Pewara Dinamika Mei 2018

Page 1


Selamat hari pendidikan

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA • FOTO: BEAWIHARTA/REUTERS


P E WA R A D I N A M I K A / M E I 2 0 1 8

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi kultur akademik yang produktif, tidak hanya dari ranah penalaran, tetapi juga dari minat bakat, olahraga, dan seni.

SALAM sejahtera dari segenap jajaran redaksi Pewara Dinamika untuk civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah padatnya serangkaian jadwal dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta yang ke 54, pada edisi bulan kelima tahun 2018 ini kami menyorot setahun kiprah Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. APRIL 2012

Pewara April enam tahun silam untuk kali pertama menyajikan liputan khusus dengan mengangkat tema profil Sutrisna Wibawa dan Herminarto Sofyan. Mereka adalah mantan Wakil Rektor II dan III UNY yang telah banyak berbuat baik untuk kemajuan UNY di masa tiga Rektor. Ketiga Rektor itu adalah Prof. Suyanto, Ph.D., Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., dan Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.

Prestasi numerik ini tak luput dari target peningkatan sumber daya manusia yang terus digenjot. Para pengajar di Perguruan Tinggi diprioritaskan untuk meraih gelar akademik doktor dan guru besar. Berangkat dari sana, UNY membuka kesempatan seluasluasnya untuk para dosen untuk melanjutkan studi doktor.

Bertenggernya UNY pada urutan 10 dalam pemeringkatan Kemenristekdikti membuat Kampus Karangmalang ini menjadi satu-satunya universitas kependidikan yang berada dalam klaster unggul tersebut. Menjadi universitas kependidikan yang unggul, kreatif, dan inovatif, berlandaskan ketakwaan, kemandirian, dan kecendikiaan pun dicanangkan supaya UNY bisa menerobos gerbang global menjadi World Class University.

Setahun dinakhkodai oleh sosok baru, tentu membawa arah embusan angin yang baru pula bagi Kampus Karangmalang. UNY digiring untuk menggayung prestasi dari reformasi birokrasi yang mengusung jargon Smart and Smile.

Rubrik lain yang dipayungi ranah fiksi dan nonfiksi juga kembali hadir bagi para pembaca sekalian. Hari Pendidikan Nasional menjadi kubah bagi rubrik Opini. Sementara Cerpen, Puisi, dan Pojok Gelitik diharapkan mampu memberikan sentuhan karsa kepada mimbar audiens. Beragam kegiatan yang berkaitan dengan Dies Natalis UNY dijahit khusus dalam galeri foto kronik sebagai gambaran visual kemeriahan hari jadi universitas tercinta. Akhir kata, selamat membaca. Salam. ď Ž

Targetnya, pada tahun 2021 UNY harus mampu katut dalam posisi 750 besar dunia, dan naik di tahun 2025 menjadi 500 besar dunia supaya cita-cita ini tidak lantas menjadi mentah dan UNY mampu mengibarkan namanya sebagai universitas kependidikan kelas dunia.

Berbagai kemudahan layanan yang mengusung transparansi informasi dalam memberikan masyarakat layanan yang cepat dan efisien sekaligus perampingan kelembagaan digelontorkan demi memupuk

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

unyofficial

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati

@pewara_uny l @unyofficial

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Momentum untuk terus mewujudkan keunggulan budaya UNY dalam IPTEK, Seni, Olahraga, hingga Pendidikan Karakter. » 30-31

HUMAS UNY

Sutrisna Wibawa membawa UNY mereguk ragam pencapaian dalam masa setahunnya memegang nakhoda tertinggi. JARGON SMART AND SMILE yang dibawa Sutrisna Wibawa sebagai komitmen membangun UNY, membawa embusan angin segar bagi Kampus Karangmalang. Beragam program yang ia rencanakan selama periode kepemimpinan dilandasi spirit kecakapan, kecekatan, dan keramahan. Dengan begitu konsolidasi antarcivitas akademia berjalan harmonis. Aral dan rintangan tentu ada. Tapi ia bukan berarti hambatan pelik. Melainkan suatu dorongan belajar yang menyiratkan nilai tumbuh sebagai bagian dari proses hidup dan kehidupan. 4 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

Memasuki usia ke-54, UNY dengan pelbagai capaian penelitian, pengajaran, dan pengabdian yang patut diapresasi. Pada titimangsa inilah UNY mesti melakukan refleksi masa silam guna pembelajaran di hari depan. Sejarah menyiratkan deretan peristiwa yang kedudukannya serupa lonceng peringatan bagi generasi mendatang. Untuk itu, potret historis dan progres UNY menjadi penting dimaknai tak sebatas nostalgia, tetapi juga kontinuitas perjuangan ke arah perbaikan.

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Perkembangan dan Tantangan Pendidikan Tinggi

6 SURAT PEMBACA

35-41 BERITA Wayang: Media Pendidikan Karakter ∫ The 10th Global Culture Festival (GCF) Berlangsung Meriah ∫ Nano Sains dan Nano Teknologi Membuat Nyaman Era Revolusi Industri

8-40

LAPORAN UTAMA Selebrasi Informasi Abad Revolusi Industri 4.0 ∫ LDR YogyakartaBanjarmasin E-Learning 7in1

44-48

SOSOK Dr. (HC) H. Darsono Pendidikan Murah bagi Bangsa

54

RESENSI Cerpen Sufistik Takkan Terabaikan

55 BINA ROHANI Memaknai Hari Kelahiran

56-57 CERPEN Sesi Tarung Lidah

49-53

Opini Urgensi Public Speaking di Era Globalisasi

58 PUISI Rindu ∫ POJOK GELITIK Memerdekakan Anak


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Perkembangan dan Tantangan Pendidikan Tinggi

T

antangan dunia pendidikan ting­gi semakin kompleks dan menu=ntut persiapan dan pemikiran yang sangat serius. Setidaknya terdapat tiga tantangan besar yang dihadapi perguruan tinggi dewasa ini, yakni: (1) perubahan yang cepat dan non-linear sebagai akibat bergulirnya suatu masa yang sering disebut sebagai ‘Era Disrupsi’ dan ‘Era Revolusi Industri 4.0, (2) perubahan karakteristik masyarakat, terutama mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi, yang juga dikenal dengan generasi milenial, dan (3) persaingan yang lebih ketat antarperguruan tinggi dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Pertama, perubahan yang cepat dan non-linier yang sering disebut era disrupsi dan revolusi industri 4.0. Dalam era ini yang berperan utama adalah teknologi informasi yang telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Era disrupsi bisa terjadi karena perkembangan teknologi komunikasi pada generasi milenial dan era internet. Perguruan tinggi tidak boleh terperangkap dengan cara pandang za­ man old. Oleh karenanya, perguruan tinggi harus bergerak cepat untuk mendo­rong inovasi, memfasilitasi dosen untuk te­rus berkembang dengan berbagai ino­ vasi, memfasilitasi mahasiswa untuk menjadi pembelajar aktif memenuhi tuntut­an zaman sesuai kebutuhan masyarakat. Me­ ngutip pernyataan Djohan Yoga, Universitas Tradisional sudah seharusnya berubah menjadi universitas yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan creative & critical thinking skills (CCTS).

Potensi CCTS adalah modal utama bagi mahasis­wa saat ini untuk menghadapi era disrupsi. Kedua, karakteristik mahasiswa. Mahasiswa saat ini sangatlah berbeda de­ ngan mahasiswa sepuluh tahun yang lalu, apalagi sebelumnya. Mahasiswa saat ini adalah mahasiswa generasi milenial yang mempunyai akses terhadap informasi yang sangat masif. Dari bangun tidur sampai kembali memejamkan mata, mahasiswa bersinggungan dengan informasi yang begitu banyak dan begitu mudah untuk diakses. Dengan demikian fungsi dosen di kelas haruslah berbeda jika kita menginginkan ha­sil yang baik. Dengan input yang berbeda, sangatlah mustahil kita dapat menghasilkan ha­sil yang sama bagusnya dengan cara yang sama, cara yang biasa kita lakukan de­ngan kelompok mahasiswa yang akses informasinya masih terbatas dan tergantung pada informasi dari dosen. Keadaan seperti itu, menuntut kesiapan dosen yang sngat prima. Dosen Jaman NOW harus senantiasa belajar dan memperbaharui praktik-praktik pembelajarannya. Untuk mengajar ma­ha­siswa yang berbeda karakteristik­nya diperlukan cara yang berbeda. Jangan sampai kita terjebak dalam kegilaan se­perti dinyatakan oleh Albert Einstein yang mengatakan ‘Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results’ (adalah suatu kegilaan tatkala kita terus menerus melakukan hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda). Menjadi dosen mengharuskan kita untuk selalu meng-update tidak saja pengetahuan kita, tetapi juga cara mengajar kita dan juga wawasan kita secara

umum. Jangan sampai kita mengajar di depan kelas menyampaikan sesuatu yang sangat membo­sankan bagi mahasiswa, karena mereka sudah terlebih dulu mendapatkan informasi dari internet. Dosen milenia, di era revolusi industri 4.0 haruslah dosen yang spesial, dengan fungsi spesial. Dosen harus responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan era disrupsi ini. Peran dosen zaman now tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi pembelajaran, melainkan sebagai penebar passion dan inspirasi kepada mahasiswa. Ketiga, persaingan yang demikian ketat antarperguruan tinggi di Indonesia, tidak saja perguruan tinggi nasional, tetapi juga perguruan tinggi di dunia. Semua perguruan tinggi berlomba-lomba meningkatkan kualitasnya. Dalam situasi persaingan yang ketat ini, teknologi menjadi salah satu yang tidak dapat diabaikan. Keberadaan teknologi informasi telah menghapus batas-batas geografi, menghasilkan inovasi-inovasi baru yang tidak terlihat, dan tanpa disadari telah mengubah cara hidup, memengaruhi tatanan hidup dan bahkan mengganti sistem yang ada. Disrupsi sudah terjadi di berbagai bidang, baik itu transportasi maupun industri. Sama halnya dengan di bidang pendidikan. Pendidikan harus mengubah dirinya dengan hadir dalam bentuk e-learning misalnya. Penyampaian muatan informasi seharusnya jangan lagi menjadi tujuan pendidikan, namun justru harus memperhatikan bagaimana cara membangun karakter peserta didik, bahkan termasuk caracara berpikir kreatif.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 5


 S U R AT P E M B A C A

Menumbuhkan Kesadaran Parkir pada Tempatnya Di zaman yang semakin maju seperti sekarang, teknologipun berkembang dengan pesat begitupun dengan teknologi dalam kendaraan. Semakin beragamnya model –model baru dalam berkendara, maka semakin banyak pula orang yang tertarik untuk membeli kendaraan, bahkan berlomba –lomba untuk memiliki kendaraan dengan kualitas yang terbaik. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan, tentu saja diperlukan lahan atau tempat yang layak untuk tempat parkir kendaraan. Oleh LARASATI Mahasiswi UNY

Yang menjadi masalah adanya terkadang kurang besarnya kesadaran untuk parkir secara tertib dan rapi. Banyak orang yang kurang memiliki kesadaran ini, bahkan parkir di tempat yang semestinya bukan untuk tempat parkir. Demikian pula halnya, keadaan parkir di area kampus, termasuk di kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Di beberapa lokasi di kampus, banyak tempat yang tidak seharusnya menjadi tempat parkir, tapi justru menjadi 6 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

tempat parkir. Akhirnya, membuat lingkungan terasa kurang nyaman karena banyak kendaraan terparkir di tempat yang seharusnya bukan untuk tempat parkir. Hal ini tentu saja membuat lingkungan yang tadinya indah menjadi berkurang keindahanya karena banyak kendaraan yang terparkir sembarangan. Kondisi itu juga terkadang menyulitkan para pejalan kaki, karena tempat yang seharusnya buat para pejalan kaki, dipakai untuk tempat parkir kendaraan. Dengan adanya hal-hal seperti ini, maka perlunya ketegasan

dari pihak-pihak terkait untuk menertibkan kendaraan yang parkir secara sembarangan ini. Beberapa tempat di Rektorat yang bisa kita lihat adanya kendaraan yang tidak terparkir semestinya. Misalnya, di Belakang Museum Pendidikan Indonesia, dan di belakang Bagian Rumah Tangga Rektorat.

ZEROSUGAR.WORDPRESS.COM

Tempat-tempat tersebut seharusnya bukan menjadi tempat parkir, tetapi banyak kendaraan yang parkir di tempat itu sehingga mengganggu kenyamanan serta keindahan lingkungan sekitar. Untuk mengatasi hal ini, ada baiknya misal tulisan “Dilarang Parkir di sini “ dipasang lebih besar dan lebih jelas. Petugas keamanan kampus, dalam hal ini security kampus bisa bertindak lebih tegas semisal memberi teguran langsung. Akan tetapi, hal yang terpenting adalah kesadaran kita bersama untuk bersama-sama menjaga ketertiban lingkungan dengan memarkir kendaraan di tempat yang sudah ditentukan. Harapan ke depan, pihak kampus juga membangun fasilitas dan tempat parkir yang memadai untuk tetap menjaga keindahan serta kenyamanan agar tetap tertib dan nyaman.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

ď Š

.HUFFINGTONPOST.COM

Oleh Prof. Dr. YUSTINUS SUKARMIN, M.S Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

K

emajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), bagaikan pedang bermata dua. Ia mampu memberikan manfaat, tetapi juga dapat mendatangkan mudarat bagi manusia. Dengan kendaraan bermotor misalnya, manusia dapat menikmati hidup lebih baik karena bisa menempuh jarak lebih cepat. Tapi kendaraan bermotor, juga memanjakan dan mengubah gaya hidup manusia. Gaya hidup aktif, kini telah berubah menjadi gaya hidup pasif. Untuk tetap menjaga kebugaran jasmani anak-anak ditengah era kemajuan iptek, berikut beberapa tips yang bisa jadi pertimbangan kita dalam menjalankan gaya hidup yang lebih sehat:

1

Melakukan Olahraga atau Aktivitas Jasmani Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa untuk mencapai derajat kesehatan dan kebugaran jasmani tertentu, aktivitas jasmani atau olahraga merupakan kegiatan wajib yang mesti dilakukan oleh manusia. Para ahli berpendapat bahwa aktivitas jasmani atau olahraga

Meningkatkan Kebugaran Jasmani pada Anak yang dilakukan dengan benar akan berpengaruh terhadap peningkatan fungsi organ tubuh. Kegiatan olahraga atau aktivitas jasmani yang optimal, anakanak direkomendasikan dalam durasi paling tidak 60 menit per hari dengan intensitas sedang sampai berat (Chen, et. al., 2018). Selain itu, aktivitas jalan kaki mencapai 15.000 langkah untuk laki-laki dan 12.000 langkah untuk perempuan, juga menjadi aktivitas fisik yang baik karena sifatnya aerobik.

2

Tidur Secukupnya Pada peringatan Hari Tidur seDunia, WHO menyebutkan bahwa 45% warga dunia mengalami masalah tidur. Masalah ini tak hanya datang dari kekurangan tidur karena beban hidup layaknya pekerjaan rumah (PR), maupun gadget yang menyebabkan masyarakat modern kian lama terjaga. Tapi juga kemudahan pekerjaan, sehingga menyebabkan sebagian masyarakat modern lainnya justru bermalasmalasan dan tidur lebih lama dari yang dibutuhkan (Wahyudi, 2018). Untuk itu, WHO merekomendasikan waktu tidur cukup selama 7-8 jam sehari

pada seluruh warga dunia. Tak terkecuali bagi anak-anak.

3

Makan Teratur dan Gizi Seimbang Manusia mesti makan bergizi secara teratur dan terukur, baik secara kualitas maupun kuantitas, agar menghasilkan energi yang dapat dipakai untuk menjaga kualitas jasmani. Permenkes Nomor 41 tahun 2014 juga telah mengingatkan bahwa paradigma gizi sudah waktunya berubah. Bukan lagi sekedar sehat atau berkomposisi 4 sehat 5 sempurna, tapi juga mengandung gizi seimbang dan mendukung keanekaragaman bahan pangan. Hal tersebut juga dapat dimaknai, termasuk menghindari atau mengurangi makanan berlemak maupun makanan cepat saji yang diawetkan dan dikemas.

4

Mendorong Peran Guru Penjasorkes Guru Penjasorkes adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani para peserta didik melalui aktivitas jasmani dan olahraga (Rink, 2009). Sehingga anak-

anak yang juga berposisi sebagai peserta didik, sudah selayaknya dididik sebagai physically educated person dengan cara menjadikan mereka melek Penjasorkes. Peran dan profesionalisme guru Penjasorkes sudah selayaknya ditingkatkan, sembari pemerintah memberi kepastian kurikulum, penyediaan alat dan fasilitas penjasorkes di sekolah, serta jatah jam tatap muka yang memberi ruang bagi kegiatan fisik secara lebih komprehensif.

5

Pemberdayaan Keluarga Literasi Penjasorkes dan kebugaran jasmani pada anak, sudah selayaknya dilaksanakan sejalan dengan tripusat pendidikan. Memadukan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan pendidikan telah dijamin dan menjadi amanah UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Orang tua tak hanya punya tugas penting memberi nasihat pada anak untuk aktif secara fisik, tapi juga mencontohkan, menyediakan fasilitas dan pendampingan, serta memberi keteladanan dan menjadi teman bermain aktivitas fisik anak. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 7


Laporan Utama

DIGITALDATASHOW.COM

8 P E WA R A D I N A M I K A M A PERI I2L021081 8

KALAM / PEWARA


Laporan Utama

MOSAIK SETAHUN KEPEMIMPINAN SUTRISNA

S

utrisna Wibawa berkomitmen membangun UNY dengan jargon Smart and Smile. Pelbagai program yang ia rencanakan selama periode kepemimpinan dilandasi spirit kecakapan, kecekatan, dan keramahan. Dengan begitu konsolidasi antarcivitas akademia berjalan harmonis. Aral dan rintangan tentu ada. Tapi ia bukan berarti hambatan pelik. Melainkan suatu dorongan belajar yang menyiratkan nilai tumbuh sebagai bagian dari proses hidup dan kehidupan. UNY masuk usia 54 dengan pusparagam capaian penelitian, pengajaran, dan pengabdian yang patut diapresasi. Pada titimangsa inilah UNY mesti melakukan refleksi masa silam guna pembelajaran di hari depan. Sejarah menyiratkan deretan peristiwa yang kedudukannya serupa lonceng peringatan bagi generasi mendatang. Untuk itu, potret historis dan progres UNY menjadi penting dimaknai tak sebatas nostalgia, tetapi juga kontinuitas perjuangan ke arah perbaikan. Menyabet predikat akreditasi A laksana gerbang utama bagi UNY untuk menginjeksikan sejumlah prestasi di ranah lain. Setahun terakhir di bawah nakhoda Sutrisna, performa gemilang tertorehkan fantastis. Antara lain urutan ke-12 sebagai kampus terbaik menurut Top 25 Universities in Southeast Asia 2018 dan rangking ke-4 versi Internal Colleges and Universities (4ICU). Survei prestisius skala internasional

ini menarik posisi UNY sebagai perguran tinggi negeri yang diperhitungkan di gelanggang global. Belum lagi teknologi tepat guna hasil kreasi mahasiswa UNY yang disambut secara nasional. Astrobike dan Indobot perlu dicatat. Keduanya merupakan bagian kecil dari daftar prestasi yang digeliatkan oleh mereka yang kini disebut sebagai generasi milenial. Karya mereka juga relevan dengan semangat Revolusi Industri 4.0. yang membawa panji-panji otomasi dan digitalisasi. Selain narasi kontemporer semacam itu, Astrobike dan Indobot juga telah berhasil merebut hati pasar nasional. Ikon anyar perpustakaan digital (Digilib) telah diresmikan Dirjen Belmawa, Intan Ahmad, tahun 2018. Kemegahan fisik dan fasilitas modern yang ditawarkan memberi tanda baru kebangkitan literasi di lingkungan UNY. Ia digadanggadang sebagai perpustakaan kekinian yang mampu melejit­ kan antusias berkarya dosen dan mahasiswa. Kualitas dan kuantitas karya mereka tentu disambut meriah bagi kemer­ dekaan saintifik yang dewasa ini merebut atensi jamak orang. Dies Natalis kali ini menyambut meriah rekam jejak setahun terakhir dengan bejibun ketercapaian akademik dan nonakademik. Warta ini diharapkan langgeng sampai tahuntahun mendatang. RONY K. PRATAMA P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 9


Laporan Utama

Setahun Menakhodai, Sekarung Progres Tercapai Momen 54 tahun UNY menandai rekam jejak prestasi dan progres program. Dipenggawai Sutrisna bentangan konsep dan prioritas kerja dimanifestasikan secara kolektif. Kerja bersama menjadi kunci utama. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

S

etengah abad lebih empat tahun UNY eksis di tengah masyarakat lokal, nasional dan internasional. Usia yang tak lagi muda tapi belum begitu sepuh. Sepanjang lintasan waktu, kampus kependidikan negeri di Yogyakarta ini, dipertautkan oleh spirit yang sama, yakni memfasilitasi dan mengembangkan jagat pendidikan di ranah perguruan tinggi. Telah banyak yang UNY torehkan. Selain prestasi berskala internasional, pengabdian, pengajaran dan penelitian tak henti-hentinya dihela. Kerja sama antarkolega menjadi kunci utama. Pucuk kepemimpinan dari rektor hingga jajaran tingkat program studi disolidkan secara masif. Pada titik demikian, Rektor UNY (2017-2021), Sutrisna Wibawa, membawa sejumlah amanah itu. Tanpa koordinasi horizontal dan vertikal, alih-alih kemajuan didapatkan, malah yang terjadi justru kemunduran. Membawa cita-cita kolektif ini bukan perkara mudah tapi bukan pula mustahil. Ini karena Sutrisna punya jurus jitu melalui jargon Smart and Smile yang telah melegenda di antara civitas akademia UNY. Sutrisna membagi prioritas program kerja berdasarkan jangka pendek dan menengah. Ia dasarkan perencanaan itu secara inheren dengan visi-misi. Tentu visi-misi ini telah diterjemahkan dari induknya, yaitu Kemendikbud dan Nawacita Presiden Joko Widodo. Di situ terbentang tarik-menarik dialektis antara pemerintah Indonesia dan Rektor UNY. Navigasi ini, menurut Sutrisna, dimaksudkan agar program prioritas yang dibawanya tak lepas konteks. 10 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

DOK FIS UNY

Tahun lalu, ketika masih baru menjabat. Sutrisna mengatakan kedudukan IPTEKS dalam pengembangan program universitas sedemikian penting. Namun, Sutrisna mengkreatifi dengan menyisipkan variabel olahraga. “Jadi, sasaran kita bukan hanya

Rektor UNY menegaskan tiap program harus didasarkan atas nilai-nilai filosofis. Nilai itu antara lain ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan.

IPTEKS, melainkan IPTEKSOR (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni, dan Olahraga),� ujarnya. Posisi olahraga ini dianggap profesor filsafat Jawa itu sebagai salah satu ikon unggulan yang dimiliki UNY. Ini dibuktikan dengan keberadaan fasilitas olahraga yang dinilai jempolan di Indonesia. Rektor UNY menegaskan tiap program harus didasarkan atas nilai-nilai filosofis. Nilai itu antara lain ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan. Pertama, Sutrisna hendak membawa UNY melalui dorongan religius. Semua agama dan keyakinan warga UNY Sutrisna dukung. Tentu dengan konsisten dan menghormati praktik agama lain. Selain religiositas, Sutrisna menekankan kemandirian. “Baik


Laporan Utama

DOK. UNY

dosen, pegawai, maupun mahasiswa, mereka hendaknya mandiri dalam berpikir dan bertindak,” ungkapnya. Independensi ini merujuk pada profesionalisme dalam bekerja. Sutrisna menerjemahkan kemandirian itu sebagai bentuk inisiatif yang dilakukan dalam ranah individu dan komunal. Setelah takwa dan mandiri diterapkan, Sutrisna mengharapkan warga UNY mempraktikan pribadi yang cendekia. Poin terakhir ini sesuai dengan peran UNY sebagai kampus yang menjunjung tinggi ruh ilmiah dan bertanggungjawab. Konsekuensi logis butir ini, menurut Sutrisna, “Akan terdidik karakternya. Sebetulnya itu semua fondasi pendidikan karakter yang digalakan UNY.”

REKTOR UNY BESERTA JAJARANNYA

Bagi Sutrisna, ketercapaian program mesti jelas indikatornya. Untuk itu, selama setahun memimpin, ia mengacu pada cetak biru yang semula telah dirumuskan bersama. “Saya polanya pekerja. Bukan pewacana. Saya tidak ingin mewacanakan sana-sini tapi tidak

“Saya polanya pekerja. Bukan pewacana. Saya tidak ingin mewacanakan sana-sini tapi tidak dilakukan," tutur Sutrisna Wibawa, Rektor UNY.

dilakukan,” tuturnya. Karena itu, Sutrisna cenderung langsung merealisasikan target dan tujuan sehingga lekas dikerjakan. Dilansir dari Indikator World Class University (WCU) UNY versi RJP 2015-2025, terdapat tujuh sasaran strategis yang diperjuangkan Rektor UNY beserta pimpinan: (1) peringkat ke-1 universitas kependidikan versi webometrik; (2) peringkat ke6 universitas di Indonesia versi webometrik; (3) peringkat ke17 terbaik ASIA Tenggara versi THES; (4) peringkat ke-250 terbaik ASIA versi THES; (5) peringkat ke750 terbaik dunia versi THES; (6) tersebarluaskannya keunggulan UNY; dan (7) peningkatan pendapatan UNY melalui income generating activities (IGA). P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 11


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

*** Predikat Akreditas A telah diraih UNY. Angin segar menyuburkan ranah-ranah lain. Sutrisna kemudian berfokus pada wilayah akademik yang diharapkan meningkat kualitasnya. Salah satu titik tembaknya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). “Terus terang, perguruan tinggi memprioritaskan pengajar meraih gelar akademik doktor dan guru besar,” katanya. Kenyataannya justru berbeda. Menurut Sutrisna, UNY baru memiliki 27% doktor. Angka ini jauh di bawah perguruan tinggi lain. “Idealnya 70% dan ini kalau mau bagus,” tuturnya. Menjembatani problem akademik dapat dilakukan melalui membuka kesempatan seluas-luasnya bagi dosen untuk melanjutkan studi doktor. Terutama dosen yang berusia di bawah 40 tahun. Selain jumlah doktor yang masih di luar harapan, UNY baru memiliki 6% guru besar. Angka ini Sutrisna jadikan catatan ke depan. “Paling tidak kita memiliki 12 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

profesor sebanyak 15% supaya lazim seperti standar perguruan tinggi lain,” ungkapnya. Sementara itu, guru besar yang pensiun, diharapkan tetap mengajar. Menjadi profesor emeritus. “Jadi, mahasiswa bisa belajar kepada para ahli. Tapi regulasi emeritus itu jurusan yang mengajukan,” tambahnya.

JARGON SMART AND SMILE YANG DIUSUNG SUTRISNA DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN UNY

Musliar Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Predikat Akreditas A telah diraih UNY. Sutrisna kemudian berfokus pada wilayah akademik yang diharapkan meningkat kualitasnya. Salah satunya adalah peningkatan SDM.

(Wamendikbud), menyebut Indonesia baru memiliki 250.000 doktor. “Itu di tahun 2012 dan akan terus digenjot hingga seratus ribu doktor,” jelasnya. OECD (Organization for Economic Cooperation & Development) menyebutkan pada tahun 2014 Amerika Serikat meluluskan 67.449 doktor. “Selanjutnya diikuti 28.147 (Jerman), 25.020 (Inggris), dan 24.300 (India),” dilansir dari amp.weforum.org. Identitas akademik berbanding lurus dengan daya produktivitas sebuah karya. Untuk melejitkan jumlah riset dan publikasi yang terindeks, Sutrisna punya strategi secara sistemik. Antara lain memberi kesempatan besar bagi dosen untuk memublikasikan karya ilmiahnya melalui sistem terbimbing. “Saya menciptakan sistem ini agar para dosen siap dan pantas dipublikasikan ke jurnal terindeks,” ucapnya. Artikel saintifik yang terpublikasi kelak mendapat insentif dari universitas.


Laporan Utama

FREEPIK.COM

Wakil Rektor I, Margana, mengatakan sistem bimbingan pra-scopus ini dilakukan dalam rangka mendorong kualitas dan kuantitas publikasi internasional. Ia mengharpkan agar selain menulis di forum dunia, karya para dosen itu juga didaringkan agar bisa diakses jamak orang. “Semua karya dosen harus ter-online-kan. Termasuk mereka wajib memiliki akun google scholar dan research gate sehingga karyanya terindeks,” harapnya. *** Setengah tahun kepemimpinan Sutrisna gagasan futuristik sekolah vokasi diwacanakan. Ia dimulai dari perumusan dan analisis kebutuhan. Meski baru sebatas konsep, Sutrisna telah menegaskan hendak membangun sekolah vokasi di Kulon Progo. Ia mengatakan bahwa kebutuhan sekolah vokasi itu merupakan respons atas kebutuhan zaman. Menurutnya, terobosan demikian sesuai dengan konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mendorong keterampilan praktis

KONFERENSI INTERNASIONAL UNTUK GURU VOKASI DAN TEKNOLOGI

sebagai modal utama. Tentu ini yang paling dibutuhkan. Putut Wirjawan, Pimpred Bernas, mendukung upaya rektor itu melalui penyosialisasian sekolah vokasi ke masyarakat. “Saya melihat bahwa UNY menempati peran strategis dalam membangun SDM dan profesional. Terutama calon mahasiswa yang akan menempuh pendidikan vokasi,” paparnya di depan forum media pertengahan Mei 2017. Putut menambahkan kedudukan UNY di Yogyakarta begitu strategis bagi atmosfer

Saya melihat bahwa UNY menempati peran strategis dalam membangun SDM dan profesional. Terutama calon mahasiswa vokasi.

pembelajaran. “Apalagi Indonesia dulu dibangun dari Yogyakarta. Kita ingat Soekarno dan Hatta pernah memindahkan ibu kota Indonesia di Yogyakarta. Jadi, kita harus mengulang semangat itu,” tegasnya. Ia berharap agar terjalin sinergi antarelemen antara UNY, masyarakat, dan media. Tanpa ketiga komponen itu, menurut Putut, “Tujuan luhur akan susah dicapai.” Senada dengan Putut, Octo Lampito, Ketua Dewan Kehormatan PWI Yogyakarta, melihat upaya UNY untuk mendirikan sekolah vokasi itu diharapkan mampu mengentaskan kemiskinan di DIY. “Bayangan saya, Jogja itu daerah termiskin di Jawa, namun usia harapan hidupnya juga tinggi. Kita bisa berharap banyak dari sekolah vokasi itu,” katanya. Octo memberi lima poin mata kuliah untuk dipertimbangkan lebih lanjut: negosiasi, kerja tim, kepemimpinan, pemecahan masalah, serta etos kerja dan karakter. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 13


Laporan Utama

Komitmen 54 tahun Inovasi Berkelanjutan untuk Pendidikan Per 2017, 33,3% Dosen UNY kini telah bergelar doktor. 6,85% di antaranya juga mengemban amanah sebagai guru besar. Angka tersebut melampaui target tahunan yang dirumuskan Sutrisna. Namun, UNY tak pernah ingin berhenti meningkatkan kompetensi tiap insan dosennya. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

guru, kemudian mencerdaskan siswanya dan melakukan terobosan sesuai dengan kapasitasnya. Maupun beberapa dosen UNY yang berkesempatan turut serta menjadi pengambil kebijakan pendidikan negeri.

B

erlatarkan Candi Prambanan nan megah, pagelaran kolosal Sendratari Ramayana Prambanan berlangsung dengan meriah. Meski tanpa dialog, pertunjukan yang menyatukan seni tari, drama, dan musik tradisional dalam satu panggung ini selalu berhasil memikat para penonton dan membuat mereka terhanyut dalam kisah Ramayana. Namun jika sesuai rencana, Juni nanti, pentas tersebut akan berpindah latar untuk satu malam spesial. Gedung Rektorat UNY akan menggantikan latar tersebut untuk sementara, dan para penari akan sejenak melenggok di halaman gedung rektorat. Tujuannya, menandai inovasi berkelanjutan untuk pendidikan yang telah UNY lakoni selama 54 tahun. Menteri Pendidikan Riset dan Teknologi Prof. Mohamad Nasir, diagendakan hadir dalam malam spesial yang sejatinya hendak digelar pada 21 Mei 2018. Dr. Guntur, Ketua Pelaksana Dies Natalis UNY, juga menjanjikan halaman rektorat UNY takkan kalah megah dan meriah layaknya Candi Prambanan yang berbalut lampu sorot warna-warni kala sinden melantunkan tembang jawa dengan iringan musik gamelan. “Sesuai agenda memang 21 Mei 2018. Tapi segala agenda yang serentak dengan (kehadiran) Pak Menteri, termasuk launching Digital Library, akan diagendakan ulang di bulan 14 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

“ Mereka, sebagai civitas dan sebagai alumni (UNY), telah senantiasa melakukan inovasi sesuai dengan amanah yang diembannya masingmasing, di sekolah maupun institusi tempatnya mengabdi. Para pimpinan kita juga orang hebat yang kerap turut serta menjadi pengambil dan pengawal kebijakan negeri,” ujar Guntur. Juni karena beliau sedang dinas ke Amerika,” tutur Guntur. Menunjukkan Komitmen Inovasi Inovasi Berkelanjutan untuk Pendidikan, ditelurkan UNY dalam semangat tak hanya untuk mengembangkan dunia pendidikan secara luas dan berkontribusi bagi negeri. Tapi juga mengawalinya dengan fondasi kualitas pendidikan yang kuat dan mumpuni di dalam kampus. Selain prestasi berskala internasional, pengabdian, pengajaran dan penelitian tak hentihentinya dihela. Inilah yang dalam pandangan Guntur, hendak disampaikan UNY melalui peringatan dies natalis ke54. Terlebih lagi, inovasi tak hanya dilakukan UNY sebagai sebuah institusi dan kiprahnya yang ditugaskan negara untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi juga segenap civitas, pada akhirnya berkiprah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Baik mereka yang berkarir sebagai

SUTRISNA WIBAWA MENYAMPAIKAN PIDATO DALAM ACARA SENAM DALAM RANGKA DIES NATALIS UNY KE 54

Untuk itu, semangat Dies Natalis ditekankan Rektor UNY Prof Sutrisna Wibawa, sebagai momentum menggelorakan tekad berinovasi dari semua aspek. Dikatakannya, UNY identik dengan kampus yang fokus dalam pendidikan. Oleh karena itu pendidikan karakter dengan building character innovation juga menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan rangkaian agenda dies natalis kali ini. Tujuannya semata untuk peningkatan kerja kualitas akan terus guna memberi layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan layanan kepada masyarakat yang semakin baik. “Tahun 2018 ini harus ada inovasi tepat guna, di antaranya menampilkan pagelaran wayang kulit dan tari-tarian seperti ketoprak, pentas seni kolaborasi Ramayana. Segenap civitas akade­ mika UNY menyadari dengan inovasi bisa menaklukkan di era disrupsi,” ungkap Sutrisna dalam Press Conference Dies Natalis di Gedung Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.


Laporan Utama natalis ini dipadatkan menjadi satu bulan dengan biaya keseluruhan hanya 600 juta rupiah. Tapi juga semangat bahwa UNY mampu menghadirkan hiburannya sendiri, serta menjadikan dies natlis sebagai sarana unjuk diri alih-alih harus membayar orang lain untuk tampil dan unjuk diri. Terlebih lagi, kegiatan tersebut juga bisa menjadi sarana para civitas me­ nge­nal lebih dekat mereka yang ke­ rap hanya saling bertatap muka ketika mengajar di depan kelas. Sa­ ling mengenal lebih dekat ini juga berlangsung di seluruh agenda dies. Tak terkecuali 23 agenda dies yang digelar oleh UNY dalam peringatannya ke-54, baik itu pertandingan olahraga, seni, bakti sosial, termasuk tes kesehatan dan donor darah, semua diantaranya berkolaborasi dengan inovasi dalam setiap fitur kegiatan. Bahkan termasuk kegiatan voli dan senam massal, hingga ziarah ke makan para mantan rektor.

Salah satu medium untuk melakukan hal tersebut, dilakoni UNY dengan menyelenggarakan festival dalang cilik dan Ketoprak Rembulan Kekalang. UNY mampu memadukan inovasi tanpa mengusik kekhasan nilai-nilai luhur dan sakral yang ada di masing-masing pementasan budaya. Caranya, melalui perpaduan wayang dua kelir dengan kolaborasi karya ciptaan dosen dan mahasiswa UNY. Sedangkan dalam ketoprak, hal yang buruk dan hal yang baik ditampilkan sehingga pemirsa mampu belajar nilai moral berupa menghindari kemunkaran dan meneladani amal ma’ruf serta welas asih kebaikan. “Jadi menyilangkan kolaborasi wayang gaya Solo dan Jogjakarta, dengan dua set wayang bahkan panggung dan pangkon gamelan berpisah, untuk dua kelir itu bermain secara serentak dan saling bersahutan dalam cerita. Jadi lihatnya dua panggung gitu, begitu menarik dan “masterpiece” kalau kata orang seni,” ujar Guntur.

FESTIVAL DAYANG CILIK

Dari UNY oleh UNY Guntur kemudian mengungapkan bahwa keunikan lain yang dapat direfleksikan dari kegiatan dies, adalah pemain dan persiapan yang seluruhnya melibatkan civitas UNY. Ketoprak Rembulan Kekalang juga dimainkan oleh para dosen bersama dengan guru besar, kepala biro, dekan, hingga Rektor Prof. Sutrisna Wibawa juga turut melenggok di atas panggung dan memainkan narasi. Dalam penampilan tersebut, UNY tak hanya hendak menampilkan bukti efisiensi walaupun dies

UNY mampu memadukan inovasi tanpa mengusik kekhasan nilai-nilai luhur dan sakral yang ada di masingmasing pementasan budaya.

“Biasanya kan di kampus lain, di kita juga, dies natalis itu mengundang pementasan. Mengundang artis dan band. Itu bayar mahal, dan mengisi kegiatan kita. Padahal hakikatnya dies natalis itu kan memperingati apa yang telah kita lakukan dan berefleksi kedepannya. Jadi ya sudah selayaknya kita yang mengisi. Dari UNY, oleh UNY, dan untuk UNY juga bersama bangsa,” ungkap Guntur. Semangat menghadirkan otentisitas UNY kepada masyarakat, juga dilakukan lewat representasi perjalanan UNY dalam melakukan berbagai inovasi di dunia pembelajaran. Pada setiap tahunnya, UNY memiliki program hibah dosen untuk pengembangan inovasi pembelajaran. Hasil dari inovasi tersebut tak hanya dihilirisasi menjadi karya artikel jurnal terindeks internasional layaknya yang sedang digadang-gadang UNY. Tapi juga melalui peneribatan buku pegangan [handbook) tepat saat upacara puncak dies natalis pada 21 Mei 2018. “Jadi nanti ada satu buku yang akan berisi berbagai inovasi pembelajaran. Kita juga akan gelar dalam upacara yang sama, penghargaan inovasi pendidikan seperti IPTEKS. Dies itu merupakan puncak untuk menyampaikan segala inovasi yang sudah kita lakukan sembari berefleksi untuk terus maju kedepannya,” pungkas Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 15


Laporan Utama

Tugas Besar Jajaran Kampus Nomor Klaster Wahid Indonesia Menjadi kampus yang berada di klaster wahid berbasis pemeringkatan Kemristekdikti dan klaster unggul Pengabdian Masyarakat, tak sekedar buat UNY berbangga. Ada tugas dan harapan yang lebih berat, untuk berinovasi lebih pesat lagi. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

pemeringkatan perguruan tinggi, diungkapkan oleh Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekditi Dr. Patdono Suwignjo, dilakukan Kemristekdikti sejak tahun 2015 guna mengetahui kondisi perguruan tinggi di Indonesia. Per 2017, Patdono mengungapkan bahwa ada 4.529 perguruan tinggi se-Indonesia dengan disparitas kualitas yang luar biasa. Ada perguruan tinggi yang sudah masuk peringkat 500 besar dunia, tetapi ada pula perguruan tinggi yang proses belajar mengajarnya menumpang di gedung Sekolah Dasar (SD)

J

ulukan Ivy League atas delapan universitas terbaik di negeri Paman Sam, tak hanya menyimbolkan prestise atas repurtasi universitas di tengah fasilitas institusi tersebut yang tak lagi diragukan. Ia juga menjadi tambatan hati dan harapan masyarakat negara tersebut, atas perkembangan bangsanya. Mark Zuckerberg, seperti dikutip oleh CNN dalam Commencement Address 2017 di Harvard University, salah satu universitas yang menjadi bagian dari Ivy League, juga mengungkapkan bahwa nyaris 80% penelitian tentang teknologi yang dipakai masyarakat dunia ini berasal dari kelompok kampus elit tersebut. Untuk itulah, Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa, menekankan bahwa pencapaian UNY sebagai universitas pada peringkat 10 dan tergabung sebagai universitas klaster wahid negeri ini menurut Kemristekdikti dengan skor: 2,86, tidak boleh ditanggapi dengan berbangga semata. Data-data tersebut boleh jadi menunjukkan UNY telah memasuki tahapan baru sebagai PT yang diperhitungkan di Indonesia. Dan UNY boleh saja berbahagia dan bersyukur atas kerja keras seluruh warga, karena sembilan universitas lain yang berada di atas peringkat UNY bukan kampus eks-IKIP yang kini berstatus sebagai Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan (LPTK). Namun di saat yang sama, Sutrisna menekankan UNY harus mawas diri. Karena tantangan serta ekspektasi yang dihadapi, akan makin kuat 16 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

dan kompetitif. UNY kini tak hanya harus menghadapi tantangan di tengah era disrupsi digital. Tapi juga harapan dari masyarakat dan negara, atas kampus yang dipimpinnya untuk berinovasi bagi negeri sesuai kapasitasnya sebagai LPTK.

Model klasterisasi European Foundation for Quality Management (EFQM) yang menjadi rujukan untuk pengklasteran Kemristekdikti dengan beberapa adaptasi dan penyederhanaan.

“Tidak ada kata mundur, penghargaan ini buat kita harus kerja keras. Menjadi inovatif dan tak kenal lelah agar membangkitkan UNY semakin diperhitungkan. Mohon doanya,� ungkap Sutrisna yakin. Pengelompokan Universitas Klasterarisasi maupun

Tidak ada kata mundur. Penghargaan ini buat kita harus kerja keras menjadi inovatif dan tak kenal lelah agar UNY semakin diperhitungkan.

Dari kualitas pendidikan yang berbeda tersebut, masing-masing kelompok perguruan tinggi juga memiliki misi berbeda berdasarkan statuta maupun jenis institusinya. Ada Universitas dengan Pendidikan Akademik dan Pendidikan Vokasinya, Institut yang berfokus pada satu jenis rumpun keilmuan, Sekolah Tinggi yang hanya terdiri atas satu fakultas, Politeknik yang hanya menggelar Pendidikan Vokasi, serta Akademi yang hanya menggelar Pendidikan Vokasi dalam satu rumpun ilmu. UNY dan kampus eks-IKIP lainnya, diungkapkan oleh Patdono, sejak era reformasi telah berubah menjadi universitas dengan status sebagai LPTK. Ia bisa menggelar Pendidikan Akademik dan Pendidikan Vokasi dari berbagai rumpun ilmu. Namun secara natur memiliki karakter untuk menggelar pendidikan keguruan. Baik itu sarjana kependidikan, maupun saat ini menggelar program Pendidikan Profesi Guru (PPG) baik yang bersubsidi, mandiri, maupun terkait


Laporan Utama

RISTEKDIKTI.GO.ID

program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). “Jadi peringkat dan prestise itu hanya sebagai dampak pengelompokan. Sedangkan tujuan utama hilirisasi atas data tersebut adalah merumuskan kebijakan oleh Pusat terhadap masing-masing kelompok perguruan tinggi yang ada. Sebelumnya, kementerian tidak punya data dan tidak mengetahui kelompok universitas seperti ini,� ungkap Patdono dalam Jumpa Pers Pengumuman Klasterisasi Perguruan Tinggi Indonesia 2017, di Gedung Graha Widya Bhakti Puspiptek Serpong, Kamis (17/08/2017). Indikator dan proses pengklasteran, terdiri atas pengukuran input dan output. Variabel independen yang menurut Patdono paling signifikan adalah input dosen sebagai wujud kualitas SDM. Jumlah atau kecukupan dosen, misalnya, semakin baik jika memiliki rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa. Selain

Jumpa Pers Klasterisasi PT Indonesia yang diselenggarakan Kemristekdikti pada 2017.

itu, indikator kualifikasi juga terkait dengan berapa dosen S3, dosen profesor, dan dosen lektor kepala. Setelah input variabel independen, akreditasi prodi hingga akreditasi institusi juga dipertimbangkan sebagai variabel proses dalam mengelompokkan perguruan tinggi berbasis pada wujud komponen kualitas kelembagaan. Mereka yang memiliki akreditasi, apalagi terakreditasi internasional, berarti telah terverifikasi proses perkuliahan dan administrasinya secara baik, sehingga diyakini mampu menghasilkan variabel

Tujuan utama hilirisasi tersebut adalah merumuskan kebijakan oleh Pusat terhadap masing-masing kelompok perguruan tinggi.

dependen berupa output keilmuan secara lebih optimal. Output pada mahasiswa, misalnya, sebagai bagian dari komponen kualitas kegiatan kemahasiswaan, dapat ditinjau dari prestasi baik kejuaraan nasional maupun internasional. Selain itu, output dari dosen maupun peneliti berupa jumlah publikasi internasional yang terindeks scopus, juga dihitung dengan cara mengkalkulasi rasio publikasi internasional dibagi jumlah dosen. Hal ini selain menyimbolkan komponen kualitas penelitian dan publikasi ilmiah, juga sejalan dengan model European Foundation for Quality Management (EFQM) yang menjadi rujukan untuk pengklasteran Kemristekdikti dengan beberapa adaptasi dan penyederhanaan. Adaptasi tersebut meliputi tidak dimasukkannya aspek persepsi masyarakat karena sifatnya subjektif, namun menambahkan komponen pengabdian kepada masyarakat sebagai kekhasan universitas di Indonesia. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 17


Laporan Utama

Selama ini, Patdono mengungapkan bahwa universitas yang kerap menerima sanksi dari kementerian maupun melakukan penyimpangan praktek, ternyata adalah mereka yang lemah dalam variabel-variabel tersebut. Data-data yang dikelola dengan metode statistik dalam kategori klaster satu sampai lima tersebut, kemudian dimanfaatkan kementerian untuk melakukan pembinaan. Misalnya kebijakan Kemristekdikti atas bantuan program pembinaan perguruan tinggi swasta (PP-PTS), yang hanya dikhususkan untuk perguruan tinggi klaster empat dan lima, maupun pendampingan bagi yang akreditasi prodi maupun institusinya belum optimal. Per tahun 2017, perguruan tinggi di Indonesia dikelompokkan dalam 5 klaster dengan rincian klaster 1 berjumlah 14 PT, klaster 2 berjumlah 78 PT, klaster 3 berjumlah 691 PT, klaster 4 berjumlah 1,989 PT, dan klaster 5 berjumlah 290 PT. Pemeringkatan ini juga dipublikasikan ke masyarakat, sehingga bisa mengetahui input, proses, maupun output dari perguruan tinggi yang akan dipilih. Mereka yang berada di peringkat tinggi dan memperoleh prestise, ditekankannya hanya bonus sebagai dampak pengelompokan, dan kerja keras yang dilakukan universitas tersebut selama ini. “Termasuk bonus dan tugas besar bahwa perguruan tinggi sekarang harus saling berlomba untuk meningkatkan rankingnya. Serta penekanan untuk meningkatkan aspek pengabdian kepada masyarakat sebagai penilaian khas metode klasterisasi Kemristekdikti, termasuk tugas dan hakikat sebuah kampus didirikan di Indonesia berlandaskan pada Tridharma,” ungkap Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Prof. Muhammad Dimyati, dalam acara serupa. Klaster Unggul dan Tugas Inovasi Selanjutnya, untuk melihat seberapa baik implementasi pemenuhan standar nasional pengabdian kepada masyarakat pada setiap perguruan tinggi, dilakukan pengukuran kinerja pengabdian kepada masyarakat. Pengukuran tersebut dilaksanakan oleh Ditjen Riset dan Pengembangan Kemristedikti. Pengukuran mencakup aspek-aspek: a) sumber daya, b) manajemen baik yang terkait proses, pelaksanaan maupun penilaian pengabdian 18 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

kepada masyarakat, c) luaran yang dihasilkan, dan d) revenue yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penilaian kinerja ini diawali dari verifikasi dan validasi data sumber daya manusia, manajemen serta revenue generating untuk menghasilkan skor kinerja yang akan menentukan klaster perguruan tinggi. Klaster tersebut meliputi kategori unggul, sangat bagus, memuaskan dan kurang memuaskan.

“Masing-masing aspek mempunyai nilai tersendiri. Sumber daya manusia sebesar 25%, manajemen 20%, luaran 45% dan revenue generating 10%”, kata Suyanta.

Setelah bersaing dengan lebih dari tiga ribuan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, UNY berhasil menduduki Peringkat Kelima Klaster Unggul dalam kategori kinerja pengabdian kepada masyarakat (PPM). Prestasi ini tidak lepas dari upaya dan kerja keras UNY dalam meningkatkan kinerja dalam bidang pengabdian masyarakat. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM UNY), Dr. Suyanta, M.Si mengatakan penilaian kinerja PPM tersebut meliputi aspek sumberdaya manusia, manajemen, luaran dan revenue generating. “Masing-masing aspek mempunyai nilai tersendiri. Sumber daya manusia sebesar 25%, manajemen 20%, luaran 45% dan revenue generating 10%”, kata Suyanta. Luaran memperoleh porsi penilaian terbesar karena dari sisi pengabdian masyarakat produk PPM bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sustainable, dengan isu-isu yang diangkat PPM berbasis


Laporan Utama

DOK. HUMAS UNY

dari riset sebelumnya. Luaran dapat berupa publikasi hasil PPM di media cetak, elektronik, dan daring, pendaftaran HAKI serta berbentuk buku panduan pada masyarakat. Di samping itu, LPPM juga memiliki desa binaan, bermitra dengan industri, sekolah, dan perusahaan. Sekretaris LPPM UNY, Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes. AIFO., menambahkan bahwa dari sisi manajemen, proses pengelolaan PPM UNY melalui one gate policy dengan screening awal, monitoring evaluasi, dan laporan hasil selalu melibatkan penjaminan mutu dan satu pintu di bawah koordinasi LPPM. Termasuk mendorong penuh program pengabdian masyarakat dengan mengoptimalkan kinerja serta bekerjasama lembaga dengan institusi lain. Upaya kerjasama inilah yang kemudian, ungkap Sutrisna, dikombinasikan dengan langkahlangkah inovasi perguruan tinggi dan sinergi bersama seluruh

Sutrisna Wibawa saat monitoring KKN di Dlingo. KKN dilakukan tidak hanya dengan menyerap aspirasi masyarakat atas isu yang menjadi permasalahan di akar rumput dan dikuasai UNY. Namun, KKN juga disesuaikan dengan aktualisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten/kota daerah tujuan.

stakeholder. Kuliah Kerja Nyata (KKN), misalnya, dilakukan LPPM tidak hanya dengan menyerap aspirasi masyarakat atas isu yang menjadi permasalahan di akar rumput dan dikuasai UNY, layaknya isu kualitas pendidikan maupun kewirausahaan. Namun, KKN juga disesuaikan dengan aktualisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten/kota daerah tujuan, serta program-program yang dimiliki pemerintah daerah. Termasuk,

Inovasi bidang pengabdian masyarakat akan kita genjot seiring inovasi lain di bidang pembelajaran maupun kualitas sumber daya manusia dan penelitian.

mengutilisasi inkubator bisnis UNY yang saat ini terdaftar di Kementerian dan telah membina 11 perusahaan rintisan berbasis teknologi yang bermanfaat di masyarakat. Beberapa di antaranya ialah robot edukasi, printing batik, audiobioharmonic dan inovasi olahan produk minuman (kopi) berbahan buah salak. Semua langkah tersebut diharapkan memberi dampak langsung untuk semua pihak. Baik bagi masyarakat, maupun pemeringkatan UNY, sesuai rencana Kemristekdikti untuk menjadikan inovasi sebagai komponen pemeringkatan di tahun depan. “Inovasi bidang pengabdian masyarakat akan kita genjot seiring inovasi lain di bidang pembelajaran maupun kualitas sumber daya manusia dan penelitian. Intinya kembali lagi, bahwa tahun 2018 adalah tahun bekerja keras dan berinovasi tak kenal lelah membangkitkan UNY semakin diperhitungkan!â€? pungkas Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 19


Laporan Utama

Terus Genjot Dosen Doktor dan Guru Besar Per 2017, 33,3% Dosen UNY kini telah bergelar doktor. 6,85% di antaranya juga mengemban amanah sebagai guru besar. Angka tersebut melampaui target tahunan yang dirumuskan Sutrisna. Namun, UNY tak pernah ingin berhenti meningkatkan kompetensi tiap insan dosennya.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

M

engubah paradigma seakan menjadi pil mujarab yang kerap didengungkan semua orang, bagi para pemuda untuk menghadapi tantangan masa kini. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta, perubahan paradigma tersebut diletakkan pada upaya untuk cepat bergerak menuntaskan dasardasar yang diletakkan, sembari terus memperbaiki dan inovasi bagi percepatan pengembangan universitas menuju LPTK berkelas dunia. Namun, merubah paradigma sekadar dengan jargon Smart and Smile, tidaklah cukup. Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa bahkan mengungkapkan bahwa ungkapan yang sedemikian rupa bisa jadi menara gading yang tak konkrit dalam tataran praktis bila tak dilaksanakan secara sungguhsungguh. Sehingga kecerdasan sebagai bagian dari filosofi Smart, kemudian dirumuskan Sang Rektor sejak hari pertama menjabat tidak hanya dengan meningkatkan publikasi karya ilmiah maupun fasilitasi dan penyediaan insentif atas prestasi para civitas. Tapi juga meningkatkan kapasitas para kreator maupun pencetak prestasi tersebut, dengan cara mendorong para dosen untuk menyabet gelar doktor dan jenjang karir yang lebih tinggi. Tak terkecuali dengan menjadi guru besar. “Tidak boleh cepat berpuas diri dengan prestasi yang ada. SDM menjadi fokus kita untuk dipacu dan tingkatkan. Bahkan kita terus kejar, idealnya 70% bergelar doktor lho 20 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

DOK. HUMAS UNY

kalau mau World Class University. Target kita, 40% per 2021,� ungkap Sutrisna optimis.

SUTRISNA WIBAWA DALAM PENGUKUHAN GURU BESAR

Memudahkan Birokrasi Izin Belajar Mendorong semangat belajar para dosen agar merengkuh gelar doktor, kemudian dilakukan UNY bersama Sutrisna sejak hari pertama Sang Rektor menjabat, dengan perubahan secara struktural. Reformasi Birokrasi sebagai amanat modernitas pelayanan publik , ditelurkan UNY dalam tataran praktis tidak hanya dengan perintisan integrasi dan kemudahan perolehan izin belajar oleh pimpinan. Tapi juga membuka batasan studi doktoral kepada tiap insan dosen, untuk menempuh pendidikan di universitas manapun yang hendak mereka tuju.

SDM menjadi fokus kita untuk dipacu dan tingkatkan. Bahkan kita terus kejar, idealnya 70% bergelar doktor kalau mau World Class University.

Sebelum adanya perubahan struktural ini, dosen di bawah 40 tahun wajib menempuh studi doktoralnya di luar negeri. Aturan ini walaupun diapresiasi Sutrisna sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan motivasi para dosen untuk belajar lebih keras, dalam pandangan Sang Rektor tak selayaknya dipaksakan dan menjadi urusan universitas. Pendidikan yang membebaskan layaknya dicetuskan Paulo Friere, selayaknya dimaknai sebagai upaya perguruan tinggi untuk tetap memprioritaskan pengajarnya memiliki gelar akademik yang berkualitas tanpa intervensi di tingkat personal. Kemanapun panggilan jiwa mendapati para dosen, maka universitas sudah selayaknya mendukung karena hal tersebut sejalan dengan ekspektasi dan motivasi dalam diri masing-masing. “Jadi saya menyerahkan pada kemampuan, ekspektasi, dan motivasi dalam diri tiap dosen yang ingin dikejar. Belajar itu sebagai panggilan jiwa, jadi dosen harus bisa menata dirinya sendiri,� ungkap Sutrisna yang juga memperoleh gelar doktornya dari Universitas Gadjah Mada. Dalam tenggat waktu sembilan bulan sejak aturan tersebut ditransformasi, statistik yang dirilis dalam Laporan Tahunan UNY 2017 menyebutkan bahwa angka dosen dengan gelar doktoral yang berada di angka 27% langsung melejit di angka 33,3%. Melampaui taget 30% yang dicanangkan untuk tahun 2017. Kepercayaan atas pilihan studi para dosen tersebut, dipandang oleh Prof. Zamzani, Ketua Senat UNY, menjadi salah satu alasan kesuksesan peningkatan kualifikasi dosen bergelar doktor. Sekaligus


Laporan Utama

DOK. HUMAS UNY

sebagai bukti., bahwa konstruksi ide pengembangan UNY senantiasa berbasis pada perubahan yang berkelanjutan (continuity and change) dan sinergi seluruh stakeholder. “Tentu saja dengan strategi satu dengan yang lain ada sedikit perbedaan (antar Rektor dalam mengambil kebijakan). Karena gaya pemimpinnya kan memiliki keunikannya masing-masing. Namun, pada prinsipnya, semua pemimpin menggerakkan UNY bersama ke arah yang lebih baik. Inovasi yang dicetuskan Prof. Sutrisna tersebut membuktikan beliau dalam koridor membawa UNY ke arah yang lebih baik pula,” ungkap Zamzani Melanjutkan Percepatan Guru Besar dan Peningkatan Karir Setelah gelar doktor direngkuh, peningkatan karir menjadi Lektor Kepala maupun percepatan guru

PROF. Dr. SITI IRENE ASTUTI DWININGRUM, M.Si DILANTIK SEBAGAI GURU BESAR BIDANG SOSIOLOGI PENDIDIKAN

besar juga terus diusung oleh UNY sebagai bagian dari keberlanjutan program. Zamzani mengungapkan bahwa program tersebut sudah ada pada era kepemimpinan rektor-rektor sebelumnya. Di era kepemimpinan Sutrisna, hal tersebut berkolaborasi dengan upaya peningkatan artikel jurnal ilmiah internasional terindeks. Karena semakin tinggi jumlah penelitian dan publikasi yang dilakukan para dosen, maka semakin cepat pula persyaratan peningkatan karir

Peningkatan karir menjadi Lektor Kepala maupun percepatan guru besar juga terus diusung sebagai bagian dari keberlanjutan program.

maupun jabatan guru besar bisa terpenuhi. “Capaian indikator kita untuk kedua hal tersebut melebihi target. Per 2017, Guru besar di angka 6,85% dari target 6,5%, dan Lektor Kepala diangka 36,34% dari target 35%. Tidak boleh berhenti di situ, paling tidak 15% lah (jumlah dosen bergelar guru besar) untuk World Class University dalam jangka panjang. Untuk tahun 2021, target (jumlah dosen bergelar guru besar) 8%,” ungkap Sutrisna Dengan memperoleh gelar Guru Besar maupun Lektor Kepala, Zamzani mengungkapkan bahwa para dosen bisa meningkatkan kesejahteraannya. Namun, hal tersebut tidak pernah menjadi dasar dan alasan tunggal para dosen mengejar gelar akademis. Terlebih dengan persyaratan menyabet gelar Lektor Kepala maupun Guru Besar yang sebenarnya cukup kompleks. Karena jika hanya membayangkan P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 21


Laporan Utama

DOK. HUMAS UNY

kesejahteraan, para dosen sebenarnya hanya memperoleh insentif yang relatif tidak lebih besar dibanding dengan ia berkarya di luar institusi kampus. Misalnya, dengan masuk ke dalam pemerintahan, maupun pekerjaan swasta lainnya. “Jadi, tujuan yang utama dan dalam pengamatan saya adalah tujuan pengembangan kapasitas dan karya yang lebih komprehensif bagi bangsa. Saya bisa pastikan menelurkan publikasi itu diinginkan semua dosen, dan dengan adanya program insentif dan percepatan ini, jadi stimulus yang hebat,� ungkap Zamzani. Untuk itulah, Senat UNY sebagai badan dewan Guru Besar bersama dengan perwakilan fakultas yang bertugas mengusulkan gelar profesor kepada Kemristekdikti, mendukung program percepatan guru besar dengan cara 22 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

pendampingan dan fasilitasi. Semua yang secara usia, kepangkatan, maupun karya telah memenuhi produktifitas yang telah disyaratkan sesuai perundang-undangan yang berlaku maupun statuta UNY, terus didorong untuk melengkapi persyaratan utamanya administratif. Agar bisa dengan segera memperoleh rekomendasi dan pertimbangan pengesahan guru besar dari senat.

PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR ILMU KEBUGARAN JASMANI ANAK

Saya bisa pastikan menelurkan publikasi itu diinginkan semua dosen, dan dengan adanya program insentif dan percepatan ini, jadi stimulus yang hebat.

“Langkah tersebut dilakukan senat dengan tetap kita memberdayakan profesor emeritus. Sehingga, anakanak utamanya prodi S1 sebagai basis dosen terkait yang sebenarnya sudah pensiun, bisa belajar dari yang terbaik. Upaya memberi para mahasiswa ilmu dari mereka guru-guru terbaik juga menjadi penekanan kita dalam mendorong para dosen merengkuh gelar profesor,� tutur Sutrisna. Salah satu tantangan yang kerap menjadi diskusi serius dalam senat untuk memberikan rekomendasi dan pertimbangan pengesahan Guru Besar, menurut Zamzani adalah identifikasi karya terkait bidang ilmu. Terkadang di tengah dunia yang semakin mengglobal, batas linearitas antara keilmuan makin blur dan sulit didefinisikan secara kaku. Bidang matematika, misalnya, bisa saja


Laporan Utama

DOK. HUMAS UNY

membahas bagaimana penguasaan pengetahuan matematika dijadikan sumber kuasa suatu aktor negara dalam politik internasional. Jenjang studi terkadang juga jadi tantangan tersendiri. Ada dosen yang mengajar Pendidikan Matematika misal, S2 dan S3 nya Matematika Murni atau Matematika Terapan. Padahal sebagai Lembaga Perguruan Tinggi Kependidikan, kita punya marwah menjadi yang terdepan di bidang pedagogik. Walaupun dosen tersebut tetaplah memiliki kualitas dan kapabilitas memperoleh gelar Guru Besar, tetapi persyaratan yang sedemikian rupa membuat semua pihak harus duduk bersama dan mencari solusi. “Itu tadi topiknya masih matematika, dan juga topik kontemporer. Tapi analisanya meluas sampai ke bidang sosio humaniora. Sehingga

ACARA PENGUKUHAN GURU BESAR PROF. DR. SUROSO, M. PD.

mengidentifikasi ini, termasuk linearitas jenjang studi, kadang bisa menjadikan rapat maupun pemberkasan administrasi begitu panjang,” kenang Zamzani. Guna mempercepat proses rekomendasi tersebut, Senat UNY mengambil langkah terobosan dalam memfasilitasi usulan guru besar sesegera mungkin, dengan

Guna mempercepat proses rekomendasi tersebut, Senat UNY mengambil langkah terobosan dengan cara memproses suatu usulan tanpa perlu menunggu rapat rutin.

cara memproses suatu usulan tanpa perlu menunggu rapat rutin. Jika biasanya konvensi usulan guru besar dilangsungkan satu bulan sekali dengan tanggal yang sudah ditetapkan secara tradisional, Senat UNY kini berupaya untuk membahas usulan tersebut secepat-cepatnya. Setidaknya di bulan yang sama pada saat usulan tersebut diajukan oleh salah seorang dosen, hingga akhirnya memperoleh ketok palu dalam konvensi senat. Dengan demikian, upaya para dosen untuk mengabdi secara lebih komprehensif tak perlu lagi terhambat oleh mekanisme birokrasi prosedural yang berkepanjangan. “Sebelum ada terobosan ini, konvensi usulan guru besar biasanya baru bisa berlangsung sebulan setelahnya. Kita percepat dan berharap lebih banyak lagi dosen-dosen UNY menjadi guru besar,” pungkas Zamzani. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 23


Laporan Utama

Merebut Angka Hoki Internasional

Per 2017, 33,3% Dosen UNY kini telah bergelar doktor. 6,85% di antaranya juga mengemban amanah sebagai guru besar. Angka tersebut melampaui target tahunan yang dirumuskan Sutrisna. Namun, UNY tak pernah ingin berhenti meningkatkan kompetensi tiap insan dosennya. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

Kompetensi (TUK) bidang tertentu. Adanya sertifikat ini diharapkan agar lulusan UNY diakui secara profesional di dunia kerja.Terutama menyangkut keahlian khusus. Bila ijazah memberi pengakuan universal, sertifikat kompetensi mencitrakan kecakapan partikular.

P

ergantian tahun 2017 ke 2018 membawa keberuntungan tersendiri bagi UNY. Dinyatakan masuk peringkat ketiga versi 4 Internal Colleges and Universities (4ICU), perkembangan UNY sedemikian pesat. Ia satusatunya kampus eks. IKIP yang duduk mentereng di sana. Status ini menjadi prestasi sekaligus kebanggan tersendiri. Warta lain turut bermunculan. Selain 4ICU, UNY juga masuk urutan ke-12 sebagai kampus terbaik menurut Top 25 Universities in Southeast Asia 2018. Selisih satu angka dengan Singapore Management University (13) dan Chulalangkorn University (14). Kabar baik ini lekas disambut bangga oleh Wakil Rektor I, Margana. Menurut profesor kampus ungu tersebut prestasi itu menyiratkan rekam jejak dan perjuangan UNY yang begitu total dan solid. Margana meneropong kesungguhan UNY untuk meningkatkan kualitas akademik harus terus dijaga dan dikembangkan. Dorongan kuat untuk bekerja sama ialah kunci utama menuju arah itu. Bagi Margana, di tengah kontestasi global yang begitu kuat, standar kualitas sudah semestinya didasarkan atas kebutuhan internasional. Menyoal posisi itu ia kemudian akan memproyeksikan program akademik di ranah mancanegara. Sosialisasi program dan profesi bagi mahasiswa mancanegara menjadi prioritas UNY di kawasan ASEAN. Modal eksternal itu juga didukung kualitas sarana dan prasarana UNY yang sudah terstandardisasi internasional. Margana melihat 24 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

*** Status akreditasi A UNY mesti menular secara integral. Prodi yang berstatus belum A akan didorong supaya naik predikat. “Kita masih harus mempercepat akreditasi. Dari 102 Prodi, sebanyak 60 Prodi terakreditasi A,” ujarnya. kesempatan ini sebagai perimbangan antara citra dan kualitas. “Di samping terus mengenalkan UNY, kita juga harus meningkatkan mutu pendidikan.” Eskalasi kualitas akademik masih diprioritaskan Margana pada 2018. Ia ingin UNY naik peringkat. Baik di level nasional maupun internasional. Setidaknya, bagi Margana, rangking yang telah disabet terus dipertahankan. “Yang perlu perjuangan itu menjaga prestasi dan posisi,” jelasnya. Tahun 2018 Bidang Akademik memiliki ketentuan bagi tiap lulusan agar menjadi sarjana plus. Selain punya ijazah, ia diharapkan memiliki sertifikasi kompetensi. “Misalnya sertifikat keterampilan khusus seperti tari, musik, rupa, jurnalistik, teknik, akuntansi, dan lain sebagainya,” ujar guru besar linguistik ini. Sertifikat ini dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Agar mendapatkan sertifikat itu mahasiswa harus lolos uji kompetensi. Masing-masing Prodi, karenanya, akan memiliki Tes Uji

SIMBOLISASI PEMBAHASAN DUA UNIVERSITAS DALAM RANGKA KERJA SAMA DALAM NEGERI

Margana menargetkan tahun 2018 minimal lima Prodi naik predikat. “Sekalipun yang diakselerasi bisa 15 Prodi. Tapi kan semua butuh proses.” S-1 hingga S-3 sama-sama diutamakan. Margana berharap konsentrasi pengembangan akademik dilakukan secara seimbang. Semua diprioritaskan Margana dalam peningkatan akademik agar tak berat sebelah. Akreditasi berpengaruh terhadap penyelenggaraan Program Profesi Guru (PPG). Pemerintah mengutamakan Prodi berstatus A sebagai pelaksana PPG tiap bidang. “Tahun 2017 kami mengusulkan 37 Prodi pendidikan sebagai penyelenggara. Sekarang sudah ada 27 Prodi terakreditasi A. Yang 10 masih B. Tahun ini semoga bisa semua,” ungkap Margana. “Publikasi jelas,” tegas Margana, “dan akan terus menjadi concern kami.” Bimbingan pra-Scopus yang dicetuskan Rektor UNY sejak tahun lalu akan terus digencarkan. Pembinaan artikel ilmiah terbaik, mulai dari penerjemahan hingga insentif, niscaya digenjot. Ini karena perhatian dosen untuk publikasi internasional tahun 2017 semakin


Laporan Utama Kesenjangan antara produktivitas menulis dan beban mengajar disiasati Margana. Masalah klasik ini ia jawab dengan memutuskan agar dosen mengajar maksimal 16 SKS. “Ini supaya dosen bisa membagi waktu secara maksimal. Baik meneliti maupun mengajar,” jelasnya. *** Peringkat internasional membuka keran bagi status universitas. Seperti prioritas program Sutrisna pada setahun pertama, PTN BH tetap menjadi fokus ke depan. Menurut Margana, “Tahun 2017 mengkaji, 2018 merumuskan dan mengakselerasi, tahun 2019 kita menargetkan UNY masuk Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).” Prasyarat utama status ini antara lain 70% Prodi harus terakreditasi A. Kesempatan UNY masuk PTN BH semakin besar. Apalagi posisi UNY telah diperhitungkan di tingkat nasional dan internasional. Pada posisi itu, respons UNY terhadap era disrupsi juga positif. Ini membuktikan bahwa status PTN BH memungkinkan perguruan tinggi bersikap cari menghadapi disrupsi ala Revolusi Industri 4.0.

meroket tiap bulannya. Senada dengan dorongan publikasi jurnal terindeks, tahun ini UNY mengadakan 28 seminar internasional yang terintegrasi. “Seminar ini diorientasikan untuk dosen, mahasiswa, peneliti, dan umum. Mereka diharapkan produktif usai mengikutinya,” harapnya. Margana menyebut strategi seminar dan publikasi ini sebagai kesungguhan UNY terhadap student mobility dan staff mobility. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) tak luput dari perhatian. HAKI berpaut erat dengan produktivitas dan kualitas publikasi dosen. Jika karya ilmiahnya mengandung kebernilaian empiris sekaligus kebaruan praktis, potensi dipatenkan semakin besar. “Selama tahun 2017 sudah terdapat 350 judul yang dipatenkan. Tahun ini kami menargetkan 350 judul,” tuturnya. Selama menjabat sebagai Wakil Rektor I, Margana optimis menggolkan 1000 HAKI dan 1000

CAPAIAN UNY VERSI 4ICU

buku. “Visi saya one lecture, one book. Kita kan punya 1060 dosen. Jadi, hal itu sangat mungkin,” ujarnya. Tekad Margana menginduk pada salah satu poin visi-misi Rektor UNY mengenai pencitraan akademik. “Tahun ini harus lebih kencang lagi risetnya. Karena itu, kita akan dikenal di dunia internasional. Bukan sekedar membangun reputasi dan popularitas, melainkan juga terkenal karena kontribusi kita bagi dunia akademik,” kata Prof. Dr. Sutrisna Wibawa.

Peringkat internasional membuka keran bagi status universitas. PTN BH tetap menjadi fokus ke depan.

Rochmat Wahab, mantan Rektor UNY (2009-2017), telah menyoal PTN BH dari segi teoretis melalui artikelnya berjudul Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) Ditinjau dari Perspektif Filosofis dan Sosiologis. Menurutnya, otonomi kampus berdampak pada kedewasaan manajerial. Kecenderungan universitas untuk selalu bergantung ini, menurut Rochmat, perlu diubah agar lebih produktif. “Kondisi demikian tidak berarti pemerintah melepaskan tanggung jawabnya karena dalam batas tertentu pemerintah juga masih ikut bertanggung jawab dalam mengatasi persoalan yang dihadapi PTN BH dengan diwujudkan pada pemberian subsidi yang relatif masih cukup tinggi.” Rochmat juga memberi sinyal supaya universitas terus meningkatkan daya adaptabilitas. Nilai ini berpaut erat dengan kesungguhan kampus dalam menghasilkan kualitas pendidikan maupun penelitian yang mampu bersaing di level internasional. “Tradisi kualitas dalam kondisi ini diharapkan menjadi bagian kultur kampus yang sangat penting,” paparnya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 25


Laporan Utama

Kolase Prestasi Teknologi Tepat Guna Kreativitas kunci utama sebuah karya. Preferensi ini dibuktikan dua mahasiswa berprestasi, Dangin dan Oby. Modal pertama hanya antusias dan tahan kritik. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

T

emuan saintifik bukan sebatas kalkulasi di atas kertas. Di tangan mahasiswa UNY, coretan konseptual itu mewujud secara konkret. Ia berbekal tiga nilai utama. Ketekunan, antusias, dan kreativitas. Tiga pokok nilai tersebut cukup menjadi bukti otentik betapa pikiran kreatif bisa dimanifestasikan melalui teknologi modern. Wilayah pasar pun gayung bersambut. Keuntungan finansial didapatkan lekas. I Gede Dangin membuktikan ketekunan itu. Meski mengalami kendala psikologis dengan ditandai rasa cemas serta putus asa, Dangin tak lantas berhenti di tengah jalan. Mahasiswa Teknik Mekanika angkatan 2013 itu membanggakan UNY lewat inovasi besutannya. Ia mencetuskan sepeda futuristik bernama Astrobike—sepeda listrik berbasis android. Sepeda modern ini menggunakan sistem android sebagai pengamanan utama. “Selain itu, ia juga menampilkan informasi digital. Apakah itu kinerja soal sepeda listrik, kecepatan, maupun penanda kecepatan,” jelasnya. Padahal, sebelumnya Dangin hanya berbekal aki dan barang seadanya. Setelah dibawa ke kampus, kerabatnya langsung gayung bersambut. Ketimbang sepeda elektrik lain, keunggulan Astrobike terletak pada system monitoring based on android, lock system, astrobike application, dan double system charging. Selain itu, sumber energinya bisa diisi di rumah secara manual atau langsung saat dikayuh. Menurut aktivis UKM Rekayasa Teknologi UNY ini pengguna tak perlu khawatir bila tidak sempat mengisi energi di rumah.Dangin kini bisa bernapas lega karena tak lagi 26 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

TRIBUN JOGJA

pinjam motor sahabatnya. Jerih payah intelektualnya itu sudah mendapatkan hak paten pada tahun 2016. Proses itu tak semudah membalik telapak tangan. Ia harus melewati uji kelayakan hingga pendaftaran administratif.

PROTOTYPE ASTROBIKE

Penilai mempertimbangan pula soal efektivitas Astrobike. “Kelebihan sepeda ini adalah dilengkapi keamaanan otomatis,” tuturnya. Dangin percaya bahwa ketika pengguna lupa mematikan sistem, ia akan nonaktif jika sudah menempuk jarak 15 meter. Kendaraan ramah lingkungan ini mampu menempuh jarak sekitar 30 kilometer. Pengisian baterainya hanya memakan 3 jam. Aspek ini membuat pihak HKI menilai bagus Astrobike.

Sepeda modern ini menggunakan sistem android sebagai pengamanan utama. Selain itu, ada tampilan informasi digital.

Tanpa Ida Bagus Pudja dan Rustam Asnawi, dosen Dangin di Fakultas Teknik, Astrobike tak akan berkembang. Keduanya memberikan dukungan finansial agar pengembangannya progresif. Saat ini Dangin telah bekerja sama dengan P.T. Logam dan beberapa bengkel las untuk melancarkan produksi. “Di samping itu, kami juga sudah menandatangani kontrak dengan Kemenristekdikti. Kami mendapatkan dana sebagai Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Perguruan Tinggi,” ujarnya. Dalam prosesnya itu ia tak sendiri. Lima koleganya, Aprilia Imam, Slamet Riyanto, Azizah Durroh, Syahrul Awaludin, dan I Ketut Telik, turut membantu Dangin, baik dalam pengembangan perangkat lunak maupun keras. “Kami tidak mengalami kesulitan. Tapi dalam pembelian bahan, kita harus mengimpor baterai seharga Rp 3 juta dan Rp 2 juta untuk komponen motor,” keluhnya. Akhirnya, dengan kalkulasi itu, Dangin dan tim mematok harga sebesar Rp 8 juta persepeda. *** Di bidang sains terapan lain, Indobot


Laporan Utama

DOK. INDOBOT

perlu mendapat apresiasi. Indobot menandai babak baru bagi jagat kecerdasan buatan. Pencetusnya Oby Zamisyak, mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika. Ide dibuatnya robot edukasi ini dinyatakan Oby ketika terdaftar sebagai peserta Technopreneur Academy. Saat itu ia masih semester tiga. Modalnya hanya dua, yakni antusias dan hobi. Ditemani enam anggota lintas fakultas Oby tak merasa sendiri dan tetap optimis. Indobot diikhtiarkan Oby dan kolega guna mengisi kekosongan. Dia melihat publik, terutama di bangku pendidikan menengah, absen kegiatan robotik. Padahal dunia sedang dihebohkan narasi Revolusi Industri 4.0. “Saya kira robot akan menjadi bagian penting di hari depan. Apalagi di sekolah-sekolah,” tuturnya. Ekstrakurikuler robotika menjadi sasaran. Oby meneroka peluang ini sebagai sasaran pasar Indobot. Menurutnya, kini lagi tren kompetisi robot. Baik lokal maupun nasional niscaya membutuhkan persiapan matang. Di bawah komando Oby, Indobot, diarahkan untuk tak sekadar mengeruk duit, tapi juga

INDOBOT SEBAGAI UJUNG TOMBAK EDUKASI ROBOTIKA KREASI MAHASISWA

sarana edukasi. Kunci utama bisnis robot multifungsi, bagi Oby, terletak pada komitmen dan kesolidan. Tim yang semula enam orang kini tinggal dua. “Kebanyakan teman-teman sudah lulus kuliah. Kecuali saya. Tahun ini mulai berjuang skripsi lagi,” paparnya sambil terkekeh. Seleksi alam boleh terjadi, namun Indobot kian meroket. Sekarang Indobot punya toko sendiri. Plaza UNY, lantai dua, nomor 2.18. Banyak pengunjung hilir bertandang untuk sekadar konsultasi atau melihat robot di etalase. Kebanyakan mahasiswa dan pelajar SMA. Pencapaian itu disyukuri Oby.

Ekstrakurikuler robotika menjadi sasaran. Oby meneroka peluang ini sebagai sasaran pasar Indobot. Kini lagi tren kompetisi robot.

Tanpa program Inkubator yang ditawarkan LPPM dan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Kemenristekdikti, dia meyakini tak akan sampai ke tahap ini. Sponsor utama Indobot dari sana. Cara kerja Indobot cukup sederhana. Dia dikategorikan ke dalam tiga hal. Robot manual semi otomatis, dan otomatis. Robot manual itu seperti robot sepak bola, transporter, dan pemadam api. Sedangkan robot manual, ungkap Oby, dilengkapi dengan sistem kendali. “Bagi anak ini sangat penting,” katanya. Yang sering dibeli mahasiswa adalah robot semi otomatis dan otomatis. Bedanya kalau robot otomatis memakai line follower, sedangkan semi otomatis menggunakan light follower. “Soal robot untuk anak kami ada perubahan. Kalau dulu robot untuk anak diperuntukkan bagi usia 10 tahun ke atas tapi sekarang jadi 15 tahun ke atas,” jelasnya. Batasan usia ini penting bagi kesesuaian teknologi dan psikologi anak. Bila tak disamakan, menurut Oby, akan menggoyahkan tatanan pendidikan dasar. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 27


Laporan Utama

Geliat Prestasi Buah dari Kerja Keras UNY berbenah. Tantangan zaman dijawab dengan libasan kemudahan yang digelontorkan secara tak tanggung-tanggung demi menancapkan kuku menjadi World Class University. 1038 prestasi mahasiswa menjadi bukti.

Oleh NUNGGAL SERALATI Editor BUDI MULYONO

Hal ini tentu tak terlepas dari peran UNY dalam memupuk kemampuan para civitas akademikanya. Beragam fasilitas, sarana dan prasarana, serta kemudahan-kemudahan lain digelontorkan demi membangun pohon prestasi yang lebih rimbun lagi. Dengan target masuk ke posisi 750 besar dunia pada tahun 2021, dan ke 500 di tahun 2025, peningkatan kualitas pembelajaran dan iklim akademik, input mahasiswa, penelitian, publikasi, sumber daya manusia, serta penguatan kompetensi lulusan untuk menuju universitas kependidikan kelas dunia, yang unggul, kreatif, dan inovatif lantas masuk ke dalam program prioritas UNY. Menyeruaknya UNY pada urutan 10 dalam klaster unggul pemeringkatan Kemenristekdikti, membuktikan betapa usaha ini tidak berjalan siasia.

S

yahdan, dulunya ada seorang gadis kecil yang kerap kucing-kucingan dengan ayahnya sewaktu hendak berangkat menangguk ilmu. Segala dalih sudah biasa ia lontarkan demi meronce mimpi menjadi kampiun karate. Rupanya, sekarang gadis itu tak perlu lagi bersembunyi di balik alasan-alasan, karena medali perak pula telah berhasil ia bawa pulang dari Milo Open International Karate Championship 2017 di Malaysia. Oby Zamisyak punya cerita nyaris identik dari Era Septiyani. Memang bukan pada lajur karate mahasiswa tingkat akhir FT UNY itu meniti cita, tetapi keduanya sama-sama menggelembungkan impian dari rasa cinta yang adiktif. Berangkat dari antusiasme dan hobi, Oby beserta teman-temannya membangun usaha terobosan robot edukasi masa depan. Sepuhan futuristik ini lantas dinamai Indobot. Kelahirannya disayang, dikembangkan sedemikian rupa hingga, terakhir kali, Oby berhasil menyabet juara I kompetisi Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) VIII yang diselenggarakan oleh Ristekdikti, pada tahun 2017 silam. Sekarang, Indobot buah karyanya bermukim di Plaza UNY lantai dua. Kisah-kisah serupa jamak berdatangan. Tepatnya, 1.038 kali hanya di tahun 2017. Bukan cuma dari rumpun olahraga dan minat bakat, tetapi rumpunrumpun lain juga ikut urun dalam mengharumkan nama Universitas Negeri Yogyakarta. Tim Garuda UNY yang tak tanggung-tanggung menggondol tiga juara sekaligus pada Drivers’ World Championship, Rizal Setiawan yang menjadi satusatunya delegasi pada World Forum 28 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

of Future Leaders of Environmental di University of Tehran, Iran, serta Absari Hanifah yang menyuling ilmu soal pengembangan energi di bawah Erasmus beserta partner-partnernya di Malaysia adalah segelintir dari guyuran prestasi mahasiswa yang membanjiri Kampus Karangmalang.

Menyeruaknya UNY pada urutan 10 dalam klaster unggul pemeringkatan Kemenristekdikti, membuktikan betapa usaha ini tidak berjalan sia-sia.

Maret lalu, digital library (Digilib) diresmikan, empat belas gedung dan sembilan laboratorium baru menyusul. UNY juga sedang mengembangkan kampus vokasi di Wates secara bertahap, diikuti prodi lain yang akan dipecut dengan cara serupa supaya bisa memenuhi kebutuhan pembelajaran. Digilib dibangun dalam rangka pengembangan kultur akademik yang produktif. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, berharap dorongan berkarya akan semakin melonjak. Apalagi referensi digital bebas diakses, sehingga alasan kekurangan pustaka bukan lagi penghalang. “Target tahun 2018 seribu artikel ilmiah!� ujar Sutrisna mantap. Bukan cuma Digilib, bila kita menengok lebih ke belakang, UNY juga membangun Plaza UNY sebagai markas mahasiswa yang memilih mempertajam insting kewirausahaan. Meningkatkan produktivitas lagi-lagi menjadi ujung


Laporan Utama Rektor UNY membuka Festival Dalang Cilik sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis UNY 2017

KALAM / PEWA

tombak mengapa fasilitas-fasilitas terus diadakan.

akademik 2016/2017 menjadi 53 mahasiswa pada tahun 2017/2018.

“Intinya, kegiatan jangan kontraproduktif. Gunakan kepintaran untuk prestasi. Asah terus talenta yang ada lewat pembinaan maksimal sesuai minat dan bakat Anda,” terang Sumaryanto, Wakil Rektor III UNY.

Di bidang kerja sama internasional, sampai dengan tahun 2017, UNY memiliki 44 MoU aktif dengan lembaga mitra luar negeri. Porsi baling banyak diraup oleh mitra Asia sebanyak 75%. Jumlah mahasiswa internasional UNY juga meningkat pada tahun akademik 2017/2018 dari berbagai skema beasiswa, yaitu KNB atau Darmasiswa, dari universitas atau mandiri (Swadana).

Selaras dengan produktivitas yang tak henti disasar, Wakil Rektor IV, Dr.rer.nat. Senam, mengupayakan perluasan kerja sama baik di dalam maupun luar negeri dengan strategi tebar jaring melalui pengintensifan komunikasi. Pada tahun 2017, tercatat terdapat lima kegiatan promosi dan perluasan jaringan yang terlaksana, yaitu di Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Banjarnegara, Bengkalis, dan Merauke. Jumlah mahasiswa skema kerja sama juga meningkat dari 38 mahasiswa yang masuk di tahun

“Intinya, kegiatan jangan kontraproduktif. Gunakan kepintaran untuk prestasi. Asah terus talenta lewat pembinaan minat dan bakat.

Pada awal 2018, Senam mengumpulkan Ketua dari 12 Prodi unggulan guna membahas transfer kredit di University of Malaya. Selain itu, pintu kerja sama dengan Erasmus Mundus juga terbuka lebar. Peraihan gelar ganda diprogramkan di sana. “Joint degree, terutama S-3 di Jerman sudah bisa.” Senam mengharapkan supaya peluang ini dimanfaatkan mahasiswa doctoral UNY. Selain Eropa, kesempatan mengejar gelar ganda di National Taiwan University (NTU) dan TU President University juga tersedia, meski masih terbatas untuk S-2. UNY berbenah. Tantangan zaman dijawab dengan libasan kemudahan yang digelontorkan secara tak tanggung-tanggung demi meningkatkan kualitas. Kampus Karangmalang bersiap memasuki era baru untuk memperkokoh namanya di kancah dunia. Tinggal siapa yang mau memaksimalkan pemanfaatannya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 29


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Dr. GUNTUR, M.Pd.

Inovasi Berkelanjutan di Kampus Pendidikan yang Berbudaya Memaknai tema "Inovasi Berkelanjutan untuk Pendidikan," bagi sang Ketua Dies Natalis ke-54, tak sekedar memperingati kontribusi UNY sebagai kampus kependidikan. Ia juga menjadi momentum untuk terus berpacu, mewujudkan keunggulan budaya UNY dalam IPTEK, Seni, Olahraga, hingga Pendidikan Karakter.

Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Guntur kemudian mengisahkan bagaimana inovasi pendidikan yang senantiasa diciptakan UNY, hendak disajikan kepada masyarakat serta segenap civitas melalui gelaran Dies Natalis. Sekaligus, bagaimana menjadikan acara yang dinakhodainya bersama segenap panitia pelaksana, sebagai penanda bahwa UNY akan terus merefleksikan apa yang telah ditekuni selama ini, agar tanpa kenal lelah menelurkan inovasi secara berkelanjutan. Apa makna dibalik tema "Inovasi Berkelanjutan untuk Pendidikan"? UNY sebagai kampus kependidikan, selama ini telah secara konsisten melakukan inovasi berkelanjutan untuk pendidikan. Sebagai kampus yang mendidik guru, UNY punya banyak sekali alumni yang menjadi guru. Termasuk diantaranya mereka yang tergabung di IKA UNY, itu kebanyakan juga berprofesi sebagai guru. Mereka, sebagai civitas dan sebagai alumni, telah senantiasa melakukan inovasi sesuai dengan amanah yang diembannya masing-masing, di sekolah tempatnya mengabdi. Tak terkecuali para dosen, peneliti, maupun mahasiswa yang tergabung dalam institusi UNY. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional misalnya, juga sebagian diantaranya merupakan buah karya institusi ini dibawah kiprah Prof. Suyanto yang kemudian hari menjadi Direktur Jenderal di Kemdikbud, maupun Prof. Rochmat Wahab 30 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

yang juga dulu tergabung di Balitbang. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), motornya juga Prof. Suyanto. Begitupula dengan kiprah tak kenal lelah Prof. Sutrisna Wibawa sebagai Sesdirjen Belmawa untuk menghadirkan pendidikan tinggi bermutu bagi bangsa, dan Prof. Djoko Pekik Irianto sebagai Deputi Menteri Pemuda dan Olahraga. Para pimpinan kita, telah meneladankan bagaimana kampus ini bisa berkontribusi secara liner sesuai marwahnya.

han sebagai upaya kontribusi yang hendak ditekuni kampus ini.

Itulah mengapa, 23 agenda dies yang digelar oleh UNY dalam peringatannya ke-54, baik itu pertandingan olahraga, seni, bakti sosial, termasuk tes kesehatan dan donor darah, semua diantaranya berkolaborasi dengan inovasi dalam setiap fitur kegiatan. Kita ingin menampilkan, bagaimana UNY telah turut berperan aktif dalam memajukan pendidikan Indonesia, ditengah tanggungjawab moral dan akademik untuk melakukan pengembangan pendidikan dengan cara inovasi. Bukan hanya ketika pemerintah menugaskan maupun dalam dies natalis saja, tapi secara berkelanjutan.

Bagaimana cara inovasi pendidikan ditun­ jukkan dan ditelurkan dalam agenda dies? Semua punya caranya masing-masing, sesuai substansi dan aspek simbolis yang dimiliki setiap agenda. Seminar Ikatan Alumni (IKA) UNY yang pada 28 April lalu menghadirkan Pak Menteri (Mendikbud, Prof. Muhadjir Effendy), menjadi sarana bagi kita untuk sama-sama menghadirkan perspektif dan buah pemikiran seputar bagaimana mengembangkan profesionalisme guru di abad ke-21. Ada diskusi tentang pelantikan PNS guru, program SM3T, bahkan sampai rencana Pak Menteri untuk meminta kontribusi UNY dalam rencana perumusan kode etik guru ditengah kriminalisasi dalam proses pendidikan.

Tujuannya, sebagai refleksi kita untuk menyesuaikan diri sekaligus bergegas dalam tuntutan dunia global, lewat penyelenggaraan aktivitas yang tak hanya akademik, namun juga pengabdian masyarakat dan penelitian sejalan dengan tridharma pendidikan tinggi. Output akhirnya bukan hanya peningkatan mutu dan repurtasi UNY, tapi juga pendidikan nasional secara keseluru-

Alhamdulillah sejauh ini, kegiatan dies natalis telah berlangsung 85%. Khusus untuk launching digital library dan pentas Sendratari Ramayana yang sedianya digelar tanggal 21 Mei, kita tunda sampai Juni. Karena Pak Menteri (Menristekdikti, Prof. Muhammad Nasir), saat ini sedang dinas ke Amerika Serikat.

Dalam ziarah ke Makam Mantan Rektor juga, kita yang muda-muda ini diajak untuk mengunjungi para pendahulu kita untuk mendoakan sekaligus meneladani karya yang telah ditelurkan. Saya bahkan baru tahu kalau Ir. Widodo, Rektor UNY pertama, di-


Laporan Utama makamkan di Solo. Kami datang kesana sembari mendalami dan meneladani karya serta perjuangan beliau untuk mendirikan IKIP Yogyakarta pertama kalinya sejalan dengan tugas yang diembankan Presiden Soekarno kepada beliau. Sangat berat tantangannya, berbeda dengan zaman kita yang sudah lebih mudah.

insentif yang dijanjikan dengan jumlah beragam, bahkan hingga 20 juta untuk artikel Thomas Reuters, itu nanti akan diberikan secara simbolis secara langsung oleh Rektor. Kalau untuk penghargaan prestasi mahasiswa, kemarin kita sudah meluncurkan buku yang berisi 1.038 mahasiswa berpresta-

ladani amal ma'ruf serta welas asih kebaikan. Sementara dalam pementasan wayang misalnya sebagai rangkaian dari agenda dalang cilik, inovasi yang kita tekankan bukan hanya mementaskan bahwa ada putra-putri generasi muda kita yang mampu menarikan wayang dengan indahnya. Tapi juga kita menyilang-

RANI / HUMAS

Dalam dies, direncanakan juga penghargaan inovasi pendidikan dan peluncuran buku. Apa tujuannya? Ada makna simbolis dalam agenda tersebut. Seperti yang tadi saya ungkapkan, selama ini UNY telah membuktikan inovasi secara konsisten di bidang pendidikan. Oleh karena itu, nantinya inovasi tersebut akan dibukukan dalam bentuk buku dan diluncurkan tepat pada upacara puncak dies natalis, 21 Mei 2018. Ada 10 handbook buku ilmu pendidikan yang basisnya adalah analisa dan praktik terobosan yang telah dilakukan civitas kita. Selain itu, penghargaan inovasi pendidikan atas karya inovatif IPTEKS dan karya inovatif pembelajaran, juga akan kita berikan. Hal ini juga untuk mengapresiasi para dosen dan civitas yang sejalan dengan upaya UNY melakukan penelitian, telah dengan giat dan tekun menelurkan karya-karya hingga akhirnya dimuat dalam jurnal internasional terindeks. Dalam upacara tersebut nantinya,

si UNY lengkap dengan apa saja yang telah mereka raih. Ini memang program dari Kemahasiswaan yang sifatnya tidak terkait dengan dies natalis, karena digelar rutin sejak dulu pada Hari Pendidikan Nasional (2 Mei). Tapi dari situ, kita bisa menyaksikan bagaimana inovasi itu dilakukan setiap lini dan setiap bagian civitas akademika UNY. Tanpa terkecuali, dan sesuai dengan bidang serta kapasitasnya masing-masing. Dalam kegiatan seni dalam dies layaknya wayang dan ketoprak, bagaimana memunculkan inovasi? Disinilah uniknya UNY yang mampu memadukan inovasi tanpa mengusik kekhasan nilai-nilai luhur dan sakral yang ada di masing-masing pementasan budaya, dan bagi orang yang suka seni, itu menarik sekali serta inovatif. Ketoprak Rembulan Kekalang, menampilkan hal yang buruk dan hal yang baik sehingga kita bisa belajar nilai moral untuk menghindari kemunkaran dan mene-

kan kolaborasi wayang gaya Solo dan Jogjakarta, dengan dua set wayang bahkan panggung dan pangkon gamelan berpisah, untuk dua kelir itu bermain secara serentak dan saling bersahutan dalam cerita. Jadi lihatnya dua panggung gitu, begitu menarik dan "masterpiece" kalau kata orang seni. Uniknya lagi dari dua kegiatan itu, yang bermain seluruhnya civitas UNY. Wayang, kolaborasi antara dosen dan mahasiswa. Sedangkan ketoprak, mementaskan guru besar, para kepala biro dan dekan hingga dosen yang biasanya kita kenal memberi materi pelajaran, kini malah tampil di atas panggung dan berperan dalam pentas ketoprak. Semua dilakukan untuk menunjukkan bahwa dies ini tujuannya menampilkan inovasi dari kita, dan untuk kita. Sembari menampilkan bahwa UNY ini kampus kependidikan yang berbudaya. Baik itu budaya unggul dalam IPTEK, Seni, Olahraga, hingga Pendidikan Karakter.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 31


Laporan Utama

Pengembangan Sarpras Sokong Inovasi Tiada Henti Digital Library dan gedung parkir baru di belakangnya telah kokoh sendiri. Tapi UNY teguh meyakini, bahwa pembangunan Sarpras tak boleh berhenti. Bukan untuk prestise, tapi guna menyokong inovasi tiada henti dan proporsional sesuai kebutuhan.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

mengarahkan pembangunan dengan kesungguhan hati.

rof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, pada 8 Maret 2018 lalu mengungkapkan kebanggaan institusi yang dinakhodainya dalam Soft Launching Digital Library UNY. Perpustakaan nirkertas itu hendak dijadikan sumbu kecendekiaan dalam kerangka World Class University, yang nantinya tak hanya menyediakan akses teknologi informasi yang mumpuni bagi civitas. Tapi layaknya berputar dalam sumbu, UNY tak bisa diam saja ditengah keberadaan gaya gesek perkembangan teknologi yang begitu pesat sembari berharap inersia. Berbangga lalu berdiam diri atas pencapaian institusi saat ini, bukanlah pilihan.

Sehingga ketika peningkatan kualitas pembelajaran menjadi taruhannya, dan jangka waktu 14 bulan sejak kontrak pembangunan oleh kontraktor Waskita Karya ditandatangani Menristekdikti pada 14 Juli 2017, tak ada kata istirahat bagi semua pihak. Kerja keras hingga tuntas menjadi harga mati.

P

Hukum alam tak bisa dilanggar. Perlu ada gaya dorong yang senantiasa lebih besar, agar mengompensasi tantangan tersebut. Akses jurnal yang lebih inklusif, digitalisasi skripsi, tesis, disertasi, maupun penyediaan literatur berbasis daring lainnya, serta penyediaan fasilitas kecendekiaan lain senantiasa dihelat secara konsisten. Sehingga perpustakaan digital tak hanya berhenti menjadi kebanggaan yang akan lapuk dimakan waktu. Tapi juga berkontribusi mengokohkan prestasi secara kontinyu karena segenap civitas kampus tak kenal menyerah untuk tujuan luhur tiap-tiap sarpras yang sedang dan terus dikembangkan UNY guna menyokong inovasi tiada henti. “Digital Library kini sudah bisa digunakan. World Class University bisa dan harus semakin pesat dengan adanya Digital Library bersama dengan gedung-gedung IDB. Lewat riset, lewat pendidikan, dan 32 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

DOK. HUMAS UNY

pengembangan inovasi tiada henti di segala lini,” ungkap Sutrisna yakin.

KAMPUS WATES UNY

Menjelang Tuntasnya IDB Babak baru pembangunan fisik demi menyambut universitas dunia, resmi dihela ketika UNY menyaksikan groundbreaking serentak 13 Gedung IDB pada 22 Juli 2017. Kegiatan seremonial tersebut, menuntaskan perjuangan semenjak rencana pembangunan pertama kali tercetus pada tahun 2006. Dr. Slamet Widodo sebagai Direktur IDB PIU UNY mengungapkan bahwa Sutrisna bersama Rochmat Wahab yang samasama menjabat sebagai Wakil Rektor di bawah nakhoda Almarhum Prof. Sugeng Mardiyanto dan dikemudian hari secara estafet menjadi rektor, secara konsisten mengawal dan

Babak baru pembangunan fisik demi menyambut universitas dunia, resmi dihela ketika UNY menyaksikan groundbreaking serentak 13 Gedung IDB.

“Kami optimis dengan target itu. IDB menjadi marwah kita di tahun 2017, mewujudkan World Class University,” ungkap Surisna. Gedung Laboratorium Seni Musik dan Tari pada awalnya berada satu paket sumber dana dari IDB. Sehingga gedung IDB, secara desain berjumlah 14 bangunan. Namun, keputusan pemerintah yang mengubahnya bersumber dari APBN dana rupiah murni, membuatnya terbangun dan telah digunakan lebih awal dibanding 13 gedung lainnya. Yang terdiri atas Laboratorium Teknik Sipil dan Struktur, Laboratorium Teknik Mesin dan Otomotif, dan Laboratorium Teknik Elektro dan Elektronika (FT), Laboratorium Ekonomi dan Bisnis (FE), Laboratorium Terpadu Ilmu Sosial (FIS), Laboratorium Terpadu Matematika dan IPA (FMIPA), Performance Stage (FBS), Gedung Perkuliahan Umum, Health and Sport Center, Laboratorium PAUD dan PGSD (FIP), Training Center, dan Digital Library. Gedung-gedung inilah yang mengalami lengkap tiga tantangan utama pembangunan. Sedangkan gedung parkir baru yang dibangun tepat di belakang Digital Library, diungkapkan Prof. Edi Purwanta, Wakil Rektor II UNY, didanai oleh Anggaran Belanja Universitas guna


Laporan Utama

DOK. HUMAS UNY

melengkapi pembangunan gedunggedung IDB. Proses pembuatan proposal jadi tantangan yang pertama dan utama. Koordinasi lintas kementerian dan melibatkan Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga Kementerian Sekretariat Negara. Hal tersebut membuat proses membutuhkan waktu lebih panjang, karena perlu menyatukan banyak kepala dan institusi. Begitu pula sempat adanya tantangan kedua, berupa perubahan skema proyek. Dari yang awalnya program individu masing-masing kampus untuk diusulkan kepada pemerintah, hingga akhirnya disatukan sebagai satu kesatuan 7in1 bertajuk The Support Of Development Higher Education In Indonesia yang terdiri atas tujuh universitas negeri di penjuru Indonesia. Penyatuan yang berlangsung pada

PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG IDB

tahun 2010, dan harus membuat rencana awal yang ditelurkan sejak 2006 tersebut berubah total. Tantangan tersebut kemudian dilengkapi, dengan prosedural dan pengadaan konstruksi yang membutuhkan penyesuaian atas Peraturan Presiden. Regulasi belum memfasilitasi poin-poin aturan yang ada dalam IDB Guideline dalam standar internasional. “Artinya kita harus membuat konsorsium 7in1. Bertemu,

Tantangan tersebut kemudian dilengkapi dengan prosedural dan pengadaan konstruksi yang membutuhkan penyesuaian atas Perpres.

koordinasi, membahas bersama, dengan teman teman tujuh universitas. Sinergi ini tidak mudah. Tapi tidak ada kata berhenti dan menyerah,� ungkap Slamet. Kini, pembangunan tinggal menunggu waktu saja untuk berakhir tuntas. Digital Library bahkan sudah beroperasi dan menjalani hari-hari kerja pada umumnya untuk melayani pengembangan kecendekiaan. Namun laksana peribahasa sekali merengkuh dayung, dua, tiga, pulau terlampaui, UNY tak mau berhenti disana. Selain memanfaatkan bangunan fisik, kampus eks. IKIP itu menargetkan pengembangan nonfisik. Sekitar 133 judul hibah penelitian, menyekolahkan enam dosen ke luar negeri, dan melatih 173 staf pengajar ke dalam negeri serta 33 ke luar negeri (tidak bergelar) adalah tiga prioritas pembangunan manusia yang juga akan didanai IDB. Termasuk, tetap menjamin P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 33


Laporan Utama “Begitupula ketika UNY memutuskan rebranding Laboratorium Kewirausahaan UNY menjadi Plaza UNY. Alasan praktis dan mendekatkan dengan masyarakat jadi landasan filosofis kita. Istilah “Plaza” kan lebih inklusif,” ungkap Dr. Endang Mulyani, Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan Usaha (BPPU) UNY. Walaupun, kekhawatiran utama UNY untuk mengembangkan sarpras terletak pada Kampus Wates. Sejalan dengan kehendak UNY untuk mengembangkan Vokasi di Kulonprogo, karena tanah di daerah tersebut yang masih luas dan potensi besar seiring dengan pembangunan New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA). Guna melakukan hal tersebut, audiensi dan diskusi intensif dengan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo terus dilakukan. Masih ada beberapa tantangan yang dihadapi UNY, layaknya pengadaan tanah yang pas maupun mekanisme apraisal yang harus menyesuaikan apraisal sejalan dengan harga satuan yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan dan turunannya.

HUMAS UNY

UNY ramah difabel dan mendaulat diri sebagai green campus, di tengah komitmen penghijauan yang disimbolisasikan dengan penanaman pohon nagasari oleh Menristekdikti kala groundbreaking.

menjadi fokus pembangunan sarpras. Masing-masing dari keempat kampus tersebut menurut Edi memiliki kebutuhannya sendiri sehingga pengembangan akan variatif dan adaptif.

“Itu semua belum termasuk peremajaan gedung, seminar, pengembangan kurikulum, dan modul e-learning. Jadi di luar, boleh jadi yang kelihatan adalah mendirikan gedung. Tapi yang hendak kita bangun dan kokohkan, adalah peningkatan kinerja seluruh sivitas berbasis Tridharma Perguruan Tinggi. Bermanfaat untuk proses pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat,” tutur Edi senada dengan sang rektor.

Walaupun secara garis besar tetap berbasis pada gaya bangunan bernuansa kesatuan (unity) dengan bangunan yang sudah ada, sejalan dengan kebutuhan praktis, sembari tetap mempertahankan karakter dan corak Yogyakarta.

Mengembangkan Seluruh Kampus Selain mengembangkan fasilitas Kampus Karangmalang, Edi mengungapkan bahwa baik Kampus UPP 1 (Kampus Mandala), Kampus UPP 2 (Kampus Bantul), serta Kampus UPP 3 (Kampus Wates) 34 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

DIGITAL LIBRARY DIBUKA UNTUK UMUM

“Padahal dan memang wajar, warga pasti inginnya tanah mereka dijual agak mahal. Apalagi tahu, yang beli UNY, yang beli negara, dan daerah ini nanti ramai. Sudah ada bandara, ada kampus lagi,” ungkap Edi. Kendala tersebut tak menghentikan langkah UNY dalam mengembangkan sarana prasarana di Wates. Problematika tanah yang sedemikian rupa, diungkapkan oleh Bambang Saptono, Ketua Pengelola Kampus Wates, coba dijembatani dengan dialog maupun fleksibilitas perencanaan. Misalnya, mewacanakan bahwa pembangunan gedung baru UNY di Wates nantinya akan berada di kompleks terpisah dengan Kampus Wates yang sudah ada. Dengan demikian, ungkap Edi, tak ada kata berhenti bagi UNY untuk terus mengembangkan sarpras demi peningkatan kapasitas dan daya sokong inovasi.

UNY ramah difabel dan mendaulat diri sebagai green campus, di tengah komitmen penghijauan .

“Memang tidak mudah, tapi intinya kita sebagai pelaksana tugas pembangunan selalu semangat dan berusaha sebaik mungkin. Guna mendukung dan berkontribusi dalam mewujudkan sarpras sebagai sarana berprestasi!” pungkas Edi.


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

ARIF / HUMAS

WAYANG: MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER Dalam rangka memperingati Dies Natalis UNY ke-54 tahun 2018, terdapat serangkaian acara kebudayaan yang telah dilaksanakan, yaitu Lomba Kreanova Seni Rupa Wayang. Acara ini berlangsung pada 24 April 2018 yang lalu. Serangkaian acara lainnya adalah Workshop Wayang Beber, Pentas Kolaborasi Tiga Generasi, dan Festival Wayang Cilik. Senin (30/4) pagi hari halaman depan Gedung Rektorat UNY

dipenuhi antusiasme penonton dan peserta Lomba Dalang Cilik. Tiba pukul 08.00 WIB pada pergelaran Lomba Dalang Cilik hadir Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa memberi sambutan sekaligus membuka acara. “Tujuan dilaksanakannya festival ini untuk mengenalkan wayang kepada generasi muda. Mari kita sama-sama mempelajari karakter tokoh-tokoh wayang dengan harapan agar menjadi

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

cermin kehidupan sehari-hari,” tutur Prof. Dr. Sutrisna Wibawa. Lomba Dalang Cilik ini akan berlangsung dari tanggal 30 April hingga 4 Mei 2018. Festival kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan di depan Museum Pendidikan Indonesia yang berada belakang Gedung Rektorat. Lomba Dalang Cilik tahun ini ditempatkan khusus di depan Gedung Rektorat UNY. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa mengatakan, “Pergelaran wayang

ini diharapkan dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat secara luas,” tambahnya dalam sambutan. Adapun juri pada festival yang bertema “Wayang Sebagai Media Pendidikan Karakter” ini menghadirkan bapak wayang Indonesia, yaitu Prof. Dr. Kasidi, dosen Institut Seni Indonesia, dan pakar wayang dan guru besar UNY yaitu Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dan Prof. Dr. Suwardi Endraswara. MAW P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 35


Berita

THE 10TH GLOBAL CULTURE FESTIVAL (GCF) BERLANGSUNG MERIAH The 10th Global Culture Festival (GCF) yang dilaksanakan di Monumen Serangan Umum 1 Maret berlangsung meriah (10/5/2018). GCF yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

mengangkat tema “Together We Care” dengan mengusung konsep “Charity” dimana dana yang berhasil didapat seluruhnya dari hasil penggalan dana dan penjualan tiket makanan akan disumbangkan kepada penyandang disabilitas di Yayasan Sayap Ibu dan National

sebagai sumbangan UNY yang selaras dengan visi Pemprov DIY yang ingin menjadikan DIY sebagai pusat budaya. GCF kali ini menampilkan budaya lewat makanan dan penampilan seperti penampilan tari dan nyanyian tradisional Indonesia, stand-up comedy, dance, band, penampilan keroncong, tarian dari negara dari masing-masing daerah kepada masyarakat Yogyakarta dengan pengisi acara yang berasal dari 15 provinsi di Indonesia, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Banten, Lampung, Bangka Belitung, Banten, NTB, Jawa Barat, Jawa

yang menjalani studi budaya dan Bahasa Indonesia melalui program Darmasiswa, Kemitraan Negara Berkembang (KNB), transfer kredit, dan mahasiswa swadana di Universitas Negeri Yogyakarta.. Acara ini juga disemarakkan dengan hiburan dari Unit Kegiatan Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, band, stand-up comedy dan dancer dari UNY. Acara dibuka dengan penampilan dari Chinese Drumband SMP Budi Utama yang dilanjutkan oleh penampilan SD Mutiara Persada, selanjutnya diisi oleh penampilan tari dan nyanyian tradisional Indonesia, stand-up comedy, dance, band, penampilan

HUMAS UNY

merupakan ajang untuk mengenalkan wisata, seni, budaya Indonesia kepada masyarakat internasional, sekaligus mengenalkan budaya dari berbagai negara di dunia kepada masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta. Acara ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan UNY melalui Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan (KUIK). GCF yang diadakan pada tahun 2018 ini merupakan penyelenggaran yang ke 10, dan mengangkat tema “Together We Care”. Khusus tahun ini acara Global Culture Festival 36 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

Paralympic Committee Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk kursi roda oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M. Pd. GCF 2018 merupakan penyelenggaran ke 10 dan menghadirkan dua terobosan. pertama, kita berusaha menyelenggarakan di luar kampus dan memilih tempat yang ikonik di Yogya,. Monumen Serangan Umum 1 Maret, dimana peristiwa budaya sering digelar sehingga tidak hanya disaksikan oleh warga UNY, tapi dapat disaksikan masyarakat luas, termasuk wisatawan nusantara dan kuar negeri. Hal ini juga

Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan Gorontalo dan 29 negara, terdiri dari Peru, Panama, Mexico, Amerika, Burundi, Rwanda, Uganda, Mali, Madagaskar, Tanzania, Mesir, Maroko, Ethiopia, Ukraina, Hungaria, Turkmenistan, Lithuania, Polandia, Belanda, Tiongkok, India, Pakistan, Laos, Thailand, Filipina, Timor Leste, yang diwakili oleh mahasiswa asing

keroncong, tarian dari negara lain dan mahasiswa asing yang menampilkan drama. Dalam acara ini juga terdapat stand-stand dimana setiap daerah atau negara menempati satu stand yang menunjukkan makanan khas dan kebudayaan dari masing-masing daerah dan negara yang terlibat dalam acara Global Culture Festival. ANDRE


Berita

APLIKASI PENCEGAH DEPRESI DAN BUNUH DIRI diikuti ratusan tim pada awal seleksi, dan akhirnya dipertemukan pada babak final sebanyak 40 finalist. Salah satu wakil dari Indonesia adalah Antonius Ian Bayu Setiawan (mahasiswa BK FIP UNY) yang meraih juara kedua, dan mendapatkan medali serta uang pembinaan RM 1.000. Berbekal ide mengenai Bimbingan dan Konseling berbasis digital, Bayu membuat prototype dengan nama ‘Si Dedi’ (Aplikasi Pencegah Depresi dan Bunuh Diri). Hal ini karena banyaknya angka korban depresi dan semakin meningkatnya kasus bunuh diri. Prototype ini dipresentasikan pada event Global Ideapreneur Week 2018 (GIW 2018) yang merupakan sebuah event kompetisi start-up yang diadakan oleh Studec International dengan MaGIC (Malaysian Global Inovation & Creativity Centre). DOK. HUMAS UNY

Global Ideapreneur Week 2018 merupakan sebuah event kompetisi start-up yang diadakan oleh Studec International dengan MaGIC (Malaysian Global Inovation & Creativity Centre) yang merupakan wadah inkubasi start-up di Malaysia yang dibiayai langsung oleh pemerintah Malaysia. GIW 2018 dilaksanakan pada 3-5 April 2018,

Klien bisa melihat riwayat dari cerita yang sudah ditulis. Kemudian ada Fitur musik yang dapat memberikan terapi relaksasi bagi klien. Kedepannya fitur musik akan bekerjasama dengan mahasiswa seni musik UNY dalam penciptaan musik. Lalu ada Fitur Tokoh Wayang yang mengangkat kearifan lokal Indonesia. Contohnya mengambil pesan moral dari tokoh-tokoh pewayangan. BAY/ANT

JUARA III DIVISI KRSBI HUMANOID REGIONAL IV Tim UKM RESTEK (Rekayasa Teknologi) divisi Robotika Universitas Negeri Yogyakarta meraih juara III Divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid Regional IV di Politeknik Negeri Malang (0103/05/2018). Tim pemenang dan sejumlah tim peserta terbaik dari ke-empat kontes regional nantinya akan diundang untuk ikutserta dalam Kontes Nasional KRI2018 yang berlangsung pada tanggal 28 Juni - 01 Juli 2018 di ITS Surabaya. Juara Pertama kontes Nasional KRSBI-2018 Humanoid sendiri akan ditunjuk mewakili Indonesia dalam Kontes robot International ROBOCUP di Canada KRSBI Humanoid sendiri mengacu pada divisi KidSize RoboCup Soccer Humanoid League. Tema KRSBI 2018 adalah “Liga Sepakbola Robot Humanoid menuju tahun 2050”. Aturan kontes

diambil dari RoboCup Soccer Humanoid League Laws of the Game 2016/2017. Dalam perlombaan di Malang,

UNY mengirimkan sembilan perwakilan yang didominasi dari mahasiswa Fakultas Teknik. Putri Wulandari, salah satu anggota tim, dari Jurusan Pendidikan Teknik Mekatronika mengungkapkan bahwa perjalanan timnya dimulai dari babak penyisihan grup, semifinal hingga final. “Kami membawa 4

robot, jadi saat perlombaan satu robot berperan sebagai kipper sedangkan yang lain sebagai pemain bertahan dan dua robot lainnya sebagai penyerang”, cerita Putri.

“Setelah pelaksanaan lomba di Malang ini, beberapa evaluasi telah kami lakukan untuk perbaikan ke depan dan mohon doa dan dukungannya agar kami terpilih sebagai perwakilan regional untuk melaju ke tingkat nasional,” harapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KemenristekDitjen Belmawa, Prof.Intan Ahmad, P.hD, terus mendorong keikutsertaan perguruan tinggi pada Kontes Robot Indonesia (KRI). “Karena dalam pertandingan ini setiap peserta harus mengeksplorasi kemampuannya dalam perancangan, implementasi, dan strategi serta harus mengembangkan ide-ide nya untuk dapat membuat dan merancang suatu wahana bergerak berbentuk robot dengan berbagai bentuk dan struktur serta kecerdasan, agar dapat memenuhi tema dan aturan main yang telah ditentukan,” ujarnya. “Dengan begitu, mahasiswa dapat berkompetisi secara sportif dalam arena yang telah ditentukan dan disinilah pentingnya pengembangan kemampuan kreativitas, ino­ vasi dan strategi oleh setiap tim peserta,” tuturnya. HRYO P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 37


Berita

INOVASI KULINER BERBASIS KACANGKACANGAN

ARIF / HUMAS

ALUMNI UNY KREASIKAN BATIK TEMA PENDIDIKAN

ARIF / HUMAS

Mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Boga (S1) dan Teknik Boga (D3), Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan Proyek Akhir Boga 2018 “Wonderfood” dengan tagline “Wonderful Nuts for Food Innovation” di Auditorium UNY (04/05/2018). Pagelaran ini mengusung semangat inovasi kuliner berbasis kacang-kacangan untuk mendorong pangan lokal” dalam Pameran Proyek Akhir Boga 2018. Ahqid Tyas Pambudi, ketua panitia, menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi kampus dalam pengembangan kuliner bangsa karena keberagaman kuliner ini mesti dijaga serta dikembangkan agar tidak tergerus zaman. “Selain menyoroti penguatan hubungan anatar sektor pariwisata dengan dunia kuliner, pameran ini juga sebagai gairah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional karena sungguh ironis bila bangsa yang notabene merupakan negara agraris tetapi masih mengimpor bahan pangan dari negara lain,” timpalnya. Pameran ini diikuti sembilan puluh dua mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Boga dan Teknik Boga angkatan 2015 dari pateseri maupun jasa boga. Pagelaran ini juga dilangsungkan dengan sistem penjurian untuk menentukan karya-karya terbaik mahasiswa. Sementara itu, Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada para mahasiswa dengan krasinya sehingga mampu meningkatkan nilai produk makanan berbahan kacang-kacangan. “Kalo di desa kan biasanya kacangkacangan hanya digoreng atau dijadikan peyek namun disini, dengan sentuhan kreativitas, para mahasiswa bisa mengolahnya menjadi cookies, tart, galantine, lasagna dan lain-lain,” ucap Rektor UNY. “Kuliner tentu memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas bangsa di forum internasional. Karenanya, pameran proyek akhir boga ini menjadi upaya dari kampus untuk memberikan bukti serta referensi pengeolahan bahan lokal nusantara menjadi produk makanan global bercita rasa tinggi,” tambah Sutrisna. “Saya berharap inovasi dan temuan hasil riset ini dapat didaftarkan dalam HKI sehingga bisa diperoleh hak komersial dari produk yang dikembangkan,” tutupnya. “Selain itu, mahasiswa juga mesti terus “melek” terhadap pasar sehingga bisa terus berinovasi mengikuti selera masyarakat,” tutupnya.. HRYO 38 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

Alumni Jurusan Pendidikan Kimia UNY 2016, Miftahudin Nur Ihsan kembali memberikan kontribusi melalui usaha yang digelutinya, Smart Batik Indonesia. Kali ini, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018, Smart Batik Indonesia membuat batik bertema pendidikan. Menurut Ihsan, batik bertema pendidikan yang dikenalkan kali ini terdiri dari empat gambar utama. Gambar pertama adalah tokoh pendidikan Indonesia, “Ki Hajar Dewantara”. Gambar Bapak Pendidikan Nasional tersebut dibentuk dari kaligrafi yang ditulis dengan aksara Jawa “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangunkarsa, dan Tut Wuri Handayani”, yang artinya “Di depan menjadi panutan, di tengah menjadi penyeimbang, dan di belakang memberikan dorongan”. Tulisan ini diangkat kembali untuk mengingatkan tugas utama pendidik adalah mendidik, sehingga pendidik harus terus belajar dan meningkatkan profesionalismenya. Walaupun demikian, tiga kalimat ini bukan hanya dapat diterapkan di dunia pendidikan, melainkan juga dapat diterapkan disemua bidang kehidupan. Gambar kedua adalah

gambar buku sebagai salah satu simbol dalam dunia pendidikan. Harapanya agar setiap manusia senantiasa membaca dan belajar di setiap kesempatan. Gambar ketiga adalah tokoh pewayangan asli Indonesia “Semar” yang dipilih karena perwujudan dari sosok yang bijaksana. Hal ini dimaksudkan agar pemakainya dapat menjadi sosok yang bijaksana. Gambar keempat adalah gambar burung gurda (garuda) yang juga berarti Indonesia. Bahwa seluruh elemen di negara Indonesia harus bersatu dan bersinergi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ihsan berharap, Smart Batik Indonesia dapat lebih berkembang dan membe­ rikan manfaat kepada masya­ rakat melalui karya-karya batik. Sebelumnya Smart Batik bersama Direktorat Jenderal Pajak Pusat juga memperkenalkan batik bertema Sadar Pajak. Usa­ ha yang dirintis sejak maha­ siswa ini, memang fokus berkontribusi melalui karya batik. Tidak heran, penghargaan-penghargaan dari tingkat daerah hingga nasional pernah didapat­ kan. Seperti batik-batik sebelumnya, batik ini dipasar­ kan melalui facebook Smart Batik Indonesia dan instagram @smart_batik. WITONO


Berita

PERKEMBANGAN NANO SAINS DAN NANO TEKNOLOGI MEMBUAT NYAMAN DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi seperti nano sains, nano teknologi dsb memberikan banyak keuntungan dalam berbagai aspek kehidupan yang membuat manusia lebih nyaman untuk terlibat dalam revolusi industry 4.0 Walaupun demikian kita harus tetap waspada terhadap masalah yang muncul di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Masalah seperti pertumbuhan populasi yang tinggi, kekurangan sumber pangan dan air, kemiskinan, dll. Demikian disampaikan Wakil Rektor I UNY, Prof. Dr. Margana saat membuka International Conference on Research, Implementation, and Education of Mathematics and Science (5th ICRIEMS) di Eastparc Hotel Yogyakarta. Konferensi diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY DENGAN Tema Revitalizing research and education on mathematics and science for innovations and social development. Konferensi diikuti sekitar 600 peserta dari dosen, peneliti, mahasiswa, guru, dan praktisi. Lebih lanjut dikatakan, salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan mengadakan penelitian dan menyebarkan hasilnya dalam pertemuan akademik salah satunya seperti konferensi ini. UNY melalui FMIPA memiliki keinginan untuk merevitalisasi perkembangan penelitian dan pendidikan matematika dan IPA untuk inovasi dan perkembangan sosial

yang mana juga merupakan tema dari konferensi ini. Keynote speaker Muammer ÇALIK dari Karadeniz Technical University, TURKEY dalam makalahnya yang berjudul Mengintegrasikan Masalah Socioscientific Dalam Pembelajaran Kimia: Sebuah Kasus “Penggaraman” Jalan, menjelaskan karena masyarakat membutuhkan sains, mendorong sains dan masyarakat saling memengaruhi satu sama lain. Berbagai perkembangan ilmiah dan teknologi baru-baru ini telah membawa kehidupan yang lebih baik; kesehatan, akses ke makanan yang aman, pasokan energi dan kehidupansosial atau sarana komunikasi lainnya untuk orang-orang di seluruh dunia.

DOK. HUMAS FMIPA

Namun, perkembangan ini juga telah memunculkan perdebatan tentang risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Artinya, disamping sains memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan, sebagian masyarakat juga merasa prihatin tentang potensi dampak negatif sains terhadap masyarakat.

abad ke-21 (yaitu, pemikiran kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, argumentasi, keterampilan berpikir tingkat tinggi), organisasi pendidikan sains dan kurikulum sains telah memberi perhatian lebih untuk menerapkan masalah sosiosains dalam pembelajaran sains.

Oleh karena itu, lanjut Muammer ÇALIK, keputusan tentang penggunaan ilmu pengetahuan yang tepat di masyarakat merupakansebuah tantangan. Isu-isu sosial yang kontroversial berkaitan dengan penggunaan ilmu pengetahuan -yang disebut dengan masalah sosio sains – pada umunya melibatkan perdebatan di antara para ahli ilmiah, politisi, dan warga dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan sains dan teknologi. Adanya tuntutan keterampilan

Oleh karena itu, banyak penelitian telah menggunakan berbagai isu sosiosains (misalnya, pengobatan alternatif, perubahan iklim /pemanasan global, pembangkit listrik tenaga nuklir, kloning (manusia), organisme hasil rekayasa genetika, terapi gen, keanekaragaman hayati, pembangkit listrik tenaga air, pertanian organik, transportasi organ, saluran transmisi listrik overhead, ponsel, vaksinasi massal, suplemen makanan, pariwisata

di tempat bersejarah dan hujan asam) untuk mengembangkan keterampilanabad 21 ini, yang merupakan komponen penting dari literasisains. “Karena sebagian besar masalah sosiosains terkait langsung dengan biologi, fisika, dan ilmu bumi, beberapa isu sosiosains dan/atau studi sosiosains berdasarkan masalah kimia telah tersedia untuk pembelajaran kimia. Keynote speaker lainnya yaitu Prof. Ferry ButarButar, Ph.D., (Sam Houston State University, USA), Prof. MuammerCalik, Ph.D., (Karadeniz Technical University, Turkey), Prof. Dr. EngKhairurrijal, M.Si., (Bandung Institute Technology, Indonesia), Prof. Dr. Fang-Ying Yang (National Taiwan Normal University, Taiwan). HUMAS UNY P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 39


Berita

DOK. HUMAS FE

SAMBUT ERA DISRUPSI, FE UNY JAJAKI PEMBAHARUAN KURIKULUM Era Disrupsi atau yang kerap disebut juga dengan Revolusi Industri 4.0 menyibukkan setiap orang untuk mengikutinya. Tak terkecuali perguruan tinggi yang juga dituntut untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan pasar. Fakultas Ekonomi (FE) UNY menyambut perubahan ini dengan mengadakan workshop kurikulum, Jumat (27/4) lalu. Bertindak selaku pemateri adalah Direktorat Pembinaan SMK M. Bakrun serta Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad) Mohamad Fahmi. Dibuka oleh Dekan FE UNY, workshop ini diikuti oleh seluruh ketua jurusan dan ketua program studi di FE UNY. 40 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

Dalam sambutannya, Dekan FE UNY Sugiharsono menyatakan bahwa pembaharuan kurikulum mutlak diperlukan. “Menristekdikti memberi kesempatan pada LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan-red) untuk menyelenggarakan double degree. Rapat APE (Asosiasi Pendidikan Ekonomi) LPTK di Jogja beberapa waktu lalu juga sudah sepakat untuk merencanakan pertemuan terkait revisi kurikulum, dalam hal ini prodi pendidikan,” terang Sugiharsono. Sugiharsono melanjutkan, workshop ini juga dilatarbelakangi adanya kemajuan teknologi yang mengubah banyak hal. “Pemerintah mulai menekankan pentingnya ekonomi

digital. Untuk itu, kita bisa mengembangkan bahkan membuka prodi baru seputar ekonomi digital,” tambahnya. Fahmi mengungkapkan bahwa Unpad menjadi yang pertama di Indonesia membuka prodi Bisnis Digital. “Hal ini untuk merespon amanat presiden yang menginginkan perguruan tinggi membuka program studi yang tidak konservatif sebagai respon atas tantangan revolusi industri 4.0.,” ucapnya. Fahmi menambahkan, saat ini segala hal sudah memakai internet. “Bahkan kita sudah bisa mengukur seberapa banyak langkah yang sudah kita tempuh dalam sehari, atau berapa denyut nadi kita secara langsung. Teknologi banyak mempermudah kehidupan, seperti sistem cloud yang tidak lagi membuat kita khawatir akan kehilangan data,” terangnya. “Dengan teknologi saat ini, perusahaan cukup dijalankan hanya oleh tiga orang saja, yaitu seorang hacker (ahli teknologi informasi), seorang hustler; lulusan ekonomi, dan seorang hipster; ahli desain dan seni,” lanjut Fahmi.

Bakrun menyoroti kebutuhan industri akan lulusan SMK yang makin meningkat. Sesuai dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 15 dijelaskan sebagai berikut, “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu.” Tugas UNY untuk kemudian menyiapkan guru-guru yang nantinya mela­hirkan lulusan SMK yang siap menghadapi era industri 4.0. “Untuk pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia, kurikulum memang harus selaras dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI) dan mengacu pada SKKNI dan KKNI serta perkembangan revo­lusi industri 4.0.,” urai Bakrun. “Rencananya, Bidang Bisnis Manajemen di SMK akan makin dikembangkan ke arah otoma­tisasi dan tata kelola perkantoran, serta bisnis daring dan pemasaran. Perlu penataan ulang bidang, program, spektrum, dan sistem pembelajaran untuk peningkatan mutu dan relevansi sesuai kebutuhan pembangunan,” jelas Bakrun. FADHLI


Berita

SENI RUPA TINGKATKAN PSIKOMOTORIK ANAK

DOK. FBS UNY

Seni adalah keajaiban yang tersimpan dalam sebuah karya. Seni mengandung berbagai makna, emosi, juga cerita. Tanpa seni hidup akan terasa gersang. Seni juga penting bagi anak karena aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak dapat dikembangkan. Selain itu dengan karya seni anak akan selalu berkembang dan dituntut kreatif. Inilah yang melatarbelakangi mahasiswa UNY mengadakan pameran seni rupa. Demikian dikatakan Acan Bhintara Aldistya, ketua panitia pameran seni rupa, ketrampilan dan estetika rupa dua dimensi di Kampus UPP 2 UNY Jl. Bantul Yogyakarta, Senin (14/5). Menurut mahasiswa PGSD UNY tersebut, pameran yang berlangsung selama tiga hari tersebut bertujuan untuk menunjukkan berbagai karya seni rupa yang diharapkan dapat memberi inspirasi bentuk karya seni dengan berbagai metode, teknik dan bahan. “Pameran juga untuk memenuhi tugas mata kuliah seni rupa” kata Acan “Agar kami sebagai calon pendidik bertambah wawasannya pada bidang seni rupa”. Pameran dibuka oleh Suwarna, dosen pengampu mata kuliah. Dalam sambutannya Suwarna mengatakan bahwa pameran ini selain dilaksanakan dalam rangka Dies UNY ke-54 juga untuk meningkatkan apresiasi seni mahasiswa PGSD melalui education for art. “Saya berharap agar mahasiswa dapat mengamalkan ilmunya melalui kegiatan ini” kata Suwarna. Menurutnya dalam penilaian seni rupa yang utama adalah kreatifitas. Dosen FIP UNY tersebut mengungkapkan, karya seni yang dikerjakan secara kelompok dapat menunjang aspek afektif anak karena anak akan belajar bekerjasama dengan temannya serta mengelola sikap sosialnya untuk menghasilkan karya seni yang bagus. Dijelaskan pula bahwa seni rupa dapat melatih sikap psikomotorik anak dalam membuat karya, sebab butuh ketelitian tangan yang menuntut psikomotorik halus. Sedangkan psikomotorik kasar digunakan saat anak harus mencari bahan-bahan untuk membuat karya seni. Pameran ini diselenggarakan oleh gabungan mahasiswa PGSD dan PGPAUD FIP UNY. Menampilkan 152 karya dengan berbagai metode seperti finger print, pastel, arsir, tarik benang, folder print, anyam, kokoru dan wayang perca. Dalam kesempatan ini mahasiswa PGSD juga menampilkan pementasan wayang perca berjudul ‘Penggembala Yang Suka Berbohong’ dengan pemain Novi Dwi Astuti, Putri Rusdiana Shaliha dan Vivi Yuniati dengan narator Dinar Anggraini. Selain dosen dan mahasiswa, pameran juga dikunjungi oleh siswa PAUD di sekitar kampus. DEDY

UNY MELITERASI GUNUNGKIDUL Yogyakarta - Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta (HIMAKOM UNY) berhasil melaksanakan pembukaan Pengabdian Masyarakat bertemakan Literasi Media pada Selasa (24/4) di Alun-Alun Kabupaten Gunungkidul. Acara pembukaan tersebut dihadiri oleh 110 Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Dyna Herlina Suwarto, M. Sc, delay perwakilan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, & Olahraga Bahron Rasyid, S.Pd., M.M. dan Ir. Drajad Ruswandono, M.T., selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul yang mewakili Bupati Gunungkidul. Acara diawali dengan sambutan dari Dyna Herlina Suwarto M.Sc., dan dilanjutkan dengan sambutan dari Sekretaris Daerah. Diakhir serangkaian sambutan, acara dibuka secara simbolis dengan pemotongan pita oleh Bapak Drajad Ruswandono yang menandakan kegiatan pengabdian masyarakat sudah resmi dimulai. Hal ini menandakan bahwa Mahasiwa Ilmu Komunikasi UNY siap sedia untuk berbagi ilmu kepada masyarakat dalam kurun waktu satu minggu mendatang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan sebuah program kerja yang dilaksanakan secara rutin oleh HIMAKOM UNY disetiap tahunnya. Hal ini tak lain merupakan realisasi mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menerapkan tri dharma peguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbagi ilmu kepada masyarakat untuk menigkatkan kecerdasan bangsa. Pada pengabdian masyarakat kali ini, mahasiswa

Ilmu Komunikasi UNY akan menyebar ke berbagai sudut di Kabupaten Gunungkidul dan memasuki beberapa sekolah untuk merealisasikan program yang mereka usung. Tahun ini, program pengabdian masyarakat literasi media mengusung judul “Bijak Bermedia, Untuk Indonesia”. Dengan semangat literasi, program pengabdian masyarakat tahun ini direncanakan lebih progresif dan meluas dari tahun lalu agar dampak yang diberikan dapat lebih menyeluruh kepada masyarakat Gunungkidul khususnya pelajar. Program pengabdian masyarakat ini dilatar belakangi oleh keresahan mahasiswa Ilmu Komunikasi UNY terhadap banyaknya disinformasi dan ujaran kebencian yang beredar di era keterbukaan informasi. Tak hanya itu, gerakan literasi media ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat betapa pentingnya pengetahuan bermedia. Dari jumlah mahasiwa yang ada, mereka akan dibagi dalam 15 kelompok dengan mengusung satu tema dari 7 topik besar literasi media. Topik tersebut diantaranya adalah media cetak, media penyiaran, media digital, berita informasi dan hiburan, gender & multikultural, politik & kewarganegaraan, dan pornografi & kekerasan. Literasi media yang dilakukan mereka berbentuk sebuah workshop untuk meningkatkan kemampuan mengakses, menganalisa, mengevaluasi, dan memproduksi media bagi masyarakat yang menjadi sasaran literasi. Tim literasi media ini akan disebar ke 1 instansi pendidikan dasar, 8 instansi pendidikan menengah, 1 instansi pendidikan tinggi, dan 1 panti asuhan yang tersebar di Gunungkidul. HARRY P P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 41


Berita

GA LER I D I E S N A TA L I S Kronik rangkaian kegiatan Dies Natalis UNY ke 54 dengan mengusung tema "Inovasi Berkelanjutan untuk Pendidikan". Pusparagam acara unggulan seperti Fesival Dalang Cilik, Ketoprak 'Rembulan Kekalang', senam bersama, kegiatan Baksos di Gunung Kidul, dan Seminar Nasional dalam rangka Hari Kartini.

42 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8


Berita

P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 43


Dr.(HC) H. Darsono PENDIDIKAN MURAH BAGI BANGSA 44 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

ARIF / HUMAS UNY


S O S O K P E N D I R I U N I V E R S I TAS

Kala merintis Yayasan Sasmita Jaya hingga kini mendirikan SMK dan Universitas Pamulang, Darsono tak hanya membangun kehidupan yang lebik baik bagi dirinya sendiri. Ia juga menghadirkan jembatan emas bagi bangsa, di tengah kepercayaannya atas akses pendidikan terjangkau guna perbaikan hidup masyarakat luas.

T

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH

erlahir di keluarga tidak mampu dan sempat menjadi buruh di tempat pembuatan batu bata merah di kampung halamannya, Kampung Nglaren, Banguntapan, Bantul, Darsono ditempa dengan sebuah dendam membara di dalam jiwanya. Malam demi malam semasa remaja, diungkapkan Darsono kerap dihabiskan untuk berpikir kenapa dirinya harus kesulitan sekolah karena terlahir miskin sehingga harus sulit membayar biaya sekolah. Uang hasilnya membanting tulang saja, kerap tak cukup untuk membayar SPP SD nya. Namun, dalam segenap dendamnya, Darsono bukan menyalahkan kemiskinan yang ia rasakan. Tidak pula menujukan sumpah serapah yang tanpa sengaja terucap dari bibirnya, kepada orang tua Darsono yang tak memahami ambisinya untuk bersekolah. Bahkan sempat mengusirnya dari rumah karena ngotot. Tapi yang ia sesalkan adalah kekerasan struktural yang begitu menggurita di

Indonesia sehingga seakan hanya mengizinkan mereka yang dilahirkan berkecukupan saja yang berhak bersekolah.

UNIVERSITAS PAMULANG, PENYEDIA AKSES PENDIDIKAN TERJANGKAU

"Itulah dendam saya, dendam terhadap kemiskinan dan kesulitan biaya sekolah. Saya bertekad harus sukses agar bisa membantu orang lain, dan membuat orang lain sukses. Terutama agar meraih pendidikan tinggi, yang sudah seharusnya bisa diakses orang kurang mampu juga," ungkap Darsono mantap sembari menekankan bahwa pendirian dan pengelolaan Yayasan Sasmita Jaya termasuk Universitas Pamulang, adalah upayanya melakukan balas dendam atas kekesalannya tersebut. Sebuah balas dendam yang diyakininya menghadirkan

Itulah dendam saya, dendam terhadap kemiskinan dan kesulitan biaya sekolah. Saya bertekad harus sukses agar bisa membantu orang lain.

jembatan emas bagi bangsa, karena pendidikan tinggi tak hanya memberi peluang banyak orang untuk meningkatkan derajat hidup. Tapi juga menghadirkan kontribusi keilmuan untuk pembangunan negeri. Balas Dendam Menjadi Guru Sekolah Dendam Darsono bermula atas keinginannya untuk mengenyam pendidikan di IKIP Yogyakarta, tidak didukung orangtuanya yang berprofesi sebagai petani kecil. Di satu sisi, Darsono memaklumi pola pikir orang tuanya yang menganggap sekolah tidak begitu penting. Karena lapangan pekerjaan mulai dari kuli maupun buruh tani, hingga pekerjaan yang relatif baik dengan mudah bisa didapatkan tanpa memerlukan gelar sarjana. Selain itu, biaya sekolah yang tak murah juga dalam benak orang tuanya akan lebih baik dimanfaatkan untuk makan. Terlebih di tengah segala keterbatasan yang menghimpit hidup keluarga Darsono, dan sudah dikantonginya gelar SMP hasil makan asam garam di SMPN 9 Yogyakarta hingga tahun 1972. Pada zaman tersebut, lulusan SMP P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 8 45


sudah bisa mendaftar sebagai PNS golongan rendah. Setidaknya memiliki penghasilan yang relatif baik, sehingga bisa hidup layak dan dihormati warga kampung.

S O S O K P E N D I R I U N I V E R S I TAS

Namun, Darsono tetap tak mau mengikuti kehendak orang tuanya. Ia tetap keras kepala dan menyanggah pandangan yang diberikan ayahnya. Sehingga pada akhirnya, Darsono yang tinggal bersama delapan saudaranya yang lain itu membulatkan tekat. Ia harus hidup mandiri, jika ingin menentukan nasibnya sendiri. Tak elok rasanya meminta uang orang tua yang serba tak berkecukupan, tapi tak mengikuti nasihatnya. �Kalau orangtua tidak diikuti, kan, sering marah. Tapi saya memahami, karena budayanya, dan pola pikir orangtua waktu itu hanya sampai di situ. Tetapi saya nekat sekolah sehingga orangtua bilang saya harus pergi dari rumah,� katanya. Untuk itulah, Darsono yang kemudian menjadi siswa SMA 2 Bopkri Yogyakarta, membulatkan tekad untuk minggat dari rumah. Ia kemudian meninggali rumah kosong salah satu tetangganya. Kebetulan, di kampungnya ada banyak rumah kosong karena sebagian warga turut serta dalam program transmigrasi ke luar pulau. Atas izin dari sang tetangga lewat surat menyurat dan sambungan telepon umum yang ia lakukan, Darsono akhirnya secara resmi tetap tinggal di kampung tersebut. Namun tak satu atap dengan orang tua maupun saudarasaudaranya. Walaupun demikian, hubungan Darsono dengan saudara dan keluarganya tetap berlangsung baik walau tak serumah. Guna membiayai makan maupun biaya kuliahnya, membuat batu bata merah kemudian ia lakukan. Tanah gembur yang diambil dari pekarangan rumah sang tetangga, kemudian dibakar dan dipadatkan. Dengan bara api dalam sekam yang sama panasnya, dengan dendam yang membara dalam dirinya ketika mendapati biaya kuliah yang relatif tak bersahabat bagi kantongnya. "Jadi saya kuliah itu kan harus bersusah-susah dulu. Saya tidak dendam dengan IKIP Yogyakarta tentunya. Apalagi dengan orangtua. Saya dendam dengan sistem secara keseluruhan. Kenapa kuliah harus mahal sehingga orang yang sudah susah seperti saya, 46 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

harus susah cari ilmu," kenang Darsono. Setamatnya menyabet gelar Drs. dari Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Yogyakarta, Darsono kemudian merantau ke Jakarta. Di ibukota ia ditampung oleh seorang pedagang daun pisang di Pasar Mampang. Ia bisa tinggal gratis di rumah orang itu dengan tugas mengajar anak-anaknya agar bisa sekolah. Sambil mengajar, ia berkeliling Jakarta mencari kerja serabutan, berdagang elektronik bekas, dan lainlain. Ia kemudian melamar ke Pusat Penataran Guru (PPG). Nasib mujur kemudian menghampirinya. Ia resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1983, dan selama setahun ditempatkan sebagai staf di PPG. Barulah setahun kemudian, ia dimutasi sebagai guru di SMEA 9 Pondok Pinang. Sebuah

tempat yang menjadi sarana sekaligus pijakan awalnya dalam melakukan balas dendam, karena ingin mewujudkan pendidikan yang murah dan tersedia bagi semua orang. "Menjadi guru bagi saya adalah cara balas dendam itu. Saya selama ini merasa kesulitan mencari ilmu, maka ketika saya menjadi penyedia ilmu, saya harus balas dendam dan merombak segala kerumitan itu menjadi kemudahan. Orang harus mudah mencari ilmu karena adanya saya," ungkap Darsono yang kemudian hari menjadi Kepala Sekolah SMEA Makarya Jakarta, dan menjalankan amanah program yayasan Makarya untuk menakhodai pendidikan inklusif bagi masyarakat kurang mampu hingga tahun 1996. UNPAM: Universitas Paling Murah Balas dendam yang dilangsungkan Darsono, ternyata dipandangnya belum cukup. Ditularkan kepada Dayat Hidayat, salah seorang kolega Darsono, keduanya kemudian berkolaborasi dan


Oleh karena itu, pada tahun 2004 Yayasan Sasmita Jaya yang dipimpin Darsono mengakuisisi Unpam. Saat itulah Darsono membuat gebrakan dengan membuka akses kuliah murah untuk masyarakat marjinal yang berekonomi lemah.

S O S O K P E N D I R I U N I V E R S I TAS

Gebrakan tersebut diejawantahkan Darsono lewat tiga strategi: Semua mahasiswa Unpam dibebaskan dari uang gedung dan biaya SKS. Biaya kuliah dipatok Rp 100.000 per bulan. Strategi ketiga menghadirkan waktu kuliah yang fleksibel dan memungkinkan mahasiswa bisa memilih kuliah pagi atau malam. Strategi ini ternyata berhasil menggaet lebih banyak mahasiswa. “Mahasiswa yang datang pada semester awal itu berasal dari kelompok masyarakat marjinal. Oleh karenanya masih perlu dibantu secara finansial agar bisa kuliah di Unpam sampai selesai. Dan pada saat itu, SPPnya mulai dari Rp100 ribu per bulan. Sekarang naik sedikit, Rp200 ribu setiap bulan, " ujar Dayat yang kini menjabat sebagai Rektor Unpam.

DOK. NARASWARI

membidani Universitas Pamulang pada tahun 2000. Gerakan tersebut bermula daari kegelisahan lantaran banyak anak putus sekolah usai menamatkan jenjang SMA karena mahalnya biaya kuliah. Sehingga komitmennya menghadirkan kemudahan lewat SMEA Makarya seakan belum cukup untuk menghadirkan peningkatan kualitas pendidikan kaum marginal. "Untuk mengabdi pada yayasan swasta dan merintis Universitas Pamulang ini, saya resmi pensiun dini di usia 46. Pada tahun 2001," kenang Darsono Pada tahun 2001 Unpam didirikan di bawah naungan Yayasan Primajaya. Walaupun, lahan dan semua aset yang dipakai Unpam sendiri merupakan "pinjaman" dari Yayasan Sasmita Jaya pimpinan Darsono. Darsono kala itu memilih fokus mengembangkan SMEA Sasmita Jaya yang telah ia rintis sejak tahun 1989, yang dikemudian hari

menjadi SMK 1 Sasmita Jaya dan SMK 2 Sasmita Jaya. Yayasan Primajaya diberi amanah bagi Darsono untuk menjadi mandiri dan berkualitas dalam tenggat waktu tujuh tahun. Sayangnya, tidak banyak orang yang tertarik menjadi mahasiswa di kampus ini, lantaran biaya kuliah di kampus ini yang mahal. Kampus ini pada tahun keempat hanya memiliki 150 mahasiswa dari 10 prodi. Selain dianggap gagal oleh Darsono, pengelolaannya juga dipandang mencederai semangat inklusifitas yang ia gadang-gadang.

DAYAT HIDAYAT, Rektor Unpam, didampingi Darsono sebagai Kepala Yayasan Sasmita Jaya, menandatangani MoU kerjasama dengan UNY.

Tahun 2004 saat mengakuisisi Unpam, Darsono membuat gebrakan dengan membuka akses kuliah murah untuk masyarakat marjinal yang berekonomi lemah.

Secara matematis, Darsono mengaku sempat mengalami defisit di awal pengelolaan Unpam. Setiap rombongan belajar hanya diikuti oleh 1-2 mahasiswa, sehingga maksimal hanya mendapat pemasukan maksimal Rp 200.000 per bulan. Padahal kebutuhan pembiayaan pendidikan sebesar Rp 4 juta per bulan untuk setiap rombongan belajar. Untuk menutupi defisit ini, Darsono menggunakan laba badan usaha yang juga dikelola oleh yayasan yang dipimpinnya. Sedikitnya jumlah mahasiswa tersebut, karena sulitnya Unpam meyakinkan masyarakat atas kualitas pendidikan yang disajikan. Sebagai universitas murah, ia justru mendapat julukan sebagai "Universitas Paling Murah" dan diremehkan. Padahal harga murah yang dihadirkan universitas tersebut, adalah impian yang selama ini dimiliki Darsono alihalih wujud kurang baiknya kualitas kampus. "Di awal Unpam berdiri saja, ada satu prodi yang hanya diisi satu mahasiswa. Kala itu, meyakinkan masyarakat sangatlah sulit. Bahkan, selama tiga tahun, saya berkeliling ke berbagai elemen masyarakat dan institusi untuk meyakinkan mereka," ujar Darsono. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 47


Selain susahnya meyakinkan masyarakat, Dayat menyebut, birokrasi terkadang juga menghambat tersedianya pendidikan murah. Menurut Dayat, tidak ada pola pikir untuk mempermudah orang dalam memberikan pendidikan murah

S O S O K P E N D I R I U N I V E R S I TAS

Ada saja persyaratan birokratis dan administratif yang dianggapnya menghambat pengembangan kampus murah. Walaupun secara kualitas mumpuni, proses akreditasi misalnya kerap memakan waktu dan proses yang begitu panjang dan melelahkan. Walaupun demikian, Unpam tetap berjuang. Melalui cerita dari mulut ke mulut, Dayat berhasil membangun dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap Unpam. Salah satu yang ditekankan Darsono adalah proses bahwa strategi menekan biaya pendidikan di Unpam tidak dilakukan dengan mengurangi kualitas. Tapi dengan mengurangi kualitas yang dianggap Darsono bermewahmewah layaknya biasa tersedia di kampus-kampus lain, serta melakukan diversifikasi usaha dibawah pengelolaan yayasan. Saat ini, Yayasan Sasmita Jaya memiliki unit usaha di bidang properti, kesehatan, peternakan, perkebunan, pertanian, penyewaan lahan parkir dan lokasi usaha dagang, hingga perbengkelan dan panti jompo. Mahasiswa maupun siswa SMK Sasmita Jaya yang berbakat maupun terhimpit secara ekonomi, dipekerjakan sehingga menghasilkan nilai tambah yang dapat menyokong operasional universitas. "Unpam mungkin dianggap sederhana bila dibandingkan dengan kampus-kampus yang serba mewah, dan boleh saja terus disebut Universitas Paling Murah. Tapi kemudian saya pertanyakan kembali, apa bedanya ruangan yang hanya beralas ubin dengan lantai yang dilapisi permadani? Kan tidak ada manfaatnya juga. Jadi dana dihimpun sedikit saja supaya tidak membebani mahasiswa," paparnya. Dari situ, usaha Darsono tak siasia dan Unpam terus berkembang. Saat ini Unpam sudah tumbuh menjadi PTS terbesar di Jabar Banten. Bahkan, kampus ini sudah menyiapkan lahan 160 hektar di Serang untuk membangun kampus baru yang memiliki data tampung 200.000 mahasiswa. Setiap tahunnya, Unpam juga menerima 48 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

DARSONO PENDIRI YAYASAN SASMITA JAYA DAN REKTOR UNIVERSITAS PAMULANG

belasan ribu mahasiswa dari puluhan ribu pendaftar yang berasal dari Medan hingga Papua. 1.100 dosen yang mengajar di kampus tersebut juga senantiasa ditingkatkan kapasitasnya, dengan keberadaan 18 dosen yang kini juga sedang menempuh studi doktoral dengan biaya ditanggung yayasan.

Menurut Rektor UNY Sutrisna Wibawa, penganugerahan gelar kehormatan tersebut dilandasi gagasan besar dan sepak terjang yang luar biasa sehingga apa yang dilakukan Darsono dalam mengelola Unpam mampu menggerakkan potensi masyarakat marginal menjadi berbagai amalan dan karya aktual yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Atas prestasinya tersebut, penghargaan sebagai Inspirator Pendidikan Bangsa dari Pustekkom Kemdikbud pada 2017 kemudian disabetnya.

Pendidikan Ekonomi Koperasi yang dulu ditekuni Darsono semasa di bangku IKIP Yogyakarta, benar-benar ditelurkan dalam tataran praktis lewat pelaksanaan ekonomi yang berbasis kekeluargaan, kerakyatan, serta menyajikan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Universitas Negeri Yogyakarta, juga mengapresiasi kiprah tak kenal lelah Darsono dengan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa bidang manajemen perguruan tinggi.

Universitas Negeri Yogyakarta, juga mengapresiasi kiprah tak kenal lelah Darsono dengan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa bidang manajemen perguruan tinggi.

"Gagasan utama Darsono adalah bagaimana mengelola perguruan tinggi agar anggota masyarakat marginal bisa menikmati perguruan tinggi. Semangat ketaqwaan, kemandirian, dan kecendekiaan, benar-benar mengalir dalam pengabdian yang menyediakan pendidikan murah bagi bangsa tersebut," ujar Sutrisna dalam Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa di Auditorium UNY, Rabu (28/03/2018).


» Opini

Urgensi Public Speaking di Era Globalisasi Oleh DR. DAS SALIRAWATI, M.SI Dosen Kimia FMIPA UNY, Komika

E

ra globalisasi sudah di depan mata, bahkan tanpa terasa kita sudah ada di dalamnya. Era yang ditandai dengan kemajauan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melejit cepat tanpa batas ruang dan waktu ini tentu membawa dampak pada semua bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidik yang berada di era kekinian sangat dituntut untuk dapat kreatif dan inovatif dalam mengajar, termasuk mampu menerapkan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal yang paling mencolok yang terlihat di setiap sudut kelas saat ini adalah tidak adanya lagi papan tulis hitam (black board) dan kapur karena telah tergantikan papan tulis putih (white board) dan spidol. Selain itu tak dijumpai pula OHP (Over Head Projector) yang dulu terpajang di meja depan kelas dan menjadi andalan dalam membantu proses pembelajaran melalui transparansi yang disorotkan ke papan tulis atau tembok. Era globa-lisasi telah menghadirkan komputer atau laptop yang tersambungkan pada LCD (Liquid Crystal Display). LCD adalah suatu jenis monitor yang menggunakan bahan cairan kristal dalam membentuk penampang display di monitor. Cairan kristal ini dapat memancarkan warna ketika dikenai suatu energi tertentu akibat adanya proses eksitasi elektron. Oleh karena itu, dalam mengoperasikannya pasti membutuhkan sumber energi atau listrik. Keberadaan LCD saat ini sudah merajai dalam proses pembelajaran, seminar maupun kegiatan ilmiah sejenis. Melalui LCD, pendidik/pembicara menyampaikan ilmunya berdasarkan tulisan atau powerpoint yang dibuat di komputer/laptopnya yang kemudi-

an ditampilkan dengan bantuan LCD. Pertanyaannya: apakah dengan komputer/ laptop dan LCD tersebut kemudian si penyampai ilmu/informasi (pendidik/pembicara) tidak berbicara? Tentu saja tetap berbicara untuk memperjelas yang dituliskan dalam powerpoint. Nah …jika seandainya dalam proses pembelajaran atau seminar tiba-tiba listrik mati, apakah pembelajaran atau seminar langsung dihentikan? Tentu saja harus tetap berlangsung. Caranya? Ya “kembali ke selera asal”, pendidik maupun pembicara akan menjelaskan dengan “instrumen klasik”nya, yaitu “mulut”, melalui metode tradisional (banyak orang mengatakan demikian), yaitu ceramah. Berdasarkan gambaran situasi tersebut, maka dapat dipahami bahwa secanggih apapun teknologi dikembangkan, instrumen klasik alias mulut tetaplah merupakan instrumen terpenting di dunia pendidikan. Kita boleh bicara kecanggihan teknologi yang digunakan sebagai media pembelajaran, tetapi media tersebut tidak dapat secara otoma-

tis dapat menjelaskan secara mendalam dan berinteraksi aktif dengan peserta didik (audiens). Pendidik dapat menampilkan metode demonstrasi atau menampilkan macromedia flash dalam proses pembelajaran, tetapi selalu dan pasti disertai penjelasan dengan berbicara langsung menggunakan instrumen klasik (mulut). Oleh karena itu, kita tak dapat meremehkan yang namanya komunikasi lisan sebagai komponen penting dalam pendidikan, khususnya pembelajaran. Seringkali kita memberi bekal pengembangan media yang canggih, tetapi lupa menyelipkan kecakapan berbicara atau yang dikenal dengan kemampuan public speaking pada peserta didik, khususnya mahasiswa calon pendidik. Padahal ketika nantinya mereka bekerja sebagai pendidik, belum tentu semua mendapatkan sekolah dengan fasilitas modern yang lengkap. Hal ini harus dipikirkan oleh kita sebagai pendidik mahasiswa calon pendidik untuk membekali mereka dengan kemampuan public speaking yang baik. Dengan demikian, ketika mereka terbenturkan dengan kondisi sekolah yang serba minim, tak ada komputer apalagi LCD, mereka masih tetap dapat mengajar dengan baik, karena sudah dibekali ilmu bagaimana menjelaskan yang baik, menarik, dan sekaligus menyenangkan. Pentingnya Pendidik Memiliki Kemampuan Public Speaking Ditinjau dari perannya, pendidik yang mengajar di kelas dapat diibaratkan seperti aktor yang sedang memerankan suatu adegan. Bila aktor harus hafal skenario dan menghayati peran yang dibebankan padanya, demikian pula pendidik harus menguasai materi yang tertuang dalam RPP dan menyampaikan dengan baik di dalam kelas. Peserta didik dapat diibaratkan sebagai penonton yang akan bersorak, bertepuk tangan, dan tertegun bila sang pendidik dapat berhasil memerankan dengan baik dalam proses pembelajarannya, tetapi sebaliknya akan berseru “huu” dan malas memperhatikan bila pendidik gagal dalam berperan. Di sinilah letak mengapa seorang pendidik harus dapat menarik perhatian peserta didik, sebab dialah aktor di kelas. Meskipun dalam kurikulum menganjurkan anak didik yang harus aktif dan dominan, tetapi tidak lantas peran pendidik menjadi tidak penting, melainkan harus tetap menarik jika

Kita tak dapat meremehkan yang namanya komunikasi lisan sebagai komponen penting dalam pendidikan, khususnya pembelajaran. Seringkali kita memberi bekal pengembangan media yang canggih, tetapi lupa menyelipkan kemampuan public speaking pada peserta didik. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 49


Âť Opini menginginkan berhasil mengajarnya. Berbicara di depan publik (audiens) adalah kegiatan yang selalu menyertai sese-orang yang bekerja di bidang yang berkaitan dengan pendidikan, seperti guru, instruktur, widyaiswara, penceramah, atau guide dari suatu objek wisata. Oleh karena itu, penting bagi pemilik profesi tersebut untuk memiliki kompetensi berbicara di depan publik, agar dapat mendukung kelancaraan tugasnya. Berbicara dengan satu dua orang hal yang mudah, tetapi berbicara di depan puluhan orang perlu kiat-kiat khusus untuk melakukannya. Survei yang dilakukan dalam skala internasional tentang rahasia 457 pemimpin dunia yang sukses (2015) ada 20 kualitas yang dimiliki mereka, yaitu secara berurutan: 1. Kemampuan komunikasi; 2.Kejujuran/integritas; 3. Kemampuan bekerja sama; 4. Kemampuan interpersonal; 5. Memiliki etos kerja yang baik; 6. Memiliki motivasi/inisiatif; 7. Kemampuan beradaptasi; 8. Berpikir analitik; 9. Kemampuan komputer; 10. Kemampuan berorganisasi. Hasil survei tersebut jelas menunjukkan betapa pentingnya kemampuan berkomunikasi harus dimiliki seseorang yang memimpin banyak orang. Hal ini berlaku juga untuk seorang pendidik yang salah satu perannya memimpin dan mengarahkan anak didiknya agar dapat menguasai materi dengan baik. Dengan tidak bermaksud merendahkan pendidik yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, ternyata IPK berada pada urutan ke-17. Hal ini dapat dimaknai, seorang pendidik yang kecerdasan intelektualnya tinggi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilannya dalam mengajar, karena hal yang lebih penting adalah bagaimana mengomunikasikan dan menyampaikan apa yang ada dalam otaknya kepada anak didik. Hal ini karena, seorang pendidik bukan “pintar untuk dirinya sendiriâ€?, tetapi “membuat anak didik pintar seperti dirinya.â€? Public Speaking Sebagai Mata Kuliah Umum Ketika kita berbicara di depan banyak orang, maka setiap kata dan kalimat harus tersusun secara baik dengan alur berpikir yang benar dan sistematis. Pikiran yang jernih, mood yang baik, dan kepiawaian merangkai kalimat merupakan modal utama seorang pendidik dapat berbicara lancar dan berhasil di depan peserta didik. Selain itu juga

diperlukan kecerdasan berpikir dan kecekatan menalar agar dapat memberikan argumen-argumen jitu dan meyakinkan peserta didik. Dengan demikian ketika mengajar tidak terbata-bata dalam berbicara, apalagi sampai berhenti lama di tengah-tengah proses pembelajaran berlangsung, akan berakibat menghilangkan kepercayaan peserta didik pada pendidik tersebut. Pada kenyataannya, sebagian besar pendidik belum/kurang dibekali ilmu tentang bagaimana berbicara yang baik dan menarik. Seni berbicara menekankan pada kemampuan berpidato yang bertujuan utama agar khalayak dapat tertarik perhatiannya dan terbujuk. Oleh karena itu jika kita ingin menjadi pendidik yang handal dan sukses plus disukai peserta didik, maka harus mengua-

sai cara berkomunikasi yang baik agar peserta didik tertarik dan terbujuk untuk mengikuti pembelajaran kita. Untuk menjadi pendidik yang pandai berbicara sekaligus menarik perhatian untuk didengarkan peserta didik, maka syarat utama yang harus dimiliki adalah menciptakan citra diri yang positif pada dirinya. Ada enam karakteristik citra diri positif yang harus dikem-bangkan oleh pendidik, yaitu: (1) memiliki rasa percaya diri yang kuat, sehingga ketika di hadapan peserta didik dapat tampil prima dan baik, (2) berorientasi pada ambisi dan sasaran yang dapat ‘menghipnotis� anak didik agar terbawa dengan alur pikir dan idenya, sehingga mereka bersemangat untuk mendengarkan dan menyimak, (3) terorganisir dengan baik dan efisien, mulai

Pada kenyataannya, sebagian besar pendidik belum atau kurang dibekali ilmu tentang bagaimana berbicara yang baik dan menarik. Seni berbicara menekankan pada kemampuan berpidato, yang bertujuan utama agar khalayak dapat tertarik perhatiannya dan terbujuk. Karenanya, jika kita ingin menjadi pendidik yang disukai peserta didik, maka harus menguasai cara berkomunikasi yang baik. 50 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8


HUFFINGTONPOST.COM

dari perencanaan sampai pada proses pembelajaran dan evaluasi, sehingga dengan persiapan yang matang, hati dan pikiran pendidik tenang dan itu akan membawa ketenangan pula dalam berbicara, (4) bersikap “mampu”, sehingga lancar dalam berbicara menyampaikan materi, karena merasa mampu mengatasi segalanya dalam suatu momen retorika, (5) memiliki kepribadian yang menyenangkan, sehingga peserta didik merasa nyaman dan damai di kelas, dan (6) mampu mengendalikan diri, karena pendidik wajib untuk mendengarkan dan menanggapi secara baik apapun pertanyaan atau masalah anak didik. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berbicara di depan anak didik bukan hal yang mudah dimiliki seorang pendidik, termasuk mahasiswa

calon pendidik. Oleh karena itu sudah saatnya kita berpikir untuk memasukkan satu mata kuliah umum yang berkaitan dengan kemampuan public speaking. Di beberapa negara maju, seperti Amerika, Inggris, Jerman, Australia, Jepang, Singapura, beberapa universitas ternama yang berbasis LPTK sudah memasukkan mata kuliah ini di semester awal dalam rancangan kurikulumnya. Hal ini sangat relevan, sebab tugas utama seorang pendidik adalah menyampaikan ilmu melalui komunikasi lisan. Kita tidak dapat bergantung 100% pada kecanggihan teknologi yang selalu ada kaitannya dengan sumber energi (listrik), karena instrumen termahal kita adalah yang diberikan Tuhan dan tak lekang oleh waktu, yaitu “mulut”. Tak ada satupun teknologi

Kita tidak dapat bergantung 100% pada kecanggihan teknologi yang selalu ada kaitannya dengan sumber energi (listrik), karena instrumen termahal kita adalah yang diberikan Tuhan dan tak lekang oleh waktu, yaitu “mulut”. Tak ada satupun teknologi yang mampu menggantikan atau menggeser instrumen klasik ini.

yang mampu menggantikan atau menggeser instrumen klasik ini. Pendidik dapat berbicara lantang di depan kelas tanpa membutuhkan mike atau speaker yang butuh listrik pula. Menjadi penyampai ilmu (transfer knowledge) yang baik dan sukses mungkin menjadi dambaan banyak orang. Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita sebagai pendidik meningkatkan kemampuan berbicara (public speaking) agar profesionalisme kita benar-benar terwujud. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi, artinya berbicara mendominasi seluruh kehidupan kita. Pepatah Jawa mengatakan ajine diri saka lati berarti cara berbicara (berkomunikasi) menentukan kualitas hidup kita, bukan? Jika ada slogan “apapun makanannya, minumnya …..”, maka jawaban lanjutan slogan itu yang benar pastilah “apapun makanannya, minumnya pakai mulut”. Demikian pula dalam proses pembelajaran berlaku “apapun materinya, mengajarnya pake LCD”, tetapi LCD yang dimaksud adalah “Langsung Cangkeme Dhewek” (Bahasa Purbalingga). Semoga kita menyadari bahwa pemberian Tuhan pastilah yang terbaik, dan berusaha menggunakannya, bukan sebaliknya meremehkannya. Mari kita tingkatkan kualitas mahasiswa di Universitas kita tercinta dengan memberi bekal kemampuan public speaking agar mereka dapat berkompetisi di era globalisasi yang sedang dihadapi saat ini.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 51


Âť Opini

Kembalikan Marwah Ujian Nasional sebagai Penentu Kelulusan Oleh Prof. ROCHMAT WAHAB, M.Pd., M.A. Guru Besar bidang Pendidikan Luar Biasa, Rektor UNY periode 2009-2017

T

ahun 2015 menjadi penanda dunia pendidikan negeri ini untuk tak lagi mengkonsiderasi Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA. Ia mengakhiri rezim standarisasi kompetensi lulusan yang sejak awal Orde Baru, mulai dikenalkan dengan nama Ujian Negara yang berlandaskan pengendalian mutu pendidikan secara nasional lewat fungsi evaluasi, dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hasil penelitian UNESCO (1990;2004;2016) secara konsisten juga telah menunjukkan bahwa ujian nasional memiliki kontribusi linier dengan upaya adaptif peserta didik belajar lebih keras sehingga kemampuan kognisinya meningkat. Ketika upaya adaptif tersebut pudar seiring tak lagi dikonsiderasikannya Ujian Nasional, nilai rerata para peserta didik mengalami tren penurunan drastis. Perbandingan rata-rata nilai dari 2016 ke 2017 sberdasarkan paparan Kemdikbud yang dirilis Kompas (5/05), turun berkisar antara yang terendah 4,09 poin untuk SMA Negeri hingga 6,53 poin untuk SMK swasta. Pada tahun 2018, angka tersebut turun kembali sebesar 0,67 sampai 5,74 poin. Terlepas dari peningkatan indeks kejujuran yang diungkapkan dalam paparan serupa, penurunan nilai dan status ujian nasional perlu dipertimbangkan kembali. Mendikbud Muhadjir Effendy telah menekankan, bahwa etos belajar siswa secara psikologis menurun ditengah tak lagi ditempatkannya ujian na-

52 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

sional standar kelulusan. Sehingga kejujuran juga tak terjadi karena perbaikan karakter, tapi karena terbengkelainya seluruh proses pembelajaran ditengah ketiadaan insentif siswa untuk belajar serta menempuh ujian. Ujian Nasional sebagai Stres Positif Dalam dunia psikologi, French dan Raven (1959) telah mengenalkan lima sumber kekuasaan yang mempengaruhi perilaku individu. Diantaranya adalah: koersif, insentif, legitimasi, ekspertis, dan referensi. Ujian Nasional sejak awal perintisannya, dibangun peme­ rintah tidak hanya dalam kerangka legitimasi dimana negara menjadi otoritas yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengevaluasi kualitas mutu setiap lulusan yang hendak ditelurkannya. Tapi juga ekspertis, dimana ujian dibangun dengan standarisasi yang terukur dengan metode saintifik sehingga ke-

absahannya dapat berlaku secara universal, serta menjadi referensi dalam pemerintah untuk melakukan perbaikan mutu bagi unit kerja maupun daerah yang memperoleh hasil belum optimal. Tiga sumber kekuasaan tersebut kemudian disokong secara koheren dengan keha­ diran koersif dan insentif yang dihadirkan melalui rezim ujian nasional yang masih dijadikan konsiderasi kelulusan suatu peserta didik. Ia akan mendapatkan hukuman sebagai wujud koersif bila tidak memenuhi standar kelulusan yang ditetapkan, dengan cara harus mengikuti ujian nasional perbaikan maupun belajar kembali dan mengulang sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan jika mampu meme­ nuhi standar kelulusan, ia akan memperoleh insentif berupa hak untuk melanjutkan pada jenjang tingkat pendidikan yang lebih tinggi sekaligus mengakses sekolah dengan kualitas yang relatif lebih baik untuk kemudian memacu potensinya lebih jauh lagi. Dari kondisi utilisasi kekuasaan dalam mempengaruhi perilaku individu tersebut, tak terkecuali pada aplikasinya dalam ujian nasional, Weiten (1995) mengidentifikasi dua respon yang dapat muncul dari peserta didik: menghadapi (fight), dan menghindar (flight) . Dimana dalam kedua proses tersebut, Hurlock (2002) menjelaskan bahwa walaupun minat pribadi dan ketertarikan relatif sulit dimunculkan, para peserta didik tetap akan terdorong untuk belajar dan menghadapi­nya terlebih dahulu alih-alih langsung memutuskan untuk menghindar (flight). Bagaimana kita mengelola emosi peserta didik yang dalam prosesnya menghadapi (fight) mengalami stres, kemudian menjadi penting untuk difokuskan alih-alih penyebab stres itu sendiri yang dihapuskan. Dalam kerangka praktis ujian nasional, manajemen pengelolaan atas stres yang mungkin timbul dalam proses belajar menuju ketercapaian mutu, justru lebih penting dibanding menghapus penyebab stres itu sendiri. Karena jika penyebab stres itu ditujukan pada utilisasi standar ujian nasional sebagai kelulusan, maka kita sekaligus akan kehilangan motivasi peserta didik untuk belajar yang pada dasarnya adalah respon atas kebijakan tersebut. Terlebih lagi, sudah menjadi natur dasar manusia untuk belajar dan beradaptasi atas

jika penyebab stres itu ditujukan pada utilisasi standar ujian nasional sebagai kelulusan, maka kita sekaligus akan kehilangan motivasi peserta didik untuk belajar yang pada dasarnya adalah respon atas kebijakan tersebut.


suatu faktor eksternal demi bertahan hidup (survival), alih-alih melakukan sesuatu karena kemauan dan keinginan sendiri. Manusia purba misalnya, tidak hanya berevolusi secara fisik untuk menghadapi kejamnya alam liar. Tapi juga berevolusi dengan cara mengembangkan akal pikiran hingga menjadi homo sapiens dengan fitur kecerdasan yang kita miliki saat ini, agar senantiasa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan sekaligus peradaban yang bermanfaat bagi semesta alam layaknya tugas kekhalifan yang dibebankan kepada tiap pundak manusia. Stres maupun kecemasan yang timbul dari ujian nasional sebagai respon individu terhadap situasi yang dianggapnya menakutkan (Lazarus, 1990), kemudian dapat disikapi dengan menjaga agar stres tersebut berada dalam koridor stres positif alih-alih stres negatif. Mekanisme koping, kemudian menjadi solusi untuk menjaga ujian nasional tetap pada salah satu sisi dikotomi tersebut. Dimana proses mengelola tuntutan yang dianggap sebagai beban dan di luar kemampuan individu, harus disalurkan energinya secara optimal dengan cara belajar lebih tekun dan penyediaan fasilitasi secara lebih komprehensif. Ketiadaan stres yang dapat disalurkan secara positif dan dikelola melalui mekanis­ me koping inilah, yang membuat para peserta didik malas belajar dan mengalami penurunan nilai yang cukup drastis dari tahun ke tahun layaknya diungkapkan oleh Mendikbud. Digunakannya Ujian Sekolah sebagai basis kelulusan menggantikan Ujian Nasional, tak hanya menghilangkan faktor insentif dan koersif yang dimiliki ujian tersebut. Tapi juga faktor ekspertis dalam negeri ini menelurkan lulusan suatu jenjang pendidikan, karena tidak bisa dijamin standarisasinya secara nasional. Betapapun ada butir ukuran dan metodologi yang diberikan secara nasional untuk

perumusan di tingkat Kelompok Kerja Guru, ketiadaan penilaian eksternal berbasis peer review membuat bias dalam metode tersebut bisa begitu tinggi. Buktinya, nilai ujian sekolah para peserta didik cenderung tetap bagus walaupun nilai ujian nasionalnya jeblok. Padahal, setiap jenjang pendidikan seharusnya memiliki tujuan yang harus dicapai, dan pencapaiannya mampu dikomparasikan secara apple to apple. Sedangkan saat ini, mereka yang dinyatakan lulus dari SMA di satu kabupaten yang sama misalnya, tidak bisa dibandingkan karena soal ujian yang menjadi standar kelulusan antar sekolah tersebut bisa berbeda drastis. Karena itu apa yang kita lakukan dengan mencerabut marwah ujian nasional sebagai penentu kelulusan, tidak hanya meninabo­ bok­an peserta didik secara holistik dengan cara menghapuskan stres yang mereka miliki. Tapi juga menghilangkan semangat belajar sebagai insan pendidikan, yang seha­ rusnya menjadi faktor esensial dalam proses pendidikan bermutu. Termasuk memboho­ ngi para orang tua yang kemudian meyakini kemampuan putra-putrinya setara dengan ijazah jenjang pendidikan yang diperoleh, padahal sejatinya belum memiliki kemampuan tersebut. Mengembangkan Mekanisme Koping Sentralitas pengelolaan stres agar mampu disalurkan secara positif melalui mekanisme koping, memang selama ini belum dilakukan secara optimal oleh pemerintah. Hal inilah yang kemudian harus diperbaiki dengan partisipasi semua pihak, alih-­alih menghilangkan penyebab stres itu sendiri. Penyediaan fasilitasi secara komprehensif untuk mengelola stres menjadi energi positif misalnya, dapat dilakukan dengan mengembangkan sekolah maupun daerah dengan mutu pendidikannya kurang baik. Selama ini, fitur evaluasi yang dimiliki uji-

an nasional kurang diaplikasikan dalam ta­ taran praktis karena berbagai kendala. Padahal, refleksi dari ujian nasional dengan cara mengembangkan infrastuktur dan kualitas pendidikan, sama pentingnya dengan helat­ an ujian nasional itu sendiri. ain itu, fasilitasi juga dapat dilangsungkan dengan klasterisasi siswa di tiap-tiap sekolah. Kepala Sekolah selayaknya dapat menempatkan pembelajaran prioritas atas mata pelajaran apa yang perlu didalami lebih lanjut oleh masing-masing peserta didik tidak hanya berbasis pada ranking nilai dimana anak pintar dikelompokkan dalam satu kelas terbaik dan yang kurang pintar di dalam kelas lainnya. Namun juga mendalami analisis butir soal yang telah dilakukan para siswa dari ujian sebelumnya, untuk memberikan kembali materi yang kurang dikuasai peserta didik tersebut. Jika memiliki keterbatasan pengetahu­ an tentang Fisika karena masih kerap salah menjawab soal seputar magnet dan kelistrikan misalnya, maka perlu disediakan sesi khusus bagi siswa tersebut bersama dengan peserta didik lainnya yang memiliki masalah serupa untuk mendalami kembali materi tersebut. Persiapan yang dilakukan berbasis analisis dan dalam jangka waktu yang lebih panjang, tidak hanya memberi kesempatan kepada sekolah untuk memberi pengetahuan pada siswa tersebut menjawab soal ujian nasional dengan cara menghafal dan instan. Tapi juga secara holistik, dengan cara mengulangi kembali asumsi maupun basis teori khusus dalam materi tertentu berbasis pada hasil analisis butir soal maupun yang dirasa lemah oleh sang peserta didik. Fleksibilitas variasi temporal untuk meng­ hadirkan pendalaman materi kepada peserta didik, juga selayaknya disokong pemerintah dengan cara menetapkan dan memastikan jadwal gelaran ujian nasional sejak awal tahun ajaran. Selama ini, Kemdikbud menunggu terlebih dahulu penetapan anggaran yang kerap berlangsung di bulan Desember, untuk memutuskan tanggal pasti digelarnya ujian nasional. Hal ini, juga secara struktural mematikan peluang sekolah menghadirkan fleksibilitas gelaran pendidik­ an bagi para siswanya karena ia ditempatkan dalam ketidakpastian. Oleh karena itu, dalam memastikan para peserta didik bertarung dan menyalurkan stresnya sebagai energi positif, negara juga harus berjuang memastikan kebijakan ujian nasional berlangsung dalam kerangka perubahan yang berkelanjutan (continuity and change). Bukan hanya peserta didik yang harus berpacu dengan cara dijaga mutunya melalui ujian nasional, tapi juga kecepatan pemerintah untuk memberi kesempatan bagi segenap institusi pendidikan untuk mengelola dan melakukan terobosan pengembangan mutu. Semua itu guna memastikan bahwa kembalinya Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, adalah kembalinya rezim peningkatan mutu pendidikan negeri ini yang holistik dan mencerdaskan segenap kehidupan bangsa. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 53


Resensi

CERPEN SUFISTIK ABADI

J

alan berliku sastra Indonesia ditandai de­ wata, melainkan humanisme yang merentangkan ngan banyaknya fakta sejarah yang nyaris jalan imannya. ZIARAH BATU-BATU SETAN Penulis: M. Fudoli Zaini ∫ mem­butakan mata pembaca yang selama ini Cerpen intertekstual yang tak kalah menarik Penerbit: Cantrik Pustaka, asyik dan glamor sehingga abai pada politik lainnya yaitu “Gelap” (hlm. 351). Berkisah segeromCetakan I, Agustus 2006 ∫ kesusatraan. Pada bagian ini sosok Wijaya bolan laki-laki yang terdampar di sebuah ruangan Tebal: 644 halaman Herlambang dengan bukunya yang berjudul tanpa cahaya. Gerombolan ini tidak kenal antarsaKekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Ortu dengan yang lain. Di dalam gerombolan tersebut de Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan semuanya tidak tahu awal pertama kali dijerumuskan ke dalam Film (2015) membuka kembali ruas jalan politik kesusasruangan itu. Konflik adu mulut mengenai sosok pemimpin yang traan, baik di Indonesia maupun di luar. akan diangkat di gerombolan itu terjadi. Mereka pun kelaparan dan Di dalam sejarah, sejak era Balai Pustaka, Pujangga Baru, Binmencari makanan dengan komando seorang pemimpin pilihan. tang Timur, sastra disuguhkan dalam wujudnya yang tanggung— Cerpen satir M. Fudoli Zaini yang ini mencoba mendudukkan untuk menyebutnya sepotong. Baru-baru ini pun, selain diguneksistensi manusia ke titik asalinya yang paling dasar. Cerpen simcangnya jagat kesusastraan dengan masuknya CIA melalui agennya bolik yang mengingatkan kepada Blindness (1995) karya peraih NoCCF kemudian melalui proyek Orde Baru dan Horison, sebuah karbel Sastra José Saramago, yang bercerita tentang wabah kebutaan ya tesis berjudul “Politik Estetika Sitor Situmorang: Trilogi Mimedi seluruh kota yang menimpa para penduduknya. sis dalam Ibu Pergi ke Surga (1950-1981)” karya Achmad Fawaid memaparkan kondisi sejarah sastra Indonesia yang menghilanNostalgia dan Yang-Sufistik gkan nama Sitor Situmorang dari banyak buku sejarah. Pada paSebagai pengarang yang produktif sewaktu berada di peranparannya yang deksriptif menyebut beberapa buku semisal antolotauan, nuansa kerinduan kepada kampung halaman membentuk gi karya produk Horison, buku Kitab Kritk Sastra karya Maman hampir seluruh karyanya berbicara tentang masa kanak, masa muS. Mahayana dan yang lain. da, seorang ibu, saudara sepupu, teman sekolah, seorang kakek, Tidak menutup kemungkinan, nama M. Fudoli Zaini adalah salaut, kepulauan, tanah gersang, bioskop tua, hingga tragedi aksi lah satu nama yang sengaja atau tidak ‘dihilangkan’ dari buku-buninja—sekelompok pembunuh misterius. Kisah-kisah nostalgik M. ku sejarah sastra Indonesia mutakhir. Bagian ini yang lincah berFudoli Zaini dapat ditemukan di bagian Lagu dari Jalanan (hlm. 11suara adalah Maman S. Mahayana dalam esainya “Mohammad 90), Kota Kelahiran (hlm. 373-427), dan Rindu Ladang Padang IlaFudoli Zaini: Cerpenis Sufistik yang Terabailang (hlm. 559-635). kan” dipublikasikan di majalah Horison. MaM. Fudoli Zaini tampak memiliki sebuah hayana tampak kecewa setelah mencermati kisah kelam di masa lalu, sebagaimana kuldua buku A. Teuuw, Sastra Baru Indonesia I tur Madura membentuk kebudayaan per(1980) dan Sastra Indonesia Modern II (1989) tunangan antarkerabat sebagai sebuah polikarena sia-sia mencari nama M. Fudoli Zaini. tik keluarga untuk mempertahankan harta warisan. Tradisi pertunangan digarap seYang-Intertekstual dan Sufistik cara parsial dalam cerpen Sahabatku IbraM. Fudoli Zaini dikenal sebagai pengahim (hlm. 124) dan Kota Kelahiran (hlm. 373). rang prosa sufistik yang berbeda dengan Kisah kelam yang lain mengenai sosok seoKuntowijoyo, Danarto, Mohammad Deponrang kakek yang diidam-idamkannya selaegoro, bahkan Wildan Yatim. Dengan latar ma ia berada di rantau, sebagai sosok ayah di belakang budaya Madura, dari kalangan elit waktu kecil, telah meninggalkan tokoh utapesantren di Sumenep, modal akademik di ma dalam cerpen “Tamu dari Jauh” (hlm. 82). Al-Azhar di Kairo, M. Fudoli Zaini di banKisah yang merekam kuat dalam ingatan yak karya prosanya tidak jauh bercerita adalah masifnya pembunuhan terhadap padari kehidupan para tokohnya sebagai seora kiai di Madura di masa lalu ada pada cerrang santri, masyarakat kelas menengah ke pen “Kemarau” (hlm. 186) dan “Akhir Ninja” bawah, serta bumbu-bumbu konflik dengan (hlm. 593). Kisah-kisah pahit M. Fudoli Zaini balutan napas sufistik. bersama masa lalunya dibentuk menjadi fikMari kita bayangkan cerpen interteksi sosiologis religius. stual yang berjudul “Sisifus” ini (hlm. 317). Sisifus adalah tokoh dalam mitologi Yunani yang dikutuk untuk Takkan Terabaikan selama-lamanya mengulangi tugas yang sia-sia mendorong batu “Sisifus” memperoleh Hadiah Hiburan dalam Sayembara Pekarang ke puncak gunung, namun pada akhirnya batu itu bergulir nulisan Cerita Pendek tahun 1978. Sementara itu cerita pendeknjatuh kembali. ya “Kemarau” mendapat Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas Di tangan M. Foduli Zaini Sisifus didekonstruksi sebagai SaifulRadio Nederland Wereldomroep 1975, dan kumpulan cerita pendek lah, sebuah nama pemberian seorang kiai, yang sekaligus mengisKota Kelahiran (1985) juga memperoleh hadiah dari Yayasan Bulamkan dirinya. Tugas Saifullah yang adalah Sisifus tidak berhenku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cerpen-certi pada diislamkannya dirinya dan menikahi anak kiainya. Sisifus pen M. Fudoli Zaini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris diperlihatkan oleh M. Fudoli Zaini kepada kondisi masyarakat yang dan Belanda. mengalami bencana banjir setiap turun musim hujan. Sebab gairah Meski usianya hanya sampai pada 6 November 2004 di Suramengusung batu ke atas gunung selalu memanggil-manggil dirinbaya, diakui oleh Prof. Abdul Hadi W.M. kehadiran M. Fudoli Zaini ya, Sisifus mengajak masyarakat untuk menutup lubang kawah di melalui karya-karyanya yang monumental bisa dinikmati hingga atas gunung agar air hujan tidak ruah ke perkampungan lereng sekarang sebagai penulis cerpen puitik, suatu kecenderungan yang gunung. Sisifus tidak lagi memanggul batu karena kutukan Decukup meluas dalam penulisan cerpen di Indonesia. MAWAIDI D. MAS 54 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2018


Bina Rohani

Memaknai Hari Kelahiran

D

alam hukum organisme, yang merupakan bagian dari sunatullah, kehi­ dupan makhluk (alam ciptaan), khsus­nya manusia, diawali dari fa­ se kelahiran, kemudian diikuti fase kanak-kanak, dewasa, tua, dan diakhiri dengan fase kematian. Fasefase tersebut disebut juga sebagai daur atau siklus kehidupan. Namun perlu ditegaskan di sini, khususnya dalam kehidupan duniawi, daur kehidupan tidaklah bersifat spiral, melainkan bersifat linear. Dikatakan linear karena dari fase awal dimulai dengan kelahiran dan pada ujungnya diakhiri dengan kematian. Berbeda dengan siklus yang bersifat spiral, kehidupan akan terus terulang, ada kontinuitas kelahiran kembali yang terus berkelanjutan. Salah satu momen yang sangat kritikal dari daur kehidupan di atas adalah fase kelahiran. Disebut masa kritikal, karena fase ini merupakan penentu bagi kelangsungan hidup selanjutnya. Keadaan pada fase ini diliputi suasana yang mencekam atau bahkan sangat mencekam. Suasana yang dialami pada fase ini, tidak saja berlaku pada seseorang, melainkan terjadi juga pada suatu lembaga, organisasi, dan bahkan negara. Oleh karena itu, mengingat kritikalnya fase ini, selalu ada penanda dalam bentuk ritual berkala yang dilakukan dalam siklus tertentu. Siklus tersebut bisa dalam jangka satu tahunan, lima tahunan, delapan tahunan, dua puluh lima tahunan, lima puluh tahunan, dan seratus tahunan (abad). Seorang ibu yang sedang dalam proses melahirkan, ia berada dalam perjuangan antara hidup dan mati, sang suami pun diliputi kegelisahan dan kecemasan yang luar biasa. Ada yang mengatakan bahwa saat melahirkan merupakan perjuangan antara hidup dan mati, baik bagi si ibu maupun si anak yang dilahirkan. Sebagai perbandingan, perhatikan pula situasi kritikal detik-detik diproklamasikannya negara kita, negara kesatuan republik Indonesia. Keadaan yang demikian berlaku juga pada kelahiran suatu lembaga. Namun demikian, situasi kritikal tersebut, tidak hanya terjadi pada fase kelahiran, tetapi juga ada fase-fase berikutnya. Oleh karena itu, kita dapati berbagai ritual yang mengiri­ ngi fase kehidupan, baik seseorang, lembaga, organisasi, bahkan negara sekalipun. Mengiringi fase kelahiran ini, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, penanda yang banyak dilakukan adalah de­ ngan menyelenggarakan ritual atau upacara peringatan. Dalam pandangan Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, ada pe-

Oleh AJAT SUDRAJAT Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah FIS dan PAI UNY

tunjuk di dalam Alquran yang memberi isyarat mengenai dibolehkannya atau dires­tui­nya memberikan ucapan selamat kepada se­seorang pada saat hari kelahirannya. Ayat yang dirujuk Quraish Shihab adalah ayat yang ke-15 dan ke 33 surat Maryam atau surat yang ke-19. Pada ayat ke-15 dari surat Maryam, Allah swt memberikan ucapan ‘salam’ kepada Nabi Yahya a.s. dengan ungkapan dalam bentuk terjemah: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali”(Q.S. Maryam (19): 15). Selanjutnya, pada ayat yang ke-33, masih pada surat yang sama,

NPR.ORG

adalah ucapan Nabiyullah Isa a.s. sendiri dengan ungkapan dalam bentuk terjemah: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (QS Maryam (19): 33). Dalam tradisi umat Muslim, memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw, merupakan gejala yang sudah dilakukan sejak lama, termasuk di Indonesia. Dalam sejarah umat Muslim, tradisi ini mulai dilaksanakan sejak masa yang lampau, yaitu pada abad ke-11 M. Informasi kesejarahan menyatakan bahwa tradisi ini sudah dilaksanakan pada masa dinasti Fatimiyah di Mesir, kemudian diteruskan dan mendapat penguatan pada masa kekuasaan Sultan Salahuddin al-Ayubi, dari dinasti Ayubiyyah, sebagai pengganti dan penerus dinasti Fatimiyah. Pada masa Sultan Salahudin al-Ayubi, P E WA R A D I N A M I K A M E I 2018 5 5

peringatan maulid Nabi dilakukan sebagai sarana untuk mengokohkan, menggelorakan, dan mengobarkan semangat jihad fi sabilillah umat Muslim. Seperti diketahui, Sultan Salahuddin al-Ayubi saat itu sedang terlibat dalam peperangan dengan persekutuan Eropa-Kristen untuk merebut Jerussalem, atau disebut dengan Perang Salib (the Crusades). Melalui peringatan maulid Nabi itulah, Sultan Salahuddin al-Ayubi berhasil menggelorakan dan me­ngobarkan semangat jihad fi sabilillah umat Muslim. Dengan demikian sungguh sangat baik momentum yang terkandung dalam peringatan kelahiran untuk menggelorakan dan mengobarkan semangat menuju keberha­ silan dan ketercapaian suatu cita-cita besar yang sudah dicanangkan. Akan halnya dengan Universitas Negeri Yogyakarta, pada tahun ini memasuki usianya yang ke-54. Peringatan ulang tahun UNY ini ditandai dengan berbagai kegiatan, baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Melalui tema “Ino­vasi untuk Pendidikan Yang Berkelanjutan" UNY berusaha dan bekerja keras bisa mengkuti tren perkembangan teknologi yang demikian cepat, yang disebut revolusi 4.0. UNY di tahun kelahirannya yang ke-54 ini, berusaha melakukan refleksi diri terhadap capaian-capaian yang sudah diraih. dan selanjutnya dengan penuh kesungguhan berusaha mewujudkan cita-cita dengan tantangan jauh lebih berat. Oleh karena itu, langkah muhasabah harus terus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga visi ditahun 2025 menjadi universitas kependidikan kelas dunia. Ada beberapa langkah yang bisa dila­ kukan dalam proses muhasabah ini, sehingga bisa terhindar dari stagnasi, dan terus melaju menuju pada kesuksesan, keberhasilan, dan ketercapaian tujuan. Pertama, tahap mu’ayanah, yakni menyadari dan mengindentifikasi segala kekurangan dan kelemahan yang ada, dan menjadikan kritik sebagai bagian yang sangat berharga untuk melakukan perbaikan. Kedua, tahap mu’aqabah, yakni usaha untuk memperbaiki segala kekurangan, kelemahan, dan me­ respon kritik dengan tindakan-tindakan yang bersifat mengatasi semua masalah. Ketiga, tahap muraqabah, yakni melakukan kontrol secara berkelanjutan, sehinga perlahan-lahan semua permasalahan dapat diatasi. Keempat, tahap muhasabah, yakni menimbang kemampuan yang sudah dimiliki dan melakukan perencanaan ke depan. Kelima, tahap mujahadah, yakni kesungguhan dan kerja keras, sehingga mencapai target atau bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan.. 


Cerpen

Sesi Tarung Lidah

N Oleh D. HARDI ESAIS, CERPENIS, ALUMNUS HI UNIVERSITAS PASUNDAN

egara ini tidak akan bubar!"

Pria berkemeja polkadot di sampingnya mereguk segelas air yang sudah disiapkan tuan rumah. Udara di ruangan berAC ini mendadak gerah.

"Kita sebagai bangsa harus melihat lagi sejarah. Sudah beberapa kali kita diancam berbagai gerakan separatis, pemberontakan, pertikaian etnis, dan krisis ekonomi. Tapi kita mampu melewatinya. Sejarah jangan hanya diambil sepotong-sepotong, disesuaikan dengan kepentingan pragmatis elektoral semata. Negara ini tidak akan merdeka tanpa keyakinan diri. Inferioritas itu warisan kolonial!" "Bukankah Bapak Bangsa dulu juga meramalkan imperialisme gaya baru? Penjajahan yang dilakukan oleh sesama anak bangsanya sendiri yang dimabuk kekuasaan dan keserakahan?! Saya kira sudut pandang yang Anda ambil terlalu prematur. Reaksioner. Mengapa tidak diartikan ini sebagai sinyal kewaspadaan?! Kita tak perlu mengalihkan fokus pemilihan diksi sebuah pidato dengan menafikan realita yang terjadi. Angkaangka makro itu politis. Semu. Yang terjadi adalah partikularitas problem dalam 56 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

keseharian rakyat kecil. Indikator makro itu seolah menutup mata. Yang sering terdengar kan nyanyiannyanyian surga. Anda tahu hutang kita berapa? Lapangan kerja? Pulau kecil kita siapa yang kelola? Berapa kali harga-harga mengalami lonjakan? Jangan mau kita terus diisap asing di negeri sendiri. Kekayaan alam kita yang menikmati siapa?! Laba investasi itu uangnya kemana?!" balas pria berkemeja polkadot berapi-api. "Bukankah kelompok Anda yang sering menuduh kami dan berkampanye tentang klaimklaim surga?" Pria berjas belang mengubah posisi duduknya. Emosinya terpancing. "Anda membelokkan persoalan. Saya kira kita sedang mendiskusikan pidato politik pemimpin kami yang salah ditafsirkan. Tentang masa depan Republik." "Dengan sentimen SARA dan ujaran kebencian di akar rumput sebagai konsekuensi berdemokrasi yang offside, prediksi itu bisa jadi adanya. Lalu dimunculkanlah sosok pembebas, sang Ratu Adil yang akan menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran. Itu gaya agitasi kuno! Populisme peyoratif yang membodohi! Rakyat sekarang terlalu pintar untuk ditakut-takuti." Pembawa acara hanya terpaku di sudut lain. Menunggu

momen perdebatan ini menemui celahnya untuk bisa diinterupsi dengan pertanyaan lanjutan. Tapi usahanya gagal. Kedua pria itu semakin intens melemparkan retorika tanpa ada jeda. "Politik identitas itu realita global. Amerika dan Barat yang sudah mapan pun sama. Bukankah demokrasi membuka lebar ruang preferensi apapun dasarnya? Hal ini bukan fokus utama kami sebetulnya. Kita kembalikan saja kepada regulasi pemilihan. Ada aturan mainnya, kok! Yang terbukti melanggar ya dihukum. Tapi jangan menegasi kebebasan preferensi rakyat. Jika tak diperkenankan justru represif namanya. Otoriter! Komunis!" "Sejak kapan realitas dijadikan pedoman kebenaran? Buat apa ideologi? Jika realitas itu Anda pegang, tentu Anda dan kelompok Anda seharusnya legowo menerima kekalahan sejak awal. Ketika Anda berartikulasi xenophobia tetapi menetapkan standar Barat dalam berpolitik, itu konyol namanya! Disensus yang mencederai dan mengancam konsensus nasional, apalagi tanpa alternatif solusi yang relevan, artinya kita mengulang kegaduhan-kegaduhan Demokrasi Parlementer yang kontra produktif! Itu kan Liberal juga!" "Saya rasa kita kembali saja pada tema. Intinya kami ingin negara ini kembali ke rel yang

benar sejak awal digariskan founding fathers kita. Terbebas dari pengaruh asing dan perampok-perampok berdasi yang membuat rakyat miskin kita semakin sengsara‌." "Bukankah perampok itu juga ada di partai Anda?! Jangan berpikir linier dan menggeneralisir kasus. Pemerintahan sekarang telah bekerja dan semaksimal mungkin mengurai satupersatu warisan problem masa lalu. Jika rakyat kecewa atas kinerja tentu akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas. Tapi kita lihat fakta survey berbicara, masih dan selalu teratas." "Problem masa lalu terus dijadikan dalih ketidakberesan dan ketidakmampuan memimpin. Sudah bukan waktunya lagi menyalahkan periode silam. Anda sudah sadari itu sedari awal. Kalau tak mampu menepati jangan berjanji. Survey bukan fakta sesungguhnya di lapangan, Bung!" "Lho, kenapa jadi Anda yang reaktif? Apakah Anda dan partai Anda bagian dari rezim lama? Siapa yang reaksioner sekarang?!" Emosi keduanya semakin memuncak. Sang pembawa acara menutup sesi ini sebelum berganti iklan komersil. Pria berjas belang menyesap minuman, sedangkan pria berkemeja polkadot meminta


izin ke toilet. Beberapa menit lewat, mereka harus kembali live. Jeda iklan sedikit menurunkan tensi. Tapi hanya berlangsung beberapa saat saja. Keduanya saling menyanggah pemaparan masing-masing. Debat semakin panas. Saling tunjuk muka, memotong pembicaraan. Keduanya menyalak. Tak terlalu jelas maksud apa yang sedang disampaikan. Entah siapa tepatnya yang memulai, perdebatan lalu menjurus kasar dengan kata makian yang tak layak ditampilkan di depan televisi. Hampir saja isi gelas di meja tumpah, jika si pembawa acara

"Bisa jadi, meski kemungkinan besarnya adalah warning dari Komisi Penyiaran," ucap si pembawa acara. "Si Songong ini memang suka mancing-mancing, Bung. Tapi ya begitulah peran dia sekarang. Tupoksi oposisi kan begitu. Ngertilah aku," timpal Pria berkemeja belang. "Sekarang lu dah beres apa gimana?" "Abis breaking news gue cabut. Pulang. Seminggu ini ngurusin Pilkada, ribet. Meeting melulu tiap malem, ngebahas kalian." "Yaelah family man kau sekarang rupanya. Dulu elu

Tak ada kawan lawan abadi. Kadang oposisi, kalau mujur ya berkuasa. Gue paham. Tapi yang penting bagaimana berakting di depan kamera, kan." Mereka tertawa kecut, lalu terdiam. Mengisi jeda tanpa iklan. "Ya sudah, aku juga cabut kalau begitu. Sampai ketemu di rapat pembahasan, Ngong!" Ujar Pria berkemeja belang memecah sunyi. "Heh! Elu yang ngajak ngopi gimana ini, kacau dah?!" "Pembahasan RUU ya? Jadi gimana, aklamasi aja?" pancing si pembawa acara.

berteriak. Tak begitu jelas katakata mengudara selain dengung teriakan yang memuai bersama teriakan lainnya. Sebuah era perubahan. Batu loncatan sejarah yang terbuka dari tirai kegelapan. Momentum yang lahir dari serangkaian akumulasi-akumulasi keberanian. Nyala obor sejati jiwa-jiwa muda. Nyala yang tidak mungkin padam oleh sekadar embusan ancamanancaman. Nyala yang tidak mungkin lumpuh oleh sekadar pukulan popor senapan. Ia masih memintal kenangan bersama kedua lelaki itu. Dua karib yang saling melindungi saat demonstrasi. Dua karib

FREEPIK.COM

INSIDEHIGHERED.COM

tak segera mencegah. Ia lalu mengingatkan sikap kedua narasumber. Setengah jam berlalu, persilatan lidah akhirnya usai. Kedua tokoh publik itu melepaskan masing-masing clip-on mic yang menempel. Rautnya melega, terlihat mulai sedikit rileks. "Tenang Bung, sedikit aksi bakal bikin rating naik," ujar pria berkemeja polkadot datar. Tampaknya berniat menghibur si pembawa acara, melihat gesturnya yang gelisah.

yang suka nyekokin kita berdua. Sibuk cari para betina. Salut..." "Waktu yang mengubah kita." "Tapi baguslah kau sekarang. Hidup tenang. Gak ke kiri gak ke kanan. Merdeka." " Gak kayak kita. Kadang ke sini kadang ke sono. Kadang kenceng, kadang gemulai. Kadang antagonis, kadang protagonis." "Ya kan memang begitu Bro. Politik itu seni beradaptasi.

"WANI PIRO!!" Tawa pecah. Mereka undur diri. Kedua narasumber bergantian memeluk si pembawa acara. Meninggalkannya sendirian, berjalan di lorong ruangan menuju ke pintu lift.

yang pernah menaksir satu gadis--kini telah menjadi aktivis Komisi Perempuan.

Ia menatap keduanya dengan penuh arti. Memori menyeruak. Fragmen masa lampau memanggil.

Dua karib yang pernah menyemprot kata-kata perlawanan di sebuah tembok gedung pemerintahan. Dua karib yang sama-sama lihai memasak, bermain musik, hobi ke gunung, dan sekian kenangan lama lainnya yang kini terasa ganjil.

Saat itu adalah hari yang bersejarah. Jalanan menyalang. Aparat bergerak. Orang-orang

Ingatan yang selalu membuatnya merasa sentimentil.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8 57


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Rindu Tiba-tiba tercurahlah hujan lebat Tetes hujan jatuh di atap rumah Hatinya juga terketuk berat P e l a n – p e l a n merayaplah ... lelah... Alangkah lamanya langit menangis di Jogja Hanyalah sejenak di kampung halamannya Kegelapan malam menyelimuti tanah Sebutir bintang cilik berkilau mendampingi bulan Seluruh tubuh pun diresapi kesepian L a m b a t - l a m b a t mengalirlah keinginan … pulang… Betapa jernihnya sinar rembulan Sama terangnya di pekarangan rumahnya Janganlah kangen Papa Papa lega jika kau bahagia Janganlah khawatir Mama Mama bangga bila kau rajin bekerja Sabarlah tunggu saat kembali Semua usaha akan bermakna * MAYA Mahasiswi transfer kredit GDUFS/UNY

Sebelum Senja “Kita bangun sebuah istana di negeri yang senja senantiasa menggantung di langit-langit cuaca” Katamu mengurai mimpimimpi Lalu usiaku terbelah; jatuh dan pecah ke lantai Kau buru-buru meringkasnya sebelum senja Pangkalpinang, 2018 * HABIB SAFILLAH AKBARISKI Penulis, tinggal di Bangka Belitung

POJOK GELITIK

Memerdekakan Anak Umarmoyo: Di, apa yang Sampeyan ketahui tentang Mei? Umarmadi: Mei, tanggal 21, itu tanggal lahir universitasku. Umarmoyo: Mana ta? Umarmadi: Universitas Negeri Yogyakarta, biasa disingkat UNY. Umarmoyo: Kalau tidak salah UNY itu termasuk LPTK ya? Umarmadi: Lembaga Pendi­ dik­an Tenaga Kepen­di­dik­an? Iya! 58 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 8

Umarmoyo: Nanya ya. Menurut Sampeyan, hake­ kat mendidik anak itu seperti apa sih? Umarmadi: Hakekat mendidik anak itu adalah me­­merdekaan anak. Tentu dalam mak­­­na yang positif. Umarmoyo: Misalnya? Umarmadi: Merdeka dari kebodohan, keter­ be­lakangan, ke­ ter­­kungk­ungan, ketidak­adilan, keterpurukan, ketertekanan,kedho­liman,

kepemak­saan, dst. Umarmoyo: Kepada anakanak ditransfer pengetahuan, keterampilan, dan , satu lagi, ditransfer nilainilai. Betul? Umarmadi: Betul! Transfer pengetahuan bisa dengan cara diajarkan. Transfer keterampilan juga bisa dengan cara diajarkan. Tapi, transfer nilainilai tidak mungkin diajarkan.

Umarmoyo: Terus caranya? Umarmadi: Dicontohin atau diteladanin oleh gurunya atau orang tuanya. Umarmoyo: Oooo....aku baru ngerti sekarang! Umarmadi: Ngerti apa? Umarmoyo: Makanya ada orang tua yang mendidik anak-anaknya melakukan ‘bom bunuh diri’. Umarmadi: ............??? EMA R '18


#SeminarNasional #ProfesionalismeGuru #AbadXXI

FOTO-FOTO: M ARIF BUDIMAN


Sedang dikerjakan

#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017 ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017 FOTO: KALAM JAUHARI

W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.