RADAR TEGAL 20 september 2013

Page 2

OPINI

2

JUMAT 20 SEPTEMBER 2013

RADAR TEGAL

Bahasa Jawa dalam Tantangan Memilih Pemimpin Oleh: M Riza Pahlevi KABUPATEN Tegal dan Kota Tegal segera mengadakan pemilihan kepala daerah. Komisi Pemilihan Umum (KPU) di dua daerah itu sudah menetapkan sejumlah pasangan calon, yang berhak dipilih oleh rakyatnya. Mereka bersiap memilih pemimpinnya untuk masa waktu lima tahun ke depan. Tentu, pemimpin yang akan mereka pilih adalah pemimpin-pemimpin yang cakap, memiliki kemampuan dan kapabilitas yang tinggi. Karenanya, menjadi seorang pemimpin dibutuhkan kecakapan tertentu. Bukan hanya cakap pada wajah dan tubuh saja, tetapi cakap dalam pemikiran dan memiliki visi dan misi yang jelas. Selama ini, banyak kepala daerah yang terpilih, tidak memiliki kecakapan dalam memimpin. Mereka terpilih hanya karena kekayaannya saja. Jabatan kepala daerah hanya dijadaikan prestise bagi keluarga besarnya saja. Akibatnya, banyak daerah yang tidak mampu menyejahterakan warganya, karena kepala daerahnya tidak memiliki visi dan misi yang bisa mengakat kesejahteraan rakyatnya. Seorang kepala daerah, tidak hanya sekedar membaca sambutan atau menandatangani surat keputusan atau pun menghadiri acara seremonial pemerintahan. Seorang kepala daerah juga harus bisa memberikan solusi yang cepat dan tepat, mengatasi persoalan dengan adil dan mampu mewadahi semua kepentingan kelompok. Seorang kepala daerah juga harus bisa mengelola anggaran yang berjumlah triliunan rupiah, beserta pertanggungjawabannya. Berbeda dengan uang milik pribadi atau keluarganya, yang bisa seenaknya digunakan tanpa pertanggungjawaban. Jika tidak memiliki kemampuan itu, seorang kepala daerah harus siap-siap masuk penjara dan nereka. Masuk penjara, bisa terjadi karena kepala daerah itu tidak mampu mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah kepada publik. Apalagi jika uang negara itu digunakan untuk kepentingan pribadi alias korupsi. Korupsi bukan hanya dilakukan oleh diri sendiri, tapi juga bisa oleh orang lain atas kesempatan yang diberikan kepala daerah. Karenanya, dalam UU Tipikor disebutkan bahwa pelaku korupsi, dipidana bukan karena yang bersangkutan korupsi sendiri. Tetapi bisa juga karena bersamasama melakukan korupsi, memperkaya orang lain dengan cara korupsi dan juga termasuk suap di dalamnya. Seorang kepala daerah, juga bisa masuk nereka di kemudian hari jika tidak mampu mempertanggungjawabkan kebijakannya di hadapan Tuhan. Disebutkan bahwa, seorang pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya. Seorang kepala keluarga, akan dimintai pertanggungjawabnnya atas keluarganya. Seorang kepala daerah, akan dimintai pertanggungjawabannya atas daerahnya. Jika dia gagal membangun daerahnya, maka dia gagal memeprtanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Tuhan. Pemimpin suatu daerah, bukan hanya untuk ajang prestise saja, tetapi dituntut mampu dan memiliki sebuah kecakapan dalam pemerintahan. Di sini, untuk memilih seorang pemimpin yang cakap, rakyat juga memilki tanggung jawab. Rakyat harus menjadi pemilih cerdas, dengan memilih seorang kepala daerah yang cerdas. Cerdas untuk membangun daerahnya, dan cerdas untuk tidak melakukan korupsi. (*)

Oleh: Urip Triyono SS MM MENANGGAPI tulisan saudara Waliyadin yang dimuat harian ini, (Radar, 17/9/2013), saya terdorong untuk memberikan apresiasi yang positif. Hal ini untuk menunjukkan rasa empati bahasa Jawa yang masih melekat di hati para penggunanya, tanpa membedakan bahasa Jawa standar (Jogja-Solo), maupun yang Jawa pinggiran seperti Jawa ‘ngapak-ngapak’ versi Tegal dan Banyumasan. Setidaknya dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saudara Waliyadin tidak sendirian dalam merasakan keadaan “gawat darurat” yang tengah dialami oleh bahasa Jawa pada era sekarang ini. Dilema Kenyataan di dalam pergaulan masyarakat, seiring perkembangan zaman, bahasa Jawa semakin “tidak disukai” karena mengandung sistem bahasa dan sistem nilai yang njlimet. Artinya, dalam ragam bahasa Jawa mengandung pola dan struktur penggunaan kosa kata yang khas, yang harus digunakan menurut konteksnya, yaitu pertimbangan unsur usia maupun jabatan dalam masyarakat. Stratifikasi sosial yang terekspresi dalam kosa kata ini, jelas mempersulit masyarakat umum untuk mempelajari bahasa Jawa dari nol. Masyarakat berbahasa Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Daerah Istimewa Yogyakarta, tengah dilanda kegalauan antara demokratisasi bahasa dengan meniggalkan bahasa Jawa (krama), dengan penggunaan bahasa Indonesia yang lebih demokratis dan cenderung tidak mensyaratkan alih kode dalam berbahasa, baik kode bahasa Jawa ngoko, madya, maupun krama. Maka yang perlu disepakati barangkali adalah masalah penyederhanaan tingkat tutur, atau yang di dalam paramasastra Jawa dikenal dengan istilah unggah-ungguh basa atau undha usuk ‘tingkat tutur’. Dalam unggah-ungguh atau undha usuk ini diatur mengenai penggunaan bahasa dan kosa kata yang digunakan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Ada kode-kode khusus yang disesuaikan dengan keadaan tertentu, menyangkut antara siapa dengan siapa sese-

orang bertutur dengan memperhatikan usia dan kedudukan dalam masyarakat (bebrayan agung). Pada satu sisi, kita dituntut untuk menguasai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, pada sisi yang lain sikap acuh tak acuh masyarakat semakin tinggi dalam mempelajari dan mengajarkan bahasa Jawa kepada anak cucunya. Bahasa Jawa dipandang sebagai salah satu penghambat kebebasan manusia dalam berapresiasi, karena di dalam mempraktekkannya harus mematuhi aturan berkomunikasi yang mengarah pada perilaku feodalisme, yaitu faham yang menghidupkan kembali mentalitas lama dengan segala perilakunya yang unik. Sementara feodalisme dengan segala praktek dan variannya yang istanasentris dianggap sebagai salah satu penghambat pembangunan bangsa secara mentalitas, karena diangap banyak falsafah yang didalamnya justru kontraproduktif dengan iklim demokratisasi dan deregulasi seperti saat sekarang ini, di mana semua lini dituntut untuk bertindak serba cepat, tidak ewuh pakewuh, dan tidak yess men alias sendika dhawuh (Asal Bapak Senang). Sehingga dengan cara pandang masyarakat yang berada dipersimpangan jalan dalam pembelajaran dan penerapan bahasa Jawa, kita hanya dapat berasumsi bahwa bahasa Jawa tidak akan pernah mati selama masyarakat penggunanya belum habis. Tentunya dengan catatan bahwa meskipun tidak mati, bukan berarti berkembang, melainkan menghilang secara perlahan karena daya dukung manusia sebagai penggunanya semakin berkurang dari waktu ke waktu. Sebab Setidaknya ada 3 alasan yang melatarbelakangi seseorang enggan menggunakan unggahungguh bahasa Jawa. Pertama, kompleksitas; njlimet, dan birokratis. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa di dunia yang njlimet, dan bertingkat (hirarkial). Manusia modern yang berkiblat pada budaya “barat”, termasuk Indonesia, cenderung memilih berpikir yang mudahmudah, sederhana, dan lang-

sung, tidak suka bertele-tele dan samar-samar. Sehingga dipilihlah media komunikasi bahasa yang paling demokratis dan paling langsung pada penyampaian makna dan informasi kalimat, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Jawa dengan tingkat tutur: ngoko (lugu dan alus), madya (madya ngoko, madyantara dan madya krama), serta krama (mudha krama dan wredha krama), menjadi alternatif yang terakhir. Masing-masing tingkat tutur memerlukan pengolahan dalam hal konteks, sehingga satu kata dapat berubah dalam penggunaan hanya karena berubahnya subjek yang diajak berbicara (O2). Kata mangan ‘makan’ akan berubah menjadi ma’em, neda, dan dhahar, ketika seseorang bertutur dengan tiga orang yang berbeda dalam suatu waktu. Kedua, stratifikasi sosial (tingkatan masyarakat). Semua sudah memaklumi bahwa bahasa Jawa mengandung tingkatan yang juga mengatur kelas sosial. Sementara itu, dalam masyarakat kita tengah berkembang pemahaman keagamaan (baca: Islam) yang sangat luas. Islam tidak mengajarkan kelas sosial sebagaimana terdapat di dalam bahasa dan masyarakat Jawa yang hinduistis, sehingga seperti paribasan “rindik asu digitik”, semakin cepatlah masyarakat meninggalkan tradisi tingkat tutur bahasa Jawa. Secara jelas Al Quran menyatakan bahwa tidak ada pembedaan kelas bagi manusia, karena yang dipandang mulia di sisi-Nya adalah mereka yang lebih baik keimanan dan ketakwaannya kepada Allah (Q.S.,49:13). Sehingga dengan keyakinan tersebut, semakin syahlah masyarakat dalam meninggalkan tradisi tingkat tutur bahasa Jawa. Dan ketiga, kurangnya teladan. Sangat jarang (sedikit?) orang tua yang mau dan secara konsisten mengajarkan dan mendidik anak cucunya dengan menggunakan unggah-ungguh basa dalam berkomunikasi, minimal dengan sesama anggota keluarga. Hal ini disebabkan ketidakmampuan orang tua dalam memberikan contoh penggunaan basa krama kepada anak-cucunya. Jadi, bermula

dari ketidakmampuan orang tua dalam berbahasa Jawa krama, menjadikan pola komunikasi dengan anggota keluarga senantiasa menggunakan basa ngoko, yaitu bahasa yang digunakan masyarakat umum tanpa memperhatikan unggah-ungguh. Revitalisasi Tidak bisa tidak, revitalisasi bahasa Jawa mutlak diperlukan. Hal ini untuk mencegah kepunahan bahasa daerah di Nusantara pada umumnya, dan bahasa Jawa pada khususnya yang terjadi setiap tahun karena kehabisan penggunanya. Agar tidak menjadikan blunder dalam tulisan ini, beberapa hal harus dilakukan dalam rangka melestarikan bahasa Jawa (krama), antara lain: Pertama, bahasa Jawa harus direvitalisasi. Dalam hal ini momoknya adalah pada level basa krama, perlu distandarkan penggunaannya, misalnya dengan menekankan bahwa krama hanya ada satu varian saja, yaitu krama lugu saja. Sedangkan untuk krama alus, hanya digunakan pada situasi khusus, misalnya di lingkungan keraton saja yang merupakan pusat kebudayaan Jawa. Kedua, perbaiki budaya. Semua nilai, etika, dan tata aturan yang berdasarkan pada akhlak dan moralitas yang terkandung dalam bahasa Jawa harus dikaji isi dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sesanti Jawa yang telah beredar di masyarakat tidak sedikit mengandung kaidah yang dapat dikaji ulang (debatable) kemanfaatannya, dan harus segera didiskusikan untuk menghindari perilaku kontraproduktif dalam penerapannya. Contoh: pepatah mikul dhuwur mendem jero, “menampakkan yang baik-baik, dan menyimpan dalam-dalam segala kekurangan”. Di sini mengandung perdebatan konsep dalam hal mentalitas kejujuran. Dalam konsep ini ditekankan bahwa seorang Jawa dituntut untuk menampilkan kebaikan-kebaikan secara fisik dan menyembunyikan kejelekan atau kekurangan yang ada pada dirinya. Nuansa bedanya kata dan perbuatan sangat jelas, sehingga sangat memungkinkan tumbuhnya sikap mendua (hipokrit) pada seorang berbudaya Jawa.

Nasib GTT

Kapan Kesra Cair?

Iklan Wajib Bayar

ASSLMKM.. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal mohon dengan sangat kesra segera dicairkan krn sy dan teman2 GTT sangat membutuhkannya. Biasanya kn antara bln Juni atau Juli sdh cair tp sampe skrng kok blm cair2 y.. Di kabupaten Tegal kesra sdh cair lho.. Masa Kota Tegal blm cair sich? Om Radar tlng dimuat y ngresulane aku. Matur nuwun. 089610897724

DARI masyarkat yg peduli pada iklan yg tdk bayar, kami smpkan kpd msykt yg merasa tanah & bangunan ditempel ato dipasang gambar caleg ato cabup, cawabup, cagub, cawagub, capres, cawapres.. dgn sengaja ato tdk.. hukumnya wajib dibayar. Trimakasih um dpr Rateg. 081911548095

Keamanan CPNS Diperketat

Daripada Gawe Iri

PAK tulung yen ana cpns, keamanane karo keadilane di perketat sebab akeh sogok menyogok lewat wong daleme. melasi owg sing ora duwe duit tersingkirkan padahal pengalamane luwih akeh di banding karo sing kong walikong karo wong dalam. 085786616075

ASS, pan melu ngresulah, masalah BLSM ng Desa Siasem timur sing olih BLSM kwe dipotongi 50 ewunan, jare pan go sing ora olih BLSM, padahal sing olih BLSM pada nglendeng ora iklas dipotong 50 ewunan, ng RT liane be ora dipotongi mung ng RTe aku tok, pimen kwe kang? 085721757857

Urip Triyono SS MM, Sekretaris MGMP Basa Jawa Kabupaten Brebes

pan mlu ngresula, inyong nikah ws sewulan tp inyong drng olih buku nikah, inyong njaluk tlng sng tnggng jwb ng Kelurahan Bojongbata d kandani, soale inyong nikah ws sewulan kye. BUAT RATEG tlng d muat y semoga sukses selalu, makasih. 085742247960

ASMLKM.. Mas Rateg, melu ngersula dlen.. ditanggapi ora.. Masalah nasib guru honor gtt tahun 2005.. Wis or melu k1, k2... Sk ne per Juni 2005. Terutama sing gtt kankamenag pimen nasibe.. 085640493698

BLSM Dipotong

Ketidakterusterangan sikap dalam ajaran ini perlu didiskusikan dan dicarikan solusinya secara komprehensif. Sikap ini jelas sangat berbahaya dalam hal bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bila seorang Jawa tidak diperkenankan memberikan kritik terhadap orang lain (baca: atasan) dalam menjalankan amanat rakyat. Dan ketiga, Cerdas. Orang yang berbudaya Jawa harus cerdas. Maksud kalimat ini adalah bahwa dalam menerjemahkan konsep-konsep nilai dalam budaya Jawa yang sangat terbuka dituntut kecerdasan olah pikir dan olah batin, tidak asal ambil.Tidak semua konsep dan tata nilai Jawa bernilai positif bila diterapkan dalam konteks masyarakat sekarang.Kita tidak perlu terjebak dalam tarik-menarik antara pola pikir tradisional dan pola pikir modern, karena keduanya sama-sama mengandung nilai positif dan negatif. Tidak semua yang berasal dari tradisi bangsa kita bernilai positif, terkadang juga mengandung nilainilai negatif, maka hal ini harus dihilangkan. Sedangkan yang bernilai positif diambil dan diimplementasikan untuk kemaslahatan masyarakat. Begitu juga dalam memandang ke depan, tidak selalu modern itu harus identik dengan mengadopsi budaya Amerika cs., mereka juga bangsa yang lemah secara spiritual, mereka bangsa yang tidak punya acuan tata nilai yang memberikan kesejukkan dalam jiwanya.Jadi, pola pikir cerdas inilah yang dituntut oleh masyarakat Jawa sebagai pengguna basa Jawa agar bahasa Jawa tetap lestari. Penutup Demikian tulisan ini dibuat sebagai pelengkap tulisan Saudara Waliyadin.Dengan harapan dapat menambah semaraknya pembahasan dunia kebahasaan di nusantara ini, terutama basa Jawa yang sama-sama kita cintai, bahasa yang digunakan oleh lebih dari 75 juta pengguna di seluruh dunia. Semoga tetap jaya bahasa Jawa selama-lamanya. (*)

Silahkan Jalan Ditinjau PAN melu ngresula om Rateg. Saya salut pada petugas DPU Tegal yang sudah mulai memperbaiki jalan yang rusak bahkan jalan yang masih tampak bagus diperbagus juga, tapi kenapa giliran daerah Kramat, khusus jalan Babakan ke arah timur kondisinya sangat amat parah sekali. Kalau ga percaya silahkan tinjau saja daerah tersebut pasti akan tahu dan memaklumi akan keluhan kami. Kepada dinas terkait kami mohon dengan amat

sangat supaya di sepanjang jalan Babakan ke arah timur sampai pasar kepel diperbaiki secara intensif agar kondisi jalan tidak mudah rusak. Jangan seperti tahun kemaren baru diperbaiki dua minggu sudah mulai rusak lagi. Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.pengirim Yasalim. 085642955329

Suwe Temen KPD yth Pemeritah Kelurahan Bojong Bata, inyong

KANG RATEG, ak setuju karo usulane sing due no hp 085742935695. Dari pd gwe iri liane, karuan jarene gaweane tukang becak tpi uripe mapan. Bagemana ora mapan wong ben wulan olih duit terus. Umahe ya apik, due sewaan kanggo kajatan. 085742905007

Nasib Pustakawan ASS. um Rateg, kye nyong pan ngresula.. pibe nasibe pustakawan? Khususe pustakawan nang SD ana masa dpane ora?? Soale byarane sepira ora.. payah nemen pikiran kr tnaga jalan kbeh. Tlung di muat ya, trimz. Wassalam mualaikum.. 087830587076

Anda pernah merasa tidak puas dengan pelayanan publik? Anda pernah kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak semestinya dari instansi tertentu? Layangkan perasaan Anda ke rubrik Ngresula ini via SMS ke 083861302125, email rateg2000@yahoo.com atau melalui surat ke Radar Tegal Jalan Perintis Kemerdekaan No. 32 Tegal. Tulis dengan bahasa yang sopan atau bisa juga menggunakan Bahasa Tegal. Dapatkan Kaos Ngresula, yang berisi SMS Ngresula pilihan (hanya Rp 60.000/pcs).

Pendiri: H. Mahtum Mastoem (Alm), Penasihat: Dahlan Iskan, Komisaris Utama: HM Alwi Hamu, Komisaris: Lukman Setiawan, Dwi Nurmawan, Dirut: Yanto S. Utomo, Direktur: Moh. Sukron Pemimpin Umum: Moh. Sukron. Pemimpin Redaksi: M. Abduh. Wakil Pemimpin Redaksi: Wawan Setiawan. Redaktur Pelaksana: Iman Teguh Supriyono. Redaktur: Zuhlifar Arrisandy, Moch. Arifin, M. Riza Pahlevi, Khikmah Wati, Arief Nur Rahardian Sidiq. Sekretaris Redaksi/Persh: Yully Trieyani. Kota Tegal: M Saekhun, Laela Nurchayati, Rohman Gunawan, Abidin Abror, Agus Wibowo, Adi Mulyadi. Brebes: Hervianto, Ismail Fuad. Bumiayu: Teguh Supriyanto. Slawi: Iman Teguh Supriyono (Kepala Perwakilan), Hermas Purwadi, Yeri Novelli, M. Harian Pertama Kebanggaan Wong Tegal Ghoni, M. Fatkhurrohman. Pemalang: Embong Sriyadi (Kepala Perwakilan), Agus Pratikno, Moh. Khasanudin. Pekalongan: Ade Asep Syarifuddin. Pracetak: Feri Setiawan, M Yahya, Dedy Irawan, Dwi Nanda P, Asep Ariadi S, Novian Setyo W. Desain Iklan: A.Sekhudin. Iklan: Hesti Prastyani (Manajer), Kharisma Dewi, Arifudin Yunianto, Riyanto Harjo, Teguh Widodo Nawawi, Agus Mutaalimin, Indani Dwi Oktina, Wahyudi. Pemasaran: Sunarjo (Manager), Umaman Sahareka, Muslih, Zaenal Muttaqin, Wahyu, Rokhim. Keuangan: Yela Ramadiah (Manager), Dwi Titi Lestari, Lita Rahmiati, Astri Prayudita, Syafriani Maulidah, Mubin, Djuhaeri Effendi, Moh. Erlin, Imron Rosyadi. Promosi (Off Print): Taufiq Ismail. Alamat Redaksi/Pemasaran/Tata Usaha: Jl. Perintis Kemerdekaan Tegal telp. (0283) 340900 (hunting), fax (0283) 340004. Semarang: M. Yusuf Abadi. Jakarta: Ferdinansyah, Eko Suprihatmoko. Alamat: Komp. Widuri Indah Blok A-3 Jl. Palmerah Barat No 353, Jakarta 12210 Telp (021) 5330976, 5333321 Fax: (021) 5322629. Eceran: Rp 2.500/eks. Percetakan: PT Wahana Java Semesta Intermedia Kompleks LIK Dampyak -Tegal. Semua wartawan Radar Tegal dilengkapi tanda pengenal/ Tarif Iklan: Umum/Display: Rp 25.000/mm kolom, Sosial/Keluarga: Rp 17.000/mm kolom, Iklan Baris Laris: Rp 17.000/baris, Iklan Colour: Rp 37.000/mm kolom. surat tugas dan tidak dibenarkan meminta/menerima Iklan halaman 1 (depan): Rp 75.000/ mmk. Tarif + 200%, Creative ad: Tarif + 50%. NPWP: No: 01.994.052.7-511.000. imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber. Bank: Bank Mandiri Cab. Tegal a.n. PT Wahana Semesta Tegal No. Rek: 139.0002152787. Bank Jateng Cab. Tegal No. Rek: 1.004.02598.5 a.n. PT Wahana Semesta Tegal


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.