SURYA, 9 Agustus 2009

Page 11

C M Y K

11

HARIAN SURYA

PAGE 11

Sambungan

SURYA, MINGGU, 9 AGUSTUS 2009

Peluru Tembus... ■ DARI HALAMAN 1

Marriott-Carlton serta aksiaksi terorisme lainnya di Indonesia. Yang paling menegangkan adalah proses melumpuhkan orang yang diduga kuat Noordin – teroris asal Malaysia yang paling dicari-cari di Asia Tenggara. Setelah penggerebekan sekitar 18 jam atas sebuah rumah di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung yang menjadi persembunyian Noordin, Densus akhirnya berhasil mendobrak rumah milik Muzahri itu. Didapati, Noordin sudah terkulai tak bernyawa di dalam WC, yang berada di sudut kiri bagian belakang rumah. Kondisinya mengenaskan, tubuhnya penuh luka tembak. Menurut pengamat intelijen, Wawan H Purwanto, yang melihat foto jenazah korban di Temanggung, peluru menembus daerah jantung gembong teroris tersebut. Peluru itu merupakan salah satu dari sekian peluru yang bersarang di tubuh Noordin. “Tubuhnya banyak tertembus peluru. Kan tembakannya sporadis. Tapi kemungkinan yang masuk ke jantung yang mematikan,” tutur Wawan. Wawan memastikan tubuh jenazah tersebut tidak hancur meski sebelumnya memang

500 Kg Bom... ■ DARI HALAMAN 1

Polisi juga berhasil menangkap pemesan kamar kamar 1808 Hotel JW Marriot bernama Amir Ibrahim. Satu orang lagi ditangkap adalah pengontrak rumah di Jati Asih itu yakni Fery Achmad ketika sedang mengendarai mobil Xenia di Jalan Kranggan Bekasi. Dari mobil tersebut,ditemukan empat buah bom aktif yang dibawa dari Solo. Di rumah yang baru dikontrak Ferry sekitar satu bulan itu, polisi menemukan 500 kilogram bahan peledak yang disimpan dalam lima drum, black powder, serta mur-baut yang digunakan untuk menambah efek mematikan dari bom tersebut. Ditemukan pula rompi untuk bom bunuh diri. Mobil pick up terbuka warna merah, yang diduga akan digunakan sebagai pengeboman, juga diketemukan di halaman rumah bertipe 36 tersebut. Dari dokumen yang didapatkan di rumah tersebut, polisi menemukan rencana kelompok teroris untuk meledakkan di berbagai tempat. Antara lain di kediaman pribadi SBY di Puri Cikeas, Bogor, Istana Negara dan KPU. Jarak antara rumah kontrakan teroris dengan kediaman SBY hanya 9 kilometer. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menyebutkan, Polri berhasil mengungkap pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Mariot dan Ritz Carlton. Mereka adalah Dani Dwi Permana, alumnus SMA Yadika Bogor 2009 (18 tahun) dan Nana Ikhwan Maulana berusia 28 tahun asal Pandeglang, Banten. Kapolri menegaskan, kediaman Presiden SBY di Puri Cikeas menjadi target pengeboman. Teroris sudah merencanakan pengeboman pada 14 Agustus nanti. Bahkan bom bunuh diri dan mobil pengangkut bom yang akan digunakan telah disiapkan

ada ledakan mematikan yang digunakan Densus 88 untuk melumpuhkan pergerakan Noordin. “(Tubuh) enggak hancur. Ledakan menurut saya sudah diperkirakan. Itu terbatas. Enggak menghancurkan,” tandas Wawan. Karena sudah melihat foto jenazah, Wawan yakin yang tewas itu memang Noordin M Top. Wawan mengatakan ciri-ciri fisik jenazah memang mirip dengan ciri Noordin yang diyakini penegak hukum. Begitu juga dengan kecenderungan pergerakannya dari Cilacap ke Temanggung, yang diyakini sebagai ciri pergerakan Noordin. “Feeling, saya dia memang Noordin M Top,” ujar Wawan, Sabtu (8/8) malam, melalui hubungan telepon. Meski demikian, Wawan tetap menanti hasil pemeriksaan DNA, anti-mortem dan identifikasi gigi dengan potret gigi yang diambil oleh dokter yang pernah merawatnya. Untuk melakukan tes DNA dan identifikasi gigi, tentu harus berkoordinasi dengan pihak keluarga Noordin di Malaysia atau Cilacap. Demi kehati-hatian, Kapolri belum bisa mengatakan apakah jasad itu adalah Noordin atau bukan. Alasannya, untuk memastikan identitas sebenarnya jasad tersebut, Polri juga masih menunggu hasil tes DNA –sebuah langkah medis untuk melacak asal-usul seseorang secara genetika. Hasil

muda. Kamto menyapa sahabatnya itu dengan sebutan Willy. Pada malam sebelum sahabatnya itu meninggal, ia mengaku sempat ke luar rumah, dan melihat malam diterangi bulan purnama. Kamto mengaku teringat masa lalu, ketika dia masih berusia 25 tahun, dan Willy berusia 20 tahun. Turut budayawan Ajip Rosidi yang bergabung, dan mereka berdiri di depan kantor pos di Pasar Baru, Jakarta. “Di depan Kali Ciliwung, Willy memanggil kami untuk melihat di kali itu. Di kali itu tercermin bulan purnama. Terus Willy bilang, dia menemukan satu bait sajaknya, “Bulan telah pingsan di atas kota Jakarta!” Dan itu tak pernah saya lupa,” ungkap pria yang banyak melahirkan cerpen bernafas sastra dan kini menginjak usia 79 tahun. Pada dekade 70 an, tatkala pers diberangus, ketika Komandao Keamanan dan Ketertiban mengatur semuanya, wartawan memerlukan seorang pemberani, reformis, dan pemberontak. Seperti dituturkan Parni Hadi, wartawan senior yang memberi kesaksian menyebutkan, WS Rendra yang selalu tampil alakadarnya tapi gagah berani maju ke lini depan. Rendra tampil menjadi penyambung lidah rakyat yang memperjuangkan kebebasan

Tak Imbang Ketika pertama kali digerebek pada Jumat (7/8) sore hingga beberapa jam kemudian, terdengar tembakan balasan dari dalam rumah yang hanya terdapat Noordin sendirian. Penggerebekan dimulai sejak Jumat (7/8) pukul 16.00 WIB dan berakhir dengan kepastian tewasnya Noordin pada Sabtu (8/8) sekitar pukul 09.45 WIB. Penggerebekan itu ibarat permainan yang tak seimbang karena anggota Densus yang mengepung berjumlah ratusan, dengan dibekali peralatan lengkap. Sedangkan yang dihadapi hanya satu orang. Meski begitu, karena selama ini diketahui bahwa ke manamana Noordin selalu melilitkan bom di bajunya dan memasang bom juga di tempat di mana ia tinggal, Densus memang layak berhati-hati menghadapi gembong teroris berusia 42 tahun itu. Sesungguhnya, polisi berharap menangkap Noordin dalam keadaan hidup. Karena itu, polisi sempat mengumumkan melalui mikrofon agar orang yang berada di dalam rumah menyerah. “Pengumuman, barang siapa yang ada di dalam rumah harap

menyerah dan keluar dari rumah,” kata seorang polisi lewat mikrofon, yang terdengar oleh Surya yang meliput di lokasi. Kemudian polisi juga bertanya, siapakah yang ada di dalam rumah. Menurut seorang anggota Densus di lokasi penggerebekan, suara dari dalam menjawab, “Saya Noordin.” Namun, jawaban itu sulit dikonfirmasi karena wartawan memang tidak mendengarnya langsung. Para wartawan peliput yang jumlahnya hampir mengimbangi jumlah polisi, memang hanya diperbolehkan mengikuti dari jarak sekitar 500 meter dari rumah yang digerebek. Tak lama setelah pengumuman via mikrofon itu, serentetan tembakan terdengar lagi. Termasuk tembakan dari para polisi penembak jitu yang ditempatkan di bukit sekitar rumah. Lantas, ledakan demi ledakan bom terjadi untuk membongkar tembok dan pintu-jendela rumah yang tertutup rapat. Serangan itulah yang rupanya membuat Noordin terluka. Dia terdengar mengerang kesakitan. “Setelah serangan itu, sebenarnya Noordin teriak minta tolong. Teriakannya seperti ini, ‘Tolong Pak... bantu saya’. Tapi teman teman 88 (Densus), nggak mau ambil risiko, siapa tahu itu jebakan agar kami masuk dan kemudian Noordin meledakkan rumah,” jelas se-

Dalam penggerebekan di Jati Asih kemarin, para pelaku terorisme diketahui telah mempersiapkan jebakan sebelum dibekuk Densus 88. Sebuah jebakan dipasang di pintu masuk, sehingga ketika polisi masuk, bom akan meledak. Beruntung, polisi tidak terkecoh. Dua teroris yakni Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono alias Peyang ditembak mati saat hendak

melemparkan bom pipa. Kepala Departemen Balistik dan Metalogi Mabes Polri Amri Kamil mengatakan, hasil identifikasi di TKP, didapati pemicu bom yang dipasang di balik setiap pintu rumah. Pemicu itu dihubungkan dengan bom yang diletakkan di kamar paling depan. “Pemicu dipasang di gagang pintu. Satu di pintu depan, satu di pintu belakang dan di pintu kamar,” kata Amri usai melakukan identifikasi bahan peledak di TKP Jati Asih, Bekasi, Sabtu (8/8). Amri menambahkan, kemungkinan para tersangka harus keluar masuk rumah melalui jendela, mengingat adanya bom perangkap itu. Hal ini diperkuat dengan per nyataan Ketua RT 04, Sundoyo. Ia menyatakan, Feri pernah ketahuan masuk rumahnya dengan memanjat tembok samping lewat jendela ketika pertama kali menempati rumah kontrakannya itu. Bahkan, teralis jendelanya telah dicongkel menggunakan obeng. “Waktu pertama masuk rumah, manjat tembok samping, terus ke jendela. Bahkan, teralis pernah docongkel memakai obeng. Katanya mau diperbaiki,” kata Sundoyo. Menurut Ketua RW 12 Perumahan Puri Nusapala, Jufri Umar, kedua pelaku mengontrak rumah tersebut sejak satu bulan lalu. Rumah yang dikontrak merupakan milik Suparno karyawan PT. Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Berdasarkan identifikasi di TKP, Amri mengatakan material bahan peledak yang ditemukan, yakni pemicu, belasan baterai, serbuk hitam (jenis TNT), florat, sulfur, rangkaian kabel, dan sejumlah logam. Material itu termasuk low explosive. Namun, daya ledaknya bisa high explossive. “Bahannya low, tapi hasilnya bisa high,” ujarnya. Ia menambahkan, diperkirakan material bahan peledak yang ada beratnya mencapai 500 kg. Ia mengakui, bahwa para tersangka yang ditembak

Sementara itu, Purwanto, warga RT 01/RW 13, Kampung Brengosan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, sangat terpukul dan belum percaya anaknya terlibat kegiatan teroris. Purwanto, di kediamannya, Sabtu (8/8), menyatakan terkejut ketika mendengar ada nama Air Setiawan tewas bersama Eko Joko Sarjono setelah tertembak dalam penyergapan di Jati Asih Bekasi yang diduga menjadi tempat kegiatan jaringan teroris. Menurut dia, beberapa tahun lalu anaknya yang bernama Air Setiawan memang pernah ditahan dengan dugaan terlibat jaringan teroris. Tapi, kata dia, Air dibebaskan lagi karena tidak ada bukti-bukti yang menguatkan dugaan tersebut. Air Setiawan itu sekarang bekerja di sebuah bengkel pengecetan mobil, kata dia, dan kalau di tempat pekerjaan tersebut sepi, dia membantu pekerjaan ayahnya sebagai sopir. “Saya mengerti ini dari pemberitaan di televisi dan sampai saat ini juga belum ada petugas dari Polisi yang memberi tahu kepada saya atau keluarga mengenai masalah tersebut,” kata Purwanto, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir Bus Po Langsung Jaya. Air Setiawan sekarang sudah berkeluarga dan menikah dengan gadis asal Pekalongan bernama Kiswati yang dikaruniani satu putra berama Akbar, yang lahir empat tahun lalu. Kiswati sekarang ini berada di rumah karena sedang hamil muda. ■ persda network/yls/yat/yon/rai/ mun/jun/cr2/cr3/ant

berekspresi dan berpendapat. “Bagaimana kalau untuk almarhum ini, dunia jurnalistik menghadiahkan karya sastra. Baik karya sastra ataupun karya yang lainnya. Saya bersama RRI siap bersama untuk mendukung dan menjadi decision maker untuk penyelenggaraan WS Rendra Award,” tutur Parni. Rendra memang sering berurusan dengan penguasa Orde Baru. Ia pernah meringkuk dalam penjara antara Mei 1978 sampai Oktober 1979. Semua itu adalah pertanda tak terelakkan dari sebab akibat sikap dan tindakannya sebagai seniman yang mendambakan kebenaran, keadilan dan kebebasan. Tapi kejadian tersebut tak membuat pria kelahiran Solo, 7 November 1935 itu berhenti menelurkan kekesalannya terhadap banyak hal lewat sajak, puisi, maupun drama. “Saya baru tahu sekarang bahwa beliau sangat tangguh. Jarang ada yang seperti beliau. Beliau mengajarkan, inilah kesenian dan bukan untuk cari uang. Ada nilai nilai yang tanpa disadari. Ada nilai bagaimana mengenal diri, kalau dalam ketauhidan,” kata David, sahabat sang penyair itu. Kenangan lain dikemukakan Prof Dr Arief Rachman, praktisi pendidikan, terkait pesan WS Rendra semasa hidupnya. Menurut Arief, WS Rendra

sempat menitipkan satu pesan yang bukan kalimat biasa. Saking perlunya wasiat itu, ia merasa perlu untuk mengungkapkan kepada hadirin saat melayat Rendra di Bengkel Teater, Jumat lalu. Arief berharap hadirin dapat meneruskan perjuangan yang telah dilakukan dan dirintis WS Rendra yakni mendidik bangsa, membudayakan bangsa, dan membuat bangsa Indonesia beradab. “Beliau mengatakan, sebuah bangsa tidak cukup terdidik. Sebuah bangsa itu harus berbudaya. Tapi, kata beliau, budayawan harus jadi tulang punggung peradaban. Kalimat ini saya sampaikan pada suatu konferensi internasional di Unesco. Hingga mengundang perdebatan. Apakah semua orang yang terdidik itu beradab atau tidak? Apakah negara yang maju itu beradab atau tidak?” ujarnya dengan nada haru dan mata berkaca kaca. Adapun budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun mengungkapkan bahwa WS Rendra yang masuk Islam pada usia 35 tahun dan mengubah namanya menjadi Wahyu Sulaemen Rendra, sering konsultasi kepadanya. Ia masih ingat WS Rendra selalu menangis bila berbicara tentang Tuhan. “Dia sangat mencintai Tuhannya. Dia sering menanyakan kepada saya tentang Islam, dan di saat itu pula dia kemudian menangis, benar benar menangis,” kata Cak Nun. Bahkan, Cak Nun se-

akan ingin menegaskan bahwa istrinya, Novia Kolopaking, tahu tentang hal itu dan kerap melihat WS Rendra menangis saat bertanya tentang Islam. “Jadi, Rendra mengenal Islam ini masih Islam syar’i. Dia belum bisa masuk ke wilayah wilayah, dialogis sudah tapi filosofis belum, tasawuf belum,” kata Cak Nun. Cak Nun mengaku punya hasrat yang gagal tercapai tentang sosok WS Rendra yang ia anggap sebagai figur lengkap sebagai seniman sejati. Cak Nun sangat ingin memunculkan seorang figur WS Rendra “baru” yang dikenalnya selama ini. “Cita cita saya dulu adalah ada Rendra ketiga. Yaitu Rendra yang spiritual, Rendra yang sublim, Rendra yang inner strenght nya bisa muncul. Dia sudah arif, tapi belum pada kristalisasi estetik,” ujarnya. “Dia itu nangis nangis kalau saya ceritakan asmaulhusnah, kalau saya katakan apa bedanya Ahad sama Wahid, Rohmat sama Rofiq, nangisnya pasti serius kayak anak kecil, karena dia sangat mencintai Tuhan nya” kata Cak Nun. Pribadi WS Rendra yang sangat mencintai agama yang dianutnya, tidak seperti orang yang kebanyakan, hanya menangis di saat tidak berbicara tentang Tuhan. “Jarang ada orang di dunia yang menangis kayak gitu. 0rang akan menangis kalau kehilangan saham, dia tidak,” kata Cak Nun menegaskan. ■

di Jati Asih, yang waktu tempuh ke rumah SBY hanya sekitar 12 menit. “Jaraknya dengan rumah Bapak Presiden, kediaman pribadi di Cikeas hanya 12 menit, dan rencananya aksi terorisme akan dilaksanakan dua minggu sejak tanggal 1 Agustus 2009,” ujar Bambang Hendarso dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (8/8). Dijelaskan Kapolri, terungkapnya rencana tersebut berdasarkan pemeriksaan terhadap Amir Ibrahim yang ditangkap di Jati Asih pada Sabtu (8/8) dini hari. Menurut Kapolri, pada 30 April Noordin M Top memimpin rapat di Kuningan, Jawa Barat. “Noordin declair Presiden menjadi target bom berikutnya,” tegas Kapolri. Alasan Noordin, teman temannya yakni Imam Samudera Cs di eksekusi berdasarkan keputusan presiden Mengenai pemilihan tempat Jati Asih, itu karena kedekatan dengan kediaman SBY. “Jati Asih itu untuk transit saja. Bom dirakit di Cilacap,” tambah Kapolri. Kapolri mengatakan, Air Setiawan dan Eko Peyang merupakan resedivis pelaku bom Kedubes Australia dan juga terlibat pengeboman Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, Jl Mega Kuningan, 17 Juli 2009. Selain itu, tim Densus kini tengah mengejar pelaku bom bunuh diri lainnya. “Ada dua pengejaran yang merekrut pelaku bom bunuh diri, termasuk di dalamnya Ibrahim,” ujarnya.

Bom Jebakan

Selalu Nangis... ■ DARI HALAMAN 1

tes DNA, yang membandingkan gen korban dengan gen keluarganya, biasanya baru diketahui seminggu setelah sampel-nya diambil.

polisi itu memang berusaha untuk kabur. “Ya, kelihatannya mereka mau kabur,” tuturnya. Usai penggerebekan dan penembakan di Jati Asih itu, polisi membawa jenazah Air Setiawan dan Eko Peyang ke RS Polri Kramat Jati Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Tak Percaya

orang personel Densus yang mengaku semalaman berjaga di seberang rumah tempat persembunyian Noordin. Setelah berhasil dilumpuhkan, sekitar pukul 11.50 WIB jasad Noordin dibawa dengan pesawat Hercules dari Bandara Adisucipto, Jogjakarta, menuju Jakarta. Selanjutnya, jenazah akan menjalani otopsi dan tes DNA di RS Polri Jakarta. Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan, ada sebuah bom tergeletak di samping jenazah yang diduga Noordin itu. “Di sebelahnya ada sebuah bom yang tidak meledak,” kata Kapolri dalam jumpa pers. Bambang memastikan, seusai menghujani rumah Muzahri dengan peluru, polisi hanya menemukan satu jenazah.

Mengapa ke Temanggung? Operasi ke Temanggung ini berkat kesalahan yang dibuat oleh Ibrohim, peñata bunga (florist) Hotel Ritz Carlton, yang masih buron sejak pengeboman 17 Juli lalu.

4 Jam Ngumpet... ■ DARI HALAMAN 1

“Karena takut kena tembakan, saya dan istri ndhelik (bersembunyi) sampai jam 21.30 malam. Sesudah itu kami turun dari bukit, mencari jalan memutar, kemudian mengungsi di rumah seorang kerabat yang rumahnya jauh dari rumah saya ini tapi di wilayah RT yang sama,” jelasnya. Di tower itu, Sumardi bersembunyi sekitar 4 jam. Tiba di rumah kerabat tersebut bukan berarti pasangan suami istri ini bisa bernafas lega. Pasalnya, tiga anak mereka plus nenek dan ibu Sumadi masih berada dalam rumah Sumadi, tak jauh dari kediaman Muzahri. Maka, sepanjang Jumat (8/8) malam setelah pukul 21.30 WIB itu mereka sama sekali tak bisa memicingkan mata. “Sampai akhirnya tadi (Sabtu, -Red) pagi jam 06.00 saya pulang ke rumah untuk mengajak anak anak, simbok dan mbah saya mengungsi. Ternyata, saat saya sampai di rumah, mereka sudah tidak ada karena telah lebih dulu mengungsi ke rumah tetangga,” ucapnya. Sumadi baru lega dan tenang, Sabtu (8/8) siang,. Itulah saat Densus 88 menghentikan operasi penyerangan ke rumah Muzahri sesudah menembak mati pria yang diduga Noordin M Top, gembong teroris yang paling dicari di Indonesia. Buktinya, Sabtu menjelang sore dia melenggang di depan rumah, berjalan ke arah selatan, ke rumah Muzahri yang sekarang rusak setelah dihujani peluru dan dilempari bom oleh Densus 88. Perasaan serupa dirasakan

Minggu Dili... ■ DARI HALAMAN 1

Tetapi hari ini Minggu saya ke pantai. Ada banyak pantai yang indah di Dili, tetapi favorit saya adalah yang ada di bawah patung Christo Rei yang terletak lima kilometer dari pusat kota di ujung Dili Bay. Biasanya saya naik taksi ke sana. Di Timor Leste, tidak ada satu pun taksi yang pakai argometer. Biasanya ongkos dalam kota adalah 1 dolar AS. Kebanyakan taksi Dili setua penampilan uang dolar AS yang dipakai di sana. Ketika saya melihat uang tunai Timor Leste ini, saya selalu berpikir mengenai teman-teman Indonesia dan tertawa. Pasti uang Timor Leste terlalu kotor untuk diterima di Indonesia. Karena pantai Christo Rei agak jauh, ongkosnya taksi biasanya tiga sampai lima dolar AS. Ketika saya ingin pulang, sulit mencari taksi lain —jadi saya punya strategi. Saya selalu membayar sedikit ekstra dan minta nomor ponsel sopirnya. Biasanya dia bersedia menjemput saya. Tanpa sistem ini, saya harus menunggu lama. Kemarin, Sabtu, saya bertemu dengan seorang teman Timor untuk makan siang. Namanya Fatima. Dia dulu kuliah di Jakarta. Dia masih punya banyak teman di Indonesia. Waktu Fatima kuliah, dia ting-

Gaun Pengantin ... ■ DARI HALAMAN 1

ke gaun itu telah membuat sejarah,” ujar pekerja KA berusia 28 tahun itu. Zhao lah si penggagas acara itu untuk menunjukkan betapa besar cintanya pada Lin. Ia terinspirasi setelah menyaksikan pencatatan rekor serupa oleh pasangan Rumania, yaitu 1.449 meter. Ia pun mengir-

Suatu hari, polisi tiba-tiba menangkap sinyal HP Ibrohim. Dia terdeteksi berada di Temanggung, Jateng. Polisi lantas mencurigai rumah keluarga Tatak (terpidana kasus bom Kedubes Australia 2006) di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Temanggung. Sejak itu, rumah dan kegiatan keluarga itu terus dipantau. Pada, 4 Agustus lalu, dalam penguntitannya, Densus mengetahui ayah Tatak, Muzahri, dan dua keponakannya (Aris dan Indra) menjemput seorang pria, yang diduga Noordin Top, di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pria itu diajak Muzahri ke rumahnya di Temanggung. Diamati beberapa hari, pria misterius itu tak pernah keluar rumah. Akhirnya Jumat (7/8) lalu, Aris dan Indra ditangkap saat mereka bekerja. Dari pengakuan Aris dan Indra, didapat info bahwa pria yang menginap di rumah Muzahri adalah Noordin. Menyusul ditangkap adalah Muzahri, saat dia baru saja pulang dari sawah. Selain melumpuhkan Noordin, hasil kerja Densus lainnya

adalah mengungkap jaringan Noordin di Bekasi, Jawa Barat. Pada Sabtu (8/8) dinihari Densus menggerebek rumah di kawasan Jatiasih, Bekasi, yang diketahui sebagai sarang bom. Saat dilakukan penggerebekan, dua teroris yang hendak melempar bom, ditembak mati, yakni Eko Peyang dan Air Setiawan. Air adalah residivis kasus bom di Kedubes Australia 2006. Sedangkan, pengontrak rumah Ahmad Ferry ditangkap hiduphidup. Ditemukan 4 kotak bom pipa dan bom mobil sekitar 500 kg yang akan diledakkan. Targetnya rumah SBY di Cikeas pada 14 Agustus. Dengan demikian, dalam rentetan operasi Densus di Temanggung dan Bekasi, tiga orang tewas yakni Noordin, Eko Peyang dan Air Setiawan. Serta lima ditangkap hiduphidup. Di Temanggung, Muzahri, dan dua keponakannya Aris serta Indra; dan di Jakarta Ahmad Ferry serta Amir Ibrahim. ■ jun/amb/rai/ kcm/ant/sas

Ketua RT 01/RW 07 Beji Jurang, Sukarjo alias Siran. Ditemui terpisah, pria berusia 42 tahun ini mengatakan, dirinya sempat merasa stres tatkala mengetahui polisi menembaki rumah Muzahri. “Yang stres bukan hanya saya, melainkan juga warga saya. Sekarang sudah mulai ndak stres,” ujarnya, kemudian tertawa, Sabtu (8/8) sore. Bapak satu anak yang juga kakek seorang cucu ini mengaku tak menyangka kampungnya ternyata menjadi tempat persembunyian teroris. Mengenai rumah yang diduga dipakai bersembunyi Noordin M Top tersebut Sukarjo menjelaskan bahwa rumah Muzahri didirikan oleh pemiliknya sekitar enam tahun silam. Rumah Muzahri, seperti halnya banyak rumah di desa, merupakan rumah sederhana. Rumah yang menghadap ke utara ini terletak di mulut sebuah petigaan, dekat persawahan padi dan tembakau. Di belakang rumah terdapat bukit, yang oleh warga setempat biasa disebut Gumuk (gundukan tanah) Kleben. Jika dilihat dari arah timur, jauh di belakang bagian utara rumah itu terlihat samar samar Gunung Sumbing. Lingkungan rumah ini terasa sejuk dan segar. Apalagi, hawa di Temanggung termasuk Beji terkenal dingin. Maka, siapa menyangka lingkungan yang adem seperti itu ternyata menyimpan masalah panas: menjadi tempat menampung seorang tersangka teroris. “Saya dan banyak warga juga tidak menyangka. Karena itulah kami kaget, stres,” tegas Sukarjo. Sumadi pun mengatakan hal senada. “Tentu saja saya

tidak menyangka, ada rumah tetangga jadi masalah besar seperti ini. Makanya waktu Jumat sore kemarin saya kira yang saya dengar suara petasan, bukan peluru,” ucapnya. Warga lain, Ny Marimah, 53, berkomentar tak jauh berbeda. “Selama ini Pak Zahri dan istrinya, Bu Endang, dikenal senang bergaul, tidak menutup diri. Saya heran kok ternyata muncul masalah seperti ini dalam keluarga mereka,” tegas wanita yang membuka warung makan dan sembako ini. Lalu, bagaimana komentar pejabat tertinggi di Kabupaten Temanggung, yaitu Bupati Hasyim Efendi? Tentu saja tidak berbeda dengan mayoritas warganya. “Benar benar mengejutkan. Secara umum kan masyarakat di Kabupaten Temanggung ini hidupnya tenang dan juga masih relatif tradisional,” papar bupati, ketika ditemui di sela sela memantau kegiatan Densus 88 Anti Teror di salah satu wilayahnya itu.Hasyim menegaskan, hanya kebetulan saja bahwa sejumlah teroris ternyata memilih salah satu wilayah Temanggung sebagai tempat bersembunyi. Adapun mengenai alasan mereka memilih Temanggung menjadi tempat persembunyian, menurut bupati, hanya para teroris itulah yang mengetahui alasannya. “Mereka tentunya memilih faktor faktor yang tidak kita ketahui,” tegasnya. Meski Beji telah menjadi tempat persembunyian tersangka teroris namun Hasyim tak mau bila kabupatennya disebut kabupaten yang rawan teroris. “Kalau bicara soal rawan, hampir semua daerah di negeri kita ini rawan,” tandasnya. ■ bersambung

gal di rumah kos bersama beberapa teman lain. Salah satu menjadi sahabat baik, seperti saudara, dan ketika Fatima berada di Jakarta dia selalu mengunjungi “keluarga kedua” itu. Fatima adalah seorang Muslim, yang tidak biasa di Timor Leste, yang mayoritas Katolik. Ibunya lahir sebagai Katolik, tetapi masuk Islam ketika dia menikah. Sesudah suaminya meninggal, dia kembali ke agama aslinya. Waktu Fatima berbicara, saya berpikir mengenai Malaysia, yang menganggap ini menjadi kejahatan besar. Fatima bercerita mengenai “keluarga” dia di Jakarta, terutama orang tuanya. Sesudah jajak pendapat tahun 1999, ayahnya tidak ingin Fatima kembali ke Dili. “Untuk apa?” dia bertanya. Lebih banyak kesempatan di Indonesia. Tetapi Fatima adalah putri Timor yang baik, dan dia membalas bahwa semua keluarga dia tinggal di sana. Selain itu, Timor Leste menjadi negerinya sendiri. Fatima dan saya setuju bahwa pada tahun 1999 banyak orang Indonesia tidak mengerti keadaan yang ada di Timor Leste. Orang Timor dilihat sebagai orang yang tidak berterima kasih atau kacang yang lupa kulit, menurut Fatima. Bagi saya, jelas sekali bahwa ini semacam media effect atau akibat media. Pada zaman Soeharto, semua media di Indonesia sangat dikontrol dan rakyat Indonesia tidak tahu mengenai apa yang be-

nar-benar terjadi di Timor Timur. Di majalah Tempo pun wartawan harus berhati-hati dan memaskukkan versi pemerintah. Pasti kekerasan tentara terhadap masyarakat Timor tidak dilaporkan. Fatima dan saya berbicara mengenai pemilu presiden yang baru selesai di Indonesia. Dia suka SBY dan bergembira dia menang. Fatima juga kaget bahwa Jenderal Wiranto dan Prabowo muncul sebagai calon wakil presiden. Ada apa dengan Indonesia, dia bertanya. Apakah masyarakat lupa? Saya membalas mungkin mereka tidak benar-benar tahu apa yang terjadi di Timor Timur 10 tahun yang lalu. Ada banyak yang bisa kita pelajari dari masyarakat Timor, yang menjadi pemaaf luar biasa. Hampir semua orang Timor yang saya kenal sama seperti Fatima, yang tidak mau bermusuhan dengan Indonesia. Saya bertanya apakah “keluarga” Fatima di Jakarta pernah ke Timor Leste. Belum, dia balas, tetapi mungkin tahun depan. Saya berharap kunjungan itu akan terjadi. Saat ini, semua sudah kembali aman di Timor Leste ini. Toko-toko cukup ramai dan ada banyak penjual ikan, sayur, dan buah di pinggir jalan. Minggu di pantai ada banyak keluarga menikmati samudra biru yang cemerlang di bawah matahari. Negeri baru ini bagus dan indah. Salam hangat dan sampai minggu depan. ■

imkan pendaftaran ke Guiness World Record berikut rekaman video perkawinannya dengan guru berusia 25 tahun itu. “Saya memang tidak ingin perkawinan yang klise, seperti iring-iringan dan karangan bunga,” kata Zhao. Setelah semua selesai, Zhao memotong ekor itu hingga tinggal 1.984 meter, sesuai tahun kelahiran Lin. Penentangan muncul dari keluarganya, karena untuk membuat gaun itu ia harus

merogoh kantong sebesar 40.000 yuan atau sekitar Rp 57 juta. “Itu kan buang-buang duit, menurut saya. Meski saya mengerti dia ingin menunjukkan cintanya pada hari istimewa itu,” kata ibu Zhao. Namun Zhao tak mundur. Ia membeli bahan dan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk membuat gaun itu yang akhirnya membutuhkan waktu tiga bulan. Desainnya sendiri dibuat sang bibi yang memang penjahit pakaian. ■ dai/sas

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 11


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.