Sertifikasi Legalitas Produk Kayu, Siapa Berani?

Page 51

Profil PT Jawa Furni Lestari PT Jawa Furni Lestari adalah salah satu dari sedikit perusahaan yang telah ber-SVLK. Perusahaan yang sebagian besar produknya untuk pasar ekspor yang berbasis di Yogyakarta ini membuktikan bahwa SVLK tak serta merta membebani, sekalipun juga tak berarti SVLK membuat harga produk menjadi premium. Jajag Suryo Putro, salah satu pimpinan perusahaan, memandang SVLK sebagai investasi untuk memposisikan produknya di pasar premium. Perusahaan ini memiliki pemegang saham dua orang, Jajag dan Oki Widayanto. Jajag dan Oki tak pernah mengambil deviden, belum pernah. Mereka selalu memanfaatkan keuntungan untuk membesarkan perusahaan. Mereka membungkus perusahaan, istilah Jajag. Itu mulai dari sekadar sebagai UKM, agar bisa menjadi korporasi, itu cita-cita mereka. Dulu workshop mereka cuma berukuran 400 meter persegi, itu terjadi pada 2000-an. Pada awalnya mereka tak tahu ke mana akan membawa perusahaan. Pada saat itu kegiatan produk sudah mengarah ke furnitur. Dan berkat komitmen mereka berdua, pada 2003 mereka nekat melegalkan usaha mereka. Pada 2005 perusahan kian tumbuh. Produksi beranjak naik, begitu juga dengan jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya. Jajag memperkirakan, pada saat itu sekitar 1.500 orang terlibat dalam kegiatan perusahaan, baik langsung maupun tak langsung. Itu mulai dari sub kontraktor, pemasok pemilik bahan baku, pekerja, serta masyarakat di sekitar workshop yang hidup dari perusahaan. Bagi Jajag dan Oki, jumlah SDM yang terlibat dalam perusahaannya merupakan amanah. Yakni amanah yang harus dipelihara. “Maksud saya, ini titik kami tak bisa mundur lagi. Kami harus terus mengembangkan perusahaan dengan sungguh-sungguh. Kami merasa ikut bertanggungjawab atas kehidupan 1.500 orang tersebut,” kata Jajag. Sampai sekitar awal 2012, PT Jawa Furni Lestari memiliki jaringan kerja sampai beberapa di luar Yogyakarta— Jepara, Purwodadi, Cepu, Blora. Itu artinya terjadi perluasan. Sebelum itu, beberapa mitra Jajag masih di Bantul dan

Klaten. Para mitra ini kebanyakan berperan sebagai vendor, baik ikut mengerjakan pesanan atau yang mensuplai kebutuhan produksi PT Jawa Furni Lestari. Pada 2003, jumlah mitra Jajag sekitar 40. Kini jumlah itu menjadi 120. Rata-rata tiap vendor mempekerjakan lima orang tukang. Dan itu baru vendor kayu, belum menghitung vendor non kayu yang jumlahnya mencapai 100-an. Vendor non-kayu ini mencakup vendor bahan packing, finishing, subkontraktor transportasi, sub kontraktor tenaga-tenaga yang bekerja di rumah masing-masing. “Misalnya, untuk menganyam kulit, kami sub-kan ke orang lain, dan jumlahnya sekarang sekitar 200-an. Dari situ, kami tak ingin berhenti di tengah jalan hanya untuk egoisme kami, hanya karena kami sudah mendapatan keuntungan cukup. Rasanya naif. Pengertian kami, ini tanggungjawab dan harus kami selesaikan,” kata Jajag. Itulah salah satu alasan pada 2005 Jajag dan rekan investornya memutuskan untuk fokus dan habis-habisan mengembangkan perusahaan. Mereka tak ingin para pekerja dan rekanan mengalami kesulitan hidup lantaran perusahan hanya berjalan di tempat. Caranya dengan membangun perusahaan dengan benar, tertib, dan cerdas. Mereka berdua membenahi organisasi perusahaan, mengukur sistem manajemen dengan International Organization for Standardization (ISO).

51


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.