SURYA EPAPER EDISI 13 MEI 2013

Page 5

LIPSUS AGROBISNIS

SENIN, 13 MEI 2013

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

Saatnya Tambah Gula

|

■ Target 1,235 Juta Ton dari 31 Pabrik Gula surabaya, surya - Masuk Mei 2013, pabrik gula (PG) di Indonesia menyiapkan proses giling tebu dan beberapa di antaranya sudah mulai giling tebu minggu lalu. PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yakin, produksi gula tahun ini jauh lebih baik dari tahun lalu. Target produksi dan angka rendemenpun diangkat demi mengejar volume gula yang masih jauh dari batas swasembada. PTPN X sebagai salah satu penghasil gula terbesar tahun ini menargetkan peningkaan menjadi 38.000 ton di tahun 2013 sementara angka rendemen dipatok di angka 8,3 untuk rata-rata PG di bawah kelolaan PTPN X di Jatim. Target ini meningkat cukup signifikan mengingat pada 2012, PTPN X memproduksi 494.000 ton gula dan rata-rata rendemen di level 8,14. Salah satunya kontributornya adalah PG Gempolkrep yang mampu mencetak laba sebelum pajak Rp 101,096 miliar atau 143 persen di atas target sebesar Rp 70,692 miliar selama 2012. Dengan luas lahan menjadi 11.908 hektare dari posisi tahun lalu, 9.670 hektare, PG Gempolkrep terus memacu kinerja tanpai mengabaikan pengelolaan lingkungan yang berkualitas. Tahun ini membidik 88.833 ton gula, lebih tinggi dari tahun

soal rendemen ■ Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. ■ Bila dikatakan rendemen tebu 10%, artinya dari 100 kg tebu yang digiling di pabrik gula bakal diperoleh gula sebanyak 10 kg.

lalu (67.696 ton) dengan mengandalkan pasokan dari petani asal Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Lamongan sedangkan, rendemen diharapkan mencapai 8,5 persen atau naik dari 7,96 persen. Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, proses giling PG di bawah perusahaannya berjalan sejak 7 Mei 2013. “Setelah PG Ngadiredjo, berikutnya PG Modjopanggoong dan yang lainnya. Semoga target bisa terpenuhi," ujarnya usai selamatan giling di PG Gempolkrep, Mojokerto, Selasa (7/5). PTPN X berharap menjadi penyumbang terbesar terhadap target produksi gula Jatim yang ditetapkan 1,235 juta ton melalui pengoperasian 31 PG milik PTPN X, PTPN XI dan PT RNI. Peningkatan produksi gula dan rendemen bukan hanya me-

Daerah Perbatasan Butuh Suplai sejumlah daerah di Kalimantan, Aceh, Riau dan Sulawesi meminta tambahan impor gula. Kebetulan, wilayah-wilayah itu umumnya berada di perbatasan dengan negara lain. Tapi, pemerintah belum memutuskan pemberian izin. "Sejak lima tahun terakhir, beberapa wilayah memang selalu mendapatkan izin impor. yakni Aceh dan Kepulauan Riau. Tahun lalu, malah tambah Kalimantan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, tanpa menyebut volumenya. Saat ini, produksi gula konsumsi di Pulau Jawa mencapai 2,1 juta sampai 2,3 juta ton per tahun dengan konsumsi sebesar 2,9 juta ton per tahun. Dengan produksi gula konsumsi yang hanya dapat diserap oleh konsumen di Jawa, konsumen di wilayah perbatasan tidak mendapat suplai. Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) Natsir Mansyur mengatakan, selama ini konsumen di wilayah-wilayah perbatasan memang selalu mengalami kekurangan pasokan gula.

"Kekurangan terjadi karena karut marut pengadaan dan distribusi gula ke daerah terutama di perbatasan Indonesia," tandasnya. Akibat kekurangan pasokan, dalam setahun belakangan wilayah perbatasan, tidak mendapat distribusi gula dengan baik. Hal itu menyebabkan disparitas harga gula antara Jawa dan daerah perbatasan begitu tinggi. Data Apegti menunjukkan, harga gula konsumsi dari negara tetangga sekitar Rp 10.000 per kg sementara harga gula yang disuplai dari Jawa mencapai Rp 13.000 per kg. "Sudah mahal sulit didapatkan pula," kata Natsir. Informasi terakhir yang diterima Surya, Kementrian Perdagangan telah memberi izin kepada tiga perusahan impor untuk mengirim gula ke daerah perbatasan sebesar 99.175 ton atau lebih rendah dari usulan Kamar dagang dan Industri (Kadin) sebanyak 130.000 ton. Ketiga perusahaan akan mengimpor 240.000 ton row sugar, dan 99.175 untuk daerah perbatasan dan daerah terpencil. (hri/kontan)

join facebook.com/suryaonline

ngejar pendapatan tapi sekaligus mendukung upaya swasembada gula. Angka rendemen sendir merupakan bagian dari upaya memenuhi aturan Perda No 17 Tahun 2012 yang mengarahkan ke angka 10. Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Samsul Arifin menyebutkan, produksi gula dari Jatim sepantasnya meningkat tahun ini jika dilihat dari luas lahan yang bertambah cukup signifikan. Kini ada 210.00 hektare dibanding tahun lalu, seluas 197.000 hektare. Tambahan lahan yang cepat untuk pengembangan kawasan tebu baru berada di Madura, yang mencapai 1000 hektar, lalu pengembangan di Tuban, Bojonegoro dan Lamongan dengan total 2.000 hektare. Sekretaris Perusahaan PTPN XI, Firman Maulana Aulia menambahkan, proses giling PG dalam naungan PTPN XI berlangsung mulai pertengahan Mei hingga awal Juni 2013, tergantung dari kondisi PG dan suplai tebu di kawasan itu. “Untuk wilayah Barat dan Timur mulai giling tanggal 20 an (Mei), wilayah Pantura di wal Juni dan wilayah Selatan mulai giling akhir Mei,” ujarnya. PTPN XI menargetkan jumlah produksi gula sebanyak 470.000 ton. Tahun lalu, produksi gula PTPN XI melebihi target semula yang dicanangkan sebesar 401.399 ton. (rey)

surya/dyan rekohadi

serahkan tebu - Gubernur Jatim, Soekarwo menyerahkan tebu kepada Dirut PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X), Subiyono sebagai simbol kesiapan BUMN Agrobisnis itu memulai musim giling tebu di pabrik gula (PG) Gempolkrep, Mojokerto, Selasa (7/5).

Harga Pembelian Petani Belum Ditetapkan meski beberapa pabrik gula (PG) telah menjalankan proses giling tebu, pemerintah justru bergerak lambat dalam menetapkan nilai harga pembelian dari petani (HPP) tebu. Hingga saat ini, belum ada keputsan final mengenai besara HPP tebu. Menteri Pertanian, Suswono mengakui, HPP tebu belum ditetapkan karena penentuan berada di tangan Dinas Perdagangan. Dewan Gula sudah mengusulkan HPP sebesar Rp 9.800, sesuai permintaan petani, tapi sampai sekarang belum diputuskan oleh menteri perdagangan. "Nanti saya akan ingatkan lagi menterinya," ujarnya saat

berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Surya, Jumat (9/5). Dengan HPP Rp 9.800, nilai itu sudah sesuai dengan kondisi sekarang dan seperti yang diinginkan petani tebu. Sekarang ini, Kementerian Pertanian harus menggairahkan petani untuk menanam sebab kalau sampai petani sudah tidak mau menanam tebu semakin susah menuju swasembada gula. Sekretaris Perusahaan PTPN XI, Firman Maulana menyatakan pihaknya akan menunggu keputusan menteri perdagangan untuk besaran HPP. “Sekarang HPP belum ditetapkan menteri perdagangan, bagi kami acuan yang kami pakai ya sesuai kepu-

tusan menteri,” tandasnya. Sebelumnya, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) telah mendesak pemerintah untuk segera menetapkan HPP gula 2013. HPP gula diusulkan naik dari Rp 9.250 per kg pada tahun lalu menjadi Rp 9.800 per kg. Nilai Rp 9.800 per kg sudah memperhitungkan kenaikan harga pokok produksi dan sewa lahan. Hitungannya, biaya pokok produksi untuk satu hektare lahan tebu saat ini naik sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta dibanding tahun lalu. Pada musim tanam tahun ini petani tebu harus mengeluarkan biaya produksi Rp 52 juta per hektare untuk tanam

awal sedangkan biaya untuk penanaman tebu keprasan sekitar Rp 38 juta per hektare. APTRI mengungkapkan, kenaikan biaya karena melonjaknya harga sewa lahan. Tahun ini, harga sewa lahan tebu mencapai Rp 30 juta per ha di Malang. Harga ini mengalami kenaikan sekitar 20 persen sampai 30 persen dibandingkan tahun lalu. HPP gula Rp 9.250 per kg pada 2012 dan Rp 9.800 per kg pada tahun ini hanyalah usulan saja, sebab biasanya pemerintah menetapkan HPP gula di bawah rekomendasi yang disodorkan APTRI. Pada tahun lalu dari usulan Rp 9.250 per kg hanya disetujui Rp 8.100 per kg. (rey)

RNI Pilih Pasarkan Langsung pt Rajawali Nasional Indonesia (RNI) semakin bergairah untuk mulai memproduksi gula. Perusahaan ini bukan hanya mematok target tambahan dalam soal jumlah produksi, tapi gencar memasarkan produk gulanya secara langsung ke masyarakat. Dirut PT RNI, Ismed Hasan Putro mengatakan, proses giling untuk PG-PG di bawah kelolaan RNI sebagian sudah berjalan, tapi untuk PG di wilayah Jatim menurut rencana baru bergulir 27 Mei 2013. Dengan target produksi 160.000 ton gula, 60.000 ton gula di antaranya berupa gula premium. “Produksi kami akan dijual dalam bentuk kemasan per kg, jadi kami memilih menjual langsung ke masyarakat, bukan ke pedagang,” tegasnya. Sejak menjabat pimpinan manajemen tahun lalu, Ismed Hasan Putro mencanangkan penjualan langsung ke masyarakat guna memotong rantai distribusi. Ia juga memberdayakan seluruh karyawan PT RNI untuk dapat menjual gula. Rencana penjualan langsung produk gula RNI ke konsumen semakin terbuka setelah perusahaan menjalankan bisnis ritel Rajawali Mart. PT RNI sudah mengenalkan produk gulanya dengan brand Raja Gula.

ist

kemasan - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) meninggalkan kantong besar dan memilih kemasan per kg untuk produk gulanya. “Kami melakukan beragam pembenahan, baik dengan investasi baru mekanik dan tekonologi serta melakukan efisiensi,” terang Ismed Hasan Putro menyoal dana Rp 120 miliar untuk pembenahan di beberapa PG-nya. Meski kemungkinan berbeda alur distribusinya, PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) menempuh langkah serupa yakni memproduksi 200 ribu ton gula kualitas premium. Produksi digenjot di lima dari 11 pabrik gulanya yaitu Ngadiredjo (Ke-

diri), Pesantren Baru (Kediri), Kremboong (Sidoarjo), Modjopanggoong (Tulungagung), dan Gempolkrep (Mojokerto). Direktur Utama PTPN X, Subiyono, mengatakan gula premium itu memiliki kadar keputihan (ICUMSA) di bawah 100. Artinya, produk gula premium milik PTPN X direncanakan akan mendekati kualitas gula rafinasi, yang kadar ICUMSA sebesar 45 persen. PTPN X tengah menyiapkan belanja modal pembelian lima alat juice smoothing di lima pabrik itu sebesar Rp 25 miliar. (rey)

follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.