Sport GoMag Issue 11 - Indonesian

Page 1

Kesaksian Atlet

Allyson Felix Keteguhan hati dan keyakinan pada kesanggupan yang Tuhan berikan, meskipun di tengah-tengah kemunduran, menjadi kunci perjuangan atlet atletik Allyson Felix untuk meraih medali emas di Olimpiade Selain meraih medali emas di Olimpiade London pada nomor lari 200 m, Allyson juga berhasil mengumpulkan lima medali (emas dan perak) di Olimpiade lainnya serta tiga gelar juara dunia. “Kekalahan terbesar saya adalah di ajang Olimpiade,” akunya. “Setelah Olimpiade Beijing, saya benar-benar terpuruk. Saya telah berusaha sekeras yang saya mampu, tetapi selalu tidak berhasil meraih performa yang cukup baik. Tetapi kemudian saya memutuskan untuk semakin meneguhkan hati kembali, dan ternyata keputusan ini adalah anugerah tersendiri yang terbukti di Olimpiade London. Saya menjadi mampu berusaha lebih keras daripada yang sebelumnya, dan akhirnya semuanya terbayar lunas.” “Saya mengenal Yesus Kristus untuk pertama kalinya sebagai Juruselamat secara pribadi saat saya masih sangat kecil. Sejak saat itu, saya selalu berusaha memprioritaskan untuk bertumbuh dalam hubungan dengan Tuhan. Tuhan belum selesai membentuk diri saya, dan saya masih menghadapi berbagai pergumulan setiap hari, sama seperti semua orang lainnya. Tujuan saya adalah menjadi semakin serupa dengan Kristus setiap hari, dan ini bukanlah hal yang mudah.” “Bagi saya, iman saya adalah alasan untuk saya berlari. Saya sangat yakin bahwa Tuhanlah yang telah menganugerahi saya dengan bakat yang luar biasa ini, dan bagian saya adalah mengerjakannya sebaik-baiknya, semampu saya.”

Perenungan Pribadi Memberitakan Injil

Allyson Felix memiliki kerinduan untuk menjadi murid Kristus dalam dunia olahraga.


Kesaksian Atlet

Kevin Durant Atlet bola basket Olimpiade Kevin Durant menjadi teladan kerendahan hati yang menginspirasi rekan-rekannya Bintang Olimpiade dan NBA (National Basketball Association) Kevin Durant hidup sangat berlawanan dengan gambaran bintang olahraga yang cenderung sok dan memiliki ego berlebihan. Karakter inilah yang membuat rekan-rekannya sesama atlet menyukai pribadinya. “(Kevin) sangat rendah hati,” kata mantan rekan setimnya Jeff Green. “Dia adalah pemimpin kami... dan banyak rekan-rekan yang mengikuti kepemimpinannya. Dia membantu kami untuk berubah menjadi lebih baik, melalui tindakan-tindakannya dan kepribadiannya. Hal-hal ini membuat rekanrekan semua ingin berteman dengan dia.” Kemampuan Kevin untuk tetap rendah hati sebenarnya bisa ditelusuri hingga latar belakang keluarganya dan pemahamannya yang kuat pada imannya dalam Kristus, yang kemudian semakin bertumbuh dan memuncak di masa remajanya. “Saya selalu terdorong untuk memikirkan bagaimana kita semua bisa menjadi seperti hari ini,” Kevin mengungkapkan. “Mengapa kita melakukan hal-hal yang kita lakukan? Siapa yang menjadikan seperti ini? Saya sendiri, ibu saya yang selalu duduk bersama dan mengobrol dengan saya. Saya juga memiliki pembimbing rohani yang menolong hidup saya.” Saat ini, sebagai bagiannya dalam berusaha terus bertumbuh menjadi lebih kuat dalam perjalanan imannya bersama dengan Tuhan, Kevin selalu hadir secara rutin dalam pertemuan ibadah, dibina oleh pembimbing rohani, serta hidup berkomunitas dengan rekan-rekan setimnya, dari tim yang sekarang maupun tim yang sebelumnya.” “Di Alkitab, jelas bahwa Tuhan meninggikan orang yang rendah hati, maka hal itulah yang saya kejar setiap saat,” kata Kevin. “Saya harus senantiasa bersyukur kepada Dia karena bakat yang diberikanNya. Inilah persembahan saya kembali kepada Tuhan, kerendahan hati dan usaha terbaik untuk segala hal yang saya kerjakan. Saya harus terus hidup seperti ini.”

Perenungan Pribadi Menaati Firman Tuhan

Kevin Durant menaati Alkitab, dengan kerinduannya untuk menjadi rendah hati seperti yang Yesus ajarkan kepada murid-muridNya.


Kesaksian Atlet

Vadym Kubov Atlet Paralimpiade dari Ukraina Vadym Kubov mengerti bahwa kemenangan bukanlah segalanya Doa dan Firman Tuhan telah menjadi faktor pendorong keberhasilan atlet Paralimpiade dari Ukraina Vadym Kubov, yang telah meraih gelar juara tenis meja di tingkat nasional Ukraina, seluruh Eropa, bahkan seluruh dunia. “Sebenarnya, saya mendapatkan kekuatan dari dua hal: doa dan Firman Tuhan,” Vadym mengaku. “Bagi saya, hidup kita saat ini adalah penyembahan kita kepada Tuhan. Latihan, pertandingan, bersenang-senang bersama teman-teman, bepergian, bermain musik, merenung sendirian; semua ini adalah bentuk penyembahan saya kepada Tuhan.” “Saya percaya bahwa seluruh bakat dan kemampuan kita adalah dari Tuhan. Tidak peduli apa pun yang kita lakukan, dalam hidup ini kita selalu memiliki kesempatan untuk memuliakan Tuhan, termasuk melalui bidang olahraga.” Berkali-kali kalah di usia muda justru memperkuat keinginan Vadym untuk menang, tetapi setelah berdoa dan mengambil keputusan untuk menerima Kristus di sebuah acara kamp liburan untuk kaum muda, ia menyadari bahwa menang bukanlah segalanya. “Di sana waktu itu, saya merasa sangat nyaman dan damai sehingga saya tidak ingin pulang. Target-target saya pun menjadi prioritas kedua,” Vadym berkisah. “Saat bertanding dalam Piala Ukraina, saya mengerti bahwa saya menginginkan damai sejahtera bersama dengan Tuhan, dan saya tidak membutuhkan kemenangan itu untuk memuaskan diri saya. Lalu saat saya melepaskan kebutuhan saya akan kemenangan, Tuhan justru mulai memberikan kemenangan demi kemenangan kepada saya.” “Suatu kali, setelah Kejuaraan Eropa, ada wartawan yang bertanya, ‘Apa rahasia kemenangan Anda?’ Saya rasa dia tidak menyangka jawaban saya, tetapi saya tetap memberikan jawaban seperti yang dikatakan oleh Salomo yang bijak itu, ‘Kuda memang dilatih supaya siap dalam peperangan, tetapi kemenangan hanyalah milik Tuhan.’”

Perenungan Pribadi

Berolahraga dan bertanding Vadym Kubov mengembalikan segala kemuliaan bagi Tuhan dalam setiap kemenangannya.


Kesaksian Atlet

YURY POSTRIGAY Atlet kano Olimpiade dari Rusia Yury Postrigay menunjukkan iman yang tegas dan pantang menyerah Atlet Rusia Yury Postrigay telah meraih gelar juara kano di tingkat Olimpiade, dunia, dan Eropa, tetapi ketegasan dan sisi pantang menyerah dari imannyalah yang menjadi ciri yang paling menonjol dari dirinya. Yury Postrigay mulai berkano di usia 10 tahun dan tetap melanjutkan olahraga ini sementara banyak orang lain menyerah. Kunci ketahanannya adalah fokus pada tujuan, tanpa memedulikan rintangan. “Prinsip utamanya adalah keberhasilan datang kepada mereka yang tidak menyerah,” katanya. “Banyak orang, setelah menyelesaikan 90 % jarak lintasan, justru menyerah meskipun tujuan itu hanya tersisa selangkah lagi saja jaraknya. Menyelesaikan sampai tuntas adalah hal yang sangat penting.” Imannya telah menjadi teladan dalam hal ketahanan sampai akhir. Di perahu kanonya tertulis “Saya yang kedua, Yesus yang pertama”, dan Yury rajin membagikan Kristus kepada rekan-rekan setimnya, tentang damai sejahtera yang Kristus berikan. Ketegasannya untuk tidak menyerah menunjukkan kualitas imannya. “Jika ada orang yang percaya kepada Tuhan karena teladan saya, hidup saya akan terasa lebih utuh,” kata Yury. “Tanggung jawab utama saya adalah memuliakan Tuhan melalui kemenangan-kemenangan saya.” Kesanggupannya untuk memuliakan Tuhan berawal dari pengalamannya mendengar seorang gadis di gereja menceritakan imannya secara pribadi kepada Kristus. “Saya jadi berpikir, ‘Mengapa saya tidak sanggup datang ke gereja secara konstan?’ Lalu saya mulai membaca Alkitab dan menyadari bahwa hidup tanpa Tuhan bukanlah kehidupan yang sesungguhnya. Saya bertobat di hadapan Tuhan dan memutuskan untuk menyerahkan hidup saya kembali kepada Dia. Gadis itu menjadi istri saya sekarang, dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan karenanya.” “Kalau Tuhan menjadi yang pertama, segala sesuatu lainnya akan menjadi baik.”

Perenungan Pribadi Memberitakan Injil

Yury Postrigay menyatakan dengan tegas bahwa Yesus adalah yang pertama di dalam hidupnya, dan tidak membiarkan apa pun menjadi lebih terutama daripada Tuhan.


Kesaksian Atlet

Stephen Curry Stephen Curry tidak mengizinkan situasi melemahkan dirinya. Dia terus berfokus untuk bertumbuh dalam hubungan pribadi dengan Kristus Mudah saja bagi seorang Stephen Curry untuk membiarkan masalah-masalah di lapangan memengaruhi aspek-aspek hidupnya yang lain, termasuk kebahagiaannya. Sebagai bintang timnas AS dan klub Golden State Warriors, Stephen Curry baru-baru ini meraih gelar MVP (Most Valuable Player) dari NBA (National Basketball Association) untuk kedua kalinya secara berturut-turut dalam musim ini. Istrinya, Ayesha Curry, masih terheran-heran tentang kemampuan Stephen ini. Bagaimana dia mampu pulang ke rumah setiap hari dengan beban seluruh tim di bahunya, rasa frustrasi akibat cedera pergelangan kaki, operasi demi operasi yang harus dijalaninya, proses demi proses pemulihan; tanpa kehidupan pribadinya di rumah terpengaruh. “Tidak ada hal yang dapat membuatnya lemah untuk jangka waktu lama,” Ayesha berkisah. “Menurut saya sebagian alasannya adalah karena dia tahu betapa dirinya sangat diberkati, dan segala hal yang baik dalam hidupnya jauh melebihi hal-hal yang buruk dan tidak nyaman itu.” Di dalam kehidupan keluarganya, kita bisa melihat kedalaman pribadi seorang Stephen Curry, yaitu melalui kerinduannya untuk memimpin dan membawa keluarganya ke arah yang tepat serta gairahnya yang menggebu-gebu kepada imannya. “Prioritas utama saya adalah menjadi pria yang illahi dan anak Allah,” kata Stephen. “Keluarga sangatlah membantu saya dalam hal ini, karena jika iman saya diteladani oleh mereka dan bisa membahagiakan mereka, saya tahu saya telah berhasil melakukan prioritas yang benar ini.”

Perenungan Pribadi Menaati Firman Tuhan

Stephen Curry berketetapan untuk membantu keluarganya bertumbuh dalam iman, dan prioritas utamanya adalah hidup bagi Tuhan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.