Pewara Dinamika November 2018

Page 1


Guru Tanpa Tanda Jasa

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA ∫ FOTO: RAMADIAN BACHTIAR / CIFOR


PEWA RA D I N A M I K A / N OV E M B E R 2 0 1 8

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi guru. Hanya saja, tanpa tanda jasa. Frasa ikonik ini pula yang digunakan oleh Sartono ketika menciptakan Hymne Guru. Guru, tanpa imbalan muluk-muluk, setiap harinya bertolak mendidik anak-anak, generasi penerus bangsa. Mereka berjuang bukan dengan mengangkat senjata, melainkan dengan mencerdaskan bangsa. Tak berlebihan bila pada edisi kali ini kami mengangkat guru sebagai tema. Bukan sembarang guru, melainkan para pemuda yang ikhlas mengabdikan diri di garda terluar negeri atas nama pendidikan—para pejuang SM3T, Gurdasus, dan yang tengah digembleng dalam PPG.

SELAMAT berjumpa kembali pembaca Pewara Dinamika yang budiman. Padatnya aktivitas dan rutinitas menjelang akhir tahun tak lantas menyurutkan semangat kami untuk hadir dan menyapa pembaca sekalian. Merupakan kehormatan bagi tim redaksi untuk selalu bisa menyuguhkan tema-tema yang menarik setiap bulannya untuk dinikmati oleh sidang pembaca.

NOVEMBER 2017

Pewara Dinamika edisi November tahun lalu mengulas tim redaksi mengambil tema pahlawan nasional dan Lafran Pane sebagai suguhan inti pada edisi November ini. Momen ini bertepatan dengan penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada salah satu pendidik UNY Prof. Lafran Pane, Guru Besar di Fakultas Ilmu Sosial UNY.

Setelah bulan Oktober hadir dengan tema pemuda karena kelindan erat dengan sejarah bangsa, bulan November juga punya ceritanya sendiri. Pahlawan menjadi tajuk. Mengambil momentum Pertempuran Surabaya, di mana para tentara dan milisi Indonesia yang pro kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda, Indonesia punya hari resmi untuk menghormati para pahlawan yang berkorban bagi kemerdekaan. Namun, setelah kemerdekaan berhasil diraih, bukan berarti kita tak lagi punya orang yang bisa disebut pahlawan.

mendorong UNY sebagai LPTK untuk terus berbenah demi meningkatkan kualitas lulusannya. Namun, pendidikan di bangku kuliah saja belum cukup. Mahasiswa calon guru ini masih butuh digembleng supaya lebih memahami dunia pendidikan di lapangan, serta praktik penerapan ilmunya. Karena itulah program lanjutan seperti PPG atau SM-3T dirasa perlu untuk menambah khazanah pengetahuan para calon pendidik. Nantinya, sebagai pendidik, mereka harus mampu menginduksi, serta menginspirasi tidak hanya murid yang mereka jumpai di wilayah pengabdian, tetapi juga masyarakat daerah penugasan.

Dari data temuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2015, demografi guru di Indonesia menunjukkan data yang cukup mengejutkan. Kini, semakin banyak anak muda yang berprofesi jadi guru. Jumlah guru muda sekarang mengalahkan guru yang berusia senior. Penyejahteraan guru ditengarai menjadi salah satu sebab.

Sejatinya, pahlawan telah lama disandingkan dengan pekerjaan

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, kami dari tim redaksi Pewara Dinamika mengucapkan selamat menyelami kehidupan para calon dan pahlawan tanpa tanda jasa di bulan pahlawan. Tentunya, kami mengharapkan kritik, serta saran kepada sidang pembaca yang budiman, agar kualtas kami dalam memberikan laporan bisa terus membaik. Selamat melahap suguhan warta dari kami. ď Ž

Melonjaknya minat anak muda menjadi pendidik, turut

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

unyofficial

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati

@pewara_uny l @unyofficial

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Guru profesional di era Revolusi Industri 4.0. harus mampu memanfaatkan teknologi » 24-25

PROFESI ONLINE

Pahlawan tanpa tanda jasa bukan sekadar pemanis historis, tetapi sendi dan rangka yang memanggul pendidikan bangsa

NOVEMBER jadi bulannya guru. Tepat tanggal 25 di bulan sebelas ini, rakyat Indonesia merayakan hari penghormatan bagi pahlawan tanpa tanda jasa. Bertepatan dengan itu pula, tanggal 10 di bulan yang sama, Indonesia juga punya hari yang menjadi pengingat akan tumpah darah para pahlawan. Meski tak berjuang di medan perang, kepahlawanan guru tidaklah lebih kecil. Guru membimbing, mendidik, bukan cuma tembakan ilmu dan materi semata. Para leluhur telah mengajarkan

bahwa negara kita secara idiomatik disebut sebagai ibu pertiwi, bukan bapak pertiwi. Negara yang dicita-citakan oleh nenek moyang (bukan kakek moyang) adalah negara yang memiliki spirit keibuan sekaligus watak kodrati asah, asih, dan asuh. Makna asah itu mencerdaskan, asih itu menyayangi dan asuh itu membesarkan. Inilah prinsip dasar sistem among yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai guru, kita harus mengajar dengan sentuhan hati dan kasih sehingga ilmu yang diajarkan dapat langsung terinduksi.

4 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Revolusi Industri 4.0: Ke Mana Lulusan PT Harus Berlabuh?

6

SURAT PEMBACA

35-39

BERITA Harus Memiliki Kemauan Untuk Belajar ∫ Dosen FT UNY ikuti Short Course Pendidikan Vokasi di Dresden, Jerman ∫ 4 Mahasiswa FIK Terpilih Timnas Rugbi 7S Indonesia

8-34

LAPORAN UTAMA Cetak Guru Profesional "Made in Yogyakarta" ∫ Digembleng Angkatan Udara dan Orientasi Kampus

46

RESENSI Simulakrum Hambar dari Queen yang Ikonik

40-43

SOSOK Isti Komariah Pendidik Pulau Timor

47

BINA ROHANI Tasawuf Sosial

48-49 CERPEN Kalya

44-45

Opini Noeng Muhadjir, Konsisten Menyorot Kemanusiaan

50

PUISI Waktu Sarapan ∫ Wastu FOTO COVER: PXHERE (REPRO.)


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Revolusi Industri 4.0: Ke Mana Lulusan PT Harus Berlabuh?

P

erkembangan dunia pendidikan saat ini tengah memasuki masa yang sangat penting, tidak saja dalam upaya memberikan pe­ layanan pendidikan yang ber­ kualitas dan optimal, tetapi juga masa yang penting yang akan menentukan kelanjutan pendidikan itu sendiri. Saat ini, tantangan dunia pendidikan semakin kompleks dan menuntut persiapan dan pemikiran yang sangat serius. Kita dihadapkan pada suatu perubahan yang cepat dan non-linear sebagai akibat bergulirnya suatu masa yang disebut sebagai ‘Era Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0 secara fundamental mengubah peradaban manusia. Kemajuan teknologi ini memungkinkan otomatisasi di hampir semua bidang. Penjualan produk dan jasa menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia, generasi kedua, melalui penerapan konsep produksi massal dengan manfaatkan tenaga listrik, generasi ketiga, ditandai penggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri. Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sek­tor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru de­ ngan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik. Internet of things mengubah total proses produksi. Penerimaan pesanan, pembuatan desain, perkiraan tren dan permintaan, pembuatan barang, pengemasan, hingga pengiriman ke konsumen bisa dilakukan robot. Kecerdasan buatan ini menjadi kunci efisiensi.

Lulusan perguruan tinggi harus bersiap menghadapi era banyak “gangguan” yang diakibatkan oleh perubahan yang makin sering terjadi dan harus disikapi dengan bijaksana agar mampu menanggapi tantangan zaman. Kita tidak boleh terperangkap dengan cara pandang zaman old, tetapi harus bergerak cepat untuk me­la­kukan berbagai inovasi. Kita harus sudah berubah menjadi orang yang selalu berfikir kritis dan kreatif. Kita jangan terjebak dalam comfort zone (zona nyaman) de­ ngan tidak mau melakukan tindakan apaapa untuk memperbaiki kondisi sekarang, tetapi melakukan learning zone dengan berusaha memahami ilmu baru, dengan mengobservasi, memahami, menseleksi, menjadikan hal baru menjadi bagian dari diri kita, melakukan perencanaan, ekseku­ si, dan evaluasi. Hasil penelitian McKinsey & Compa­ ny memperkirakan 47 persen pekerjaan akan menghilang dalam seperempat abad ke depan. Robot dan kecerdasan buatan bahkan menyingkirkan pekerjaan 800 juta tenaga kerja di seluruh dunia pada tahun 2030. Berbagai profesi juga akan menghilang, digantikan oleh kegesitan mesin. Teknologi canggih ini juga bisa menyebabkan marginalisasi bagi sejumlah kelompok, memperbesar kesenjangan ekonomi, memunculkan risiko keamanan, dan merusak hubungan antarmanusia. Tanpa persiapan matang, efek negatif itu bisa sangat merusak optimisme para lulusan PT dalam mencari ataupun menciptakan pekerjaan. Perkembangan ini tentu saja memerlukan respons yang tepat dan cepat, lulusan pendidikan tinggi harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan bersiap menghadapi tantangan besar ini. Dalam merespon perubahan tersebut, para lulus­

an harus memiliki mindset yang terbuka terhadap perubahan, mindset yang adaptive, yang sering disebut dengan growth mindset. Manusia dengan growth mindset selalu memandang pencapaian sebagai hasil usaha dan hasil belajar, dan bukan semata-mata karena adanya bakat dan takdir. Manusia dengan growth mindset memandang dirinya dapat mencapai apapun sepanjang dia mau berusaha dan belajar. Sikap semacam ini akan dapat menumbuh­kan kemampuan beradaptasi dengan per­ubahan dan mampu belajar dan mencapai apapun yang kita kehendaki. Para lulusan tidak boleh berpegang pada fixed-mindset, sehingga akan sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan. Manusia dengan fixed-mindset akan cenderung membatasi kemampuan pada apa yang mereka percayai bahwa mereka berbakat. Untuk menghadapi persaingan tersebut, di mana pun lulusan PT akan berlabuh, lulusan harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan inovatif, serta kemampuan komunikasi dan kolaborasi yang baik. Selain itu, pengu­asaan literasi digital, yang terdiri atas lite­rasi informasi, literasi media, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi ha­rus menjadi prioritas. Untuk dapat menghadapi karier dan kecakap­ an hidup atau live skill ke depan (yang sekarang dikenal dengan zaman now), para lulusan harus memiliki kemampuan fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi, berinisiatif dan penguatan tujuan hidup, kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi antar budaya, produktif, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Revolusi industri 4.0 sebuah peradaban dunia dan kita harus bisa menggengamnya. Semoga. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 5


 S U R AT P E M B A C A

WIRED.COM

Peningkatan Kualitas Wifi Kampus SEKARANG, wifi kampus menjadi bagian penting sebagai media pembelajaran pendukung bagi mahasiswa. Hal itu dikarenakan semua kebutuhan akademik baik buku, jurnal, informasi, dan berita lebih mudah dan update didapatkan melalui daring. Wifi kampus selain digunakan untuk mencari buku juga digunakan untuk membantu mengerjakan tugas perkuliahan dan penyebaran informasi tentang kampus dan yang lain sebagainya. Nah apa jadinya jika wifi kampus bermasalah? Oleh ALFIAN CHOIR Mahasiswa Sastra Indonesia UNY

Bahkan, UNY belum lama ini meluncurkan program baru yaitu program e-learning, nah apabila wifi kampus bermasalah tentunya akan menghambat kesuksesan program tersebut, dan hal tersebut menjadi masalah yang sangat lucusemoga saja tidak terjadi karena UNY adalah kampus ternama di Indonesia. Di sinilah peran penting wifi kampus semakin dikukuhkan sebagai media pendukung proses pembelajaran. Tidak hanya itu, apabila wifi kampus bermasalah maka kebutuhan akan akses jurnal dan buku online terganggu. Nah,

buruknya sinyal wifi kampus ini sering terasa di Student Center (SC) dan fakultas Ilmu sosial (FIS). Buruknya sinyal wifi ini sangat berdampak dan terasa di kalangan mahaiswa kata teman saya yang berkuliah di FIS, katanya wifi kampus sangat penting karena terkadang pada saat perkuliahan sinyal telephone seluler di gedung perkuliahan buruk nah kalo wifi kampus ikut-ikutan lemot nanti susah komunikasi dan akses yang lain lain. Hal ini pun saya rasakan sendiri ketika mengakses internet dan mendownload aplikasi di SC. Selain masalah sinyal yang lemot saya kerap kali terkendala ketika laman masuk ke jaringan Wifi

6 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

kampus, padahal saya sudah memasukkan Id dan pasword dengan benar. Kampus atau khususnya unit pelaksanaan teknis (PUSKOM) sebagai pihak yang paling bertanggung jawab pada masalah ini harusnya segera membenahi wifi kampus yang bermasalah. Selain membenahi sebaiknya PUSKOM mulai menata ulang

dan mengecek wifi secara berkala. Pengecekan berkala ini penting agar pihak PUSKOM mengetahui di titik mana wifi kampus yang bermasalah, juga agar mahasiswa sebagai pengakses terbesar wifi kampus mendapatkan kenyamanan ketika mengakses internet di lingkungan kampus waaupun bukan hanya mahasiswa yang mengakses wifi kampus. Selain pengecekkan, sebaiknya pihak kampus juga menambah spot wifi, karena di fakultas saya di gedung perkuliahan c13 belum terjamah wifi. Apabila ingin mengakses wifi perlu pindah ke gedung perkuliahan yang lain atau ke pedopo Tejdo Kusumo. Nah, apabila wifi kampus sudah tidak terkendala masalah selanjutnya adalah penggunaan wifi. Wifi kampus haruslah digunakan secara bijaksana oleh semua penggunanya, terkhusus oleh mahasiswa. Jangan sampai fasilitas yang digunakan sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar ini disalahgunakan.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

ď Š

FORBES.COM

Oleh AFTA Mahasiswa Sastra Indonesia UNY

S

aat ini berbelanja semua barang yang kita butuhkan tidak perlu repot-repot untuk datang ke tempat perbelanjaan, cukup melakukannya dari rumah secara online. Saat ini banyak sekali situs-situs belanja online yang menawarkan berbagai bentuk barang yang dibutuhkan, mulai dari situs belanja lokal hingga luar negeri semua bisa kita dapatkan melalui situs online. Berbelanja online saat ini sangat mudah dilakukan oleh siapapun. Namun saking mudahnya transaksi via online banyak dari para konsumen yang tertipu karena tidak begitu memperhatikan keamanan dari situs online yang mereka kunjungi. Nah berikut ini ada beberapa tips dan trik aman berbelanja online yang dapat dilakukan:

1

Cek Kredibilitas Toko atau Situs Online Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi mengenai kredibilitas toko atau situs online yang Konsumen kunjungi. Baca review

Tips dan Trik Aman Berbelanja Online

toko sebelum memutuskan membeli. Sebuah toko online yang memiliki smart seller sudah pasti akan melampirkan alamat fisik beserta beberapa kontak person penjual yang bisa dihubungi. Konsumen dapat menghubungi nomor yang tertera untuk mencari informasi mengenai produk-produk yang ada di situs online tersebut, memastikan keasliannya, dan tanyakan kepada apakah toko online tersebut melayani komplain maupun pengembalian barang.

2

Cari Testimonial dari Konsumen Baca beberapa Testimonial atau komentar para konsumen yang sudah pernah bertransaksi dengan situs online tersebut. Sebaiknya Konsumen memperhatikan hal ini. Apakah toko online shop tersebut memiliki testimonial positif atau sebaliknya. Perhatikan komentar dari segi kualitas barang, proses pengiriman barang, dan pelayanan yang diberikan. Jika Testimonial para pelanggannya merasa puas Konsumen tidak usah ragu lagi

dalam bertransaksi di toko atau situs online tersebut.

3

Perhatikan Deskripsi Box dan Spesifikasi Produk Membeli barang secara online membuat Konsumen tidak dapat melihat kualitas dan keadaan barang tersebut secara langsung. Tidak semua situs online menampilkan foto atau gambaran asli dari produk yang ditampilkan, sehingga konsumen harus pintar untuk mengecek spesifikasi barang yang dituliskan dengan teliti. Cek deskripsi kualitas bahan, warna, ukuran atau kelengkapan lain yang ditampilkan di deskripsi box. Pastikan lagi bahwa barang yang Konsumen beli sama dengan Foto dan sesuai dengan deskripsi serta spesifikasi produk yang ditampilkan disitus online yang Anda kunjungi.

4

Jangan Tergoda dengan Barang Murah Berbelanja via online memiliki banyak tawaran harga yang sangat menggiurkan bagi para shopaholic. Namun jangan

terburu-buru membeli barang dengan harga yang terlampau murah dan jauh dari harga pasaran. Termasuk dengan barang-barang yang bermerk dengan potongan harga yang lebih besar dan tidak masuk akal, karena bisa jadi barang tersebut tidak original. Jangan mudah diiming-imingi harga murah, karena hal tersbut bisa saja menjadi jebakan untuk mengelabui konsumen. Jangan lupa untuk selalu membandingbandingkan harga antar toko agar mendapat penawaran terbaik. Be a smart buyer.

5

Simpan Bukti Transaksi Setelah memantapkan pilihan dan selesai melakukan transaksi pembayaran, ada baiknya Konsumen menyimpan struk bukti pembayaran, sms atau email konfirmasi pesanan dan data-data lainnya. Hal ini bertujuan agar apabila ada hal yang tidak diinginkan, maka kita bisa melakukan komplain kepada Online Shop yang bersangkutan. Simpanlah bukti pembayaran dan yang lainnya hingga pesanan sampai di tangan kita.

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 7


Laporan Utama

MIGHTY EARTH

8 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8


Laporan Utama

MELIBAS ZAMAN MELALUI PENDIDIDIKAN

I

Invasi Revolusi Industri 4.0. kian terasa di setiap lini kehidupan. Tak cuma di sektor teknologi, tapi juga pendidikan. Keberadaannya kian menusuk, secara tak langsung memaksa untuk terus maju, suka atau tidak. Guna menyejajarkan langkah dengan gerak zaman yang kian sekaligus serba cepat, sektor pendidikan mau tak mau harus membenahi diri. Sebab, di tengah era tsunami data ini, keberadaan seorang human yang mampu meniupkan makna serta karakter atas luapan sumber literasi justru menjadi urgen. Human dalam pendidikan adalah guru. Mereka diharapkan mampu memaksimalkan gebrakan zaman, alih-alih tenggelam dalam arusnya yang maha dahsyat. Guru punya tanggungan untuk mampu mengerek standar internasional dengan memiliki kapasitas yang sesuai dengan kompetensi global saat ini. Nantinya, guru akan berkolaborasi dengan teknologi dan internet, bukan digantikan oleh internet. Citacita ini diwujudkan dalam bentuk peningkatan kualitas guru. Karena, sesungguhnya peningkatan kualitas itu tak hanya menjadi kewajiban guru saja, melainkan juga merupakan hak mereka. Kebutuhan untuk meningkatkan kualitas guru melahirkan program yang diberi nama Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tak cuma itu, PPG juga hadir untuk menjawab defisit kompetensi kepribadian dan sosial pada mahasiswa calon guru sekarang ini. Lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) serta menyandang gelar Sarjana Pendidikan saja belumlah cukup untuk menjadi guru yang sebenarnya. Para guru masa depan ini masih perlu penggemblengan agar menjadi pendidik yang cerdas, tangguh, ramah sosial, sekaligus penyayang. Di sinilah program-program keluaran pemerintah masuk. SM-3T, serta PPG diracik guna memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun, peningkatan kualitas guru bukan cuma tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga merupakan tugas negara, tugas LPTK, serta tugas masyarakat untuk mendukung. UNY sebagai salah satu LPTK terbaik bangsa meluncurkan PPG sebagai salah satu program tandingan dalam usaha urun peran memajukan pendidikan. Modeling PPG sudah dirintis oleh UNY sejak tahun 2013. Sejak itu pula, UNY terus memproduksi jebolan peserta PPG terbaik. Hal ini termaktub dalam motto universitas—takwa, mandiri, cendekia—yang secara tidak langsung merupakan terjemahan dari tujuan pendidikan Indonesia. Dalam Undang-undang, disebutkan bahwa tujuan pendidikan negeri ini adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sudah jelaslah bahwa cita-cita bangsa juga merupakan cita-cita UNY. Bata peningkatan kualitas pendidikan mulai disusun dari Kampus Karangmalang sampai ke pelosok negeri demi Indonesia yang lebih baik. NUNGGAL SERA P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 9


Laporan Utama

Cetak Guru Profesional "Made in Yogyakarta" Amanat undang-undang mendorong guru bersertifikat profesi lewat Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam komitmen mencerdaskan kehidupan bangsa, UNY turut serta mencetak guruguru handal dengan cita rasa Yogyakarta. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

Sedangkan kategori kedua adalah PPG Luar Jabatan, yang boleh diikuti oleh masyarakat umum. Baik itu lulusan atau mahasiswa kependidikan, ataupun nonkependidikan dan ilmu murni.

S

ejak UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi merumuskan tentang pendidikan profesi, UNY sigap bak gayung bersambut. Setahun kemudian, UNY telah memperoleh izin serta menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

"Hal ini dilakukan UNY sesuai dengan amanat dari Pusat dan Keputusan MK. Bahwa memang guru dari nonkependidikan itu dimungkinkan. Harapannya saling melengkapi kebutuhan menjadi guru profesional. Kampus tidak dalam posisi untuk berkomentar terkait interpretasi ini," ujar Suyut.

Dengan kualitas ketaqwaan, kemandirian, dan kecendekiaan lewat pembinaan secara unggul, kreatif, dan inovatif, UNY secara konsisten menggelar PPG hingga kelima kalinya dimulai sejak Agustus 2018 lalu. Selama lima tahun itu pula, UNY menjadi satu-satunya kampus di Yogyakarta yang diberi izin menggelar PPG. DOK. CIPTO PRISNANTO

Bagi Paristiyanti Nurwardani, izin itu tak datang tiba-tiba. Kualitas dan ka­rakter pembinaan tersebut ada­ lah satu diantaranya banyak per­tim­ bangan yang membuat UNY men­ja­di The Best LPTK. Baik dalam peme­ ringkatan Kemristekdikti, ataupun pandangannya secara personal. "Sehingga Kemristekdikti tidak ragu lagi memberikan izin menggelar PPG kepada UNY. UNY adalah The Best LPTK. Guru profesional cetakan Yogyakarta, made in Yogyakarta, UNY yang pertama kali menggelar," ungkap Paris kepada Pewara Dinamika, Minggu (07/10/2018). Seraya menekankan bahwa UNY tak hanya berstatus sebagai LPTK terbaik, tapi juga punya konsekuensi besar untuk menghadirkan guru profesional yang terbaik pula. PPG Prajabatan dan Dalam Jabatan Guna menunaikan tugas mencetak guru profesional, UNY layaknya disebut oleh Suyud selaku Ketua Pusat Pengembangan Profesi 10 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Non-Kependidikan (P4TKN), melaksanakan PPG dalam dua kategori. Kategori pertama adalah PPG Dalam Jabatan, dimana mereka yang mengikuti PPG telah berstatus sebagai guru yang tercatat di Kemdikbud (PNS/PPPK/Honorer K2) dan menjalankan studi tersebut sebagai bagian dari penugasan instansinya.

TK MENGERUDA DI NTT, SALAH SATU DAERAH TERLUAR INDONESIA, YANG DIRINTIS OLEH BULE KANADA

Kualitas dan ka­rakter pembinaan tersebut ada­lah satu diantaranya banyak per­ tim­bangan yang membuat UNY men­ja­di The Best LPTK.

Dari pembagian antara Prajabatan dan Dalam Jabatan tersebut, ada juga pembagian terkait pembiayaan PPG. Yaitu jalur bersubsidi, dan reguler. Jalur bersubsidi berarti sebagian atau seluruh biaya keikutsertaan PPG (di luar akomodasi seharihari) ditanggung oleh pemerintah, sedangkan jalur reguler berarti biaya ditanggung secara swadana. Untuk PPG Prajabatan yang memperoleh subsidi, Prof. Margana selaku Wakil Rektor I UNY menyebutkan bahwa kuota diberikan sesuai dengan kapasitas anggaran dari pemerintah yang ditugaskan kepada UNY. Nantinya, kuota tersebut akan diberikan kepada pendaftar jalur reguler atau Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). "Untuk SM-3T, pasti dapat subsidi. Karena memang sudah janji dari Pemerintah Kemdikbud melalui penugasan mereka setahun di daerah terpencil. Jadi disuruh mengajar di pelosok dulu setahun, baru belajar lagi di UNY," tukas Margana. Hal yang sama juga berlangsung bagi PPG Dalam Jabatan. Ada yang bersubsidi, dan ada pula yang berasal dari jalur reguler. Mereka yang ikut


Laporan Utama

DOK. ISTI KOMARIAH

jalur PPG Dalam Jabatan Bersubsidi, diungkapkan oleh Widarto, selaku Dekan FT UNY, diseleksi bekerjasama dengan Kemristekdikti Ditjen GTK Kemdikbud lewat tes administrasi, dan tes berbasis komputer yang materinya mencakup tes potensi akademik, tes kemampuan bidang dan tes bahasa Inggris Terkhusus untuk Jalur Reguler pada PPG Dalam Jabatan, guru pada umumnya dapat tidak sepenuhnya membiayai studi tersebut secara pribadi. Mekanisme yang bisa dilakukan dan ditemui oleh UNY, diantaranya dengan cara dibiayai instansi tempat mereka mengajar, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Provinsi, atau strategi-strategi lain seperti kebiasaan (custom) yang ada di daerah tersebut. "Pada Agustus 2016, kami khusus FT menerima total 60 guru PPG Dalam Jabatan Bersubsidi, terbagi menjadi dua kelompok yaitu 40 untuk jurusan otomotif dan 20 untuk Elektronika," ujar Widarto. Secara umum pada Agustus lalu dalam Kelompok III Tahun 2018, UNY menerima 132 orang peserta PPG Prajabatan Bersubsidi. UNY melaksanakan PPG untuk 6 program studi dari 18 perguruan tinggi

PESERTA SM-3T BESAMA PESERTA DIDIKNYA

negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia yang seluruhnya berkuota 142 orang. Dengan rincian 23 orang Pendidikan Bahasa Indonesia, 20 orang Pendidikan Bahasa Inggris, 22 orang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 26 orang Pendidikan IPA, 23 orang Pendidikan Matematika dan 18 orang Pendidikan Teknik Otomotif. Sedangkan dalam PPG Dalam Jabatan, kuota yang diperoleh UNY adalah 540 orang. Dijelaskan oleh Suyud, delapan program studi yang diselenggarakan dalam PPG dalam Jabatan di UNY, yaitu : 1) Akuntansi dan Keuangan (60 guru), 2) Bahasa Indonesia (30 guru), 3) Guru Kelas TK (60 guru), 4) Guru Kelas SD (117 guru), 5) Ilmu Pengetahuan Alam (60 guru), 6) Ilmu Pengetahuan

Keluaran yang diharapkan ialah peserta PPG tak lagi belajar Sastra Indonesia ataupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia secara keseluruhan seperti saat kuliah.

Sosial (59 orang), 7) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (29 orang), 8) Teknologi Komputer dan Informatika (117 guru). Kegiatan selama PPG Mereka yang diterima dalam studi PPG, disebut oleh Paristiyanti akan mengikuti pembelajaran yang su­dah didesain khusus pada materi sesu­ai bidangnya. Bahasa Indonesia misal­ nya, akan mendalami materi-materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Sesuai dengan jenjang yang jadi tujuan mengajar, dan juga sesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan yaitu Kurikulum 2013. Khusus untuk PPG Dalam Jabatan, studi bahkan dilakukan lebih spesifik lagi. Peserta PPG Dalam Jabatan yang mengajar Bahasa Indonesia di tingkat SMA misalnya, akan dikelompokkan dalam satu rombongan belajar. Mendalami khusus materi Bahasa Indonesia di jenjang tersebut. Inilah kenapa sistem kuliah PPG diberi sebutan Specific Subject Pedagogic (SSP). Keluaran yang diharapkan ialah peserta PPG tidak lagi belajar Sastra Indonesia ataupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia secara keseluruhan seperti apa yang dilakukan selama kuliah. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 11


Laporan Utama

DOK. CIPTO PRISNANTO

"Jadi misal Bahasa Indonesia, yang PPG akan belajar bagaimana materi mata pelajaran tersebut untuk anak kelas tujuh SMP sampai 12 SMA. Apa saja materinya di kurikulum. Belajar Bahasa Indonesia secara umum sudah cukup, di PPG waktunya mendalami keprofesiannya sebagai guru," ungkap Paris. Selain mendapatkan materi, metode pembelajaran juga akan diberikan intensif sebagai penekanan dalam keprofesian guru. Oleh karena itu dalam kegiatan PPG, layaknya dituturkan Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY, terdapat kegiatan-kegiatan pokok seperti: 1) Workshop Perangkat Pembelajaran, 2) Microteaching, 3) Praktik Lapangan Kependidikan, dan 4) Ujian Kelulusan PPG Digelar pada semester pertama, Workshop Perangkat Pembelajaran memuat pengenalan dan praktik merumuskan Silabus, Analisis KD (Kompetensi Dasar), Program Tahunan, Program Semester, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai jenjang pendidikan yang diajarkan oleh bidang studinya. 12 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Selain itu, dalam workshop juga membekali mahasiswa PPG dengan landasan hukum seperti Peraturan Pemerintah, UndangUndang, Keputusan Menteri, hingga perubahan kebijakan, dan lain sebagainya yang terkait dengan pendidikan. Hasil workshop akan dipresentasikan di depan kelas dan dinilai saat minggu Pleno.

ANAK-ANAK DUSUN NUNUMEO, ANAK TK DI NGADA.

Selanjutnya dalam Microteaching, secara sederhana bisa dimaknai sebagai praktek mengajar di depan kelas. Menghadap para mahasiswa lain serta dosen, peserta kelas akan mempraktekkan seolah-olah mengajarkan materi sesuai bidang studinya. Sesuai dengan silabus

Dalam kegiatan PPG, terdapat kegiatan-kegiatan pokok: Workshop Perangkat Pembelajaran, Microteaching, Praktik Lapangan Kependidikan, dan Ujian Kelulusan PPG.

dan RPP yang telah mereka rancang saat Workshop, dan peserta keras diibaraktkan siswa di sekolah yang sedang mendengarkan. Sehingga urutannya secara umum: Workshop - Presentasi - Revisi Peerteaching - Penjilidan. Sutrisna menyebut peserta PPG nanti kirakira melakukan peerteaching setidaknya selama lima kali. Satu SSP diibaratkan materi satu semester mengajar di sekolah, dengan semester 1-5 biasanya digunakan untuk materi, dan semester 6 adalah drill untuk Ujian Nasional sehingga tidak banyak materi baru. "Desain PPG sangat intensif. Pakem desain yang saya sebutkan tadi sejatinya fleksibel. Jumlah workshop bisa lebih dari itu, misalnya workshop untuk menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bisa disesuaikan sesuai bagaimana metode sang dosen mengajar atau kebutuhan bidang mapel itu," tutur Sutrisna. Di samping praktek dalam kelas, peserta PPG akan melaksanakan Praktek Lapangan Kependidikan di sekolah mitra pada semester


Laporan Utama

DOK. ISTI KOMARIAH

dua selama kisaran 4 bulan (satu semester). Selama praktik mengajar tersebut mahasiswa PPG akan menjalani tugas-tugas guru di sekolah berupa penyusunan perangkat pembelajaran, terlibat kegiatan ekstrakurikuler, hingga termasuk memenuhi tugas-tugas adminsitratif lainnya. Selain itu, selama praktik mengajar tersebut juga dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini nantinya akan diuji dan dinilai dalam Ujian Kelulusan PPG, yang juga memuat Ujian TUlis Lokal dan Ujian Tulis Nasional (UTN). Materi-materi dalam ujian ini diantaranya kompetensi Sosial, Kepribadian, Pedagogik, dan Profesional. "Itulah tahapan-tahapan PPG. Peserta PPG dinyatakan lulus UTN jika memenuhi nilai ambang batas yang ditentukan oleh Kemristekdikti. Bila belum lulus, berhak mengikuti ujian ulang. Yang lulus berhak ikut yudisium, Wisuda dengan pemberian gelar .Gr sebagai sertifikasi profesi keguruan yang diberikan Pemerintah," tukas Sutrisna.

ANAK-ANAK DI DESA HANOWAI, KABUPATEN BELU

Disediakan Fasilitas Asrama Selain menjalani kehidupan akademik, peserta PPG prajabatan UNY disebut Sutrisna juga wajib tinggal di asrama. Baik itu Asrama Condronegaran yang terletak di Kampus FIP UNY Bantul, atau Asrama Wates. Kuliah PPG terdiri dari 2 tempat yaitu Kampus UNY Wates dan Kampus UNY Pusat. Kampus UNY Wates digunakan oleh prodi PGSD, PG PAUD, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, PJKR dan PKn. Kampus UNY Pusat digunakan oleh prodi Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Jadi para calon guru profesional tidak hanya kita didik secara akademis, tapi juga karakter dari hubungan sosial. Lewat kehidupan berasrama," ungkap Sutrisna Wibawa.

Teknik Mesin, dan Teknik Otomotif. Jika memerlukan transportasi dari asrama menuju ke Kampus Pusat UNY di Karangmalang, disediakan bis shuttle. "Jadi para calon guru profesional tidak hanya kita didik secara akademis, tapi juga karakter dari hubungan sosial. Lewat kehidupan berasrama," ungkap Sutrisna. Tahapan tinggal di asrama kampus dimulai dari lapor diri dan orientasi. Akan ada tiga hari orientasi yang berisisi pendidikan wawasan kebangsaan dan seputar informasi kehidupan kampus serta akademik. Lalu, kehidupan asrama akan berlangsung seperti biasa. Mahasiswa beristirahat di asrama, mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah, dan tak lupa bangun pada pagi harinya untuk mengikuti kuliah PPG. "Untuk makan siang di Kantin Kampus Wates, kami sediakan. Intinya PPG dibuat padat, intensif, dan menyiapkan anda sebagai guru profesional jebolan UNY, jebolan Yogyakarta," pungkas Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 13


Laporan Utama

Belajar di UNY dan Pelosok Negeri Peserta PPG tak hanya belajar di UNY lewat bilik-bilik kelas. Ia juga membawa pengalamannya mengabdi di pelosok negeri, guna saling belajar dan memetik hikmah. Dengan harapan pengambil kebijakan, kampus, dan para guru, bisa bersinergi untuk pendidikan bangsa yang lebih baik.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

"Tiba-tiba saja itu bule ketemu di Facebook, Sebenarnya hanya curhat. Tapi tiba-tiba langsung dipanggilkan kontraktor. Dibangun lagi sekolah itu jadi bagus. Semua warga desa terkejut, bahkan kami berdua akhirnya disambut pakai jamuan, musik, dan tari-tari," pungkas Cipto berkisah atas indahnya silaturahim.

T

empo tahun 80an, belasan pelajar asal Kanada disebut-sebut warga Desa Mengeruda, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pernah tinggal di sana kurang lebih dua tahunan. Selama tinggal di desa ini, mereka membangun sekolah. Membawa sumber daya serta tenaga, lalu bahu membahu dengan warga untuk mendirikan gedung yang akhirnya menjadi TK Ture Inka. Sekali dua kali, bule Kanada itu juga turut mengajar TK. Memberi pengetahuan kepada warga desa, tentang bagaimana mendidik anak usia dini. Perjuangan tersebut dilanjutkan para guru setempat, hingga tiga puluh tahun kemudian Cipto Prisnanto sebagai Peserta PPG SM3T Bahasa Inggris UNY turut berada di sekolah itu di tahun 2014. Bedanya di saat Prisnanto mengajar, kondisi sekolah yang butuh renovasi berat. Plafonnya bocor, tembok antar kelasnya berlubang, belajar di dalam kelas jadi menegangkan karena takut bangunan itu ambruk. Walau demikian, ketakutan tetaplah tak jadi halangan bagi Cipto untuk belajar. Namun di sela-selanya, Cipto juga penasaran. Tentang bangunannya, dan tentang sejarah keterlibatan orang Kanada dalam pembangunannya. Akhirnya, berselancarlah ia di media sosial Facebook dan mengetikkan kata pencarian "TK Ture Inka". Dan entah karena kebetulan atau skenario Tuhan, takdir memberi kesempatan pada Cipto untuk 14 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Sekaligus menjadikannya bersama peserta SM-3T UNY tak hanya sekedar mengajar di pelosok negeri, tapi juga belajar banyak hal dari interaksi dan pengalaman sebagai guru terbaik sepanjang hayat.

DOK. CIPTO PRISNANTO

bertemu dengan salah seorang pendiri TK Ture Inka. Pendiri sekolah yang kemudian tak hanya menyelamatkannya dari rasa penasaran, namun juga secara tak diduga langsung menggelontorkan uang ketika tahu sekolahnya rusak.

WARGA DI PELOSOK KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG, PAPUA

Pendiri sekolah yang kemudian tak hanya menyelamatkannya dari rasa penasaran, namun juga secara tak diduga langsung menggelontorkan uang ketika tahu sekolahnya rusak.

Diapresiasi Warga Desa Nama dari Bule Kanada yang membantu TK Ture Inka tersebut, ialah Kent Buse. Kebetulan, ia bekerja dalam badan organisasi dunia PBB dan berkesempatan mengunjungi kembali Desa Mengeruda ketika menjalankan tugasnya untuk memberikan penyuluhan tentang HIV AIDS di Kabupaten Ngada. Komunikasi antar keduanya kemudian tak hanya menghadirkan Kent atas nostalgia masa lalu tinggal di desa kecil ini, tapi juga memberi informasi tentang kondisi TK Ture Inka kala itu. Dari situlah, Buse menghimpun dana dari organisasi dan teman-temannya. Sebulan berselang, Buse memanggil kontraktor dan memperbaiki gedung tersebut. "Itulah yang mungkin membuat warga Mengeruda sangat senang. Kami sangat diapresiasi di sana. Padahal saya kan hanya kontak Facebook saja. Bagi mereka, bisa datengin lagi orang Kanada itu ajaib," kenang Cipto sembari terkekeh atas pengalamannya.


Laporan Utama

THE ABDUL LATIF JAMEEL POVERTY ACTION ISTIMEWA LAB

Pengalaman menjadi pahlawan desa setempat ala Cipto dan Kent, nyaris terjadi bagi seluruh peserta SM-3T. Warga setempat umumnya punya semangat belajar yang luar biasa. Akan tetapi, fasilitas serta tenaga pelajar terkadang kurang mendukung. Sehingga jadilah mereka yang bertugas program PPG Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T), menjadi pelita harapan bagi warga di pelosok negeri. Hal tersebut diungkapkan oleh Isti Komariah, berdasarkan pengalamannya di Pulau Timor. Sebagai bagian dari program PPG SM-3T UNY 2016, peserta memang harus mengabdi di daerah 3T selama setahun. Daerah tersebut tidak bisa dipilih, akan tetapi telah ditetapkan oleh sistem yang dibagi Kemdikbud. Selepas mengabdi, mereka akan

SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERPENCIL BERSEMANGAT MENUNTUT ILMU

kembali ke UNY untuk belajar PPG dengan biaya yang disubsidi oleh pemerintah untuk memperoleh gelar keprofesian. Dari pengalamannya mengajar, sekolah ini kekurangan guru, karena para guru tersebut kerap tidak hadir di sekolah. Akibatnya, murid SD tersebut secara kemampuan akademik kurang. Banyak anak kelas empat misalnya, yang belum lancar membaca. Sedangkan untuk anak

Dari pengalamannya mengajar, sekolah ini kekurangan guru, karena para guru tersebut kerap tidak hadir di sekolah.

kelas enam, mereka masih kesulitan melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana. "Jadi solusi yang kami lakukan adalah mengajar gantian semua kelas. Di SDN Hanowai peserta SM3T hanya dua orang. Dua orang, mengajar enam kelas. Kita gantian keluar masuk kelas, ngajar lalu kasih tugas. Intensif," ungkap Isti dengan miris. Selain bolak-balik kelas, Isti juga menggelar kelas sore untuk siswa kelas 6 SD yang membutuhkan tambah materi. Caranya, siswa dikelompokkan berdasarkan daya tangkap dan kemampuannya. Materi untuk Ujian Nasional kemudian diulangi lagi dari awal, agar mereka paham dan bisa mengerjakan. Termasuk, menyediakan bahan bacaan lewat program sumbangan P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 15


Laporan Utama

PRIMA RADIO

1000 buku untuk Belu yang dihimpun peserta SM-3T secara online. Pekerjaan baik Isti tersebut menjadi perbincangan warga kampung. Selain tentang kisahnya mendidik, Isti juga lumayan populer karena ia pandai memasak. Hal tersebut karena selama ini, masyarakat setempat hanya memiliki dua makanan: ubi dan babi. Cara memasaknya pun hanya dengan dua cara: direbus atau dibakar. "Nah bersama teman, saya membuat gethuk. Asalnya sama dari telo, tapi warga sangat suka. Ibu di sana baik sekali, kita dikasih ubi lezat, begitu kata mereka," kenang Isti bangga. Pelita Harapan dari Sumatera Apresiasi tak hanya hadir kepada mereka yang ikut dalam program PPG SM3T. Peserta PPG Dalam Jabatan, yang pesertanya terdiri atas guru terdaftar Kemdikbud (PNS/ PPPK/Honorer K2), juga datang dari daerah dengan medan geografis atau 16 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

perjuangan mengajar yang tak kalah hebat. Menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yang tak ternilai bagi tempatnya masing-masing mengabdi.

KONDISI SEKOLAH DI DAERAH 3T

Masih di Nusa Tenggara, Nurhaidah merupakan seorang PNS di SMP Satu Atap. Ia harus pulang seminggu sekali, di daerah yang tak ada listrik, toilet, dan air. Sedangkan di Sumatera, Salamuddin selaku peserta PPG Dalam Jabatan Bahasa Inggris UNY angkatan 2018 berstatus sebagai

Tantangan mengajar yang tak kalah hebat membuat peserta PPG Dalam Jabatan menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yang tak ternilai bagi tempatnya masing-masing mengabdi.

Kepala Sekolah SMPN 2 Mapat Tunggul Selatan Sumatera Barat. Dari rumah beliau di Kecamatan Krao, perlu tiga jam perjalanan naik motor untuk melewati perbukitan dengan jalan tanah agar bisa sampai ke Mapat Tunggul Selatan yang merupakan kecamatan lain. "Bahkan pernah suatu ketika ujian Try Out, terburu-buru, saya jatuh di jalan. Tabrakan dan masuk lubang, luka terbuka harus dibawa ke Pus­ kemas letaknya jauh dan mem­ber­sih­­ kan lukanya kurang baik," Salam. Jumiyem, guru di Bukit Barisan, juga mengajar di SMP Negeri yang ada di tengah-tengah hutan dan berbatasan langsung dengan hutan. Kondisi yang jauh dari keramaian membuat kondisi jalan menjadi cukup kurang terawat. Termasuk, jembatan untuk menyeberangi sungai yang ada di belakang sekolah. Penuh lubang dan membuat naik motor berasa naik kuda, karena bergeronjal dan beralas tanah merah licin.


Laporan Utama

LINGGAU POS ONLINE

"Di situlah saya pernah jatuh, dioperasi dipasangi pen. Kondisi jalan sama ekstrimnya dengan kondisi hutan, banyak gajah liar, itu bahaya dan warga selalu jaga-jaga keamanan sekolah dan kampung," kenang Jumiyem. Namun kegigihan Nurhaidah, Salam, dan Jumiyem, mengajar tak pernah pu­dar karena jarak ataupun goresan luka yang dimilikinya. Tak lama, Sa­ lam mendorong peserta didiknya un­ tuk ikut Olimpiade Sains Nasional. Anak-anak yang memiliki kemampuan akademik baik, akhirnya memperoleh kesempatan untuk bertanding. Untuk mewujudkan impian ini, Salam harus membujuk para guru untuk membimbing, dan mengantarkan sendiri sang anak ke lokasi lomba. "Selain Bahasa Inggris, saya juga mengampu Matematika dan IPS. Alhamdulillah anak itu memperoleh juara tiga," kenang Salam.

MENUNTUT ILMU DI MANA PUN, DALAM KONDISI APA PUN

Sedangkan Tri Sartika Mandasari, guru SMP Negeri 10 Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, dan Arini Wahyuningsih, guru SMP di Lampung, juga berkisah bahwa jarak dari rumahnya menuju ke sekolah adalah delapan jam jika harus melalui perjalanan darat. Untuk itu, Arini menyiasatinya dengan naik speed boat menyusuri sungai, dan hanya pulang seminggu sekali ke rumahnya.

Atas pengalaman dan pengabdian luar biasa, Rektor UNY berha­ rap pengalaman tersebut bisa jadi masukan baik bagi sesama peserta kelas, kam­pus, dan pengambil kebijakan di Ke­men­terian.

"Ini masih satu kabupaten dengan rumah saya. Saya dulu kuliah di Jogja, CPNS dan mengajar balik Lampung, PPG balik lagi ke UNY," ungkap Arini. Atas pengalaman dan pengabdian luar biasa dari para guru, Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa berha­ rap bahwa pengalaman tersebut bisa jadi pengalaman dan masukan baik bagi sesama peserta kelas, kam­ pus, dan pengambil kebijakan di Ke­ men­terian. Sinergi yang ada antara semua pihak harus dilakukan agar fasilitas pengajaran dan akomodasi guru makin baik, kebijakan pendi­ dik­an serta metode pembe­lajaran oleh guru yang lebih baik. "Itu harapan kita semua. PPG menjadi wadah keprofesian, kita semua mengembangkan profesi ini. Semoga dengan perjalanan PPG, peningkatan kualitas pendidikan dapat terus dilakukan sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas semua pihak," pungkas Sutrisna.  P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 17


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

Digembleng Angkatan Udara dan Orientasi Kampus Peserta PPG SM3T dilatih layaknya serdadu oleh Akademi Angkatan Udara sebelum ditugaskan di pelosok negeri. Menanamkan kemampuan survival dan semangat bela negara, penggemblengan dan orientasi kampus diproyeksikan memberi kemampuan para peserta untuk menghadapi ekstrimnya daerah penugasan. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

S

ubuh pagi hari pada (05/05/2018), truk taktis bersirine kencang berdatangan di asramaasrama UNY yang ada di Condronegaran Bantul dan Wates. Beberapa truk taktis lain juga datang di rektorat. Jika hari itu adalah hari biasa, mungkin penghuni asrama akan kaget bahkan melompat 18 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

dari kasur tempatnya tidur dan menghabiskan malam-malam. Namun, hari itu memang bukan hari biasa. Momentum istimewa itulah yang menjadi penyebab seluruh penghuni kedua asrama tersebut, juga bukan mahasiswa biasa. Mereka adalah para peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Dan oleh karenanya, Agung

SEKITAR 1400 PESERTA PPG MENDAFTARKAN ULANG UNTUK IKUT SERTA DALAM PPG DALAM JABATAN ANGKATAN II TAHUN 2018

Kurniawan selaku peserta PPG SM3T Teknik Mesin 2016 menyebut, dirinya dan teman-temannya tidak terkejut. Sebagai pendidik yang selanjutnya akan ditugaskan mengabdi ke pelosok negeri untuk mengajar selama setahun penuh, mereka telah menanti saat untuk melompat ke atas truk tersebut. Untuk diantarkan ke Akademi Angkatan Udara dan menerima Pendidikan dan Latihan Bela Negara selama dua hari penuh.


Laporan Utama Selain karena kewajiban rangkaian kegiatan perkuliahan PPG, alasan mereka sederhana. Dengan pemahaman komprehensif selepas mengikuti acara, peserta PPG disebut Kepala Koordinator Dosen dan Instruktur Akademi Angkatan Udara Kolonel (Pnb) Faturahman Indrajaya dalam menyampaikan pesan dan arahan dari Gubernur Angkatan Udara, ingin dan secara sadar membutuhkan kemampuan bertahan hidup. Sembari memperoleh semangat bela negara, penggemblengan dan orientasi kampus kemudian diproyeksikan memberi kemampuan para peserta untuk menghadapi ekstrimnya daerah penugasan. "Itulah kenapa mereka penuh semangat. (Karena) Dapat menyerap ilmu-ilmu baru yang sedang berkembang sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan silabus yang sesuai. Tanpa melupakan semangat bela negara yang jadi cita-cita mereka mengabdi," ungkap Faturahman.

KEPRAMUKAAN PESERTA PPG PASCA-SM3T ANGKATAN III UNY.

Pentingnya Pelatihan Pembekalan dari TNI AU sangat vital untuk kepentingan bertahan hidup dan keselamatan segenap peserta PPG di medan mereka mengajar ke­ lak. Layaknya disebut Prof. Sutris­na Wibawa selaku Rektor UNY, dae­rah penugasan SM-3T bukanlah medan perang. Akan tetapi, tanpa persi­ap­an yang matang medan yang demi­kian juga dapat merenggut nyawa. UNY disebutnya punya pengalaman atas hal ini. Dalam program KKN di tahun 2017 misalnya, ada satu korban yang meninggal dunia dari

Penggemblengan dan orientasi kampus kemudian diproyeksikan memberi kemampuan para peserta untuk menghadapi ekstrimnya daerah penugasan.

sekitar lima ribuan mahasiswa yang sedang mengikuti program KKN. Tragisnya, kejadian tersebut terjadi karena faktor keteledoran mahasiswi tersebut. Ia memberanikan diri melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor pada malam hari, padahal tidak menguasai medan. “Kami sedih, itu padahal baru hari ketiga KKN. Kejadian tersebut kami sebagai pimpinan UNY merasa bersalah karena tidak berhasil dalam melakukan pembinaan. Dari sini saya merasa peru merancang kembali pembekalan sehingga anak-anak kami disaat turun lapangan sampai dengan cuaca ekstrem di lokasi lebih siap dan hati-hati," tambah Sutrisna. Atas asa tersebut, Akademi Angkatan Udara kemudian dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggara Pendidikan dan Latihan Bela Negara bagi 617 peserta Program Profesi Guru UNY selama dua hari. Koordinasi demi koordinasi intens dilakukan menjelang pelaksanaan kegiatan. Para pelatih dan instruktur

ARIF / HUMAS

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 19


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

serta pendamping telah menyiapkan sejumlah acara yang dielaborasikan dengan sikap patriotisme dan cinta tanah air. "Sehingga selain tujuan survival, ada tujuan tujuan daripada bela negara. Untuk mepersiapkan tenaga pendidik yang mumpuni dan profesioanl tapi juga militan. Apalagi, dalam UU 32/2002 tentang Pertahanan Negara disebutkan bahwa komponen pendukung lainnya dalam memepertahankan keutuhan wilayah NKRI adalah guru," tukas Faturahman. Lari Delapan Putaran hingga Caraka Malam Selanjutnya disebutkan Faturahman, bahwa diklat ini memiliki arti strategis dalam pertahanan negara. Sebab, nantinya guru-guru ini saat dalam penugasannya akan ditempatkan di daerah-daerah terpencil ataupun ke pulaupulau terdepan di Indonesia. Konsekuensinya, pelatihan pun padat dengan strategis. Mulai dari olah fisik lewat lari delapan putaran, hingga caraka malam yang diisi renungan serta dialog kebangsaan. 20 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Semua kegiatan tersebut dimulai pada subuh 5 Mei. Sekitar pukul 05.30, para peserta PPG SM-3T dan Prajabatan Bersubsidi sudah berbaris rapi di basenya masingmasing. Mereka menunggu jemputan bis dari AAU di Yogyakarta. Sebelum berangkat, tentara angkatan udara telah memberi pesan: bawa barang dan perlengkapan yang akan digunakan selama dua hari berikutnya, namun secukupnya saja.

MONITORING PPG SM3T ANGKATAN TERAKHIR DI KAMPUS UNY BANTUL.

Ketika mobil pengangkut sudah siap, pembinaan semi militer pun dimulai sejak mahasiswa diantar ke AAU. Ketegasan ditunjukkan

Sehingga selain tujuan survival, ada tujuan tujuan daripada bela negara. Untuk mepersiapkan tenaga pendidik yang mumpuni dan profesioanl tapi juga militan."

untuk mahasiswa bergegas, hingga pembagian para peserta PPG menjadi beberapa kelompok barisan berdasarkan Kompi. Satu kompi isinya kurang lebih ada 150 orang dan dibagi lagi menjadi 3 pleton yang berisi sekitar 50 mahasiswa dari berbagai jurusan di PPG UNY. Mereka yang telah berbaris kemudian dikondisikan, dibagi kamar, dan mempersiapkan diri untuk pembinaan selama dua hari. Pembinaan fisik kolaboratif dengan karakter, disebut Faturahman dilakukan AAU lewat kegiatan Pelatihan Baris Berbaris. Ada juga permainan psikomotorik seperti memindahkan hula hoop, menyusun menara sepatu, lomba yel-yel, dan masih banyak lagi. Intinya adalah melatih kekompakan tim dan juga gerak tubuh masing-masing. Selepas baris, ada kegiatan minum bersama ala korsa militer. Air putih diletakkan di ember baskom besar, lalu minum bersama menggunakan gayung plastik secara bergantian oleh para mahasiswa. Sembari sekali dua kali, mereka yang kurang tepat atau tidak patuh akan diberi


Laporan Utama

DETIKNEWS

tindakan pendisiplinan berupa push up. Termasuk, lari delapan putaran.

perjalanan harus menjawab sandi dan kuis.

"Bagi militer, kebersamaan dan pendisiplinan itu sepertinya biasa. Ternyata itu hal baru bagi kami (peserta PPG)," kenang Supriyatin, peserta PPG SM3-T UNY jurusan PGSD.

"Dari situ saya banyak mendapatkan materi mengenai kebangsaan, pertahanan negara, ideologi, dan banyak ilmu berharga lainnya," kenang Isti Komariah, peserta PPG SM-3T jurusan PGSD.

Selain aktivitas fisik, bagi Supriyatin kegiatan rutinitas pun juga terasa berbeda selama pelatihan di AAU. Makan snack di awal seminar serta makan besar tiga kali sehari misalnya, diberi waktu terbatas dan harus habis. Jika gagal, maka rekan satu pleton akan dihukum semua. Untuk urusan mandi, jumlah toilet dan waktu yang terbatas juga membuat banyak yang hanya mandi sekali sehari.

Orientasi Akademik Selepas pelatihan di lapangan tuntas, orientasi akademik dimulai seiring berlangsungnya semester baru. Memperkenalkan mereka pada kehidupan dan lingkungan kecendekiaan kampus. Pada

Semua kegiatan siang hari tersebut ditutup dengan Caraka Malam dan Renungan yang digelar hingga tengah malam. Pada Caraka Malam, setiap kompi diberi permainan dan penugasan yang harus diselesaikan. Misalnya, melewati kebun tebu, hutan, serta di tiap-tiap pos dalam

Dari situ saya banyak mendapatkan materi mengenai kebangsaan, pertahanan negara, ideologi, dan banyak ilmu berharga lainnya," kenang Isti Komariah, peserta PPG SM-3T jurusan PGSD.

tahun 2018, orientasi digelar di bulan Februari dan Agustus dan berlangsung dalam tiga hari. Orientasi tersebut secara umum diisi dengan kegiatan: 1) Orientasi Umum dan Pembukaan, 2) Pengenalan Kebijakan dan Standar Operasi Pendidikan, 3) SIstem Pembelajaran PPG dan Kurikulum 2013, 4) Sistem Pembelajaran PPL, 5) Etika dan Estetika Pengembangan Guru Profesional, dan 6) Kehidupan Bermasyarakat. Materi yang padat tersebut kemudian disertai dengan orientasi khusus oleh Kepala Program Studi (Kaprodi) untuk memberi pengetahuan spesifik terkait perkuliahan dan bidang studi, motivasi, dan kuliah umum. Wakil Rektor I UNY menyebutkan bahwa, orientasi akademik PPG UNY selalu diupayakan untuk menghadirkan pembicara terbaik. Rektor dan para Wakil Rektor, Dekan dan Kepala Lembaga, hingga Kaprodi dilibatkan untuk memberikan insight terbaik bagi mahasiswa. "Sehingga keluaran yang diharapkan, PPG cetak guru profesional bebasi Taqwa, Mandiri, Cendekia." P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 21


Laporan Utama

Nirdiskriminasi Melampaui Kesetaraan Guru dan siswa di Finlandia berjalan bersama membangun iklim belajar menyenangkan. Perempuan maupun laki-laki dianggap memiliki keunikan masing-masing

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

aktivis Tech-Helsinki, menyatakan optimismenya ihwal kebebasan universal bagi perempuan untuk memperjuangkan hak pilih dan bekerja apa pun yang digandrunginya.

K

ualitas sekolah dasar menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan secara global. Selama hampir tiga dekade, Finlandia meletakan fondasi pendidikan nasionalnya melalui perbaikan pendidikan dasar. Sanni Grahn, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Finlandia, mengakui keberhasilan pendidikan di negeri yang dikenal sebagai Suomen Tasavalta itu. “Sekolah dasar sangat penting dalam reformasi pendidikan. Sebab di sana menentukan kuatlemahnya motivasi belajar ke jenjang berikutnya,” jelasnya, seperti dilansir Helsinki.fi. Posisi Finlandia di antara pelbagai negara dunia masih unggul. Setelah Programme for International Student Assessment (PISA) mewartakan hasil penilaian matematika, membaca, dan sains, Finlandia masih menyabet peringkat sepuluh besar. PISA menilai membaca siswa Finlandia di peringkat ke-4, sains urutan ke-5, dan 12 untuk matematika. Ketercapaian tersebut cenderung menurun bila dibanding tahun 2006. “Sejak awal 2000-an, rangking Finlandia selalu di atas. Tapi sekarang justru merosot tajam,” tulis Kai-Ari Lundell, pemenang Teacher of the Year tahun 2013, pada Puheenvuoro.com. Realitas demikian menjadi pukulan Finlandia untuk mengatur strategi baru demi perbaikan di hari depan. Finlandia masih diteladani sebagai negara yang sukses dalam melejitkan mutu pendidikan. Uniknya kualitas pendidikan Finlandia ditandai dengan unggulnya kompetensi siswa perempuan ketimbang laki22 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

“Mayoritas kaum Hawa di Finlandia menyabet pendidikan tinggi,” tutur Jaana Pylvänen, wakil direktur TechHelsinki. Tak heran jika kualitas bekerja mereka diakui, baik oleh perusahaan negeri maupun swasta. YOUTH INCORPORATED MAGAZINE

laki. Hal tersebut tak sekadar dilihat dari skornya yang tinggi tapi juga kecakapan soft skill dan hard skill yang jempolan. Selain Finlandia, PISA juga mencatat negara-negara seperti Jordan, Qatar, Georgia, Tobago, United Arab Emirates, Albania, Macedonia, dan Albania sebagai negara yang memiliki kapabilitas 15 poin lebih tinggi daripada siswa laki-laki.

ILUSTRASI MODEL PENDIDIKAN DI FINLANDIA.

Bila kilas balik sepuluh tahun terakhir Finlandia telah menjunjung hak kesetaraan gender. Dalam hal kesempatan Finlandia tak pandang bulu: baik perempuan maupun laki-laki, keduanya memiliki peluang seimbang., Elena Zozulya,

Finlandia kerap meraih peringkat teratas tapi justru tak memasukan sistem rangking dalam pendidikan formal. Sistem ini dianggap mengontraskan jurang antar siswa.

Dibanding negara-negara lain di kawasan Uni-Eropa, pekerja asal Finlandia acap kali dipilih lantaran etos kerja yang cekatan, terampil, dan tak gagap teknologi. Tiga pokok tersebut secara eksplisit telah ditanamkan sejak bangku sekolah dasar. Tanpa Rangking Finlandia kerap meraih peringkat teratas tapi justru tak memasukan sistem rangking dalam pendidikan formal. Sistem ini dianggap menindas dan malah mengontraskan jurang di antara siswa. Pendidikan di Finlandia tak menghendaki pemisahan antara siswa “pintar” maupun “bodoh”. Keduanya diposisikan setara sehingga siswa tak merasa didiskriminasi hanya karena ia mendapatkan nilai buruk. Bila terdapat siswa yang tertinggal secara pelajaran maka akan mendapatkan perlakuan khusus. Di sini peran guru sedemikian signifikan. Ia menangani siswa bukan dengan metode diskriminatif: memisahkannya dari kelas. Siswa itu tetap ditempatkan di kelas yang sama. Guru, sebagai pendidik, turut ambil andil melalui pendekatan kultural-personal. Ini karena guru mengetahui: kurang pandai bukan berarti bodoh tapi hanya perlu bimbingan khusus.


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

GREENVILLE JOURNAL

Pola pendidikan yang diterapkan di Finlandia cenderung mereduksi kesenjangan di antara siswa. Proses belajar-mengajar lebih menitikberatkan pada kolaborasi dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Guru bertugas sebagai subjek aktif yang berada di dalam sistem. Meski ia tak terlibat dominan. Siswa dibimbing sebagai pembelajar utama yang mandiri. Terkadang, guru di sekolah dasar, mengajak siswanya untuk bersafari ke kelas lain melalui forum temusapa. Kegiatan ini mengajak siswa belajar bersosialisasi. Siswa diajak berkenalan demi mengetahui kerabat antarkelas. Guru sering kali menugasi mereka proyek bersama sehingga hasil pekerjaannya bersifat kolektif. Akibatnya siswa di Finlandia—khususnya di sekolah dasar—mampu menghasilkan kreativitas yang dibuat bersama. Di sini penilaian bukan dilihat dari siapa yang terbaik, namun sejauh mana mereka bekerja dalam bentuk kelompok. Istirahat Sejenak Tak dinyana pendidikan di Finlandia juga mengurusi waktu istirahat siswa. Bila konsep istirahat di negara lain ditentukan oleh jadwal maka di Finlandia begitu unik: waktu

istirahat diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Siswa boleh memilih kapan akan istirahat. Jika ia letih atau bosan dianjurkan untuk istirahat. Guru membuka peluang siswa untuk melakukan kegiatan lain. Kelas menggambar dan olah raga biasanya dipilih siswa karena dapat menjernihkan pikiran atau mereduksi kebosanan. Kebijakan tersebut sangat unik. Guru tak cenderung “menekan” siswa untuk harus mengikuti pelajarannya sampai selesai. Ia tahu kondisi psikologi siswa: apabila semakin ditekan, bukan transfer ilmu yang akan didapatkan, melainkan justru penolakan, bahkan bisa sampai ke pemberontakan. Cara tersebut relatif efektif sehingga siswa di Finlandia tak merasa

Guru tak cenderung “menekan” siswa untuk harus mengikuti pelajarannya sampai selesai. Ia tahu kondisi psikologi siswa.

“terpenjara di kelas”. Dampak dari kebijakan ini sekolah menjadi tempat menyenangkan bagi siswa. Atmosfer pendidikan di Finlandia tersebut senada dengan pendapat Anthony D. Pellegrini. Penulis Recess: Its Role in Education and Development itu menandaskan siswa yang kurang atau ditunda waktu istirahat akan menurunkan daya konsentrasi saat mengikuti pelajaran. “Persoalannya bukan berapa lama siswa istirahat. Tapi bagaimana ia menikmati istirahat,” jelasnya. Siswa istirahat tak berarti meninggalkan kegiatan belajar. Justru ia bisa mengembangkan kompetensi sosialnya. Siswa dapat berinteraksi dengan sahabat lain melalui kegiatan yang disenanginya. Wajar kalau istirahat sama artinya dengan belajar—meski ia berada di luar kelas. Cairnya pendidikan Finlandia membuktikan betapa siswa dan guru menjalin hubungan yang setara dan harmonis. Guru tak diposisikan sebagai pihak yang “menuntut dan superior”, sementara siswa tak berada di sisi yang “ditekan dan inferior”. Keduanya saling mendukung dan menguatkan. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 23


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Dr. PARISTIYANTI NURWARDANI DIREKTUR PEMBELAJARAN DITJEN BELMAWA

Mengawal Guru, Membangun Bangsa! UNY menurut Paristiyanti memiliki kewajiban yuridis dan moral sebagai LPTK. Untuk menggelar pendidikan keguruan lengkap dengan sertifikasi profesinya, sekaligus mengawal tugas berat guru dan dunia pendidikan dalam membangun bangsa.

JURNAL REPORTER

Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah di sela-sela Seminar Nasio­ nal Penyiapan Guru Profesional Di Era Revo­ lusi Industri 4.0, pada Minggu (07/10/2018), Paristiyanti berkisah tentang apa saja tugas dan keluaran yang diharapkan dari keterlibatan Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) dalam pendidikan guru. Dalam kapasitasnya sebagai Direktur Pembelajaran Ditjen Belmawa Kemristekdikti, Paristiyanti kemudian mengharapkan kerja si­ nergi tersebut dapat memberi manfaat bagi pembangunan bangsa. Dalam rezim standarisasi dan profesi guru Indonesia saat ini, apa penugasan yang harus dipenuhi kampus? Bersama Ibu Santi (Santi Ambarukmi, M.Ed., Kasubdit PKKTP Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, sama-sama pem24 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

bicara dalam seminar tersebut), kami turut membuat standar guru di Indonesia mulai dari regulasi pokok berupa UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen, UU 12/2012 tentang Perguruan TInggi, serta Perpres 8/2012 dan Permenristekdikti 55/2017 tentang Standar Kompetensi Guru sebagai turunannya. Dari aturan itu, kita sudah rumuskan bersa­ ma-sama dan bedah dalam panduan yang juga dirumuskan kementerian bersama seluruh stakeholder guru, bahwa guru profe­sional adalah guru dengan empat kompetensi kuali­ tas akademik dalam dirinya. Minimal S1 lalu ditambah 24 SKS untuk Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan, dan 36 SKS untuk PPG Prajabatan. PPG inilah yang disebut dengan sertifikasi profesi guru. Dan sudah menjadi tugas LPTK

untuk turut serta mendukung, menggelar, dan terus beri masukan sekaligus pengembangan atas program ini. Bagaimana kiprah UNY sejauh ini dalam penugasan tersebut? UNY, menurut saya adalah The Best LPTK. Setelah melaksanakan modelling terhadap PPG mulai dari tahun 2013-2017, peserta atau penyelenggara PPG yang paling baik selama tiga tahun berturut-turut, adalah Universitas Negeri Yogyakarta. Kenapa UNY menjadi LPTK terbaik? Coba dilihat tujuan pendidikan. Undang-undang kita menyebutkan Tujuan pendidikan negeri ini adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


Laporan Utama Di UNY, hal tersebut dilaksanakan betul karena digunakan sebagai moto institusi. Kampus ini menerjemahkan tujuan pendidikan. Terus mendorong peningkatan hasil UKG (Ujian Kompetensi Guru) misalnya. Atau beri masukan dan terobosan bagi metodemetode pendidikan. Jadi jangan lupa kepada peserta PPG, anda akan menjadi alumni UNY juga. Saya sangat yakin banyak diantara guru peserta PPG dalam jabatan yang baru pertama kali melihat kampus ini. Kampus yang sangat luar biasa. Insya allah mereka akan lulus PPG, tidak hanya membawa kebanggaan sebagai guru-guru alumni Universitas Negeri Yogyakarta, tapi juga tugas besar untuk membawa nama besar UNY. Kiprah baik UNY harus mereka teruskan.

lajaran bauran online-offline dan berpusat pada siswa. Kalau di PPG mereka dididik demikian, maka nanti mereka bisa melakukan yang sama atau lebih baik kepada peserta didiknya. Lalu, apa hal baru yang bisa didapatkan para guru dari PPG? Untuk mendukung kolaborasi guru dan internet, PPG utamanya Dalam Jabatan kita paksakan tiga bulan harus melaksanakan pengajaran via online. Artinya, mereka belajar menggunakan media-media yang ada di internet untuk mengajar. Mulai dari bahan ajar, kolaborasi literatur, sampai video conference. Supaya terpaksa, dan akhirnya terbiasa.

Apakah selama ini guru tidak paham tentang pem­belajaran Online. Bukannya hal itu sudah umum? Jangan salah. Kita di Jawa, boleh jadi anggap itu umum. Tapi coba di Jawa, masuklah ke daerah yang tidak begitu maju. Atau ke luar Jawa yang jangankan internet, listrik saja susah. Pembelajaran masih jauh dari literasi abad 21 dan basis 4C. Beberapa tahu tapi tidak terfasilitasi, tapi lebih banyak lagi yang tidak tahu sama sekali. Di sinilah Pemerintah hadir dan bekerja. Memastikan semua bisa maju beriringan. Yang sudah paham tapi belum terfasilita-

Apa target-target yang diberikan Kemristekdikti kepada UNY? Taget tidak spesifik kepada UNY. Kepada semua LPTK. Terkait dengan peningkatan hasil UKG, saat ini rata-ratanya masih di angka 53,39. Jadi guru itu kalau diuji kompetensinya sesuai standar-standar profesionalitas guru, masih dapat nilai segitu. Padahal itu kalau siswa ujian dapat nilai lima, lulus ngga? Kemdikbud punya bayangan bahwa guru profesional harus 76 (minimal skor UKG). Ini jadi target kita memberi peningkatan kompetensi. Kemdikbud dan UNY bersinergi untuk menyelenggarakan PPG seluas-luasnya sesuai kapasitas, agar nilai memenuhi standar yang ditentukan. Target lain yang dibebankan kepada LPTK adalah manfaat dan tunaikan izin menyelenggarakan PPG ini sebaik betul. Tidak semua LPTK diberi izin gelar PPG. Di seluruh Indonesia, hanya 57 dari 422 LPTK yang punya izin menggelar PPG. Sedangkan terkhusus di Yogyakarta, hingga tahun ini hanya UNY yang punya. Universitas Ahmad Dahlan baru diresmikan prodi PPG pada Agustus lalu, dan pada tahap perintisan. Tujuan dari pemberian target tersebut? Para guru yang jebolan dari UNY ini, nantinya diharapkan bisa mengerek standar internasional. Kapasitasnya sesuai dengan kompetisi global hari ini, seperti kemampuan Sains, Matematika, dan Literasi untuk para peserta didiknya kelak. Guru nantinya berkolaborasi dengan teknologi dan internet, bukan digantikan oleh internet. Karena sumber literasi sangat melimpah, tapi perlu ekspertis untuk memberi makna dan karakter atas literasi tersebut kepada para peserta didik. Caranya, dilatih sejak di kampus. Pendidikan di kampus dilakukan dengan Blended Learning dan Student Centered learning, pembe-

HUMAS UNY

Pembuatan rencana pembelajaran dan eva­ lu­ asi juga dilakukan beriringan dengan pelaksanaan pembelajaran yang sudah online. Intinya, kita tidak boleh kalah dengan siswa-siswa yang sejak kecil sudah pegang gadget. Kita pastikan gadget itu diisi modul media pembelajaran, jangan cuma inter­ netan yang kurang baik. Dari pembinaan proses pendidikan tersebut, kita latih tatanan berpikir (thinking skill) yang basisnya 4C: Critical Thinking (Kritis), Creative (Kreatif ), Communication (Komunikatif ), and Collaboration (Kolaboratif ). Jadi guru keluar dari PPG paham betul bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan tidak sekedar dimantrakan lewat narasi di depan kelas, tapi harus disertai dengan internalisasi nilai dan pengayaan literasi-lite­ rasi baru yang ada di abad 21 seperti Big Data.

si, kita rintis perbaikan pelan-pelan lewat ba­ nyak program. Yang belum, dan untuk generasi penerusnya, kita harus buat mereka berstandar champion, berstandar juara. Harapannya, PPG akan mendorong hal itu. Sesuai dengan SN Dikti 55/2017 dan 44/2015 yang menyatakan bahwa guru lulusan LPTK itu harus punya kompetensi profesional pedagogik kepribadian dan sosial, yang nantinya bisa melakukan proses pembelajaran abad 21. Berbasis High Order Thinking Skill, sehingga jebolan PPG bersama dengan muridnya bisa jadi agent of change. Dan dengan mengawal tugas berat guru dan dunia pendidikan ini, kerja sinergi UNY sebagai LPTK dapat memberi manfaat bagi pembangunan bangsa. Kita taruh harapan besar bagi UNY.  P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 25


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Dr. SUPRIANO, M.Ed. DIRJEN GTK KEMDIKBUD

Guru Berhak Berkualitas Tantangan menyediakan hak atas pendidikan tak sekedar soal membuka akses kepada masyarakat. Guru juga berhak berkualitas secara kapasitas keilmuan dan kesejahteraannya.

Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Supriano bertutur seputar peningkatan kualitas guru pada sela-sela Seminar Nasional Guru Inovatif yang digelar di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY, Sabtu (10/11/2018). Yang mana peningkatan kualitas tersebut, bukan hanya kewajiban para guru dengan cara terus belajar dan berinovasi. Tapi juga menjadi kewajiban negara serta seluruh komponen negeri, untuk memperhatikan kesejahteraan mereka sebagai pahlawan bangsa. Apa saja tantangan kualitas guru hari ini? Tantangan kualitas guru adalah keep up de­ ngan tantangan pendidikan hari ini. Kita ajak guru untukmeningkatkan kualitas pembelajaran untuk menghadapi tantangan abad 21. Salah satunya, guru diharapkan menghadirkan pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar sambil mempraktikkan) dan kompetensi, serta pembelajaran yang mengasah keterampilan berfikir tingkat tinggi. Sehingga peran guru sebagai ujung tombak pendidikan mutlak ditingkatkan. Tantangan pendidikan itu macam-macam. Revolusi Industri 4.0 misalnya, pengaruh teknologi digital semakin menyatu dengan hidup manusia. Itulah esensi dari revolusi industri 4.0 saat ini. Segala sesuatunya mulai melekat dengan penggunaan internet (internet of things). Kondisi tersebut menimbulkan potensi hilangnya sejumlah pekerjaan di masa depan. Inilah yang mesti disiapkan guru terhadap anak muridnya sejak dini, Seiring adanya revolusi industri, kompetisi yang menyertai di dunia hari ini juga tak kalah trengginas lewat globalisasi. Saat ini saja, Indonesia beserta negara Asia Tenggara telah menyatu dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bayangkan besok-besok, di­ mana dunia semakin terkoneksi. Kita bisa bekerja di negara lain, tapi tak menutup kemungkinan mereka ambil pekerjaan kita. 26 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Disitulah kompetensi anak didik harus makin baik. Sumber daya manusia kita melimpah, begitu pula perkembangan ekonomi negeri ini yang terus berpacu. Kita mau tak mau mesti mencetak generasi-generasi unggul di masa mendatang. Cara menempa calon generasi unggul ini juga harus berubah, karena konteks budaya milenial berubah. Apalagi media sosial makin berkembang di kalangan generasi milenial. Pola-pola peng­ ajaran monoton selayaknya mulai ditinggalkan. Sebab, generasi milenial lazimnya cepat jenuh dan menyukai kegiatan dinamis. Inilah tantangan bagi guru dan dunia pendidikan Indonesia saat ini. Cara agar kualitas guru meningkat? Nah, di tengah tantangan-tantangan itu, tangan kita tidak boleh cepat-cepat sekedar me­ nyalahkan guru dan meminta mereka me­ ningkatkan kualitsnya sesegera mungkin. Peningkatan kualitas guru, agar mereka bisa lancar mendidik anak-anak bangsa, juga tugas kita semua. Tugas negara, tugas kemdikbud, tugas UNY sebagai LPTK, dan tugas kita semua sebagai masyarakat untuk mendukung. Guru harus terus belajar dan berinovasi. Namun, peningkatan kualitas tersebut harus kita dukung dengan penyediaan fasilitas. Guru juga berhak berkualitas secara kapasitas keilmuan dan kesejahteraannya. Lalu, fasilitas apa saja yang sejauh ini sudah disediakan Kemdikbud untuk mendukung keilmuan dan kesejahteraan guru? Pemerintah punya komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Menyediakan lowongan PNS dan tunjangan remunerasi. Selain itu ada juga kegiatan kompetisi seperti GTK Berprestasi, diberi penghargaan dari presiden, serta kompetisi GTK ataupun murid lainnya yang bisa jadi fasilitas para pendidik untuk belajar.

Termasuk, lewat diklat-diklat dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Mereka yang sudah PNS, diikutkan PPG dalam Jabatan. Yang lain juga bisa ikut PPG Bersubsidi. Dahulu ada program PPG SM3T, PPG Kolaborasi, dan beberapa mekanisme lainnya. Kalau terkait zonasi, bagaimana korelasinya dalam peningkatan kualitas guru? Pola peningkatan kompetensi guru bukan lagi bergantung pada bidang keilmuan. Tapi lebih pada kompetensi di level prosea pembelajaran berbasis zonasi dan mengacu pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Fokus pelaksanaan program Ditjen GTK di tahun 2019 merujuk pada potret mutu yang sudah cukup spesifik, seperti analisis hasil ujian nasional. Dicontohkannya, jika nilai matematika pada ujian nasional di suatu zona masih rendah, maka para guru di dalam zona tersebut akan berdiskusi tentang strategi peningkatan mutu mata pelajaran matematika di zona tersebut. Jadi nanti bisa diidentifikasi suatu dae­rah mata pelajaran apa yang lemah, semisal matematika, terus di bagjan apa, bagaimana proses pembelajarannya. Dalam matematika, juga didalami lagi, masalah apa yang muncul? Geometri atau Aljabarnya atau Kalkulusnya? 'Kan ada guru di zona itu yang pintar materi itu, nanti didiskusikan di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) di zona itu. Jadi namanya peningkatan kompetensi proses pembelajaran. Kemdikbud nanti menyiapkan instruksi nasional yang diteruskan oleh Lembaga Pen­ jaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di ma­sing-masing wilayah. Tidak lagi semua sen­tralistik, dan kami mendukung apa yang ber­langsung daerah. Bagaimana terkait meningkatkan kesejahteraan guru honorer? Sejauh ini, memang ada moratorium peng­ angkatan PNS yang dilakukan pemerintah.


Laporan Utama Hal ini terkait dengan kapasitas APBN Negara, sehingga PNS harus zero growth. Tidak tumbuh secara jumlah. Padahal menurut data kami, ada kekurang­ an 707 ribu guru PNS di Indonesia. Setiap tahun secara rerata, 60 ribu guru pensiun. Dalam lima tahun lagi kalau pemerintah tidak me­lakukan intervensi, akan ada 1 juta kekurang­an guru. Disini Kemdikbud terus berkomitmen untuk mengurai permasalahan yang ada. Komitmen untuk mengangkat K2 menjadi PNS. Komtimen untuk benar secara administrasi dan menyejahterakan guru. Tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan guru honorer? Di satu sisi, sempat ada problematika ketika otonomi daerah dimulai dan Biaya Ope­ rasional Sekolah yang dulunya Dana Bantuan Operasional, dijadikan basis mengangkat guru honorer. Secara administrasi, butuh jalan panjang untuk pembenahan. Data Kemdikbud juga menunjukkan saat ini terdapat 736 ribu guru honorer di sekolah negeri di Indonesia. Sedangkan keran peng­ angkatan Calon PegawaI Negeri Sipil (CPNS) untuk formasi guru tahun ini hanya 112 ribu posisi. Untuk itu sebagai jalan tengah, Kemdikbud berupaya mendorong terselenggaranya seleksi Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (CPPPK), khususnya bagi guru honorer yang sudah berusia 35 tahun keatas. Draf Peraturan Pemerintah soal itu sudah rampung di Kemdikbud dan sedang dikaji oleh Kementerian Keuangan. Yang membedakan nantinya hanyalah PPPK ini tidak mendapat (uang) pensiun seperti PNS. Makanya kami juga coba kerja sama dengan PT. Taspen agar penghasilan mereka bisa ikut dipotong sebagai simpanan pensiun nanti. Kita upayakan setelah CPNS bisa segera gelar CPPPK. Pesan Bapak untuk Pengembangan Guru? Kalau masalah-masalah kita bisa urai, perlahan sesuai dengan kapasitas masing-masing, kita bisa saling bahu membahu untuk me­ ningkatkan kualitas guru. Kami juga te­rus mengajak, bahwa pperubahan dunia yang begitu cepat dan tidak linear ini mengubah cara bekerja dan belajar. Untuk itu, pendidik­ an masa depan harus berpusat pada siswa, baik secara aspek akademis, juga kepribadian/karakter. Guru harus mampu menjadi teladan agar bisa menjalankan pendidikan karakter yang sangat penting di masa depan. Sebagai pendidik, guru masih akan dibutuhkan sampai kapanpun. Dan oleh karenanya, tantangan menyediakan hak atas pendidikan tak sekedar soal membuka akses kepada masyarakat. Guru juga berhak berkualitas. Terpenuhi kewajibannya sebagai pendidik, terpenuhi kapasitas keilmuannya, dan terpenuhi kese­ jahteraannya.

Proses Pendidikan Profesi Guru di UNY Pendidikan Profesi Guru (PPG) akan berakhir dengan Yudisium yang bia­­sa digelar di Bulan Fe­bru­ari. Pada penghujung tahun ini, peserta di­dik sedang dalam tahapan akhir. Mulai dari Prak­tek Lapangan Kependidikan, Penelitian TIndakan Kelas, serta Ujian Kelulusan. Untuk dinyatakan lulus PPG, para peserta harus mendaftar terlebih dahulu hingga mengikuti proses perkuliahan dan dinyatakan lulus. Berikut, proses PPG di UNY layaknya dihimpun Pewara Dina­­­­­mika dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Profesi Non Kependidikan (P4TKN) Universitas Negeri Yogyakarta. PENDAFTARAN: 1. Mendaftar secara online di website Kemristekdikti 2. Mengikuti Seleksi Bakat, Minat, dan Kepribadian 3. Membawa dokumen-dokumen dalam syarat pendaftaran saat proses seleksi tersebut 4. Pengumuman kelulusan akan dipublikasikan secara online di website Kemristekdikti 5. Peserta yang lulus wajib mengikuti proses Registrasi, Lapor Diri, dan Orientasi Akademik JENIS-JENIS PPG 1. PPG Pra Jabatan Berasrama. Diperuntukkan bagi lulusan S1 dan wajib menghuni asrama. Dibiayai Pribadi (Swadana) atau dengan bantuan pemerintah (Bersubsidi) 2. PPG SM3T. Diperuntukkan bagi mereka yang ditempatkan pada daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) selama satu tahun. Dibiayai penuh oleh Pemerintah atau Bersubsidi. 3. PPG SMK Kolaboratif. Diperuntukkan bagi Calon Guru SMK. Dibiayai Pribadi (Swadana) atau dengan bantuan pemerintah (Bersubsidi). 4. PPG Terintegrasi. Diperuntukkan bagi lulusan SMA khusus dari daerah 3T. Program ini menyatukan studi S1 dengan sertifikasi pendidik dengan masa studi 9 semester. Dibiayai Pribadi (Swadana) atau dengan bantuan pemerintah (Bersubsidi). 5. PPG Dalam Jabatan. Diperuntukkan bagi Guru yang sudah terdata di Kemdikbud (PNS/PPPK/Honorer K2). Dibiayai Pribadi (Swadana) atau dengan bantuan pemerintah (Bersubsidi).

KALAM / PEWARA

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 27


Laporan Utama

Tanpa Sekat, Tanpa Paksaan Menengok proses pembelajaran tak ubahnya melihat anak-anak riang bermain. Mereka diajak belajar tanpa penindasan psikis. Sekolah bukan beban, melainkan arena tumbuh bersama tanpa sekat tekanan. Jika siswa merasa tertekan—selalu dikomando untuk menerima pendapat guru—hasil belajar pun akan nihil. Guru di Finlandia mafhum, bila siswa diberi beban melampaui batas, siswa akan membenci pelajaran, bahkan sekolah. Karenanya, tujuan utama pendidikan Finlandia bukan hasil numerik, melainkan kenyamanan siswa dalam mencintai subjek ilmu.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

G

uru tak boleh menjajah kelas. Begitu kesan pertama bila menengok atmosfer pembelajaran di sekolah Finlandia. Negara yang terletak di ujung utara Eropa itu mengarahkan siswa belajar mandiri. Sekilas pandangan tersebut terkesan menakutkan. Tapi tidak untuk siswa Finlandia. Di ruang kelas, siswa boleh berkreativitas tanpa batas. Sundstrom, pendidik di SD Poikkilaakso, percaya bahwa iklim demikian mampu membuat siswa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Nilai utama yang pertama kali diajarkan guru di Finlandia ialah kemandirian. Nilai tersebut dipercaya menjadi fondasi kepribadian siswa. Uniknya, guru tak diperbolehkan mengatakan kata tidak tatkala merespons pendapat siswa. Sekalipun pendapat itu jauh dari kebenaran ilmu yang tertuang di buku, namun dengan menghindari kata bernuansa negasi, para siswa berani mengemukakan pendapatnya. Di kelas, tanpa intervensi, guru bak mediator. Siswa didorong terlibat aktif. Tatkala guru menyampaikan materi, ia menitikberatkan pada bagaimana membuat siswa antusias bertanya. Ini mengakibatkan proses pembelajaran di kelas bersifat dialektis. Bila terdapat siswa yang pasif, guru akan mendekatinya. Potret tersebut jauh dari kesan diskriminasi. Dorongan guru terhadap siswa juga muncul melalui pertanyaanpertanyaan reflektif. Guru tak sekadar bertugas menyampaikan informasi tapi juga mengajak siswa mencari sendiri jawaban atas 28 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

INSAN BUMI MANDIRI

pertanyaan yang diajukan. Ini bukti bahwa siswa di Finlandia diajak bekerja secara independen. Tak jarang guru tiba-tiba memberikan waktu kepada siswa selama beberapa menit untuk pergi ke perpustakaan demi mencari informasi. Pemerintah Finlandia menginisasi iklim belajar siswa yang bebas

“Di Indonesia, buku Ki Hadjar tak dibaca, namun di Finlandia justru dipraktikan,” tuturnya. Menurutnya, Finlandia tak memiliki sekolah tapi taman belajar.

Rasa nyaman itulah yang menjadi pokok pendidikan Finlandia. Demi membangun lingkungan nyaman di kelas, guru tak tanggung-tanggung mengonstruksi proses pembelajaran melalui permainan. Sesekali ia mengajak siswa melakukan permainan yang secara tak langsung merebut hati siswa supaya betah di kelas. Guru, dengan kata lain, mengajar dengan cinta. Bukan lewat tuntutan yang menindas supaya siswa bertekuk lutut pada guru. Kehadiran Dewantara Jamak diketahui pendidikan di Finlandia secara implisit mengadopsi nilai-nilai Ki Hadjar Dewantara. Anies Baswedan, mantan Mendikbud (2014-2016), mengakui kenyataan itu. “Di Indonesia, buku Ki Hadjar tak dibaca, namun di Finlandia justru dipraktikan,” tuturnya. Menurutnya, Finlandia tak memiliki sekolah tapi taman belajar. Pengertian sekolah bermula dari bahasa Latin, yakni skhole, scola, scolae, atau scholae yang berarti waktu senggang. Istilah itu acap kali digunakan sebagai model tempat pendidikan di seluruh dunia. Pendapat mantan Rektor Universitas Paramadina itu menampik anggapan format sekolah di Finlandia sebagai sekolah dalam pengertian umum. Citra tempat belajar formal di Finlandia jauh dari kesan baku dan


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

LOCAL SOLUTIONS TO POVERTY

beku. Justru sebaliknya: cair dan menyenangkan. Konsep bermain sambil belajar juga ditekankan Pasi Sahlberg, mantan CIMO (Centre for International Mobility and Cooperation), Kemendikbud Finlandia. “Anak harus bermain. Mereka harus difasilitasi secara penuh,” jelasnya pada Simposium Pendidikan yang bertajuk Finnish and Indonesian Lessons di Jakarta. Pendapat Pasi sebetulnya telah dikemukakan Ki Hadjar Dewantara di Mimbar Indonesia bulan Desember 1948. Ia menulis, “Dalam kehidupan anak-anak, permainan mempunyai arti yang sangat penting. Permainan mengisi kehidupan anak, mulai ia bangun sampai tidur kembali.” Pandangan itu sekilas diterapkan pemerintah Finlandia. Terutama seputar iklim belajar di kelas yang berpaut erat dengan dolanan. Dunia permainan menjadi kebutuhan anak. Bapak Pendidikan Indonesia itu juga menulis,

“Permainan anak-anak dapat dipandang sebagai tuntutan jiwa mereka untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani maupun rohani.” Dari sini kemudian guru di Finlandia bereksperimen untuk tak mendikotomikan antara “permainan” dan “pelajaran”. Keduanya berkelindan dan saling mengisi sebagai bagian dari proses pembelajaran afektif serta kognitif. Dua Ranah Kesuksesan pendidikan di Finlandia layak diteladani. Namun, bukan berarti Indonesia perlu meniru persis, melainkan harus disesuaikan dengan konteks kebutuhan. Erno

Kesuksesan pendidikan di Finlandia layak diteladani. Namun, bukan berarti Indonesia perlu meniru persis, melainkan harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Lehtinen, profesor pendidikan dari Universitas Turku Finlandia, tak merekomendasikan Indonesia melakukan hal yang sama. “Mungkin sistemnya bisa dicontoh. Tapi probabilitas berhasil atau tidaknya sangat kecil. Hal itu karena perbedaan faktor struktur masyarakat, budaya, dan lain sebagainya.” Ia membandingan beberapa tahun silam keadaan sistem pendidikan Finlandia yang tak jauh berbeda dari Indonesia. “Sekitar tahun 70 sampai 80-an, negara kami juga masih berpendapatan rendah. Banyak warga yang tak berpendidikan tinggi. Saat itu kami banyak tertinggal dari negara-negara maju,” tuturnya. Erno menggarisbawahi bahwa dengan melakukan perubahan dalam hal substansi seperti proses pembelajaran, sistem, dan kualitas guru, pendidikan di Indonesia akan berubah ke arah yang lebih baik. “Intinya negara Anda harus bertransformasi secara mandiri,” katanya, seperti dikutip news.detik. com. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 29


Laporan Utama

Aku Papua, Aku Borneo, Aku Indonesia

Para guru, utamanya SM-3T, tak sedang bertugas mengajar anak yang berbeda. Karena di puncak Pegunungan Bintang Papua hingga Malinau Kalimantan Utara, semua diantara kita adalah Indonesia. Dan oleh karenanya, wajib saling membantu dan memahami Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

jabatan di mana mereka telah mengabdi di daerah tersebut sebagai guru tetap, sama-sama belajar tentang Indonesia. Bahwa apapun stigma yang mereka bawa dari asal daerah, dengan tatap muka dan saling pengertian, akan muncul pemahaman bahwa semua di antara kita adalah Indonesia.

E

ko Setio, Peserta PPG SM3T di Distrik Bime Pegunungan Bintang Papua, datang ke lokasi penugasan dengan stereotypenya tersendiri atas daerah tersebut. Dari segi history, dahulu ketika tahun 1972 di distrik tersebut memang pernah terjadi perang antarsuku dan kanibalisme. Berbagai pemikiran kemudian berkecamuk dalam benaknya: Apakah saya akan dikanibal? Apakah warga sudah berpakaian? Apakah warga masih berperang dan rawan OPM? Segala kegundahan hati itu awalnya membuat panas pikirannya. Kontras dengan suasana sejuk distrik tersebut, karena letaknya di dekat Puncak Mandala dan Puncak Yamin dengan ketinggian 4000 MDPL. Dua puncak gunung es abadi yang dipunyai negeri ini. Namun seiring waktu, hatinya mulai ikut sejuk. Berubahnya suasana hati tersebut, karena yang ia temui bukanlah orang kanibal. Bersama Fuji Rahayu yang juga ditugaskan di Distrik Bime, Eko justru mendapat keluarga baru disana. 3 hari saat awal kedatangannya memperkenalkan mereka dengan keramahtamahan. Mereka tidak sungkan mengajak peserta PPG bermain atau sekedar keliling kampung, melihat-lihat bandara, kantor distrik, puskesmas, dan tempat-tempat lain yang belum pernah mereka kunjungi. Baru beberapa hari mereka berada di 30 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

ISTIMEWA

Bime, tapi sudah merasa dekat dengan anak-anak. "Bahkan kami baru tahu, kalau di daerah, bandara itu seperti tempat wisata. Warga senang sekali melihat pesawat naik (take-off ) dan turun (landing)," kenang Fuji terkejut. Bersama Eko dan seluruh peserta PPG, baik yang mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T), ataupun program dalam

Mereka tidak sungkan mengajak peserta PPG bermain atau sekedar keliling kampung, melihat-lihat bandara, kantor distrik, puskesmas, dan tempat-tempat lainnya.

Memahami lewat Mengajar Proses saling memahami dilangsungkan sembari berlangsungnya pengabdian oleh peserta PPG. Aditya Prahesti yang ditempatkan di Distrik Oksamol Pegunungan Bintang misalnya, kala mengajar harus maklum jika peserta kelas berangkat sekolah tak menggunakan seragam dan dengan badan yang berlumuran tanah. Mereka umumnya mengikuti beberapa tradisi adat di pagi hari ataupun hari-hari sebelumnya. Salah satu tradisi tersebut, adalah upacara Tenakupet. Secara literal artinya upacara pendewasaan adat. Adat ini hanya diikuti oleh lakilaki saja, yaitu anak-anak yang berusia 7 tahun hingga anak-anak yang menginjak usia remaja. Acara adat ini akan berlangsung sekitar 2 hingga 3 hari. Mereka disatukan untuk tinggal di dalam rumah adat, dengan tubuh dilumuri dengan tanah merah, mahkota burung cenderawasih bulu kuning, dan mengenakan koteka. Tujuan upacara adat ini selain untuk menjadikan anak-anak dewasa, juga untuk menyuburkan tanah. Ini supaya hasil panen bisa meruah. "Tapi yang senang mereka tetap


Laporan Utama

WWF INDONESIA ARIF / HUMAS

semangat untuk belajar. Jadi mereka sambil upacara adat, menyempatkan diri atau setelah itu, masuk sekolah. Karena upacara adat itu hanya bertujuan menyatukan tempat tinggal mereka aja, seperti pesantren kilat," ungkap Aditya. Sedangkan tambahnya, anak putri di distrik tersebut tidak mengkuti upacara adat. Sehingga tetap masuk sekolah, walaupun lewat jalan memutar karena perempuan tidak boleh melihat atau mendekati rumah adat tersebut selama proses upacara. Di SD Inpres Atembabol Distrik Bime, Eko Setio mendapati semangat yang berbeda. Gunung, bukit, sungai sanggup mereka lalui setiap hari. Kebanyakan dari mereka harus berjalan kaki selama 3-4 jam untuk bisa sampai ke sekolah. Tidak sedikit yang harus berangkat sekolah mulai pukul 4 pagi, tanpa alas kaki dan tanpa senter, menerjang rasa dingin dan lapar, melewati gelapnya hutan, dinginnya sungai, dan terjalnya

gunung. Semangat mereka sangat jauh jika dibandingkan dengan siswa-siswa yang ada di daerah Indonesia lainnya khususnya daerah yang sudah maju. Seragam hampir tidak punya, peralatan tulis pun minim, buku digunakan untuk semua mata pelajaran, bolpoint rusak pun masih dipakai dan diperbaiki sampaisampai tangan dan mulut penuh noda hitam terkena tinta. Bagi mereka, semangat itu disebutnya datang dari

Semangat mereka sangat jauh jika dibandingkan dengan siswa-siswa yang ada di daerah Indonesia lainnya khususnya daerah yang sudah maju.

ajaran Kristus. Belajar membuat mereka bisa lebih berkarya dan sejahtera kelak. Menjadi sejahtera, sangat diapresiasi dalam agama mereka karena dengan akumulasi kapital tersebut mereka kelak bisa menjadi sarana untuk bermanfaat bagi orang lain. "Mereka ingin pintar, karena jadi pintar dan jadi sejahtera itu ajaran Kristus katanya. Saya belajar banyak perspektif," kenang Eko. Siti Jamilatun Hanifa, peserta PPG Dalam Jabatan dari Kutai Timur, berkisah bahwa anak-anak senang belajar karena di sekolah itu ada bermacam-macam suku. Bahkan bisa dibilang, Indonesia Mini seiring adanya penduduk dari Bali, Dayak, Kutai, orang Jawa, bahkan Madura. Komunikasi dengan anak yang masih punya bahasa daerahnya masing-masing, serta perspektif orang tua yang beragam dan agak gaduh, kemudian menjadi tantangan P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 31


Laporan Utama

WVI.ORG

tersendiri. "Pernah itu anaknya ada yang nakal, orang tuanya bawa golok. Daerah perantauan sebagai tempat bertemunya banyak karakter mungkin keras," kenang Siti. Sedangkan di SMAN 14 Malinau Kalimantan Utara, Agus Faozan mendapati alasan belajar yang cukup unik: anak-anak bosan jika bermain terus. Mereka ingin belajar, karena ingin menjalani rutinitas baru. Tidak lagi sekedar main atau berkebun saja sepanjang hayatnya. "Sederhana sekali keinginan mereka. Saya juga pernah tanya ingin jadi insinyur atau pekerjaan yang meng­ ha­silkan uang, mereka bilang malas. Mereka hanya ingin rutinitas kons­ truktif. Itulah belajar," kenang Agus. Bakti Sosial Selain menghadirkan ilmu, tenaga serta bantuan juga kerap dicurahkan peserta PPG di daerah penugasannya. Dari situ, mereka saling memahami kebutuhan dan keberagaman Indonesia. Melalui lobi dan pembinaan dari Ervan Panji yang bertugas di SLB Malinau Kalimantan Utara misalnya, ia dipercaya membimbing siswa dalam lomba 32 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

menulis surat yang menghadirkan bantuan alat bantu dengar oleh Bupati dan Wakil Bupati daerah tersebut.

belajar dan bisa menyebarluaskan ilmunya kepada mereka yang belum bersekolah TK ataupun keluarganya di rumah.

"Lomba menulis surat itu untuk umum. Saya pribadi merasa bangga dengan anak-anak SLB yang bisa bersaing dengan anak-anak normal lainnya. Dan akhirnya, mereka bisa terbantu untuk mendengar," kenang Ervan.

"Dengan bantuan tersebut yang belajar tidak hanya peserta kelas. Tapi bahkan seluruh keluarga dan kawannya," kenang Marlin Dwi Susanti, peserta PPG SM3T yang ditugaskan di TK tersebut.

Membagikan media pembelajaran berupa kain flanel yang dibentuk binatang, tanaman, kendaraan, buah, dan gelas, peserta TK Negeri Wana Kencana Malinau akhirnya semangat

Sederhana sekali keinginan mereka. Saya juga pernah tanya ingin jadi insinyur atau pekerjaan yang menghasilkan uang, mereka bilang malas. Mereka hanya ingin rutinitas konstruktif."

Dalam skala yang lebih besar, SMAN 4 Malinau seiring berlangsungnya program PPG Malinau mendapat bantuan alat peraga IPA dan TIK berupa PC, LCD, dan proyektor dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Di DIstrik Batom Pegunungan Bintang, Dyah Eko bersama kawankawannya turut membangun kebun di belakang sekolah, kegiatan kerja bakti bersih jalan, membersihkan dan merawatpanel surya (PLTS), perbaikan tanggul sungai yang rusak, hingga perbaikan tanggul di bandara. "Dengan saling membantu, kita jadi saling memahami. Walaupun itu lebih dari tugas kita di SM3T yaitu mengajar," pungkas Dyah Eko bangga.


Laporan Utama

UNIVERSITY OF MELBOURNE

Sibuknya jadi Peserta PPG Aktivitas PPG begitu padat. Bagi peserta PPG Dalam Jabatan, tantangan itu ditambah status mereka yang telah berusia lebih tua dan telah berkeluarga. Menyiasati waktu untuk belajar dan bersosialisasi, penting agar kehidupan tetap seimbang Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

J

am enam pagi buta di hari Senin, Tri Sartika Mandasari yang mengontrak di daerah Sorowajan Baru Banguntapan, harus sudah memesan taksi online. Nantinya, ia bersama lima orang teman lainnya sesama peserta PPG Dalam Jabatan yang kebetulan satu kontrakan, akan berangkat ke Komplek FBS UNY di Karangmalang. Disitulah kesibukannya dimulai. Belajar mulai dari jam tujuh pagi hingga setengah enam sore, pulang, lalu menghabiskan malam

untuk mengerjakan tugas yang dikumpulkan keesokan harinya. Padatnya rutinitas tersebut akan dilakoni peserta PPG Dalam Jabatan mulai dari Senin hingga Sabtu. Bahkan tak jarang, jika diperlukan, hari Minggu akan diselenggarakan kegiatan kuliah.

Padatnya rutinitas tersebut akan dilakoni peserta PPG Dalam Jabatan mulai dari Senin hingga Sabtu.

"Kegiatannya sangat padat. Kami berharap kegiatan itu bisa dibuat lebih fleksibel, jadwal diatur tidak padat. Tapi tetap harus semangat luar biasa kami berikan untuk rangkain PPG," tukas Tri menyatakan rasa pantang menyerahnya. Dengan semangat tersebut, peserta PPG diyakininya bisa menyiasati waktu tak hanya untuk kebutuhan sosial dan belajar, tapi juga berlibur serta tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga mereka di rumah guna menyeimbangkan hidup. Karena apa yang para peserta PPG lakukan, adalah sarana meningkatkan profesionalitas dirinya sekaligus mengembangkan P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 33


Laporan Utama jadwal mengajar yang padat, mereka tetap hadir. Bahkan disebutkan oleh Basikin selaku Sekretaris Eksekutif Rektor UNY dan pengajar Bahasa Inggris, ia bersama rekanrekan dosen jika diperlukan kerap mengorbankan jadwal yang lain karena agenda tersebut bertabrakan dengan kelas PPG. "Malah terkadang dosennya S1 saja, saking sayangnya sama kami, disayang kita. Jadi semangat kita selalu sama kayak anak muda semua, tapi mungkin fisiknya yang nggak kuat," sebut Hendro sembari terkekeh. Piknik dan Penyegaran Untuk menjaga kebugaran fisik dan pikiran tersebut, peserta PPG kerap meluangkan waktu senggang untuk sejenak piknik dan melakukan penyegaran diri. Kelas Hendro misalnya, sempat ke Merapi dan Borobudur dengan menyewa bis bersama-sama. Mereka juga patungan untuk makan, serta kebutuhan akomodasi yang lain.

WANITA INDONESIA DOK. TIM GARUDA

dunia pendidikan yang lebih baik bagi bangsa. Kemauan yang Kuat Nurhaidah, peserta PPG Dalam Jabatan, menyebutkan bahwa kesibukan tersebut ditambah dengan kondisinya yang memang sedang lahir besar. Sehingga sebelum kegiatan kelas PPG diselenggarakan sekitar bulan Agustus, Nur melahirkan Ahmad Azam, putranya dengan operasi sesar di Yogyakarta. "Saya beri nama Ahmad Azzam, artinya Kemauan yang Kuat. Artinya dia memang terlahir di suasana dengan kemauan kuat. Sebagai guru yang jauh ke Jogja dan Jawa untuk belajar lagi," ungkap Nur yang juga mengungkapkan bahwa suami baru bisa menyusulnya ke Yogyakarta satu minggu kemudian untuk tanda tangan persetujuan sesar. Tantangan membagi waktu juga dialami Yanti Lukman dan Siti Aisah. Mereka berdua membawa anaknya karena baru selesai lahiran dan masih balita. Disitulah 34 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

menurut Hendro Budiyatmoko, Ketua Kelas A PPG Gurdasus Bahasa Inggris, kelasnya senantiasa berupaya menghadirkan situasi dan lingkungan yang ramah, bersahabat, dan saling tolong menolong agar semuanya bisa memiliki kemauan kuat dalam menuntaskan tugas sebagai pendidik ini. "Semuanya sangat baik dan saling support," ujar Hendro. Dosen juga disebut Hendro, tak kalah memiliki kemauan yang kuat pula dengan para mahasiswanya. Ditengah

Kewajiban 48 SKS bagi peserta PPG Prajabatan, dan 36 SKS bagi peserta PPG Dalam Jabatan, akan disesuaikan dengan kapabilitas kampus.

Pernah juga sekali dua kali, beberapa peserta kelas mengendarai motor sendiri hingga ke Parangtritis. Robin Juanida sebagai peserta kelas menyebut, suasana Jogja yang awalnya ramai dan mereka takuti sebagai perantau, justru akhirnya kerap dirindukan dan membuat mereka ingin berpetualang di kala senggang. "Sampai pernah, menerobos jalan satu arah dan tidak bawa SIM atau KTP. Untung tidak dimarahi sama polisi, hanya diberi tilang, tau kita perantau," kenang seorang rekan kelas Robin sembari terkekeh. Kedepan, mereka berharap bahwa intensitas tinggi program tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi mereka. Jam pelajaran utamanya, jangan dibuat terlalu panjang. Selain itu, akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu seyogyanya benar-benar diliburkan. Atas masukan tersebut, Prof. Margana selaku Wakil Rektor UNY akan terus mengeksplorasi segala kemungkinan yang bisa dilakukan. Kewajiban 48 SKS bagi peserta PPG Prajabatan, dan 36 SKS bagi peserta PPG Dalam Jabatan, akan disesuaikan dengan kapabilitas kampus. "Program PPG akan terus dikembangkan sesuai dengan kewajiban, kapasitas, dan kebutuhan seluruh stakeholder yang ada," pungkasnya. 


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

ARIF/ HUMAS

HARUS MEMILIKI KEMAUAN UNTUK BELAJAR Syarat pembawa acara yaitu bersuara jelas dan nyaman didengar, berpenampilan sopan dan sesuai dengan acara, berwawasan luas, perbendaharaan kata yang memadai, berkemampuan berbahasa baik, bersikap positif terhadap diri sendiri, luwes, pandai menyesuaikan diri dan cekatan, disiplin dalam waktu dan dalam menjaga kesehatan serta tenang dan matang dalam menyikapi situasi apapun.

Untuk itu sebagai master of ceremony (MC) harus memiliki kemauan untuk terus belajar, berjiwa besar, rendah hati dan menghargai orang lain. Demikian dikatakan Ninda Nindiani, trainer dan broadcaster profesional dalam workshop protokol dan MC di Rektorat UNY, Rabu (21/11). Alumni S2 University of Central England Birmingham Inggris tersebut menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjadi MC diantaranya mengucapkan

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

dengan benar nama pangkat dan jabatan dari instansi, tidak memegang atau memainkan sesuatu dan bersikap formal dan perfect. “Hindari cekikikan, batuk atau berdehem” tegas Ninda. Perlu juga diperhatikan untuk mengatur artikulasi sua­ ra meliputi volume, nada/into­ nasi, tempo, tekanan, diksi dan emosi. Pemilik “FIRST STEP” Public Speaking Club & Courses Yogyakarta tersebut memberikan tips untuk mengatasi demam panggung dengan cara persiap­

kan materi dengan baik, persi­ apkan penampilan yang nyaman, tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat meng­ ganggu tenggorokan, pernafasan, dan pencernaan, banyak minum air putih, tarik nafas panjang dan banyak senyum Workshop yang diikuti 70 orang dari fakultas dan lembaga di UNY tersebut dibuka oleh Kepala Divisi Protokol UNY Sigit Sanyata yang mengatakan bahwa MC merupakan hal penting. HUMAS

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 35


Berita

DOSEN FT UNY IKUTI SHORT COURSE PENDIDIKAN VOKASI DI DRESDEN, JERMAN DOK. FMIPA

SOSIALISASI PEMBUATAN PUPUK KOMPOS OLEH KOPHI YOGYAKARTA

DOK. FT

Dr. Ratna Wardhani, Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika & Informatika, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta lolos menjadi salah satu perwakilan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Politeknik seluruh Indonesia untuk mendapat kesempatan mendalami bidang Pendidikan Vokasional di Jerman melalui Program Short Course Luar Negeri Gelombang III yang diselenggarakan oleh Direktorat Karier dan Kompetensi SDM, Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi selama dua bulan, November hingga Desember 2018. Secara umum, Program Short Course Luar Negeri ini merupakan upaya dalam mendukung peningkatan kapasitas, kompetensi serta meningkatkan wawasan pengetahuan dosen dalam bidang sains, teknologi, sosial dan humaniora. Selain itu, dengan mengikuti short course ini diharapkan dosen-dosen yang terpilih dapat mengetahui isu-isu terkini dalam bidang pendidikan vokasi, mengembangkan bidang pendidikan vokasi berbasis penelitian, serta membangun jejaring nasional dan internasional untuk pengembangan bidang pendidikan vokasi. Ratna menceritakan bahwa pada gelombang ini tercatat ada 118 pendaftar yang kemudian disaring menjadi 24 orang untuk diberangkatkan ke Technische Universitat Dresden, Jerman. “Program ini dimulai dengan orientasi dan pengenalan program Vocational Education Short Course serta pengenalan lingkungan dan juga materi tentang Quality Management Organization,” cerita Ratna. “Short Course ini juga dirancang dengan beberapa kegiatan luar, terutama di perpustaakan yang luar biasa dengan koleksi buku yang lengkap, nyaman, dan tenang sehingga sangat kondusif untuk belajar. Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan museum koleksi berbagai media, salah satunya media-media pembelajarannya yang sangat menarik,” cerita Ratna. Saat ini kami juga belajar tentang Designing of Learning and Teaching Processes (Didactics and Methodics) in Engineering Education dan Education Technology. Meski waktu kuliahnya dipadatkan, namun banyak hal baru yang kami pelajari dari para pengajar TU Dresden ini, terutama pengalaman mereka dalam pengembangan pendidikan vokasi. HRYO 36 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

Kompos adalah sesuatu yang digunakan untuk menyuburkan tanah. Kompos yang dibuat pada tanah yang nantinya akan diberi kompos itu sendiri akan mudah untuk dapat menjadikan tanah tersebut subur karena mikroba yang terdapat pada tanah telah menyesuaikan dengan kompos tersebut. Kompos merupakan hal penting bagi petani, oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Fisika FMIPA UNY bersama Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Yogyakarta melaksanakan sosialisai tentang tata cara pembuatan pupuk kompos di dusun Bendo, Lendah, Kulonprogo bersama masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Bahan untuk pembuatan kompos didominasi oleh limbah organik seperti daun kering, batang pisang yang sudah panen, batang tebu, dan lain sebagainya. Diusahakan bahan yang akan digunakan tidak terjangkit penyakit. Pembuatan kompos sama seperti pembuatan kompos biasanya, yaitu dengan menimbun bahanbahan kompos tersebut pada tanah yang telah dilubangi sebesar keranjang yang akan digunakan dengan urutan lapisan dasar adalah tanah, kemudian bahan kering ditambah em4 dan berulang kembali hingga lapisan

setinggi tanah disekitarnya. Setelah itu, lubang ditutup dengan tanah dan ditutupi kembali dengan lapisan tahan air agar air tidak dapat masuk (jika hujan). Proses penimbunan ini membutuhkan waktu 2 minggu sampai 2 bulan untuk dapat digunakan. Waktu tersebut relatif tergantung iklim, tanah, jenis dan jumlah limbah organik yang digunakan. Proses tersebut akan menghasilkan kompos berupa padatan dan cairan. Tetapi untuk pengambilan kompos cair tidak memungkinkan karena meresap kedalam tanah. Kompos yang dibuat dengan cara tersebut akan lebih cocok nantinya untuk digunakan pada tanah. Karena dibuat langsung dengan tanah yang akan digunakan untuk bercocok tanam dibanding dengan pupuk kandang atau pupuk non organik lainnya yang terkadang tidak cocok dengan karakteristik tanah yang berbeda. Kemudian dengan pembuatan kompos berbahan limbah organik tersebut dapat menjadikan solusi baru untuk pengolahan limbah dibanding dengan cara dibakar. Kegiatan pada Minggu 25 No­ vember 2018 itu merupa­kan serangkaian acara aksi sosial AKSOS Himpunan Mahasiswa Fisika FMIPA UNY. HUMAS FMIPA


Berita

4 MAHASISWA FIK TERPILIH TIMNAS RUGBI 7S (Prodi Ilmu Keolahragaan), Dian Wahyu Saputri (Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penjas), dan Tri Sukma Nugraeni( Pendidikan Kepelatihan Olahraga). Keempat mahasiswa FIK UNY tersebut terpilih mengikuti seleksi rugby 7s putra dan putri Indonesia yang rencananya akan memperkuat pada ajang SEA Games 2019 Manila.

Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY kembali menyumbangkan sivitas akademikanya untuk berkesempatan membela merah putih. Kali ini, capaian tersebut diwujudkan dengan terpilihnya empat mahasiswa FIK aktif untuk mengikuti seleksi skuat rugby 7s Tim Nasional Indonesia. DOK. FMIPA Adalah Yusuf Satria Nugroho Bagong Putra (Mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Muhammad Danial Al Fikri

Aspek seleksi yang dilaksanakan akhir akhir bulan November ini mencakup aspek VO2max, speed, dan agility atlit. Radityo menambahkan bahwa nama- nama yang terpilih merupakan seleksi dari berbagai pengurus provinsi rugby yang ada di seluruh Indonesia. ungkap Pimpro Rugbi Timnas Indonesia, H.R.G. Radityo Gambiro, M.B.A. Kegiatan seleksi tim nasional rugby wilayah tengah yang mencakup wilayah Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bali, dan DIY dilaksanakan di Stadion Atletik dan Sepak bola FIK UNY, imbuhnya. Abdul Mahfudin Alim, M.Pd., dosen rugby FIK UNY, mengungkapkan rasa syukurnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Nya serta dukungan doa restu dari seluruh pimpinan dan sivitas akademika UNY sehingga eksistensi dan prestasi rugby di UNY dan DIY yang relatif masih ‘hijau’ ini cukup membanggakan. Lebih lanjut, Mahfudin berharap kepada para atlet yang terpilih untuk tetap tekun dan semangat dalam Pelatnas sehingga prestasi pada SEA Games mendatang semakin baik. Pengprov rugby DIY berhasil mengirimkan 6 atletnya di mana 4 di antaranya adalah mahasiswa FIK UNY. SP27

BADAN STANDARDISASI NASIONAL MEMBERI UNY PERAK DALAM SNI AWARD 2018 Badan Standardisasi Nasional (BSN) memberi penghargaan pada sejumlah organisasi dan institusi. SNI Award dapat menjadi acuan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya karena SNI Award menilai beberapa aspek yang mendorong kemajuan organisasi dalam mewujudkan kinerja yang membaik. Pada tahun 2018 UNY berhasil meraih peringkat Perak SNI Award 2018 dari BSN yg diberikan di Jakarta Rabu (21/11). Penganugerahan ini dihadiri Menteri Ristekdikti dan Menteri Perindustrian RI. UNY terpilih dalam kategori organisasi pendidikan tinggi yang telah terakreditasi oleh BAN-PT. SNI Award untuk UNY diterima oleh Wakil Rektor III UNY Sumaryanto didampingi

Ketua LPPM Suyanta. Menurut Rektor UNY Sutrisna Wibawa prinsip dasar standardisasi adalah kualitas, hal itu berlaku untuk semua termasuk bagi perguruan tinggi. Oleh karena itu, UNY sebagai lembaga memiliki kepentingan untuk menjaga kualitas dalam segala aspek, menyangkut Tri Dharma PT. Hal ini yang mendasari keikutsertaan UNY dalam kegiatan yang diadakan Badan Standardidasi Nasional (BSN), yakni Penghargaan SNI Award. “Alhamdulillah, pada keikutsertaan yang pertama ini, UNY memperoleh penghargaaan Kategori Perak” kata Sutrisna Wibawa. Diharapkan ke depan, UNY dapat lebih meningkat lagi dengan pe­nyiapan kelengkapan dan persyaratan yang ditetapkan. HUMAS P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 37


Berita

HUMAS FIP

KEKERASAN GENDER DI SEKOLAH DARI PERSPEKTIF BK Sabtu (24/11) Kita sering mendengar istilah kekerasan, atau bahkan menyaksikannya. Tapi, apakah sesreing itu pula mendengat istilah “kekerasan berbasis gender� yang disingkat KBG ? Mungkin tidak. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa belum banyak dari kita bahkan para guru kita memahami hal ini. “Padahal fakta menunjukkan bahwa Kekerasan Berbasis Gender (KBG) merupakan Ancaman Bagi Remaja� buka Rita Pranawati, MA, wakil ketua KPAI dalam Seminar Nasional Memahami dan Mengatasi Kekerasan

Gender di Sekolah dari Perspektif Bimbingan dan Konseling. Lebih lanjut Rita menambahkan bahwa ada beberapa bentuk kekerasan berbasis gender, antara lain seksual, fisik, praktek tradisional yang membahayakan, sosial ekonomi dan emosional dan psikologis Dari definisi di atas, kita melihat bahwa KBG adalah istilah umum untuk banyak jenis kekerasan sebagaimana dijelaskan di atas. Yang menarik dari definisi di atas adalah ia memasukkan praktek tradisional yang membahayakan. Dalam penjelasan dikatakan

38 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

bahwa praktek ini menyangkut praktek seperti sunat perempuan (female genital mutilation), perkawinan paksa (forced or arranged marriage) dan perkawinan di usia dini (early marriage). Hal ini diamini oleh Lisa Octavia bahwa ada pendampingan hukum dalam kasus ini. Wakil Direktur dari Rifka Annisa, Organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan ini menjelaskan bahwa Pendampingan hukum dapat diberikan kepada perempuan dan anak korban kekerasan dalam penyelesaian masalah, khususnya proses hukum. Pada kasus-kasus pidana dilakukan pendampingan langsung, sedangkan pada kasus perdata pendampingan yang dilakukan bersifat tidak langsung. Dalam segi Pendekatan

Konseling Berperspektif Feminis, Dr. Sigit Sanyata, M.Pd mengungkapkan bahwa isu kesetaraan tidak dipahami sebagai upaya mendekonstruksi relasi gender tetapi sebagai bentuk diperolehnya kesempatan yang setara. Kesetaraan Gender masih mempertimbangkan peran dan fungsi yang melekat secara kodrati. Menurut Sigit, Pengarusutamaan Gender adalah Prinsip kesetaraan dalam hal akses didasarkan pada kemampuan individu untuk mengakses pengetahuan, kuasa (power), sumber daya (resources) dan standar layanan yang penting dalam aktualisasi diri dan keteguhan diri. Upaya untuk memberikan pemahaman dan kesadaran perlu dirancang oleh konselor dalam sebuah program yang menekankan pada paradigma kesetaraan gender. ANT


Berita

FIS UNY DAN FSSK UKM MALAYSIA

IPK TERTINGGI DAN LULUS TERCEPAT

Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan (FSSK), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) kunjungi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) pada hari Rabu (21/11/2018). Rombongan dari UKM yang terdiri dari Dekan, Wakil Dekan, Kepala Pusat tersebut diterima di Ruang Lafran Pane FIS UNY oleh Dekan, Wakil Dekan, Senat, Kajur/ Kaprodi, Kepala Unit, Kabag/ Kasubag dan dosen di lingkungan FIS UNY. Dekan FIS, Prof Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag dalam presentasinya memaparkan tentang profil FIS UNY.

ARIF / HUMAS

Wisuda Doktor, Magister, Sarjana dan Diploma 3 Universitas Negeri Yogyakarta periode November telah dilaksanakan belum lama ini di GOR UNY. Pada wisuda kali ini Rachmat Hidayat dari prodi Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik berhasil meraih indeks prestasi tertinggi untuk jenjang S1 yaitu 3,87. Saat ditanya bagaimana pria kelahiran Klaten, 2 Januari 1997 tersebut mencapai indeks prestasi setinggi itu, alumni SMKN 1 Klaten ini mengaku selalu belajar dan rajin membuat catatan untuk dibaca ulang. Warga desa Balong Paseban Bayat Klaten tersebut mengaku juga banyak belajar bersama teman. “Saya saat SMK berasal dari prodi teknik komputer dan jaringan, oleh karena itu dengan diterimanya di pendidikan teknik boga saya harus mengejar ketertinggalan dengan yang lainnya” kata Rachmat. Putra Dian Haryadi dan Urip Darmaulani tersebut banyak belajar tentang teori tata boga yang berdampingan dengan prakteknya. Berkat ketekunannya belajar Rachmat berhasil lulus dengan predikat cum laude. Mahasiswa yang lulus tercepat dalam wisuda UNY periode ini adalah Ayu Wulandari dari prodi Biologi Fakultas MIPA yang berhasil menempuh pendidikan S1 dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Menurut gadis kelahiran Bekasi 4 Oktober 1996 tersebut, untuk bisa lulus dalam waktu singkat strategi yang diambil adalah mengambil paket maksimal SKS tiap semesternya. “Saya menargetkan agar tidak terlalu lama di bangku kuliah, cukup 3,5 tahun” kata Ayu “Bersyukur pada tiap semesternya bisa meraih indeks prestasi diatas 3 sehingga bisa menambah SKS”. Alumni SMAN 3 Bekasi tersebut membagi waktu antara belajar dan tugas kuliah dengan cermat. Putra pasangan Agus Suryono dan Jaetun tersebut berkisah bahwa pada pagi hari kuliah dan malamnya digunakan membuat laporan praktikum sekaligus belajar. Dari sinilah warga Bekasi tersebut menamatkan studinya dalam waktu singkat. HUMAS

Pada kesempatan yang sama, Dekan FSSK UKM Prof. Dr. M. Mohd Fuad Mad Jali menawarkan berbagai peluang kerjasama antara FIS dan FSSK UKM salah satunya adalah kerjasama publikasi artikel ke dalam jurnal terindeks scopus. “UKM memiliki beberapa jurnal yang sudah terindeks scopus antara lain Jurnal Komunikasi (The Malaysian Jurnal of

ARIF / HUMAS

Communication), Akademika, JEBAT (Malaysian Journal of History, Politics and Strategic Studies), 3L (Language, Linguistics, and Literature), Gema Online (Juounal of Language Studies). “Jika para dosen di FIS memiliki paper yang bagus, maka kami dapat fasilitasi untuk membuat

special issue pada jurnal tersebut” ungkapnya. M. Mohd Fuad Mad Jali menambahkan, kerjasama FIS dengan FSSK juga dapat berupa short course. Ia mencontohkan penyelenggaraan short course tentang “Kebijakan Publik di Indonesia dan Malaysia” selama 5 minggu. Untuk minggu pertama para peserta mendapatkan pemaparan materi di FIS UNY, minggu kedua peserta melakukan observasi di Indonesia, selanjutnya minggu ketiga para peserta mendapatkan materi di UKM Malaysia, pada minggu keempat mereka melakukan observasi di Malaysia dan minggu terakhir para peserta memaparkan hasil observasi. “Hasil dari short course tersebut yaitu artikel yang dipublikasikan ke jurnal terindeks scopus.” bebernya. Sementara itu, Prof. Dr. Norhamidi Bin Muhamad menjelaskan tentang skema kerjasama 2 + 2 Degree Program yaitu program kerjasama FIS dan FSSK untuk menyelenggarakan double degree strata 1 yang berlangsung selama 4 tahun, dengan rincian 2 tahun kuliah di FIS UNY dan 2 tahun di FSSK UKM. Dalam skema ini, para lulusan akan memperoleh 2 ijazah yaitu ijazah dari UNY dan UKM. Adapun biaya kuliah 2 tahun pertama dibayarkan di UNY dan 2 tahun sesudahnya dibayarkan di UKM. “Skema ini bisa direalisasikan karena kedua fakultas mimiliki beberapa prodi yang sama seperti Geography, Media Communication, Political Sciences. “UKM juga sudah menjalankan skema ini dengan universitas yang ada di Indoensia seperti UNRI dan UNDIP” imbuh Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan UKM tersebut. EKO

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 39


Isti Komariah PENDIDIK PULAU TIMOR 40 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

KALAM / PEWARA


SOSOK GURDASUS

DOKUMEN PRIBADI ISTI

Ditempatkan setahun di SDN Hanowai Belu, tak hanya memberi Isti dan segenap peserta SM-3T pengalaman mendidik. Mereka juga terdidik lewat tauladan dari kehidupan warga kampung: atas cinta kepada ilmu pengetahuan, serta menjalani keberagaman suku dan agama. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH

I

sti tumbuh besar menggemari kedisiplinan dengan rasa cinta tinggi kepada tanah airnya. Rasa cinta yang tak hanya membuatnya bangga menjadi Indonesia, tapi juga meyakinkan hatinya untuk mendaftar kala lowongan Pendidikan Profesi Guru (PPG) SM-3T dibuka pada 2016 lalu. Program tersebut kemudian menugaskannya untuk mengabdi dan memberi pengajaran di SDN Hanowai, yang terletak di Kabupaten Belu. Kabupaten tersebut memang berstatus terluar. Seiring dengan lokasi geografisnya yang berhadapan langsung dengan Timor Leste, lengkap dengan minimnya fasilitas infrastuktur bahkan untuk sekedar listrik, air bersih, dan sinyal telekomunikasi. Tapi di Desa Hanowai, tempat sekolah tersebut berada, Isti benarbenar merasakan Indonesia. Lewat kebhinekaan, keramahtamahan, dan jiwa gotong royong. Sebagai muslim dan orang Jawa, Isti disambut hangat dan diberi ruang untuk melaksanakan ibadah kesehariannya. Baginya, sambutan

tersebut begitu spesial karena semua warga kampung adalah penganut Katolik. Tak hanya berhenti pada sambutan hangat, para pendidik SM-3T juga dikagumi dan diberi kambing serta ayam khusus untuk mereka sembelih sendiri di kala ada kenduri warga kampung. Tujuannya, agar mereka sebagai muslim bisa turut bergembira dengan melahap bahan pangan yang halal. Sembari sekali dua kali, Isti juga membagikan masakan buatannya tersebut kepada warga.

ISTI SAAT BERKUNJUNG K SALAH SATU RUMAHANAK DIDIKNYA

"Warga justru sangat suka masakan kita dari Jawa. Dan memberi ruang luar biasa, sehingga kami di sana tidak hanya mendidik. Tapi juga dididik oleh keramahtamahan dan kehidupan kampung dan semangat mereka

Kami di sana tidak hanya mendidik. Tapi juga dididik oleh keramahtamahan dan semangat mereka untuk belajar."

untuk belajar," kenang Isti, yang menyatakan ia memperoleh banyak pelajaran tak ternilai dari penugasan tersebut. Terbiasa Mengajar Pada saat lowongan PPG SM3T diikuti Isti pada 2016, perempuan kelahiran Kebumen 14 November 1994 tersebut baru saja lulus dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNY. Studi tersebut dii­ku­ tinya sejak tahun 2012, atas do­rong­ an dari ibunya yang juga berpro­ fesi sebagai guru sekolah dasar. "Awalnya saya kepingin daftar jadi tentara, tapi ibu memang kepingin begitu. Walaupun mulanya setengah hati, kok lama-lama asyik juga mengenal anak. Jadi suka. Sejak saat itu saya terbiasa mengajar," kenang Isti. Dari kebiasaannya mengajar tersebut, Isti sudah sempat mengajar selama dua bulan pada sebuah SD yang berada di sekitar Yogyakarta. Adanya program SM-3T yang diketahuinya dari beberapa kawan, membuatnya tertarik untuk mencari ilmu lebih lanjut. Daftar dengan cara coba-coba, kemudian menjadi pilihannya. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 41


SOSOK GURDASUS

DOKUMEN PRIBADI ISTI

Karena sifatnya yang coba-coba, Isti terkejut kala mendapati dirinya menjadi satu dari 3.000 pendaftar yang diterima mengikuti PPG SM3T. Program tersebut seingatnya cukup kompetitif, dan banyak temannya yang tidak diterima. Selain terkejut, Isti juga mulanya belum memberitahu orang tua. Dan juga, belum tahu tentang Kabupaten Belu yang menjadi daerah penugasannya karena penempatan diberikan secara acak oleh sistem. Barulah selepas pemberitahuan tersebut, Isti terlebih dahulu berselancar di mesin pencarian daring untuk mengetahui lebih jauh tentang Belu dan Desa Hanowai sebagai lokasi dari SD Negeri tempatnya mengabdi kelak. Dari situlah ia ketahui, bahwa desa tersebut berada di Pulau Timor dan beragama Katolik. Kontras dengan kesehariannya di Jogja yang dekat dengan orang tua dan hidup dalam lingkungan Muslim "Saat saya mendaftar, Ibu sudah tidak ada. Saya hanya bilang ke Bapak, bahwa keterima di Belu. Pertanyaannya sama: Belu itu dimana, gak tahu juga. Tapi beliau merestui dan berpesan semangat serta hati-hati," ungkap Isti. Dengan restu orang tua serta kebiasaannya mengajar, Isti yakin bahwa mengajar di Belu takkan jadi masalah berarti untuknya. Hal tersebut kemudian dilengkapi 42 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

ISTI BERSAMA WARGA KABUPATEN BELU

dengan Prakondisi SM-3T, yang digelar UNY bekerjasama dengan Akademi Angkatan Udara (AAU). Pelatihan dilakukan dengan sistem semi militer. Selama dua minggu di bulan Agustus, Isti mendapatkan materi sosiali­ sasi kurikulum 2013, mana­ je­men sekolah, pembela­jar­an pada kondisi khusus, posda­ ya, kepramukaan, P3K, UKS, survival, kedisiplin­an, pen­ dekatan sosial kemasyarakatan, wawasan kebangsaan, bela negara, dan sebagainya. "Pertama kali saya makan dihitung waktunya, tinggal di mess, ada hukuman push up. Macam-macam materi pula, tapi benar-benar bermanfaat saat kita diterjunkan di daerah. Survival benar-benar dibutuhkan," kenang Isti. Terjun ke Belu Bulan September, Isti bersama 54 temannya berangkat bersama menuju ke Belu. Di sinilah petualangan mendidik dimulai. Selepas terbang dari

Selain terkejut, Isti juga mulanya belum memberitahu orang tua.

Yogyakarta hingga ke Atambua dengan transit di Kupang, rombongan SM3T disambut oleh Wakil Bupati. Saat penyambutan inilah, jika sebelumnya Isti mengetahui Belu hanya dari internet, saat ini ia memperoleh cerita langsung tentang bagaimana suasana dan kehidupan di Hanowai. Dalam kesempatan tersebut, mulanya sang wakil bupati pada saat itu langsung bertanya kepada peserta SM3T tentang siapa yang akan ditempatkan di Hanowai. Harapan beliau, yang ditempatkan di Hanowai adalah laki-laki, karena situasi medan desa tersebut yang cukup ekstrim sehingga kasihan bila harus dijalani perempuan. "Bapak Ose Luan (Wakil Bupati) sendiri itu yang bilang. Beliau tidak bisa membayangkan kalau cewek, kasihan. Disitulah beliau cerita, Hanowai tidak ada sinyal, listrik, air," tutur Isti sembari terkekeh. Walau demikian, Keakraban serta keramahtamahan warga Hanowai yang memiliki jiwa kebhinekaan dan gotong royong begitu kuat membuat kesulitan tersebut tak jadi halangan bagi Isti untuk mengabdi. Dibantu warga desa, ketiadaan tiga benda tersebut tidaklah membuat Isti kehabisan akal. Untuk mencuci dan mandi misalnya, Isti berani menembus


Selain bolak-balik kelas, Isti juga menggelar kelas sore untuk siswa kelas 6 SD yang membutuhkan tambah materi. Caranya, siswa dikelompokkan berdasarkan daya tangkap dan kemampuannya. Materi untuk Ujian Nasional kemudian diulangi lagi dari awal, agar mereka paham dan bisa mengerjakan. Termasuk, menyediakan bahan bacaan lewat program sumbangan 1000 buku untuk Belu yang dihimpun peserta SM3T secara online.

SOSOK GURDASUS

"Akhirnya nilai lebih baik. Menurut kita sangat bagus. Dapat lima, enam, tujuh, padahal waktu belum ada kita mereka tidak bisa penjumlahan pengurangan. Semua karena mereka pada dasarnya rajin dan manut," tutur Isti. Pekerjaan baik Isti tersebut menjadi perbincangan warga kampung. Selain tentang kisahnya mendidik, Isti juga lumayan populer karena ia pandai memasak. Hal tersebut karena selama ini, masyarakat setempat hanya memiliki dua makanan: ubi dan babi. Cara memasaknya pun hanya dengan dua cara: direbus atau dibakar.

DOKUMEN PRIBADI ISTI

hutan dan turun ke sungai yang letaknya sekitar beberapa kilometer dari sekolah dan mes tempatnya tinggal, untuk mandi dan mencuci. Dalam jarak dan medan ekstrim tersebut, Isti mau tidak mau harus menggotong pakaian yang perlu dicucinya. Untuk sinyal, ada strategi yang sudah lama dilakukan warga Hanowai. Mereka menggunakan sepatu untuk penangkap sinyal. Caranya, HP diletakkan di ujung sepatu. Untuk melakukan taktik ini, sepatu harus berada di ruang terbuka seperti teras. Semua informasi tersebut didapatkan Isti karena warga begitu ramah. "Sampai sekarang naruh HP di sepatu itu misteri buat saya. Gimana ceritanya HP bisa nyala, tapi yang penting nyala. Bisa internet dan telepon. Saya ngikut saja strategi yang sudah lama dilakukan warga," kenang Isti. Selain tak habis akal dalam mencari sinyal, Isti juga selalu memutar otak untuk memberikan

yang terbaik bagi siswa SDN Hanowai. Dari pengalamannya mengajar, sekolah ini memiliki jumlah guru yang tak memadai dalam kesehariannya. Alasan­ nya bukan karena keku­rang­ an guru, namun karena para guru tersebut kerap tidak ada di sekolah. Padahal, para sis­ wa relatif rajin bersekolah dan patuh jika diajak ataupun dimin­ta untuk belajar.

MURID DI SDN HANOWAI, KABUPATEN BELU YANG JUARA LOMBA

Agustus 2017, tugas Isti di Belu selesai. Genap setahun dijalaninya di Belu tanpa bisa pulang saat lebaran dan tahun baru. Namun bagi Isti, liburan dan hari raya tersebut tetap dirayakannya bersama warga dan sesama peserta SM3T yang sudah seperti keluarganya sendiri. Kedepan, ia berharap program SM3T hingga PPG yang menyertai di tahun berikutnya, bisa makin baik. Peserta dua program tersebut menurut Isti relatif banyak di UNY, sehingga dampaknya ruang kelas maupun jadwal dosen menjadi begitu padat.

Akibatnya, murid SD tersebut secara kemampuan akademik kurang. Banyak anak kelas empat misalnya, yang belum lancar membaca. Sedangkan untuk anak kelas enam, mereka masih kesulitan melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana. "Jadi solusi yang kami lakukan adalah mengajar gantian semua kelas. Di SDN Hanowai peserta SM3T hanya dua orang. Dua orang, mengajar enam kelas. Ki­ ta gan­tian keluar masuk ke­las, ngajar lalu kasih tugas. Inten­ sif," ungkap Isti dengan miris.

"Nah bersama teman, saya membuat gethuk. Asalnya sama dari telo, tapi warga sangat suka. Ibu disana baik sekali, kita dikasih ubi lezat, begitu kata mereka," kenang Isti bangga.

KALAM / PEWARA

"Semoga kedepan terkait kuota bisa diatur. Saat ini jumlah dosen, jadwal, dan ruangan terbatas, tapi peminat dan penugasan SM3T ataupun PPG secara keseluruhan memang sangat banyak. Jadinya crowded dan beberapa jadwal tabrakan. Semoga bisa dicari solusinya, sehingga pengabdian dan studi bisa optimal untuk mengembangkan kapasitas keguruan kita," pungkas Isti. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 43


» Opini

Noeng Muhadjir, Konsisten Menyorot Kemanusiaan Oleh Rony K. Pratama Penulis Laporan Utama Majalah Pewara Dinamika

S

ekitar pukul enam pagi kabar itu ter­siar di grup-grup WhatsApp dan status media sosial. Profesor Noeng Muhadjir dikabarkan wafat. Tepat di hari ketika jamak orang memperingati Sumpah Pemuda. Pada usia 88 tahun pute­ ra kelahiran Bukittinggi, 13 November 1930 itu melanjutkan perjalanan hidup di kamar ruang-waktu lain. Walau secara fisik tak lagi dapat dijamah, Profesor Noeng masih hidup dan menghidupi di ceruk pikiran pembaca. Dialah guru besar yang sepanjang waktu menghabiskan diri untuk jagat pendidik­ an. Pikiran segar seputar filsafat, psikologi, dan pedagogik lahir dari pena kritisnya. Tak pelak bila ia dikenal sebagai profesor yang produktif. Sekaligus peduli kepada generasi muda anak didiknya lintas angkatan dan usia untuk sekadar membimbing skripsi, tesis, dan disertasi. Pada usia senja spiritnya

sebagai guru makin meroket. Sekalipun mobilitasnya ditopang kursi roda dan tongkat. Profesor Noeng mengukir sejarah pada dua universitas terkemuka di Yogyakarta. Ia menjadi bagian struktural, fungsional, dan kultural di UNY dan UAD. Sejak akhir 60-an ia sudah melalangbuana ke santero instansi untuk sekadar menyusun konsep keilmuan maupun mengajar langsung. Banyak makan garam kehidupan membuat Profesor Noeng dikenal kalangan sebagai manusia lintas disiplin. Sematan ini tak melulu glorifikasi tapi menjadi bukti otentik betapa Profesor Noeng merupakan sosok langka intelektual par excellence. Sebagai contoh, kiprahnya sebelum ma­ suk abad ke-21, Profesor Noeng sudah aktif memberi kuliah Politik Sosial sejak 1974. Sebelumnya sudah turun lapangan menjadi pemimpin sekolah. Juga menjadi guru di sa-

na untuk kemudian mengantarkan karier­nya sebagai dosen. Tak sekadar di dalam kelas, ia juga dilibatkan untuk menyusun Repelita III sampai V di Bappeda. Di samping terlibat aktif sebagai seorang organisator, Profesor Noeng tak meninggalkan ruang akademik. Mata kuliah babon se­ perti Kebijakan dan Perencanaan Pendidik­ an, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Filsafat Ilmu, dan lain sebagainya menjadi andalan para mahasiswi-mahasiswanya hingga memberi nuansa memori kolektif akademik mereka. Tak heran kalau murid-muridnya acap mempertautkan nama Profesor Noeng dengan mata kuliah semacam itu. Tak hanya pengajar tapi juga ahli yang pantas diberi gelar begawan. Mendialogkan Profesor Noeng tak akan ada habisnya. Ia serupa oase yang menarik dibaca kembali kiprah berikut karya apa saja yang menjadi titik fokusnya. Lewat karya-karya itu, sidang pembaca seperti dituntun untuk menemukan—sekaligus sebagai vakansi—betapa ilmu yang digelutinya sedemikian luas, mendalam, juga menukik, bahkan membuat pendaras takjub. Sekian banyak gagasan tertulis yang saya baca, buku bertajuk Perencanaan dan Kebijakan Pendidikan (1993), mengakik di dalam memori saya sampai hari ini. Kesan pertama setelah baca itu meliputi imajinasi saya pada seorang Profesor Noeng yang lihai bak penutur ulung dan cerdas memungut data sebagai hamparan bukti empiris. Di sana terkesan jelas bahwa ia memadukan dua arus yang kerap dipertentangkan orang, yakni fiksi dan fakta. Ia seorang profesor yang berkecimpung di dunia tulis-menulis ilmiah, namun banyak karya-karyanya didasarkan atas suatu kesadaran imajinatif. Bagi saya kemampuan ini tak banyak dikuasai jamak orang. Hanya orang tertentu saja yang cukup tekun dan jeli memadukan keduanya. Profesor Noeng adalah sedikit dari orang-orang kebanyakan. Pada buku yang disinggung di atas, Profesor Noeng memberi preferensi historis, ka­ lau karya itu merupakan hasil telaah makro dan agregatif dalam ilmu pendidikan. Ia menyebut kajian itu sebagai makropedagogik yang identik dengan pengembangan sumber daya manusia. Tesis yang sarat akan nilai kritis itu menekankan posisi Profesor Noeng sebagai analis, konseptor, dan humanis. Beta-

Profesor Noeng mengukir sejarah pada dua universitas terkemuka di Yogyakarta. Ia menjadi bagian struktural, fungsional, dan kultural di UNY dan UAD. Sejak akhir 60-an ia sudah melalangbuana ke santero instansi untuk sekadar menyusun konsep keilmuan maupun mengajar langsung. 44 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8


THEOS THINK TANK

Bagi Profesor Noeng, kecenderungan itu sangat problematis karena luput menyorot dimensi manusia. Padahal, manusia merupakan subjek aktif di dalam pembangunan. Kompetensi manusia mesti mendapat tempat di dalam pembangunan.

papun karya tersebut kental nuansa ilmiah, ia tetap konsisten sebagai seorang humanis: terus mempersoalkan manusia dan kemanusiaan secara inheren. Manusia dan pembangunan nasional adalah dua poin yang ditekankan Profesor Noeng. Menurutnya, kebanyakan kebijakan nasional—saat buku itu ditulis Orde Baru sedang menandaskan wacana developmentalisme fisik dan ekonomi—masih mendudukan variabel pembangunan sosial, ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Bagi Profesor Noeng, kecenderungan itu sangat problematis karena luput menyorot dimensi manusia. Padahal, manusia merupakan subjek yang terlibat aktif di dalam pembangunan. Profesor Noeng kemudian menyalakan sirene kompetensi manusia mesti mendapat tempat dan fokus di dalam pembangunan nasional. Buku yang telah dicetak ulang sebanyak tiga kali itu berorientasi pada bagaimana se-

harusnya membangun manusia agar unggul dan responsif terhadap pembangunan. Seperti yang ditulisnya, “…memberi pembekalan bagi yang diharapkan terlibat dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengambilan keputusan kebijakan, serta perencanaan pem­bangunan yang nota bene tidak melupa­ kan dimensi manusia serta pengembangannya.” Di mana pun Profesor Noeng bertugas, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Seperti buku yang dimunculkan di atas itu ia lahirkan di tengah kesibukannya sebagai guest-professor di Ohio State University. Saya membayangkan ia tekun mengetik di tengah badai salju Columbus, sementara penghangat ruangan di sana tak mengurangi hawa dingin yang seolah-olah menusuk tulang-belulangnya. Ketekunan itulah yang menjadi teladan bagi generasi setelahnya. Yang fana waktu, Profesor Noeng abadi. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 45


Resensi

SIMULAKRUM HAMBAR DARI QUEEN YANG IKONIK

B

icara tentang Queen, tentu pikiran kita tak di dalam Smile, ketika Tim menjadi vokalis utama bakal pernah bisa lepas dari pentolannya dan Freddie vokalis kedua. BOHEMIAN RHAPSODY Sutradara: Bryan Singer ∫ yang ikonik, Freddie Mercury. Bertampang Smile juga bukan band pertama Freddie. Sebe­ Pemain: Rami Malek, Ben Hardy, unik, kerap berdandan mendobrak aturan lum­ nya, ia pernah tergabung ke dalam Ibex, yang dkk. ∫ Produksi: 20th Century ketat soal gender, serta punya kemampuan lantas berganti nama menjadi Wreckage. Setelah gaFox, 2018 ∫ Durasi: 2,13 jam bermusik luar biasa membuat sosok Freddie gal dan bubar, ia lalu bergabung dengan band Sour sulit dilupakan. Kelegendarisan ini pula yang Milk Sea yang juga berumur pendek. Tapi, tentu, lantas dimanfaatkan Bryan Singer saat didaulat mengkreaditilik dari pengalokasian waktu dalam film, penjabaran historis si film biopik tentang band rock asal Inggris tersebut. Namacam ini bakal memakan terlalu banyak waktu. Barangkali ini­ mun, sayang, ramuannya tak terlampau memberikan tonlah mengapa produser dan/atau penulis naskah memilih mengamjokan berarti. bil jalan pintas dengan mengubah kisah pertemuan pertama paBila bukan karena akting trengginas Rami Malek (Mr. Robot, ra personel Queen. Night at The Museum, The Pacific) sebagai salah satu frontmen terFilm ini juga memuat tahun yang salah ketika We Will Rock besar dalam sejarah musik rock, lagu-lagu yang mampu membuat You diciptakan. Di sana, digambarkan Queen mendapatkan ilham penonton nostalgia sekaligus berdendang di waktu yang sama, soal We Will Rock You ketika tampilan Freddie berambut cepak dan penampilan legendaris dan berkumis tebal. Nyata­ Queen di Live Aid tahun 1985 nya, lagu tersebut pertama kayang selalu mampu meletli dibawakan pada tahun 1977 upkan decak kagum bahkan saat Freddie masih gondrong sampai sekarang, film ini bidan tak punya kumis. Freddie sa saja jadi film biopik musijuga bukan anggota pertama si mana pun, tahun berapa Queen yang membuat album pun. Formulanya terlalu biasolo, melainkan Roger Taylor sa, tertebak, dan hampir jadi dengan Fun in The Space (1981). ramuan generik tiap film seYang paling fatal adalah tahun jenis. Dimulai dari orang tua diagnosa HIV Freddie. Ia baru yang tidak setuju, sampai ke melakukan tes di tahun 1986, kehidupan yang sarat narkosedangkan Bohemian Rhapsoba serta pergaulan bebas, dy memuat kisah bahwasanhingga adegan di mana Fre­ ya Freddie sudah tahu status ddie Mercury muda bertemu kesehatannya menjelang kondengan Brian May (Gwilym ser Live Aid 1985. Lee) dan Roger Taylor (Ben Yang bikin menarik di film Hardy) selang hitungan detik ini adalah akting Rami Malek setelah vokalis utama band yang mampu menggambarkan besutan dua orang terakhkecintaan Freddie terhadap diir memutuskan mengundurrinya sendiri, tetapi tak mengkan diri. Bohemian Rhapsody hilangkan kebaikan natural terasa terlalu sibuk memoles yang vokalis itu miliki. Segala mitos soal Queen sampai lupa gestur dan bahasa tubuh Ma­ menggali keunikan yang begilek cukup mampu membuat tu melimpah dari tokoh yang kita mencicipi secuil keflamseharusnya diangkat. boyanan Freddie Mercury. Se­ Selain itu, film ini juga le­bihnya, Bohemian Rhapsody memuat linimasa yang ku­ terasa textbook. Jalan cerita­nya rang sesuai dengan kejadibisa ditemukan di film-film ti­ an nyata. Misalnya saja, soal pikal biopik Hollywood: berper­ temuan Freddie pertajuang merintis karier, akhir­ ma kali dengan Brian dan Ro­ nya terkenal, kemudian justru ger. Aslinya, mereka bukan terlalu asyik hura-hura, yang pertama kali bertemu wakberbuntut pada kejatuhan, dan tu Smile (band besutan Brian kemudian menemui kebangdan Roger) jadi pengisi acakitan atau malah sama sekali ra kampus, Freddie dan Tim redup. Klise. Rumus semacam Staffell (vokalis utama Smile) ini membuat Bohemian Rhapjustru sudah lebih dulu bersody tak lebih dari karaoke teman. Bahkan mereka semQueen yang berlangsung kelepat bersama-sama bermusik wat lama. BARA BRANANDI 46 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2018


Bina Rohani

Antara Sosrokartono dan Aku: Hidup dan Kehidupan Menurut Penghayat

B

anyak orang mengenal R.A. KartiOleh PUTRI SEKAR WARDHANI ni sebagai figur simbolik emansiPeneliti Ilmu Jawa pasi perempuan yang lahir di tanah Nusantara. Pengetahuan macam begini sudah lazim di benak masya­ Penjelasan di atas menguraikan apa rakat. Terutama mereka yang semyang disebut sebagai Ilmu Kanthong Bo­ pat mengikuti pendidikan sejarah long. Analoginya cukup sederhana. Penge­ keperempuanan di Indonesia. Tatahuan, materi, kemampuan, dan hal-hal pi apa masyarakat tahu kalau dia lain yang melekat di dalam diri manusia, mempunyai seorang kakak bernabaik dibanggakan maupun tidak, mesti ma Raden Mas Panji Sosrokartono? Sebadifungsikan buat orang banyak. Hal ini gian kecil orang barangkali tahu sebab dia menandaskan kalau kepemilikan pribadikenal luas sebagai seorang poligot: me­ di hendaknya tetap diorientasikan demi nguasai 26 bahasa internasional dan 10 bahasa daerah. Di samping lihai bercakap de­ ngan banyak bahasa asing, Sosro­ kartono (1877-1952), dikenal cerdas sejak kecil. Dia gemar membaca buku dan membaca masa depan. Kemampuan itulah yang membuat putra R.M. Ario Sosrodiningrat itu melanjutkan studinya di nege­ri Eropa. Leiden, Belanda, menjadi tempat pertamanya menggondol Doctorandus in de Oostersche Talen untuk Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur, setelah sebelum­nya tak be­ tah di Sekolah Teknik Tinggi Leiden. Membaca Sosrokartono berarti menengok rekam jejaknya selama hidup. Setidaknya dapat disederhanakan periode kehidupannya antara lain periode Jawa, Eropa, dan Jawa. Yang tera­khir ini memberi memori khusus akan kepribadiannya. Bukan karena dia patut diglorifikasikan karena menjadi orang pertama yang masuk universitas di Eropa, me­ lainkan bagaimana Sos­rokartono memberi manfaat ke­ pada masyarakat sekitar di tengah musim paceklik yang melanda Jawa sedemikian dahsyat. Sosrokarto­no hadir di tengah-tengah krisis itu dengan membawa bekal nilai keISTIMEWA hidupan. Terdapat nilai luhur yang ba­ nyak orang mengira datang dari Jawa tapi tak tahu siapa perumusnya. Nilai kepentingan kolektif. Itu semua semaitu bernama Ilmu Kanthong Bolong. “Nuta-semata diarahkan dalam rangka keber­ lung pepadhane, ora nganggo mikir wayah, man­faatan, sekalipun di sana dijelaskan wadhuk, kanthong. Yen ana isi lumuntur kalau kepemilikan pribadi pada akhirnya marang sesami.” Petuah tersebut bermakakan menjadi bolong (kosong). na bila kita hendak menolong sesama maka Teori tersebut kemudian diperjelas, tak perlu terlalu pelit dengan pikiran, wak“Nulung tiyang kula tindakaken ing puntu, saku, dan perut sebab itu semua disamdi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanpaikan buat orang lain, dia­lamatkan kepaci-wanci.” Kalimat itu memiliki makna luas da ma­sya­rakat, sebuah tugas kemanusiaan bahwa menolong orang lain dapat dilakuyang paling bernilai tinggi. kan di mana pun dan kapan pun. Artinya,

P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2018 4 7

menolong mesti mengabaikan pertimbang­ an-pertimbangan subjektif. Betapapun sekadar pertimbangan tempat dan waktu. Kenapa demikian? Sebab menolong tanpa pertimbangan ‘maksud’ tertentu justru akan mempertinggi nilai ketulusan. Itu kenapa nilai menolong sebaiknya terhindar dari pretensi-pretensi kepentingan, bahkan hendaknya menghindari orientasi pragmatis. Pertanyaan berikutnya yang mena­rik diperdalam, sejauh mana orang menolong, apakah harus memiliki modal sosial, kultural, bahkan simbolik, sebagaimana dinyatakan Pierre Bordi­eu dalam konsepnya mengenai arena perjuang­ an? Barangkali jawaban atas perta­ nyaan itu dapat direspons secara sederhana, yakni tanpa modal-mo­dal begitu kita sudah bisa menolong karena hakikatnya menolong tak harus bermodal. Sekalipun modal itu sekadar pikiran dan tenaga. Sosrokartono memberi lanskap menarik bagaimana modal perso­ nal dimanifestasikan. Sesungguhnya mo­ dal-modal seperti sudah disinggung sebelumnya adalah fana karena keabadian hanya milik Gusti, sedangkan manusia hanya dititipi sedikit agar merasa (baca: mengakui) kalau dirinya ‘ada’. Manusia hanya merasa ada karena diadakan. Seperti ungkapan terkenal Sosrokartono, “Sugih tanpa bandha. Digdaya tanpa hadji. Ngalurug tanpa bala. Menang tanpa ngasora­ken.” Secara denotatif, pernyataan itu bermakna kekayaan itu tak berarti bersifat material (harta); kesaktian itu tak hanya ditandai oleh azimat; perlawanan tak harus memiliki pa­ sukan; dan kemenangan itu tak harus merendahkan lawan. Konsep Sosrokartono melampaui sekat-sekat keilmuan yang dewasa ini diakui dunia akademik— terutama penghamba linieritas—sebagai sesuatu yang ilmiah, empiris, dan meto­ dologis. Tanpa penyebutan khas ‘orang berpendidikan’ semacam itu Sosrokartono justru telah membuktikan dan menerapkan narasi-narasi demikian jauh sebelum istilah-istilah di atas populer, viral, bahkan mengakik di benak kaum intelektual (modern). Tentu ilmu yang diutamakan menurutnya mesti dibarengi dengan laku (praktik). Tanpa laku, ilmu itu semu.


Cerpen

Kalya

Kalya, Kekasihku, banyak luka menganga, tapi tak seperih luka yang kau torehkan di keningku, lewat ciumanmu semalam.

K Oleh WEDA S. ATMANEGARA Pengarang, alumni Sastra Indonesia UNY

"Kalya, kau akan menikah esok hari, dan kau masih terlantar di sini bersamaku." "Kau bahkan tahu aku akan menikah esok hari, tapi kau masih menemaniku di sini."

Keduanya bertatapan di antara remang kamar dan udara yang beku di luar. Jika mata keduanya berkata, mungkin akan mengatakan, "Sebab aku ingin tidur dan berpelukan untuk terakhir kalinya denganmu."

Perempuan itu menatap dan menyapu wajah kekasih yang esok hari akan menjadi milik perempuan lain. Sesekali ia menemukan keraguan di matanya, sesekali ia temukan pula kegelisahan yang tak berkesudahan. Tapi ia juga menemukan kebahagiaan di mata lelakinya.

"Aku tak menyangka secepat ini kau menjadi suami orang." Tak ada jawaban dari Kalya. Ia hanya mengeratkan pelukan dan menghembuskan napas berat. "Baik-baiklah dengan istrimu ...." Dan malam yang keparat itu membungkam mulut perempuan itu untuk

melanjutkan kata-katanya. Ia mengatur suaranya, supaya lelakinya tak menangkap suara yang parau menahan tangis. "Shit! Aku sudah berjanji untuk tak menangis!" suara yang kecil itu tertangkap jelas di telinga Kalya. "Aku pun tak ingin ada air mata. Tapi menangislah. Setidaknya untuk terakhir kali ...." Dinding kamar keduanya terasa dingin. Kabut di luar semakin tebal, ditingkahi suara jangkrik yang mengepung kamar berukuran empat kali empat yang mereka sewa. Keduanya merapatkan tubuh. Berpelukan. Seakan tak rela melepas setiap detail kenangan yang pernah mereka lalui. "Masih tak ingin menangis?"

esok hari, lusa, dan seterusnya. *** Jika pernikahan seperti kisah negeri dongeng, siapa pun pasti rela menikah secepat ini. Tapi yang kutemui malam ini adalah, laki-laki yang di matanya digenangi keraguan. Lakilaki yang berpelukan dengan perempuan lain di malam pernikahannya. Tanpa sempat memikirkan perasaan perempuan di seberang, yang mungkin terluka jika ia tahu. Tapi aku terlalu sibuk berdamai dengan perasaanku. Begitupun Kalya. Jika malam ini ada yang peduli dengan perasaanku, tentu orang itu adalah Kalya. Dan jika ada yang peduli dengan perasaan Kalya, tentu orang itu adalah aku.

"Tidak. Aku ingin melepasmu dengan pelukan. Bukan tangisan ...."

"Jika calon pengantinmu tahu tentang malam ini, aku pasti akan dibakar hidup-hidup. Hahaha ...." aku tertawa lepas.

"Semakin sering kau berkata 'melepas', semakin kurasa aku akan kehilangan kamu."

Kau pun ikut tertawa, sambil merapatkan pelukan.

"Aku masih di sini merapatkan pelukan!" "Iya, sekarang. Tapi besok akan ada perempuan lain yang memelukku ...." Kalya, Kekasihku, bahkan jika aku tak pernah rela dengan pernikahanmu, aku akan menguatkanmu menghadapi

48 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8

"Kau tidak ingin melepaskan pelukan ini?" Kalya menggeleng. "Aku ingin menjadikanmu boneka, sehingga kau bisa tinggal bersamaku di rumah." Aku kembali tertawa. Malam merayap lambat. Menahan pagi supaya tak cepat datang.

Aku mencium keningnya. Kalya membalas dengan ciuman yang panjang dan lembut. Aku bahkan bisa merasakan lembap bibirnya menempel di keningku. Kalya, Kekasihku, aku tak ingin buru-buru mengakhiri malam. Sebab, mungkin tak akan ada malam-malam seperti ini lagi bagi kita. Biarkan kabut lembut dan kicau burung esok hari yang mengakhiri kisah kita. *** "Aku tak ingin meninggalkanmu sesungguhnya. Tapi keputusan sudah dibuat ...." "Berhentilah menyesal, Kalya! Esok tinggal menghitung jam. Kau akan lelah dengan perasaanmu jika kau terus menyesal." Perempuan itu tahu betul, bagaimana kisahnya akan berakhir. Ia bahkan telah menyiapkan dirinya jauh-jauh hari menghadapi pernikahan Kalya dengan perempuan lain. Meskipun hingga malam terakhir mereka berpelukan, perempuan itu tak juga berhasil mengabaikan lukanya. "Kau tidak menyesal dengan akhir yang seperti ini?" "Untuk apa, Kalya? Sejak awal aku tahu, aku sedang berhubungan dengan lelaki yang telah bertunangan ...." Kalya merapatkan pelukannya. Membenamkan wajah


perempuan di sampingnya ke dalam dadanya. Ia tahu, perempuan di sampingnya sedang berpura-pura. Berpurapura untuk baik-baik saja. Sesungguhnya Kalya pun sedang berpura-pura. Berpurapura untuk tak merasa kehilangan. Entah. Sepasang kekasih yang akan menyudahi

merasa kehilangan. Sulit sekali untuk membuat semuanya terlihat baik-baik saja. Di remang kamar, aku bahkan masih bisa menyaksikan air matanya yang ia coba sembunyikan dariku. Senyumnya yang terkesan dipaksakan.

"Kau menyesal lagi, Kalya? Kau bahkan mulai mengumpat." "Sudahlah, jangan berpurapura menghiburku, di saat kau sendiri butuh hiburan!" Perempuan yang sejak tadi tenang dalam pelukanku, kali ini menghempaskan tanganku dan duduk.

Aku terbangun dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan masih memedulikanku, saat dirinya sedang terluka. Kali ini bahunya terguncang. Maafkan aku .... Maafkan aku .... Aninda, Kekasihku, aku tak ingin terbangun esok hari. Jika esok hanya membawa

BAILIWICKEXPRESS.COM

kisah mereka dalam beberapa jam lagi itu pun, merapatkan pelukan dalam udara dingin dini hari. "Sampaikan maafku pada pengantinmu ...." "Tak ada maaf yang perlu disampaikan, kekasihku. Semua akan selesai sebentar lagi!" * Aku mendekapnya erat. Sulit sekali untuk tak berpura-pura

Jika aku pulang esok hari, aku pun ingin membawamu serta. Tapi .... Sudahlah. Kau pasti paham betul. Dua belas tahun lebih, hidup dalam sebuah pertunangan, bahkan sejak aku belum mengenal diriku sendiri. Mereka pasti punya kuasa melebihi Tuhan untuk menentukan jalan hidupku. Keparat! Aku mengumpat lirih.

"Aku sudah berjanji untuk menguatkanmu dan meyakinkanmu menghadapi esok hari."

kenyataan pada perpisahan kita. Atau biarlah esok tak akan tiba, supaya aku tak ada pilihan untuk meninggalkanmu.

Tak peduli apa pun masa lalu yang mengantarmu pada pertunangan sialan itu. Tak peduli jika pada akhirnya kita ... tak lagi bersama. Aku hanya ingin menguatkanmu, Kalya."

Perempuanku tertidur menjelang fajar. Sekali lagi, kudaratkan ciuman panjang di keningnya untuk terakhir kali. Aku melangkah berat keluar kamar, dengan hati yang selalu menengok ke arahnya.

Aku ingin melepas kepergianmu dengan senyuman, Kalya!"

Kontrakan Baru, 16 September 2018. P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8 49


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

"ETSY PURPLE DNA" LAURIE BAIN

Waktu Sarapan di sudut rumah pada tembok yang keriput jejak usia kian samar pada luka nyeri bapak yang kuat mengerang disekanya air panas, aduh yang sama tiap malam ibu yang lelah mendengkur, mimpi indah atau lupa telah tidur dalam kamar cerita-cerita hantu masa kecil memori ciuman pertama, terlentang pulas kuhitung mundur seratus sampai mata berat *** di sekeliling ranjang wajah-wajah riang menyambut bapak dan ibu yang tampak muda menyentuh lembut kulit : waktu sarapan telah tiba

Wastu aroma dupa cendana semayam dalam mimpimu beserta mantra bumi yang memberi sari pada akar pohonan kemanakah ruh-ruh semesta berdiam akankah Kau ketuk pintu rumahku selagi yang terlihat sedang lelap dan Kau menjelma simbol-simbol yang lalu Kau tahu embus angin yang lewat, cahaya tanpa warna nafasmu hangat merayu tempat Kau bisikkan segala kegelisahan puisi telah lemah daya para penyair kehilangan makna menafsirkan segala yang manusia * AVESINA WISDA Alumnus Sastra Indonesia FBS UNY Perintis laman jurnalkuliner.com

50 P E WA R A D I N A M I K A N OV E M B E R 2 0 1 8


#AfricanDay #DutaBesarGambia #PPSUNY FOTO-FOTO: RUBIMAN


Sedang dikerjakan

#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017

Selamat atas keberhasilan tim garuda di london

ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017 FOTO: KALAM JAUHARI

W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.