E-paper Surya Edisi 6 Mei 2013

Page 11

10 SURABAYA BLITZ

SENIN, 6 MEI 2013

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

LURIK & GRUNGE - Sejumlah model memeragakan busana dua desainer tamu Surabaya pada Fashion Parade 2013, Philip Iswandoro dan Putu Aliki di Convention Hall Tunjungan Plaza, Minggu (5/5). Mereka menampilkan busana yang terinspirasi kain Lurik dan musik Grunge.

Permintaan Sidoarjo Berlebihan

Padukan Celana Lurik dengan Jaket

SURABAYA, SURYA - Mitos di tengah kehidupan masyarakat Jawa menjadi inspirasi desainer asal Yogyakarta, Philip Iswardoro. Kain tenun lurik dipilih sebagai interpretasi dari tema mitos. Orang Jawa menganggap lurik mempunyai beberapa makna dari sisi budaya. “Lurik biasa dipakai saat upacara tedak siten, kehamilan tujuh bulanan, dan penolak bala,” ujar Phillip, Minggu (5/5), sesaat sebelum pergelaran busana rangkaian Surabaya Fashion Parade (SFP) 2013 di Convention Center Tunjungan Plaza dimulai. Untuk upacara tedak siten, lurik yang dikenakan biasanya hitam dan putih. Warna biru, merah, dan hijau dipakai ketika tujuh bulanan masa hamil, dan lurik dengan aksen kotak-kotak kecil untuk penolak bala. Phillip menyadari jika tekstur kain tenun lurik itu kasar dan panas saat menyentuh kulit tubuh. Maka, dia memakai teknik lining dengan melapisi bahan utama, kain lurik, dengan furing atau kain pasir. Sehingga, tetap nyaman dikenakan. Selain itu, Phillip mengaku antiharmonisasi. Semua terungkap dalam rancangannya. Bagaimana celana lurik ber-

|

padu dengan atasan dan jaket secara asimetris dan konstruktural. Misal, jaket di satu sisi berupa patchwork dan sisi lainnya polos saja. “Karya saya juga cenderung androgini,” tegas lelaki yang memulai karirnya di dunia fashion sejak 1994 ini. Yaitu bergaya maskulin sekaligus feminin. Nah, pada SFP 2013 yang bertema Denim Innofashion ini, Phillip memakai bahan denim sebagai pendukung kain lurik pada 20 karya busananya. Tetapi, karena lelaki berkacamata ini selalu membuat minimal dua potong untuk satu set busana rancangannya, maka koleksi yang ditampilkan mencapai sekitar 60 potong baju. Selain Phillip Iswandoro, hadir pula Putu Aliki dari Bali. Putu lebih menonjolkan kesan street wear dengan potongan sederhananya. “Gaya busana saya ya androgini. Gaya ini lebih long lasting atau bertahan lama walaupun tren fashion berganti setiap tahun,” papar Putu. Putu menggunakan bahan denim hitam, putih, atau keduanya pada 20 karya busananya. Sebagai orang yang menolak kesamaan ini, dia selalu membuat bajunya terkesan unfinished (tidak terselesaikan) yang terkonstruksi . (ida)

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

■ Soal Pengelolaan Terminal Purabaya SURABAYA, SURYA - Permasalahan bagi hasil pengelolaan Terminal Purabaya kembli mencuat. Hal ini setelah Pemkab Sidoarjo mengirimkan surat yang intinya minta bagi hasil 20 persen dari pendapatan bruto. Sedangkang Pemkot Surabaya merasa keberatan dengan permintaan Pemkab Sidoarjo. Plt Sekota Surabaya, Erna Purnawati, mengakui bahwa pemkot telah menerima surat permintaan bagi hasil Terminal Purabaya dari Pemkab Sidoarjo. Akan tetapi, pemkot tidak akan memberikan jawaban atas surat tersebut, namun siap memberi penjelasan. "Permintaan bagi hasil yang diminta Pemkab Sidoarjo terlalu berlebihan, seharusnya tidak demikian," kata Erna disela acara Parade Budaya dan Bunga di Balai Kota Surabaya, Minggu (5/5). Dijelaskan Erna, selama ini pemkot telah memberikan bagi hasil ke Pemkab Sidoarjo dari pendapatan bersih Terminal Purabaya sebesar 30 persen. Dengan demikian, jika minta perubahan permintaan bagi hasil dari pendapatan kotor

STORYHIGHLIGHTS ■ Pemkab Sidoarjo minta bagi hasil Terminal Purabaya 20 persen bruto ■ Selama ini pemkot sudah memberikan bagi hasil ke Sidoarjo 30 persen pendapatan bersih

sebesar 20 persen, dirasa tidak ada kecocokan. "Betul persentasenya turun jadi 20 persen dari pendapatan kotor, tapi itu nilainya di atas 30 persen dari pendapatan bersih. Makanya, kami keberatan atas permintaan Pemkab Sidoarjo tersebut," tutur Erna yang belum bisa memberikan nilai rinci pendapatan Terminal Purabaya. Terkait langkah pemkot ini, DPRD Surabaya menilai sudah tepat. Pasalnya, Terminal Purabaya sebagai terminal terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara itu merupakan aset milik Pemkot Surabaya dan Pemkab Sidoarjo tidak memiliki andil apapun di Terminal Purabaya selain wilayah. "Kami dukung

Pemkot Surabaya mempertahankan komposisi bagi hasil yang selama ini disepakati, tidak perlu ada perubahan," kata Agus Sudarsono, anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya. Dijelaskan Agus, anggaran dari APBD Kota Surabaya yang dialokasikan untuk pembangunan Terminal Purabaya nilainya sudah cukup besar. Artinya, Terminal Purabaya itu dibangun oleh masyarakat Kota Surabaya. Terlebih lagi, lahan Purabaya semuanya milik pemkot meski wilayahnya masuk Sidoarjo. "Sebetulnya, pemkot tidak perlu beri bagi hasil pada Sidoarjo karena tidak mengeluarkan investasi apapun di Terminal Purabaya. Pemkot cukup bayar pajak bumi dan bangunan (PBB) saja kami kira sudah aman," ungkap Agus. Oleh karena itu, dikatakan Agus, Sidoarjo tidak perlu macam-macam dengan Terminal Purabaya. "Janganlah Sidoarjo memaksakan keinginanya menguasai Terminal Purabaya. Investasi yang dikeluarkan Pemkot disitu hingga kini diperkirakan sudah diatas Rp 1 triliun," tutur Agus Sudarsono. (aru)

Jatim Berhasil Raih Double Winner SURABAYA, SURYA - Meski masih banyak keluhan, ternyata layanan angkutan umum di Jatim terbaik di Indonesia. Ini terbukti dengan kembali diraihnya penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) Wiratama 2012 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) oleh Pemprov Jatim. Penghargaan prestisius tersebut akan diserahkan oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan kepada Gubernur Soekarwo, Senin (6/5), di Jakarta. Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Jatim, Wahid Wahyudi, mengatakan bahwa WTN Wiratama merupakan penghargaan tertinggi di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dari Presiden yang diserahkan Menteri Perhubungan.

Nah, keberhasilan Jatim tahun ini merupakan yang kedua kali, setelah tahun lalu juga meraih penghargaan serupa. “Ini berarti, selama dua kali penyelenggaraan Wahana Tata Nugraha Wiratama, Pemprov Jatim selalu menjadi yang terbaik. Jadi Jatim menjadi provinsi pertama yang berhasil meraih double winner,” ujarnya,

Setelah dinilai, dari 18 kabupaten/kota yang lolos tersebut, 13 mendapat piala, empat mendapat plakat, dan satu memperoleh sertifikat. WAHID WAHYUDI KEPALA DISHUB DAN LLAJ JATIM

Minggu (5/5). Untuk mendapatkan WTN Wiratama, syaratnya minimal ada 45 persen perkotaan di kabupaten/kota ikut dalam penilaian WTN. Dari peserta yang ikut untuk empat kategori, yakni kota metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil tersebut, minimal 50 persennya jadi pemenang. Di Jatim, dari 38 kabupaten/ kota, sebanyak 23 kabupaten/ kota atau sekitar 60 persennya mengikuti penilaian WTN. Dari jumlah itu, yang lolos sebanyak 18 kabupaten/kota. Masing-masing, Kota Surabaya, Kabupaten Probolinggo, Tuban, Kabupaten Malang, Lumajang, Kota Madiun, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Tulungagung, Magetan, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Probolinggo, Lamongan, Situ-

bondo, Kota Pasuruan, Pacitan, dan Kabupaten Blitar. “Setelah dinilai, dari 18 kabupaten/kota yang lolos tersebut, 13 mendapat piala, empat mendapat plakat, dan satu memperoleh sertifikat,” jelasnya. Keberhasilan tersebut, lanjut Wahid, menunjukkan bahwa pemprov berhasil memicu dan memacu kinerja penataan lalu lintas dan layanan angkutan perkotaan di wilayah Jatim. Dengan ikut WTN, dapat dipastikan fasilitas lalu lintas dan angkutan perkotaan sebuah daerah sudah memenuhi standar teknis. Demikian juga dengan fasilitas kelengkapan jalan, pasti sudah memenuhi syarat minimal. Selain itu, ketertiban, kelancaran, dan keamanan lalu lintas serta angkutan perkotaan relatif lebih baik. (uji)

Simpan Ineks Teman Sejak Lima Bulan Lalu SURABAYA, SURYA - Novi Umawati (26), warga Jalan Raya Pakis Surabaya, harus mendekam di tahanan Polsek Wonokromo. Sales Promotion Girl (SPG) itu, ditahan karena kedapatan membawa dua butir ineks berwarna ungu tanpa logo. Kapolsek Wonokromo, Kompol Indra Mardiana mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, tersangka diketahui membawa ineks. "Setelah kami geledah tempat tinggalnya, ditemukan dua butir ineks, yang disimpan di saku baju," kata Indra, Minggu (5/5). Indra menjelaskan, tersangka ditangkap karena memiliki narkoba, dengan jeratan pasal 112 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman empat tahun penjara. Menurut pengakuan Novi, dua butir ineks tersebut bukan miliknya. "Itu bukan milik saya, tapi milik teman saya. Saya sudah lama tidak pakai lagi," kata Novi. SPG freelance itu mengatakan, dua butir ineks tersebut dititipkan padanya dan sudah disimpan sejak lima bulan lalu. "Saya sungkan sama teman saya kalau membuangnya, barang itu sudah saya simpan sejak lima bulan lalu. Nanti akan diambil lagi kalau mau dugem," kata Novi. Menurutnya, sejak sekitar setahun lalu dirinya tidak lagi menkomsumsi ineks. "Hasil tes urine saya juga negatif, saya tidak pakai lagi," kata Novi. (ook)

SURYA/HAORRAHMAN

TITIPAN TEMAN - Novi Umawati, menunjukkan ineks titipan temannya saat di Mapolsek Wonokromo, Minggu (5/5).

Geng Remaja Suka Incar Tas Perempuan SURABAYA, SURYA - Komplotan remaja yang gemar menjambret diringkus oleh petugas Polsek Wonocolo. Mereka rata-rata usianya masih di bawah 20 tahun. Anggota komplotan itu adalah Al Amin (17), Eko Prasetyo alias Tepos (19), Adi Prasetyo alias Gendon (20), Wawan (19), dan Arifin (19 ), lima remaja tersebut semuanya adalah warga Bendul Merisi Jaya VI Surabaya. Polisi masih memburu satu tersangka lainnya, MH yang juga warga Bendul Merisi. Saat hendak ditangkap MH berhasil kabur. Enam remaja tersebut merupakan tetangga dan satu geng. Meski usia mereka masih muda, namun ternyata mereka merupakan komplotan jambret spesialis tas perempuan. "Mereka ini merupakan teman satu kampung. Mereka bekerja sama untuk menjadi jambret," kata Kanitreskrim Polsek Wonocolo, AKP Nur Suhut, Minggu (5/5). Ia menjelaskan, sebelum men-

SURYA/HAORRAHMAN

GENK JAMBRET - Lima anggota geng jambret saat diamankan di Mapolsek Wonocolo, Minggu (5/5). jalankan aksinya, terlebih dahulu mereka rapat untuk pembagian tugas. Setelah rapat, mereka lalu menyebar untuk mencari mangsa. Bia-

join facebook.com/suryaonline

sanya mereka beraksi berpasangan. Amin berpasangan dengan Tepos, Wawan bersama Arifin, dan Gendon bersama MH. "Sekali beraksi biasanya dua

orang dengan mengendarai dua motor. Sasarannya selalu wanita yang meninting tas," kata Nur Suhut. Setelah rapat, mereka lalu menyebar untuk mencari sasaran. Beberapa lokasi yang sering menjadi sasaran komplotan ini adalah Dukuh Pakis, Panjangjiwo, Rungkut, Jemursari, dan Margorejo. Biasanya jam operasi mereka adalah pagi dan malam hari. Setelah menjalankan aksi, mereka lalu berkumpul kembali di suatu tempat, untuk membagi hasil. "Hasilnya dikumpulkan dan dibagi pada masing-masing anggota. Sisanya untuk minum-minuman keras atau ke lokalisasi," tambahnya. Terakhir korban mereka adalah Ismiati Ningrum (27), warga Margorejo. Tas korban berisi dua ponsel dan uang Rp 2 juta, jadi sasaran komplotan ini. Awalnya polisi meringkus Amin dan Tepos. Setelah itu meringkus tiga tersangka lainnya. (ook) follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.