Surya Digimag 06 Februari 2015

Page 1

DigiMag

JUMAT 6 FEBRUARI 2015

Digital Magazine

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

BEM Universitas Merdeka Malang

Jurus Dewa Mabuk Makalah Tugas membuat makalah adalah bagian dari nasib mahasiswa. Kekuatan data dan kemampuan menuangkan gagasan dalam deretan kalimat sering dianggap momok yang menuntut jalan pintas. Ambil saja tulisan yang sudah ada. Beres.

C

omot sana-sini dan ditempel pada calon makalah menjadi bagian dari proses penyelesaian makalah. Jangan heran jika mendengar alasan yang muncul ketika aksi itu dipergoki. Para dosen agaknya memiliki hobi sama, memberi tugas membuat makalah kepada mahasiswa. Ya iyalah. Membuat makalah menjadi latihan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah dan skripsi kelak. Masalahnya, jika semua mata kuliah menuntut mahasiswa membuat penelitian dan makalah yang tidak hanya sekali dalam satu semester, sebagian keteteran. Kalau sudah demikian, yang muncul jurus dewa mabuk alias ngawur. Supaya cepat, aksi memboyong sebagian data milik orang lain pun terjadi. Jika mau menuliskan sumber yang diambil

K

ISMAIL NAMSA Presiden Mahasiswa Universitas Merdeka (Unmer) Malang

adang-kadang mahasiswa tidak memahami batas plagiasi. Kan cuma ambil seiprit, masa sih dianggap plagiat? Kalau tidak memahami, tentu repot. Imbasnya tidak main-main, lho. Itu bisa masuk wilayah hukum. Dosen dari UGM Jogjakarta saja harus mundur karena opini yang ia tulis di harian Kompas pada 10 Februari 2013, sebagian mengambil karya orang lain. Kegiatan yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Merdeka Malang dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Kota Malang, Lingkar Study Wacana (LSW) Indonesia, dan Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) Komisariat Saintek UIN Malang berlangsung lancar. Pembicara yang hadir Gunadi Handoko (Ketua Peradi Malang Raya), Sunarjo (Majelis Pertimbangan PPI Kota Malang), Syamsul Arifin (Kepala Bagian Hukum Polres Malang Kota), dan Abdul Aziz (Direktur Eksekutif LSW Indonesia). Salah satu peserta, Yayan Shofyan, yang juga perwakilan HMI Komisariat Saintek UIN Malang angkat bicara. “Bagaimana tentang kasus plagiat yang dilakukan pejabat kampus di Kota Malang, yang

Nisa Nur Fadilah Ketua BEM Fakultas Hukum Unmer

Meky Alexander Mahasiswa Sedang Menyusun Skripsi

Devy Aktivis Mahasiswa Fakultas Hukum Unmer

Wahyu Ketua BEM Fakultas Psikologi Unmer

join facebook.com/suryaonline

dan cara mengaplikasikan ke dalam makalah benar, sebetulnya tidak masalah. Dalam wilayah ilmiah, pengambilan referensi dibenarkan dengan cara tertentu yang sudah disepakati. Memang caranya sedikit ribet, tetapi ya itu yang benar. Menerabas jalan agar lebih cepat meski menabrak aturan akhirnya menjadi pilihan. Celakanya, urusan menghormati karya orang lain menjadi tersingkir. Semua diembat asal bisa membuat makalah atau karya yang bagus, tebal, dan cepat. Fiu… muncullah plagiat-plagiat. Melihat yang seperti itu pasti membuat prihatin. Dunia akademik yang seharusnya menjadi tempat belajar santun dan jujur tercoreng oleh kebiasaan copy paste karya orang lain. Hm… internet memang memudahkan banyak orang untuk melihat dan mengambil sebagian atau seluruh karya yang ada di dunia

maya. Tentu saja kemudahan itu bukan untuk disiasati untuk menjadi plagiat. Urusan yang satu itu menjadi serius karena dalam wilayah akademik tidak boleh terjadi padahal tahu sama tahu, kebiasaan copy paste sudah menjamur. Itu yang kemudian menjadi topik hangat dalam diskusi publik “Plagiat Pejabat Negara Sebagai Kejahatan Akademik Tertinggi” di Auditorium PPI Universitas Merdeka Malang, Senin (2/2). Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 hingga 13.30 itu dihadiri para tokoh LSM, ormas, dan organisasi kemahasiswaan se-Malang Raya. Presiden Mahasiswa Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Ismail Namsa, mengatakan acara yang dihelat itu merupakan program kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan BEM Unmer Malang. “Dalam konteks penegakan hukum bagi pelaku plagiat

yang sudah beredar luas di kalangan mahasiswa di Malang, BEM ingin mengambil peran strategis. Salah satunya dengan menggelar kegiatan-kegiatan yang bernuansa advokasi. Kami ingin turut mendorong agar kampus tetap terjaga kejujuran akademiknya,” ungkap mahasiswa Ilmu Hukum Semester VII itu. Pernyataan Ismail diamini oleh Muhamad Gemmy Bagus Nurcahyo, Ketua Pelaksana diskusi publik ini. “Kami hendak berkontribusi pada bangunan integritas para dosen, bahkan guru besar, yang menjadi teladan civitas akademika di dunia kampus. Jika seorang dosen memberikan contoh yang baik, maka para mahasiswanya akan mengikuti jejaknya. Pun sebaliknya!” kata mahasiswa kelahiran Nganjuk 1991 ini. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah)

Bisa Jadi Urusan Hukum

laporannya telah dicabut oleh pelapornya?” katanya saat sesi tanya-jawab dibuka oleh moderator, M Lutfi Khoiruddin. Baik Gunadi Handoko maupun Sunarjo yang menjadi pembicara berpendapat sama. “Secara hukum, pelanggaran UU Hak Cipta yang dilakukan sebelum 18 Oktober 2014, dikategorikan sebagai delik umum atau biasa. Nah, jika peristiwa hukumnyanya tahun

2008, walaupun dicabut, sama sekali tak memengaruhi proses penyelidikan dan penyidikan,” kata Ketua Peradi dan Ketua Jurusan Ilmu Hukum Unmer itu. Plagiasi benar-benar “sukar” dihindari, tetapi bukan berarti tidak dapat dikurangi. Dengan adanya diskusi publik bertemakan plagiat, diharapkan praktik yang sudah lama menggejala tersebut sedikit demi sedikit bisa ditekan.

Para aktivis yang sudah memahami betul apa itu plagiat, sanksi moralnya, sanksi pidana beserta dendanya, haruslah menjadi pelopor utama dalam mengajak para mahasiswa untuk membuat karya ilmiah secara mandiri. Jika mengutip pendapat orang lain, secara jujur mencantumkan sumber rujukannya. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah)

follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.