Bulletin Soeara Pena edisi 3 Spesial MUSMA 30/5/2016

Page 1

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena tanpa ridha-Nya bulletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 tidak akan bisa terbit seperti sekarang. Kedua kalinya shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW . Tidak lupa ucapan terimakasih kepada para kru aL-Millah yang telah bekerja keras demi terbitnya buletin ini. Pada bulletin Soeara Pena Edisi 3 ini kami menyajikan 3 tulisan dan 1 puisi. Pertama, kami menyajikan berita jalannya MUSMA yang membahas tentang LPJ DEMA dan penetapan ketua DEMA dan SEMA secara aklamasi pada penjaringan bakal calon ketua. Kedua dan ketiga,kami menyajikan opini dari kru kami yang menyoroti tentang peserta MUSMA yang sedikit, serta opini yang menyoroti jalannya MUSMA (yang di) puncak (kan). Terakhir kami sajikan puisi dari kru kami yang bisa kita jadikan renungan bersama. Semoga buletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 ini dapat memberi manfaat kepada kita. kami menyadari bahwa buletin ini ada banyak yang perlu diperbaiki. Atas nama kru, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Susuna redaksi buletin Soera Pena Spesial pra MUSMA 2016 Diterbitkan oleh: LPM aL-Millah STAIN Ponorogo Pelindung: Ketua STAIN Ponorogo Pemimpin Umum: Moh. Ihsan Fauzi Pemimpin Redaksi: Ilyas Nur Kholis Sekretaris Redaksi: Nurul Khusna Lay out: Tim Kreatif Staf Redaksi: Abidin, Wibi, Mandela, Ulfa, Iin, Fatimah, Eko, Awaludin, Joko, Hatika, Adhetika, Arina, Rina, Amelia, Amila, Diah, Anjani, Ruli, Ria,Nining, Erma, Ulfi, Salsabila. Alamat Redaksi: Jl. Pramuka 156. Ronowijayan, Siman, Ponorogo. Email: lpmalmillah@gmail.com Contact Person: 085748780446 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

1


News

PANJANGNYA PEMBAHASAN MUSMA

Tidak cukup dari situ persi­ dangan terus berjalan de­ ngan beberapa persoalan. Retno Syahril Mubarok sa­ lah satu peserta sidang dari delegasi MAPALA PASCA menanyakan mengenai pen­ jelasan nomor surat, dan dia juga menemukan ke­ salahan-kesalahan dalam penulisan tahun pada no­ mor surat 2

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Musyawarah Mahasiswa (MUSMA)terlihat berbeda dengan MUSMA sebelum-sebelumnya. Diselenggarakan di Gedung Basment, MUSMA berlangsung hingga larut malam. Ada beberapa hal vital yang dibahas dalam forum tersebut, di antaranya adalah LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) DEMA, ketidakwajiban LPJ SEMA, dan pemilihan ketua SEMA DEMA 2016/2017. MUSMA dimulai pukul 20.45 WIB, yang diawali dengan pembahasan LPJ DEMA KBM STAIN Ponorogo. Seperti biasa presidum membacakan isi darft mengenai LPJ DEMA dan kemudian memberi waktu untuk pencermatan ke-


News pada peserta sidang. Setelah adanya pencermatan, beberapa peserta sidang mengajukan pertanyaan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan LPJ tersebut. Pertama, mengenai penjelasan daftar inventaris. Kedua, tentang struktur kepengurusan DEMA yang belum begitu dikenal oleh sebagian mahasiswa. Ketiga, mengenai agenda apa saja yang sudah dilakukan oleh DEMA selama 1 periode ini. Ketiga pertanyaan terkait dijawab sendiri oleh Nur Sahid selaku ketua DEMA. Tidak cukup sampai di situ persidangan terus berjalan dengan beberapa persoalan. Retno Syahril Mubarok salah satu peserta sidang dari delegasi MAPALA PASCA menanyakan mengenai penjelasan nomor surat, dan dia juga menemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan tahun pada nomor surat. Kantor DEMA yang bertempat di sebelah kantor UKM MAPALA PASCA juga menjadi pembahasan terakhir pada LPJ DEMA. Dimana kantor DEMA yang tidak pernah dihuni ataupun digunakan untuk menyimpan barang inventaris. Dengan tidak pernahnya dihuni, menjadikan sulitnya mahasiswa mene-

Selesai pukul 23.10 WIB, si­ dang mengalami terhenti be­ berapa saat. Hal itu dikarena­ kan forum harus menunggu kejelasan pihak SEMA yang akan mengklarifikasi masa­ lah ketidakwajiban SEMA melakukan LPJ. Dari pihak SEMA mengatakan bahwa LPJ memang belum bisa dis­ ampaikan karena acara MUS­ MA yang menjadi bagian dari program kerja SEMA masih berlangsung, jadi belum bisa dilakukan pembuatan LPJ mui pengurus DEMA untuk meminta penandatanganan surat. Pembahasan Tata Tertib Pemilihan Ketua Pembahasan yang kedua mengenai tata tertib pemilihan DEMA pada pukul 22.20 WIB. Dalam pembasaan ini, beberapa hal yang dipertanyakan oleh peserta sidang diselesaikan pukul 23.10 WIB, setelah itu sidang berhenti beberapa saat. Hal itu dikarenakan forum harus menunggu kejelasan pihak SEMA yang akan mengklarifikasi masalah Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

3


News ketidakwajiban SEMA melakukan LPJ. Dari pihak SEMA mengatakan bahwa LPJ memang belum bisa disampaikan karena acara MUSMA yang menjadi bagian dari program kerja SEMA masih berlangsung, jadi belum bisa dilakukan pembuatan LPJ. Pada pukul 23.45 WIB acara dilanjutkan pada pembahasan mengenai tata tertib pemilihan SEMA. Beberapa hal juga dipertanyakan oleh peserta sidang mengenai pointpoint tata tertib pemilihan SEMA. Waktu menunjukkan pukul 00.36 WIB, beberapa opsi diajukan oleh peserta sidang mengenai lanjut atau tidaknya MUSMA. Salah satu peserta sidang yang bernama Mega berpendapat bahwa sidang harus tetap berlanjut karena mangacu

4

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

dari agenda panitia, bahwa MUSMA harus selesai pada hari kamis. Namun peserta lain memberi opsi agar MUSMA dihentikan dan dilanjutkan hari jumat setelah salat jumat, dikarenakan waktu selesai sudah sangat molor. Akhirnya opsi dari Mega disepakati oleh forum untuk melanjutkan sidang yang membahas pe足 milihan ketua DEMA dan SEMA. Terpilihnya Ketua DEMA dan SEMA Ketika kru aL-Millah kembali ke ruang sidang sekitar pukul 01.15 WIB, forum ternyata sudah menyepakati Luthfi Habibi sebagai ketua DEMA dan Rizki Wahyudatama sebagai ketua SEMA. Ketika dikonfirmasi mengenai kronologi pemilihan secara aklamasi tersebut, Pamor se-


News laku Presidium menjelaskan bahwa, tidak ada calon lain selain Luthfi Habibi dan Rizki Wahyudatama. Pamor menambahkan mengacu pada AD/ ART maka keduanya terpilih menjadi ketua DEMA dan SEMA periode 2016/2017. “Saya tanyakan adakah opsi lain terkait nama yang dicalonkan? dan ternyata forum diam tidak ada jawaban sama sekali. Apakah sepakat opsi yang pertama bahwa saudara Luthfi Habibi menjadi calon tunggal atau seperti apa, dan jawaban di forum langsung sepakat-sepakat seperti itu karena mungkin tidak dihadirkannya calon lain atau seperti apa saya juga tidak tahu tapi yang jelas tadi malam itu tidak ada calon atau pencalon lain. Jadi menurut AD/ART yang sudah disepakati ketika ada calon tunggal dan tidak ada calon lain otomatis yang dicalonkan itu terpilih.”Kata Pamor kepada Kru aL-Millah. Ditanya mengenai berapa peserta sidang yang hadir pada penetapan ketua DEMA dan SEMA, Pamor tidak menyebutkan secara pasti berapa jumlah peserta sidang. Dia menjelaskan yang menjadi acuan yaitu absensi peserta di MUSMA

tidak ada calon lain se­ lain Luthfi Habibi dan Rizki Wahyudatama. Pamor menambahkan mengacu pada AD/ART maka keduanya terpi­ lih menjadi ketua DEMA dan SEMA periode 2016/2017 hari pertama yang dipegang oleh sekretariatan. Ketika peserta sudah mencapai 50%+1 sidang dapat dimulai, akan tetapi seperti yang terjadi pada sidang tersebut, peserta tidak mencapai 50% tambah 1. Pamor melanjutkan sesuai aturan yang ada dilakukan penundaan 2 kali 10 menit. Ketika quorum belum terpenuhi sidang dapat dilakukan dengan peserta yang ada. .*** ____________________ Arina, Amelia, Ruli_Crew

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

5


Opini

MUSMA:

MUSYAWARAH MAHASISWA ATAU MUSYAWARAH MAIN MAIN SAJA?

A

genda tahunan KBM (Keluarga Besar Mahasiswa) yang sebenarnya justru masih asing bagi sebagian besar mahasiswa itu sendiri telah berjalan selama 4 hari. Banyak masalah 6

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

dan kejanggalan terjadi sejak hari pertama pelaksanaan MUSMA yang digadang sebagai musyawarah tertinggi dalam lingkup KBM STAIN Ponorogo tersebut. Masalah yang paling santer terdengar dan patut


Opini menjadi sorotan semua pihak adalah peserta yang hanya “segelintir” jika dibandingkan jumlah mahasiswa STAIN Ponorogo. Sepinya peminat MUSMA kali ini bisa dikatakan hampir sama dengan MUSMA-MUSMA tahun lalu. Faktor skeptisme alias acuh tak acuh, pragmatis atau alasan sibuk kuliah menjadi faktor dominan kecilnya antusiasme mahasiswa untuk berpartisipasi dalam MUSMA. Hal tersebut memanglah harus dicari solusinya untuk MUSMA yang semakin baik ke depan. Namun, bagaimana jika salah satu faktor sepi peminatnya MUSMA kali diperparah dengan ketat­ nya aturan ini pendelegasian dan masuk dalam ruang sidang peserta MUSMA oleh panitia. Ketatnya aturan peserta yang diperbolehkan untuk mengikuti jalannya MUSMA oleh panitia la­yak untuk dikritisi. Sebab hal tersebut seakan menjadikan MUSMA yang notabene adalah musyawarah ter­ tinggi mahasiswa STAIN Ponorogo dengan perwakilan masing masing dari mereka menjadi musyawarah “segelintir” orang? Pada MUSMA tahun ini hanya mahasiswa yang tercantum di surat delegasi yang dapat

mengikuti sidang dengan menunjukkan kartu peserta dan KTM setiap masuk ruang sidang, serta tidak bisa mewakilkan kepada delegasi yang lain jika tidak bisa hadir. Mahasiswa yang tidak tercantum disurat delegasi tidak punya akses sama sekali untuk mengikuti MUSMA, pun demikian dengan mahasiswa yang tidak bisa mendaftar pada hari

Polemik yang ditimbul­ kan tentu berdampak pada kualitas musyawarah serta iklim demokrasi itu sendiri. lantas, mufakat versi apa dalam musyawarah itu ter­ definisikan? Mufakat milik bersama (baca: seluruh atau sebagian besar maha­ siswa) atau milik seglintir orang?. Lalu, demokrasi yang bagaimana yang hen­ dak MUSMA wujudkan? Demokrasi oleh, dari dan untuk rakyat kampus ini atau demokrasi oleh, dari dan untuk “segelintir” pe­ serta? Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

7


Opini

Lebih lanjut hasil agenda yang sebenarnya penting ini nanti pun akan berpengaruh kepada mahasiswa secara keseluruhan, bukan golongan atau bahkan seorang saja Senin. Bahkan hanya sekedar untuk melihat jalannya sidang. Terlebih lagi jika menilik pembagian undangan delegasi yang baru dibagikan hari jumat (22/05/2016) padahal MUSMA dilaksanakan hari Senin (23/05/20216). Polemik yang ditimbulkan tentu berdampak pada kualitas musyawarah serta iklim demokrasi itu sendiri. Lantas, mufakat versi apa dalam musyawarah itu terdefinisikan?. Mufakat milik bersama (baca: seluruh atau sebagian besar mahasiswa) atau milik seglintir orang?. Lalu, demokrasi yang bagaimana 8

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

yang hendak MUSMA wujudkan? Demokrasi oleh, dari, dan untuk rakyat kampus ini atau demokrasi oleh, dari dan untuk “segelintir” peserta? Berkaitan dengan namanya musyawarah mahasiswa, sudah barang tentu mahasiswa yang menjadi subyek maupun obyek musyawarahnya. MUSMA dengan peserta yang hadir tak lain adalah mahasiswa, idealnya bersikap terbuka, bila memang yang diharapkan dari perhelatan akbar itu adalah sebuah pesta demokrasi. Namun bagaimana ekspektasi ideal MUSMA menjadi pesta demokrasi mahasiswa itu terwujud jika yang bermusyawarah saja hanya “segelintir”, ditambah pelaksanaan MUSMA yang terkesan ditutup-tutupi?. Lantas, dari aspek

Dan jika anda mengaku bukan mahasiswa yang apatis, skeptis atau prag­ matis, silahkan anda bere­ fleksi mengenai pelaksa­ naan MUSMA tahun ini. apakah MUSMA kali ini benar benar MUSMA alias MUSyawarah MAhasiswa atau MUSMA (MUSyawa­ rah MAin main)


Opini manakah MUSMA kali ini bisa dijadikan tolak ukur dari perwujudan aspirasi seluruh atau setidaknya sebagian besar mahasiswa kita? Lebih lanjut hasil agenda yang sebenarnya penting ini nanti pun akan berpengaruh kepada mahasiswa secara keseluruhan, bukan golongan atau bahkan seorang saja. Layaknya “mahasiswa“ yang disebut sebagai agen intelektual dengan nalar kritisnya. Jika anda

mengaku bukan mahasiswa yang apatis, skeptis atau pragmatis, silahkan anda berefleksi mengenai pelaksanaan MUSMA tahun ini. apakah MUSMA kali ini benar benar MUSMA alias MUSyawarah MAhasiswa atau MUSMA (MUSyawarah MAin main) saja?***

________________ Widya annisa_Crew

SENTILAN Seperti biasanya aku dan dia ngopi bersama, duduk bersama sambil rasan-rasan tentunya. “Mus, suara itu kok berisik sekali”, kata Agus padaku “Oalah itu tho, itu acara MUSMA di kampus itu”. jawabku menjelaskan, lalu aku jelaskan MUSMA itu begini dan begitu, adalah acara untuk memilih presiden mahasiswa baru serta SEMA yang baru. “bagus itu, untuk belajar demokrasi Gus,” “Iya Mus, itu untuk belajar demokrasi, belajar cara berkampanye dan belajar menerima pendapat orang lain juga belajar legowo”, kataku. “Iya Gus, tapi jangan seperti acara di gedung MPR yang gaduh itu, harus kondusif dan lancar terus menjunjung demokrasi”, “Iya Mus, sepakat aku jangan sampai aku berucap suasana MUSMA ini jadi kayak ibuk-ibuk di pasar”, kataku, Lalu aku kembali menyruput kopi hitam ini, sambil asik mengamati langkah gerak catur si Agus, by: Lohana Wiby A._Crew. Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

9


Opini

ADA APA DENGAN MUSMA 2016?

MUSMA 2016 telah mencapai puncak “kejeniusanya�, yakni ketika terpampang nyata pada rangkaian LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) DEMA yang diterima tanpa syarat. Sejenak coba kita flashback ke be10

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

lakang dan mengingat kembali hal apakah yang sudah DEMA lakukan selama ini. Memang ada beberapa hal yang dilakukannya, namun seberapa besarkah dampak dari kegiatan DEMA bagi kita sebagai rakyat-


Opini

Pertanyaan besarpun mencuat, mengapa DEMA bisa lolos dari jeratan LPJ kegiatan yang tidak pernah dirasakan oleh rakyatnya (mahasiswa.red) secara merata. Padahal Musyawarah yang katanya forum untuk mahasiswa itu merupakan ruang terbuka bagi para organisasi yang akan mempertanggunngjawabkan seluruh kegiatan yang pernah diselenggarakannya. Mengapa forum terbuka itu justru terkesan menutup-nutupi kejanggalan yang selama ini sangat dipertanyakan oleh banyak orang (mahasiswa. red)?

nya (mahasiswa.red)? Pertanyaan besarpun mencuat, mengapa DEMA bisa lolos dari `jeratan` LPJ kegiatan yang tidak pernah dirasakan oleh rakyatnya (mahasiswa.red) secara merata. Padahal Musyawarah yang katanya forum untuk mahasiswa itu merupakan ruang terbuka bagi para organisasi yang akan mempertanggunngjawabkan seluruh kegiatan yang pernah diselenggarakannya. Mengapa forum terbuka itu justru terkesan menutup-nutupi kejanggalan yang selama ini sangat dipertanyakan oleh banyak orang (mahasiswa.red)? Jika sudah seperti itu, dimanakah wujud MUSMA yang dalam ketentuan umumnya didasarkan atas hati nurani yang luhur, ukhuwah islamiah, asas demokrasi, disertai landasan pemikiran ilmiah, rasional, dan proporsional tersebut? Hati nurani yang luhur, ukhuwah islamiah, dan asas demokrasi yang seperti apakah yang dimaksud jika hasil dari musyawarahnya sendiri tidak melegakan hati seluruh peserta yang mengikuti jalannya acara. Berlandaskan pemikiran kritis, rasional, dan proporsional yang semacam apakah bila banyak hal-hal di luar Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

11


Opini Kejanggalan MUSMA lainn­ ya terlihat pada pernyataan presidium yang mengata­ kan bahwa SEMA tidak wa­ jib melakukan LPJ. Lagi-lagi hal tersebut menimbulkan pertanyaan di benak seba­ gian peserta MUSMA. Apa sebenarnya fungsi adanya SEMA selama ini? Padahal sudah tertera secara jelas dalam tata tertib MUSMA 2016 pasal 2 tentang kekua­ saan poin 1, yang berbunyi “Meminta, menerima atau menolak dan mengesah­ kan laporan pertanggung­ jawaban Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Ekseku­ tif Mahasiswa (DEMA) KBM STAIN ponorogo” nalar yang menyelimuti di dalamnya. Kejanggalan MUSMA lainnya terlihat pada pernyataan presidium yang mengatakan bahwa SEMA tidak wajib melakukan LPJ. Lagi-lagi hal tersebut menimbulkan per12

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

tanyaan di benak sebagian peserta MUSMA. Apa sebenarnya fungsi adanya SEMA selama ini? Padahal sudah tertera secara jelas dalam tata tertib MUSMA 2016 pasal 2 tentang kekuasaan poin 1, yang berbunyi “Meminta, menerima atau menolak dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) KBM STAIN ponorogo”. Lalu apa fungsi dari adanya tata tertib tersebut bila rangkaian acaranya tidak seirama dengan redaksi yang telah disepakati? Apakah tata tertib tersebut hanya sebagai formalitas semata? Berpacu pada makna kampus adalah sebagai miniatur negara, penulis mencoba menyelaraskan mekanisme demokrasi di ORMAWA KBM STAIN Ponorogo dengan sistem demokrasi yang dianut oleh pemerintahan Indonesia. Dalam hal ini, demokrasi dimaknai sebagai kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Begitupun dengan demokrasi di ORMAWA KBM STAIN Ponorogo yang seharusnya kekuasaannya berasal dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk ma-


Opini hasiswa. Sistem demokrasi yang dirasakan oleh rakyat Indonesia yang seharusnya dirasakan juga oleh mahasiswa STAIN Ponorogo malah berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Rasa demokrasi yang seharusnya menerpa mahasiswa secara keseluruhan itu seakan-akan hanya dirasakan oleh sekelompok orang yang berkepentingan saja. Lagi-lagi fungsi MUSMA di sini patut untuk dipertanyakan. Pasalnya, semua itu memang berawal dari rangkaian MUSMA yang tampak “acakadut” dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan MUSMA 2016 tentunya menimbulkan pertanyaan besar. Pasalnya, forum yaang katanya didasarkan pada keintelektualitasan mahasiswa tersebut terkesan seperti drama. Mau diakui ataupun tidak, selama ini MUSMA KBM STAIN Ponorogo tidak mampu menyuarakan aspirasi mahasiswa dalam pergantian organisasi, melainkan malah membungkam rapat suara mahasiswa yang rindu akan murninya demokrasi. Fikirkan! _________________ Nurul Khusna_Crew

Sistem demokrasi yang dirasakan oleh rakyat Indonesia yang seharusnya dirasakan juga oleh mahasiswa STAIN Ponorogo malah berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Rasa demokrasi yang seharusnya menerpa mahasiswa secara keseluruhan itu seakan-akan hanya dirasakan oleh sekelompok orang yang berkepentingan saja. Lagi-lagi fungsi MUSMA di sini patut untuk dipertanyakan. Pasalnya, semua itu memang berawal dari rangkaian MUSMA yang tampak “acakadut” dalam pelaksanaannya Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

13


Puisi

Inikah Sidang? oleh: Rina Puji R. Masih pagi, Makhluk-makhluk bisu sudah menunggu tuan-tuan Meja dan beberapa baris kursi hijau Juga mimbar yang semu Sejenak berlagu, Tuan-tuan persidangan memasuki ruang Diikuti kaki-kaki berlangkah di belakang Yang hendak silangkan pedang peraduan Tak lupa, segerombol yang berparas menjaga sidang Lalu, barisan aksara dibagikan Sebentar mereka mengeja-ngeja Selanjutnya saling berdendangan Ada lagi yang muak, Ini mirip sampah tahun lalu yang dilupakan Serupa lembar tak difungsikan Lain lagi dibalik perhelatan, Yang berparas mulai menghipnotis Alunannya merasuki jiwa-jiwa yang hampir sadar Hingga pedang peraduan tak jadi disilangkan. 14

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma


Puisi AD/ART sudah berlalu, Syair GBPK juga sudah Apalagi yang mendebarkan? LPJ telah berlaju 120 km/jam Juga tiada yang menyeramkan Tanpa halangan pun rintangan Sepertinya, ini benar persidangan Sempat memantulkan suara, tapi entah kemana Padahal juga tak dibungkam Apa ditenggelamkan malam? Ah, entahlah Sang dipertuan sudah ijin pergi Menggandeng yang muda-muda dari mereka Kursi bisu dan kaku, bisa apa? Hanya mengutuk-ngutuk dalam hati, Tak ada yang geram Tak ada yang faham arti “ah” dan “uh” Padahal nyawa mereka dibalik-balikkan Inikah sidang? Bukan, ini bukan sidang Serupa dagelan beralunan demokrasi, katanya. Ponorogo, 27 Mei ‘16 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

15


Perhelatan demokrasi kampus yang dalam hal ini adalah MUSMA telah ber足 akhir dengan terpilihnya ketua DEMA dan SEMA secara aklamasi. Sejauh ini penulis hanyalah memapaparkan fakta yang terjadi dilapangan entah itu MUSMA yang terkesan main-main atau MUSMA dagelan tapi memang seperti itulah MUSMA tahun ini. dan kita sebagai rakyat hanya bisa berharap dan berharap bahwa dalam kepengurusan ke depan tidak menjadi kepengurusan yang mainmain dan dagelan.

Salam Demokrasi Yang Sehat!

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) aL-Millah STAIN Ponorogo menerima tulisan berupa Artikel, esay, opini, berita dan lain sebagainya. silahkan kirimkan tulisan anda ke lpmalmillah@ gmail.com atau datang langsung ke sekretariat LPM aL-millah di gedung BEM STAIN Ponorogo Jl. Pramuka 156. Ronowijayan, Siman, Ponorogo. Redaksi berhak mengedit tanpa me足 rubah esensi tulisan

Anda juga bisa membaca atau mendownload Bulletin Soeara Pena Edisi spesial MUSMA versi digitalnya di:

https://issuu.com/lpmal-millah

16

Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.