Teman Merawat Percakapan

Page 9

32 Teman Merawat Percakapan

33

mengasal dari dalam, yang belum tersempatkan menjadi peristiwa. Atau ia bisa juga menuliskan peristiwa yang belum bisa terkatakan, seperti menemu rasa senang dalam pendam sesal di masa lalu. Menulis, lantas bisa mengobati masa-masa yang terlewat, atau memberi kata bagi yang belum ternamai, meski ia senantiasa menyimpan sisa. Menulis Pembayangan Lewat menuliskan ingatan, masing-masing dari kita memperkaya arti reunian. Ia tak sebatas “menyatukan kembali”, namun “disatukan kembali”. Ia tak menunggu disapa, namun terlebih dahulu menyapa. Lewat menuliskan ingatan, perjumpaan kita esok akan terasa berbeda. Ia berbeda karena telah diperkaya lewat tulisan yang nakal, jujur, teramat sangat jujur, hingga... Reunian yang dituliskan dengan cara-cara tertentu mengubah orientasi masa lalu ke masa depan. Ia menuliskan apa-apa yang belum tersampaikan saat bersapa, atau ia mensapakan apa-apa yang belum sempat tersampaikan kala berjumpa. Ia juga menaruh harapan-harapan, bagi kita, pun bagi teman-teman yang mendahului menuju fana. Menulis lantas menjadi momen pengabadian. Lagipula, ingatan kita pun terbatas. Dengan menulis, defisit ingatan dan keterbatasan tadi jadi terkurangi. Menuliskan masa lalu, selain membayangkan masa depan ia juga memberi kata bagi yang masih dan masih saja terlupa. Ia juga memberi makna bagi yang belum sempat termaafkan, yang masih tersesalkan, bahkan disesalkan. Ia memanggil kembali pesanpesan re dan union. Ia menjadikan lagi kita, penulis dan pembaca, berbaris rapih seperti hendak memasuki kelas sebuah mata pelajaran: menjelangkan ingatan dan menjadikannya tetap sederhana.

Keterangan: Beberapa gambar yang aku buat sebagai ilustrasi tulisan teman-teman di buku reuni “Membayang Delapan delapan”. Ini buku terbaik yang pernah aku rancang dan miliki. Ini buku sederhana, jujur, dan menjadikannya istimewa.

Kawan-kawan, selamat menulis. Lewat tulisan, kita saling dijumpakan. Salam. (Koskow, Jogja, Delapan delapan)

Begitulah. Setelah tulisan undangan tersebut aku emailkan dan aku fesbukkan, satu persatu teman-teman sd mengirim tulisan mereka untuk buku reuni kami nanti. Beberapa teman mengirim lewat email, beberapa lewat sms, ada pula yang ditulis di notes. Tugasku melayout tulisan-tulisan tersebut, memberinya gambar/ilustrasi. Aku

juga menulis tentang foto-foto masa lalu. Foto-foto aku pinjam dari koleksi Mia. Semula kupikir kerja ini biasa saja. Lama-lama, membaca tulisan teman-teman, menatap foto-foto lama, aku terbawa pada situasi tertentu, situasi yang menguras seluruh perhatian, emosi, pikiran. Namun, ruang seperti inilah yang kumaksud sebagai narasi

berkesenian, bahwa seni harus hadir melayani ruang-ruang pertemanan, dan terutama ruang-ruang ingatan tentangnya. Gambar-gambar yang aku ciptakan kadang hadir bawah sadar: ia menduhului tulisan. Hampir tiap malam aku dan teman-teman berkomunikasi melalui sms. Hingga kini, aku seperti kamar tempat menyimpan persoalan beberapa teman. Aku diberi nama: pak camat. Mona kuberi nama: pak pos. Dan seorang teman di Semarang, yang memastikan reuni

berjalan, Novi, kami beri nama: korlap, koordinator lapangan. Ini reuni yang sederhana. Justru pada kesederhanaan itulah proses berkesenianku menemui apa yang selama ini kumaui, yaitu jalan seniku: kesenian, kesunyian. Sepertinya, selama ini gambargambarku hadir dan tercipta di ruang-ruang sunyi demikian. Reuni berjalan lancar, berjalan seperti yang kami maui: sederhana. Kami menggelar tikar di ruang kelas VI. Guru-guru pun hadir,


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.