Soeara pena edisi 2

Page 1

Salam Pers Mahasiswa!

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena tanpa ridhoNya Bulletin Soeara Pena Spesial Opak edisi 2 tidak akan bisa terbit seperti sekarang. Shalawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, serta tak lupa untaian doa dengan harapan Bulletin OPAK 2016 ini bisa memberikan wawasan baru kepada para pembaca semua mengenai jalannya opak yag memasuki hari kedua. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada kru LPM aLMillah yang telah bekerja keras demi terbitnya Bulletin ini. Pada Bulletin Soeara Pena Edisi 2 ini kami menyajikan kejadian yang terjadi pada OPAK hari pertama. Pada hari pertama ini, ketika Opening Ceremony berlangsung di lapangan, sempat terjadi ketegangan antara panitia keamanan dengan beberapa anggota LPM aL-Millah yang hendak meliput jalannya OPAK. Apel sore diisi dengan orasi dari ketua DEMA, SEMA dan Soim Bahroni selaku Komisi II SEMA yang berisikan tentang motivasi dan kedisiplinan. Di samping itu, panitia memberikan konsekuensi bagi mahasiswa baru yang tidak mematuhi intruksi dari panitia. Berbagai hambatan tidak menyurutkan kami untuk terus berkarya. Melalui goresan pena kami yang tertuang dalam Bulletin OPAK, dimana saat ini sudah berada di tangan kawan-kawan, semoga dapat memberikan sedikit informasi seputar OPAK 2016. Kami seperti kalian, manusia dengan segala kekuarangan dan kelebihan. Tangan kami terbuka menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kualitas tulisan Bulletin OPAK selanjutnya menjadi lebih baik. Selamat membaca! Susunan Redaksi Bulletin OPAK 2016 Diterbitkan oleh : LPM aL-Millah STAIN Ponorogo Pelindung : Ketua Stain Ponorogo Pemimpin Umum : Moh. Ihsan Fauzi­Pemimpin Redaksi : Choirun Hatikah Sekertaris Redaksi : Diah Permata Krisna Lay Out : Rokhim Staf Redaksi : Zuhry, Bila, Nining, Rina, Dea, Nanda, Joko, Jalil, Erma, Ria, Ulfi, Arina, Amila, Amel, Rully Alamat Redaksi : Jl. Pramuka 156. Ronowijayan, Siman, Ponorogo. Email : lpmalmillah@gmail.com Contact Person : 085736186218. BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

1


Berita

OPAK pertama serasa tawar

LPM aL-Millah_Doc Selasa (30/8/2016), hari pertama diadakan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) yang diselenggarakan oleh segenap panitia OPAK 2016 STAIN Ponorogo, bertempat di halaman depan gedung Graha Watoe Dhakon. Menurut jadwal yang disampaikan ke seluruh mahasiswa baru melalui buku modul, bahwa jadwal berkumpul di lapangan tepat jam 6 namun molor sampai pukul 07.30 WIB. Saat pembukaan OPAK dimulai, masih terdapat segerombolan mahasiswa baru, yang baru datang ke lokasi. Ketika Opening Ceremony berlangsung di lapangan, sempat terjadi ketegangan antara panitia keamanan dengan beberapa anggota LPM aL-Millah yang hendak meliput jalannya OPAK. Setelah beberapa lama berdebat hingga Lutfi Habibi selaku ketua DEMA turun 2

BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

tangan, tidak tercapai kesepahaman antara pihak panitia dengan anggota LPM sehingga anggota LPM pun sama sekali dilarang memasuki area apel pagi untuk meliput. Opening Ceremony OPAK dipandu oleh tiga pembawa acara dengan menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Arab dibawakan oleh Kusnul Khotimah, bahasa Inggris oleh Novi dan Bahasa Indonesia oleh Ashlikah Ferdiana. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa sambutan. Sambutan pertama oleh Lutfi Habibi selaku ketua DEMA, sambutan kedua oleh Ma’ruf selaku ketua panitia OPAK 2016 dan sambutan terakhir disampaikan oleh Ketua STAIN Ponorogo Siti Maryam Yusuf sekaligus membuka rangkaian acara OPAK ditandai dengan pemukulan gong dan pelepasan balon ke udara. Opening Ceremony berlang-


Berita sung sampai pukul 08.31 WIB. Materi tersebut membahas tentang tata Setelah Opening Ceremony sele- cara berlalu lintas dan menjadi pengesai, seluruh mahasiswa baru memasuki mudi yang baik. Peserta terlihat antusias Graha Watoe Dhakon secara beraturan. karena ditampilkan video-video akibat Acara berlanjut di dalam Graha yang pengemudi yang tidak mematuhi tata diisi materi pengenalan STAIN Ponoro- tertib berlalu lintas. Kardi selaku Kego. Materi disampaikan oleh Ketua dan pala perpustakaan STAIN menyampaiWakil Ketua STAIN Ponorogo meliputi kan materi terakhir yang menyampaivisi, misi, tujuan serta kebijaksanaan kan tentang pendidikan keperpustakaan strategis STAIN jangka pendek, menen- dan selesai pada pukul 16.00 WIB. gah dan panjang dari berbagai sektor. Acara terakhir hari ini adalah apel Selain itu, juga materi tentang Tri Dhar- sore yang diadakan di lapangan se­perti ma Perguruan Tinggi dan bagaimana saat apel pagi. Apel sore diisi dengan menjadi mahasiswa STAIN yang santun orasi dari ketua DEMA, SEMA dan dan berakhlak mulia. Soim Bahroni selaku Komisi II SEMA Sebagian Maba di Graha Watoe yang berisikan tentang motivasi dan keDhakon terlihat semakin bosan. Ke- disiplinan. Di samping itu, panitia memmudian acara diisi dengan berikan konsekuensi bagi mapermainan yang menguji hasiswa baru yang tidak daya konsentrasi memematuhi intruksi dari nyeimbangkan otak “Saya hari ini cu­ panitia Kurang lebih kiri dan otak kanan. terdapat 58 maba kup berke­ s an dan ju­ Maba tampak antuyang mendapatkan ga menam­ b ah il­ m u” ujar sias dan bersemankonsekuensi. Kegat. Sesi Ice Break- lutfi dari prody PAI salah tika apel sore bersatu Maba. ing berlangsung dari langsung terdapat 2 pukul 11.00 hingga maba yang terlihat 11.30 WIB. lemas, “Kapan waktu Acara dilanjutkan kita makan nasi bekal dengan materi motivasi bekita mbak?” tanya Sari Nur lajar di perguruan tinggi yang Anisa salah satu maba. disampaikan oleh Nurdin tentang pent“Saya hari ini cukup berkesan dan ingnya menyadari arti penting belajar juga menambah ilmu. Instruksi dari pasebagai ibadah. Setelah materi motivasi nitia untuk besok adalah datang tepat usai, dilanjutkan sesi istirahat (ishoma) waktu pada pukul 05.00 membawa nasi selama 45 menit. kuning, parem dan buah pancasila.” ujar Maba kembali memasuki Graha lutfi dari prody PAI salah satu Maba. sekitar pukul 13.00 WIB dan diisi materi pendidikan kelalulintasan yang disam- Amila, Arina, Erma, Nanda_Crew paikan oleh Budi dari Polres Ponorogo. BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

3


Berita

Gagal Paham Independensi Pers: Birokrasi Rasa Rezim Soeharto di Era “Habibi” Kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur penting bagi negara dan pemerintahan yang demokratis pula. Menurut seorang pakar politik Indonesia, Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik menjelaskan bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab. Dengan kata lain dalam sebuah negara demokrasi peran pers sangatlah dibutuhkan, bahkan Pers menjadi pilar keempat demokrasi, penyokong ketiga pilar utama yaitu Eksekutif, Yudikatif 4

BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

dan Legislatif dalam sistem kenegaraan. Dengan demikian, bila STAIN Ponorogo diibaratkan sebagai miniatur sebuah negara, maka Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) aL-Millah adalah pelaku utama yang bergerak dalam bidang pers yang berada dibawah naungan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) STAIN Ponorogo. Seandainya hal yang telah dipaparkan di atas adalah paradigma yang benar dan yang paling ideal, lalu mengapa pihak panitia OPAK 2016 malah seakan membangun “tembok kokoh” yang bersifat diskriminatif terhadap media LPM aL-Millah? Hal tersebut terbukti saat Crew LPM aL-Millah mencoba untuk memasuki lokasi OPAK, “benteng tangguh” yang terdiri dari jajaran panitia keamanan menghalangi langkah para crew untuk melakukan liputan. Lantas


Opini Luthfi habibi juga mempertanyakan status LPM aL–Millah di STAIN Ponorogo. Dia menerangkan bahwa LPM aL-Millah adalah lembaga yang masih berada dibawah Badan Eksekutif Mahasiswa, oleh karena itu mau bagaimanapun aL-Millah harus tunduk dibawah prosedural Eksekutif. Pernyataan tersebut jika kita kembalikan lagi ke persoalan independensi pers, bisakah pelaku pers tunduk pada suatu golongan tertentu dalam melaksanakan tugas kejurnalistikannya? Apakah tidak ditakutkan bahwa hal-hal yang diberitakan oleh pers tersebut tidak mengandung unsur kebenaran tetapi malah sudah terintervensi oleh kepentingan suatu golongan? Bisakah Pers terikat oleh suatu kepentingan tertentu, padahal esensi dari Pers itu sendiri adalah untuk menyampaikan informasi semurni-murninya?

apa sebenarnya alasan mereka (Panitia OPAK.Red) menutup akses liputan crew LPM aL-Millah? Apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan yang rawan bila diketahui oleh awak media? Ataukah memang mereka punya rasa ‘sensitifitas’ karena merasa berbeda kepentingan golongan? Bila ditinjau dari tujuan LPM aLMillah sendiri, kegiatan meliput OPAK 2016 sebenarnya hanyalah untuk mencari kebenaran informasi mengenai apa yang terjadi dalam pelaksananaan OPAK 2016, kemudian menginformasikannya kepada seluruh civitas akademika STAIN Ponorogo tanpa adanya unsur untuk menyudutkan satu pihak maupun untuk mengadu domba kedua belah pihak. Akan tetapi itikad baik dari LPM aL-Millah tersebut malah dianggap sebagai hal yang ‘berbahaya’ bagi keberlangsungan OPAK 2016. Sikap yang ditunjukkan panitia OPAK 2016 sangatlah tidak relevan dengan konsep independensi pers. Kebebasan pers untuk mencari dan menyebarkan informasi yang memang menjadi hak masyarakatmtidak boleh dikekang dalam bentuk apapun, sebagaimana dimuat dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Kebebasan Pers, yaitu berupa kegiatan 6M (mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan) informasi melalui berbagai saluran yang tersedia. Dengan demikian tindakan menghalang-halangi ataupun semua kegiatan yang dapat menghambat kegiatan pers adalah melanggar hukum. Apalagi alasan yang dijadikan *alibi* untuk ‘menolak’ kehadiBULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

5


Opini

ran pers adalah hal-hal yang tidak bisa dinalar logika. Berkaca pada pernyataan tersebut, Luthfi Habibi selaku ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa Crew LPM aL-Millah tidak diizinkan untuk meliput karena sebelumnya LPM aL-Millah tidak bisa diajak koordinasi mengenai pendelegasian panitia. “Pihak kami sudah mengupayakan jalan baik untuk menjalin kerja sama dengan semua UKM termasuk LPM aL-Millah terkait pelaksanaan OPAK, istilahnya untuk meminta bantuan delegasi 2 orang untuk membantu mensukseskan acara OPAK 2016. Akan tetapi apa? Apakah LPM aL-Millah mematuhinya?”* ungkap Luthfi Habibi yang ditemui Crew LPM aL-Millah saat ia hendak memasuki gerbang STAIN Ponorogo. Tentu saja dari pihak aL-Millah tidak mengirimkan delegasi karena memang prosedur pers

6

BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

sendiri menghendaki bahwa pekerja pers tidak dibolehkan merangkap jadi pelaku politisi atau eksekutif (ikut kepanitian OPAK.Red) karena pekerja pers haruslah berada dijalur netral. Selain mengungkapkan hal tersebut, Luthfi habibi juga mempertanyakan status LPM aL–Millah di STAIN Ponorogo. Dia menerangkan bahwa LPM aL-Millah adalah lembaga yang masih berada dibawah Badan Eksekutif Mahasiswa, oleh karena itu mau bagaimanapun aL-Millah harus tunduk dibawah prosedural Eksekutif. Pernyataan tersebut jika kita kembalikan lagi ke persoalan independensi pers, bisakah pelaku pers tunduk pada suatu golongan tertentu dalam melaksanakan tugas kejurnalistikannya? Apakah tidak ditakutkan bahwa hal-hal yang diberitakan oleh pers tersebut tidak mengandung unsur kebenaran tetapi malah sudah terintervensi oleh kepentingan suatu golongan? Bisakah Pers terikat oleh suatu kepentingan tertentu, padahal esensi dari Pers itu sendiri adalah untuk menyampaikan informasi semurni-murninya? Menyikapi hal tersebut Ihsan Fauzi selaku Pemimpin Umum LPM aL-Millah menegaskan bahwa pernyataan Luthfi Habibi perlu diluruskan, terutama masalah kedudukan LPM aL-Millah di STAIN Ponorogo. “Memang benar LPM aL-Millah berada dibawah naungan BEM Ke-


luarga Besar Mahasiswa (KBM) STAIN Ponorogo, akan tetapi tidak lantas membuat LPM aL-Millah berada dibawah komando garis Eksekutif. Perlu diluruskan dahulu bahwa garis eksekutif yang dimaksudkan disini bukanlah bersifat instruktif seperti pada perintah atasan ke bawahan, melainkan bersifat koordinatif, dengan kata lain Eksekutif hanya bersifat mengoordinasikan seluruh UKM agar bisa tertata rapi sehingga tidak ada ketimpangan dan simpang siur antar kedua belah pihak serta tidak ada unsur memerintah-diperintah di dalamnya. Tidak bisa Pers bergerak dibawah prosedural eksekutif maupun lembaga yang lainnya, yang namanya Pers ya bersifat independen tidak ada unsur tekanan dari pihak lain, selain itu ini sudah bukan lagi masanya Rezim Soeharto kan?” pungkas Ihsan. Memahami Wewenang dan Tanggungjawab Yang perlu kita garisbawahi dari permasalahan di atas ada­ lah, bagaima­na bi­­sa seseorang yang berada di posisi terting­gi da­lam se­buah tatanan birokrasi mahasiswa bisa keblinger da­lam menafsirkan AD/ART yang telah disepakati dalam Musy-

Opini

awarah Mahasiswa(?) Hal ini menarik untuk dibahas, mengingat seseorang yang memangku sebuah tugas dan tanggungjawab sebagai pemimpin dalam organisasi semestinya memahami struktur organisasi yang dinaunginya sekaligus garis instruksi dan koordinasi yang menghubungkan antar bagian dari organisasi tersebut. Bisa dibayangkan jika terdapat kesalahan pengambilan sikap, satu bagian organisasi memberi perintah atau melarang bagian yang lain melakukan sesuatu, padahal keduanya tidak memiliki garis instruksi. Seolah-olah dia (bagian yang memberi instruksi.red) lebih berkuasa dari yang lain. Hal semacam ini dikhawatirkan dapat mengganggu terwujudnya iklim demokratis. Kekhawatiran di atas seakan terjawab salah satunya dengan kejadian pada Selasa (30/8). Pihak DEMA melalui ketuanya melarang crew LPM aLMillah meliput jalannya OPAK di hari pertama ditandai dengan tidak diperbolehkan memasuki lapangan tempat apel pagi digelar. Kejadian ini diperparah dengan anggapannya (ketua DEMA.red) bahwa kedudukan LPM berada di bawah DEMA dan harus sendiko dhawuh pada BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

7


Opini

kemauannya. Sebenarnya di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Musyawarah Mahasiswa telah disebutkan secara khusus dalam pasal 22-24 bahwa UKM sebagai wadah otonomi dalam kegiatan bakat dan minat mahasiswa, LPM sebagai wadah otonomi dalam kegiatan jurnalistik mahasiswa. Artinya baik UKM dan LPM tidak memiliki garis instruksi dengan DEMA atau SEMA. Di samping itu, pengurus UKM dipilih dalam Musyawarah Besar (Mubes) UKM. Dengan kata lain, organisasi ini bertanggung jawab kepada Mubes organisasi masing-masing. Maka DEMA dan SEMA tidak memiliki wewenang untuk memerintah atau melarang kegiatan UKM dan LPM, apalagi memberi sanksi kepada keduanya atas suatu perbuatan yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang mereka kehendaki (pelarangan melakukan liputan

8

BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

melalui panitia OPAK). Ini tidak lucu. Lebih jauh lagi kita telaah sejarah perkembangan organisasi intra kampus. Memang pada awalnya Unit Kegiatan Mahasiswa adalah bagian atau departemen dari Dewan Mahasiswa. Setelah Dewan Mahasiswa dibubarkan (1978) dengan diberlakukannya kebijakan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan), departemen-departemen Dewan Mahasiswa ini kemudian berdiri sendiri-sendiri menjadi unit-unit otonom di Kampus. Hal inilah yang perlu dipahami bersama dalam kehidupan organisasi intra kampus. Sehing­ga diharap­­­kan an­ tar anggo­ta atau bagian dari KBM STAIN Ponorogo dapat lebih dan saling memahami peran, wewenang dan tanggungjawab masing-masing, bahwa menjadi pengurus atau ketua organisasi bukan sekedar atas motif kekuasaan. *Joko, Hatika, Zaenal_Crew


Sastra

KATA MEREKA Trotoar ini rasanya dingin, kulitku serasa membeku diatas dua lembar koran bekas yang kujadikan alas, tidak sampai mati rasa, suara kendaraan tak pernah berhenti sama sekali. telingaku rasanya sudah bosan, tapi aku tidak peduli. Aku dan anakku yang baru lulus sekolah dasar bangun pagi-pagi sekali. sedari sore kurasakan beratnya membawa karung berisi beberapa botol plastik yang berhasil kami pungut, berat karena kami bersaing sampai malam, mencoba memetik rezeki di kolong sampah bumi ini. Karena betapapun kami tahu, ada banyak di negeri ini yang bernasib sama sepertiku, tapi mereka masih punya pikiran yang sehat dan nurani yang bijak. Biarpun setiap hari kami mendapat cemooh dari orang-orang yang menganggap mereka lebih baik daripada kami. Tergesa-gesa aku dan anakku saat melihat kawan seperti kami, kenapa tidak aku saja yang menjadi orang pertama disini, sehingga aku dapat mengisi perut keluargaku, menyekolah­kan anakku, dan ber­harap anakku bisa le­bih berguna daripada ba­paknya ini. le­bih terpuji dari­pada bapak­nya, dan lebih ber­arti ba­gi Negara. Ah, apa be­nar aku korban pemimpin

negeri ini? padahal aku merasa tidak ada sesuatupun yang memperhatikan orang sepertiku, apalagi pemimpin negeri, sampai-sampai aku melupakannya. kalau begitu bukan aku saja, kawan sesama profesiku pun harusnya merasakan hal ini. sudahlah, tidak perlu terlalu dibahas, toh mereka tidak peduli terhadap keluhan kaum kami. Aku menggandeng anakku menjauhi tempat yang sudah penuh sesak dengan kawan seprofesi. mencari sumber rezeki lain yang menunggu untuk kami ambil. sampailah kami di depan sebuah perguruan tinggi islam negeri di ponorogo. aku terus berjalan, tetapi anakku memintaku untuk sejenak berhenti. “Pak, iki bangunan opo? aku pengen mlebu.” anakku bertanya dengan polosnya. Dengan senyuman aku menjawab, “iki tempat sekolah wong-wong nduwe duwet, sing sekolah neng kene ki mesti pinter, agamane jos, iso dadi pemimpin sing amanah, ora ngumbar janji, soale ki perguruan tinggi islam. mbesok kowe sekolah neng kene yo le?” Se­­­ngaja aku menjawab se­per­ti itu, biar­lah anak­ku merasa optimis untuk meraih citacitanya sebagai seorang BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

9


Sastra

guru. menjadi orang yang berguna dan membanggakan bapaknya. biarlah kepala jadi kaki, kaki jadi kepala untuk memperbaiki keadaan ekonomiku. aku tidak akan rela melihat anakku nantinya menjadi sama sepertiku, mengais-ngais sampah hanya untuk mencari sesuap nasi. “Alah pak, jeneng thok.” bantah anakku. Aku bingung mendengarnya, bukannya dia ingin menjadi seorang guru, tempat ini adalah salah satu gerbang untuk mencapai cita-citanya. tapi kenapa dia berkata seperti itu? “maksude piye le?” “ndek wingi aku lewat kene, pak. gek krungu omaongane sing sekolah ndek kene. jerene ngene… Mereka memintaku untuk tidak memakai rok dan mengenakan celana seperti panitia laki-laki itu. Atas dasar apa? Kata mereka, Untuk menghargai persamaan. kalau begitu aku pun akan minta mereka untuk lain kali mengenakan rokku juga. Mereka bilang aku harus berpeci. Kenapa? Kata mereka, Agar aku bisa mencerminkan ke Islamanku. Bagus itu. Tapi kenapa mereka tidak memakainya. Aku ha­­rus mem­­bawa kardus ke sekolah­ ku. Un­ tuk apa? Kata 10 BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016

mereka, agar aku tidak sombong dan ingat akan hidup susah. tapi aku tidak percaya, Pemulung seperti kalian pun tak akan membuat anaknya membawa kardus ke sekolahnya. Besok aku akan meminta ibu memasakkan nasi tiwul dan ikan asin untukku. Untuk apa? Bekal makanku. Kenapa begitu? Kata mereka, untuk keadilan. Agar yang kaya tidak hanya makan enak dan dapat merasakan makanan yang miskin bersama-sama. Tapi dengan begitu yang miskin tidak akan pernah bisa merasakan makanan orang kaya bersama-sama. ngono pak.” aku tertegun mendengar penuturan anakku. “wes-wes. ayo ndang ngaleh. golek rosok, selak awan. rasah dipikir nemen-nemen. sing neng jero kono wae ora enek sing mikir uripe awake dewe.” Kami menjauhi perguruan tinggi tersebut, menuju ke taman kota, biasanya di taman itu banyak terdapat sumber


Sastra rezeki untuk kami. mendekati tempat sampah, aku melihat kertas-kertas berserakan didalamnya. aku tercengang melihat kertas-kertas itu. ternyata itu adalah brosur-brosur yang berbeda-beda isinya. namun semua lagi-lagi membuatku muak. aku teringat perguruan tinggi tadi dan perkataan anakku. Brosur-brosur itu bergambar foto para calon pejabat dengan peci hitam dan berkerudung rapat, mereka berwajah manis dan mengumbar senyum yang menurutku hanya dibuat-buat. mengumandangkan visi misi bohong yang akan mereka lakukan seandainya mereka terpilih. mereka bersemboyan lagi tanpa merasa ada kekura­ngan dalam di­ rinya. Sejenak aku tersadar bahwa orang yang ada di gambar-gambar itu pun juga berasal dari perguruan tinggi. Mereka diajarkan tentang bagaimana

menjadi pemimpin yang amanah, berintelektual, serta berkepribadian yang jujur dan baik. Lalu, mana hasilnya? “Mari jadikan kota ini bersih. dari sampah dan korupsi!” padahal mereka belum tentu membersihkan jiwa mereka. “Dengan ini mari kita jadikan kota yang modern dan bermartabat!” tentu mereka akan hidup modern dengan uang yang mereka dapatkan tetapi tanpa martabat. Dan masih banyak lagi, lalu aku ambil kertas-kertas itu, semuanya itu aku buang kedalam bak sampah, seperti semua janji mereka yang patut dianggap sampah. ***Nining, Bila_Crew

BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016 11


SENTILAN!!! GUS : mas itu siapa yang pakai baju hitam-hitam Mahasisiwa senior : oalah itu aL-Millah dek, yang ngasih kamu bulletin itu, tapi jangan ikut mereka nanti dek, orangnya ruwet-ruwet dek. Dan gak tau nurut sama eksekutif, padaha mereka dibawah eksekutif. Gus : eksekutif itu apa mas? Mahasiswa senior : ??##@@##%%$$$$%, udah cepat sana baris Gus : lo gimana to mas kok ra dijelasne malah ngakon baris, Koncone Gus : ojo takok cah kuwi Gus, b*nto kuwi. Untuk Mahasiswa Baru yang tertarik mendalami dunia Literasi, Jurnalistik, Fotografi, Layout dan Pers, mari bergabung dan berproses bersama kami di LPM aL-Millah. Info lebih lanjut hubungi CP : 085704705179 (WA) 085649284179 (Telp/Sms)

Crew aL-Millah Menerima kritik, saran dan Keluhan 12 BULLETIN Edisi Spesial Opak 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.