Surya Edisi Ceta 13 Jan 2010

Page 22

19

Opini RABU, 13 JANUARI 2010

ANDA punya keluhan, kritik dan saran terhadap layanan publik oleh pemerintah maupun swasta? Atau sekadar ingin berbagi? Silakan kirim ke suratpembaca@suryagroups.com atau manfaatkan fasilitas surat pembaca di www.surya.co.id. Untuk artikel di rubrik Opini, kirimkan naskah sekitar 6.000 karakter ke opini@suryagroups.com dilengkapi scan foto/foto identitas diri. Jika melalui surat, silakan kirim ke saudari Erly di Harian Surya, Jl Rungkut Industri III No 68-70 Surabaya 60293 atau faksimili 031-8414024. Sertakan fotokopi identitas Anda (KTP, SIM, dll).

Tertibkan Bangunan Liar di Buduran Mohon perhatian Dinas Pengairan Sidoarjo agar menertib­kan bangunan liar di bantaran sungai wilayah Buduran dan Siwalan Panji. Ada sekitar 12 rumah liar yang baru dibangun di bibir sungai yang menjadi sumber utama air PDAM Sidoarjo unit Siwalan Panji. Ini sangat mengganggu pemeliharaan sungai, mengingat musim hujan telah datang dan daerah kami sering banjir karena luapan air sungai. Sudarwanto Siwalan Panji RT 02/RW 05, Buduran, Sidoarjo

Umur 31 Tahun, Butuh Pekerjaan Saya perantauan asal Jawa Tengah yang sedang meng­ adu nasib di Surabaya dan Malang. Sudah beberapa kali saya melamar ke beberapa perusahaan namun hingga kini belum ada satu pun yang menampakkan hasil positif. Melalui surat dari pembaca ini, saya berharap ada pem­ baca yang berkenan menawarkan pekerjaan bagi saya. Saya bersedia bekerja apa saja asal halal. Saya lulusan SMU, usia 31 tahun, pengalaman kerja sebagai Sales Supervisor, Bagian Gudang. Demikian harap maklum dan terima kasih atas perhatiannya. Zummi Yartono Jl Terusan Borobudur 1D/75B, Kota Malang 088-1331-9272 - hzummi@yahoo.com

Unas Saja, kok Ribet! Dr Tri Budhi Sastrio Doktor Pendidikan dan Dosen di Universitas Widya Kartika

Negeri ini memang paling senang ribet. Sesuatu yang sederhana, seperti pemberlakuan Unas, bukan saja dibuat ribet, tetapi juga dibuat tidak menentu bahkan oleh kelompok orang yang sama sekali tidak mempunyai hak untuk berbicara, apalagi menentukan Unas.

u

jian nasional, sesuai namanya, merupakan kewenangan penuh negara yang kemudian diserahkan pada Departemen Pendidikan Nasional. Dengan kata lain, jika ada orang, badan, atau forum, termasuk forum rektor universitas negeri yang beranggapan bahwa suaranya penting dan patut didengarkan, ikut memutuskan Unas itu dampak legalnya seperti apa, jelas-jelas keblinger dan kebablasan. Forum Rektor boleh saja berkomentar, tetapi seyogyanya komentar tersebut hanya masukan dan tidak lebih dari itu. Keputusan menyelenggarakan Unas berada di tangan negara, di tangan pemerintah, di tangan menteri, termasuk apa saja faktor ikutan legalnya seperti umpamanya menjadi satusatunya ukuran diterima tidaknya siswa peserta Unas masuk ke perguruan tinggi negeri. Unas tentu saja pantas memperoleh privilege seperti ini, mengingat biayanya yang sangat besar yang ditanggung oleh negara (baca: rakyat), diselenggarakan oleh badan (baca; negara) yang kredibilitasnya tidak perlu diragukan, dan diawasi oleh kelompok akademisi (baca: guru dan dosen) yang kepiawaiannya juga harus diakui.

Unas dan uneg identik karena sama-sama diselenggarakan oleh negara. Tingkat kelulusannya, seperti yang dilansir oleh Mendiknas, sekitar 30 – 40 persen ketika itu. Sebuah angka yang memprihatinkan tentu saja tetapi angka ini paling tidak menggambarkan realitas pendidikan sebenarnya. Kemudian seiring dengan diluncurkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Pelita, dicanangkannya kenaikan Angka Partisipasi Kasar (APK) anak-anak yang dapat melanjutkan ke sekolah, dan diluncurkannya program SD Inpres, pemerintah akhirnya memutuskan untuk menghapus Unas dan menggantinya dengan Ebtanas. Sedangkan kelulusan siswa diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Hasilnya? Dahsyat dan luar biasa! Angka kelulusan SD, SMP, dan SMA/SMK yang semula berkisar antara 30-40 persen berubah menjadi 100 persen. Jika angka 100 persen ini disebabkan karena semua anak didik memang berubah menjadi semakin pandai, pintar, cerdas, dan menguasai ilmu pengetahuan, tentu saja perubahan dahsyat kelulusan ini harus disambut dengan gembira. Tetapi kita semua tentu saja mahfum bahwa kondisinya sebenarnya tidak seperti itu. Siswa memang berubah menjadi semakin baik, sehingga menjadi rasional jika angka kelulusannya naik, tetapi jika dinyatakan seluruh siswa mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK lulus 100 persen,

Riwayat Unas Jauh sebelum Indonesia merdeka sampai tahun 1972, Unas sebenarnya sudah ada. Namanya pada saat itu memang bukan unas tetapi Uneg, ujian negara.

Kecewa Layanan PLN Singosari Saya sungguh sangat kecewa atas pelayanan PLN Singosari yang kurang merespons niat saya mengajukan pemasangan jaringan baru listrik 1.300 watt di Gang Stasiun 3, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, sejak dua bulan lalu. Saat itu, saya ke bagian pemasangan baru, oleh petugas dimintai fotokopi KTP dan rekening tetangga sebagai persyaratan, sedangkan biayanya Rp 2,5 juta. Besok paginya langsung disurvei dan dinyatakan jaringan di rumah saya sudah penuh. Untuk itu, saya diminta bersabar. Seminggu, dua ming­ gu, tiga minggu minggu hingga sekarang hampir dua bulan, penantian itu sia-sia karena hanya angin surga dan tidak ada ketegasan. Ketika coba saya tanyakan ke petugas, mengapa tidak bisa pasang jaringan baru, hanya dijawab akan dilihat di komputer. Namun demikian, oleh petugas saya belum dianggap mendaftar dan tidak masuk daftar tunggu walau telah memberikan fotokopi KTP lengkap dengan nomor handphone dan rekening tetangga. Anehnya, ketika saya akan membayar lunas biaya Rp 2,5 juta, sang petugas menolaknya. Padahal, tetangga sebelah saya yang pasang 900 watt justru sangat mudah. Ironis. Nah, bagaimana ini bapak pimpinan PLN Malang? Prosedur yang benar pengajuan pemasangan jaringan baru itu bagaimana dan saya harus mengadu ke siapa? Kalau saya harus menunggu, sampai kapan? Apakah rumah saya harus diterangi dengan LILIN? Yoli Andi Purnomo Jl Raya Singosari 109 A (Depan Kantor PJR) Singosari, Kelurahan Pagentan, Kabupaten Malang

Waspadai Demam Berdarah Memasuki tahun 2010, cuaca kembali berubah-ubah, dan virus demam berdarah mulai mengintai kita. Seperti tahun-tahun lalu, memasuki pergantian musim, angka kejadian demam berdarah meningkat. Ketika biaya pengobatan sulit dijangkau serta perhatian dinas terkait yang menurun (karena belum ada KLB), marilah kita berusaha melakukan 3 M (menguras, menutup dan mengubur), baik ada maupun tidak ada kejadian demam berdarah di sekitar kita. Olvy Ribkha Manaroinsong Mahasiswi Fakultas Psikologi, Unmer Malang

HARIAN PAGI

Pemimpin Redaksi Rusdi Amral Wakil Pemimpin Redaksi Sunarko Redaktur Pelaksana Alfred Lande, Farhan Effendi

warteg

maka tampaknya ada yang salah di sini. Ada yang tidak beres atau tepatnya ada manipulasi. Salah satu contoh manipulasi legalnya adalah seperti berikut: Seorang siswa mendapat nilai 8 untuk matapelajaran matematika yang diujikan di sekolah. Melalui Ebtanas siswa yang sama ini memperoleh hanya nilai 3 untuk matematika. Apakah siswa ini akan dinyatakan tidak lulus karena nilai 3 jelas tidak lulus? Tentu saja tidak! Masih ada nilai 8. Jika nilai 8 –nya murni kondisinya masih ‘lumayan’. Tetapi bagaimana jika nilai 8 itu hasil rekayasa sekolah? Maka terjadilah apa yang disebut manipulasi akademis! Sebenarnya tidak lulus tetapi akhirnya dinyatakan lulus. Sebenarnya tidak berhak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tetapi nyatanya mereka menikmati jenjang pendidikan yang lebih tinggi! Nah, apa mungkin dan bagaimana mungkin manipulasi yang disadari ini dibiarkan terus menerus berlangsung tanpa ada upaya perbaikan. Sementara semua pihak menyadari bahwa generasi muda di negara lain, sebagai partner sekaligus pesaing generasi muda Indonesia di masa mendatang,

Bagaimana Baiknya? Supaya tidak salah, mungkin ada baiknya apa yang disampaikan oleh orang yang paling mempunyai otoritas dalam bidang ini, dikutip kembali di sini. Mendiknas RI M Nuh mengimbau kepada siswa peserta didik untuk siap menghadapi ujian dan tidak terjebak pada perbedaan - perbedaan pendapat. "Orang yang paling baik adalah orang yang paling siap. Oleh karena itu, tugas utama guru mengajar, tugas utama murid adalah belajar. Kalau kita sudah siap, diuji oleh siapapun tidak ada masalah," katanya. Termasuk Unas, tentu saja! Mendiknas mendorong supaya siswa tahan banting dan mempunyai semangat yang tinggi. "Bagi saya tidak perlu dipertentangkan antara apakah itu pemetaan dan kelulusan,"

ujarnya. Terkait usul untuk menjadikan UN hanya sebagai standar, Mendiknas mengatakan, kalau hanya dijadikan standar tidak melekat pada nilai itu pada orang per orang maka bisa menjadi bias lagi. "Sampeyan ujian negara, tidak saya pakai untuk menentukan kelulusan. Sampeyan akan menjawab sembarang ya, kan? Wong ndak menentukan, ndak ada apa-apanya. Berarti akan ada bias lagi. Kenapa harus dikontroversikan? Jauh lebih baik, sudah di samping untuk menentukan (kelulusan) juga untuk standar masuk perguruan tinggi negeri," ujarnya kepada media. Bagaimana? Sekarang sudah jelas? Kalau sudah, Unas sudah selayaknya disambut dengan gembira, dan supaya Forum Rektor tidak terlalu banyak bertingkah, mungkin Pak Menteri harus segera menurunkan Keputusan Menteri (karena Keputusan Forum Rektor saja tidak dikenal) yang salah satu klausulnya menyatakan bahwa Unas adalah satu-satunya tolok ukur penerimaan mahasiswa di PTN dan PTS. Tidak ribet, kan? Hidup Unas, hidup siswa Indonesia! n

Kirimkan naskah Anda ke e-mail ANDA PUN BISA JADI WARTAWAN warteg@suryagroups.com dengan subjek sesuai judul naskah. Panjang naskah cukup 3.000 karakter. Cantumkan nama, alamat e-mail, alamat lengkap, usia, dan telepon Anda. Tulisan dari hasil reportase sendiri dengan tema menarik akan diutamakan untuk dimuat di rubrik ini. Lainnya tetap dimunculkan di website www.surya.co.id. Mari berkarya!

Kiat Menghadapi Perubahan Iklim Satriya Nugraha SP Konsultan Pertanian Organik, Mantan Presiden BEM Fakultas Pertanian Unibraw 2000-2002 satriya1998@gmail.com

benar-benar lulus sekolah dan berhak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena mereka memang lebih baik? Bagaimana mungkin generasi yang lulus karena manipulasi dapat bersaing dengan generasi yang lulus murni?

mengikat air dan menahan laju pe­nguapan. Tidak heran lebih banyak terjadi kekeringan. Berkurangnya jumlah vegetasi juga menurunkan kelembaban udara dan meningkatkan suhu udara. Produksi pupuk dan pestisida kimia yang dipakai pertanian konvensional juga menghasilkan gas rumah kaca yang merupakan salah satu pemicu terjadinya perubahan

petani perlu mengembangkan cara bertani yang lebih hemat air. Cara bertani organik dan yang lebih berkelanjutan adalah strategi paling jitu. Pertanian berkelanjutan yang Istilah perubahan iklim mengedepankan keberagaman mungkin masih asing bagi jenis tanaman dan integrasi sebagian besar petani. Tetapi ternak lebih mampu bertahan coba tanyakan dalam bahasa menghadapi tekanan perubadaerah mereka masing-mashan iklim. ing. Punapa mangsanipun Pola tanam berlapis mulai malih? atau Geus teu usumna? dari penutup tanah hingga atau Yulera sele geu? atau pohon akan membantu Kesonda raka attunna? atau tanah mengikat air lebih Petani perlu Musim jih meu ubah? Pasti baik, sehingga mampu mengem­­bangkan petani akan lancar bermenghadapi kekerincara bertani yang cerita pengalaman mereka. gan dan meningkatkan Perubahan musim kemaproduksi tanaman. Kolebih hemat air. rau-hujan, makin sulitnya toran ternak dan serasah Yakni, bertani mendapatkan air dan ma(sisa tanaman) bisa menorganik dan yang lebih kin panasnya suhu udara. jadi mulsa dan pupuk orPetani adalah pihak yang berkelanjutan. ganik yang menyuburkan paling merasakan akibat dan menjaga kelembaban perubahan iklim meskipun tanah. Tanaman yang mereka tidak benar-benar iklim. Sementara aplikasinya beragam juga menjamin ketmemahami konsep dasar pepada lahan telah menurunkan ahanan pangan bagi keluarga rubahan iklim. Banyak peneli- kesuburan dan menyebabkan petani. Karena jika satu jenis tian menunjukkan, pertanian erosi tanah. Dan seperti lingtanaman gagal panen, masih konvensional yang dipakai karan setan, perubahan iklim ada cadangan panen dari jenis secara luas sejak era Revolusi membuat efek negatif dari pertanaman lain. Hijau turut menyumbang pada tanian konvensional menjadi Pemakaian bibit unggul terjadinya perubahan iklim. lebih parah dan lebih cepat. –misalnya yang tahan kekerPertanian konvensional yang Karena kondisi lingkungan ingan– bisa menjadi pilihan intensif (baik dari sisi pemenghangat, ada beberapa untuk antisipasi gagal panen. makaian mesin pertanian atau hama dan penyakit yang Petani bisa mencoba budidayluasan lahan) memicu penetadinya bukan ancaman akan jenis tanaman tradisionbangan hutan untuk membuka serius, berubah jadi sangat al atau tanaman yang selama lahan. Hujan sangat deras merusak. Kekeringan juga ini kurang diperhitungkan. yang belakangan kian sering berkepanjangan, ketersedia­ Perubahan iklim memang terterjadi mempercepat pengikisan an air menipis. Belakangan jadi dalam skala global. Tetapi lapisan atas tanah. Gundulbanyak terjadi ketidakseimdampaknya justru lebih terasa nya hutan berarti hilangnya bangan jumlah air di musim di tingkat lokal sehingga perlu bahan organik dari tanah. Pakemarau dan musim hujan. cara berpikir dan bertindak dahal bahan organik berperan Untuk beradaptasi kondisi ini, antisipatif. n

Ojek Pelat Merah Adi Cita Mahasiswa Bahasa Inggris, IKIP Budi Utomo, Malang adicita84@yahoo.com pendidikan antikorupsi menjadi mata pelajaran baru di berbagai institusi pendidikan mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA. Bila benar terjadi, ini memberikan optimisme baru untuk melahirkan generasi antikorupsi. Namun di sisi lain, ini juga menyiratkan rasa pesimisme tinggi. Bagaimana tidak, ternyata masih ada yang terjangkit praktik-praktik korupsi di lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri. Misalnya, dalam hal penerimaan siswa baru dan jual beli nilai. Menjadi sulit untuk membentuk pribadi siswa yang paham pasal-pasal korupsi sekaligus mampu mengamalkannya jikalau sekolah yang bersangkutan masih saja "istiqamah" melanggengkan tindakan koruptif. Bagaimana sekolah bisa membentuk pribadi yang antikorupsi jika ternyata juga berlaku korup? Pendidikan antikorupsi tanpa suri tauladan dari pihak sekolah dan orangtua hanya akan menghasilkan siswa dengan hapalan kuat soal pasal-pasal tindakan pidana korupsi. Tapi, di sisi lain, mereka lemah di implementasi. Say-

angnya, suri tauladan dari para orangtua masih belum semuanya bisa diharapkan. Saat ini kita masih sering menyaksikan banyaknya ojek plat merah. Banyak orangtua siswa yang menjadi pegawai nege­ ri masih saja mengantarkan putra-putrinya ke sekolah dengan menggunakan kendaraan berpelat merah. Padahal, kendaraan itu dibeli dengan uang rakyat sehingga seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Jika untuk kepen­ tingan pribadi, sama halnya korupsi sesuai diatur Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001. Mari berkaca pada pe­tinggi negara bernama Umar bin Abdul Aziz. Ia mematikan lampu fasilitas negara di kantornya kala anaknya datang untuk membicarakan keperluan pribadi yang tidak ada urusannya dengan negara. Kita seharusnya dapat mencontoh keteladanan Umar bin Abdul Azis di atas. Umar bin Abdul Azis lebih memilih mematikan lampu kantornya karena beliau sadar bahwa lampu itu adalah fasilitas negara. Sedangkan apa yang akan dibicarakan dengan anaknya adalah urusan pribadi keluarga, bukan urusan rakyat banyak. n

Staf Redaksi: Satwika Rumeksa, Tri Yulianto, D Wahjoe Harjanto, Trihatmaningsih, Sigit Sugiharto, Tri Dayaning Reviati, Eko Supriyanto, Junianto Setyadi, Hariyanto, Tri Mulyono, Tutug Pamorkaton, Gatot Sunarko, Wahyudi Hari Widodo, Josef Sintar, Endah Imawati, Kistyarini, Arie Yoenianto, Yuli Ahmada, M Rudy Hartono, Ahmad Pramudito, Anas Miftahudin, Joko Hari Nugroho, Wiwit Purwanto, Suyanto, Deddy Sukma, Tantowi Jauhari, Habiburrohman, Kuncarsono Prasetyo, Didik Sutrisno, Titis Jatipermata, Fatkhul Alami, Doso Priyanto, Ravianto, Dyan Rekohadi, Amru Muis, Sri Handi Lestari, Yudie Thirzano, Marta Nurfaidah, Dwi Pramesti, Sugiharto, Musahadah, Mujib Anwar, Hadi Santoso, Sudharma Wahyu Adiwijaya, Iksan Fauzi. Direktur: Rusdi Amral; General Manager Bisnis-Iklan: Stella Soedibjo, Wakil General Manager Bisnis: Wachid Mukaidori ; Manager Marcomm: Rachmad Hariyanto Biro/Perwakilan: Malang: Adi Sasono, Hesti Kristanti, Eko Nurcahyo, Sylvianita Widyawati, Wahyu Nurdiyanto, Aji Bramastra, Alamat: Jl Sultan Agung No. 4, Malang. Telepon: (0341) 360201 Fax: (0341) 360204. Iklan: fax (0341) 360204, Sirkulasi (0341) 360203, Kediri: Didik Mashudi, Arief Suka Putra, Alamat: Jl Banjaran Gg I/ 131, Kediri, Tlp (0354) 686933, Pasuruan: Jl Dr Wahidin Selatan 180 Pasuruan. Telepon/fax: (0343) 412411, Gresik: Adi Agus Santoso, Mojokerto: Imam Hidayat, Jakarta: M Taufiq Zuhdi, Alamat: Jl Palmerah Selatan 12 Tlp (021) 5483008, Fax: (021) 5495360 Kantor Pusat: Jl Rungkut Industri III No 68-70 Surabaya 60293 Telepon: (031) 8419000, Fax Redaksi: (031) 8414024 Alamat Surat: PO BOX 110 SBWO Surabaya Penerbit: PT Antar Surya Jaya, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No.202/SK/MENPEN/ SIUPP/A.7/1986 Tanggal 28 Juni 1986. Percetakan: PT Antar Surya Jaya. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan: Iklan taktis min 75 karakter–mak 375 karakter (1 karakter Rp 750); Iklan display/umum (hitam putih) Rp 25.000/mmk, Iklan display/umum (warna) Rp 30.000/mmk; Iklan duka cita Rp 7.500/mmk; Iklan mendesak/duka cita untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00 WIB. Bagian Iklan: Jl Rungkut Industri III No 68-70 Surabaya 60293, Telepon: 031 841 9000, Fax: (031) 8470000 dan (031) 8470500. Manager Iklan Jakarta: Christina MS Indiarti; Alamat: Gedung Iklan Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No.15 Jakarta. Telepon (021) 53679599 Ext.6009, Fax (021) 53699150. Bagian Sirkulasi (Langganan): Gedung Kompas Gramedia Lt. 4 & 5 Jl. Jemur Sari No. 64 Surabaya, Telepon: (031) 8419664 (Pelanggan), (031) 8483939, 8483500 (Bagian Sirkulasi) Fax: (031)8479595 - 8478753. Harga Langganan Rp 29.000/bulan, E-Mail Pengaduan: pengaduan@suryagroups.com, Rekening: BCA Cabang Darmo, Rek 088-3835830; Bank BNI Cabang Pemuda, Rek. 0048789714; Bank Danamon Cabang Gubernur Suryo, Rek 0011707361; Bank Mandiri Cabang Rungkut, Rek 141.0086001112 atas nama PT Antar Surya Jaya. Surya Online: http://www.surya.co.id E-Mail: redaksi@surya.co.id

SEMUA WARTAWAN SURYA DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.