Waspada, Sabtu 29 Januari 2011

Page 26

Kreasi

B12

WASPADA Sabtu 29 Januari 2011

Bimbel Itu Tetap Penting Lho... NGGAK terasa Ujian Nasional (UN) udah di depan mata. Pastilah bagi kamu yang udah duduk di kelas XII atau IX sedang melakukan berbagai persiapan menyambut sang tamu agung itu. Persiapan buat menghadapi UN pun semakin gencar dilakukan para siswa memasuki semester genap ini. Selain masih harus menyelesaikan sebagian materi kelas akhir, mereka juga dilatih terbiasa dengan soal-soal prediksi ujian nanti. Namanya ujian, apalagi ini ujian nasional, tentunya butuh persiapan khusus dan nggak cukup hanya dengan belajar semalam suntuk di rumah alias sistem kebut semalam (SKS). Yang pasti ada persiapan khusus, misalnya mengikuti berbagai bimbingan belajar (Bimbel) di luar. Nah, inilah momen yang tepat bagi setiap Bimbel mempromosikan program baru kepada para siswa yang ingin lulus ujian tahun ini. Pada satu sisi, Bimbel baik bagi para pelajar karena semakin banyak latihan soal, maka akan terbiasa dengan soal ujian nantinya. Di sisi lain, banyak lembaga pendidikan menawarkan bimbel intensif jelang UN. Hal tersebut pun dinilai ampuh mendongkrak kemampuan siswa dalam menghadapi soal ujian. Tapi, semua itu tentunya nggak akan berarti apa-apa jika kita nggak serius belajar dan nggak punya komitmen untuk lulus. Komitmen alias kesadaran bertanggungjawab secara penuh akan sesuatu yang telah kamu pilih ini adalah bagian terpenting dalam proses belajar menghadapi ujian. Tanpa komitmen, kamu akan ngerasa cuek dan lebih banyak toleransi untuk diri sendiri. Menurut Kepala Cabang Ganesha Operation (GO) Medan-Binjai, Ir Jamso

Haryono, banyak hal yang bisa siswa dapatkan dengan mengikuti Bimbel. Selain dilatih selalu mengerjakan soal-soal bervariasi, siswa juga dilatih mengerjakan soal-soal dalam waktu singkat. “Di GO ini, kami sudah mempersiapkan banyak bekal untuk siswa agar siap dalam menghadapi UN, mulai dari fasilitas buku, jadwal belajar, soal-soal latihan yang variatif, kiat-kiat serta strategi menjawab soal plus yang terpenting motivasi bagi siswa,” urainya sembari mengingatkan siswa tidak lupa berdoa serta mempersiapkan mental jelang ujian. “Untuk menyambut ujian tahun ini, tentunya udah banyak persiapan yang aku lakukan. Salah satunya mengikuti Bimbel yang bakal ngajarin aku banyak hal, seperti cara cepat dan tepat menjawab soal serta berbagai kiat maupun trik menjawab soal, “ ujar Indira Khairuna Nasution, siswa 12 SMA Harapan 1 Medan. Indira menambahkan, suasana belajar di Bimbel memompa semangat lebih dibanding belajar di sekolah atau rumah. “Di sini, banyak latihan soal yang memungkinkan kita terbiasa pas UN nanti. Kalo di sekolah, gurunya hanya ngulang pelajaran,” papar Indira. Sesulit apapun Ujian Nasional itu nantinya, yang penting kita harus tetap yakin mampu melewatinya. Ingat, jika ingin menjadi manusia berguna bagi banyak orang, maka kita harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas yang kita miliki. So, good luck guys... *Arianda Tanjung

Tiga siswa tengah mempelajari brosur salah satu lokasi bimbingan belajar di Kota Medan sebelum bergabung demi persiapan jelang Ujian Nasional nanti. -Waspada/Khairil Umri Batubara-

Andai Aku Gayus Tambunan Sekolah Jurnalis Dibutuhkan Di Tengah Menjamurnya Media 11 Maret, Diriku masuk penjara Awal ku menjalani, Proses masa tahanan Hidup di penjara, Sangat berat kurasakan Badan ku kurus, Karena beban pikiran Kita orang yang lemah, Tak punya daya apaapa Tak bisa berbuat banyak, Seperti para koruptor Andai Ku Gayus Tambunan,Yang bisa pergi ke Bali Semua keinginannya, Pasti bisa terpenuhi Waspada/Khairil Umri Batubara

Lagu Andai Aku Gayus Tambunan kian menjadi buruan para remaja. NAMA Bona Paputungan sebelumnya tidak pernah menjadi pemberitaan di media massa, sebelum dirinya menciptakan lagu berjudul Andai Aku Gayus Tambunan. Tak tanggung-tanggung, pengunjung lagu ini di situs jejaring You Tube mencapai 345,743 pengunjung. Lagu ciptaan pria berusia 32 tahun ini menjadi fenomenal sebab lagu ini mainmain dengan dampaknya bukan main. Karena, lagu ini bertema protes dan setengah menghujat sistem peradilan negeri ini. Tak hanya itu, para remaja berlomba memburu lagu ini untuk menjadikan nada dering di selulernya. Setelah keluar dari penjara akibat kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Bona membuat video klip unik ini. Lagu itu juga tengah hangat dibahas lewat situs-situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. “Pertama dengar lagu ini, wah! Hebat, saya terus mencari Ring Back Tones-nya tapi belum ada,” ujar Fahruri Tarigan, mahasiswa Fakultas Hukum UMSU ini. Fahruri berharap lagu ini bisa membuka

Lucunya di negeri ini, Hukuman bisa dibeli Kita orang yang lemah, Pasrah akan keadaan 7 Oktober, kubebas dari penjara Menghirup udara segar, Lepaskan penderitaan Wahai saudara, Dan para sahabatku Lakukan yang terbaik, Jangan engkau salah arah Pasrah akan keadaan, Biarlah semua menjadi kenangan Kenangan yang pahit, dalam hidup ini

mata para aparatÿþur negara, agar tidak terpuruk karena uang dan menyadarkan bahwa hukum di Indonesia tidak ditambah jadi bobrok lagi. “Semoga dengan terciptanya lagu ini, menjadi kritikan untuk membangun hati nurani aparatur negara, supaya lebih kritis dalam melihat dan menilai suatu polemik diÿþ negara yang kita cintai ini,” harap Iskandar Zulkarnain Siahaan, mahasiswa ilmu Jurnalistik STIK-P Medan. *Hajrul Azhari

KEDATANGAN Pemimpin Redaktur Femina, Petty S Fatimah, ke Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan, baru-baru ini, memberikan wawasan dan pencerahan tentang jurnalistik di tengah menjamurnya media elektronik. Motivasi dan tantangan tak henti-hentinya terlontar dari bibir mungil jurnalis handal ini untuk menumbuhkan niat dan bakat mahasiswa STIK-P di bidang jurnalistik khususnya. Petty bahkan menantang mahasiswa STIK-P untuk mengirimkan tulisan feature dengan batas deadline satu jam pasca kuliah umum tentang “Media Now” tersebut. “Ini tantangan untuk mereka agar menjadi jurnalis. Saya pun menerapkan itu pada bawahan saya,” ungkapnya kepada Kreasi. Jurnalis dan pengelola media yang pernah mengikuti pelatihan di dalam dan luar negeri ini mendalami bidang gaya hidup, musik, film dan media. Petty mengungkapkan profesi jurnalis sangat dibutuhkan di tengah menjamurnya media cetak dan elektronik. Terkaitparadigmmediacetak akan mati nantinya karena persaingan,menurutnyatidakbenar. Justru media cetak dan elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebab itu, pemimpin maupun redaktur harus pintar-pintar menyeleksi wartawannya, “Pintar saja tidak cukup, wartawan harus pandai ilmu mar-

Waspada/Hamdani

Pemimpin Redaksi Majalah Femina, Petty S Fatimah (tengah), didampingi Ketua STIK-P Medan Hj Ida Tumengkol BComm MHum memberikan pemaparan tentang dunia jurnalistik terkait perkembangan media sekarang. keting dan liar atau bandel di luar sekolah. Maksudnya, harus aktif juga organisasi di luar kampus,” tambahnya. Karena sesungguhnya yang bisa membunuh media tersebut adalah redaktur atau editor yang melupakan, mengesampingkan keinginan dan interest para pembaca serta kurangnya kepe-

kaan tentang siapa yang akan menjadi segmen pembaca media itu sendiri. Petty, juga gemar olahraga, mengungkapkan sekolah jurnalistik berperan melahirkan jurnalis-jurnalis handal dan profesionalyangbisamenyeimbangkan kegiatan belajar mengajar formal dan mengaktifkan maha-

siswa di organisasi yang berkenaan dengan jurnalistik, seperti halnya STIK-P. “Sekolah jurnalis dibutuhkan di tengah menjamurnya media cetak dan elektronik,” tegasnya. Dalam waktu dekat ini, Femina juga akan mengadakan event “Femina Campus to Campus” dalam rangka menumbuh-

kan niat dan bakat anak muda menggali kreativitasnya baik itu di bidang penampilan, life style maupun innerbeauty. “Ini adalah pemikiran bersama untuk merangsang anak muda berekspresi di bidang yang ia geluti,” lanjut Petty menutup pembicaraan. *Silfa Humairah

Manusia Diciptakan Saling Berpasangan Acara Debat Mahasiswa

Waspada/Khairil Umri Batubara

Acara debat turut mendatangkan tiga panelis yang terdiri dari Dra Aprilia MSi Psi (kiri), Drs Asyro Efendi dan Dra Hj Erma S Tarigan SH MHum.

MANUSIA terkadang suka mencari sesuatu yang belum jelas, padahal dalam agama dikatakan bahwa setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini memiliki pasangan masing-masing. Demikian disampaikan Drs Asyro Efendi dalam penjelasannya pada acara debat bertemakan “Kontroversi Homoseksual” yang digelar mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan, khususnya yang mengambil mata kuliah

Rhetorics and Public Speaking di aula kampus tersebut, Jl SM Raja, Selasa (25/1) lalu. “Agama sudah menuntut kita mencari pasangan terbaik dalam hidup agar nantinya tercipta peta konsep yang baik dalam hidup. Apabila manusia itu berani keluar dari apa yang sudah ditetapkan, maka resiko yang timbul menjadi tanggungannya sendiri,” terang dosen Pengantar Sosiologi itu. Dalam acara debat tersebut, narasumber terdiri

dari dua tim, Pro dan Kontra, yang masing-masing memiliki pandangan berbeda terhadap tema tersebut. Tim Pro diwakili Ade Irwanto dan Versi Indria Gayatri cs, sedangkan kubu Kontra diwakili Intan Jamiah dan Akbar Satria Wijaya cs. Diwakili Versi, pihak Pro mengatakan homoseksual itu bukanlah penyimpangan seksual namun masyarakat umumnya mengganggap itu merupakan kelainan atau penyimpangan. Padahal homoseksual itu merupakan

Waspada/Khairil Umri Batubara

Waspada/Khairil Umri Batubara

Tim Pro tengah memberi argumen terkajt tema “Kontroversi Homoseksual”.

Anggota tim Kontra serius mendengarkan penjelasan dari kubu Pro.

ketertarikan seksual yang ditimbulkan dari berbagai faktor, terutama lingkungan. Beda halnya dengan tim Kontra yang menjelaskan homoseksual itu merupakan penyimpangan seksual dan sudah pasti memiliki dampak negatif terhadap masyarakat. Apalagi jika dilihat dari budaya bangsa yang masih menganut budaya ketimuran dengan nilai serta normanorma sosialnya. Selain Asyro, dua panelis adalah Dra Aprilia MSi, Psi sebagai ahli Psikologi dan Dra Hj Erma S Tarigan SH MHum sebagai pakar Hukum. Dari segi hukum, Erma mengatakan hingga kini belum diatur dalam undangundang di Indonesia tentang pernikahan sejenis kendati para kaum homoseksual sendiri berkeinginan untuk itu. Idealnya, dalam pembentukan hukum itu yang harus dilihat adalah mayoritas serta nilai yang ada pada masyarakat agar nantinya hukum tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. “Hukum yang terbaik yaitu hukum yang berasal dari firman Tuhan. Karena itu, sudah semestinya pembentukan hukum berikutnya harus beracuan pada hukum agama,” ujar

Erma. Jika dilihat dari segi psikologi, Aprilia menjelaskan dalam ilmu Psikologi itu sendiri, homoseksual dulunya memang merupakan penyimpangan seksual tapi sekarang tidak. Hal ini berkat ahli psikologi yang terus melakukan studi-studi tentang homoseksual sehingga kini dikatakan homoseksual lebih condong kepada gaya hidup. “ Kemampuan kita dalam menyerap sesuatu dipengaruhi oleh tingkat daya kritis yang kita miliki. Memang ada beberapa orang yang gampang untuk dipengaruhi karena daya kritis yang dimiliki belum maksimal, misalnya remaja,” ungkap dosen STIK-P itu. Ditandai hujan interupsi dari audiens kepada kedua tim, acara tetap menampilkan suguhan menarik dan hidup. Hal ini juga menandakan tema “Kontroversi Homoseksual” sendiri merupakan tema yang pantas untuk diperdebatkan karena menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat, khususunya mahasiswa. *Arianda Tanjung


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.