhasil meloloskan diri, tersisa DCP. “Dia (DCP) mau kabur, tapi saya tangkap. Dia pun melawan dan berusaha kabur,” terangnya. Mengetahui salah seorang pelaku tertangkap ungkap dia, beberapa rekan pelaku yang mengendarai motor yang telah meloloskan diri berputar arah lalu menyerangnya dengan lemparan batu. “Saya juga kemungkinan kena lempar batu, tuh kaki saya pun sampai sekarang masih pincang,” sebutnya sambil menunjukkan luka memar di bagian lutut kanannya. Kejadian itu membut warga sekitar berdatangan. Dalam waktu singkat warga langsung berkerumun. Lalu ketika mendapati salah seorang pelaku tertinggal warga langsung menghajar DCP hingga babak belur. “Mungkin karena ibu saya teriak, minta tolong jadi warga pada keluar,” tandas dia sambil menyebutkan ibunya berteriak sambil memakai mukena. Sangking kesalnya kata Jaja, selain menghajar DCP, warga pun menelanjanginya. “Kalau sudah melihat seperti itu mah, yang tadinya sangat kesal, jadi pikarunyaeun. Udah bawa ke polisi saja,” katanya. Beberapa saat kemudian muncul petugas polisi memakai sepeda motor lalu langsung mengamankan DCP. Polisi itu bahkan sempat kena pukul warga, mungkin karena disangka rekan pelaku. Tapi akhirnya polisi itu berhasil membawa pelaku dengan cara dibonceng. Lalu datang lagi beberapa polisi yang memakai mobil dan membawa pakaian milik pelaku. Setelah DCP di Mapolsek, dia lantas mencoba bertanya kepada DCP tentang keberadaan rumahnya dan dirinya. “Apakah saya ada masalah dengan kamu, kamu kenal saya? Kenapa lempari rumah saya,” tandas Jaja. KELUARGA SHOCK Pelemparan batu ke rumah Jaja oleh geng motor membuat psikis keluarganya terganggu. “Kalau diukur materi, harga kaca ini mungkin tidak seberapa, tapi ibu dan istri juga anak sampai sekarang ketakutan,” ungkap Jaja sambil menggedong anaknya.

Bahkan lanjut dia, yang biasanya tirai atau gorden rumahnya ditutup setiap pukul 20.00-21.00, usai Magrib juga sekarang sudah ditutup. “Bahkan Magrib pun tak pernah lagi keluar depan rumah,” lanjutnya. Sementara itu motif pelemparan DCP dkk karena rumah Jaja dianggap tempat saingan geng. “Jadi kami menyerangnya,” ungkapnya di Mapolsek Indihiang, kemarin. Sebelum melakukan pelemparan, tambahnya, mereka merencakannya di sekitar Alun-alun Tasikmalaya. Setelah dianggap sepakat, komplotan yang berjumlah sekitar 13 motor, yang masing-masing berboncengan melakukan konvoi. Setelah sasaran sudah diketahui, lantas mereka melintas dan mencari alat pelempar. “Awalnya lewat, dekat SMP 5 mengambil batu sebesar kepalan tangan lalu balik lagi ke sasaran dan melempari wartel (rumah Jaja),” lanjut anak pedagang pakaian di Pangandaran ini. Usai melempari rumah, dia dan komplotannya langsung kabur, tapi dia mengaku terjatuh lantaran motor yang ditumpanginya oleng dan menabrak bagian belakang motor salah satu temannnya. “Saya jatuh dan beberapa warga menyerang saya saya juga ditelanjangi,” susulnya sambil memegangi lengan kiri yang katanya mengalami luka memar. Sementara FMA menyebutkan setelah melempar rumah korban, dia langsung kabur. Tapi ketika mengetahui DCP terjatuh, dia dan rekannya kembali ke arah DCP lalu melempari warga. “Niat melempar warga itu untuk membebaskan dia,” sebut dia sambil menambahkan dia ditangkap polisi pada Kamis (29/8) malam pukul 22.30 di rumahnya. Sementara tersangka RK mengaku pelemparan yang dilakukannya sebanyak dua kali. “Niat mau menyerang geng lawan,” akunya sambil menyebutkan dia ditangkap polisi pada Kamis (29/8) malam pukul 22.30 di rumahnya. Kapolsek Indihiang Kompol Indra Budi S.Sos mengatakan pihaknya telah mengamankan ketiga tersangka geng motor itu atas kasus perusakan dan masih mengembangkan kasusnya. “Tapi identitas pelaku lainnya tidak jelas,” katanya kemarin. (dem)

Dua Motor Dibakar Warga dari hal 1

puluhan kawanan berandalan bermotor lainnya menghampiri salah seorang rekannya yang terjatuh itu. Pada saat itu, sebelumnya komplotan bermotor tersebut tengah melaju menuju ke arah wilayah Alam Sari,” kata dia. Namun, kata Abun, setelah itu kawanan geng motor itu membabi buta dan merusak bengkel. “Saya bersama beberapa warga setempat menyelamatkan diri menghindari amukan mereka. Anehnya, kemudian kawanan berandalan bermotor itu merusak sepeda motor warga yang saat itu terparkir dibengkel,” jelasnya. Tak hanya itu, lanjutnya, mereka melempari kaca rumah milik H Basuni (50) dan Angai (40), warga setempat. Tak itu saja, gerobak milik tukang gorengan pun menjadi sasaran amuk mereka. Tak terima dengan aksi gerombolan itu, kata Abun, sejumlah warga secara spontan mengejar terhadap pelaku pengrusakan itu. Warga yang diperkirakan ratusan orang itu pun mendatangi lokasi tempat berkumpulnya berandalan itu di Jalan Pangeran Santri, Pasarean, Sumedang. “Ratusan warga mendatangi markasnya. Kemudian merusak tempat komplotan pemuda itu dengan melempari kaca serta dua

buah mobil yang terparkir di lokasi itu. Mobil yang rusak menjadi bulan-bulanan masa itu yakni jenis Hijet dan Carry Extra berwarna biru,” jelasnya. Menurut informasi yang berhasil dihimpun Sumedang Ekspres (Grup Radar Tasikmalaya), sekitar pukul 03.00, ratusan warga kemudian membawa dua unit motor —yang diduga milik anggota berandalan bermotor itu. Dua motor itu diangkut warga menggunakan mobil pikap. Tepat di Dusun Lingkungan, Tegal Kalong di halaman SD Tegal Kalong 2, motor itu pun dibakar. Kapolres Sumedang AKBP Eka Satria Bhakti didampingi Kasatreskrim AKP Suparma mengatakan pelaku perusakan sejumlah rumah milik warga itu berandalan bermotor. “Kami telah telah mengamankan tujuh orang pelaku perusakan itu. Kami telah mengantongi deretan nama pelaku lainnya sekitar 15 orang. Namun tak menutup kemungkinan pelakunya bertambah,” ujarnya. Kata dia, dua orang dipastikan sebagai tersangka yakni Ind (20), seorang mahasiswa semester tiga di salah satu perguruan tinggi (PT) swasta di Sumedang dan AH (19). “Pelaku dijerat pasal 170 KUHP tentang pengrusakan barang dan diancam hukuman 5 tahun enam bulan,” pungkasnya. Kapolres pun menambahkan bahwa pihaknya telah menyita barang bukti yang dibawa

gerombolan geng motor itu, diantaranya, lima unit motor, satu golok, satu samurai, balok (kayu) dan batu. Lima motor itu, katan dia, diperoleh dari tiga TKP, yakni di Pasarean (dua unit), Tegal Kalong (dua unit yang dibakar massa) dan di Rancamulya Rancapurut yakni motor Honda Supra. Ditemui di Mapolres Sumedang, salah seorang tersangka AH (19), warga Desa Sukajaya Sumedang Selatan —yang mengaku pelajar di salah satu SMAN ini— mengaku saat itu dia baru saja tiba di lokasi yang diduga markas berandalan bermotor itu. “Saya datang ke rumah In (salah seorang berandalan bermotor) di Jalan Pasarean dengan menggunakan motor Jupiter MX nopol Z 5363 BK (dibakar warga, red). Tak diduga, tiba-tiba sejumlah warga menyerang rumah itu dan saya bersama teman-teman yang berada di sana sembunyi di toilet,” ujarnya. Pantauan Sumedang Ekspres di sekitar lokasi amuk massa, situasinya kini memanas. Sejumlah warga mengaku tengah mempersiapkan diri upaya mengantisipasi terjadinya serangtan balik dari berandalan bermotor. Namun, Kapolres Sumedang AKBP Eka Satria Bhakti didampingi Kasatreskrim AKP Suparma —yang saat itu memantau lokasi aksi amuk massa— menyatakan pihaknya akan rutin berpatroli di lokasi itu. (zis)

Antara Mercy Minded dan Lexus Gallery dari hal 1

Motor resmi berdiri. Ketiga, Mari Pangestu karena semua mobilnya dari dulu, baik mobil dinas maupun pribadi, selalu Toyota. Setelah itu, Duta Besar Jepang di Indonesia, lalu Jacob Oetama. Toyota buat saya dan rekan-rekan di MarkPlus Consulting punya kesan tersendiri, terutama karena proyek Lexus pada 2006. Ketika itu, kami diminta membantu memikirkan konsep Lexus di Indonesia. Saat itu, industri otomotif lagi turun karena BBM barusan naik. Sementara itu, posisi Mercedez Benz, misalnya, sangat kuat di Indonesia. Semua orang kaya seolah harus punya Mercy sebagai tanda bahwa dia sukses. Meski ada juga yang terpaksa mengembalikan mobil ke dealer karena tidak bisa menyelesaikan cicilan. Tapi, setidaknya, pernah punya Mercy. Tiap kali model baru Mercy keluar pasti diburu. Lexus sendiri punya positioning global pursue for perfection, artinya selalu mengejar kesempurnaan. Walaupun di Indonesia hal itu tidak bisa dimaknai dengan jelas. Karena itu, setelah melakukan riset cukup mendalam, tim MarkPlus mengusulkan untuk melakukan penajaman positioning.

Perfection diartikan sebagai artwork atau barang seni. Maksudnya, orang-orang yang sudah punya Mercy itu pasti akan mencari self-actualization terus. Yang akhirnya menuju ke barang seni untuk menyentuh ke human spirit-nya. Akhirnya disepakati, tempat penjualan Lexus di Jakarta disebut Lexus Gallery. Bukan hanya namanya, tapi juga mulai layout, perilaku penjual, dan suasana benarbenar serasa galeri barang seni. Salesmen pun disebut kurator dan hanya memberi info. Tidak menjual. Komunikasinya dengan pembeli seperti komunikasi kepada kolektor. Tidak ada promosi keras, apalagi diskon. Mana ada barang seni diobral? Ternyata, konsep yang semula diperdebatkan keras sebelum disetujui itu sukses keras. Di Tokyo pun sampai sekarang masih ada Lexus Gallery walaupun spiritnya beda. Untuk itulah, saya lantas dikasih kesempatan sepanggung dengan Akio Toyoda. Tapi yang menarik, Toyota tak hanya berhenti di Lexus sebagai brand puncaknya. Akio memerintahkan supaya Toyota jadi pelopor untuk jadi brand green car juga. Teknologi hybrid pun diperkenalkan walaupun harganya masih mahal. Prius jadi ikon baru bagi dunia otomotif. Toyota tidak peduli berapa cost research and development yang

dikeluarkan dan kapan baliknya. Tapi, dengan menjadi pelopor di bidang lingkungan, mereka melakukan semacam brand deposit untuk masa depan. Pelanggan yang sadar bahwa planet ini juga harus dijaga untuk anak cucu akan sudi membayar dengan harga lebih mahal. Sampai sekarang, proporsi volume penjualan Prius memang masih kecil sekali jika dibandingkan dengan Toyota dan Lexus, tapi Akio terus saja jalan dengan citacitanya. Di Amerika ada Wholefood yang hanya menjual produk-produk organik walaupun segmen pelanggannya masih kecil. Ketika ada krisis finansial 2008, para pelanggan itu menyusut karena beralih ke produk konvensional. Tetapi, Wholefood tidak pernah menyerah. Mereka berusaha mengurangi cost sebisanya supaya lebih kompetitif. Tetapi, tetap dengan prinsip bahwa Wholefood didirikan dengan misi penyelamatan planet bumi. Inilah tiga P dari triple bottom line, yaitu profit, people and planet. Kalau Anda peduli pada planet, pasti juga peduli pada people. Sebab, manusia kan juga ada di planet. Pesan inti dari Marketing 3.0 adalah lakukan dan tunjukkan itu dengan konsekuen, pada masa baik atau susah, maka profit akan datang. Bagaimana pendapat Anda? (*)

Dua Atlet Boxer Tasik Wakili... dari hal 8

para anggota dan tamu undangan dihibur dengan musik elektone. H Noves Narayana SE MSi merupakan sesepuh Boxer Tasikmalaya mengatakan, dirinya bersyukur atas dua orang atlet asal Tasikmalaya yang terpilih untuk menjadi perwakilan Jabar dalam pertandingan PON nanti. “Saya bangga dua altet kita bisa mewakili Jabar,” ucap dia. Mengingat ini

merupakan suatu keajaiban, Noves berpesan kepada dua atletnya supaya jangan bertakabur. “Kita harus tetap berdoa dan berlatih untuk kelancaran nanti dan jangan pernah bertakabur,” tuturnya. Anton (26) salah seorang dari dua atlet Boxer Tasikmalaya yang dikirim ke PON mengaku, dirinya bisa seperti ini dengan usaha yang keras dan disiplin. Selama 12 tahun dia berlatih dengan penuh kedisiplinan. “Untuk sukses itu perlu latihan dan disiplin.

Untuk adik-adik jangan pernah menyerah,” ujarnya. Sementara, Ketua Umum KONI Kota Tasikmalaya DR H Iis Marwan MPd yang hadir saat acara menambahkan, acara ini pun berguna mempererat tali silaturahmi dengan para anggota Boxer dan sebagai sarana perkenalan antara atlet dan anggota Boxer dengan jajaran pengurus cabang olahraga. “Saya bangga atlet Tasik bisa mewakili Jabar di PON,” singkatnya. (mg4)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.