23
wa. Sedangkan Kasihani Halawa menyandang nama Naila Rahmatal ‘Azza Halawa. Adapun Samanudi berganti jadi Umar Shalahuddin. Keponakan Ama ‘Aziz yang bernama Fedius Ndruru, menyusul. Putra dari Hezatulo Ndruru ini berikrar syahadat pada 25 Ramadhan 1432 H/25 Agustus 2011. Ia kini menyandang nama ‘Azzam ‘Abdillah Ramadhani Ndruru. Status keempatnya dikukuhkan oleh Surat Keterangan Masuk Agama Islam yang diterbitkan KUA Kecamatan Lolowa’u. Atas rekomendasi paman dan para da’i Nias, pada September 2011 Azzam berangkat untuk belajar di Yayasan Pembinaan Muallaf An-Naba’ Center di Banten yang dipimpin Ustadz Syamsul Arifin Nababan. Kini, Ama ‘Aziz dan istri serta buah hatinya, masih bertahan di rumah keluarga. Dia rindu punya rumah sendiri, karena gubug mereka terasa kian sempit. Namun dia lebih rindu menyaksikan ikrar syahadat ayahnya, Asarudi Halawa.
www.pppa.or.id
Daqu Utama
Ustadz Ndodhos ‘’Alhamdulillah, masih Rp 150 ribu per tiga bulan,’’ Ustadz Supardi (37) tersenyum tulus, saat ditanya besar honor mengajarnya. ‘’Itu juga kalau masih kebagian,’’ sambung guru di Mad rasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Tanjungsari IV, Nagari Lunang, Kecamatan Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, ini. Lagi-lagi senyumnya sungguh-sungguh, tidak pahit atau sinis. Sudah lebih sepuluh tahun Supardi yang sarjana pendidikan alumnus Institut Agama Islam mengabdikan diri di kampung transmigran Tanjungsari IV. Kampung ini terpencil di ujung pemukiman transmigrasi Lunang IV. Jika tak ada jalan makadam (batu-kerikil) yang belum lama menjalarinya, niscaya ia benar-benar terisolasi dari kampung lain. Meski tanahnya subur, Tanjungsari IV tidak memiliki sumber air bersih untuk dikonsumsi. Warga terpaksa minum air hujan. ‘’Toya sumur kangge siram pliket (air sumur buat mandi lengket),’’ kata Suwarno, Ketua Yayasan MIS. Edisi: 003 Tahun V/Juli 2012/Ramadhan 1433