14 Maret 2013

Page 15

15

Rakyat Bengkulu  Kamis,14 Maret 2013

Asrar Septarudin

Tinggalkan Jabatan Manager,

Banting Stir Jadi Penjual Es Krim M

ENJADI penjual es krim bukanlah citacita Asrar Septarudin, SE (36). Namun kini justru profesi itulah yang kini ditekuninya. Siapa mengira, ternyata Asrar dulu adalah seorang manager di perusahaan retail buku. Jabatan strategis itu ditinggalkan. Banting stir jadi penjual es krim dan sukses. Nama ZaQi Es Krim mungkin sudah tak asing bagi masyarakat Bengkulu. Gerai es krim ini bisa ditemukan di dua mall yang ada di Kota Bengkulu yakni Mega Mall dan Bencoolen Mall. Selain itu dibuka juga gerai di lokasi produksi Jalan Sutoyo No 43. “Ini bisa dikatakan tidak sengaja,” ungkap Asrar saat dijumpai Rakyat Bengkulu kemarin (13/3). Diceritakan Asrar, lulus dari SMAN 2 Kota Bengkulu tahun 1994 dia melanjutkan pendidikan di kota kembang Bandung. STIE YPKP Bandung jurusan Ekonomi Akuntansi dipilihnya. Empat tahun kuliahnya kelar dengan nilai yang sesuai target. “Pilih kuliah

Nama : TTL : Agama : Pendidikan :

Asrar Septarudin, SE Bengkulu, 18 September 1976 Islam STIE YPKP Bandung (Lulus 1998) Istri : Ane Agustina, A.Md (36 Tahun) Anak : 1. M. Fikri Rizqi Ramadhan (11 Tahun) 2. Anandia Septiana Azzahra (9 Tahun) 3. Zasqia Deana Rafifah (2 Tahun)

ekonomi karena zaman itu bank masih booming. Tapi saat saya tamat tahun 1998, tahun itu Indonesia dilanda krisis moneter. Banyak bank yang dilikuidasi. Cita-cita kerja di bank pun tak pernah kesampaian,” kenangnya. Nasib baik berpihak padanya. Tahun 1999 dia diterima bekerja di perusahaan nasional di bidang retail buku yakni PT Toko Gunung Agung Tbk di Bandung yang memiliki kantor pusat di Jakarta. “Penempatan pertama di Bandung Indah Plaza dengan jabatan supervisor. Dalam 2 tahun diangkat menjadi deputi manager. Sempat 5 kali pindah, terakhir di kantor pusat posisi head manager. Saya pegang sebuah divisi,” ujar Asrar. Bisa mendapatkan posisi strategis dalam waktu 3 tahun tentu merupakan kinerja yang bagus. Hanya saja ada satu hal yang membuatnya mulai jenuh. Apalagi pada 8 Februari 2001 dia memutuskan un-

RAMAI: Gerai es krim Zaqi yang berlokasi di Jalan Sutoyo tampak ramai dipadati pengunjung.

tuk menikahi pujaan hatinya Ane Agustina, A.Md (36). “Pergi pagi, pulang malam. Rutinitas kerja selalu begitu. Saya juga harus pisah dengan istri yang tinggal di Bandung. Sehingga timbul kejenuhan,” katanya. Lima tahun bekerja dengan pola hidup yang begitu-begitu saja membuatnya mulai berpikir. Dia pun merasa kesulitan mengatur waktu untuk keluarganya. “Pola hidup di kota besar juga tidak sesuai dengan saya. Tidak kenal dengan tetangga. Tidak ada sosialisasi,” ungkapnya. Asrar pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Baginya bagaimana pun keluarga harus dinomorsatukan. Dia berpikir bagaimana caranya bekerja tanpa harus menomorduakan keluarga. Terbersitlah dalam pikirannya untuk berwirausaha. “Tahun 2005 saya kembali ke Bengkulu. Sempat bimbang mau jadi PNS atau cari usaha sendiri,” ujar Asrar. Isu sogok menyogok CPNS menyurutkan niatnya untuk menjadi abdi negara. Dia pun memutuskan untuk membuka usaha. Mulailah dia melakukan survei usaha apa yang cocok. Sempat terpikir untuk membuka toko manisan di pasar, bengkel, steam motor tapi semuanya dinilainya tak cocok. “Saya kembali lagi ke Bandung. Saat di Bandung itulah, di depan rumah mertua saya lihat ada penjual es krim. Saya perhatikan setiap hari, penjual es krim itu bisa kumpul keluarga. Usaha ini saya pikir cocok dikembangkan di Bengkulu, apalagi saat ini di Bengkulu belum ada,” ujarnya. Mulailah Asrar mempelajari proses pembuatan es krim. April 2006 dia mulai membuka usaha. “Habis modal Rp 60 juta, untuk beli peralatan dan mesin. Pertama kali jualan di Pantai Panjang dekat jembatan. Pakai motor roda tiga,” ungkap ayah 3 anak ini. Saat itu masyarakat Bengkulu masih belum familiar dengan es krim yang dijualnya. Es krim yang dikenal waktu itu hanya salah satu merek dari perusahaan besar saja. “Orang tertarik tapi tidak berani. Supaya dikenal saya kasih free dulu. Dari strategi itu orang akhirnya kembali lagi,” katanya. Menjajakan es krim dari sekolah ke sekolah pernah dilakoninya. Es krim jualannya mulai laris saat dia mulai berjualan di depan SDN 11 Kota Bengkulu. Hingga akhirnya nama ZaQi Es Krim makin dikenal. Hingga akhirnya Agustus 2008 dia bisa membuka gerai di Mega Mall dan sebulan kemudian di Bengkulu Indah Mall yang kini berganti nama Bencoolen Mall. (rei)

Jaga Kualitas, Modifikasi Produk

A

PEMBUATAN: Salah seorang karyawan tengah menunjukan proses pembuatan es krim Zaqi

Hidup Itu Harus Berkah

M

ENINGGALKAN jabatan sebagai manager kini dirasakan Asrar Septarudin sebagai keputusan yang tepat. Pekerjaan yang harus mengorbankan keluarga tentu membuatnya berada dalam kondisi yang kurang ideal. Kini dia dapat merasakan kebahagiaan bersama keluarga, sembari menekuni pekerjaan yang ternyata memberi manfaat juga untuk orang lain. Dua gerai di mall, satu gerai di rumah sudah lebih dari cukup. Asrar pun bisa mempekerjakan 14 orang karyawan. Ditambah karyawan harian lepas yang bisa bertambah 2-3 orang khusus hari Sabtu dan Minggu. “Hidup itu harus berkah. Jadi berkah buat saya, keluarga saya, karyawan, pelanggan. Jika semua dapat berkah, orang juga akan mendoakan kita,” ungkap Asrar. Saat ini Asrar telah memiliki 5 mesin es krim, serta armada berupa 1 unit mobil dan 1 motor roda tiga. Untuk kebutuhan pesta Asrar dibantu Diamond Es Krim berupa 10 unit freezer ukuran besar untuk penyimpan-

an. Kulkas ukuran kecil pun kini disiapkan 20 unit. “Dulu saya harus jualan keliling, kini tidak lagi keliling. Karyawan juga bertambah. Itu harus selalu disyukuri. Saya selalu menanamkan prinsip, jangan ambil yang bukan hak kita. Tidak membohongi konsumen, karena rezeki tidak akan tertukar,” katanya. Diungkapkan Asrar, sejak dulu dia selalu bermimpi untuk bisa berbagi dengan orang lain. Berbagi pun tidak harus dengan memberikan bantuan atau sumbangan. “Berbagi dengan cara orang bekerja dengan kita. Itu suatu kepuasan. Saya merasakan kebahagiaan bisa memberikan manfaat bagi orang lain,” ungkapnya. Kebahagiaan keluarga bagi Asrar merupakan hal terpenting. Sehingga saat karirnya tengah menanjak, namun keluarga dikorbankan dia pun memutuskan untuk lebih memilih keluarga. “Tidak ada yang lebih penting selain keluarga. Bisnis pun bisa dilakukan tanpa mengabaikan keluarga,” tutupnya. (rei)

SRAR Septarudin yakin prospek bisnis es krim masih tetap bagus. Bahkan usaha bidang itu kini makin menggeliat. Di Bengkulu saat ini sudah terdapat 8 usaha es krim. Itu menunjukkan kalau usaha ini potensial dikembangkan. “Munculnya usaha serupa bukan menjadi masalah. Rezeki tak akan kemana. Saya siap kalau ada yang ingin belajar membuat es krim dan buka usaha bidang ini. Menularkan ilmu, memberi manfaat bagi orang lain, kenapa tidak,” ungkap Asrar. Munculnya usaha sejenis malah membuat Asrar semakin termotivasi untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi konsumen. Menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. “Prospek kedepan saya masih yakin bagus. Es krim disukai semua umur, mulai dari anak anak hingga dewasa. Es krim ini sebetulnya menyehatkan karena bahan dasarnya susu,” katanya.

Pesta pernikahan dan hajatan lainnya merupakan peluang bagi usaha ini. Bahkan dari pesta ini es krim dapat dijual dalam partai besar. “Terutama untuk pesta, itu yang akan lebih digarap maksimal. Setiap minggu pasti ada pesta. Sehingga ada keyakinan es krim akan selalu dicari,” ujarnya. Dalam seminggu, minimal ada 10 pesta yang dilayani. Masing-masing pesta memesan es krim 600-1.000 cup. Bahkan ada yang sampai memesan 4.000 cup. Standar harga per cup Rp 1.000. “Tinggal modifikasi produknya. Baik dari segi rasa maupun bentuk. Itu salah satu strategi pelayanan terhadap konsumen,” ungkapnya. Kini di gerai miliknya tak hanya es krim saja yang dijual. Aneka makanan dan minuman lain juga dijual, seperti crepes, aneka jus dan minuman, sosis panggang, nasi goreng, tekwan. “Harga mulai dari

Rp 5 ribu hingga Rp 12 ribu,” promo Asrar. Jika pada awal memulai usaha Asrar membagikan es krim secara gratis, kini strategi marketing itu tak lagi dipakai. Saat ini dia hanya fokus bagaimana kualitas yang dihasilkan produk tetap terjaga. Sehingga konsumen merasa puas. “Strategi pemasaran yang paling efektif itu dari mulut ke mulut. Tentu hal itu harus didukung kualitas produk yang bagus, sehingga akhirnya produk kita jadi bahan pembicaraan. Selain itu menjaga hubungan baik dengan pelanggan juga penting,” jelasnya. Menarik minat konsumen, Asrar melakukan proses produksi secara terbuka. Sehingga konsumen dapat melihat secara langsung bagaimana es krim diproduksi. “Bisa dilihat proses pembuatannya. Belajar juga boleh. Konsumen pun akhirnya merasa yakin dengan kualitas produk yang kita buat,” imbuhnya. (rei)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.