Sertifikasi Legalitas Produk Kayu, Siapa Berani?

Page 31

Pelatihan SVLK bersama MFP

Agus Setyarso mengajak para pelatih mencoba untuk melihat persoalan industri kecil dan mikro secara utuh. Mereka melakukan itu untuk menemukan logika kurikulum dan silabus yang bisa dibangun agar nyambung dengan kenyataan yang ada di kalangan industri. Dalam sesi ini seluruh pelatih ikut terlibat untuk memberikan masukan. Ini misalnya ketika ada usulan agar pelatihan SVLK bagi industri anggota Asmindo ini memasukkan unsur metode pendampingan (coaching). Sisi positif metode coaching adalah adanya peluang bagi para peserta nantinya ikut terlibat (partisipasi) aktif. Dengan begitu, suasana pelatihan nantinya bisa terjalin komunikasi timbal-balik antara pelatih atau pendamping dengan peserta. Dalam persiapan kurikulum di Hotel Jambuluwuk tersebut para pelatih sepakat untuk menyusun informasi dasar tentang karakter peserta sebagai bekal awal bagi para pelatih. Di situ mereka menempatkan industri kecil dalam menengah peserta pelatuhan tersebut pada kategori dengan beberapa karakter (analisis situasi pada IKM dan analisis kebutuhan

berbasis masalah) sebagai berikut: Dalam pertemuan di Hotel Jambuluwuk tersebut mereka juga menyepakati untuk memberi kesempatan kepada industri untuk mengirimkan dua wakilnya ke pelatihan. Dua wakil dari industri tersebut terdiri dari seorang personel level manajemen atau pembuat keputusan (decision maker, DM), dan seorang lagi dari level staf. Dan atas dasar keterwakilan dua tingkatan dalam industri ini pula, panitia memasukan agenda kelas terpisah bagi kedua kelompok itu. Artinya, dalam kurikulum yang mereka susun di Hotel Jambuwuluk pada saat itu ada satu sesi dalam pelatihan di hari pertama yang menempatkan dua kelompok wakil dari industri tadi mengikuti kelas terpisah pada saat yang sama. Panitia memisah kelas kedua kelompok wakil tadi atas dasar kapasitas mereka di dalam industri. Karena berbeda kapasitas, maka materi, pelaksanaan (pendekatan), dan target pelatihan bagi mereka pun dibuat bebeda, sesuai dengan jenis pekerjaaan dan tingkat tangungjawab mereka di industri.

“

Dalam melakukan presentasi, para pelatih (trainer) dalam sesi training di kelas di hari pertama diwanti-wanti menampilkan slide sesedikit mungkin, dan sebaliknya didorong untuk memancing interaksi dengan peserta semaksimal mungkin. Selain itu, para pelatih juga disarankan untuk mencermati latar belakang para peserta.

Untuk peserta dari kelompok pembuat keputusan, panitia pelatihan menyiapkan pendekatan dan target dalam analisis kebutuhan berbasis kompetensi sebagai berikut: 1. Mampu menyelesaikan kewajiban untuk VLK secara sederhana dan tegas 2. Mampu menyampaikan informasi dengan jelas kepada pimpinan perusahaan tentang manfaat dan biaya VLK 3. Mampu menyusun rencana penyiapan VLK 4. Mampu mengorganisasikan perubahan manajemen di industri masing-masing. Dan berikut ini analisis kebutuhan berbasis kompetensi untuk kelompok peserta dari tingkat staf: 1. Melakukan gap analysis pada industri masing-masing dengan mengacu pada verifier SVLK 2. Mengidentifikasi titik-titik kritis VLK di industri (dengan metode penyampaian kasus) 3. Menyusun format administrasi dan tata-usaha kayu (TUK) di internal industri (tagging, tabulasi, dan data manajemen) 4. Melatih anak buah untuk menerapkan TUK internal.

31


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.