Surya Edisi 20 September 2011

Page 22

20 Ekonomi Bisnis

SELASA, 20 SEPTEMBER 2011

Tahan Laju Gadai Emas

►BI Khawatir, Bank-bank Syariah Wait and See SURABAYA - SURYA BANK-BANK mulai menahan laju ekspansi produk gadai syariah, pasca munculnya kekhawatiran Bank Indonesia (BI) terhadap bubble harga emas. Kondisi ini terjadi ketika banyak bank syariah ramai-ramai menawarkan produk ini. Kepala Cabang Induk BRI Syariah Surabaya Mulyatno Rachmanto mengatakan, selama ini memang belum ada pembatasan dari BI terkait berapa persen kucuran untuk gadai syariah dari total portofolio pembiayaan maupun regulasi lainnya. “Sampai Agustus kucuran gadai syariah kami Rp 135 miliar, padahal target tahunan hanya Rp 125 miliar. Permintaan pasar luar biasa tetapi kami belum terlalu agresif dengan imbauan BI itu,” kata Mulyatno, Senin (19/9). Total pembiayaan BRI Syariah Cabang Surabaya (membawahi Surabaya dan sekitarnya di wilayah Jatim) sebesar Rp 560 miliar. Artinya, portofolio gadai syariah tidak sampai 25 persennya. "BRI sendiri tidak menargetkan sampai akhir tahun capaiannya harus berapa, tetapi kami meyakini tidak akan melebihi 50 persen dari total pembiayaan. Asalkan debitur yang kami biayai itu kredibel maka akan kami biayai,” jelasnya. Menurut Mulyatno, salah satu alasan bank-bank tertarik di lini bisnis ini karena risikonya kecil, pasarnya bagus, dan marjinnya juga menggiurkan. “Bagi BRI Syariah, gadai syariah tidak akan menjadi fokus bisnis dengan mendorong orang berinvestasi di emas. Kami hanya menjawab kebutuhan pasar, di beberapa kota tren gadai syariah investasi dan gadai syariah tradisional berbeda-beda,” ujarnya. Ia mencontohkan Madura, tren gadai syariah tradisional mendominasi sampai 90 persen, kalau di kota besar seperti Surabaya, portofolio gadai syariah tradisional tinggal 40 persen. Ini dianggap wajar karena masyarakat kota besar sudah melek investasi. Pemimpin Bank Jatim Syariah

surya/habibur rohman

Avantiono Hadhianto menambahkan, gadai emas syariah di Bank Jatim Syariah dibatasi tidak boleh lebih dari 30 persen dari total pembiayaan. "Mengingat produk ini bukan fokus utama jualan, maka kami batasi. Lagipula kami tidak ada pola kebun emas (investasi), jadi yang kami jual hanya produk gadai syariah tradisional yang diluar investasi. Untuk pola kebun emas kami tawarkan di produk lain, bukan lewat gadai,” jelas Avantiono. Pola yang ditawarkan mirip Kredit Cepat Aman (KCA) Pegadaian, masyarakat datang ke counter dan gadaikan emasnya minimal mulai 2 gram dan pembiayaan cair setelah emas ditaksir. “Prosesnya paling lama 45 menit duit langsung cair. Ini merupakan produk baru yang diluncurkan 28 Agustus 2011, jadi target sampai akhir tahun hanya Rp 7 miliar dan hingga 28 Agustus 2012 (1 tahun) diharapkan mencapai Rp 15 miliar,” imbuhnya. Terkait rasio utang terhadap nilai barang (loan to value / LTV) bisa sampai 100 persen untuk logam mulia. “Namanya saja baru awal, jadi untuk memancing minat masyarakat pencairan bisa 100 persen, namun bagi debitur yang berkali-kali LTV-nya bisa lebih rendah,” katanya. Outstanding pembiayaan Bank Jatim Syariah hingga Juli 2011 sebesar Rp 157 miliar atau tumbuh 95 persen dari periode yang sama di 2010 sebesar Rp 81 miliar. Target penyaluran sampai akhir tahun Rp 296 miliar. ■ ame

KURS DOLAR 8.790 8.810 8.830 8.850 8.870 8.890

19/9 0 POIN

8.816 8.874

8.803

14/9

15/9

8.916 16/9

18/9

KURS VALAS MATA UANG

KURS JUAL

KURS BELI

AUD

9,067.57

8,974.77

CNY

1,385.95

1,372.17

EUR

12,088.62

11,966.65

GBP

13,892.93

13,751.27

HKD

1,135.17

1,123.87

MYR

2,852.68

2,821.58

SGD

7,056.06

6,980.32

USD

8,849.00

8,761.00

HARGA EMAS

HARGA EMAS 18/9

DOLAR AS/TROY OUNCE 1.814.70

PERKIRAAN PASAR

19/9

1.818.20

(24 KARAT) Rp 518.000/gram

BUKAN FOKUS UTAMA - Meski banyak diminati, perbankan syariah masih membatasi penjualan gadai emasnya. Ini karena rata-rata produk gadai emas bukan menjadi fokus penjualan bank syariah.

Harga Stabil, Tahan Beli

T

RANSAKSI emas di sejumlah toko perhiasan dan jual beli emas di Surabaya cenderung lesu. Alasannya, harga komoditas inI relatif stabil di pasar. Masyarakat memilih menunggu harga bergerak, apakah kembali naikan atau justru turun. Staf penjual di toko emas Sedulur di Pasar Atom, Nanik Isnaini mengatakan, penjualan emas perhiasan maupun logam mulia (LM) cenderung turun sejak Lebaran lalu. Selain karena tidak banyak masyarakat yang mengganti aksesori perhiasan, juga karena harga emas relatif stagnan. “Calon pembeli masih wait and see. Ini berbeda dengan saat harga emas terus melonjak naik saat Ramadan lalu, pembeli banyak memburu emas perhiasan maupun LM,” kata Nanik, Senin (19/9). Di tempatnya, saat ini harga emas perhiasan dengan kadar 70 persen ditawarkan Rp 405.000 per gram. Sementara LM rata-rata Rp 540.000 per gram. “Harga LM memang mengalami fluktuasi harga yang ting-

gi. Setiap hari berubah-ubah. Sedang emas 70 persen relatif stabil sejak Lebaran lalu. Saat harga tinggi dulu LM banyak diburu. Namun kini kita tak berani stok karena permintaan lesu,” ulas dia. Karyawan Toko Emas Kencana di kawasan Blauran, Rini Setyowati menambahkan, sejak Lebaran lalu transaksi di sejumlah toko emas cenderung lesu. Kalaupun ada, karena kebutuhan seperti cincin kawin. “Bulan ini kan musim nikah, jadi bisa sedikit terbantu dari permintaan pembuatan cincin kawin. Namun secara umum turun drastis dibanding menjelang Lebaran lalu,” papar Rini. Diakuinya, pemburu emas memilih menahan untuk tidak membeli karena masih menunggu perkembangan pasar. Di sisi lain, mereka enggan melepas emas yang dimiliki dengan harapan harga emas akan kembali naik. “Ini berbeda dengan masyarakat umum, rata-rata hanya mengoleksi beberapa gram. Terbukti, saat ini konsumen menengah bawah mengaku tak mampu beli emas di atas 5 gram,” pungkasnya. ■ dio

Lahan 'Hilang', Terancam Defisit Beras SURABAYA - SURYA Terus berkurangnya lahan pertanian di Jatim akibat alih fungsi lahan dikhawatirkan kian membuat produksi beras dari provinsi ini terus menurun. Bahkan, Jatim yang merupakan penyangga beras nasional diprediksi mengalami defisit beras pada 2015. Dewan Pembina Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jatim, Noer Soetjipto mengatakan, setiap tahun terdapat ribuan hektare lahan pertanian di Jatim yang beralih fungsi menjadi perumahan, jalan tol, serta industri. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk di provinsi ini juga terus bertambah. Data menunjukkan

rata-rata ada pertumbuhan 1-3 persen penduduk tiap tahun. “Artinya, terjadi angka yang bertolak belakang antara supplay dan demand. Nah, harusnya pemerintah daerah bisa mengendalikan ini dengan mengacu pada UU Lahan Berkelanjutan. Jadi, jangan terlalu mengobral investor masuk, sementara lahan pengganti nol,” kata Soetjipto, Senin (19/9). Kondisi itu kian mengkhawatirkan jika melihat tren produksi beras di Jatim berdasar pengadaan Bulog, dimana sejak 2010 terjadi penurunan yang signifikan. Bahkan, jika sebelumnya Jatim mampu menyuplai kebutuhan beras provinsi lain, tahun

ini program itu dihentikan. “Peran Bulog pun kini bukan sebagai penyangga, tapi lebih ke komersial. Saat ini rata-rata penyerapan Bulog hanya 10 persen dari total produksi. Penyebabnya, salah satu harga beli lebih rendah dari pasar,” ungkap dia. Karena itu, ia berharap pemerintah segera melakukan upaya strategis agar produksi beras tidak terus menurun. Ia khawatir, jika hal ini dibiarkan, 2015 nanti Jatim mengalami defisit beras. “Jika ini terjadi, Indonesia akan menjadi pengimpor beras terbesar. Karena Jatim yang jadi andalan tidak mampu jadi penyangga,” pungkas Soetjipto. ■ dio


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.