Teman Merawat Percakapan

Page 8

30 Teman Merawat Percakapan

Membayang Delapan delapan Juli 2011, secara tiba-tiba, aku ditelepun seorang kawan sekolah dasarku, Mona. Mona bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Aku ditelepon untuk berjumpa di Jogja. Bersama Mia, yang juga teman sekolah dasarku dan saat ini menetap di Jogja, dia mengajakku berjumpa untuk menyiapkan reuni sekolah dasar (sd) kami: SD. St. Antonius I Semarang. Aku mengusulkan untuk berjumpa di Perpustakaan Kota, di belakang Gramedia Jalan Jendral Sudirman, Yogyakarta. Setelah berjumpa, kami membicarakan rencana reuni sd. Aku terlambat hadir mengikuti

31

perkembangan reuni. Mona ke Jogja dan menjumpaiku karena ia ingin dibantu penyiapan reuni. Maka itu, aku mengusulkan pembuatan buku reuni. Usulku ini usul yang dapat aku kerjakan: perbukuan. Maka itu, aku berjanji untuk membuat undangan menulis untuk buku reuni nanti. Setelah itu Mona kembali ke Jakarta, dan aku menyiapkan tulisan undangan menulis. Tulisan untuk undangan menulis aku susun dan aku emailkan kepada teman-teman, di mana untuk beberapa bulan aku mengaktifkan kembali fesbukku (sebelumnya aku malas membuka fesbuk). Beginilah undangan tersebut:

MEMBAYANGKAN DELAPAN DELAPAN “Membayangkan, bisa sangat nakal. Namun ia juga bisa jujur, sangat jujur. Bahkan, teramat sangat jujur” Menulis masa lalu mengandaikan hadirnya ingatan, pelupaan, serta pembayangan. Apalagi jika masa lalu tersebut lama direntang waktu. Tak semudah mengingat apa-apa yang barusan lewat. Mengingat masa yang lama berlalu, kita berusaha keras memilih, memilah, membuang, menyimpan, menunda, melipatmenguncinyarapatrapat, hingga kerap memanggil ingatan tertentu. Namun, memanggil ingatan juga bisa berarti menjangkau sesuatu yang senantiasa terlambat: penyesalan. “Yang terbaik senantiasa milik masa lalu”, tertulis di sebuah buku. Saya mempercayainya. Penyesalan yang Menyenangkan Seorang teman, sesama mantan murid sekolah dasar, sedang membayangkan masa

lalunya. Ia senang mengingat-ingat bahwa pernah ia dihukum untuk menunggu di luar kelas selama pelajaran berlangsung, oleh seorang gurunya yang cantik berambut panjang. Begitu pula dengan seorang mantan murid lain yang juga senang mengingat kalau ia pernah dihukum menunggu di luar kelas. Hukuman di masa lalu, di kemudian hari menjadi sebentuk ingatan yang menyenangkan. Apa benar waktu itu ia gembira karena dihukum? Mengapa pula kalau dulu ia malu dihukum namun kini ia senang mengingat-ingatnya? “Yang terbaik senantiasa milik masa lalu” setidaknya dapat menjelaskan bahwa penyesalan dapat ditertawakan, sendiri maupun bersama-sama, lantas kita memahaminya sebagai sebuah penyenangan atas sesal yang telah lewat. Kesenangan yang Menyesalkan Berbeda dari yang di atas. Kesenangan-kesenangan di masa lampau kerap menjadi penyesalan di kemudian hari. Membolos, misalkan. Atau jatuh cinta, namun ia belum sempat tersampaikan. Tetap saja ia merupakan kesenangan, namun kesenangan yang hadir di ruang-ruang penyesalan. Ia senantiasa tertunda untuk menjadi peristiwa. Seperti saat berbaris hendak masuk kelas sewaktu di sekolah dasar, sembari melirik dia seorang dari kejauhan, berbaris di muka kelas yang berbeda, berdiri, agak depan. Jauh di kemudian hari, perjumpaan dengannya masih terasa menggetarkan. Meng-getar-kan. Namun, tetap saja ia merupakan kesenangan dalam terang penyesalan. Hanya aku saja yang tahu. Hanya aku seorang. Mungkin pula kau, kawan terdekat. Menulis & Mengingat: Membayangkan Mengingat sebuah kata yang memertemukan hadirnya masa lalu di masa kini, terasa sangat menyenangkan. Orang-orang menyebutnya dengan kata: reuni. Mungkin, kata ini mengasal dan menyatukan diri dari kata re dan union, upaya penyatuan kembali, menjadikan satu lagi. Pengucapan reunian bisa menunjuk pada kegiatan bertemu kawan lama dalam ruang beratap kenangan. Apa benar reunian itu menyatukan kembali? Kalau menyatukan kembali, apa yang disatukannya lagi? Ingatankah? Ada sebuah cara untuk menyatukan masa lalu, yaitu dengan menuliskannya. Menulis tentang masa lalu mengartikan menghadirkannya kembali saat ini. Penghadiran ini tidaklah sesederhana mengingat penjumlahan bilangan-bilangan dasar. Ia menyertakan ingatan yang selama ini disimpansimpan, disambungsambungkan, dibelokbelokkan, dilupalupakan, ditepitepikan, dilesaplesapkan, hingga difantasikan. Ia adalah sebentuk usaha membayangkan masa lalu di masa kini. Membayangkan, bisa sangat nakal. Namun ia juga bisa jujur, sangat jujur. Bahkan, teramat sangat jujur. Nakal, jujur, atau teramat sangat jujur, yang penting itu yang dimaui, namun tanpa melukai. Seperti menarik keluar kata-kata yang belum sempat tersampaikan, yang


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.