Surya Edisi Cetak 12 Nov 2009

Page 22

C M Y K

19

HARIAN SURYA

PAGE 19

OPINI

SURYA, KAMIS, 12 NOVEMBER 2009

Arsitektur Kejuangan Surabaya ANDA gelisah, sakit hati, kecewa, dan ingin berkomentar, merupakan hal yang wajar di era reformasi. Lewat rubrik Dari Pembaca kami membantu mengatasi masalah Anda. Kirimkan ke suratpembaca@suryagroups.com. Sertakan fotokopi identitas Anda (KTP, SIM, dll).Redaksi juga menerima artikel opini dari kalangan masyarakat, baik kalangan akademisi, penggiat LSM, mahasiswa, pelajar, pengamat, maupun kalangan profesional dengan panjang naskah sekitar 6.000 karakter. Kirimkan ke saudari Zera, lewat faks (031) 8414024, surat ke Harian Surya Jl Raya Margorejo Indah Blok D-108 Surabaya atau opini@suryagroups.com.

Meninggalkan Rumah DIBERITAHUKAN kepada khalayak apabila mengetahui identitas dan ciri-ciri orang di bawah ini mohon segera memberitahu agar segera pulang atau menghubungi keluarga. Orang tersebut meninggalkan rumah sejak 1986 untuk mencari kerja. Sampai dengan saat ini keluarga tidak tahu keberadaannya dan orang tersebut tidak pernah memberi kabar. Nama keluarga kami itu Dasiman, 63, beralamat di Desa Plesungan RT 07 RW 01, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Adapun ciri fisik; rambut lurus, warna kulit sawo matang, dan tinggi sekitar 170 cm. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wajirin Desa Plesungan RT 07 RW 01 Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro

Reuni Stelma Angkatan 1985 WORO-WORO bagi rekan-rekan yang merasa lulusan SMA Stella Maris Surabaya Th 1985, Kita Panitia Reuni akan mengadakan acara 25 Tahun Kelulusan kita. Untuk itu diharapkan rekan-rekan menghubungi panitia yaitu IPA I Bp Anas (081 3313 04890), Ibu Betsy (031 7101 9363, 081 2301 773), Ibu Ekky (081 831 2593). IPA II Bp Bernardy (081 87000 37), Bp Rufinus (081 7939 2556), dan Bp Agus (Gepeng) (031 7747 2854, 088 1931 1103). Acara akan diadakan pada tanggal 31 Januari 2010 Mohon untuk rekan-rekan segera menghubungi /mendatfarkan pada panitia di atas untuk suksesnya acara tersebut. Agus Priyantyo (Gepeng) Ketua Panitia Reuni

Oleh Gunawan Staf pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surabaya (Wakil Ketua II Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Jawa Timur).

Hiruk-pikuk Kota Surabaya diberbagai aktivitas kehidupan, utamanya pada sektor ekonomi patut disyukuri layaknya refleksi dinamika sebuah kota metropolis. Namun, tingginya akselerasi serta menukiknya kuantitas pembangunan Kota Surabaya, perlu kiranya disetimbangkan dengan upaya penajaman kualitas keanggunan predikat mendunia yang pernah disandangnya sebagai “Kota Pahlawan”.

W

ALAUPUN gelar itu diperolehnya tanpa piagam, sebagaimana lulusnya seorang sarjana. Tetapi gelar “Surabaya Kota Pahlawan” demikian mendarah dagingnya dikenal dan dikenang masyarakat seantero Nusantara, bahkan sampai dicatat pula dalam hati yang paling dalam oleh rakyat negaranya Jenderal Malaby. Agar progresivitas Kota Surabaya ke depan tidak menghasilkan “Mburu Uceng kelangan Deleg” (mengejar ikan kecil, tetapi ikan besar terlepas) agaknya diperlukan upaya visualisasi fisiologis Kota Surabaya yang menanamkan persepsi kejuangan di benak para penikmat hasil rancangan Tata Ruang Kota Surabaya, sampai pada skala komponen, elemen bahkan ornamennya. Selain Logo Persebaya yang bergambar wajah heroiknya Arek Suroboyo, tentu arsitektur juga memiliki kesertaan yang patut diperhitungkan dalam konteks penciptaan spot-spot Kota Surabaya yang bernuansa kejuangan. Walaupun persepsi kepahlawanan yang tertinggal di hati masyarakat masih sekadar sosok yang terlibat pergolakan ’45, maka dalam perancangan arsitektur yang berpijak pada langgam post modern (metafora), tampilan sosok gedung yang dihasilkan akan berpotensi menanamkan persepsi kejuangan. Sebagai bukti di antaranya

warteg

“Gedung Gramedia Expo” di Jalan Basuki Rahmat, di mana bidang tameng-tamengnya yang menghadap kebarat, dapat dimetaforakan sebagai sosok yang setiap harinya senantiasa bertempur menangkis dan melindungi para penggunanya dari sengatan sinar matahari. Dari tujuan arsitek yang fungsional menjadikan tampilan gedung tersebut ekstra dinamis, tak ubahnya sebagaimana gerakan fisik seorang pejuang yang melindungi rakyat dari kesewenangan imperialis dan kolonialis. Hal serupa juga terjadi pada Gedung Wisma Dharmala, di Jalan Panglima Sudirman, oleh arsiteknya (Paul Rudolph) disadari bahwa fitrahnya gedung jangkung ini memang harus bertempur habis-habisan pada setiap harinya melawan bombardir sinar mentari barat, yang keadaannya sungguh sangat mengganggu aktivitas di dalamnya. Atas dasar cemasnya terhadap risiko iklim tersebut, maka gencarnya perlawanan gedung itu, di benak masyaakat telah mencuatkan persepsi semangat Merdeka atoe Mati -nya Arek-arek Suroboyo melawan pasukan Inggris pada 10 November 1945 . Berbagai berondongan tembakan berupa kreativitas sang arsitek telah dimuntahkan, mulai dari warna putih yang dipilihnya, agar mampu optimal memantulkan sinar matahari. Demikian pula kebera-

niannya memainkan persilangan struktur vertikal yang membentuk cantilever, makin ke atas semakin menggelantung serta condong ke depan dan keb elakang, sehingga berdirinya gedung itu menjadi tampak kontroversial terhadap kodradti strukturalnya. Selain itu gedung berjubah putih ini, masih terus melampiaskan perjuangannya menghadapi Sang Surya, yakni menangkisnya dengan profil bambu tumpul sebagai tabir antiMentari yang terpersepsi sebagai analogi bambu runcing senjata legendaris Arek Suroboyo, Itulah ragam inovasi yang berpijak pada fungsionalitas, namun piawai menampilkan komposisi dinamis, sehingga mampu melahirkan persepsi nuansa kejuangan bagi tampilan arsitektur. Walaupun persepsi sendiri menurut Gestalt merupakan hasil simpulan benak manusia yang bersifat holistic dan subjektif berdasar pengalaman individual, tetapi setidaknya dinamika tampilan bentuk arsitektural gedung ini, tepat dinobatkan sebagai Metafora Semangat Perjuangan ArekArek Suroboyo. Karena sebagaimana penelitian kritikus arsitektur Cris-

KAMI adalah pelanggan PSTN Telkom nomor 0318703028 dan selama ini menggunakan Itagjastel sebagai sarana untuk mendapatkan rincian pemakaian telepon agar mudah melakukan pengontrolan biaya. Sampai tagihan bulan September 2009, semuanya normal, hingga muncul Intagjastel bulan Oktober 2009 di mana biaya abonemen tercetak Rp 15.000, biaya lain-lain Rp 73.210 (biasanya biaya abonemen Rp 47.600 dengan biaya lain-lain Rp 2.000). Ketika kami mencoba cek ke nomor 109 muncul rincian yang berbeda (di mana biaya abonemen Rp 47.600), meskipun total tagihan “sama” dan ketika kami mencoba membayar ke Telkom Rungkut kami menjadi lebih terkejut karena muncul tagihan Speedy sebesar Rp190.000 (padahal sambungan Speedy sudah kami putus sejak akhir Januari 2009 dan tagihan ini tidak muncul pada bulan September 2009). Guna klarifikasi kami ke Plasa Telkom Kendangsari pada tgl. 21 Oktober pukul .13.00 WIB meja dua. Setelah menunggu lebih satu jam) dan kami bisa menunjukkan surat pernyataan berhenti berlangganan Speedy beserta bukti pembayaran tagihan Speedy terakhir; untuk itu kami diminta membuat “surat keberatan”. Ketika Intagjastel bulan November muncul, hal yang sama terulang di mana ada kelainan pada biaya abonemen dll.ny, saat di cek di nomor 109 kembali ditemui data rincian yang berbeda meskipun jumlah total “sama”. Kami mencoba tanya ke 147 dan kami mendapat info bahwa telp. kami dimasukkan golongan paket Rp 65.000 (padahal kami tidak perrnah konfirm/ menyetujui paket tersebut karena kami juga tidak tahu) dan bila kami keberatan diminta ke Plasa Telkom Pertanyaan kami : 1. Bagaimana mungkin data rincian tagihan di Itagjastel dan via 109 tidak sama? 2. Apa yg terjadi bila pelanggan tidak bisa menunjukkan bukti “berhenti berlangganan” dan “bukti pembayaran terakhir”, ketika muncul tagihan yang diragukan? 3. Apakah cukup adil bagi pelanggan bila konfirmasi paket Rp 65.000 bisa dilakukan via telepon, tapi bila ada keberatan harus meluangkan waktu & tenaga untuk datang dan antre ke Plasa Telkom? Mengapa tidak bisa diproses via 147? Atas penjelasan dari Telkom, kami ucapkan terima kasih. S. Wahono stephwahono@gmail.com 71112727 / 8703028

HARIAN PAGI

Pemimpin Redaksi : Rusdi Amral Wakil Pemimpin Redaksi : Sunarko Redaktur Pelaksana : Alfred Lande, Farhan Effendi

but, karena memang dalam teori Metafora, untuk mempertinggi nilai karya arsitektur, diharapkan memiliki kandungan yang bersifat abstraktif, sehingga mampu meningkatkan kualitas nuansa komunikatif antara wujud desain dengan konsumennya. Namun, sungguh teramat sayang, terhitung sejak tiga tahun terakhir, Gedung Joang ‘45 Surabaya yang oleh arsiteknya dipilihkan warna dasar putih, abu-abu dan hitam, dengan konsepsi agar tampilannya mampu menanamkan citra kesucian, keteduhan, keteguhan, ketangguhan diri dan monumental, tetapi oleh pihak pengelola diubah warnanya, sehingga memudarkan makna filosofi rancangan yang ada. Kiranya ke depan akan menjadi baiknya apabila terwujud sejenis buku pedoman yang berfungsi menuntun arahkan arsitek agar mudah melahirkan tampilan berpersepsi kejuangan. Dengan pedoman tersebut diharapkan terbangun berbagai fasilitas yang bercitrakan “kejuangan”, demi terciptanya “Surabaya Kota Pahlawan”, yang berujung mampu memengaruhi ragam perilaku bisnis masyarakat Surabaya dalam era kekinian. Insya Allah. ■

ANDA PUN BISA JADI WARTAWAN - Kirimkan naskah Anda ke e-mail warteg@suryagroups.com dengan subjek ‘Warteg’. Panjang naskah cukup 3.000 karakter. Jangan lupa cantumkan nama, alamat e-mail, alamat lengkap, usia, dan telepon Anda. Sertakan juga foto ilustrasi berita plus foto diri Anda dalam format JPEG. Tulisan yang menarik akan dimuat di rubrik ini. Yang lain, tetap dimunculkan di website www.surya.co.id

Indonesia Pengimpor Limbah? Mohon Penjelasan Telkom

tian Noberg Schulz disimpulkan bahwa adanya manuver bentuk merupakan tindakan paling efektif membangkitkan persepsi dibanding dengan kiat lain seperti rekayasa warna, ukuran, dan tekstur. Tampilan arsitektur berpersepsi kejuangan lain adalah “Gedung Joang ‘45" di Jalan Mayjen Sungkono, yang keempat sudutnya sengaja dibentengi komposisi bidang yang membentuk relung, sehingga mewujudkan analogi tancapan rumpun bambu runcing yang ujungnya menghadap ke langit dengan tampilan batang-batangnya yang condong keluar, ke kanan dan ke kiri, menengadah ke atas, sehingga mengundang kesan dan persepsi semangat keberanian, kemenangan dan progesif menatap masa depan. Kemudian di sisi timur dan barat, lantai dua, tepatnya pada bidang dinding yang seakan teriris oleh garis siar horizontal yang disertai pula dengan lekukan dan lipatan bidang vertikal, adalah analogi tampilan arsitektural lain yang membangkitkan persepsi kibaran bendera dwi warna, walaupun tidak dengan lugas melekatkan warna merah dan putih pada bidang terse-

SEJUMLAH pemerintah daerah di kaOleh Yunanda Fauzian A wasan timur Indonesia mengaku telah didekati oleh beberapa negara yang Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ingin mengekspor limbahnya secara “Pendidikan Teknik Otomotif” langsung ke daerah tersebut. Tawaran Universitas Negeri Malang Angkatan 2009 ini tentu menggiurkan bagi beberapa daerah, sebab dapat mendatangkan uang sebagai pemasukan daerah di era Ternyata, membuka kembali impor limotonomi daerah seperti sekarang ini, bah B3 tersebut hanya untuk mempertaapalagi setelah terjadi pembentukan hankan beberapa industri aki, yang tidak daerah baru dalam rangka pemekaran sebanding dengan bahaya lingkungan, sowilayah yang menunut daerah-daerah sial, dan politik yang harus dibayar oleh bentukan baru tersebut segera memiliki rakyat Indonesia. Banyak pihak yang tidak pendapatan daerah untuk menjalankan setuju dan mendesak pemerintah untuk kegiatan rumah tangga daerah. melarang total impor semua jenis limbah, Sebenarnya persoalan impor limbah namun keputusan tetap jalan terus. bukanlah bahasan yang baru. Liberalisasi perdaSeperti yang tertera gangan dunia memuTernyata membuka dalam wikipedia, pada dahkan industri di kembali impor limbah negara maju yang tahun 1996, Indonesia sudah pernah mengimmasih menggunakan B3 tersebut hanya por limbah dari Australia, teknologi yang menceuntuk mempertahankan berupa: 2.417 ton limbah mari lingkungan mengbeberapa industri aki, yang hindarkan diri dari timah bekas, 105 ton aki bekas, dan 29.500 buah tidak sebanding dengan ba- peraturan lingkungan baterai bekas. yang diberlakukan sehaya lingkungan, sosial, Pada tahun 1998, seketat di negaradan politik yang harus diba- cara banyak 91 kontainer nya. Ekspor limbah B3 yar oleh rakyat Indonesia. sampah plastik impor, dari negara maju ke separo daripadanya negara berkembang mengandung limbah B3, tertahan di peakan meningkat sejalan dengan semakin labuhan Tanjung Priok sebagai barang ketatnya peraturan di negara tersebut. ilegal. Bukti paling sederhana, misalnya, Jika sedari sekarang tidak cepat menganbisa dilihat di kawasan Senen, Jakarta tisipasinya, Indonesia-terutama kawasan Pusat. Di sana, ada deretan pedagang timur-akan menjadi lahan empuk bagi kaki lima yang khusus menjual pakaian pembuangan limbah. impor bekas. Meski di Jakarta masih Berkaitan dengan masalah impor limsaja banyak yang membeli, di negara bah, pemerintah harus melakukan pengaasalnya pakaian itu tergolong limbah wasan yang cermat terhadap lalu lintas alias buangan. Itu semua menunjukkan limbah dari luar negeri. Sesuai isi Konvenbahwa Indonesia merupakan sasaran si Basel bahwa ekspor-impor limbah tetap bagi pembuangan limbah dari negaramerupakan urusan pemerintah pusat negara maju. dengan negara yang bersangkutan dan Sebenarnya, Peraturan Pemerintah tidak dilimpahkan ke daerah. Daerah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelo- tidak diizinkan mengimpor limbah secara laan Limbah B3 telah melarang total langsung. Pemerintah daerah yang tetap impor limbah B3, tetapi ketentuan itu nekat untuk memasukkan limbah/samdiubah melalui PP Nomor 12 Tahun pah dengan alasan sebagai bahan baku 1995 dengan membuka kemungkinan industri, akan berhadapan dengan UU No impor limbah B3 untuk penambahan 23/1997 tentang Larangan Pengelolaan bahan baku industri Indonesia. Limbah Impor. ■

Independensi Jurnalistik TIDAK dapat di sangkal lagi bahwa kebutuhan masyarakat dewasa ini akan informasi publik sangatlah tinggi. Ini karena begitu cepatnya informasi yang dengan mudah diperoleh oleh masyarakat. Bak tiada ruang sekat antara satu sama lain, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan perkembangan teknologi tinggi menjadi perkara yang mudah bagi media-media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat secara luas. Ini juga tidak terlepas dari fakta sejarah perjalanan bangsa, ketika masyarakat memasuki era Orde Baru, hak akan berbicara di publik dibatasi, sehingga media massa kesulitan menyampaikan informasi kepada masyarakat, di samping itu masyarakat juga sulit dalam memperoleh informasi. Namun, setelah rezim Orde Baru turun dan diganti oleh Rezim Reformasi, pada saat itulah Indonesia memasuki gerbang demokrasi baru. Di sisi lain ini sangat menguntungkan bagi perkembangan pers Indonesia. Tantangan yang dihadapi media saat ini relatif berbeda dengan di masa Orde Baru. Negara, yang di masa lalu merupakan momok penting bagi kebebasan pers melalui sensor dan pembredelan, kini tak seperkasa dulu. Namun, ancaman sensor dan intervensi tak lantas menghilang. Dan dari perkembangan media sendiri sangatlah meningkat,di mana banyak media yang bermunculan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat dengan mudah memilih dan memilah media mana yang akan di konsumsi.

Oleh Agus Maftuhin Mahasiswa Universitas Trunojoyo. Aktif di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa). Namun, perlu dicermati juga adalah sifat pemberitaan media itu sendiri. Dengan adanya kebebasan pers ini jika tanpa adanya kontrol dari masyarakat dan juga kepada pengelola media tentang pentingnya kode etik dalam jurnalis yang sangat dikhawatirkan adalah adanya rekayasa pemberitaan, sehingga hanya akan membingungkan masyarakat saja. Di sinilah sifat profesionalisme jurnalis sangat dibutuhkan, independensi jurnalistik adalah tolok ukurnya. Kode Etik Jurnalistik menempatkan independensi sebagai prinsip pertama yang harus dimiliki jurnalis, juga media, dalam menjalankan profesi ini. Sebagai mata dan telinga masyarakat, sikap independen jurnalis dan media sangat penting agar publik bisa mengambil tindakan berdasarkan informasi yang betul-betul objektif, bukan dari informasi yang lahir karena keberpihakan jurnalis dan media terhadap kepentingan kelompok tertentu –apakah itu kepentingan pemilik media atau pemasang iklan. Di era globalisasi seperti sekarang ini sangat sulit menemukan media pers yang independen. Kebanyakan media sekarang lebih menitikberatkan pada profit oriented, sehingga muncul keberpihakan dan akhirnya masyarakat yang dibingungkan. ■

Staf Redaksi: Satwika Rumeksa, Tri Yulianto, D Wahjoe Harjanto, Trihatmaningsih, Sigit Sugiharto, Tri Dayaning Reviati, Eko Supriyanto, Junianto Setyadi, Hariyanto, M Taufiq Zuhdi, Tutug Pamorkaton, Gatot Sunarko, Wahyudi Hari Widodo, Josef Sintar, Endah Imawati, Kistyarini, Arie Yoenianto, Yuli Ahmada, M Rudy Hartono, Ahmad Pramudito, Anas Miftahudin, Joko Hari Nugroho, Wiwit Purwanto, Suyanto, Deddy Sukma, Tantowi Jauhari, Habiburrohman, Kuncarsono Prasetyo, Didik Sutrisno, Titis Jatipermata, Fatkhul Alami, Doso Priyanto, Ravianto, Dyan Rekohadi, Amru Muis, Sri Handi Lestari, Yudie Thirzano, Marta Nurfaidah, Dwi Pramesti, Sugiharto, Musahadah, Mujib Anwar, Hadi Santoso, Sudharma Wahyu Adiwijaya, Iksan Fauzi. Direktur: Rusdi Amral; General Manager Bisnis-Iklan: Stella Soedibjo, Wakil General Manager Bisnis: Wachid Mukaidori ;Manager Marcomm: Rachmad Hariyanto Biro/Perwakilan: Malang: Adi Sasono, Hesti Kristanti, Eko Nurcahyo, Sylvianita Widyawati, Wahyu Nurdiyanto, Aji Bramastra, Alamat: Jl Sultan Agung No. 4, Malang. Telepon: (0341) 360201 Fax: (0341) 360204. Iklan: fax (0341) 360204, Sirkulasi (0341) 360203, Kediri: Didik Mashudi, Arief Suka Putra, Alamat: Jl Banjaran Gg I/ 131, Kediri, Tlp (0354) 686933, Pasuruan: Jl Dr Wahidin Selatan 180 Pasuruan. Telepon/fax: (0343) 412411, Gresik: Adi Agus Santoso, Mojokerto: Imam Hidayat, Jakarta: Tri Mulyono, Alamat: Jl Palmerah Selatan 12 Tlp (021) 5483008, Fax: (021) 5495360 Kantor Pusat: Jl Raya Margorejo Indah D-108 Surabaya 60238 Telepon: (031) 8419000, Fax Redaksi: (031) 8414024 Alamat Surat: PO BOX 110 SBWO Surabaya Penerbit: PT Antar Surya Jaya, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No.202/SK/MENPEN/ SIUPP/A.7/1986 Tanggal 28 Juni 1986. Percetakan: PT Antar Surya Jaya. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan: Iklan taktis min 75 karakter–mak 375 karakter (1 karakter Rp 750); Iklan display/umum (hitam putih) Rp 25.000/mmk, Iklan display/umum (warna) Rp 30.000/mmk; Iklan duka cita Rp 7.500/mmk; Iklan mendesak/duka cita untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00 WIB. Bagian Iklan: Jl Raya Margorejo Indah D-108 Surabaya, Telepon: 031 841 9000, Fax: (031) 8470000 dan (031) 8470500. Manager Iklan Jakarta: Christina MS Indiarti; Alamat: Gedung Iklan Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No.15 Jakarta. Telp. (021) 53679599 Ext.6009, Fax (021) 53699150. Bagian Sirkulasi (Langganan): Gedung Kompas Gramedia Lt. 4 & 5 Jl. Jemur Sari No. 64 Surabaya, Telepon: (031) 8419664 (Pelanggan), (031) 8483939, 8483500 (Bagian Sirkulasi) Fax: (031)8479595 - 8478753. Harga Langganan Rp 29.000/bulan, E-Mail Pengaduan: pengaduan@suryagroups.com, Rekening: BCA Cabang Darmo, Rek 088-3835830; Bank BNI Cabang Pemuda, Rek. 0048789714; Bank Danamon Cabang Gubernur Suryo, Rek 0011707361; Bank Mandiri Cabang Rungkut, Rek 141.0086001112 atas nama PT Antar Surya Jaya. Surya Online: http://www.surya.co.id E-Mail: redaksi@surya.co.id SEMUA WARTAWAN SURYA DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 19


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.