Surya Edisi 15 September 2011

Page 2

11 Sambungan SMS... n

DARI HALAMAN 1

periksa," jelas Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Jayadi di lokasi. Aksi razia atau sweeping ini dilakukan sebagai antisipasi merebaknya isu adanya sekelompok orang yang mengajak pergi jihad ke Ambon. Dalam razia tersebut, polisi menemukan ratusan senjata tajam, seperti badik, pedang, golok, lapak, mandau, parang, dan gagang pisau. Ada juga barang seperti pipa milik penumpang yang ikut disita. Petugas juga mendapatkan satu pucuk airsoft gun dan puluhan miras merek Chivas. Sejumlah penumpang yang dicurigai diperiksa intensif. Mereka didata hendak pergi ke mana dan apa saja yang dibawa. "Kalau ada yang mencurigakan langsung didata, termasuk yang membawa senjata tajam dan barang berbahaya tadi," papar Jayadi. Seorang penumpang bernama Purwanto sempat diperiksa petugas karena penampilannya. Ia dicurigai lantaran diduga mem-

Dilihat... n

DARI HALAMAN 1

Perempuan dan Anak (PPA) AKP Suratmi, Ayu ditetapkan sebagai tersangka karena menjadi pelaku sekaligus penghubung dalam praktik ini. “Selain sebagai striper (penari telanjang), Ayu jugalah yang memasok cewek lain,” kata Indarto, Rabu (14/9). Penangkapan striper ini merupakan yang pertama dalam dua tahun terakhir. Polisi mengaku sangat sulit menembus jaringan para striper privat, karena mereka hanya melayani orang-orang tertentu. Polisi harus menyamar untuk menjebak komplotan ini. “Meski sudah dapat informasi ini, masih sulit bagi kami menembus ke tersangka Ayu. Namun, setelah kami yakinkan

Malinda... n

DARI HALAMAN 1

katanya, tak ada pertimbangan khusus. "Sebenarnya tidak ada masalah. Yang bersangkutan tadi minta ditahan di Bareskrim. Tapi, kami kan sudah biasa menahan kalau tidak di Cipinang ya di Pondok Bambu. Tidak masalah, semuanya rutan," jelasnya. Menurut Masyhudi, setelah tersangka diserahkan kepada penuntut umum, penahanan tersangka menjadi kewenangan jaksa. Selama ini, pihak kejaksaan selalu menitipkan tahanan di Rutan Cipinang dan Pondok Bambu. Nah, karena Malinda Dee berjenis kelamin perempuan, maka dititipkan di Pondok Bambu yang memang khusus

Eks... n

DARI HALAMAN 1

pinjaman tambahan dana penunjang DPRD Sidoarjo tahun 2005 sebesar Rp 2,6 miliar. “Persetujuan terdakwa diucapkan saat pertemuan dengan anggota DPRD Sidoarjo dan sejumlah pejabat Pemkab di Rumah Makan Sea Master Surabaya 12 Oktober 2005,” kata Hartono saat membacakan tuntutannya. Persetujuan Win ini lalu ditindaklanjuti Kabag Keuangan Pemkab Sidoarjo saat itu Nunik Ariyani (terdakwa lain) dengan memerintahkan stafnya Agus Dwi Handoko (terdakwa lain) mengeluarkan uang dari brankas Kasda. Namun pengeluaran uang pinjaman Rp 2,6 miliar itu tidak disertai surat perintah membayar. “Agus juga tidak mencatatnya di buku besar pengeluaran kas dan tidak dilaporkan, sehingga tidak tampak dalam laporan keuangan akhir tahun,” terangnya.

Penumpang... n

DARI HALAMAN 1

tiba-tiba, ia turun lagi setelah tahu bus yang dinaikinya adalah Sumber Kencono. Samar-samar pria itu malah berkata : "Wah, iso mate' nek numpak iki !." Deni, sopir muda yang mengemudikan bus ini, santai saja mendengarnya. Ia membalas perkataan itu dengan senyuman. Ia lalu menekan pedal gas busnya pelanpelan, keluar terminal. Beruntung, tujuh penumpang sudah menunggu di luar, sekitar 200 meter dari terminal. Saya

KAMIS, 15 SEPTEMBER 2011

bawa rombongan asal Ngawi yang katanya hendak bekerja ke Makassar. "Saya mau ke Makassar," kata Purwanto. Karena tidak jelas alasannya, seluruh rombongan pekerja tersebut diturunkan dari atas kapal dan selanjutnya diminta keterangan di Polres Pelabuhan. Penumpang lain yang terpaksa menunggu pemeriksaan petugas adalah Abdullah Suriadi. Penumpang asal Bau Bau, Sulawesi Tenggara ini mengaku datang ke Surabaya untuk menjemput dua anaknya yang belajar di sebuah pesantrena di Magetan. "Saya tadi habis menjemput anak saya yang lulus belajar di pondok di Magetan. Sekarang mau balik ke Bau Bau," terangnya. Muhammad Saleh, salah satu penumpang tujuan Ambon lainnya diperiksa karena kedapatan membawa sajam berupa pisau. Kata dia, pisau itu dibawa untuk menjaga diri. Tapi, karena tampak saat di sinar X, petugas langsung mengamankan. Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko yang kemarin malam memantau langsung razia itu

mengungkapkan, razia kali ini dilakukan serempak di berbagai kota perbatasan di Jatim. "Sweeping ini kami lakukan di semua pintu keluar," ujarnya. Dari sejumlah tempat tersebut, kata Hadiatmoko, baru di Tanjung Perak yang berhasil menyita ratusan sajam dan puluhan miras. Terkait dengan 20 orang yang diamankan petugas Polres Pelabuhan, menurutnya masih didalami lagi. Sementara itu, imbas dari sweeping berlapis tersebut mengakibatkan keberangkatan KM Ciremai yang semestinya berangkat pukul 18.00 tertunda. Hingga pukul 21.30 sebagian petugas masih melakukan pemeriksaan terhadap penumpang yang dicurigai tapi sudah masuk ke dalam kapal. Sebelum sampai di Surabaya, saat berada di Tanjung Priok, Jakarta, KM Ciremai juga disweeping parat, Selasa (13/9). Namun, polisi tak menemukan barang berbahaya. Selain Surabaya, aksi razia kemarin juga terjadi di berbagai kota di Jawa Timur. Di Kota dan Kabupaten Malang, misalnya,

razia digelar Polres Malang di perbatasan Kabupaten Malang dengan Pasuruan dan Blitar. Sementara Polresta Malang menggelar razia di terminal serta stasiun kereta api (KA). “Ini instruksi Kapolda Jatim untuk mengantisipasi orangorang yang mau pergi ke Ambon. Kita tahu di sana sedang rusuh, jadi jangan sampai ada orangorang yang pergi ke sana untuk terlibat,” ungkap Kabag Ops Polres Malang, Kompol Imam Rofik. Dalam kegiatan yang diadakan di jalan raya Thamrin, Lawang itu, sekitar 44 personel gabungan dari Polres Malang dan Polsek Rayon Lawang (Polsek Lawang, Singosari, Dau, dan Karangploso) dikerahkan untuk menggeledah barang bawaan para penumpang bus yang hendak meninggalkan Malang. Selain bus umum, penggeledahan juga dilakukan terhadap sejumlah mobil pribadi dan mobil boks yang sarat muatan. ”Penggeledahan dilakukan terhadap barang-barang bawaan, baik yang disimpan di tas maupun bagasi kendaraan,” kata Imam. Meski demikian, petugas tidak

menemukan satu barang pun yang mencurigakan. Mereka juga tak menemukan adanya indikasi para penumpang yang hendak pergi ke Ambon untuk ikut terlibat dalam kerusuhan di sana. Sekalipun demikian, Imam menegaskan pihaknya akan terus melakukan kegiatan tersebut. Selain di Lawang yang merupakan perbatasan Malang – Pasuruan, kegiatan serupa juga dilakukan di Kecamatan Sumberpucung yang merupakan perbatasan Malang – Blitar.

membayar sesuai permintaannya, barulah Ayu percaya,” imbuh Suratmi. Kesepakatan yang dicapai lewat telepon itu, Ayu bersedia melayani selama 1 jam bersama dua striper lainnya dengan tarif Rp 750.000 per orang. Ayu juga yang menentukan lokasi servis itu. Tak berselang lama, Ayu, Astrid dan Nia datang dan langsung mandi sebelum menari. Nah, begitu selesai mandi, polisi menerobos masuk kamar dan menangkap mereka yang belum sempat berpakaian. Kepada Surya, Ayu mengaku tidak menggunakan waktu satu jam penuh untuk menari telanjang. Waktu dihitung mulai dari kata sepakat dicapai lewat telepon. Mandi sebelum menari juga merupakan taktik mengulur waktu. “Setelah datang, kami mandi agar banyak waktu yang

terbuang,” ujar jebolan SMK bertubuh semlohai yang akrab dipanggil Mami Caca itu. Sedangkan tarian telanjang dilakukan paling lama sepanjang tiga lagu atau sekitar 15 menit, sampai akhirnya telanjang bulat. Usai menari, pemesan dilarang keras menyentuh. “Begitu kesepakatannya. Kalau pelanggan berani melanggar, kami langsung keluar. Karena itu kami hanya melayani satu orang. Demi keamanan diri sendiri,” tandas anak bungsu dari tiga bersaudara itu. Sedangkan kalau pelanggan kebelet ingin mengakhiri acara itu dengan berhubungan badan, Ayu minta tambah Rp 500.000. “Saya sediakan layanan itu, tapi harus membayar lagi. Striptease dan hubungan badan tidak satu paket,” ungkapnya. Ayu memang menyediakan banyak paket. Kalau hanya min-

ta ditemani berkaraoke, ia mematok Rp 300.000 per dua jam. Sedangkan untuk tarian erotis, tarifnya Rp 300.000 hingga Rp 750.000. Seks sebagai menu penutup dihargai Rp 500.000. Dari percakapan itu, tampak bahwa Ayu cukup pintar menguras isi kantong pria hidung belang. “Lelaki mana yang tahan hanya melihat cewek menari telanjang. Kebanyakan mereka minta layanan seks,” ungkapnya dengan nada yakin. Karena itulah, Ayu selalu memisahkan paket tari dan urusan ranjang, karena dengan begitu ia bisa mendapat uang dua kali. Selama setahun menjadi striper, Ayu sudah punya empat anak buah. Perempuan yang juga bekerja sebagai sales promotion girl produk ponsel ternama itu punya pelanggan yang usianya 30-40 tahun yang seba-

gian besar pengusaha. “Saya dapat pelanggan dari tamu karaokean. Kalau sudah boking untuk ditemani karaokean lebih dari sekali, saya baru berani menawarinya layanan striptease. Dari sanalah kemudian pelanggan saya bertambah banyak,” kata Ayu. Sedangkan untuk mengumpulkan anak buah, Ayu memanfaatkan jaringan pertemanannya di tempat-tempat hiburan malam di Surabaya. Namun, tak jarang pula ia mendapatkan rekomendasi dari pelanggannya. Polisi menyita uang muka Rp 300.000, bill hotel dan ponsel Ayu. Polisi masih mengambangkan kasus ini dari barang bukti itu. “Kami menduga anak buah tersangka juga ada pelajar dan anak di bawah umur. Kami masih mendalami dugaan itu,” pungkas AKP Suratmi. n k2

untuk perempuan. Pihak Malinda Dee meminta agar mantan Senior Relationships Manager Citibank Landmark itu ditahan di Bareskrim karena sakit. "Tapi, tidak ada surat keterangan dokter. Nanti kita lihat perkembangan. Semua rutan kan ada dokternya," tambahnya sebagaimana dikutip tribunnews.com. Masyhudi mengaku tidak mengetahui sakit yang diderita istri siri Andhika Gumilang itu. "Mungkin setelah operasi (payudara) kemarin," lanjutnya. Saat diangkut ke Rutan Pondok Bambu dengan mobil tahanan kejari B 9928 HQ, Malinda mengenakan terusan warna hitam, kerudung hitam, dan sepatu hak tinggi berwarna gelap. "Baju tahanan (warna oranye) sudah dicopot," ungkap Ketua

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Tatang Sukarna. Malinda Dee diserahkan ke kejaksaan lengkap dengan sejumlah barang bukti. "Barang bukti antara lain 5 mobil, termasuk Fortuner dan Ferrari, berikut STNK-nya. Ada juga uang tunai Rp 1,6 miliar," kata Tatang Sutarna. Namun, barang bukti itu telah diterima kejaksaan sehari sebelumnya. Tatang meluruskan bahwa kerugian perbankan dalam kasus ini Rp 30 miliar, bukan Rp 16 miliar. Mengapa barang bukti hanya Rp 1,6 miliar? "Sepertinya ada rekening yang lain. Tetapi, semua sudah ditutup sama Citibank," jawab Tatang. Jaksa peneliti kasus Malinda, Helmi, saat ditemui wartawan di kantor Bank Mandiri Cabang Mabes Polri di Jl Trunojoyo Jaksel,

mengatakan, penyerahan uang dari pihak Bareskrim ke Kejari Jaksel dilakukan lewat transfer dari Bank Mandiri Mabes ke rekening milik Kejari Jaksel di BRI Cabang Kebayoran Baru. "Uangnya Rp 1.628.701.000," ujar Helmi. Selain uang, kata Helmi, ada ratusan item barang bukti yang diserahkan, termasuk mobil Ferrari dan Hummer. "Sedang diperiksa tim di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara (Rupbasan) di Cilincing, Jakarta Utara, ujarnya. Berkas Malinda telah dinyatakan lengkap atau P21 oleh jaksa pada Agustus 2011. BAP ini sempat terkatung-katung karena operasi implan payudara yang dilakoni Malinda. Saat itu, perempuan seksi ini harus dirawat 2 bulan di RS Siloam, Tangerang. Penyerahan berkas tahap II ini

lebih cepat dari rencana semula, yakni 19 September 2011. Malinda yang ditangkap polisi 23 Maret 2011 ini dijerat Pasal 49 Ayat 1 dan 2 UU 7/1992 sebagaimana diubah dengan UU 10/ 1998 tentang Perbankan dan atau Pasal 6 UU 15/2002 sebagaimana diubah dengan UU 25/2003 dan UU 8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Malinda mengalirkan milliaran dana nasabah ke beberapa rekening yang kemudian diketahui ditransfer kembali ke rekening miliknya. Selain Malinda, polisi juga menetapkan Dwi Herawati (eks pegawai Citibank NA), Novianty Irine (Cash Supervisor/Head Teller Citibank Landmark Jakarta) dan Betharia Panjaitan (Cash Supervisor/Head Teller Citibank Landmark. n detik.com/tribunnews. com/kompas.com/ant

Penyalahgunaan wewenang lain yang ditudingkan jaksa kepada Win adalah terkait pinjaman uang Rp 2 miliar dari pengusaha Sabar Santoso pada 5 Maret 2007. Menurut Hartono, pinjaman itu dilakukan Win dengan lebih dulu meminta bantuan Kepala Bappeda Sidoarjo saat itu, yakni Vino Rudi Muntiawan. Penyerahannya dilakukan di ruang kerja Win dengan disaksikan Sabar Santoso, Stefanus (staf Sabar Santoso), Vino dan Nunik. “Terdakwa (Win) menandatangani bukti penyerahan dan menyanggupi akan mengembalikan pinjaman dalam waktu 7-10 hari setelahnya,” terangnya. Cek lalu diserahkan ke Nunik Ariyani untuk dicairkan. Nunik memerintahkan Suraji untuk mencairkan. Setelah dicairkan, Suraji dan Agus Dwi Handoko mengantarkan uang Rp 2 miliar yang diletakkan dalam kardus minuman Aqua itu ke Win Hendrarso. “Penyalahgunaan wewenang

terjadi karena untuk membayar hutang tersebut, terdakwa Win menggunakan dana Kasda dengan lebih dulu memerintahkan Suraji untuk kliring dari Bank Jatim ke BII,” tegas jaksa. Selain penyalahgunaan wewenang, jaksa menyatakan Win terbukti merugikan keuangan negara Rp 2,309 miliar serta menguntungkan orang lain, dalam hal ini mantan Ketua DPRD Sidoarjo Arly Fauzi, sebesar Rp 309 juta. Pasalnya, sampai sekarang Arly belum mengembalikan uang pinjaman Rp 309 juta dari total dana pinjaman yang dicairkan ke DPRD Sidoarjo Rp 2,6 miliar. “Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 diubah UU Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP jo pasal 65 ayat 1 KUHP,” tukasnya. Selain menuntut hukuman 6 tahun penjara, JPU juga meminta Win membayar denda Rp 100 juta atau subsider delapan bulan

kurungan, serta uang pengganti Rp 2 miliar. Usai pembacaan tuntutan oleh JPU, Ketua Majelis Hakim Gusrizal murka. Hal itu dipicu adanya barang bukti sertifikat tanah milik Win di wilayah Citraland seluas 400 meter persegi yang tibatiba masuk dalam barang bukti sitaan jaksa. Gusrizal menganggap barang bukti itu tidak pernah diajukan dan disinggung di persidangan. “Sesuai Pasal 181 KUHAP, seluruh barang bukti harus diperlihatkan di persidangan. Ini kok tidak pernah diperlihatkan, tiba-tiba ada di berkas,” seru Gusrizal. Mendapat teguran itu, jaksa Hartono tidak bisa berkilah. Dia hanya mengatakan kalau barang bukti itu akan dilampirkan. Namun jawaban itu tidak diterima Gusrizal. “Barang bukti itu ya harus diajukan di sidang,” tukasnya. Win selama persidangan terlihat tegang dengan lebih banyak menunduk. Namun saat pembicaraan di ruang sidang menyang-

kut barang bukti tanah tersebut, ia langsung angkat suara. “Sertifikat itu bukan disita bapak hakim. Saat itu Pak Sugeng Riyanta (mantan Kasi Pidsus Kejari Sidoarjo) mengatakan, kalau saya tidak ingin ditahan, maka harus ada jaminan. Saya lalu menyerahkan jaminan sertifikat itu,” terang Win. Usai sidang, Win yang didampingi istrinya Emy Hendrarso kembali menegaskan tentang sertifikat itu. Win menentang keras sertifikat itu dikatakan barang sitaan karena bukan barang bukti korupsi yang ditudingkan padanya. “Saya memiliki berita acaranya, itu jaminan dengan maksud agar saya tidak ditahan. Itu bukan barang bukti” tegasnya. Terkait tuntutan enam tahun, Win menganggap jaksa telah mengabaikan fakta-fakta persidangan. Win membantah telah memberi persetujuan pencairan pinjaman dana penunjang DPRD Sidoarjo tahun 2005 sebesar Rp 2,6 miliar. n uus

tak tahu mengapa banyak penumpang bus Sumber Kencono yang di dapat dari luar terminal. Pertanyaan ini coba saya ajukan pada Yati yang naik dari Hotel Wiston, depan Terminal Purabaya tadi. Ia menjawab singkat. Menurutnya, menunggu bus di luar terminal itu nyaman. “Tak perlu capek-capek jalan ke dalam terminal dan menunggu bus datang atau berangkat,” tuturnya. Saya tak melanjutkan pembicaraan ini. Saya lihat mata Yati semakin sayu karena mengantuk. Wajarlah, saat itu jarum sudah menunjukkan hampir pukul 03.00 WIB. Bus yang saya

tumpangi memang lambat. Kecepatannya hanya 60 km/jam. Dan tak lama kemudian, sampailah saya di lokasi kecelakaan itu. Deni yang sudah mulai akrab dengan saya cepat-cepat menunjukkan bekas kecelakaan itu. “Ini bekas kecelakaan. Bekasnya masih baru, marka jalan itu juga masih baru,” tutur Deni, sopir bus Sumber Kencono W 7352 UY ini. Tapi, apa yang ditunjukkan Deni ini sungguh lucu. Sebab, marka jalan itu tak seberapa panjang. Hanya satu kilometer panjangnya. “Cuma sampai sini mas, markanya?” tanya saya pada Deni.

Deni tak menjawab. Saya pun tak mempersoalkan hal ini. Tapi dari penglihatan saya, jalan di lokasi ini tampak baru diperbarui. Saya tak tahu berapa panjang jalan yang telah diperbaiki karena penerangan jalan tak baik saat itu. Malam itu saya lihat Deni hampir menghabiskan satu bungkus rokoknya. Ia banyak bercerita tentang kecemasannya kalau bus Sumber Kencono ditutup. Yang saya catat, Deni mengatakan telah pasrah dengan masa depannya. “Rejeki itu di tangan Tuhan,” katanya. ***

Tepat pukul 07.00 WIB, bus saya akhirnya tiba di Terminal Tirtonadi, Solo. Saya langsung turun ke bus, namun tak segera meninggalkan terminal. Di sana, saya mengamati penumpang yang akan naik Sumber Kencono. Yang menarik perhatian saya adalah penjaja koran yang berkumpul di shelter bus Sumber Kencono. Tercatat ada lima penjaja koran di shelter itu. Tahukah Anda, saat itu seluruh koran yang dijual di kota Solo menyajikan tabrakan Sumber Kencono sebagai berita utama mereka. Semua saling menawari koran

Pengirim Terlacak Pada bagian lain, Mabes Polri berhasil melacak pengirim pesan pendek provokatif yang mengakibatkan kerusuhan di Ambon pada Minggu (11/9) lalu. Namun, Polri tak gegabah mengungkap siapa pelaku pengiriman pesan berantai itu. "Kami sudah menemukan orang-orang (provokator) yang sebenarnya, namun masih dilihat apakah (SMS) yang dikirim sebelum atau sesudah kejadian," kata Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Irjen Pol Sutarman seperti dilansir vivanews. com

Sutarman mengatakan, pesan pendek itu berasal dari Ambon kemudian dikirim ke Surabaya, Solo, dan beberapa daerah lain. SMS tersebut, kata dia, tak ada kaitannya dengan Republik Maluku Selatan (RMS). "Jangan sebut RMS. RMS itu gak ada, yang ada separatis," kata dia. Dijelaskan, awal kerusuhan Ambon bermula dari perbedaan persepsi mengenai kasus kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (10/9). Kecelakaan itu menewaskan seorang tukang ojek bernama Darmin Saiman. Bentrok Ambon, lanjut Sutarman, disebabkan adanya miss informasi yang membuat masyarakat terpancing dan melakukan kekerasan. Oleh karena itu, penyidik berencana melakukan olah TKP kembali. "Kami akan melakukan penyidikan siapa yang menghembuskan seperti itu, sehingga terjadi kekerasan yang mengakibatkan korban beberapa orang di sana. Jika penyidik yang ke sana belum melakukan otopsi, maka tim yang ke sana akan otopsi ulang," terangnya. Di Surabaya, Gerakan Ummat Islam Bersatu (GUIB) Jatim kemarin melakukan pertemuan dikoordinasi MUI. Menurut Ketua

Penutupan... n

DARI HALAMAN 1

begitu, ditutup-tidaknya PO SK kelak, tergantung hasil evaluasi menyeluruh. ”Kalau dasar hukumnya kuat dan SK dinyatakan salah serta masuk kategori pelanggaran berat, maka bisa saja 230 trayek yang dimiliki ditutup semua,” tandasnya. Elly Setyaki Sasongko, pemilik PO SK, berharap, pemerintah pusat tidak serta merta menutup operasional bus dengan 230 armada rute Surabaya-Jogjakarta itu. “Kami punya banyak karyawan. Apalagi kecelakaan kemarin yang salah Elf,” katanya. Jumlah awak Sumber Kencono sekitar 1.000 orang, ditambah karyawan bagian mekanik dan administrasi 100 orang. Jika sanksi tetap diberikan, Elly merasa pihaknya mendapat perlakuan yang tidak adil. Karena semua upaya perbaikan manajemen dan layanan terhadap penumpang sudah dilakukan, tapi ternyata tetap dianggap sebelah mata. Elly juga membantah jika SK memonopoli trayek bus jurusan Surabaya – Jogjakarta. Memang benar armadanya mencapai se-

Pakai... n

DARI HALAMAN 1

bet saya tidak baru. Saya takut karena kalau tidak beli orang tua saya akan dipanggil,” tutur Fitri, Rabu (14/9). Kata Fitri, saat ia dihukum, seorang guru mengancam akan memanggil orangtuanya kalau tiga kali lagi dipergoki masih berseragam lama. Waktu kenaikan kelas, kata Fitri, ia sudah menjelaskan kepada sekolah, orangtuanya belum mampu membelikan seragam lengkap. Tetapi, penjelasannya itu tidak dipedulikan, sampai akhirnya ia dihukum saat upacara itu. Senin itu, ia pulang dengan menangis, karena merasa sekolah tidak mau mengerti kondisi orangtuanya. “Saya kaget, Fitri menangis. Ia mengaku dihukum karena bet (badge) seragamnya tak baru. Saya tidak kuat membelinya,” kata ayah Fitri, Untung Budi Raharjo. Penarik becak ini mengaku, untuk datang ke sekolah dan menjelaskan kondisinya, ia tidak berani. Ia mengaku pening begitu tahu harga kelengkapan seragam anaknya. Kelengkapan itu, antara lain, baju batik seharga Rp 55.000, seragam olahraga Rp 65.000, seragam laboratorium Rp 30.000, kaus kaki 16.000, logo sekolah dan badge Rp 16.000, dan paket seragam lain. Selain seragam, siswa juga harus memba-

kepada penumpang Sumber Kencono dan Mira. Tanggapan mereka pun bermacam-macam. Banyak yang mengomentari miring, tapi ada juga yang baik. Komentar yang miring seperti ini, “Wah bus ini memang terkenal ngawur,” kata mereka. Sedangkan komentar yang baik ,mislanya, “Mati mah itu di tangan Tuhan. Bukan di Sumber Kencono.” Ada lagi yang menarik perhatian saya. Ternyata penumpang Sumber Kencono di Solo lebih banyak daripada ketika saya berangkat dari Surabaya. Ternyata mereka adalah penumpang setia

Bidang Informasi & Komunikasi MUI Jatim, Abd Rahman Azis ada lima poin yang disepakati. Di antaranya, mengimbau agar masyarakat di Jawa Timur tidak terprovokasi dengan berbagai informasi dan berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, umat Islam diminta tetap waspada, dengan tetap menjaga kerukukan dengan sesama umat muslim maupun meningkatkan hubungan baik dengan aparat, serta melihat peristiwa kerusuhan di Ambon dengan lebih proporsional dan lebih arif. "Kami sepakat tidak ada ormas Islam di Jatim yang membentuk laskar atau pasukan apapun untuk dikirim ke Ambon. Kita serahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian maupun aparat keamanan lainnya," tambahnya dikutip detik.com. Agar kondisi kekerasan di Ambon tidak meluas, kata dia, pihaknya meminta aparat keamanan segera menangani dan mengusut secepat mungkin penyebab kerusuhan Ambon. Hal ini agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan yang akhirnya melakukan tindakan sendiri. n iit/k1/st17

kitar 70 persen dari total bus yang beroperasi di jalur gemuk ini. Tapi, selain SK, juga ada PO EKA/MIRA. Sementara itu, Dirlantas Polda Jatim Sam Budigusduan mengatakan, Tim Labfor Polda Jatim menemukan bahwa chasis Elf telah dimodifikasi. Bagian tengah chasis dilas dan disambung sehingga mobil Elf itu memanjang dan bisa memuat 21 orang. Selain itu, tim juga menemukan bahwa Isuzu Elf ini diproduksi pada 2000 lalu dipermak pada 2010. Meski begitu temuan Tim Labfor ini tak berdampak besar. Sebab, chasis sambungan tak mempengaruhi penyebab kecelakaan. Hingga kini polisi berpendapat bahwa kecelakaan terjadi karena kelalaian Didik. Kuasa hukum PO SK George Hadiwiyanto menyatakan, dalam laka ini pihak SK di pihak yang benar. Karenanya, opini yang menyudutkan SK harus diperbaiki. Kepala Terminal Purabaya May Ronald menyatakan, bus yang beroperasi di Bungurasih untuk jurusan Surabaya-Jogjakarta ada tiga, SK dan Mira di kelas ekonomi, sedangkan Eka di kelas eksekutif. n uji/k4

yar kartu identitas dan asuransi Rp 25.000, pas foto dan lembar jawaban komputer Rp 27.000. Daftar ‘belanja’ yang totalnya mencapai Rp 350.000. “Kalau nyicil kami bisa. Tetapi kata sekolah tak boleh dicicil. Ada yang mengangsur Rp 50.000, dikembalikan,” tambah Nurul Latifah, ibu Fitri. Mereka heran, mengapa harus membeli seragam baru, padahal baju batik dan seragam olahraga masih layak dikenakan. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah papan warisan keluarga di Jl Sidokapasan IV. Di dindingnya tertempel stiker tanda penghuninya keluarga miskin. Lantai semen juga sekaligus menjadi tempat tidur bagi keluarga itu Kepala SMPN 37, Shohibur Rachman, mengaku menghukum Fitri, namun dengan dalih menegakkan disiplin dan tidak hanya untuk Fitri seorang. “Tetapi khusus Fitri jadi catatan dan koreksi kami. Tak mungkin guru hapal kondisi setiap siswa,” kata Rachman. Kata Shohibur, sekolah sedang mendata siswa miskin yang berhak mendapat seragam baru gratis. “Ada dana khusus untuk itu siswa miskin dari kelas satu hingga kelas tiga. Tiap jenjang mendapat jatah Rp 15 juta yang diambilkan dari keuntungan koperasi,” katanya menjelaskan. Soal perbedaan motif seragam batik memang tidak ada aturan yang jelas. “Itu hanya untuk membedakan kelas saja kok,” kata Shohibur. n fai

Sumber Kencono yang justru menyukai ketika bus ini melaju kencang. Entah, mau menyalahkan siapa lagi jika terjadi kecelakaan seperti kemarin. Nyatanya, ternyata ada juga penumpang yang suka jika bus yang dinaikinya melaju kencang, walau harus bertaruh dengan nyawa dan kecelakaan yang mengancam setiap saat. Di Solo, saya tak berlamalama. Setelah melihat Mira dan Sumber Kencono berebut penumpang yang jumlahnya lebih dari dua puluhan, akhirnya saya meninggalkan mereka. n


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.