surya cetak edisi 14 mei 2009

Page 7

C M Y K

5

HARIAN SURYA

PAGE 05

Ekonomi Bisnis SURYA, KAMIS, 14 MEI 2009

Lelang Mobil Niaga Jadi Incaran SURABAYA - SURYA Penjualan mobil bekas melalui sistem lelang cukup potensial di tengah kelesuan pasar otomotif. Pasalnya, harga yang lebih murah di kisaran 5-15 persen dari harga jual mobil sejenis di pasar, sangat menarik bagi masyarakat. Operation Manager PT Balai Lelang Serasi atau IBID Surabaya Tamsir mengatakan, surya/habibur rohman harga jual mobil saat LELANG MOBIL - Suasana lelang mobil yang diselenggarakan IBID di kasekarang cukup sen- wasan Berbek Industri, Sidoarjo, Rabu (13/5). sitif di pasar. “Penjual tidak lagi terbe“Sedikit perbedaan harga datangkan keuntungan. “Jangan heran jika lelang ini bani berbagai persoalan, meakan memengaruhi minat masyarakat membeli mobil,” selalu didatangi para pembeli reka tinggal menunggu kabar kata Tamsir, di sela pelaksa- mobil bekas potensial dari ber- dari IBID Surabaya setelah naan lelang mobil bekas di bagai wilayah, termasuk dari mobil yang dititipkan terjual,” Indonesia Timur,” ujarnya. ucap Tamsir. Surabaya, Rabu ( 13/5). Sedang mobil bekas yang diUntuk lelang ini, pihaknya Menurut dia, mobil niaga dan komersial menjadi incaran tawarkan dalam lelang, menu- menawarkan sekitar 100 unit para peserta lelang yang seki- rut Tamsir, sekitar 90 persen mobil dari berbagai merek detar 70 persen adalah diler mo- berasal dari Trac Astra. Sisa- ngan harga dasar di bawah bil bekas dan 30 persen meru- nya mobil titipan diler, peru- Rp 200 juta. Peserta lelang pakan utusan perusahaan, sahaan, dan perorangan. Pen- yang mendaftar mencapai serta dari masyarakat umum. jualan mobil bekas melalui le- 200 orang. “Kami targetkan Ini karena penjualan mobil lang IBID Surabaya dinilai le- total mobil bisa terjual 90 persen,” tutur Tamsir. ■ aru melalui lelang dinilai bisa men- bih efisien.

Debitur Tunggu Suku Bunga Turun BI Akui Perbankan Lambat JAKARTA – SURYA SUKU bunga kredit yang terbilang tinggi membuat calon debitur menahan sementara rencana mereka mengambil pinjaman dari bank atau lembaga pembiayaan. Kondisi ini diperparah sikap terlalu hati-hati perbankan dalam menyalurkan kredit baru, karena alasan demi mencegah munculnya kredit macet akibat ketidakmampuan debitur membayar angsuran pinjaman. Wakil Direktur Utama Bank BCA Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, sikap menunggu bunga turun oleh calon debitur itu kini jadi perhatian perbankan. “Masyarakat (calon debitur) menunggu sampai di mana dan saat kapan bunga bank turun, baru mereka berani ambil kredit,” kata Tjahja di sela Kongres Perbanas XVII di Jakarta, Rabu (13/5). Dia mensinyalir, banyak calon debitur kini sengaja menahan diri sementara waktu, menunda mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). Alasannya, bunga KPR masih tinggi. “Mereka melihat stok rumah dulu. Setelah bunga kredit turun langsung diambil. Nah, ke depan trennya bunga KPR turun,” kata Jahja. Sinyal penurunan bunga kredit, lanjut dia, bisa dilihat dari tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate yang belakangan semakin rendah. “Kita prediksi sekitar kuartal ketiga (bunga kredit turun). Kita ekspektasikan BI Rate bisa ke 6,25 persen hingga akhir tahun. Mungkin pada Desember 2009

masyarakat sudah lihat, ‘wah, bunga kredit sudah turun’, barulah mereka ambil pinjaman,” jelasnya. Menurut dia, sikap masyarakat yang memilih menunda mengambil KPR baru inilah yang membuat realisasi penyaluran KPR belakangan jadi seret. Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menyatakan, kalangan perbankan butuh waktu untuk menurunkan suku bunga karena banyak faktor mesti dipertimbangkan. “Pada akhirnya bank-bank tetap menurunkan suku bunga menyesuaikan BI Rate 7,25 persen, namun tidak bisa cepat karena terkait dengan banyak hal,” kata Sigit, Rabu (13/5). Mantan Direktur Utama BNI itu mengatakan, ada empat hal yang jadi pertimbangan perbankan dalam menurunkan suku bunga, biaya dana (cost of fund), biaya operasi, margin keuntungan, dan premi risiko. “Cost of fund perbankan itu tidak sama, tidak semuanya bisa turun cepat. Ada bank cost

of fund-nya mahal, karena itu perlu waktu,” kata Sigit, seraya menambahkan biaya operasi dan margin memang bisa ditekan, namun biaya dana di luar kemampuan bank.

Sektor Riil Mandek Deputi Gubernur Senior Miranda S Goeltom juga mengakui, penurunan bunga kredit perbankan berjalan lambat tak secepat kebijakan BI menurunkan BI Rate. “Kami melihat suku bunga kredit baru turun 20 basis poin saat ini. Sementara, suku bunga deposito turun 130 basis poin,” katanya. Miranda yang akan habis masa jabatannya 26 Juni 2009 berharap, perbankan bisa menurunkan suku bunga pinjamannya lebih rendah lagi agar dapat mendongkrak perekonomian nasional. “Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi tanpa lending (penyaluran kredit),” tegasnya. Ketua Umum HIPMI Erwin Aksa mengatakan, perbankan memang sangat telat menurunkan bunga kredit. Ini membuat sektor riil tak berjalan. Sejumlah sektor usaha merugi karena tak bisa membayar cicilan kredit yang besar. “Kita sering mendengar bunga kredit katanya mau diturunkan, tapi respons di lapangan lambat. Untuk mendapatkan kredit masih sulit karena bank cenderung hati-hati menyalurkan kredit,” ujar Erwin. Menurut Ketua Umum DPP Apindo Sofjan Wanandi, dulu spread keuntungan perbankan antara 4-5 persen saja. Tetapi, sekarang keuntungan bunganya sampai 7 persen. ■ jbp/aco

Lion Air Bangun Hanggar Rp 300 M SURABAYA - SURYA Perusahaan penerbangan PT Lion Mentari Airlines akan membangun hanggar lengkap dengan segala peralatannya senilai Rp 300 miliar di Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda. Pembangunan dan pengoperasian hanggar ini diperkirakan bisa menyerap sekitar 1.000 orang tenaga kerja dengan berbagai keterampilan. Dirut PT Lion Mentari Airlines Rusdi Kirana mengungkapkan, dana itu disiapkan sebagai langkah efisiensi biaya. Pasalnya, tempat perawatan pesawat yang dimiliki Lion Air saat ini, letaknya berjauhan yakni di Jakarta dan Singapura. “Kami mengeluarkan biaya cukup tinggi untuk perawatan pesawat. Dengan pemanfaatan lahan ini untuk hanggar dan perawatan pesawat, tentu menghemat biaya,” papar Rusdi, usai meneken MoU dengan KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdiyatno SH di Base Ops Lanudal Juanda, Rabu (13/5). Pembangunan hanggar di lahan seluas 100.000 meter persegi nantinya dimanfaatkan untuk menjangkau pesawat Lion Air yang melayani rute Indonesia Timur. Sedang hanggar Jakarta dan Singapura lebih fokus pada Indonesia Barat. Menyinggung penggunaan terminal lama Juanda, menurut

surya/habibur rohman

KERJA SAMA - KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdiyatno (kiri) dan Dirut PT Lion Mentari Airlines Rusdi Kirana usai penadatanganan pemanfaatan lahan Bandara Juanda lama, Rabu (13/5). Rusdi, karena bandara yang baru sudah penuh. Apalagi, jumlah pesawat yang akan dioperasikan akan terus bertambah. Saat ini, Lion Air sudah memiliki 46 pesawat. Pada 2009, akan datang 14 unit pesawat jenis Boeing 737 seri 900 IR. Sementara, 2010 datang lagi 12 pesawat, disusul 2011 sebanyak 24 pesawat. Hingga 2016, Lion Air akan memiliki 178 unit pesawat. “Penambahan armada itu merupakan target untuk menjadi yang terbaik,” ujar Rusdi.

Dengan penyewaan lahan selama 30 tahun ini, maka seluruh kegiatan operasional Lion Air baik untuk penumpang maupun kargo, akan pindah ke terminal lama. “Pemindahan ini akan dilakukan usai rehabilitasi,” jelasnya. Sedangkan Edhy Purdiyatno mengungkapkan, PT Lion Mentari Airlines diberi hak mengelola terminal bandara selama 12 bulan. “Diharapkan terminal lama yang tidak terurus dapat menguntungkan kedua belah pihak,” pungkasnya. ■ sda/jos

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 05


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.