Surya Edisi Cetak 28 Agt 09

Page 8

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 6

6 Rusun Masih Sebatas Dilirik SURYA, JUMAT, 28 AGUSTUS 2009

Belum Membudaya, Tidak Tepat Sasaran pul keluarga (8,87 persen). “Lebih dari 40 persen responden menyatakan tidak berencana pindah dari rumah yang ditempati saat ini,” kata Hendrawarman, pada pemaparan dan diskusi Survei Implementasi Kebijakan Perumahan bagi Masyarakat Lapisan Menengah dan Bawah, dikutip dari Kompas Online di Jakarta, awal pekan ini. Hasil survei menunjukkan, 60 persen responden menyatakan tidak mengetahui adanya kebijakan subsidi pemerintah membeli rumah susun. “Hanya 40 persen tahu kebijakan itu,” ucap Hendrawan. Sebelumnya, terkaitnya seretnya realisasi penjualan, pemerintah telah mendorong agar apartemen bersubsidi dijual secara bebas untuk mengejar target yang dipatok

SURABAYA - SURYA PASAR rumah susun (apartemen) masih membutuhkan kerja keras dari pengembang dan pemerintah untuk bisa diterima masyarakat. Pasalnya, hingga sekarang ternyata hunian apartemen kurang mendapat tempat sebagai pilihan hunian rakyat. nempati rumah susun pun cukup beragam. Peneliti dari CSG Hendrawarman mengatakan, alasan paling utama keengganan menempati rusun yakni luas bangunan yang dinilai tidak cukup untuk jumlah keluarga (22,82 persen). Kemudian, kurang leluasa bertemu tetangga (20,41 persen), kurang suka naik turun tangga (17,94), dan sulit menjadi tempat berkum-

Alasan Enggan Menempati Rusun Luas bangunan tidak cukup 22,82 % Kurang leluasa bertemu tetangga 20,41 % Kurang suka naik turun tangga 17,94 % Sulit jadi tempat berkumpul keluarga 8,87 % Alasan Lebih Memilih Tinggal di Perumahan Ingin punya rumah sendiri 57,2 Lingkungan nyaman dan aman 12,2 Lokasi terjangkau dari tempat kerja 1,6 Harga lebih sesuai anggaran 5,2

% % % %

Sumber: Survei Cirus Surveyor Group

grafis: surya/rendra

Perumnas Usul Revisi Alokasi Subsidi Rusunawa JAKARTA – SURYA Perum Perumahan Nasional segera menyerahkan usulan revisi Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2004 tentang Perumnas. Revisi terhadap perundang-undangan itu diharapkan dapat meningkatkan ruang gerak badan usaha milik negara sektor perumahan itu dalam penyediaan perumahan rakyat. Hal itu disampaikan Direktur Utama Perum Perumnas Himawan Arief, di Jakarta, kemarin. Draf revisi PP No 15/2004 itu akan diserahkan ke Kementerian Negara BUMN paling lambat pekan depan. Pengajuan draf revisi PP dikaji oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Perumahan rakyat, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta antardepartemen. Melalui revisi itu, pemerintah menata kembali peran dan kewenangan pemangku kepentingan perumahan rakyat, yakni Perumnas, perbankan, dan pengembang swasta, agar pembangunan perumahan rakyat efisien. Revisi yang diajukan Perumnas antara lain, menyangkut alokasi subsidi pembangunan rumah ke Perumnas untuk pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). “Perumnas berkomitmen mengembangkan rumah susun sederhana sewa. Pembangunan rumah susun sederhana sewa selama ini belum diminati oleh pelaku usaha dan perbankan,” ujar Himawan. Padahal, kata dia, pembangunan rusunawa akan memudahkan masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 2,4 juta per bulan, atau kelompok masyarakat bawah mendapat akses hunian. Himawan menegaskan, komitmen Perumnas dalam pembangunan dan pengembangan rusunawa akan terwujud bila mendapat duku-

ngan pemerintah melalui alokasi subsidi. “Alokasi subsidi pembangunan rumah ke Perumnas akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah yang layak dan terjangkau,” katanya. Selama ini, subsidi perumahan disalurkan ke perbankan untuk pembiayaan perumahan bagi masyarakat dengan penghasilan di bawah Rp 4,5 juta per bulan, atau kelompok masyarakat menengah bawah.

Bank Tanah Draf revisi PP No 15/2004 itu juga berisi usulan konsolidasi kembali lahan-lahan yang dikuasai pemerintah untuk pembangunan perumahan

AGENDA Pj

bagi masyarakat menengah ke bawah. Saat ini, menurut Himawan, Perum Perumnas mengalami krisis stok lahan perumahan. Luas stok lahan yang kini dikuasai Perum Perumnas hanya tersisa 2.400 hektare. Menanggapi minimnya sisa lahan yang dikelola Perum Perumnas, Menteri Negara Perumahan Rakyat Yusuf Asy’ary menyatakan, pembentukan bank tanah adalah agenda mendesak yang perlu diperjuangkan. “Guna mendukung pembentukan bank tanah, diperlukan komitmen pemerintah daerah untuk mengalokasikan lahan pemerintah daerah bagi perumahan rakyat,” katanya. ■ kcm

surya/habibur rohman

tahun ini. “Kami berharap dibebaskannya pembelian apartemen bersubsidi akan mempercepat penyerapan pasar, sehingga perputaran dana investasi pembangunan cepat kembali,” kata M Yusuf Asy’ari, Menpera, di Surabaya. Responden lebih memilih tinggal di perumahan, menurut Hendrawan, karena berbagai alasan. Di antaranya, ingin punya rumah sendiri (57,2 persen), lingkungan nyaman dan aman (12,2 persen), lokasi terjangkau dari tempat kerja (11,6 persen), dan harga dinilai lebih sesuai dengan anggaran (5,2 persen). Menurut Direktur CSG An-

drinof Chaniago, survei itu untuk mengetahui cara berpikir masyarakat tentang rumah. Survei di empat lokasi dilakukan di perumahan bagi kalangan menengah ke bawah dengan luas bangunan maksimal 54 meter persegi. Total responden 500 orang adalah kepala keluarga atau anggota keluarga yang mewakili kepala keluarga.

Butuh Sosialisasi Pengamat Properti Paniangan Simanungkalit menambahkan, kebijakan pemerintah mengembangkan rumah susun bagi masyarakat kalangan menengah bawah perlu lebih disosialisasikan.

Menurutnya, selama ini budaya tinggal di rumah susun belum lekat di masyarakat Indonesia. Hal ini dinilai menjadi salah satu faktor program kebijakan rumah susun menjadi tidak tepat sasaran. “Kaum proletar yang diharapkan menjadi target rumah susun ternyata tidak mau tinggal di sana. Karena hidup di rusun belum menjadi budaya. Yang tinggal di rusun itu masyarakat menengah dengan alasan waktu ke lokasi kerja,” kata Paniangan. Ia mengatakan, proyek rusunami yang dijual di kisaran Rp 150 juta tidak mampu dibeli kelompok yang disasar, yaitu

kalangan menengah dengan penghasilan Rp 4,5 juta per bulan. “Nyatanya, langsung diborong yang penghasilannya 10 juta karena lebih siap secara finansial,” imbuh Panangian. Padahal, kata Panangian, tinggal di rumah susun dinilai tepat bagi masyarakat berpenghasilan menengah untuk mengurangi kepadatan di kawasan pinggiran dan kemacetan di jalur menuju perkotaan. “Jika membudaya, diyakini dapat mengurangi persoalan sosial yang timbul dari para pelaju yang tinggal di pinggiran, namun bekerja di kawasan perkotaan,” tutur Panangian. ■ aru

Tergantung Bidikan Segmen Pasar HASIL survei yang menyatakan rumah susun (apartemen) belum diminati oleh masyarakat, disikapi beragam oleh developer. Mereka mengakui kurangnya sosialisasi keberadaan rusun menjadikan masyarakat belum banyak tertarik. Selain adanya segmentasi bidikan pasar yang mempengaruhi penjualan rusun. Marketing Manager Apartemen Universitas Ciputra Tutut Gunaedi mengatakan, bidikan segmentasi pasar rusun menjadi dasar penjualan. Demikian juga dengan harga penawaran unit rumah susun juga menjadi pertimbangan tersendiri. “Seperti apartemen UC yang membidik segmen mahasiswa, kenyataannya cukup banyak peminatnya. Bukan hanya kalangan mahasiswa yang membeli tapi investor juga tidak mau ketinggalan,” kata Tutut

surya/bib

Tutut Gunaedi di kantornya, Kamis (28/8). Tutut menjelaskan, tingginya minat terhadap apartemen UC disebabkan peruntukan yang sudah jelas. Yakni, un-

tuk hunian layaknya kos-kosan mahasiswa. Dengan demikian, tidak ada yang khusus seperti apartemen kelas atas yang serba lengkap berfasilitas hotel bintang lima. “Mungkin ini alasan mengapa apartemen UC cukup laku,” ucapnya. Dari tota apartemen UC yang mencapai 504 unit, hingga sekarang telah terjual sekitar 60 persen. Pembelian apartemen UC dipastikan akan semakin banyak, mengingat harga yang ditawarkan mencapai Rp 199 juta per unit dan bisa dibeli secara angsuran melalui KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). “Kami optimistis sebelum pembangunan apartemen UC selesai, seluruh unit akan terjual,” tukas Tutut. Hal senada disampaikan Marketing Manager Apartemen Trillium Surabaya, Larasati

Agatha. Menurutnya, selain bidikan pasar, lokasi apartemen juga menjadi daya tawar tersendiri. Seperti, lokasi Apartemen Trillium yang ada di jantung kota Surabaya. “Peminat unit apartemen cukup tinggi terutama untuk berinvestasi. Bisa saja nantinya apartemen yang dibeli oleh investor disewakan sebagai hunian sementara. Terutama bagi orang yang berkepentingan di kota Surabaya dalam beberapa hari daripada tinggal di hotel,” terang Larasati. Oleh karena itu, lanjut Larasati, hasil survei yang menyebutkan apartemen kurang diminati masyarakat memang betul adanya. “Tetapi itu semua tergantung lokasi dan pasar serta peruntukannya,” tutur Larasati, yang berhasil menjual sekitar 70 persen Apartemen Trillium dengan total 320 unit. ■ aru

perjalanan UMROH & HAJI

TICKET DOMESTIK & INTL BISA DIANTAR

Denpasar Jakarta Banjarmasin Balikpapan Yogyakarta Kupang Singapore Kuala Lumpur

: From Rp. 99.000,: From Rp. 77.000,: From Rp. 77.000,: From Rp. 87.000,: From Rp. 89.000,: From Rp. 132.000,: From Rp. 315.000,: From Rp. 219.000,-

NB : Harga Belum Termasuk FS

TOUR DOMESTIK & INTL

AYO KE BALI 3 HARI/2 MALAM

LUMPUR 3D/2N HARGA KUALA SINGAPORE 3D/2N

MULAI BANGKOK

HONGKONG

3D/2N 4D/3N

HARGA MULAI

Belum besarnya minat masyarakat terhadap rusun diketahui dari hasil survei Cirus Surveyor Group (CSG), di mana sekitar 93 persen dari 500 responden menyatakan tidak pernah punya keinginan untuk tinggal di rumah susun. Responden yang disurvei merupakan penghuni perumahan di kawasan Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Alasan keengganan me-

TERSEGMEN Apartemen UC yang memiliki konsep untuk mahasiswa, ternyata juga diminati investor. Ini karena peruntukannya yang sudah tersegmen dan bisa dibeli dengan mengangsur melalui kredit pemilikan apartemen (KPA).

$ 185 $ 185 $ 145 $ 435

HOTEL DOMESTIK & INTL

( 031-8547855

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 6


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.