MAJALAH DAQU edisi 004 Tahun V - JANUARI 2013

Page 50

50

Mendaras Anwar Sani

Oleh:

M. Anwar sani @AnwarSani_MOZA

Ngalir Ajalah ‘’Hidup ini ngalir ajalah.’’ Tidak sedikit orang yang berprinsip demikian. Dalam bahasa filsuf Heraclitus dari Yunani kuno: Pantha rei, every thing flows. Pokoknya hidup itu mengalir saja seperti air. Prinsip tersebut kesannya take it easy. Nggampangke, bahasa Jawanya. Sedangkan bahasa gaulnya: enjoy aja. Bisa juga ia ditafsirkan sebagai sikap hidup jabariyah. Pasrah bongkokan, terserah apa kata takdir. Fatalistik, dalam bahasa kerennya. Tapi jika kita menghayati sifat air, sesungguhnya ngalir sajalah tidak seenteng dalam ucapan. Air mengalir, kata orang Betawi, bukan asal gobleg. Visi pergerakan air jelas: menuju ke laut lepas. Dan air akan mengerahkan segala daya untuk mewujudkan visinya itu. Jika dihalangi batu dia belok; Dihalangi tembok dia meresap Edisi: 004 Tahun V/Januari 2013/Shafar 1434

lalu bergerak di bawah tanah; atau menghimpun volume sehingga bertenaga cukup untuk menjebol tembok penghalang; atau menguapkan diri dengan bantuan sinar mentari untuk bisa meloncati tembok. Sedemikian hingga air menuju sungai lalu bermuara ke laut bebas. Nah, jadi tidak salah, jika kita mengambil perjalanan air sebagai inpirasi perjalanan hidup. Masalahnya, hendak bermuara kemana hidup kita. Lagi-lagi kita dapat becermin pada air. Seperti sudah kita hafal sejak SD dalam pelajaran IPA, air laut diuapkan mentari, lalu jadi awan, awan menebal jadi mendung, mendung jadi hujan, dan air hujan menempuh segala cara untuk sampai kembali ke laut. Begitu seterusnya, siklus perjalanan air. Lalu kita, manusia, dari mana dan mau ke mana? Persis seperti yang ditanyakan The Dream Theatre www.pppa.or.id


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.