Pewara Dinamika Oktober 2018

Page 1


DULANG PRESTASI RAIH MIMPI

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA ∫ ILUSTRASI: .FCTCUNTUKINDONESIA.ORG (REERO.)


PEWA R A D I N A M I K A / O K TO B E R 2 0 1 8

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi Universitas Negeri Yogyakarta. Lewat segunung talenta yang mereka miliki, para pemuda UNY telah mampu memenuhi ucapan Ir. Soekarno—Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan aku guncangkan dunia. Dengan beragam torehan prestasi se­ka­ ligus sumbangsih dalam ber­ba­ gai organisasi, mereka telah ber­ hasil mengguncangkan dunia.

Selamat datang kembali pembaca Pewara Dinamika yang budiman. Akhirnya kami bisa menyapa kembali pembaca sekalian, di tengah hiruk pikuk aktivitas Oktober yang padat, dengan ragam rangkuman berita serta informasi hasil racikan dapur redaksi.

OKTOBER 2017

Pewara Dinamika edisi Oktober tahun lalu mengulas prestasi dan peran serta mahasiswamahasiswa UNY yang menjadi bagian dari keluarga besar UNY dan telah memberikan prestasi baik nasional maupun internasional. Kreatifitas dan kecerdasan yang meraka tampilkan telah membawa nama besar UNY bahkan Indonesia ke level internasional.

Bulan Oktober senantiasa punya kaitan erat dengan pemuda. Hampir seabad lalu, peristiwa yang merintis tonggak berdirinya sejarah bangsa terjadi. Sebuah sumpah pengikat persatuan para pemuda yang berkumandang pada 28 Oktober 1928 telah mampu menggerakkan bangsa yang sempat terjajah, menjadi bangsa yang bangkit, melawan, lalu akhirnya merdeka dan berdikari. Kelindan inilah yang membuat redaksi Pewara Dinamika memutuskan mengangkat pemuda sebagai tema pada bulan Oktober ini.

tersebut. Selain itu, kami juga mengulik dari sisi aktivisme yang dilakukan pemuda UNY. Dari skala paling dekat, kami menyuguhkan laporan tentang Ketua Badan Eksekutif Mahsiswa (BEM) serta buah pikirnya, serta perjalanan BEM itu sendiri sebagai wadah pemikiran pemuda di zamannya dalam tubuh UNY. Kami juga menjangkau semangat Sumpah Pemuda dalam pandangan berbagai pegiat pendidikan Kampus Karangmalang.

Adalah Asian Games yang meski hajatnya telah usai, masih menyimpan gegap gempita cukup masif. Pada perhelatan akbar dunia olahraga tersebut, tak sedikit dari civitas akademika UNY yang ikut berkecimpung meramaikannya. Tak sekadar meramaikan, tentu, mereka pula turut kembali pulang membawa medali sekaligus pengalaman berharga. Dari mulai peserta, pelatih, dan sukarelawan yang membantu melancarkan jalannya acara, kami kupas dalam edisi kali ini.

Pemuda yang kami sorot adalah para pemuda dan pemudi Kampus Karangmalang beserta peran dan prestasi mereka yang menambah deretan panjang pencapaian nasional maupun internasional keluarga besar

Rubrik-rubrik lain juga tidak lupa kami tampilkan. Rubrik Resensi, Cerpen, Puisi, dan Pojok Gelitik dihadirkan untuk memenuhi dahaga apresiasi estetika sidang pembaca. Rubrik Opini, dan Bina Rohani juga hadir sebagai tandem pemikiran pembaca sekalian. Akhirnya, kami dari tim Pewara Dinamika mengucapkan selamat menikmati sajian seputar pemuda dan kepemu­ daan UNY, yang kian meleng­ kapi bulan pemuda ini. Selamat Hari Sumpah Pemuda, Selamat mengobarkan semangat untuk terus membanggakan negeri. Tabik. 

Tak berhenti pada Asian Games, semangat inklusif yang digelorakan lewat Asian Para Games juga turut kami hadirkan. Banyak cerita yang disimpan di balik pesta olahraga difabel paling besar

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

unyofficial

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati

@pewara_uny l @unyofficial

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Mimpi dan semangat juang tinggi yang terefleksi dalam sumpah pemuda » 26-27

ISTIMEWA

Dalam lika-liku suatu bangsa, pemuda acap kali menjadi motor penggerak perubahannya yang lantas tercatat dalam sejarah

SADAR ATAU TIDAK, bulan Oktober kerap disebut sebagai bulannya pemuda. Citra yang kelewat melekat ini merupakan hasil produk sejarah bangsa di mana penggerak utamanya adalah pemuda-pemudi Indonesia. Meski sudah 88 tahun berlalu, Sumpah Pemuda masih tetap dirayakan sebagai hari besar para pemuda yang tetap ampuh mengobarkan semangat kebangsaan membangun negeri. Berawal dari ikrar kolektif anak muda dari Sabang hingga Merauke yang ingin memiliki identitas pemersatu bangsa, Sumpah Pemuda menjadi

cikal bakal terbentuknya Indonesia itu sendiri. Ia berdiri di atas tonggak keingat dan darah anak muda yang peduli, yang berkontribusi secara aktif dalam memupuk spirit persatuan. Kini pemuda zaman now menempuh lajur perjuangan berbeda dari pendahulunya. Ia berada dalam kelokan bernama prestasi, serta kepedulian terhadap sekitar. Mahasiswa UNY menggawanginya dengan kontribusi dalam pendidikan inklusif, ormawa, serta pesta olahraga akbar di 2018.

4 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 18

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Meneladani Semangat Prajurit Prawiratama

6

SURAT PEMBACA

33-39

BERITA Juara Jogja Fashion Week Selama 11 Tahun ∫ UNY rebut Perak dalam AICAD 2018 ∫ Mahasiswa Internasional ∫ UNY Selenggarakan Job Fair

8-32

LAPORAN UTAMA Mahasiswa Sebagai Penggerak Keilmuan ∫ Gelorakan Semangat Peduli Disabilitas di Karangmalang

40-43

SOSOK Caly Setiawan Memanjat untuk Bangsa

46

RESENSI Merari Siregar dan Kenelangsaan Tokohnya

47

BINA ROHANI Tasawuf Sosial

48-49 CERPEN Kendi Berputar

44-45

Opini Meneguhkan Peran Pemuda dalam Kebangsaan

50

PUISI Cerita Cinta untuk N. ∫ Pelajaran Memasak di Hari Minggu


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Meneladani Semangat Prajurit Prawiratama

P

rajurit Prawiratama adalah pra­ jurit Keraton Yogyakarta, yang dalam kisahnya, merupakan prajurit yang memiliki kelebih­ an dibanding prajurit lainnya. Mereka berasal dari 1000 orang laskar Ma­ taram yang membantu Pangeran Mangku­ bumi melawan kompeni. Dalam setiap per­ tempuran mereka selalu berhasil secara gemilang melalui keberanian, kepandaian, dan kearifan dalam setiap tindakannya. Itulah mengapa mereka mendapat ju­ lukkan Prajurit Prawiratama. Prawira arti­ nya berani dan Tama artinya utama yang dalam bahasa kawi dapat pula dimaknai pandai atau ahli. Prajurit Prawiratama identik dengan senjata busur panah jem­ paringan yang merupakan senjata khas Yogyakarta, yang dapat dimaknai sebagai simbol perjuangan ide, inovasi, dan krea­ tivitas. Dalam konteks kekinian, terlebih dika­ itkan dengan Oktober sebagai bulan yang identik dengan jiwa dan semangat pemu­ da, semangat dan nilai pengorbanan dan keistimewaan Prajurit Prawirataman pa­ tut menjadi teladan. Tentu saja, proses pe­ neladanan tersebut disesuaikan dengan konteks zamannya. Mahasiswa, sebagai salah satu elemen generasi muda, tentu saja tak luput dari harapan di atas. Setiap gagasan dan tin­ dakan mahasiswa selalu didasari budaya akademik. Setidaknya terdapat lima ciri masyarakat (mahasiswa) ilmiah, yang per­ lu juga neneladani semangat dan jiwa Pra­ jurit Prawitatama. Pertama, bersifat ter­ buka terhadap setiap informasi; kedua, memiliki sikap ingin tahu yang tinggi; ketiga, berpikir kritis dan jernih; keem­ pat, kreatif dan inovatif; kelima menghar­ gai pendapat orang lain.

Kelima ciri khas masyarakat ilmiah ini penting untuk diimplementasikan da­ lam kehidupan berbangsa dan bernega­ ra dengan beberapa alasan berikut. Perta­ ma, dalam situasi dunia yang serba cepat berubah, akibat dampak kemajuan teknolo­ gi informatika, Indonesia juga mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa. Ha­ nya­lah individu atau kelompok yang ter­ buka dengan setiap informasi yang mampu survival dalam kehidupan bermasyarakat. Informasi itu akan digunakannya sebagai aset untuk memahami perkembangan du­ nia dan siap menerima perubahan dunia. Kedua, bagi masyarakat ilmiah sega­ la informasi hanya akan bisa diakses ji­ ka setiap individu atau kelompok memili­ ki sikap ingin tahu yang tinggi. Sikap ini mendorong setiap orang atau kelompok untuk memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi individu, kelompok, masyarakat, bangsa, dan negera. Ketiga, banyaknya informasi yang beredar di jagat nyata dan maya (teruta­ ma media sosial) haruslah disadari bahwa informasi tersebut tidaklah sepenuhnya benar, bahkan bisa jadi hoaks. Sikap kri­ tis ini sangat berguna untuk tidak men­ tah-mentah menelan informasi. Sikap kri­ tis juga bagi masyarakat ilmiah berguna untuk mengkritisi secara jernih persoa­ lan-persoalan yang terjadi di masyarakat maupun di dunia ilmu pengetahuan demi memperoleh gagasan yang lebih baik dan kaya perspektif. Keempat, dengan pengetahuan yang kaya, maka seseorang berpeluang besar untuk kreatif dan inovatif. Kreatif artin­ ya ia mampu menciptakan ide-ide baru di luar pakem, sekaligus mampu menyelesai­ kan setiap masalah yang dihadapi. Inova­ tif sendiri artinya ia mampu mendayagu­

nakan imajinasi dan gagasannya untuk menghasilkan karya baru yang belum ada sebelumnya. Itulah mengapa dalam Pim­ nas ke-31, kreativitas dan inovasi menjadi dua hal yang ditekankan demi mewujud­ kan masyarakat ilmiah abad 4.0. Kelima, dengan segala kelebihan yang ada, masyarakat ilmiah juga memiliki kele­ bihan karakter, yakni selalu menghargai pendapat orang lain. Sikap ini tidak seka­ dar mendengarkan pandangan orang lain, namun pendapat orang lain justru dijadi­ kan tambahan perspektif, sehingga segala perbedaan pandangan yang lahir dari pros­ es diskusi (debat) akan bermuara pada ses­ uatu yang positif. Di tengah “mulai goyahnya” nilai-ni­ lai kebhinekaan bangsa Indonesia aki­ bat perbedaan ideologi dan kepentingan politik sesaat, maka peristiwa budaya pa­ da momen Pimnas ke-31 merupakan salah satu solusi untuk merajut kembali nilainilai kebhinekaan yang telah berlangsung lama dalam lintasan sejarah bangsa Indo­ nesia. Saya percaya bahwa semakin ting­ gi derajat sebuah bangsa, maka semakin kencang pula angin yang berhembus. Jika setiap elemen anak bangsa bersama-sama mengambil peran “melawan” hembusan an­ gin tersebut, maka bangsa Indonesia akan terus tegak dan kokoh dalam bingkai Keb­ hinekaan (yang) Tunggal Ika. Akhirnya, sudah sepatutnya nilai-nilai yang terkandung Sumpah Pemuda dap­ at menjadi ruh bagi kebangkitan generasi Indonesia yang berani, pandai, arif, berbu­ daya dalam menghadapi tantangan zaman. Arus globalisasi saat ini tidak sepatutn­ ya dihindari tapi haruslah dihadapi den­ gan cara cerdas, berani, inovatif, kreatif, berbudaya layaknya sosok Prajurit Praw­ iratama.  P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 5


 S U R AT P E M B A C A

TONO / INFORMASI

SEBAGAI mahasiswa UNY, seberapa sering kalian melintasi Student Center? Pertanyaan itu saya ajukan untuk siapapun yang mungkin pernah melintasi Student Center UNY baik mahasiswa, civitas akademika, maupun warga Karangmalang dan sekitarnya. Dengan adanya jawaban “iya” yang muncul atas pertanyaan itu, bisa jadi dia merasakan apa yang akan saya tulis. Oleh FAHRI ZULFIKAR Mahasiswa Sastra Indonesia

Sebagai mahasiswa dari fakul­ tas ujung kulon kampus utama UNY, saya yang tinggal di sebe­ lah timur kampus terma­suk beruntung bisa melintasi ge­ dung-gedung universitas seti­ ap berangkat kuliah. Dari mu­ lai melihat segala tem­pat yang men­­jadi fasilitas mahasis­wa, sam­pai melihat cepatnya per­ tum­buhan kampus dengan jum­ lah ma­hasiswa yang terus ber­ tam­bah. Hal itu saya rasakan ketika melintasi jalan-jalan di da­ lam kampus amat penuh. Sa­lah satu yang terparah, jalan di de­ pan gedung Student Center UNY. Saya menyadari setelah beberapa semester melintasi jalan di depan gedung Student Center atau mahasiswa jamak menyebutnya SC. Semenjak saya menjadi maba sampai sekarang, penuhnya lalu lintas di jalan SC masih kepada persoalan yang

sama, yakni semrawutnya kendaraan yang parkir di bahu jalan. Hal itu semakin parah ketika UNY sedang membangun beberapa gedung fasilitas mahasiswa yang baru, salah satunya di depan gedung SC persis. Apakah lahan parkir Student Center tidak cukup? Awalnya saya berpikir bahwa kendaraan yang parkir di depan gedung adalah sisa-sisa kendaraan yang tidak cukup lagi untuk parkir di dalam (red. Area parkir dalam SC). Namun setelah saya beberapa kali melintasi gedung SC dengan parkirannya yang semrawut, kemudian melihat sedikit heran ternyata lahan parkir SC yang terletak di samping gedung masih cukup lengang. Mengapa mahasiswa tak parkir di lahan parkir gedung? Alasan mahasiswa parkir di area jalan depan gedung SC, mungkin

6 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 18

beragam. Namun pengamatan saya selama melintasi area jalan tersebut, mahasiswa selalu terlihat terburu-buru memarkir kendaraan lalu masuk ke gedung. Padahal posisi kendaraan yang ia tinggalkan jauh dari kata sesuai. Hal ini sering terjadi. Jalan depan gedung SC yang tak seberapa bahkan hanya muat di lewati dua kendaraan roda dua yang berpapasan. Dan tak jarang motor yang parkir di bahu jalan tersenggol kendaraan yang lewat. Dengan adanya kondisi yang seperti itu saya jadi berpikir bahwa mahasiswa yang parkir di bahu jalan sana lebih memilih hal praktis, yakni parkir di tempat yang paling dekat dengan pintu

masuk gedung. Pasalnya mereka seperti tak perduli lagi dengan kendaraan mereka sendiri. Kesemrawutan parkiran di depan gedung SC juga tak hanya rawan akan senggolan kendaraan, namun berdasarkan kasus kasus yang pernah saya temui, kesemrawutan itu dimanfaatkan oknum pencuri. Dari mulai helm sampai motor sekalipun, pernah hilang di depan gedung SC. Beberapa kasus teratasi, karena oknum pencuri berhasil ditangkap. Sisanya, lebih banyak menjadi legenda yang turun temurun diceritakan. Bagaimana solusinya? Ah, tampaknya saya tak pantas untuk menjawabnya. Saya serahkan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab saja, yang sudah diamanahi mengabdi di Universitas Negeri Yogyakarta. Tapi saya akan turut mendukung pihak-pihak kampus dalam proses mengembangkan UNY, setidaknya dimulai dari tidak parkir di tempat yang dapat merugikan siapapun.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

ď Š

FORBES.COM

Oleh LINA NUR HIDAYATI Staf KHPP

K

etika menjadi anak kost, kita dituntut untuk bisa mandiri. Mandiri dalam mengurus diri sendiri, mengambil keputusan dengan cepat, serta bagaimana mengatur keuangan pribadi. Tidak jarang anak kost mengalami kesulitan dalam mengelola keuangannya. Entah karena gaya hidup, atau karena kiriman orangtua yang memang pas-pasan. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan anak kost untuk menghemat pengeluaran:

1

Susun Anggaran bulanan dan catat semua pengeluaran Menyusun anggaran bulanan dan mencatat semua pengeluaran memang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba mencatat semua pengeluaran yang terjadi. Catat semua jumlah kebutuhan tersebut, agar Anda lebih mudah melihat jumlah uang yang harus dikeluarkan. Jangan lupa juga untuk menyesuaikan jumlah kabutuhan ini dengan jumlah uang yang Anda peroleh setiap bulannya. Sehingga Anda bisa memenuhi berbagai kebutuhan dengan baik.

Tips Menghemat Pengeluaran Anak Kost 2

Berbelanja sesuai kebutuhan Membedakan kebutuhan dan keinginan kadangkala menjadi hal yang sangat sulit, apalagi ketika ada promo menarik yang entah kapan akan muncul lagi. Namun, itu akan menjadi petunjuk bahwa sangat mudah membedakan kebutuhan dan keinginan. Sebelum berbelanja barangbarang kebutuhan sehari-hari, catatlah apa saja yang memang diperlukan. Usahakan untuk mematuhi catatan yang sudah disusun tadi. Jika memang menyimpang, satu atau dua barang saja yang memang benarbenar dibutuhkan. Berbelanja barang kebutuhan sehari-hari sebaiknya dilakukan secara bulanan agar dapat terhindar untuk mengambil barang yang tidak perlu. Oya, satu tips lagi sebelum berbelanja, buatlah perut Anda kenyang untuk menghindari membeli makanan yang sebetulnya tidak diperlukan.

3

Jangan ikuti gaya hidup orang lain dan jadilah diri sendiri Gaya hidup anak muda jaman sekarang memang serba enak.

Ketika malas mencuci bisa datang ke laundry, ketika malas memasak bisa datang ke kafe atau restoran untuk membeli makanan. Ketika malas kemanamana sekalipun, kita masih bisa mendapatkan makanan dan memesan melalui aplikasi online. Namun, semua membutuhkan biaya yang lebih besar. Ketika Anda sesekali menyiapkan makanan sendiri atau membawa bekal, rasanya akan lebih menyenangkan selain juga lebih hemat. Bahkan untuk mencuci baju sendiri pun juga akan terasa menyenangkan jika kondisi kost memungkinkan.

4

pekerjaan sambilan, Anda juga dapat menjalin jejaring dengan para dosen.

5

Cari pekerjaan sambilan Jika memang punya waktu luang, manfaatkan untuk mencari kerja sambilan. Namun perlu diingat, tujuan utama datang ke kota lain, untuk belajar atau kuliah. Jangan sampai tujuan utama terabaikan karena sibuk bekerja. Carilah pekerjaan yang dapat mendukung studi, misalnya, magang sebagai asisten dosen, menjaga perpustakaan, menjadi jurnalis kampus atau menjadi asisten riset dosen. Sehingga, selain mendapatkan ilmu dari

Menabung dan belajar investasi Menyisihkan sebagian uang untuk ditabung merupakan keharusan. Meskipun jumlahnya sedikit, namun akan bermanfaat ketika ada kebutuhan yang mendadak harus dipenuhi. Menabung tidak perlu mulukmuluk, jumlahnya dapat disesuaikan dengan budget yang dimiliki. Selain menabung, ada hal lain yang juga dapat dilakukan, yaitu berinvestasi. Investasi dapat dilakukan dengan membeli surat berharga seperti saham, obligasi atau reksadana. Saat ini banyak investasi dalam surat berharga yang ditawarkan dalam nominal kecil. Sebagai contoh, dengan uang Rp100.000 Anda dapat memiliki saham perusahaan. Sementara untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh pemerintah biasanya juga cukup kecil, sekitar Rp5.000.000. Banyakbanyaklah membaca, untuk menambah wawasan bagaimana belajar berinvestasi. Selamat mencoba.

P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 7


Laporan Utama

FERRY ACVIANSYAH / STUDENTSHOW.COM

8 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8


Laporan Utama

PIJAKAN AWAL PENGGUNCANG DUNIA

D

DELAPAN puluh delapan tahun yang lalu janji kolektif yang mengikat pemuda-pemudi Indonesia atas nama tumpah darah, bangsa, dan bahasa yang satu lahir. Namanya Sumpah Pemuda. Geliat pertamanya terpercik dari semangat anak-anak bangsa yang gelisah, haus akan suatu ikatan padu yang mampu dijadikan identitas secara seragam dari ujung ke ujung Nusantara. Lika-liku perjalanannya menjadi ornamen yang terukir dalam relief sejarah bangsa. Tonggak persatuan, sebutlah. Meski kini rupanya ia tak bergaung sedahsyat dulu, Sumpah Pemuda tetap punya porsinya sendiri, terutama soal bahasa. Bahasa Indonesia telah jungkir balik dipoles tangan kekuasan. Tentu kita masih ingat bagaimana rupa lawasnya yang masih terpengaruh ejaan kolonial, semacam oe yang dibaca u, lalu tj yang dibaca c, dan j yang dibaca y. Orde Baru kemudian menggelar tatanan anyar yang dinamai Ejaan yang Disempurnakan (EYD), berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. EYD menggulung struktur yang ketika itu familiar; menggantinya dengan sistem yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia masa kini. Terakhir kali, evolusi bahasa Indonesia bergulir lewat perpanjangan tangan Anies Baswedan, yang saat itu menjabat sebagai Mendikbud. Perkembangan mutakhir ini diberi titel Ejaan Bahasa Indonesia alias EBI. Sumpah Pemuda berhasil menciptakan satu jembatan lisan yang seragam. Sebuah lingua franca yang laku digunakan di seantero negeri. Betapa dahsyat gelombang kekuatan pemuda. Terbukti pula bahwa ucapan berapi-api tenar yang termuat dalam salah satu pidato Ir. Soekarno—Beri aku seribu orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan aku guncangkan dunia— bukan bualan semata. Pemuda menggerakkan derap sejarah Indonesia. Pergerakan ini tak lantas berhenti pada zaman yang lebih modern. Ia hanya berganti rupa. Bila dulu, embrio penciptaan Indonesia merupakan Sumpah Pemuda; sekarang embrio yang menjadi buah jerih payah para pemuda berbentuk prestasi. Pemuda adalah penerus estafet kepemimpinan. Maju mundurnya bangsa ini akan ditentukan dari bagaimana mereka dipersiapkan sejak dini. Universitas, sebagai salah satu rahim pergerakan, bertanggung jawab menggembleng para pemuda, dalam hal ini mahasiswanya, supaya menjadi insan berkualitas. Universitas Negeri Yogyakarta percaya bahwa selain bekal akademik, mahasiswa sebagai agen masa depan juga memerlukan soft skill yang dituangkan dalam beragam organisasi, selain seminar dan workshop. Jiwa leadership-nya diasah, jejaringnya dikembangkan hingga mampu menjadi garis depan perubahan. Tak cuma untuk dirinya, tetapi juga Indonesia. Dengan begitu, prestasi tak melulu ditunjukkan dengan IPK selangit, namun juga ditunjukkan dengan manajerial tim yang baik, cara berorganisasi yang ciamik, mampu menjadi negosiator, penengah dalam diskusi, penyambungtangan masyarakat, sekaligus menjadi aktif dan proaktif. Lantas, benarlah. UNY, yang punya moda penggerak para pemuda berprestasi, merupakan salah satu pijakan awal pemudapemudi Indonesia yang bakal mengguncang dunia. NUNGGAL SERA P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 9


Laporan Utama

Mahasiswa Sebagai Penggerak Keilmuan Gejayan terus bergelora. Di tahun 1998, mahasiswa membanjiri jalanan dengan tuntutan reformasi. Dua puluh tahun kemudian, mahasiswa diharapkan kembali membanjiri Gejayan dan bangsa. Dengan prestasi dan ekspresinya, untuk bersama menjadi motor gerakan keilmuan.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

diorientasikan untuk melahirkan kader-kader ilmuwan mumpuni, agar mampu menjadi penentu keberlangsungan kehidupan bangsa ini.

G

erakan mahasiswa senantiasa punya romantikanya tersendiri. Didalamnya, ada rasa cinta tanah air. Ada pula pengorbanan atas waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan harta. Yang walaupun jika dijumlah secara nominal kerap tak seberapa, namun maknanya begitu besar bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi masyarakat yang dilibatkan. Setidaknya, inilah yang digambarkan Prof. Ahmad Syafii Maarif, Guru Besar UNY dan Guru Bangsa, kala mengingat pengalamannya dahulu sebagai aktivis HMI. Di kala reformasi bergelora, ia memegang amanah untuk menakhodai PP Muhammadiyah. Menggantikan Amien Rais yang lengser keprabon untuk turut menjadi lokomotif pendesak reformasi bersama para mahasiswa. Termasuk, mahasiswa yang tergerak memadati Bundaran Kampus UGM, lalu terlibat dalam bentrokan di Gejayan. "Ketika saya sempat sekali dua kali di Jogja, saya dengar dan lihat itu Gejayan Kelabu (Peristiwa Geja­yan, Tragedi Yogyakarta, 8 Mei 1998). Sa­ ya kira, semua orang Jogja meli­ hat," kenang Buya kepada Pewara Dinamika. Kenangan itu, lengkap dengan ketragisan dan nuansa heroisme, mengantarkan Indonesia pada suasana reformasi di hari ini. Bagi Buya, era pengorbanan fisik ala bentrokan seperti Gejayan sudahlah berakhir. Namun semangat untuk menyuarakan gerakan, tak boleh berakhir. 10 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

"Saya pertama kali mengucapkan konsep tersebut waktu belum menjadi Ketua PP Muhammadiyah. Tepatnya, pada tahun 1985 di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Gerakan yang senantiasa dibutuhkan bangsa ini kedepan, ya gerakan keilmuan," tegas Buya.

SOUTH CHINA MORNING POST

Inilah mengapa, bagi Buya, Gejayan tak boleh berhenti dibanjiri mahasiswa. Namun jika dulu dibanjiri oleh gerakan reformasi, yang harus dihadirkan hari ini adalah gerakan ilmu. Yang

Gejayan Kelabu adalah satu dari kisah heroisme mahasiswa. Namun, sejak kolonialisme masih berkuasa di Nusantara, justru tidak bergerak dengan konfrontasi fisik.

Signifikansi "Gerakan Keilmuan" Gejayan Kelabu adalah satu dari sekian banyak kisah heroisme mahasiswa. Namun sejak kolonialisme masih berkuasa di Nusantara, Boedi Oetomo yang didirikan di tahun 1908, justru tidak bergerak dengan medium konfrontasi fisik. Digambarkan oleh Sardiman, sejarawan UNY, ketiadaan konfrontasi fisik itulah yang justru mampu menempatkan organisasi tersebut sebagai salah satu tonggak penting persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia dalam entitas sebuah bangsa. Ketiadaan tersebut, dapat tercermin dari anggaran dasar dan tindakan yang dilakukan organisasi tersebut. Pasal 2 anggaran dasar organisasi tersebut misalnya, menyatakan bahwa Boedi Oetomo bertujuan untuk menggalang kerja sama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. Sedangkan dalam surat edaran kala Boedi Otomo didirikan, Sowearno sebagai Sekretaris I organisasi tersebut menulis bahwa berdirinya organisasi ini dikehendaki sebagai


Laporan Utama pelopor untuk mewujudkan pendidikan bagi seluruh rakyat. Dengan tugas utama, merancang cara-cara yang tepat untuk mencapai terwujudnya suatu pendidikan yang serasi bagi negara dan rakyat Hindia Belanda "Disinilah letak gerakan keilmuan Boedi Oetomo. Mengajak untuk belajar, mendidik, dan berpikir. Dan inilah mengapa, walaupun Boedi Oetomo tidak bisa disebut organisasi nasional yang pertama, ia menggemparkan dan signifikan," ungkap Sardiman merefleksikan mengapa Hari Kebangkitan Nasional, diperingati bersamaan dengan pembentukan organisasi ini. Organisasi sebelum Boedi Otomo yang dimaksud oleh Sardiman, adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905, tiga tahun lebih awal dibanding Boedi Otomo yang baru terbentuk di tahun 1908. Boedi Otomo, juga pada awalnya diisi oleh kalangan pemuda yang masih mahasiswa. Dengan mayoritas, mahasiswa STOVIA. Melalui gerakan keilmuan, embrio yang sifatnya dari serambi-serambi diskusi mahasiswa kemudian menyebar menjadi nasionalisme rakyat Indonesia. Boedi Oetomo seakan menjadi pemicu kesadaran para tokoh pergerakan nasional untuk mulai berjuang dengan cara berorganisasi. Dan itulah mengapa, Van Deventer sebagai pencetus politik etis, layaknya dikutip di Majalah De Gidds. berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah keajaiban. Het wonder is geschied, insulinde, de schoone slaapeter, is ontwaakt, katanya. Yang artinya suatu keajaiban telah terjadi, Insulinde, putri cantik yang tidur itu, telah bangkit. "Barangkali, bermula dari istilah ontwaakt (bangkit) yang disampaikan van Deventer itu, kelak hari kelahiran Boedi Oetomo diresmikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah kebangkitan yang berasal dari keajaiban gerakan keilmuan," kata Manuel Kaisiepo, salah satu pahlawan Indonesia, dalam tulisannya berjudul 'Dari Kebangkitan Jawa ke Kebangkitan Nasional'. Berkembang Sesuai Zaman Konsep gerakan keilmuan kemudian berkembang sesuai zamannya. Di

ISTIMEWA

ORASI MAHASISWA

era reformasi bergelora, disebut oleh Prof. Ichlasul Amal, Guru Besar Ilmu Sosial UGM, gerakan keilmuan yang terjadi adalah pemikiran mahasiswa tentang apa yang terbaik untuk kelanjutan negerinya. Itulah kenapa, gerakan di tahun tersebut punya tujuan yang beragam namun konkrit: mulai dari menurunkan Presiden Soeharto, pemberantasan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN), revolusi, hingga menentang intervensi militer terlalu jauh di ranah sipil melalui dwifungsi ABRI. "Dengan adanya gerakan keilmuan itu, mahasiswa mengkaji, berkontemplasi, hingga sampai pada pikiran: gerakan reformasi tahun 1998 merupakan satu jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki sistem kepemimpinan nasional," kenang Ichlasul yang di saat era reformasi, sedang menjabat sebagai Rektor UGM.

Mahasiswa kemudian dibutuhkan untuk melakukan gerakan keilmuan di era kontemporer.

Namun sayangnya seiring kelahiran reformasi, gerakan keilmuan tersebut seakan belum mengalami keberlanjutan yang baik. Adanya demokrasi dan desentralisasi misalnya, membuat tindak pidana korupsi akan banyak terjadi di daerah. Di sinilah, mahasiswa kemudian dibutuhkan untuk melakukan gerakan keilmuan di era kontemporer. "Saya rasa harus seimbang (demo mahasiswa di jalanan dengan pemikiran keilmuan mereka melalui kajian dan diskusi),� pesan Amal yang dikenal sebagai rektor reformis itu. Dalam pandangan Rosyid Shidiq Hidayatulloh sebagai Ketua BEM KM UNY 2018, gerakan mahasiswa memang senantiasa bertujuan untuk menggerakkan masyarakat. Tak terkecuali di hari ini, dengan cara mengedepankan politik nilai yang dilandaskan gerakan keilmuan dan buah-buah pikiran serta perjuangan para mahasiswa. Semangat sumpah pemuda kala pendiri-pendiri bangsa bersepakat dengan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia, terus diteladani dengan cara mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan perannya sebagai P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 11


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

penggerak perubahan (agent of change), penjaga kehidupan sosial (social control), dan pengembang nilai-nilai kehidupan yang baik (moral value). "Terlebih lagi di Era 4.0, eranya milenial. Keberanian dengan inovasi dan gebrakan, membutuhkan penggagas dan penggiat baru di bidangnya masing-masing. Disinilah peluang mahasiswa untuk berprestasi dan berekspresi. Sampaikan narasi kegelisahan rakyat, dan sampaikan solusi kita," tegas Rosyid. Pada peringatan sumpah pemuda nanti, BEM UNY bersama dengan BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI) akan menginisiasi Kongres Pemuda Indonesia III. Dalam aksi yang akan digelar di Istana Negara tersebut, BEM UNY akan membawa isu terkait pendidikan yang dibawa dari kajian atas fenomena-fenomena yang ada di masyarakat. Misalnya, gaji guru honorer agar disetarakan UMR. Untuk mampu menyampaikan pesan tersebut dengan baik, mahasiswa yang nantinya terlibat aktif dalam organisasi dan UKM, biasanya disebut aktivis, disebut 12 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

Sumaryanto selaku Wakil Rektor III UNY harus belajar manajerial dan strategi komunikasi yang baik. Dengan demikian, mahasiswa nantinya bisa menjembatani gagasan maupun kesibukan yang ada, guna menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan universitas. Termasuk, tanpa meninggalkan indeks prestasi dan kompetensi pribadi yang harus ia raih sebagai mahasiswa.

MAHASISWA UNY MERAIH MEDALI EMAS DI PIMNAS 31

“Jadi kegiatan sebagai mahasiswa aktivis itu kegiatan yang baik. Lebih baik lagi dalam kerangka keilmuan, aktivis, tahu kapan latihan, kapan organisasi, kapan tanding, kapan belajar. Asumsinya, pimpinan

Mahasiswa nantinya bisa menjembatani gagasan maupun kesibukan yang ada, guna menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan universitas.

organisasi mesti belajar dan akan dapat pengalaman baik, dari segi manajerial dan kepemimpinan,” ungkap Sumaryanto. Para aktivis sebagai bagian dari gerakan keilmuan, juga diharapkan untuk berkembang linear dengan kewajibannya. Dimana selain menghadirkan diri untuk civitas UNY maupun bangsa melalui buah pemikirannya, juga harus mewujudkan prestasi dan menuntaskan kewajibannya
sesuai bidang yang ditekuninya. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) misalnya, dapat menyalurkan sikap kritis yang dimilikinya untuk kegiatan produktif layaknya menghadirkan pemikirannya dalam bentuk keikutsertaan dalam kajian, diskusi yang mengembangkan cakrawala berpikir, lomba esai, artikel jurnal bertema sosial, hingga seminar. “Intinya, kegiatan jangan kontraproduktif. Gunakan kepintaran itu untuk prestasi. Asah terus talenta yang ada lewat pembinaan maksimal sesuai minat dan bakat anda. ,” pungkas Sumaryanto. 


Laporan Utama

Menang Wushu di SEMANGAT SUMPAH PEMUDA Negeri Tirai Bambu DARI PUNGGAWA ASIAN GAMES

“Kamilia mewakili Indonesia ke Tiongkok. Tampil perdana di luar Diperluas bukan hanya LKTI, negeri langsung menyabet peringkat kedua. Prestasisejak gemilang juga kegiatan penunjang tahun 2013, ketika PIMNAS Komitmen untuk melainkan membela tanah air, bangsa, dan bahasa, dilakukan secara seperti bazar, pameran, pentas ke-16, pemenangnya ditetapkan tingkat internasional kategori bela diri kungfu” konsisten oleh muda-mudi bangsa ini 180 tahun lamanya. Jika medan seni, seminar, dan stadium general. secaradulu perorangan untuk tiap Ada perubahan istilah. Dari LKTI perang adalah tempat untuk mengobarkan patriotisme, haribidang ini lomba kompetisi atau kelompok menjadiuntuk LKIM (Lomba Karya Ilmiah presentasi. Tidak ada juara umum yang menjadi ladang mengibarkan panji-panji merahutama putih. Tak Oleh RONY K. PRATAMA menjadi jawara tak terlepas Mahasiswa). Editor BUDI MULYONO atau juara satu.yang total dan militan. darimengharumkan kegigihan terkecuali, dalam kompetisi Asian Games 2018 yang berhasil erempuan Nama Indonesia tentu ikut melejit di namaberpakaian bangsa. Kepada Pewara Dinamika, atlet, LO, wasit, hingga pelatih Asian olahraga dengan corak gelanggang internasional. Menurut Games menuturkan pendapatnya tentang semangat sumpah pemuda, serta warna merah-putih itu Kamilia, menjadi kebanggaan menenteng bunga di tersendiri dapat mengharumkan bagaimana mereka bisa mengisi kemerdekaan dengan semangat tersebut.

P

tangan kirinya. Sedangkan asma Indonesia di negeri tirai tangan kanannya membawa medali bambu. “Saya semakin bangga seraya diangkat sedada. Medali itu terhadap tanah air,” ujar perempuan CALY SETIAWAN, Ph.D. mengalung di leher tanda meraih manis yang tempo hari ikut Ketua Pelatih Panjat Tebing Asian Games juara. Perempuan berkucir itu berna­ membawa obor abadi Asian Games Dosen FIK UNY, Fullbright Scholarship Awardee 2006 ma Kamilia Lituhayu, mahasiswi dari Yogyakarta itu. Ilmu Keolahragaan, FIK, UNY. SUMPAH PEMUDA BAGI SAYA BUKAN BERARTI HARUS NGOYO. IDEALISME YANG ADA Rekam jejak Kamilia udah dimulai DALAM DADA KITA MASING-MASING, PERJUANGKAN. SEPELAN APAPUN ITU, SESUAI Kamilia baru saja diberi predikat sejak 2016. Pada tahun itu ia merebut DENGAN KAPASITAS KITA. DAN JANGAN LUPA, BUAT SUASANANYA REKREATIF DAN OJO juara kedua dalam kompetisi FISU medali emas untuk kategori duilian SEPANENG. INSYA ALLAH AKAN MANFAAT BAGI DIRIMU SENDIRI, DAN BAGI BANGSA. World Wushu Championship 2018 di pada kompetisi PON XVIII di Jawa Macau, Tiongkok. Setelah bersaing Barat. Tahun berikutnya mendapat dari pelbagai negara pada 2-5 peringkat kedua untuk kategori Agustus 2018, ia mendapat medali taijijian saat Kejurnas Wushu Senior CANDRA PURNA SETYAKA PRIMA WISNU WARDHANA perak untuk kategori Women’s di Jakarta. Atlit Timnas Rugby Asian Atlit Timnas Panahan Asian Tajiquan. Mengungguli Ang Guat Games Games Lian, Brunei Darussalam, Kamilia Wajar kalau bejibun prestasi Kamilia Mahasiswa FIK UNY, Ketua Mahasiswa FIK UNY menyabet poin 9,23. Sementara raih. Ia mulai serius mencintai seni DPM FIK 2016 Ang meraih 9,00 poin. Tapi ia kalah bela diri asal Tiongkok itu sejak Sebagai pelajar, semangat tipis dengan Mok Uen Ying Juanita, masih mengenakan seragam merah Hari sumpah pemuda sumpah pemuda ini dijadikan Hongkong, juara pertama, dengan putih. Ketika berusia enam tahun, adalah momen yang bisa sarana untuk terus belajar Berawal LKIM berubah menjadi Pekan Ilmiah perolehan 9,30.dari Lomba Karya Tulis berada di kelas satu SD, Kamilia telah mengingatkan kita kembali: mencintai tanah air. Bentuk diajarkan wushu oleh orang tuanya. Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya betapa pentingnya pemuda Mahasiswa Nasional (PIMNAS). kecintaannya bisa dengan FISU merupakan akronim dari ini berarti sudah untuk kemajuan dan nama mengharumkan Inovatif Produktif (LKIP). Pertama PIMNAS pertama diselenggarakan “Sampai saatnama Fédération Internationale du Sport hampir 13 tahun,” ujarnya. baik bangsa. Karena di sinilah Indonesia, mencintai tanah kali diselenggarakan UI di IPB. Universitaire. Jamak orangdijuga kita pemuda para pewaris air, tambah ilmu terus, dan dikenal sebagai International Sejak kecil Kamilia terkenal bangsa tercinta, bangsa DOK. KAMILIA menerapkan ilmu itu untuk University Sports Federation. aktif. Kecenderungan inilah yang Indonesia kemajuan Indonesia Pertandingan ini sangat prestisius membuatnya,”Nggak bisa diam. Jadi, karena bukan sekadar mencari kalau ada pertandingan wushu, saya menang-kalah, melainkan ajang pasti lihat.” Baginya, wushu bukan JANTAN PANGESTU INSANI Usaha Kamilia untuk mencapai titikDUAJIperkara RAHARDYAN NURSANTIKO diseminasi nilai sportivitas melalui gerakan unik di panggung, final pertandingan tak berjalan Director of Shoot Asian Volunteer Venue juga and Environment spirit Dari universitas. melainkan memiliki makna sifatnya, terdapat duaAsistant kegiatan: mulus. Ia sangat rajin berlatih Games Asiankhusus. Games “Wushu itu tidak melulu soal 1. Kegiatan yang bersifat utama. sebelum bertanding. Hampir tiap Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kompetisi bergengsi di kancah Mahasiswa FIK UNY fisik. Tapi pakai hati,” katanya. Kamilia mengasah kemampuanKeolahragaan UNY internasional itu menjadi negaramenunjang kegiatan utama hari 2. Kegiatan yang sifatnya (kegiatan penunjang). Saat menjadi atlit dan wasitkinestetiknya. Itu kenapa kunci pertama tempat Kamilia bertanding Wushu secara etimologis terdiri Berkontribusi dan yakni mampu di luar negeri. Ia merasa bangga Asian Games, saya dan semua atas dua kata, wu (ilmu perang bekerjasama satu bahasa Kegiatan itu. utama terdiribaru atas:official selalu berupaya atas perolehan Indonesia ) dan shu dengan (seni). Istilah untuk menunjukkan pertama kali bertanding di forum untuk menjunjung tinggi martial art (seni bela 1. Kompetisi hasil PKM melalui presentasi, gelar poster, dan produk dari peserta finalistujuan PKM.Inggrisnya kebanggaan Indonesia, itulah wushu tak dunia. Kamilia adalah perwakilannilai-nilai sportifitas dan diri). Seperti kata Kamilia, kebaikan. Profesionalitas semangat pemuda. 2. Presentasi LKTMmendapat bidang IPA, IPS, Pendidikan, dan Seni. perdana yang langsung hanyasumpah seni gerak badan,Ada tetapi juga tersebut menurut saya akan semangat kebangsaan untuk predikat tiga besar. “Mendapat berpaut erat dengan seni mengatur 3. Studium general dan seminar ilmiah. berkontribusi untuk menjaga membawa nama baik Indonesia. juara kedua sangat membanggakan strategi, manajemen logistik, dan 4. Gelar poster kalinya dan produk non PKM ditampilkan baikyang Indonesia. Sejalanoleh mahasiswa. Dan di Asian Games, semua Istilah wushu bagi saya. Ini pertama sayanama menggerakan pasukan. dengan kebaikan yang dicitavolunteer bahu membahu untuk mewakili Indonesia pada kejuaraan lebih populer ketimbang kungfu. Ke­ 5. Sarasehan forum Wakil/Pembantu Rektor/Ketua/Direktur bidang kemahasiswaan. citakan para pendiri bangsa. menyukseskan asa tersebut. internasional,” ucapnya. duanya memiliki arti yang persis. 

1980

1990

1988

2013+

Garis Besar Acara PIMNAS

Kamilia adalah perwakilan perdana yang langsung mendapat predikat tiga besar.

P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 13


Laporan Utama

Gelorakan Semangat Peduli Disabilitas di Karangmalang Hampir 10% demografi Indonesia beranggotakan masyarakat dengan disabilitas. Dengan semangat sumpah pemuda dan Asian Para Games, mahasiswa juga harus bergerak untuk peduli dan inklusif. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

D

isabilitas bukanlah kekurangan, melainkan menjadi kekuatan. Itulah yang diyakini 40 tokoh, atlet, penari, musisi, dan penonton disabilitas dalam upacara penutupan Asian Para Games 2018. Bagi mereka, tak ada kata menyerah meski kondisi mental dan tubuhnya berbeda dari kebanyakan orang. 14 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

Layaknya dikisahkan Harian Kompas (7/10), keceriaan yang hadir diantara mereka yang terlibat di pembukaan Asian Para Games itu menular. Bahkan ketika Asian Para Games telah berakhir. Yulinardiantika, warga disabilitas yang tinggal di Pasar Minggu Jakarta misalnya, terharu karena keseluruhan Asian Para Games sangatlah mengharukan. Karena berhasil menunjukkan kepada bangsa bahwa para disabilitas punya semangat luar biasa di tengah keterbatasannya.

Sedangkan bagi Argo Pambudi sebagai Dosen FIS UNY yang sedang meneliti desa inklusi di Sleman, kepada Pewara Dinamika ia mengaku senang karena kaum disabilitas disuarakan. Selama ini, didapati adanya fenomena bahwa kaum disabilitas disembunyikan keluarga karena malu, dianggap aib. Padahal, mereka punya potensi luar biasa. Utami Dewi yang juga dosen FIS UNY, mengungapkan bahwa selama ini pihaknya bersama Angga


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

meneliti desa inklusi adalah guna Mengetahui dan menjelaskan pemberdayaan penyandang disabilitas melalui Program Desa Inklusi di Kabupaten Sleman serta menganalisis capaian program desa inklusi dalam mewujudkan inklusi sosial di Kabupaten Sleman. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara, observasi, FGD, dan dokumentasi. Dari proses penelitian tersebut, diketahuilah bahwa masih ada banyak hal yang perlu dikerjakan untuk memperjuangkan inklusifitas. Momentum Asian Para Games, menurut Utami tak boleh disiasiakan. Karangmalang harus ikut menggelorakan semangat peduli disabilitas. "Riset menunjukkan bahwa di Sleman ini, Inklusi sosial sudah mulai terwujud. Tapi perjuangan belum selesai. Kita sebagai pelaku riset, dan sebagai warga negara, harus gelorakan ini semangat peduli disabilitas," tukas Utami. Menyediakan Kampus Ramah Disabilitas Salah satu langkah untuk menggelorakan semangat inklusif, dituturkan oleh Slamet WIdodo

selaku Direktur Eksekutif IDB UNY dapat dilangsungkan melalui penyediaan akses inklusif bagi disabilitas dalam infrastuktur kampus. Penyediaan fasilitas tersebut, sejatinya tak hanya menyangkut gerakan. Tapi sudah menjadi kewajiban berdasarkan regulasi. Di Indonesia, standar aksesibilitas bangunan gedung, fasilitas, dan lingkungan diatur melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 30 Tahun 2006. Regulasi itu ditentukan guna mewujudkan kedudukan, kesetaraan, kesamaan, hak kewajiban, dan peningkatan peran lansia dan penyandang cacat. “(Sehingga) Akses difabel ini proritas,” terang Slamet. Semenjak UNY meneken IDB pada 2013, gedung perdana berupa

Standar aksesibilitas bangunan gedung, fasilitas, dan lingkungan diatur melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 30 Tahun 2006.

Laboratorium Seni Tari dan Musik, telah dibangun denga penyediaan fasilitas yang sesuai dengan regulasi tersebut. Slamet Widodo, Direktur Eksekutif IDB UNY, menilai bahwa gedung baru disesuaikan dengan standar nasional yang ramah bagi mahasiswa difabel. UNY telah membangun berbagai fasilitas guna mengakomodasi kepentingan penyandang disabilitas seperti ramp, lift, dan berbagai fasilitas pembelajaran. “Semua gedung sudah dilengkapi. Aksesnya juga. Mulai dari toilet, tangga, lift, hingga penunjuk arah. Semua sesuai aturan,” katanya. Itu semua, menurut Slamet, didasarkan atas komitmen UNY terhadap pendidikan inklusif. Hal senada juga diungkapkan oleh Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY. Dikarenakan sifat dana IDB yang merupakan loan ataupun pinjaman yang dibebankan pada negara, maka UNY mencari titik temu dari prinsip yang telah ditelurkan oleh bank tersebut. Dalam perjanjian internasional, sifat saling menguntungkan memang penting agar hubungan antar pihak dapat terjalin lebih harmonis lagi. “Dan semua standar kita itu P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 15


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

menyesuaikan IDB. Standar lingkungan, standar pembangunan, dan tak terkecuali standar difabel. Karena semangat untuk inklusif kepada disabilitas ini juga sudah menjadi norma internasional. UNY secara prinsip, terus berkomitmen untuk inklusif," ungkap Sutrisna. Kegiatan-kegiatan Inklusif Disamping infrastuktur, pelaksanaan Tridharma Pendidikan baik pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, juga terus diupayakan berlangsung dalam kerangka inklusifitas. Dalam 10th Global Culture Festivalyang dilaksanakan di Monumen Serangan Umum 1 Maret misalnya, pada 10 Mei 2018, UNY menyumbangkan penggalangan dana dan penjualan tiket makanan untuk penyandang disabilitas di Yayasan Sayap Ibu. Sumbangan UNY tersebut, disebut Sutrisna selaras dengan visi Pemprov 16 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

DIY yang ingin menjadikan DIY sebagai pusat budaya. Dimana nilai inklusifitas, juga menjadi budaya yang harus ditanamkan kepada masyarakat.

PKM PENGABDIAN MASYARAKAT MAHASISWA UNY YANG MELIBATKAN PENYANDANG DIFABILITAS

Kepada sekolah-sekolah mitra, UNY juga senantiasa melakukan riset maupun pembinaan kepada anak penyandang disabilitas. Di SLBN 1 Bantul misalnya, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Nilai inklusifitas menjadi budaya yang harus ditanamkan kepada masyarakat. Kepada sekolah mitra, UNY juga senantiasa melakukan riset maupun pembinaan kepada anak penyandang disabilitas.

Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) pada bulan Juli lalu, melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pengajaran menulis puisi. Para penyandang difabel juga diberi kesempatan untuk mementaskan puisi yang mereka tulis. Sekaligus, menghasilkan sebuah buku yang berisi kumpulan karya penyandang difabel yang dijual secara luas. Dengan demikian, diharapkan anak-anak disabilitas memiliki pengalaman, kemampuan, sekaligus keberanian untuk berkarya. "Kita buatkan buku antologi puisi untuk anak SLBN 1 Bantul. Sekaligus, ada modul-modul pembelajaran yang telah dirumuskan dalam kapasitas kami di Ilmu Komunikasi," ungkap Ahmad Abruron selaku Ketua Kegiatan. Kegiatan-kegiatan inklusif pada disabilitas, tak hanya berlangsung


Laporan Utama

ADISUSENO.COM

di luar ruang kelas. Di dalam kelas, UNY mengembangkan kapasitas keilmuan terkait disabilitas melalui Pusat Studi Layanan Disabilitas, yang didirikan pada 17 Juli 2017, guna menginisiasi peningkatan partisipasi penyandang disabilitas yang menempuh studi perguruan tinggi. Baik di UNY, maupun di kampus lain. Sutrisna Wibawa menegaskan “Kita perlu kerja multidispliner dalam pelayanan disabilitas, dan keberadaan pusat studi ini dapat mewadahi hal tersebut”. Selain pengembangan secara multidisipliner, langkah-langkah intradisiplin juga dilakukan. Berdasarkan SK Rektor IKIP Yogyakarta No. 05 Tahun 1965, 6 Desember 1965 menandainya dibuka Program Studi Pendidikan Luar Biasa. Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta atau bisa disebut dalam Bahasa Inggris dengan nama ‘Special Education ‘

DIFFABLE FAIR, LONG MARCH MAHASISWA UNY DI MALIOBORO

adalah program studi yang bernaung dibawah Fakultas Ilmu Pendidikan. Prodi dengan akreditasi “A” ini, menembus angka animo sebanyak 1.909 pada tahun akademik 2017 yang lalu. Pada tahun akademik 2018 tersedia kursi bagi calon mahasiswa baru sebanyak 80 kursi yang siap diperebutkan dari segala penjuru Indonesia. Menurut Prof. Edi Purwanta, Wakil

Sutrisna Wibawa menegaskan “Kita perlu kerja multidispliner dalam pelayanan disabilitas, dan keberadaan pusat studi ini dapat mewadahi hal tersebut”.

Rektor II UNY yang juga Dosen PLB UNY, Sesuai dengan namanya, PLB akan membersamai mahasiswanya selama kurang lebih studi sarjana S1 selama empat tahun, untuk mengkaji dan mempraktekan penanganan pada anak-anak berkebutuhan khusus. Di mana dalam menangani ABK itu sendiri diperlukan kesabaran luar biasa sehingga mampu mengantarkan kita mengenal keu­ nik­an setiap orang. Sekaligus belajar menghargai ciptaan Tuhan serta mengasah rasa empati dan simpati serta menumbuhkan semangat peduli dan tolong menolong. "Beberapa mahasiswa disabilitas juga selalu ada tiap tahunnya di program studi ini. Pendidikan Luar Biasa menjadi chamber (ruang) akademik untuk mengembangkan keilmuan terkait inklusifitas. Di Indonesia, hanya ada 14 kampus yang memiliki jurusan ini," pungkas Edi. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 17


Laporan Utama

Riak Sumpah Pemuda Era Kini, Mereka Gandrung Bahasa Indonesia Mereka mencintai bahasa Indonesia dari kejauhan. Di tanah air, bahasa Indonesia digunakan serampangan. Sementara di luar negeri, bahasa Indonesia dikagumi, diteliti, dan dipelajari Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

pelbagai negara bagian Australia berduyun-duyun hadir. “Ada yang datang dari kota kecil Broome, Manjimup, dan Townsville,” tulis Natalia, dilansir tempo.com.

P

enny Vakalopoulos mengagumi Indonesia sejak usia tujuh tahun. Namanya tercatat sebagai pelajar Carey Baptist Grammar School, Melbourne. Cintanya terhadap Indonesia semakin tak diragukan lagi setelah bertandang ke Surabaya pada usia sembilan tahun. Jakarta, Lombok, dan Yogyakarta pernah ia singgahi selama empat bulan. “Saya kepingin lanjut ke universitas dengan mengambil mayor studi Indonesia,” tulisnya, seperti dikutip aiya.org.au. Pengagum ahli Indonesia, Benedict Anderson, ini berharap dapat tinggal dan bekerja di Indonesia supaya bisa belajar lebih dalam mengenai budaya Nusantara lebih dekat. Bagi Penny, menjadi Indonesia tak harus pindah kewarganegaraan tapi bisa menyelami bahasa dan budayanya secara intens. Sebagai guru bahasa Indonesia, Tom McKenzie, punya kesan lain. Ia tertarik dengan bahasa Indonesia sejak SD. “Demi kecintaan itu saya sekarang sedang mengembangkan program pengajaran untuk profil bahasa Indonesia. Sasarannya buat siswa SD dan SMP,” tutur guru di Christian College Geelong, Victoria seperti dikutip tempo.com. Pada akhir 2015, Tom terpilih sebagai delegasi Australian-Indonesian Youth Exchange Program (AIYEP) untuk studi di Indonesia. 18 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

ISTIMEWA

Baik Penny maupun Tom, keduanya memiliki rasa keindonesiaan yang radikal. Mereka turut mengenalkan budaya dan bahasa Indonesia di negeri Kanguru tanpa pretensi. Bahkan, pada 14 Oktober lalu, kota Melbourne menjadi saksi diadakannya National-Australia Language Awards (NAILA). Khalayak Australia menyambutnya dengan girang. Meski baru tahun kedua diadakan, sebanyak 85 peserta dari

WARGA ASING MEMAINKAN GAMELAN

Bahasa Indonesia juga dilirik oleh peneliti Amerika sebagai bahasa paling bahagia ke-4 dunia.

Menurut Nadjib, Dubes Australia, pembelajar yang bersentuhan langsung dengan bahasa Indonesia akan lebih menghayati Indonesia lebih dalam. “Pembelajar bahasa Indonesia itu juga berperan mempererat hubungan bilateral kedua negara,” tuturnya. Dengan mengambil tema Our Future, Sally Hill, Direktur NAILA, percaya promosi bahasa Indonesia akan lebih efektif bila melalui budaya Indonesia. Karena itu, di akhir acara, deklamasi puisi, pertunjukan tari daerah, dan demo kuliner Indonesia disuguhkan ke publik internasional. *** Bahasa Indonesia juga dilirik oleh peneliti Amerika sebagai bahasa paling bahagia ke-4 dunia. Peter Dodds, peneliti dari University of Vermont, Burlington, mengajukan tesis keistimewaan bahasa Indonesia. Ia mengumpulkan 10.000 kata umum yang acap kali digunakan. Peter merujuk tayangan televisi, Google Books, Twitter, dan lirik lagu sebagai data penelitian. Kata tersebut kemudian diberi keterangan negatif dan positif. Kata menangis dan berbohong ia masukan ke kategori negatif, sedangkan tertawa dan cinta ke kategori positif. Peter tak sendiri. Bersama timnya ia mengklasifikasikan ribuan kata tersebut ke tabel kanan-kiri yang


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

AHZAA.NET

mengandung negatif dan positif. “Jejak kehidupan sosial manusia dalam bahasa pun bisa kita telusuri melalui riset ini,” katanya, seperti ditulis Daily Mail. Kesimpulannya, Peter dan tim menemukan kata yang cenderung bias positif. Menurut Peter, kata tersebut berkelindan dengan frekuensi kata yang digunakan. Grup Band beraliran Punk Rock dari Prancis juga punya cara unik dalam mengekspresikan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia. Francois Xavier Renou, pentolan band itu, membuat lagu berjudul Aku Lapar. Aneka kuliner Nusantara disebut dalam lirik lagunya. Tempe, mie ayam, nasi koreng, ketupat, hingga ayam bakar tak luput dinyanyikan Fransoa—nama panggungnya. Setelah gita tersebut diunggah di Youtube.com, sontak menarik publik internasional, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Menurutnya, lagu itu dibuat karena kegemarannya terhadap masakan tradisional Nusantara. Videoklip yang dibuat bersama kerabatnya itu direkam di Seminyak, Bali. Tak heran bila

Fransoa begitu banyak mengenal kosakata bahasa Indonesia, karena selama empat bulan ia berkeliling Bali. *** Di Jerman, menurut Edwin Wieringa, Direktur Institut Pengkajian Dunia Islam Universitas Koeln, banyak orang cinta bahasa Indonesia karena jodoh. Ia mencatat karakteristik khas mahasiswa yang hendak belajar bahasa Indonesia itu. “Sebelum masuk ke Jurusan Studi Indonesia, biasanya mereka telah lebih dulu menjalin asmara dengan orang Indonesia,” ungkapnya kepada wartawan Tempo. Keunikan itu

Di Jerman, menurut Edwin Wieringa, Direktur Institut Pengkajian Dunia Islam Universitas Koeln, banyak orang cinta bahasa Indonesia karena jodoh.

membuat orang tersebut mendalami secara serius bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa Indonesia di Jerman tak terlepas dari kontribusi Mochtar Lubis. Bersama Irene Hilgers-Hesse dan Otto Karow, ia turut membantu penyusunan kamus Jerman-Indonesia. Menurut liputan khusus yang ditulis Tempo berjudul Antara Volkswagen dan Jodoh, pada 1962, di Koeln, juga didirikan kajian Indonesia. Kendati demikian, pada 2004, lembaga itu dilebur dalam studi dunia Islam. Itu karena Indonesia juga termasuk mayoritas berpenduduk Islam terbesar di dunia. Sementara itu, di Universitas Humblodt, bahasa Indonesia telah dipelajari sejak Perang Dingin. Proses pembelajaran di sana tak terlepas dari kepentingan Jerman Timur untuk mendekati Indonesia di bawah Soekarno. Berkat prakarsa Ingrid Wesel, bahasa (dan budaya) Indonesia dikaji secara ilmiah. Sebelumnya, ia pernah belajar sejarah dan bahasa Indonesia di Moskow. “Saya dulu belajar di sana selama satu tahun,” katanya. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 19


Laporan Utama

Tonggak Sumpah Pemuda, Arus Balik Bahasa Indonesia Bahasa dicipta demi kemaslahatan bangsa. Tanpanya manusia tak akan menjadi insan seutuhnya. Perkembangannya ditandai pada tiap tikungan zaman.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

komisi itu tak jauh dari kepentingan politis kolonial Belanda: menguasai alam pikiran melalui bacaan. Kalau masyarakat telah dikuasai pikirannya maka retorika Hindia Belanda pun bak kebenaran semesta.

M

ohammad Yamin, pencipta “imaji keindonesiaan” itu, mengajukan secarik kertas kepada Soegondo. “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini),” bisiknya, seperti ditulis Soegondo pada Ke Arah Kongres Pemuda II tahun 1973. Teks itu diberikannya tatkala Mr. Soenario sedang berpidato menjelang akhir acara. Setelah dibaca sekilas, Soegondo langsung memaraf di bawah tulisan Batavia, 28 Oktober 1928. Harapan Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia akhirnya resmi lahir. Ikatan kolektif Sumpah Pemuda itu dikenang antargenerasi sebagai tonggak perdana kebangkitan bangsa. Terhitung sejak 1928, bahasa Indonesia kini telah berusia 88 tahun. Ia bahasa persatuan dan simbol identitas baru. Bahasa Indonesia juga menandai babak kemunculan revolusi kebudayaan melalui kesenian dan kesusastraan. Ide kreatif dalam novel, cerpen, puisi, dan drama masih dibaca dan dipentaskan. Sementara itu, syair berbahasa Indonesia dengan iringan musik juga tetap setia didendangkan hingga hari ini. Itu semua semata-mata dirayakan dengan dan melalui bahasa Indonesia sebagai alat percakapan estetik. Dua dekade sebelumnya, pada 1908, pemerintah Hindia Belanda membentuk Commissie voor de 20 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

ISTIMEWA

Indlandsche School Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi). Momen itu secara tak langsung mendorong bahasa Melayu. Cikal-bakal bahasa Indonesia mulai berkembang. Di belakang layar, G.A.J. Hazeu, menyusun strategi bersama enam orang anggotanya. Misi mayor mereka tiada lain memilih karangan untuk dipakai sebagai bahan pembelajaran dan bacaan di sekolah.

KONGRES BAHASA INDONESIA KE 6 DI JAKARTA

Sekilas upaya Hazeu dalam peningkatan literasi pribumi tampak mulia. Tak dinyana bila masyarakat pribumi banyak yang melek huruf. Kendati demikian, misi utama

Cikal-bakal bahasa Indonesia mulai berkembang. Di belakang layar, G.A.J. Hazeu, menyusun strategi bersama enam orang anggotanya.

Prediksi Hazeu kurang tepat. Sembilan tahun setelahnya, komisi itu diubah menjadi Balai Pustaka dengan D.A. Ringkes sebagai pimpinan. Intelektual dan pujangga pribumi memanfaatkan itu untuk mengembangkan proses kreatifnya. Semula buku-buku dipenuhi penulis Belanda, namun setelah tahun 1917, bermunculan penulis muda dari Jawa, Sumatera, Madura, dan daerahdaerah lain yang turut memperkaya karya fiksi maupun pengetahuan umum. Pada 1920 novel Azab dan Sengsara karya Marah Rusli mendapat tempat di dunia pendidikan. Ia didedah dan diteladani sebagai novel modern perdana dalam bahasa Indonesia. Setelahnya, muncul nama-nama penulis masyhur seperti Abdul Muis, Sutan Takdir Alisjahbana, Pramoedya Ananta Toer, Nur Sutan Iskandar, dan lain sebagainya. *** Gayung bersambut perkembangan bahasa Indonesia setelah Sumpah Pemuda diselenggarakan pada 2528 Juni 1938. Bertempat di Solo, Jawa Tengah, kongres pertama itu dicetuskan wartawan Soeara Oemoem Soerabaja, R.M. Soedardjo Tjokrosisworo. “Kala itu Soedardjo rajin menciptakan istilah-istilah baru dalam bahasa Indonesia, karena dia tidak puas dengan pemakaian bahasa dalam surat-surat kabar buatan orang Tionghoa,” tulis Ariefyanto, dilansir dari republika. co.id.


Laporan Utama

ARIFISTIMEWA / HUMAS

Diketuai Poerbatjaraka, abdi dalem kesayangan Pakubuwana X, 500 orang hadir pada acara besar itu. H.B. Perdi, K.I. Hajar Dewantara, Sanoesi Pane, Amir Syarifudin, dan M. Yamin juga tak absen sebagai perwakilan intelektual sekaligus aktivis politik pejuang kemerdekaan. Pada malam pembukaannya, pembesar dari kere­ sidenan pelbagai daerah juga hadir. “Bahkan, Pers Tionghoa, Java Institute, Sultan Yogyakarta, Mangkunegara, Sunan Solo, maupun Paku Alam juga ada di sana,” tulis M. Irwan, wartawan Republika. Tak ada perubahan signifikan pada kongres perdana itu, kecuali kesepakatan supaya ejaan bahasa Indonesia diharapkan lebih banyak diinternasionalkan. Tentu yang dimaksudkan ialah Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan bahasa Melayu berhuruf Latin itu ditetapkan pada 1901 dengan bantuan M. Taib Soetan Ibrahim dan Engku Nawawi.

KONGRES SUMPAH PEMUDA 1928

Perubahan ejaan baru terjadi sembilan tahun setelahnya. Pada 1947, dua tahun setelah proklamasi, Mendikbud Soewandi menetapkan Ejaan Republik. Perubahan itu ditandai dengan ditekennya surat keputusan tanggal 19 Maret 1947 No. 264/Bhg. Menurut penggawa pendidikan lulusan Rechtschoogeschool te Batavia itu perubahan ejaan di masa kepemimpinannya disambut baik masyarakat.

Tak ada perubahan signifikan pada kongres perdana itu, kecuali kesepakatan supaya ejaan bahasa Indonesia diharapkan lebih banyak diinternasionalkan.

Ejaan Republik mengganti huruf oe menjadi u, seperti bangoen menjadi bangun. Sedangkan secara fonologis, bunyi glotal (hamzah) yang sebelumnya ditulis apostrof (‘) diganti dengan (k), sebagaimana penulisan rakyat, maklum, pak, dan tak. Penulisan kata ulang juga boleh ditulis dengan angka 2: ber-main2, putar2, maupun ke-barat2-an. Selain itu, awalan (di-) dan kata depan (di) dianggap sama sehingga boleh ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Seperti kata depan dirumah, disekolah, diladang yang tak dibedakan dengan imbuhan (di-) pada dikasih, dimakan, atau dijual. Nasib bahasa Indonesia kian meroket. Sedangkan di Malaysia, bahasa Melayu makin terdesak bahasa Mandarin dan Hindi. Karena itu, relasi bilateral antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu membuka angin baru pada 1959. Keduanya sepakat menyamakan ejaan bahasa P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 21


Laporan Utama

ISTIMEWA

Indonesia dan Melayu. Melalui sidang di penghujung tahun, Slamet Muljana dan Syed Nasir bin Ismail mengenalkan Ejaan Melindo. Namun, ia tak bertahan lama karena perkembangan politik kedua negara kala itu sedang tak kondusif. Penjaga gawang bahasa Indonesia pun berubah tiga kali. Pertama, ia dikenal sebagai Lembaga Bahasa dan Kesusastraan. Kedua, pada 1968, berubah menjadi Lembaga Bahasa Nasional. Ketiga, berubah bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di tahun 1975. Perubahan itu diiringi rancangan perubahan ejaan di masa Orde Baru. Pada momen Seminar Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Puncak Bogor pada 1972, Ida Bagus Mantra dan Lukman Ali ditetapkan sebagai panitia. Seminar itu sebagai pijakan baru perubahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 di tahun 22 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

yang sama. Produk kebijakan tersebut ialah buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan ini bertahan cukup lama, bahkan sampai Soeharto turun jabatan pada 1998. Perubahan yang kentara pascapemberlakuan ejaan itu antara lain penggunaan tj, dj, j, nj,sj, ch menjadi c, j, y, ny, sy, kh. Setelahnya tak ada lagi kata tjinta,

Seminar Bahasa Indonesia di Puncak Bogor, menandai pijakan baru perubahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 di tahun 1972.

djangkar, sajang, njaman, sjahdan, achlak untuk menyebut cinta, jangkar, sayang, nyaman, syahdan, akhlak. Sementara kata depan (di) yang berfungsi menandai tempat ditulis terpisah: di rumah, di sawah, di sebelah, di Sleman. Demikian pula sebaliknya, jika (di-) sebagai awalan, maka disambung dan difungsikan untuk membentuk kata kerja pasif: dibuat, disuap, disambung, dibeli, ditampar. Selama 43 tahun EYD diperkenalkan melalui pelajaran Bahasa Indonesia di semua jenjang sekolah. Sampai pada Kabinet Kerja di bawah komando Jokowi, Anies Baswedan, Mendikbud, menetapkan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) sebagai pengganti EYD. Pada EBI, huruf vokal diftong ei seperti kata survei dan geiser ditambahkan untuk melengkapi ai, au, oi yang telah ada di EYD. Penggunaan huruf kapital dan huruf tebal juga menjadi pembeda EBI. 


Laporan Utama

Putra-Putri UNY di Kursi Pelatih, Wasit, dan Volunteer Asian Games

Kado milad Sutrisna ke-59 sungguh membanggakan. UNY diumumkan masuk peringkat lima PIMNAS. Prestasi ini naik lima tingkat dari rangking sepuluh pada 2017. Tahun depan ditargetkan tiga besar Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

B

erdasarkan data yang berhasil dihimpun Humas Fakultas Ilmu Keolahragaan, Sebanyak 17 mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berlaga di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September 2018. Mereka mewakili berbagai cabang olahraga (cabor) yang meliputi atletik, bola voli pantai, panahan, rugby, kurash, dan sepakbola. Dari 17 atlit tersebut, Rugby menjadi dominasi cabang olahraga yang diperkuat atlit UNY. Total, ada tujuh atlit. Dengan masing-masing empat anak untuk Rugby Putra, serta tiga lainnya untuk cabang olahraga Rugby Putri. Mereka yang memperkuat Timnas Rugby Putra adalah Handika H. W., Yusuf Satri Nugroho, Dionysius Oktavian dan M. Danial Al Fikri, sedangkan tiga atlit FIK UNY lainnya, Tri Sukma Nugraeni, Dian Wahyu Saputri, dan Fevi Susanti, menjadi punggawa Timnas Rugby Putri. Sedangkan beberapa atlit FIK UNY yang memperkuat Timnas Indonesia pada cabang-cabang olahraga lain, diantaranya adalah Bayu Prasetyo (atletik), Aprilianda Adi Timur (kurash), Liontin Evangelina (balap sepeda),Vera Lestari (sepakbola putri),), Gilang Ramadhan dan Yokabed Purarie Eka (bola voli pantai), Prima Wisnu Wardhana dan Okka Bagus Subekti (panahan), serta Septian David Maulana dan Putu Gede Juni A. (sepakbola putra).

TRIBUN JOGJA

PRIMA WISNU WARDHANA, ATLET PANAHAN UNY PERAIH EMAS DI SEA GAMES 2017

Namun di balik hiruk pikuk tersebut, jejak UNY tak hanya tersebar di jagat helatan kompetisi olahraga terbesar di Asia tersebut dalam bentuk peluh keringat di tengah lapangan hijau. Pada tepi-tepi lapangan, juga ada putra-putri UNY dengan cucuran

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Humas Fakultas Ilmu Keolahragaan, Sebanyak 17 mahasiswa

tenaga yang sama hebatnya dengan para atlit. Merekalah, pelatih, wasit, dan volunteer kebanggaan Asian Games yang juga datang jauh-jauh dari Karangmalang. Berdasarkan catatan sementara Pewara DInamika UNY, ada satu Kepala Pelatih TImnas Asian Games yang berasal dari UNY: Caly Setiawan, Ph.D. Beliau merupakan dosen aktif di FIK UNY. Ada juga seorang wasit, atas nama Jantan Pangestu Insani dengan posisi resminya sebagai Assistant Director of Shoot Asian Games. Yang satu ini, adalah mahasiswa aktif Ilmu Keolahragaan angkatan 2017. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 23


Laporan Utama

ANTARA FOTO

Sedangkan di bidang kerelawanan (volunteer), ada dua punggawa: Duaji Rahardyan Nursantiko (Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keolahragaan UNY angkatan 2017), dan Anggie Marthalian (Mahasiswa Pendidikan Olahraga/PJKR UNY angkatan 2016). Semua diantara mereka tak segan mengobarkan jiwa dan raga. Bersama para atlit, untuk Indonesia! Dilandasi dari Semangat Perjuangan Turut terlibat di kompetisi olahraga terbesar Asia tersebut, menurut Anggie, datang dari keinginan untuk memberi uluran tangan. Sebagai pemudi, ia punya energi dan kemampuan untuk membantu sesama. Menjadi relawan Asian Games agar mampu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat sekitar dan dunia, kemudian jadi pilihannya. Disana, Anggie mengaku bahwa ia bertemu dengan sesama relawan yang tak kalah hebatnya. Melalui keberagaman budaya, pandangan, dan cara berpikir, anak-anak muda yang dijumpainya mengabdi kepada negara melalui keahliannya 24 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

masing-masing. Berjuang untuk mempresentasikan Indonesia ke mata dunia. “Dan itu membuat saya sangat bersyukur. Dipertemukan banyak orang, dan diberi kehormatan oleh negara untuk melaksanakan salah satu tugas negara,” kenang Anggie, yang diungkapkan senada pula oleh Duaji.

TALCHAH HAMID ATLET KURASH INDONESIA APRILIANDA ADI TIMUR (ATAS) SAAT BERTANDING PADA BABAK 32 BESAR PUTRA 66KG ASIAN GAMES 2018.

Dengan semangat tersebut, para volunteer kemudian memperoleh pelatihan dan penugasan untuk mensukseskan pesta olahraga terbesar se-Asia ini, melalui desk

Berangkat dari keinginan memberikan uluran tangan, Anggie menjadi relawan Asian Games agar mampu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat sekitar dan dunia.

pekerjaan yang ada. Duaji misalnya, ditempatkan sebagai petugas Venue and Environment di Theature Garuda TMMI Jakarta. Sedangkan Anggie, ditempatkan sebagai petugas Departemen Ticketing di Komplek Jakabaring Palembang. Jantan yang ditugaskan dalam tim official dan wasit sebagai Assistant Director of Shoot, juga menunaikan amanah yang diembannya dengan semangat yang sama. Ia diberikan amanah tersebut karena memiliki lisensi wasit/kepelatihan dan telah aktif dalam kegiatan kepanitiaan kompetisi panah. Sehingga saat menjadi wasit, sebagai official ia selalu berupaya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas dan kebaikan. “Profesionalitas tersebut menurut saya akan berkontribusi untuk menjaga nama baik Indonesia,” kenang Jantan. Menularkan Energi Asia Dari semangat tersebut, Caly sebagai dosen UNY yang bertugas sebagai kepala pelatih Timnas Panjat Tebing Indonesia di Asian Games memiliki


Laporan Utama

DOK. PRIBADI

ambisi untuk menularkan energi Asia kepada lebih banyak orang. Salah satu cara yang dilakukan, adalah memastikan tim panjat tebing Indonesia bisa mengikuti kompetisi dengan baik. Timnas Panjat Tebing putri Indonesia misalnya, atas bimbingan Caly dan kerja keras bersama seluruh tim sukses mempersembahkan medali emas di nomor beregu speed relay Asian Games 2018 di Sport Climbing, Jakabaring Sport City, Palembang. Saat penyerahan medali pasca final panjat tebing dilangsungkan pada Senin (27/8/2018) malam, Lestari pun membuka rahasia kesuksesan dirinya juga rekanrekannya. “Kami sangat senang karena diberi kelancaran ketika memanjat. Kami selalu berdoa agar diberi ketenangan. Itu yang selalu kami lakukan bersama tim sebelum tanding. Kemenangan ini untuk Indonesia,” kata Puji usai penyerahan medali. Fenomena ini yang disebut Caly sebagai salah satu semangat energi

MAHASIWA UNY TURUT BERKECIMPUNG SEBAGAI VOLUNTEER DALAM ASIAN GAMES2018

Asia yang ingin ditularkan oleh Caly dan tim Panjat Tebing. Tentang bukti bahwa dengan kerja keras semua bisa memperoleh kesuksesan. “Mereka kan on fire, maka sejatinya Indonesia dan semua diantara kita bisa mencapai apapun kalau kita bekerja keras,” tukas Caly. Secara keseluruhan Caly juga menyebut anak didiknya sekarang sudah berada di level elite dunia setelah meraih prestasi pada Asian Games 2018. Panjat tebing berhasil menyumbang tiga medali emas, dua perak, dan satu perunggu pada Asian

Caly juga menyebut anak didiknya sekarang sudah berada di level elite dunia setelah meraih prestasi pada Asian Games 2018. Panjat tebing berhasil menyumbang 3 emas, 2 perak, 1 perunggu.

Games 2018. Torehan ini sudah melebihi target Federasi Panjat Tebing Indonesia yang membidik dua emas. Caly menjelaskan bahwa para atlet panjat tebing yang sudah bergabung dalam pelatnas Asian Games 2018, sudah masuk dalam level elite. Dengan menjadi atlit dan tim yang diperhitungkan di dunia, semangat yang ingin diusung Caly adalah meningkatkan status dan repurtasi Indonesia di mata dunia. Selain itu, status sebagai elit juga menimbulkan kewajiban besar bagi Indonesia untuk mempertahankan. Caranya, semua pihak harus berkolaborasi agar tingkat performa konsisten. “Tidak bisa kendor, harus terus, termasuk salah satunya mengikuti kompetisi internasional dan ini harus didukung oleh banyak elemen, baik negara maupun sektor swasta. Selanjutnya, kami akan todong pemerintah karena proses pembinaan kami tidak bisa berhenti sampai di sini,” ujar Caly.  P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 25


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Joko Driyono

Berani Bermimpi, Berani Berprestasi Keberanian bermimpi menjadi pijakan kokoh atas pencapaian gemilang. Guna merengkuh prestasi, semangat mahasiswa masa kini harus sama hebatnya dengan para pendiri bangsa saat mendeklarasikan sumpah pemuda.

BOSUWEB.COM

Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Joko Driyono di sela-sela Studium General Dies Natalis FIK UNY da­ lam kapasitasnya sebagai Vice President Per­ satuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), merefleksikan pengalamannya memayungi talenta-talenta atlit muda. Pengalaman terse­ but dibedah untuk menunjukkan bahwa ma­ hasiswa punya potensi guna berprestasi ba­ gi bangsanya. Dengan meneladani sumpah pemuda, mahasiswa diharapkan berani ber­ mimpi dan punya semangat juang tinggi. Bagaimana mahasiswa selayaknya memaknai peringatan dan sumpah pemuda? Peringatan hari besar, hakikatnya tak han­ ya memperingati fenomena dan lintasan se­ jarahnya. Tapi juga semangat yang ada di da­ lam peringatan tersebut. Bagi saya, sumpah pemuda menunjukkan bahwa selama ada 26 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

kemauan, bangsa ini bisa melakukan yang tak terduga. Dengan semangat untuk bersa­ tu dan berjuang, bangsa ini bisa mendobrak penjajah. Impossible we did! (Dengan semangat, In­ donesia bisa melakukan hal yang mustahil: merdeka). And shall within the same courage, impossible we do! (Dan dengan semangat yang sama, kita akan bisa untuk kembali melaku­ kan hal yang mustahil Apa hal-hal "impossible" yang harus dikejar Indonesia saat ini? Apapun. Bahkan yang tidak terbayangkan sebelumnya, termasuk di bidang olahraga. Prestasi dalam Asian Games misalnya, baik Asian Games ataupun Asian Para Games yang mana Indonesia berhasil mendudu­ ki peringkat ke lima. Semangat kita untuk

sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi, membawa kita pada prestasi tersebut. Barangkali kalau Asian Games kita sesukses ini, lengkap dengan Tim Nasional Sepakbo­ la juara, orang-orang malah bisa lupa tahun 2019 akan ada pemilu atau tidak. Terkait dengan sepakbola misalnya, pada kesempatan terpisah, beberapa kali presi­ den menyampaikan atensinya pada sepak­ bola. Yang kita di PSSI menangkapnya, bah­ wa Presiden meyakini jika sepakbola dan khususnya timnas ini menangan (selalu menang), sebenarnya separuh masalah ne­ geri ini selesai. Rakyat akan bahagia dan se­ mua warga negara hidup damai dan rukun. Nah untuk menyukseskan prestasi sepak­ bola tersebut, maka urusan untuk menyuk­


Laporan Utama seskannya tak sekedar seputar olahraga. Ada generasi muda yang harus disiapkan dan di­ hantarkan, sehingga terbukti telah berha­sil menjuarai AFF U-16 kemarin dan menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Harus ada penataan dan persiapan atas pera­ turan, wasit, dan pelatih, agar pertandingan harus berkualitas. Guna menjamin tingkat persaingan dalam pertandingan, ia kemu­ dian harus dikembangkan menjadi kompe­ tisi. Kompetisi lokal, regional, hingga global. Penataan ini tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin selama kita memili­ ki bahwa menuntaskan problematika sepak­ bola, adalah visi bersama dan pekerjaan ber­ sama. Dengan kerjasama UNY dan PSSI yang begitu baik, saya punya keyakinan bahwa sepakbola kampus dan ada dalam pesawat yang sama, take off bersama, landing bersa­

Tapi sepakbola bisa membahagiakan, keti­ ka ia didefinisikan dalam berbagai dimensi. Meningkatkan disiplin, respect, fair play, itu esensi sepakbola. Tidak sekedar aspek score. Dan ini butuh keturutsertaan segenap ma­ syarakat Indonesia, tak terkecuali mahasis­ wa dan muda-muda yang selayaknya melek terkait prinsip ini. Menelaah bagaimana caranya menang, ju­ ga punya pergulatannya tersendiri. Deter­ minan untuk menang menjadi sangat kom­ pleks, sehingga muncullah ilmu baru yang disebut Sport Science. Mengkuantifikasikan sepakbola serta analisisnya, sehingga mem­ buat cabang olahraga ini menjadi le­bih ter­ ukur, terintegrasi, dan tujuan akhirnya: ter­ prediksi. Betapa pentingnya sport science dengan segmen luas yang meluiputinya. Pada program sport science itu, dirumuskan

sa berkontribusi dimanapun ada permasala­ han. Dimanapun bangsa membutuhkan Cara mahasiswa untuk berkontribusi? Pelatih terkenal Eropa Pep Guardiola per­ nah bilang kala masih menukangi Barcelo­ na: mind control all. Olahraga sepakbola, ser­ ta masalah-masalah dalam kehidupan, telah membuktikan kerja tim sebagai solusinya. Artinya, kemampuan individu walaupun penting, tidaklah segalanya. Intelegensia adalah faktor yang membentuk diri. Membentuk tindakan dan aktivitas fisik yang disokong dengan kemampuan fisik kita. Sehingga walaupun kemampuan fisik kita tak sehebat Ronaldo misalnya, dengan ker­ ja tim yang baik, maka ia akan menjadi hal baik. Menjadi hal yang optimal. Karena mind is a good thing.

RUANGPERIKSADOKTER.BLOGSPOT.COM

ma, untuk komitmen indonesia lebih baik. Apakah mahasiswa bisa ikut kontribusi untuk menuntaskan masalah bangsa? Pasti bisa. Dalam bidang sepakbola sebagai pengalaman dan ekspertis yang sedang saya tekuni dan mungkin jadi pembelajaran un­ tuk rekan-rekan mahasiswa, ruang untuk kontribusinya saja begitu luas. Sepakbola selama ini, esensi serta penukaran keterampilannya dilakukan melalui kompe­ tisi. Maknanya secara umum dianggap seba­ gai keberhasilan lawan. Tetapi dalam kon­ teks sosiologis dan budaya, menerjemahkan mengalahkan lawan tidak hanya mengejar satu kemenangan dalam satu pertandingan. Sepakbola bisa jadi penderitaan, karena ke­ tika satu tim angkat tropi, yang lainnya menangisi.

tentang program latihan, program gizi, serta analisa statistik yang sangat spesifik. Misal­ nya, bagaimana sepakbola harus menjaring membuat network sedemian rupa 11 orang punya intelegensia seragam dan mencapai goal sama. Tidak cukup punya kondisi fisik strong, ta­ pi intelegensi yang 90% pekerjaanya tidak bersentuhan dengan bola. Untuk berlari, berpikir, bocking space, antisipatsi, dll. Ma­ hasiswa dengan ilmu sport sciencenya, bisa tackle isu ini. Atau bahkan jadi atlitnya. Ini baru bidang sepakbola, belum bidang lain. Selalu ada ruang untuk kontribusi. Leb­ ih lagi karena mahasiswa punya pemikiran yang luas. Kemampuan fisiknya di usia yang masih muda, juga tak diragukan. Oleh kare­ na itu, mahasiswa bisa versatile (lincah). Bi­

Inilah yang harus diingat betul oleh mahasis­ wa kita dalam berkontribusi. Tidak boleh se­ kedar menggantungkan pada ego dan kemam­ puan individu. Masalah bangsa terlalu besar untuk diselesaikan seorang diri. Jadilah diri, dan jadikan kemampuan intelegensiamu un­ tuk menggerakkan bangsa ini bersama ke arah yang lebih baik. Untuk menggerakkan tersebut, kembali pada apa yang saya tekankan di awal, hati kita har­ us tergerak lebih dahulu. Without dreams, you have no wings. Ini quote dari Pep Guardiola (Pelatih Manches­ ter City). Semangat untuk bermimpi, dan beru­ saha dengan segala asa untuk menggapainya. Inilah kontribusi yang paripurna. Di bidang apapun, selama dengan kesungguhan hati. Dan inilah, semangat sumpah pemuda!  P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 27


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS DENI HARDIANTO, M.Pd.

Bergerak Demi UNY Sebagai Presiden BEM UNY 2004, Deni bisa demo hingga tiga kali seminggu. Mengawal isu Pemilu hingga kenaikan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Belasan tahun berselang, kini ia mengawal Jurusan Teknologi Pendidikan UNY. Menggapai asa World Class University, dengan semangat pemuda yang sama hebatnya.

Kepada Pewara Dinamika di ruangannya, Deni bercerita tentang bagaimana seman­ gat sumpah pemuda hadir di kala ia mem­ impin BEM. Serta bagaimana semangat itu harus tercermin dalam diri mahasiswa dan seluruh civitas UNY masa kini, dalam me­ nyampaikan aspirasi dan mendukung UNY menjadi World Class University.

si juga sudah berubah. Tidak lagi sporadis, dan kita sudah mengenal mana yang isu lokal dan mana yang isu nasional. Ini terkait lagi dengan begitu padatnya tahun 2004, dan be­ gitu banyaknya isu yang membutuhkan pe­ nga­walan mahasiswa di tahun tersebut. Ka­ lau saya hitung-hitung, demo itu seminggu bahkan bisa tiga kali.

Bagaimana suasana dan semangat politik kampus saat Pak Deni menjadi Presiden BEM di Tahun 2004? 2004 itu tahun yang sangat padat. Namun suasana dan semangat politik tetap terpupuk sangat konstruktif, karena banyak dari kita yang terlibat aktivisme itu sudah terpu­puk sejak lama. Prinsipnya mengalir saja, dan maksimal sesuai porsinya.

Strategi dan tenaga kita atur dan alokasikan dengan baik, agar kita bisa menyalurkan se­ maksimal mungkin pada isu-isu strategis yang ada.

Dalam kasus saya hingga akhirnya diberi amanah sebagai Ketua BEM, sejak saya men­ jadi mahasiswa UNY di tahun 2000 memang saya sudah aktif terlibat dalam kepanitiaan mahasiswa. Ikut saja waktu itu, mulai dari Seksi Dokumentasi yang bertugas memotret kegiatan OSPEK Fakultas, maju sebagai Ket­ ua BEM Fakultas di tahun 2002, hingga men­ calonkan diri dan terpilih sebagai Presiden Mahasiswa di tahun 2004. Hikmah dari kegiatan aktivisme yang men­ galir itu, membuat banyak diantara kita se­ lalu berpikir dingin namun tetap tajam da­ lam menanggapi fenomena. Apa kondisi yang membentuk iklim pergerakan mahasiswa di tahun tersebut? 2004 itu belum terlalu jauh dari 1998. Ja­ di iklim pergerakan mahasiswa di kampus masih dipengaruhi masa-masa itu. Merintis, atraktif, dan demonstratif. Namun bedanya, saat itu konteks demonstra­ 28 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

Apa saja isu yang menjadi sorotan BEM di Tahun 2004? Banyak isu. Namun ada dua isu sorotan, satu isu nasional dan satu isu lokal. Di nasional, isu tersebut adalah terkait Pemilihan Umum. Suasana saat itu cukup dinamis karena un­ tuk pertama kalinya, Indonesia menggelar Pemilihan Presiden secara langsung. Calon­ nya bukan cuma dua orang seperti saat ini, ada lima! Sedangkan di skala lokal, kami sebagai ma­ hasiswa UNY ada isu Bantuan Operasional Pendidikan (BOP). Prof Suyanto selaku rek­ tor pada saat itu memiliki kebijakan untuk meningkatkan biaya yang jadi kewajiban ma­ hasiswa untuk dibayar setiap tahunnya. Bagaimana cara BEM di saat itu dalam menyoroti isu-isu? Kita menyampaikan ide dan gagasan. Lewat komunikasi, beropini, dan banyak medium lainnya. Itu selalu menjadi poin utama, aksi dan demonstrasi adalah fasilitas last resort. Pilihan paling terakhir, dan kadang memang menjadi gebyarnya. Misal dalam menyoroti isu BOP, kami sempat berkirim surat dengan Prof Suyanto tentang

mengapa kita menolak kenaikan BOP. Semua ini dalam konteks kita belajar. Ketika saya turun aksi diluar ya itu bagian dari belajar berdemokrasi. Kita sampaikan ide, gagasan dari perspektif mahasiswa. Keti­ ka aksi pun tidak serta merta eksporadis. Keti­ ka belum ini juga baru kita aksi. Tidak ada niat sama sekali. Kita sampaikan ide gagasan kita. Lalu bagaimana perbandingan suasana akti­ vis­me kampus tahun 2004 dengan masa kini? Era dan zamannya beda, dan medium saat ini juga bermacam-macam untuk menyebar­kan gagasan. Saya terkadang gemas dengan ma­ hasiswa hari ini. Mestinya mahasiswa de­ ngan adanya isu-isu nasional, bisa membe­ rikan ide, pemikiran, dan perspektifnya yang original. Jangan sekedar ikut penda­ pat mainstream. Caranya? Saya kira seharusnya mahasiswa sekarang punya langkah gerak sendiri. Asal bisa terus berkontribusi kepada mahasiswa sekarang, sebagai pihak yang diwakilinya. Kontribusi dalam artian bisa dalam bentuk tenaga, pik­ iran, gagasan, dan ide. Kontribusi dengan caraberikan apa yang terbaik. Bukan dalam kerangkanya itu kerangka memba­ngun. Ke­ rangka yang konstruktif. Kita mengkritisi dari sisi apapun boleh, tapi dalam perspek­ tif yang membangun. Ambil contoh saja, harga BBM naik. Isu ini kan sudah ada sejak zaman saya berkuliah. Wong pada tahun 2005, kenaikan terbesar BBM itu terjadi pas masa itu karena langsung naik dari awalnya 2.000an menjadi 4.500. Hampir 100%. Tapi hingga saat ini, harga BBM naik, kok pe­ mikiran mahasiswa idenya itu-itu saja. Ke­


Laporan Utama naikan BBM menyulitkan rakyat kecil. Apa­ kah tidak bisa kita kaji konteks lain, misalnya bagaimana kenaikan BBM dan pengurangan subsidi itu bisa berperan pada pembangunan infrastuktur? Atau bagaimana ekonomi bi­ sa menggeliat di perbatasan karena adanya BBM satu harga. Satu stance unik yang bisa diambil BEM, ha­ rusnya bisa menyerap aspirasi mahasiswa. Misal bila harga BBM naik, seberapa besar sih hal tersebut mengubah daya beli maha­ siswa. Misal dengan harga BBM Premium seliter 6.000 saat ini, mahasiswa dengan uang saku 600 ribu sebulan bisa beli 10 li­ter ben­ sin dan 50 porsi ayam geprek Bu Rum @10 ribuan. Jika harga BBM Premium naik menjadi 7.000, maka mahasiswa hanya bisa beli 8 liter, dan 40 porsi ayam geprek Bu Rum karena harg­ anya bisa jadi naik sekitar 12 ribu. BBM naik membuat harga ayam naik, harga beras naik, dan akhirnya menurunkan daya beli maha­ siswa. Saya tidak tahu apakah ide dan gagasan semacam ini, sudah ada atau belum. Mung­ kin saya yang kurang membaca dan menyak­ sikan, atau memang hal tersebut tidak terek­ spos di media. Jika sudah ada, hal ini harus terus ditingkatkan. Pesan dan gagasan tero­ bosan dari mahasiswa, untuk bangsa. Dalam posisi bapak sebagai Sekretaris Jurusan saat ini, bagaimana strategi menerapkan semangat serupa seperti saat menjadi Presiden Mahasiswa? UNY punya asa untuk menggapai kuali­ tas World Class University. Sebagai bagi­ an dari akademisi universitas saat ini, kita semua memang harus terus berpadu dan be­ rinovasi. Mahasiswa juga dapat terlibat me­ lalui penyampaian aspirasi dan mendukung pengembangan UNY. Caranya bagi seluruh civitas, termasuk ma­ hasiswa, spirit sumpah pemuda harus ada dan kita maknai. Sumpah pemuda punya filo­ sofi menjadikan kita satu, sehingga hal yang kontraproduktif seperti memecah belah le­ wat SARA dan sikap anti pancasila, harus ki­ ta hindari sebagai civitas. Ini untuk mengem­ bangkan kapasitas akademik dan citra UNY. Ketika Jong Java, Jong Sumatera, dan banyak muda-mudi daerah berkumpul dalam sump­ ah semuda, mereka berkumpul dengan spi­rit awal yang berbeda-beda. Namun semangat yang sama, untuk bersatu dan memerdeka­ kan Indonesia. UNY dalam pandangan saya punya sema­ ngat itu. Spirit dan latar belakang tiap ma­ hasiswanya bisa jadi beragam, tapi berkum­ pul jadi satu disini untuk menjadi pendidik yang mencerdaskan bangsa. Di UNY, kita bi­ sa berbeda-beda tapi berkumpul dan punya satu harapan dan tujuan: untuk membangun bangsa lewat pendidikan.

KALAM / PEWARA

P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 29


Laporan Utama

Yang Tak Terkuak Sumpah Pemuda, Tenggelamnya Surat-Menyurat Tak ada lagi orang berkirim surat melalui pos. Amplop dan prangko kini lebih digandrungi untuk dikoleksi atau dimuseumkan. Hampir lima abad jagat perposan mengalami gelombang zaman yang berliku

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

M

ariadi menyisir rambutnya yang telah memutih itu ke belakang. Minyak rambut yang mengilapkan rambutnya itu membuat ia semakin percaya diri. Ia jamak dikenal khalayak dengan sebutan Pak Pos. Tiga dekade Mariadi tempuh untuk mengabdi mengantarkan surat. Puncak kariernya sebagai penyaji informasi tinggal kenangan. Kini ia hanya kerap mengantarkan surat tagihan dari rumah ke rumah. Asosiasi masyarakat terhadap tukang pos di abad daring tak lagi sama dibanding puluhan tahun lalu: bukan lagi dinanti tapi dihindari. Bapak dua anak kelahiran Malang tahun 1955 itu mengenang masa kejayaan pos di awal 80-an. “Dulu pemuda-pemudi masih sering ke kantor pos untuk mengantarkan surat,” tuturnya. Mariadi tak heran bila kala itu kantor pos selalu ramai pengunjung, terutama para pelajar maupun mahasiswa. Sebab surat pribadilah yang paling banyak diterima kantor pos. “Mungkin karena pemuda-pemudi di masa itu menulis surat untuk pacarnya yang jauh,” ungkapnya. Saat Mariadi mengantarkan surat, bahkan ia baru membuka gerbang rumah, pemilik rumah sontak gayung bersambut secara girang. Ia mengamini kalau di masa lalu 30 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

kehadiran Pak Pos sedemikian berarti. “Karena si penerima akan memperoleh pesan dari orang lain. Entah dari keluarga, teman, atau kepentingan korporasi,” tuturnya. Interaksi antara Pak Pos dan penerima surat acap kali berlanjut pada obrolan lain. “Saya dulu sering mendapatkan minum atau uang buat beli rokok, Mas.” Masuk tahun 2000, alih-alih Mariadi mendapatkan atensi hangat, malahan ia sering diacuhkan. “Walah, Pak, surat tagihan aja diantarkan,” tiru Mariadi kepada reporter Pewara Dinamika. Tak pelak jika surat dari kantor pos dikonotasikan sebagai perpanjangan penagih utang atau pensiunan. Widiatmojo, 47 tahun, membenarkan hal tersebut. Dari dua puluh surat yang diantarkan, dua di antaranya adalah surat tagihan. Akibatnya ia juga kerap menerima sikap kurang bersahabat dari pemilik rumah. “Kalau dulu saya sering mendapatkan ucapan terima kasih. Walaupun itu cuma ucapan

Masuk tahun 2000, alih-alih Mariadi mendapatkan atensi hangat, malahan ia sering diacuhkan. “Walah, Pak, surat tagihan aja diantarkan.”

terima kasih, saya sudah senang,” katanya, seperti dikutip Kompas.com. Masa-masa itu membuat ia sebagai tukang pos merasa puas karena telah menyampaikan amanah dengan baik. *** Meredupnya Pos Indonesia sebagai pengantar informasi marayakat ditandai oleh kemunculan surel (surat elektronik) di awal 90an. Apalagi, sepuluh tahun setelahnya, popularitas telepon genggam menarik individu untuk menggunakannya sebagai alat komunikasi primer. Kedua alat komunikasi modern itulah yang kini digandrungi masyarakat. Di samping menawarkan kecepatan pengiriman informasi dalam hitungan detik, ia juga terjangkau secara finansial. Di sini berlaku hukum efektivitas penggunaan yang memudahkan. Faka, mahasiswa semester akhir asal Sumbawa, mengungkapkan kelebihan penggunaan surel. “Sekarang apa-apa harus menggunakan e-mail, terutama urusan tugas kuliah. Dosen-dosen juga mengharuskan mahasiswanya mengumpulkan tugas melalui e-mail,” ungkapnya. Kendati demikian, Faka juga masih sering mengirimkan atau menerima barang melalui kantor pos. Orang tuanya di Sumbawa masih memercayakan kantor pos sebagai tempat pengiriman barang. “Kantor pos itu bisa dipercaya untuk mengirim apa pun,” jelasnya. Kuantitas pengguna internet dari


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

REKTORAT UNY TAMPAK LENGANG

ARSIP NASIONAL.COM

tahun ke tahun semakin fantastis. Dilansir dari US Census Bureau InternetWorldStats, pengguna internet di Indonesia mencapai 38.191.873. Angka tersebut senada dengan posisi Indonesia sebagai pengguna internet terbanyak di dunia. Tak heran kalau kantor pos semakin ditinggalkan sebagai penyampai informasi. Karena melalui internet penyampaian informasi seratus persen lebih cepat. Namun, pukulan zaman yang dihadapi kantor pos hari ini sejatinya merupakan pukulan yang kedua. Pukulan pertama terjadi tatkala sekutu Hindia-Belanda masih menduduki Nusantara. Pada masa itu Bumiputra maupun kolonial Belanda dikejutkan oleh telegraf dan telepon. Tahun 1809, Samuel Thomas von SĂśmmering, menemukan telegraf elektrik pertama kali. Dua puluh

PETUGAS KANTOR POS DAN TELEGRAM DI ERA KOLONIAL

delapan tahun berikutnya, Samuel F. B. Morse dan asistennya Alfred Vail, mematenkan telegraf di Amerika Serikat. Beberapa tahun setelahnya diikuti telepon yang dikembangkan Alexander Graham Bell pada 1877. Dua abad sebelumnya, pada 1602, jagat perposan di Nusantara yang diinisiasi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), telah lama eksis di antara para raja-raja maupun pegawai Belanda. Selama berpuluh-

Tak heran kalau kantor pos semakin ditinggalkan sebagai penyampai informasi. Karena melalui internet penyampaian informasi lebih cepat.

puluh tahun pos digunakan sebagai alat komunikasi antarkerajaan di Nusantara maupun dengan kerajaan Belanda. Menurut data dari Museum Pos Indonesia di Bandung, para raja di Nusantara dahulu sering berkirim surat menggunakan tinta emas. “British Council juga masih menyimpan rapi surat bertinta emas itu di London,� kata Yaya Satiya, petugas Museum Pos, seperti dilansir Kompas.com. Yang juga luput dari perhatian umum adalah momen Sumpah Pemuda niscaya menggunakan korespondensi. Surat-menyurat dihela untuk menggolkan kesepakatan. Entah bersepakat kapan dan di mana Sumpah Pemuda hendak diselenggarakan maupun siapa saja perwakilan yang akan diundang. Situasi itu mustahil terwujud tanpa bantuan pengantar surat. Pos mempertautkan mereka yang dipisahkan jarak. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 31


Laporan Utama

DOK. TIM GARUDA

Pada masa kerajaan Nusantara, pos masih diposisikan tinggi oleh raja. Ia sering kali menghubungkan dua kerajaan atau lebih dalam hal diplomasi. Zaman itu belum dikenal tukang pos sebagai pengirim surat karena proses pengiriman dilakukan para utusan kerajaan. Meski demikian, di tiap kota strategis seperti Bukittinggi, Medan, Batavia, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Banda Neira, Ende, maupun Surabaya, terdapat kantor pos sebagai tempat sirkulasi. Kantor tersebut digunakan sebagai tempat pengecekan apakah surat yang dikirimkan sudah sampai atau belum. “Surat dan paket pos diletakan di sana. Jadi, orang yang akan merasa menerima surat atau paket harus rajin mengecek di tempat itu.” Kemunculan telegraf dan telepon memukul eksistensi pos masa itu. Birokrasi kerajaan maupun kolonial Belanda berubah. Yang semula berbasis surat-menyurat, pada akhirnya diganti berbasis elektronik. Kantor gubernurmen langsung 32 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

merespons kebutuhan dengan memasang telegraf maupun telepon. Namun, kehadiran alat komunikasi elektronik tersebut tak semata-mata mendesak dunia perangko, amplop, dan secarik kertas berisi informasi hengkang dari Nusantara.

BIS SURAT YANG KIAN TERLUPAKAN

Menurut Kasijanto, sejarawan UI, surat-surat di zaman Belanda bersifat elitis. Menurutnya, kebanyakan surat pada masa itu didominasi oleh surat yang berkaitan dengan pemerintahan Belanda. “Jadi, surat-surat itu artinya hanya

Pos Indonesia sekarang ini melaku­kan gebrakan sesuai kebu­ tuhan masyarakat. Secara garis besar, Pos Indonesia membagi lingkup bisnisnya menjadi Jasa Keuangan dan Bisnis Surat Paket.

COMMONS.WIKIMEDIA.ORG

digunakan oleh orang-orang yang melek huruf saja,” tuturnya. Walau surat berkelindan dengan urusan administratif semata, distribusi pada masa itu terbilang sederhana karena memanfaatkan kuda sebagai alat transportasi. Tahun-tahun berikutnya sepeda, mobil, kapal laut, maupun pesawat pun digunakan. Semata-mata diharapkan agar surat dapat tersampaikan dengan cepat. Kalau dahulu harus menunggu berbulanbulan untuk menyampaikan surat, kini dengan bantuan alat transportasi modern, ia dapat disampaikan dengan hitungan hari. Meskipun ia tak bisa mengalahkan surel dalam urusan kecepatan. Pos Indonesia sekarang ini melaku­ kan gebrakan sesuai kebu­tuhan masyarakat. Secara garis besar, Pos Indonesia membagi lingkup bisnisnya menjadi dua, yakni Jasa Keuangan dan Bisnis Surat Paket. Itu semua dilakukan demi pengabdian kepada masyarakat Nusantara yang telah ditenun selama 270 tahun. 


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

DOK. FT

JUARA JOGJA FASHION WEEK SELAMA 11 TAHUN Yogyakarta, Sabtu (06/10/2018) – Tim Karnaval Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, selama 11 kali berturut-turut 2008 – 2018, meraih Juara I Lomba Carnival Road to Jogja Fashion Week dimana acara ini merupakan salah satu rangkaian acara Jogja International Batik Biennale 2018 yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Nasio­ nal Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada event ini Tim Karnaval FT UNY terdiri dari Karnaval FT UNY,

Plumeria, dan 7a+ (Seven A Plus). Sebanyak 25 kelompok karnaval dan 25 peserta lomba busana ser­ta riasan fantasi ikut serta dalam ajang ini.

dalam event ini antara lain Solo dengan empat tim, kemudian dari Magelang, Salatiga dan Banyuwangi masing-masing satu tim,” ujar Afif Ghurub.

Afif Ghurub Bestari, M.Pd., menuturkan bahwa perlombaan kali ini cukup ketat karena timnya harus bersaing dengan tim-tim lain yang terdiri dari 18 kelompok dari wilayah DIY dan tujuh kelompok dari luar DIY. “Beberapa kota yang mengirimkan perwakilannya

Karnaval ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Malioboro dan kantor Dinas Pariwisata Provinsi DIY sebagai titik start sedangkan finish point-nya di Alun-Alun Utara. Setelah memukau melalui karnaval, 10 tim kemudian dipilih sebagai nominasi juara, yang selanjutnya perform di atas

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

panggung Jogja International Batik Bienalle atau JIBB 2018. Tema kegiatan Jogja International Batik Bienalle atau JIBB 2018. Tema JIBB 2018 sendiri adalah “Innovation for Sustainable Future” yang memiliki arti inovasi untuk masa depan berkelanjutan. “Batik juga bisa diartikan suatu bunga yg harus selalu dijaga karena merupakan salah satu peninggalan atau warisan budaya bansga Indonesia,” lanjut Afif. Ghurub. HRYO P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 33


Berita

UNY REBUT PERAK DALAM AICAD EXHIBITION 2018

DOK. FMIPA

4TH INTERNATIONAL SEMINAR ON SCIENCE EDUCATION

DOK. FIP

Dua mahasiswi Program Studi Teknologi Pendidikan 2017 (Lismayasari Annisyah & Amiroh Alifatunnabila ) meraih Silver Medal dalam 2nd International Conference of Art and Design bidang Invention, Innovation, and Design di Langkawi, Malaysia. Kompetisi ini diadakan pada 3-6 Oktober oleh Malaysia Design Council. Art and Design Exhibition 2018 (AICAD EXHIBITION 2018) adalah pameran multi-disiplin bagi seniman dan perancang profesional yang memiliki keterampilan dan kreativitas dalam produk seni dan desain. Pameran ini juga diselenggarakan sebagai bagian dari 2nd Asia International Conference Art and Design (AICAD 2018). National Art Gallery, Malaysia (Langkawi Branch), Creative Design Centre (CDC) dan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Perak, Malaysia bekerja sama untuk menyelenggarakan acara pameran kedua ini bersama-sama. Program ini berfungsi sebagai platform untuk mempromosikan seni kontemporer di Malaysia serta negara-negara lain yang berpartisipasi. Selain itu, pameran seni ini akan mendorong pengembangan seni modern dan pertukaran seni. The Asia International Conference Art and Design (AICAD) didirikan pada tahun 2017. Konferensi pertama diselenggarakan oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung (Indonesia) dan Universiti Teknologi MARA (UiTM), Perak (Malaysia). Seni dan Desain Konferensi Internasional Asia (AICAD) didirikan pada tahun 2017. Konferensi pertama diselenggarakan oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung (Indonesia) dan Universiti Teknologi MARA (UiTM), Perak (Malaysia). Acara tahunan ini berfokus pada isu-isu dalam komunitas Seni dan Desain di seluruh wilayah asia dan di seluruh dunia. AICAD menggabungkan konferensi, kompetisi penemuan dan pameran seni. Program ini berfungsi sebagai platform untuk memfasilitasi berbagai platform proyek penelitian internasional. Program bergengsi ini menawarkan beragam acara. CDC (Creative Design Center) bersama dengan UiTM, Perak dan didukung oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung (Indonesia) dan Universiti Pembangunan Jaya, Jakarta (Indonesia) menyelenggarakan AICAD 2018 di Langkawi. Semua profesional, peneliti, dan mahasiswa pascasarjana diundang untuk berbagi pandangan dan penelitian mereka dalam program ini mulai dari 3 - 6 Oktober 2018 di De Baron Resort Langkawi. JUA/ANT 34 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 01 8

Telah dilaksanakan 4th International Seminar on Science Education dengan tema “Emphasizing Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in Science Education for Supporting 21st Century Skills Standard”. Salah satu tujuan diselenggarakannya kegiatan ini yaitu untuk membentuk suasana akademik baik bagi mahasiswa maupun dosen, dan untuk memberikan fasilitas kepada praktisi khususnya dalam bidang Pendidikan Rumpun Sains dalam melakukan publikasi ilmiah. “Secara Keseluruhan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) mengilustrasikan bagaimana mengkombinasikan Sains, Teknologi, dan Pendekatan pengajaran secara tepat”, terang Prof. Muammer Calik. Kegiatan tahunan ini dise­ leng­garakan oleh Prodi Pendi­dik­an IPA, Pendidikan Kimia, Pendidikan Fisika dan Pendidikan Biologi Pasca­ sarjana UNY. Kegiatan ini dise­ leng­ga­rakan pada Sabtu, 13 Oktober 2018 pukul 08.00 17.00 WIB di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY. Masih dalam rangkaian agenda seminar, diadakan empat agenda kuliah tamu. Tiga kuliah tamu diadakan pada Jum’at, 12 Oktober 2018 dan

satu lainnya diadakan pada Senin, 15 Oktober 2018. Seminar ini diikuti oleh 122 Presenter, 7 Co-Author dan 125 Participant yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Menghadirkan 5 pembicara, yaitu Prof. Muammer Calik, Ph.D dari Trabzon University Turki sebagai keynote speaker, Assoc. Prof. Khajornsak Buaraphan, Ph.D dari Mahidol University Thailand sebagai invited speaker, Prof. Nobuyoshi Koga, Ph.D.-CSc. dari Hiroshima University Jepang sebagai invited speaker, Dr. Mark Woodward, Ph.D. dari Arizona State University Amerika sebagai invited speaker dan Prof. Dr. IGP Suryadarma, MS. Dari Universitas Negeri Yogyakarta sebagai invited speaker. Acara ini dibuka oleh Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam sambutannya, Bapak Sutrisna menyampaikan terkait harapannya agar kegiatan seminar internasional seperti ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh mahasiswa rumpun sains, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Acara ISSE ke 4 ini ditutup dengan pemberian plakat pada kelima pembicara beserta dua moderator yang memandu jalannya acara panel seminar. LDH


Berita

TERINDEKS SCOPUS UNY, 70% DARI FMIPA Sekitar 60% dosen FMIPA UNY jurnalnya terindeks scopus. Artikel terindeks scopus di UNY tertinggi berasal dari dari FMIPA yaitu sekitar 70%. Dan di FMIPA dari Pendidikan Kimia yang paling banyak. Hal tersebut disampaikan Dekan FMIPA UNY, Dr. Hartono saat menerima asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), Rabu 10/10/18 di ruang sidang FMIPA. Prodi yang diakreditasi adalah Prodi Pendidikan Kimia, yang sebelumnya sudah terakreditasi A. Para asesor tersebut yaitu Dr. Muktiningsih, M.Si., dari Universitas Negeri Jakarta dan Prof. Dr. Muhammad Nurdin, M.Sc., dari Universitas Halu Oleo. Lebih lanjut dikatakan, Rektor UNY sangat mendorong semua dosen untuk mempublikasikan artikelnya di jurnal terindeks scopus maupun jurnal internasional bereputasi. Dengan demikian hasil penelitian dari dosen UNY semakin diakui kualitasnya. Rektor juga memberikan insentif bagi artikel yang masuk jurnal internasional maupun jurnal yang terakreditasi.

DOK. FMIPA

Dari hasil penelitian tersebut sudah banyak hasil penelitian dosen yang dijadikan sebagai bahan ajar sehingga mampu meningkatkan wawasan mahasiswa tentang riset-riset terbaru yang terus berkembang.. WITONO

ICHMGEP 2018 BAHAS ISU KEBENCANAAN Posisi Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan wilayah Indonesia memiliki volatilitas tinggi dan aktivitas seismik, serta potensi bencana lainnya seperti tsunami, tanah longsor, banjir, dan yang lain. Bencana dapat terjadi kapan saja dan sulit untuk memprediksi kapan dan di mana mereka akan terjadi. Sebagai tanggapan, manajemen bencana diperlukan. Manajemen bencana merupakan bagian penting dari penerapan pembangunan berkelanjutan. Manajemen bencana perlu fokus pada kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan kesadaran untuk meminimalkan atau mengurangi dampak bencana. Penanggulangan bencana harus melibatkan semua pihak, baik pemerintah, swasta dan publik. Dengan latar belakang tersebut, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Resilience of International Migration”, Prof. Dr. Suratman, M.Sc. (Universitas Gadjah Mada) mempresentasikan materi tentang “Geography Innovation for Disaster Mitigation in Digital Era” Ekkamol Vannametee, Ph.D. (Chulalongkorn University, Thailand) yang menjelaskan tentang “Roles of Geography and Geoinformatics in Anthropogenic Hazard Mitigation: a Case Study of Tham Luang Cave, Thailand” dan Prof. Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum, M.Si. (UNY) yang memaparkan tentang “Disaster Mitigation in School Resilience Perspectives”.

(FIS UNY) menyelenggarakan International Conference on Hazard Mitigation in Geographic and Education Perspectives (ICHMGEP) di Hotel Inna (28-29/9/ 2018). Pada konferensi internasional tersebut, Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY menghadirkan

pembicara dari dalam maupun luar negeri yaitu Abe Ryogo, Ph.D. (Aichi University of Education, Japan) yang berbicara tentang “For Disaster Management in Disastrous Japan: The Vulnerability and Social

Ketua Panitia ICHMGEP 2018, Suhadi Purwantara, M.Si mengatakan bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan seminar adalah menyikapi berbagai macam bencana yang melanda negeri ini. Penting bagi kita yang tinggal di daerah rawan bencana memiliki kebijakan, strategi atau program untuk menangani bencana. EKO P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 35


Berita

UNY GELAR UJI KOMPETENSI BERLISENSI BNSP

HUMAS FIS

WORKSHOP ON FUNDAMENTAL MOTOR SKILL

HUMAS FIS

Era globalisasi menuntut tenaga kerja memiliki keahlian yang terstandar dan diakui. Bila tidak, kesempatan kerja dalam negeri akan diisi oleh tenaga kerja asing. Untuk memenangkan persaingan tersebut, tenaga kerja dalam negeri harus punya sertifikat karena tentunya kita semua tidak ingin tenaga kerja asing berjaya di Indonesia. Kita harus menjadi tuan rumah dan pemenang di negara sendiri Selaras dengan urgensi kebutuhan tenaga ahli bersertifikat yang diakui oleh dunia kerja tersebut, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan uji kom­petensi perdana berlisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau sering disingkat BSNP (6/10/2018). Setelah pelaksanaan uji per­dana ini, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY mendapatkan kewe­nang­ an untuk melakukan uji kompetensi secara mandiri dengan men­dirikan Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk bidang keahlian Teknik Peman­ faatan Tenaga Listrik dan Programmable Logic Controllers (PLC). Menurut Ketua Jurusan, Totok Heru Tri Maryadi, uji kompetensi ini dilakukan sedikitnya satu kali dalam satu semester mengingat banyaknya jumlah mahasiswa. “Uji kompetensi ini juga memiliki peran yang sangat sentral terutama dalam upaya standardisasi dan penjaminan mutu lulusan pendidikan tinggi,” lanjut Totok Heru. Pendirian TUK Teknik Ketenagalistrikan yang dimiliki Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY juga telah bekerjasama dengan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) yang berafiliasi dengan DJK (Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan) dan lembaga lain seperti LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional) serta PT. SMC (Sinar Mutiara Cakrabuana). “Sehingga harapan kami, sertifikat yang dikeluarkan oleh UNY nantinya dapat diakui di dunia kerja maupun industri sebagai bukti bahwa lulusan kami benar-benar kompeten dalam bidangnya,” lajut Totok Heru. Totok Heru menambahkan bahwa TUK Teknik Ketenagalistrikan yang dimiliki Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY juga terbuka umum artinya semua kalangan bisa menjadi peserta uji kompetensi. “Disamping itu, terbuka juga bagi instansi atau lembaga lain seperti SMK, balai pelatihan, dan universitas lain di Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan UNY khususnya dalam pelaksanaan sertifikasi profesi,” tutup Totok Heru. HRYO 36 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 01 8

Program Studi Pendidi­ kan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY selalu berusaha mewujudkan program studi yang unggul dan berdaya saing dalam bidang Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani Adaptif di tingkat nasional dan regional. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menyelenggarakan Workshop On Fundamental Motor Skill (FMS) dengan narasumber Prof. Jacqueline D. Goodway, Ph.D. dari Ohio State University, Amerika Serikat. Goodway akan memperkaya wawasan dan ilmu para dosen dan mahasiswa Prodi PJKR tentang pendidikan jasmani terutama yang ada di Amerika Serikat, ungkap Dr. Guntur, Ketua Prodi PJKR. Lebih lanjut, Guntur berharap agar forum ilmiah seperti workshop dengan pemateri asing akan semakin mendorong dosen dan mahasiswa Prodi PJKR untuk berinovasi secara akademis dan praktis. Sementara Goodway memaparkan kecakapan fisik merupakan konsep yang mendapatkan perhatian di seluruh dunia. Banyak negara mulai mengembangkan kebijakan dan program kecakapan fisik yang berimplikasi pada praktik profesional dalam olahraga dan pendidikan jasmani,

serta kesehatan bangsa. Peningkatan kelebihan berat badan anak dan obesitas dan penurunan dalam aktivitas fisik menjamin pendekatan berbasis bukti untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Keprihatinan ini diperparah oleh fakta bahwa banyak anak-anak memulai hidup dengan penundaan yang signifikan dalam Keterampilan Motorik Dasar Yang Mendasar/ Fundamental Motor Skills (FMS) yang dibutuhkan untuk mendukung gaya hidup aktif. Dengan demikian, masyarakat harus mulai memenuhi kebutuhan literasi/ kecakapan fisik anakanak dan melaksanakan program kegiatan fisik yang relevan secara budaya. Salah satu pendekatan tersebut adalah program keterampilan motorik awal tahun yang disebut SKIP © (Successful Kinesthetic Instruction for Preschoolers (SKIP©) yang didasarkan pada data 28 tahun. SKIP © bertujuan untuk mempromosikan kompetensi FMS anak-anak muda. Berbagai studi SKIP © menggunakan pendekatan pedagogis yang berbeda, para praktisi dan guru telah mengungkapkan hasil positif untuk anak-anak yang terlibat. Temuan ini memiliki implikasi untuk pengaturan perawatan anak usia dini dan kebijakan olahraga berbasis masyarakat.. SP27


Berita

MAHASISWI UNY SABET JUARA 1 CRITERIUM WOMEN ELITE, TOUR DE LINGGARJATI Pebalap wanita dari Jurusan Psikologi FIP UNY sikat Juara 1 Criterium Women Elite Tour de Linggarjati 2018 dan Juara 2 Road Race Women Elite Tour de Linggarjati 2018 dalam Event Balap Sepeda Internasional Tour de Linggarjati. Liontin tercatat sebagai mahasiswi Psikologi angkatan 2018. Gelar Women Elite merupakan gelar bergengsi dalam perlombaan balap sepeda. Acara dibuka oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama, dengan melepas ratusan pembalap yang dimulai dari Men Elite dengan jarak tempuh 119.6 km, diikuti kategori Men Junior, Men Youth, Woman Elite, Woman Junior, dan Woman Junior. TDL memperlombakan tiga kategori, mulai Jumat (26/10) yakni Individual Time Trial (ITT), Individual Road Race (IRR), dan Criterium. Untuk kategori IRR , akan dibagi lagi dalam tiga kelompok yakni IRR Youth dengan jarak tempuh 43,1 Km, IRR jarak tempuhnya 65,3 Km, dan IRR Men Elite dengan jarak tempuh 119,7 Km. Sementara kategori Criterium dengan jarak tempuh 3 Km digelar Minggu (28/10) mulai pukul 08.00 – selesai dengan titik start dan finish di depan Pendopo Kuningan. Bupati Kuningan Acep Purnama juga berjanji akan memberikan jalur lebih menantang pada TDL tahun 2019 mendatang. “InsyaAllah tahun depan saya kasih yang lebih menantang lagi.

DOK. HUMAS UNY

Saya sih merencanakan tahun depan akan menyentuh Kuningan bagian timur dan selatan,” ujar Acep. “Yang pasti Pemkab Kuningan akan selalu berusaha memberikan lintasan dengan variasi menantang,” tambahnya lagi. (trib/ant)

Sementara itu, pebalap PGN Road Cycling Jakarta, Muhammad Iqbal pun mengaku lancar dan aman melahap rute Kuningan bagian utara, tidak ada rintangan sulit yang menghambat para peserta IRR. Bupati Kuningan Acep Purnama juga berjanji akan memberikan jalur lebih menantang pada TdL tahun 2019 mendatang. “InsyaAllah tahun depan saya

kasih yang lebih menantang lagi. Saya sih merencanakan tahun depan akan menyentuh Kuningan bagian timur dan selatan,” ujar Acep. “Yang pasti pengkab (pemerintah kabupaten) Kuningan akan selalu berusaha memberikan lintasan dengan variasi menantang,” tambahnya lagi. Tour de Linggarjati 2018 menyisakan satu hari lagi, Minggu (28/10), untuk memperlombakan nomor Criterium. HUMAS FIP P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 37


Berita

ARIF / HMAS

PENERIMAAN MAHASISWA INTERNASIONAL Universitas Negeri Yogyakarta menerima 89 orang mahasiswa internasional pada tahun 2018. Para mahasiswa tersebut berasal dari 30 negara dan mendapatkan beasiswa Darmasiswa, Kemitraan Negara Berkembang (KNB), Beasiswa UNY S1 dan S2 serta transfer kredit. Selain itu UNY juga menerima 10 mahasiswa dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia yang akan melaksanakan PPL Internasional selama 2 bulan. Menurut Rektor UNY Sutrisna Wibawa kedatangan para mahasiswa 38 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 01 8

internasional di UNY sangat tepat karena Yogyakarta merupakan kota pelajar dan iklimnya sangat mendukung untuk menuntut ilmu. “UNY meraih ranking 11 perguruan tinggi terbaik di Indonesia, tidak salah bila memilih UNY untuk belajar” kata Sutrisna Wibawa. Rektor berharap agar para mahasiswa tersebut bisa saling menghargai dan bertoleransi, selain itu juga dapat belajar keragaman budaya Indonesia seperti tari atau seni. Wakil Rektor IV UNY Senam mengatakan, para mahasiswa internasional ini berasal dari 4 benua yaitu Asia 58 orang,

Afrika 13 orang, Eropa 13 orang dan Amerika Latin 4 orang. “Para mahasiswa tersebut memperkuat multikultur di UNY sekaligus memperkuat Yogyakarta sebagai kota pelajar” kata Senam. Diharapkan setelah lulus ada kerjasama lanjutan dengan UNY. Para mahasiswa internasional tersebut disambut pimpinan UNY dan jajarannya pada Senin (8/10) dalam Welcoming Ceremony di Ruang Sidang Rektorat. Para mahasiswa tersebut akan belajar pada periode tertentu di UNY. Penerima Beasiswa UNY S1 akan menempuh waktu 4 tahun, penerima beasiswa S2 dan S3 akan menjalaninya selama 2 tahun sedangkan penerima beasiswa KNB akan menjalani selama 3 tahun. Penerima beasiswa Darmasiswa dan transfer kredit Yunan University akan berada di UNY selama 1

tahun dan transfer kredit dari GDFUS, University of Naples L’Orientale serta University of Munster Jerman akan tinggal selama 1 semester. Beasiswa Darmasiswa adalah beasiswa dari BKPLN RI sedangkan beasiswa KNB adalah beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk melanjutkan program Master di Indonesia yang sebelumnya mereka diberikan kursus bahasa dan budaya Indonesia. UNY juga memberikan beasiswa S2 dan S3 yang menanggung biaya SPP mahasiswa selama belajar di UNY. Salah satu mahasiswa internasional, Emanuel merasa senang dapat belajar di UNY karena banyak terdapat kegiatan ekstra kurikuler yang terstruktur. Mahasiswa S2 dari Burundi tersebut mengaku banyak belajar tentang budaya Indonesia dan kekayaan ragamnya. HUMAS FBS


Berita

MONEV PPG PRA JABATAN SM3T

UNY SELENGGARAKAN JOB FAIR

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd melakukan monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan PPG Pra Jabatan SM3T di Kampus UNY Wates. Acara yang berlangsung dikemas santai dalam suasana dialog pada Senin malam (15/10) dihadiri juga beberapa jajaran pimpinan Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Kepala LPPMP, Kepala P4TKN, Staf Ahli WR 1, dan jajaran pimpinan LPPMP.

AWAN

Pusat Pengembangan Karir LPPMP Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan 11th Job Fair di Auditorium UNY pada Selasa-Rabu (9-10/10). Job Fair diikuti oleh 36 perusahaan dari DIY maupun luar DIY yang membuka 3.125 lowongan kerja dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SMA hingga S1. Hal ini mengalami peningkatan dimana pada 10th Job Fair lalu diikuti 25 perusahaan dengan 1.750 lowongan. Menurut Ketua Panitia Job Fair UNY Minta Harsana, tujuan diadakan Job Fair ini adalah untuk menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran sekaligus mempercepat masa tunggu alumni dalam memperoleh pekerjaan. “Manfaat untuk perusahaan adalah mereka dapat menemukan kandidat untuk perusahaan” kata Minta Harsana “Sedangkan bagi job seeker, ajang ini merupakan tempat yang potensial untuk menemukan pekerjaan yang sesuai”. Dalam job fair ini pencari kerja dapat langsung memasukkan lamaran ke bagian rekruitmen masing-masing perusahaan, dan informasi posisi pekerjaan yang dibutuhkanpun lebih akurat serta terdapat banyak pilihan jenis posisi pekerjaan. Kegiatan dibuka Rektor UNY Sutrisna Wibawa dengan pemukulan gong. Rektor menyambut baik diselenggarakannya Job Fair ini dan mengingatkan agar perusahaan merambah dunia online untuk meraih kemajuan, oleh karenanya perusahaan harus memanfaatkan teknologi. “Dengan kegiatan ini juga bisa jalin kerjasama dengan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya” kata Sutrisna Wibawa. Menurut Rektor, bagi alumni kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk melamar kerja sekaligus sebagai sarana belajar. Salah satu pengunjung job fair, Putri Safitri, merasa senang dengan adanya job fair ini karena bisa mempermudah mencari pekerjaan. Alumni prodi Pendidikan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNY tersebut berharap agar kegiatan ini rutin diadakan karena bisa menjembatani para job seekers. “Dengan job fair seperti ini juga bisa menambah wawasan kami” tutupnya. HUMAS

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof.Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan PPG Pra Jabatan SM3T waktunya bersamaan dengan penerimaan CPNS khususnya untuk formasi guru, sedang menurut peraturan perundangundangan mensyaratkan guru harus sudah lulus PPG, tetapi karena lulusan PPG belum memenuhi jumlahnya dengan

pemberkasan”, kata Sutrsina Wibawa. “Kalau ada peserta yang sudah lulus PPG dan CPNS, PPG nya akan dihargai yaitu dengan bisa mengajar di kelas, berbeda dengan CPNS yang belum PPG tidak boleh mengajar di kelas dan konsekwensinya bagi CPNS yang akan mengajar tetapi belum PPG maka diwajibkan PPG terlebih dahulu dengan nama PPG Dalam Jabatan”, tambah Sutrisna Wibawa. Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana, M.Hum, M.A mengatakan bahwa menurut peraturan pemerintah sejak tahun 2019 lulusan S1 tidak bisa langsung mengajar tetapi harus PPG terlebih dahulu, dan tahun 2019 PPG Pra Jabatan Subsidi sudah tidak ada dan semoga tidak berubah kebijakannya. “Tahun 2019 akan dibuka PPG Pra Jabatan Reguler, dimana jumlah kuotanya akan ditentukan oleh pemerintah dimana jumlah kuota merujuk pada data kekurangan guru di Indonesia”, tambah Margana. Ditambahkan oleh Wakil Rektor I UNY bahwa UNY memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan tutorial/ pendalaman materi dengan mengundang narasumber.

ARIF / HUMAS

formasi yang ada akhirnya pemerintah mengambil kebijakan bagi yang sudah lulus PPG dan akan mengikuti tes CPNS formasi guru tidak perlu mengikuti seleksi/ tes kemampuan bidang, tetapi cukup mengikuti tes nasionalnya dan seandainya lulus bs langsung

“Narasumber disni nantinya akan mendampingi saudara, namun sebelumnya harus sudah dipersiapkan karena keberhasilan saudara bukan karena narasumber, tetapi pada anda sebagai agen perubahan sehingga kemandirian belajar harus ditingkatkan dari sekarang dan perlu diketahui anda disini tidak bersaing antar prodi, karena nanti kalau standar kelulusan sudah ditentukan di poin 76 berarti anda harus melewati standar tersebut”, tambah Margana. ARBIMA P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 39


Caly Setiawan MEMANJAT UNTUK BANGSA 40 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

DOKUMEN PRIBADI CALY


S O S O K P E L AT I H T I M N AS

DOKUMEN PRIBADI CALY

Menyabet Beasiswa Fullbright tak membuat dosen yang menggeluti panjat tebing ini lupa mencintai tanah air. Keahliannya digunakan menakhodai Bidang Pembinaan Prestasi PP FPTI, menjadi pelatih tim panjat tebing Indonesia di Asian Games, dan terus menyemai bibit olahragawan terbaik bangsa di FIK UNY. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH

T

angan Caly menggenggam kuat kemudi mobil sedannya, ketika melintasi hamparan savana coklat jalan interstate di suatu sudut negeri Paman Sam. Sekali dua kali, tangan itu melemas ketika tertawa bersama sang istri yang ada di kursi kanan dan anak-anaknya yang ada di kursi belakang. Maklum saja, suasana roadtrip hari itu sungguhlah bahagia. Seperti apa yang dilantunkan John Denver, penyanyi kawakan yang populer tahun 1970an, perjalanan ini seakan sebuah penantian menuju surga: Almost heaven, West Virginia. Dan surga yang dimaksud Denver, adalah surga yang sama dengan apa yang ada dalam penantian Caly sekeluarganya: Blue Ridge Parkway National Parks. Di taman nasional sepanjang 755 kilometer dan memiliki banyak sekali jalur pendakian, Caly sekeluarga kemudian menjelajah. Tenda, sleeping bag, kompor, dan beragam perkakas yang mereka sudah siapkan dari apartemennya di New York, digelar untuk

menikmati keindahan malam pegunungan Appalachian. Terkhusus untuk Caly, dia menuntaskan jalur-jalur pendakian yang ada di taman nasional tersebut. Anak-anak maupun istrinya mencoba sekali dua kali. Menjadikan Blue Ridge Parkway sebagai satu dari 20 taman nasional di penjuru Amerika Serikat, yang jalur-jalur pendakian di taman nasionalnya telah ia tuntaskan. "Orang Amerika Serikat saja heran, selama lima tahun di Amerika Serikat (untuk S2 dan S3), kami bisa menyelesaikan 20 National Parks (taman nasional). Berasa American Family banget. Tapi, kami selalu ingat: Kami Indonesia. Jiwa kami Indonesia. Dan akan terus mengabdi untuk Indonesia,"

Tapi, kami selalu ingat: Kami Indonesia. Jiwa kami Indonesia. Dan akan terus mengabdi untuk Indonesia.

tukas Caly menegaskan bahwa walaupun ia dididik di New York dan telah meraih banyak fasilitas dari Amerika Serikat melalui Beasiswa Fullbright, hatinya tetap untuk Indonesia. Dan semua kegiatan memanjat tersebut, dilakukannya untuk mencari ilmu guna dibaktikan bagi bangsa. Baik ketika nantinya pulang dan diberi amanah besar untuk menakhodai bidang Pembinaan Prestasi PP FPTI, menjadi pelatih tim panjat tebing Indonesia di Asian Games, sekaligus terus menyemai bibit olahragawan terbaik bangsa dengan menjadi dosen FIK UNY. Bermula dari Hobi Rekreasi Pendakian di 20 taman nasional kala studi di Amerika Serikat tersebut, adalah bagian dari kegemaran rekreasi yang telah diminatinya sejak kecil. Pegunungan Seribu di Bantul menjadi lokasi pertama yang dijamah Caly. Saat itu, Caly masih duduk di bangku SMP. Ketika menjadi siswa SMA Muhammadiyah 2 Jogja, barulah ia menekuni panjat tebing lebih aktif lagi karena tergabung sebagai pecinta alam. Baik panjat tebing P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 41


yang sifatnya rekreasi, ataupun yang bersifat kompetisi.

S O S O K P E L AT I H T I M N AS

"Niatnya rame-rame saja berlima dengan teman. Menginap semalam dua malam, lalu mendaki dan senang saja kalau sudah sampai atas," kenang Caly. Perlombaan yang pertama diikuti Caly ketika SMA, adalah panjat tebing untuk pemula di tingkat DIY. Dengan latihan keras dan minat yang selama itu ia miliki, Caly langsung begitu saja menyabet gelar juara satu. Karena kerap terlibat dan menjuarai kompetisi, Caly selepas SMA memilih untuk tak melanjutkan kuliah terlebih dahulu. Ia mengambil gap year selama beberapa tahun. Disitu, ia berlatih, bertanding, dan menyabet berbagai kompetisi tingkat daerah dan nasional di berbagai kota. Mulai dari Jakarta, Surabaya, hingga Lampung pernah disambanginya untuk meraih asa. Seiring waktu, Caly sering berlatih dengan menggunakan papan panjat tebing yang ada di depan FIK UNY. Pada saat itu memang papan panjat tersebut menjadi yang terbaik dan paling mudah terjangkau lokasinya karena berada di seputaran Kota Jogja. Trisna jalaran saka kulina, akhirnya muncullah ketertarikan dalam hati Caly untuk berkuliah di kampus yang kerap menjadi jujugan latihan. "Kesengsem saja waktu itu, karena latihannya dulu Jogja kan di UNY. Dulu saya juga latihan pakai itu (papan panjat tebing UNY). Sempat ikut lomba, juga diadakannya di FIK UNY, menggunakan papan panjat tebing itu. Akhirnya saya pikir, kalau mau latihan dan papan panjat tebing itu jadi punyaku sendiri karena aku mahasiswa FIK, kan enak. Masuklah saya di UNY," kenang Caly. Menekuni Ilmu Pendidikan Olahraga Pendidikan Olahraga kemudian menjadi program studi yang disasar Caly. Di dalam perkuliahan dan kewajiban akademik yang ia miliki sebagai mahasiswa, tugas serasa sangat berat. Ia tidak hanya belajar panjat tebing sebagai olahraga yang ia senangi, namun juga semua jenis olahraga mulai dari renang hingga basket. "Karena memang belajar di Pendidikan Olahraga, kita 42 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

DOKUMEN PRIBADI CALY

CALY SETIAWAN DALAM SALAH SATU KEGIATANNYA BERSAMA KEMENPORA

diproyeksikan ngajar olahraga. Kalau guru sekolah itu kan semua jenis olahraga diajarkan. Kita harus siap," kenang Caly. Di tengah-tengah kesibukan kuliah, Caly tetap terus menekuni kompetisi panjat tebing yang telah lama dilakoninya. Pada tahun 1996, Caly menjadi perwakilan DIY untuk PON ke-14 yang digelar di Jakarta. Selain itu, Caly juga masih aktif dalam dunia pecinta alaman sebagai sarananya berrekreasi, lewat kegiatan seperti mendaki gunung, mendayung, serta panjat tebing. "Sangat menyenangkan, tapi saya sempat cedera punggung karena memang latihan PON panjat tebing dan sambil kuliah olahraga, itu berat," kenang Caly. Perjuangan dan kegiatan rekreatif tersebut terus dilakoninya hingga tahun 2000. Saat itu, Caly sudah menikah dan mempunyai anak. Untuk menafkahi keluarga, Caly yang baru lulus akhirnya sempat

UNY butuh dosen lagi, dan saya peringkat terbaik kedua waktu tes itu. Jadilah saya dosen."

bekerja macam-macam. Serabutan. Salah satu pekerjaan yang ia jalani di tahun tersebut, adalah menjadi loper koran. Selain mudah dan hanya perlu berjualan di pagi hari, menjadi loper digemari Caly karena ia bisa membaca koran setiap harinya secara cuma-cuma. Di suatu siang saat membaca koran itulah, ia menemukan lowongan dosen di FIK UNY yang langsung diikutinya. Sempat gagal seleksi karena ia masih berstatus sarjana S1, Caly belakangan dipanggil secara khusus karena UNY membuka kuota khusus dosen baru. "Jadi awalnya saya tidak lolos. Akan tetapi beberapa bulan kemudian, saya dipanggil lagi oleh UNY. Yang memanggil langsung Prof. Suyanto (saat itu Rektor UNY). UNY butuh dosen lagi, dan saya peringkat terbaik kedua waktu tes itu. Jadilah saya dosen," tukas Caly yang memperoleh SK CPNS nya di tahun 2002. Setelah itu, Caly cukup aktif menulis karya ilmiah dan praktik keolahragaan. Yang pertama, adalah menjadi Pelatih TIm Panjat Tebing DIY untuk PON 2004. Melatih legenda panjat tebing seperti Eti Hendrawati, menjadi tugasnya. Di sela-sela tugas itulah, ia menyempatkan diri untuk belajar dan mendaftar beasiswa fullbright. Salah satu proses belajar yang


dinyatakan tuntas pada musim gugur tahun 2015.

S O S O K P E L AT I H T I M N AS

Pada tahun selesainya kewajiban studi yang mengantar Caly kembali ke Indonesia tersebut, Caly tidak serta merta kembali bersantai dengan rutinitas sebagai dosen di UNY. Ia langsung diberi amanah sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Caly saat itu relatif terkejut dengan amanah yang diberikan, karena ia tidak pernah tergabung dan terlibat dalam federasi tersebut. "Biasanya yang aktif di pengurus pusat FPTI, adalah mereka yang sudah aktif di daerah. Saya kaget, tapi kalau ditugasi, ya harus siap," ungkap Caly. Dalam melakukan pembinaan atlet, Caly mengkombinasikan ilmu dan pengalaman yang dipelajari di Amerika Serikat dengan keunikan konteks Indonesia. Lewat Sport Science misalnya, Caly bisa mengarahkan desain pelatihan yang tidak sekedar padat, namun paling optimal bagi pengembangan atlit.

DOKUMEN PRIBADI CALY

paling berat, adalah mendalami bahasa Inggris. Ia perlu dua tahun pelatihan untuk memperoleh TOEFL 550. "Karena saya belajar waktu itu dari nol. Semua itu saya lakukan untuk belajar dan mempersiapkan Beasiswa Fullbright, yang memang terkenal susah dan termasyhur alumninya," ujar Caly. Saat mendaftar beasiswa, Caly akhirnya dinyatakan tak diterima. Namun seperti kala ia mendaftar dosen, sebulan kemudian namanya dipanggil untuk menghadap sang direktur regional Fullbright. Ia tiba-tiba dinyatakan lolos, dengan alasan bahwa kapasitas akademik dan praktik Caly yang unik. Caly tidak hanya rajin mene­ lur­kan karya ilmiah, tapi juga terli­ bat sebagai atlit dan teknokrat le­ wat tugas-tugasnya sebagai pelatih. "Dipanggil siang itu, dibelikan tiket PP naik pesawat hanya untuk ketemu dia makan siang. Diberitahulah pada saat itu: saya

harus melengkapi syarat tes, administrasi, dan berangkat kuliah di Amerika Serikat," kenang Caly. Saat itulah, ia memulai perjalanan S2 Educational Policy, di State University of New York pada tahun 2005. Perjalanan yang tak hanya semata akademik, tapi bersama keluarganya juga memulai penjelajahan ke 20 National Park di penjuru negeri paman sam.

CALY BERPOSE SEBAGAI PELATIH ASIAN GAMES

"Sedangkan ide yang belum berjalan, adalah terkait peran civil society. Di Amerika Serikat olahraganya maju, walaupun karena mereka liberal konsekuensinya adalah minim peran pemerintah. Amerika Serikat maju karena civil society terlibat dalam olahraga. Perusahaan misalnya, beri sponsor besar. Ini yang belum terjadi di Indonesia, dan saya idam-idamkan untuk dibuat regulasinya," tukas Caly.

Langsung ditarik FPTI dan Asian Games Selepas lulus dua tahun kemudian, Caly yang berbekal pengalaman sebagai awardee beasiswa fullbright dan ragam karya ilmiahnya, mendaftar lagi beasiswa Dikti untuk doktor di Amerika Serikat. Linear dengan studi Pendidikan yang ditekuninya, Caly mengambil major Sport Pedagogy di University of Northern Colorado. Studi yang ditempuhnya selama empat tahun hingga akhirnya

Strategi tersebut juga dilaku­ kannya kala memimpin tim pelatih panjat tebing timnas Indonesia untuk Asian Games. Dengan kerja keras dan soliditas seluruh tim, hasilnya telah nampak. Tiga emas dikantongi tim panjat tebing dan meneguhkan Aries Susanti dkk sebagai juara Asia.

Kedepan, Caly akan sibuk mendampingi tim panjat tebing Indonesia untuk membidik prestasi di Olimpiade 2020 Tokyo. Belum ada target yang ditetapkan. Akan tetapi dengan kapasitas dan soliditas tim, target tersebut tak akan jauh dari genggaman.

KALAM / PEWARA

"Termasuk, tahun depan mengikuti SEA Games. Dengan persiapan bersama, kita siap," pungkas Caly yakin. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 43


» Opini

Meneguhkan Peran Pemuda Dalam Menyelesaikan Masalah Kebangsaan Oleh Budi Mulyono Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY

P

emuda merupakan garda terdepan dalam proses perjuangan, pemba­ ruan dan pembangunan bangsa. Se­ gala potensi yang ada pada pemuda menjadi penentu kualitas bangsa di masa de­ pan. Bahkan dalam perjalanan politik Indone­ sia sejak zaman kolonial hingga milenial, ger­ ak langkah pemuda sangat diperhitungkan. Sejarah kebangsaan dan kenegaraan In­ donesia dibangun atas inisiasi pemuda. Ger­ akan kepemudaan yang muncul sejak 1920-an telah mendorong lahirnya kesadaran kebang­ saan dengan sumpah pemuda bercacah 1928. Gelora pemuda juga yang mendorong gener­ asi “tua” untuk segera memproklamirkan ke­ merdekaan dan melepaskan diri dari bayangbayang janji Jepang. Dengannya proses kebangsaan diperoleh, setali tiga uang kemerdekaan pun diraih se­ gera, bukan karena hadiah, tapi atas perju­ angan rakyat Indonesia yang diinisiasi oleh pemuda. Tanpa peranan pemuda, mustahil proses kebangsaan dalam proses bernegara kita terbentuk mengakar kuat hingga kini. Begitu besar peranan pemuda dalam membangun pondasi kebangsaan dan kene­ garaan Indonesia, hingga pasca kemerdeka­ an pun peranannya tidak kalah menentu­ kan. Pemuda yang turut serta mengoreksi dan mengganti rezim Orde Lama dengan Or­ de Baru lewat gerakan Tritura. Serta turun ke jalan kala Orde Baru melenceng dari cita-ci­ ta konstitusi dan menggelorakan reformasi. Dari sederet sejarah ini, tidak diragukan lagi peran serta pemuda dalam membangun, men­ jaga, dan merawat negara-bangsa.

44 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

Maka tidak heran jika Soekarno pernah mengumpamakan kekuatan pemuda den­ gan kalimat, “beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada tanah air, dan akan aku goncangkan dunia”. Karena di tangann­ ya lah ide-ide segar dan pemikiran-pemikiran kreatif dilahirkan. Pemuda, kebangsaan, dan permasalahannya Dalam konsepsi UU No. 40 tahun 2009, Pemuda adalah warga negara Indonesia yang berumur 16-30 tahun yang memasuki peri­ ode penting pertumbuhan dan perkemban­ gan. Dengan batasan tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tahun 2017 Indonesia dihuni oleh 63.36 juta jiwa pemuda. Angka ini setara dengan seperempat jumlah total pen­ duduk Indonesia yang mencapai 261 juta jiwa. Pemuda yang tumbuh saat ini disebut se­ bagai generasi milenial yang lahir akhir 1980-

an hingga awal 2000-an yang hidup dengan akrab dan mahir menggunakan teknologi se­ jak masa remajanya. Bahkan mampu meman­ faatkan teknologi informasi dengan lebih baik dibanding dengan generasi sebelumnya. Dengan keunggulan tersebut, wajar jika kita menumpukan harapan yang lebih ting­ gi kepada pemuda generasi milenial terhadap permasalahan kebangsaan saat ini seperti ko­ rupsi, konflik horizontal akibat politik iden­ titas, eksploitasi isu agama untuk komoditas politik, dan masalah lain seperti disintegra­ si bangsa, pelanggaran HAM, dll. Kenapa kepada pemuda? Karena pemuda­ lah generasi yang masih memiliki idealisme tinggi dan memegangnya secara teguh. Mere­ ka belum terpapar kekuasaan, syahwat poli­ tik praktis, dan hasrat menumpuk kekayaan. Akan tetapi, dengan segala kelebihannya, ter­ dapat permasalahan mendasar yang dihadapi pemuda saat ini yang patut kita kritisi. Pertama, pemuda terjebak dalam arus konflik sosial-politik diametral yang membe­ lah bangsa Indonesia sejak pemilu 2014 den­ gan istilah “cebong” dan “kampret”. Akibatn­ ya nalar yang dibangun adalah nalar partisan yang dihembuskan sejak usia masih sangat muda. Pertimbangan yang digunakan bukan lagi untuk persatuan dan kesatuan bangsa, melainkan untuk menyalurkan hasrat poli­ tik jangka pendeknya dengan mendegrada­ si lawan. Kedua, berita hoaks telah mencemari akal sehat pemuda saat ini. Akibatnya ruangruang publik riuh dengan cabikan hujatan, caci maki, dan sumpah serapah tanpa ujung. Narasi bangsa kita yang dikenal religius den­ gan spirit nasionalisme pun luruh dalam ke­ bencian, saling curiga, dan saling mengek­ ploitasi kesalahan masing-masing pihak. Partisipasi politik yang disalurkan menjadi terpapar kebohongan dari berita-berita dan informasi yang salah. Ketiga, pemuda teralienasi budaya in­ stan, termasuk dalam akses informasi. Ini sangat berbahaya, karena mereka menye­ nangi bacaan instan di media sosial tanpa sikap kritis dan mencari sumber asli untuk diselami. Persepsi yang dibangun tidak meru­ juk pada referensi dan data yang valid, mel­ ainkan sekadar informasi abal-abal bahkan hoaks. Sehingga langkah pemuda sering ka­ li terjebak pada penyebaran fitnah. Ketiga permasalahan tersebut sejati­nya

Hoaks telah mencemari akal sehat pemuda saat ini. Akibatnya ruang-ruang publik riuh dengan cabikan hujatan, caci maki, dan sumpah serapah tanpa ujung. Narasi bangsa kita pun luruh dalam kebencian, saling curiga, dan saling mengekploitasi kesalahan masing-masing pihak.


VIRGINIA.EDU

saling berkelindan satu dengan lainnya da­ lam hukum sebab-akibat. Masalah perta­ ma akibat dari masalah kedua, dan sebagai dampak dari masalah ketiga. Dan yang ter­ akhir juga karena sebab masalah pertama. Civic literacy dan nalar kebangsaan Sederet permasalahan tersebut seperti meluruhkan harapan yang diemban pemu­ da dalam masalah kebangsaan saat ini. Na­ mun dipundaknya lah kelak maju dan mun­ durnya bangsa disematkan. Tentu kita tidak boleh putus harapan, ada banyak jalan untuk memperbaiki keadaan. Salah satu yang bisa dilakukan saat ini adalah bagaimana menge­

Civic literacy bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi membaca menjadi dasar dari kemelekwacanaan warga. Namun, kondisi civic literacy kita memprihatinkan.

nalkan pemuda pada civic literacy untuk men­ jawab tantangan zaman. Civic literacy atau dalam istilah lain dise­ but kemelek-wacanaan kewarganegaraan merupakan pengetahuan dan kemampuan warga dalam mengatasi masalah-masalah sosial, politik dan kenegaraan. Dengan kata lain, civic literacy tidak sekadar kemampu­an membaca dan menulis tentang isu-isu kewar­ gaan, namun lebih jauh dari itu, yaitu kemam­ puan warga dalam mengakses, memahami dan menggunakan informasi sosial politik se­ cara cerdas. Sehingga informasi yang diper­ oleh adalah informasi yang utuh dan mampu mengarahkan warganegara pada kebajikan politik. Dalam kajian kewarganegaraan, civic literacy ditempatkan sebagai elemen dasar kebajikan politik warga negara (political virtue of citizenship), di dalam civic literacy tersirat penguasaan bentuk pengetahuan politik warga negara pada khususnya dan akan dimanifestasikan dalam aktivitas ke­ warganegaraan. Civic literacy bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi membaca menjadi dasar dari kemelek-wacanaan warga, akan tetapi data dari berbagai lembaga menunjukkan kon­ disi yang memprihatinkan. Data terakhir ta­ hun 2017 berdasarkan penelitian yang dilaku­ kan oleh Perpusnas menunjukkan tingkat kegemaran membaca Indonesia hanya 36.48 persen. Itu pun dengan frekuensi membaca rata-rata 3-4 kali per minggu dengan durasi 30-59 menit per harinya. Sedangkan jumlah buku yang dibaca dalam satu tahun rata-ra­

ta hanya 5-9 buku. Dari data tersebut tersirat betapa kemelekwacanaan warga (civic literacy) masih sangat rendah di level yang paling dasar. Hal ini akan sangat menentukan kua­ litas partisipasi warga negara. Dengan civic literacy yang buruk maka buruk juga bentuk partisipasi warga negara. Pemuda harus disadarkan dengan kon­ disi ini. Masalah-masalah kebangsaan tidak bisa diselesaikan hanya dengan menyibakkan gawai, membaca judul berita, lalu menyebar­ luaskannya. Butuh permenungan dan pen­ dalaman wacana agar bisa menghadirkan solusi, mencari jalan keluar, bukan memper­ buruk keadaan. Yang harus dipahami adalah, proses ke­ sadaran berbangsa tidak ditumbuhkan dalam setahun-dua tahun, proklamasi kemerdeka­ an tidak disiapkan dalam seminggu-dua minggu, reformasi yang mengakhiri rezim otoriter Orde Baru juga tidak digagas dalam sehari-dua hari. Pemuda saat itu berkontem­ plasi berhari-hari, bulan, bahkan tahun un­ tuk sampai pada perubahan besar. Mereka tidak mendasarkan gerakannya pada waca­ na sempit apalagi partisan. Mereka mendala­ mi isu, menambah wacana dan menggalakkan diskusi untuk sampai pada satu kesimpulan. Terlalu mahal jika narasi kebangsaan ki­ ta tercabik-cabik oleh sikap partisan dan cer­ oboh yang yang ditunjukkan dari tingkat ke­ melek-wacanaan yang lemah. Pemuda harus mampu bangkit menjadi cerminan masa de­ pan. Butuh tindakan segera dari pemuda un­ tuk turut serta mencari solusi masalah ke­ bangsaan saat ini. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 45


Resensi

MERARI SIREGAR DAN KENELANGSAAN TOKOHNYA

J

amin dan Johan adalah saudara kakak beradik yang hidup menderita bersama ibu tirinya. Sebelumnya, mereka berdua tinggal bersa­ ma ibu kandungnya, Mina yang penuh kasih sayang. Namun hidup kakak beradik terse­ but berubah sejak ditinggal pergi untuk se­ lama-lamanya oleh ibu kandungnya tersebut. Ibu Mina meninggal bukan lain penyebabn­ ya, yaitu siksaan dari suamin­ ya, bapak si Jamin dan Johan yang bernama Bertes. Setelah sepeninggalan ibu kandung­ nya, bapaknya menikah lagi dengan seorang yang berna­ ma Inem. Hal ini tidak men­ gubah kehidupan dan nasib kedua bersaudara ini. Jus­ tru tambah memperburuk keadaan. Inem adalah seo­ rang penghisap candu. Se­ dangkan bapak Jamin dan Jo­ han adalah pemabuk berat. Maka wajar saja bila ibu Mi­ na meninggal di tangan sua­ minya, sebab suaminya ada­ lah orang yang jahat. Kehidupan Jamin dan Jo­ han semakin memprihatin­ kan. Hidup mereka semakin penuh dengan penderitaan. Jamin, si sulung yang set­ iap harinya disuruh memin­ ta-minta di jalanan oleh Inem, sedangkan Johan selalu disik­ sa di rumah. Bapak mereka ju­ ga semakin tidak peduli ke­ pada anak-anaknya setelah ditinggal mati oleh isterinya. Sehingga ia tidak tahu kalau Jamin dan Johan disiksa oleh isterinya yang baru. Kerjaan­ nya hanya menjadi pemabuk di mana-mana. Suatu hari, ketika per­ oleh­an hasil mengemis belum cukup, si Jamin tidak berani pulang. Sebab belum makan seharian, ia pun pingsan di depan toko obat. Ia ditemukan oleh seorang bernama, Kong Sui. Kong Sui pemilik toko obat tersebut. Kong Sui dan istrinya, Nyonya Fi memang terkenal kebaikannya yang suka menolong orang. Oleh sepasang suami-istri itu, si Ja­

ISLAM ANTARA TEKS, KUASA DAN IDENTITAS Penulis: Siti Mariatul Kiptiyah, dkk. ∫ Penerbit: Arti Bumi Intaran, 2018 ∫ Tebal: 213 halaman

min diberi makan dan diberi baju ganti yang masih layak pakai. Si Jamin diminta untuk menceritakan tentang dirinya. Atas permintaan Kong Sui dan Nyo­ nya Fi, ia pun menceritakan asal-usulnya. Jamin ju­ ga menceritakan tentang adiknya, Johan. Mendengar cerita Jamin, kedua pasangan sua­ mi isteri itu merasa sangat iba. Sebelum pulang, si Ja­ min diberi sejumlah uang dan dibekali makanan untuk diberikan pada adiknya, si Jo­ han. Suatu hari, kejadian men­ genaskan menimpa Jamin. Ia bersama adiknya akan mengembalikan cincin Nyo­ nya Fi yang tertinggal di kan­ tong celana yang diberikan kepadanya. Dalam perjala­ nan menuju rumah Nyonya Fi, Jamin tertabrak oleh trem. Beruntung ada orang baik yang mau membawa Jamin ke rumah sakit. Si Johan yang kebingungan pergi ke tempat Kong Sui dan istrinya lalu menceritakan perihal kecelakaan yang diala­ mi Jamin. Nyonya Fi yang kasi­ han pada Johan, lalu mengajak anak itu ke rumah sakit untuk melihat Jamin. Tetapi sayang, beberapa saat kemudian Si Ja­ min akhirnya meninggal kare­ na sudah parah dan tidak dap­ at tertolong lagi. Setelah kejadian itu, si Jo­ han dibawa oleh Kong Sui dan isterinya. Johan diajak tinggal satu rumah dengan Kong Sui dan isteri. Sedangkan ibu tiri Johan, Inem tak lagi tinggal di rumah. Ia pergi entah kema­ na tidak ada yang mengetahui. Tetangga-tetangganya pun tak mengetahui ke mana perginya. Bertes, bapak Johan yang sudah tiga bulan dipenjara dibebaskan. Ia tidak terbukti bersalah pada kasus perkela­ hian yang terjadi di Pasar Se­ nen. Ia pun menyesali sega­ la perbuatannya. Ia meminta maaf kepada Johan, serta ber­ terima kasih kepada keluarga Kong Sui. Kisah ini tidak men­ gajarkan kajian tekstual, teta­ pi juga kehidupan. PURBAYA

46 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 201 8


Bina Rohani

Tasawuf Sosial

L

ahirnya tasawuf sebagai fenomena dalam sejarah ajaran Islam diawali da¬ri ketidakpuasan terhadap prak­ tik beragama yang cenderung for­ malisme dan legalisme. Selain itu, ta­ sawuf juga merupakan gerakan moral untuk mengritik ketimpangan sosial, politik, dan ekonomi yang dilakukan oleh umat Islam. Dalam hal ini ajaran tasawuf dipahami sebagai salah satu solusi yang ditawarkan oleh para tokoh sufi untuk mengatasi masalah-masalah di atas. Untuk menghadapi kecenderung­an for­ malis dan legalisme dalam beragama dita­ warkan transformasi dari tindakan fisik ke arah tindakan batin. Untuk mengatasi perilaku mengagungkan kemak­ muran material ditawarkan sikap isolasi dari hiruk-pikuk duniawi. Tawaran inilah yang kemudian dikenal dengan perilaku menjau­ hkan diri dari kepentingan dunia dan selalu mementingkan akhirat (zuhud) (Syukur, 2005: 13). Pada intinya ajaran tasawuf adalah bagian dari syariat Is­ lam, yakni perwujudan dari ih­ san sebagai salah satu dari tiga kerangka ajaran Islam yang lain, yaitu iman dan Islam. Oleh ka­ rena itu, perilaku tasawuf har­ us tetap berada dalam kerangka syariat Islam. Sebagai manifesta­ si dari ihsan, tasawuf merupakan pengha­yatan seseorang terhadap agamanya yang memungkinkan munculnya pembebasan spiritual. Mel­a­ lui tasawuf manusia dapat mengenali diri sendiri yang pada akhirnya mengenal Tu­ hannya (Syukur, 2005:12). Sebagaiman dipahami selama ini, inti dari ajaran tasawaf terletak pada wila-yah batin seseorang (inner life). Pertanyaann­ ya kemudian adalah relevankah ajaran ta­ sawuf dikaitkan dengan proses transfor­ masi sosial yang wilayah operasionalnya terletak pada dataran struktural? Bagaima­ na ajaran tasawuf jika dihubungkan den­ gan dimensi praksis perilaku seseorang dalam jaringan-jaringan institusi masya­ rakat? Menurut Hidayat (2010:32), pertan­ yaan-pertanyaan tersebut dianggap telah kehilangan relevansinya. Anggapan terse­ but dengan alasan bahwa transformasi so­ sial tidak cukup hanya dari satu aspek, me­ lainkan harus komprehensif. Dalam ajaran Quran, nilai kemanusiaan bisa dipahami ketika semua perilaku lahir dan batinnya diorientasikan kepada Allah. Di sisin lain, pada waktu yang sama perilaku tersebut

Oleh ANWAR EFENDI Dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY

dapat membawa dampak konkret terhadap upaya meningkatkan nilai-nilai kemanu­ siaan. Singkatnya, manusia tidak bisa di­ pahami tanpa keterkaitannya dengan Tu­ han dan keterkaitannya dengan manusia lain dalam kehidupan sosial. Sejalan dengan uraian di atas, Syu­kur (2005:13) mengemukakan konsep tasawuf sosial sebagai salah satu pemahaman ke­ kinian terhadap ajaran tasawuf. Tasawuf sosial ialah tasawuf yang tidak memisah­ kan antara hakikat dan syariat (fiqh) dan

LIVESCIENCE.COM

tetap berkecimpung dalam hidup dan ke­ hidupan duniawi, tidak memisahkan du­nia dan akhirat. Dalam hal ini, sikap zuhud se­ bagai inti dari ajaran tasawuf dapat dimak­ nai sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagaimana sejarah kelahiran tasa­ wuf, sikap zuhud pada intinya merupakan bentuk reaksi para ulama sufi terhadap ke­ timpangan sosial, ekonomi, dan praktik be­ ragama pada saat itu. Oleh karena itu, for­ mulasi sikap zuhud dapat berbeda-beda sesuai dengan tuntutan zaman. Tasawuf telah memberikan reaksi terhadap situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu de­ ngan mencari solusi moral yang tepat dan menarik diri dari keramaian materiil dan kekuasaan. Dengan demikian, tampaklah bahwa sebenarnya ajaran tasawuf membu­ mi dan aplikatif terhadap problema yang dihadapi pada masanya. Secara substansial, tasawuf memiliki ajaran yang berdimensi sosial, yakni fu­ tuwwah dan itsar (Syukur (2005:16). Isti­ lah futuwwah bermakna kesatria dan di­ ambil dari kata fata yang berarti pemuda.

P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2018 4 7

Untuk masa sekarang maknanya da­ pat dikembangkan menjadi seorang yang ide­ al, mulia, dan sempurna. Istilah futuwwah juga dapat diartikan sebagai orang yang ramah dan dermawan, sabar, dan tabah terhadap cobaan. Seorang kesatria dalam ajaran tasawuf ditandai dengan perilaku pantang menyerah, meringankan kesuli­ tan orang lain, ikhlas karena Allah SWT. Seorang kesatria harus selalu berusaha tampil ke permukaan dengan sikap anti­ sipatif terhadap masa depan dengan pe­ nuh tanggung jawab. Adapun arti al-itsar yakni lebih me­ mentingkan orang lain dari diri sendiri. Menurut Syukur (2005:16) penjelasan ar­ ti al-itsar merujuk pada Quran, surat al-Hasyr ayat 9 sebagai berikut. “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum keda­ tangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke­ pada mereka. Dan mereka tiada me­ naruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan ke­ pada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirin­ ya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Dalam konteks masyarakat mo­ dern saat ini, tasawuf sosial bukan berupa tasawuf isolatif, melainkan harus aktif di tengah-tengah pembangunan mas­ yarakat, bang¬sa dan negara. Tasawuf so­ sial bukan lagi bersifat uzlah atau khalwat dari segala bentuk keramaian. Sebaliknya, perilaku tasawuf harus aktif mengaru­ ngi kehidupan secara total dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Oleh karena itu, peran kaum sufi harus lebih empirik, pragmatis, dan fungsional dalam memandang dan menyikapi kehidu­ pan secara nyata. Penghayatan ajaran Islam melalui jalan tasawuf tidak bersifat reaktif, teta­ pi aktif untuk memberikan arahan kepa­ da sikap hidup manusia di dunia ini. Ketika tasawuf menjadi pilihan jalan hidup, ma­ ka harus dimaknai sebagai bentuk ‘pelar­ ian’ dari dunia yang ‘kasat mata’ menuju dunia spiritual. Jalan tasawuf itu menja­ di salah satu bentuk reaksi dan tang¬gung jawab sosial, yakni kewajiban dalam me­ laksanakan tugas dan merespon perma­ sahan-permasalahan sosial kontemporer (Syukur, 2005:21). 


Cerpen

Kendi Berputar

P Oleh SYAFIQ ADDARISIY Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Pilihan lurah sudah berlalu. Hasilnya mengecewakan meski warga sebenarnya sudah menduga hasilnya seperti apa—bahkan jauh-jauh hari sebelum penghitungan suara. Dan seperti umumnya, yang ada kemudian adalah kasakkusuk. Menggunjingkan ini-itu. Di pasar. Di balai desa. Di teras rumah. Di warung-warung kopi. Di mana saja.

Tiga hari lalu, giliran motor Pak Gito yang kemalingan setelah dua ekor kambing Pak Wondo yang kena gasak seminggu sebelumnya. Seisi kampung geger. Jadwal ronda yang sudah dijalankan tak mampu mengamankan harta benda milik warga. Malam menjadi saat di mana rasa was-was terasa kian nyata. Sebenarnya seisi kampung diam-diam sama-sama punya dugaan tentang siapa yang menjadi pelakunya. Ada nama yang sesungguhnya dicurigai. Tetapi untuk mengatakannya, atau menuduhnya, bukti yang ada belumlah mencukupi— bahkan belum ada. Yang ada barulah dugaan. Tetapi bukankah bagi sebagian orang, terutama yang kemalingan, dugaan itu sudah merupakan gambaran kebenaran itu sendiri? Pak Wandilah yang paling ngotot mengatakan bahwa

dugaan itu benar. Memang Pak Wandilah yang kalau dihitung-hitung paling besar kemalingannya. Perhiasan istrinya hampir ludes, padahal istrinya tukang dandan dan pamer perhiasan. Karena itulah, entah siapa yang memulai, Pak Wandi adalah orang yang menuduh Pak Gowar sebagai pelakunya. “Bayangkan saja, tidak cuma rumahnya yang menyendiri, orangnya juga jarang berkumpul. Pun, kalau ikut kumpulan juga hanya diam. Kalau ngomong, paling ngomong dikit, habis itu nunduk,” kata Pak Wandi suatu kali. Untung ada Pak Marta yang selalu mewanti-wanti semuanya agar bersikap tenang dan dingin kepala. Pak Marta pula yang menyarankan agar terlebih dahulu meminta pendapat Pak Waskita. “Begini saja, Pak Waskita, bagaimana kalau kita minta bantuan sekarang. Saya rasa saat ini sudah mendesak.” Pak Waskita merenung. “Betul, Pak Waskita. Kita sungguh punya cara yang tidak perlu berbelit-belit dan menunggu hasil yang lama. Cara itu sudah terbukti sejak dulu-dulu oleh para tetua.” Pak Waskita diam. Kehilangan cara menahan para warga yang sudah tidak lagi berpikiran untuk menghubungi polisi. Tahu betul kalau keberatan

48 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 01 8

mereka masalah uang dan proses yang nantinya akan bertele-tele dan rumit. Senja menjelang malam. Suasana tenang. Bau kemenyan sangat menyengat. Menguar di seluruh ruangan. “Aku sudah mendengar kejadian akhir-akhir ini. Aku juga sudah menduga kalian akan datang meski aku juga sempat meragukannya.” Wang Amung masuk ke kamar, mengambil sebuah kendi dan meletakkannya di depan kami. Tangan Wang Amung merogoh saku. Menyodorkan secarik kertas. “Tulis nama-nama yang kalian duga adalah pencurinya. Jangan ragu.” Kami berdua berpandangan. Sama-sama bertanya-tanya meski tak berani bertanya. Bertanya sama saja merasa tidak percaya padanya dan justru akan mengundang bahaya. Bisabisa malah ada paku dalam perut kami nanti. Kertas yang telah kami tulisi itu, seperti arahan Wang Amung, kami sobek berdasarkan nama-nama yang telah kami tuliskan—meski nyatanya hanya ada satu nama. Kami berdua kemudian diminta menjepit kepala kendi itu dengan jari telunjuk kami yang ditekuk. Entah apa yang Wang Amung baca, tapi tiba-tiba kendi yang kami yakini hanya berisi angin itu memberat. Seperti terisi air entah dari mana.

Udara menjadi terasa gerah. Kami tak memperhatikan apa yang diucapkan Wang Amung. Perhatian kami tertuju pada kendi yang entah bagaimana ceritanya makin berat saja. Punggung telunjuk kami panas. Tangan kami kaku dan tegang. Tapi pesan Wang Amung untuk terus menekannya sampai selesai tetap kami ingat. Kami lakukan. Tak lain agar pencurinya lekas ketemu. Supaya desa kembali aman. Supaya yang punya harta benda aman. Supaya diri kami aman. Tiba-tiba, kertas bertuliskan nama yang ditaruh di atas lubang kendi bergetar dan pelan-pelan berputar. Makin keras Wang Amung baca mantra, makin cepat pula kertas itu berputar. Kendi di antara punggung telunjuk kami makin berat. Ketika kertas itu telah berputarputar cepat, Wang Amung menyudahi baca mantra lalu mengusap keringat di dahinya. Mengambil napas. Kertas itu melambat seiring selesainya mantra yang Wang Amung baca. Kendi yang tadinya terasa berat perlahan-lahan menjadi ringan. Wang Amung mengangguk. Kelegaan merayapi diri kami. Adzan isya mengumandang. Senja di barat daya makin kehilangan jingganya. Pelanpelan berganti warna malam. Suara jangkrik sahut-sahutan memuji tuhan dalam bahasa yang tak dipahami manusia.


Seperti biasa, Pak Waskita membersihkan diri dan bersiap sebelum berangkat ke surau. Melewati jalan biasa, Pak Waskita menikmati suasana surup. Mengamati pohon randu yang entah berapa puluh tahun usianya masih tegak di tengah kebun tanpa pemilik di seberang sungai kecil yang dipakai warga mengairi sawah—masih sama seperti yang lalu. Gerumbul perdu di jalan setapak menuju surau juga masih yang kemarin. Bentuk bangunan surau juga tak berubah. Tapi perasaan Pak Waskita mengatakan ada yang berbeda.

ia, Pak Marta, memberanikan diri bicara, “Maaf semuanya, saya minta waktunya sebentar. Ada hal yang harus dibicarakan dengan Pak Waskita.” Pak Waskita yang sedari tadi memang telah mengira ada sesuatu yang terjadi, kian mantap atasnya dan segera menghampiri Pak Marta di dekat pintu. Setelah sedikit menepi ke pinggir surau dan diberitahu oleh Pak Marta, Pak Waskita menarik napas pelan dan segera kembali ke dalam. “Maaf, Bapak-Bapak, IbuIbu, malam ini saya tidak bisa mengisi pengajian seperti

satunya hitam. Pipinya gembung, serupa tahu bulat. Tangannya seperti tak lagi bertulang. Sobek-sobekan memenuhi bajunya. Tubuhnya telentang tak berdaya. Hanya napasnya yang menandakan bahwa ia masih bernyawa. Tapi yang paling mengerikan dari semuanya adalah semua warga yang siap sedia dengan apa saja yang bisa memberi luka. “Maaf, Pak Waskita, kami lakukan ini tanpa memberi tahu dulu.” Pak Waskita berpaling sebentar, mengerti betul keadaan. Bahwasanya pengiyaan atas usulannya selama ini sekedar basa-basi.

“Omong-kosong!” “Sudah, bakar saja!” Pak Waskita mengangkat tangan. Beberapa warga yang lain berusaha menahannya. Kericuhan sedikit mereda. Pak Waskita beralih memandang Pak Gowar. “Memang siapa yang menyuruh, Pak?” Pak Gowar tidak segera menjawab. Mukanya yang sudah tak keruan, tampak ketakutan. “Pak Gowar tenang saja. Keselamatan Bapak saya yang tanggung. Jadi, siapa yang menyuruh Bapak?”

COLLECTION.MAAS.MUSEUM

Ditepiskannya pikiran itu ketika harus mulai memusatkan pikiran pada tuhan. Allahu akbar. Takbir pembuka salat isya. Memegang kendali isi kepala dan dada untuk disandarkan pada Yang Kuasa. Allahu akbar. Melatakan kepala serata tanah. Merendahkan diri sebagai hamba di hadapan pencipta. Assalamualaikum warahmatullah. Pintu surau diketuk seseorang. Tergesa-gesa. Semua jamaah menujukan pandang padanya. Mencari tahu apa gerangan terjadi. Dengan napas satu-satu,

biasanya.” Semua mata bertanya-tanya. Pak Waskita, ditemani Pak Marta, sampai di lapangan. Orang-orang yang berkerumun memberi jalan pada Pak Waskita. Pak Marta yang sudah mengerti situasi sebelumnya membiarkan Pak Waskita banyak-banyak mengamati. Perasaannya yang barusan terasa damai dalam salat, kini tergoncang hebat. Seseorang babak belur. Hidungnya amblas. Matanya semerah darah, sedang yang

Pak Waskita diam saja, mendekati Pak Gowar, dan berjongkok di sampingya. Pak Gowar memegang lengan Pak Waskita dengan gemetar. Memberi cap merah di lengan bajunya yang putih. “Yang berniat bukan saya, Pak. Saya hanya disuruh...” Para warga menggeremang dan mulai berteriak tidak terima mendengarnya. Beberapa bahkan merangsek maju. Mengacung-ngacungkan apa saja yang dipegang tangannya. “Gombal!”

Pak Gowar masih belum bersuara dan malah menggigil. “Pak Gowar lihat kemarahan para warga itu? Justru kalau Bapak diam saja, mereka akan semakin tidak terkendali.” Tangan Pak Gowar menutupi matanya. Terisak-isak. “Pak lurah, Pak. Pak Lurah. Pak lurah yang menyuruh saya,” ujar Pak Gowar di sela-sela isaknya. Semua yang mendengar tertegun. Saling berpandangan. Memikirkan hal yang sama. Termasuk Pak Waskita. P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8 49


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Cerita Cinta Pelajaran Memasak untuk N. di Hari Minggu Aku seperti mendapati noda di baju usai pulang dari tubuhmu. Noda kecil dan tak hilang dicuci, meski berkali-kali. Aku merendamnya dalam air sabun Tapi ia malah menyebar, merasuk dalam benang Dan tak akan pernah hilang. Aku mencoba mengingat-ingat Sewaktu di tubuhmu aku hanya memungut harap dan mengantonginya. Itupun karena kau senyum padaku, yang kuartikan sebagai “iya”. Lalu pulang dan berdoa sepanjang jalan “Semoga harap tumbuh selayaknya waktu, Dari detik yang berdetak hingga akhir yang tak tertebak.” Sesampainya di rumah kudapati noda itu, Seperti kata-kata dalam puisi yang jarang kumengerti. Yogyakarta, Januari 2017

Tubuh Anonim Tokoh Cerita untuk Afrizal Malna Aku melihat tokoh yang kauciptakan berdiri di sebuah kota yang kaubangun sendiri. Ia baru saja selesai memasuki semua pintu yang terbuka di dalam ceritamu. Ia hanya menemukan dirimu sendiri dengan wajah dan pakaian yang berganti-ganti. 50 P E WA R A D I N A M I K A O K TO B E R 2 0 1 8

Ibu sedang di dapur Mengajari nenek cara menyalakan kompor gas, mengalirkan air dari keran, dan menghaluskan bumbu dengan blender. Ibu mengunduh video tutorial dari Youtube Nenek menonton dengan matanya yang kuyup. Nenek tak lagi mampu memasak dengan tungku Pohon pisang di kebun belakang tak menghasilkan kayu. Nenek tak lagi mampu menimba air di sumur Otot tangannya kalah dengan umur. Nenek tak lagi mampu mengulek bumbu Tulang-tulangnya sudah mendekati abu. Jadi setiap hari Minggu Ibu memberi panduan umum memasak Nenek hanya perlu duduk dan menyimak. Boyolali, 2018

Ia ingin membebaskan dirinya sebagai tokoh Mengingkari takdir yang sudah kautuliskan dan menyusun rencana balas dendam. Ia memulai dengan memberi nama bagi dirinya sendiri. Kemudian berjalan di semua jalan yang belum pernah ada dalam ceritamu sehingga kau tak akan pernah tahu jika suatu waktu dalam tidur nyenyakmu tokoh yang kauciptakan diam-diam memasuki kamar, duduk di meja kerja, dan bersiap menulis cerita tentang seorang pengarang yang tertidur lama dan memutuskan hidup di dalam mimpinya.   * ANDRIAN EKSA Mahasiswa Sastra Indonesia FBS UNY Penulis buku Dongeng Suatu Zaman dan Riwayat yang Terlupa


#KuliahUmum #PencegahanKorupsi #KPK FOTO-FOTO: ARIF BUDIMAN


Sedang dikerjakan

#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017

Selamat atas keberhasilan tim garuda di london

ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017 FOTO: KALAM JAUHARI

W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.