Pewara dinamika maret 2018

Page 1

Majalah ini dapat diakses pada laman issuu.com/unyofficial


8 MAJALAH PEWARA DINAMIKA MENGUCAPKAN SELAMAT

HARI PEREMPUAN DUNIA

MARET 2018

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA • ILUSTRASI: FREEPIK.COM


PE WA RA D I N A M I K A / M A RE T 2 0 1 8

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi

MARET 2012

Pewara Maret tujuh tahun silam menelusuri inovasi baru dari UPT Perpustakaan UNY atau lebih sering dikenal sebagai perpus pusat. Perkembangan teknologi sepertinya akan merambah segala lini kehidupan manusia. Perpustakaan juga tidak luput menjadi terpengaruh dengan perkembangan tersebut. Hasilnya adalah dibuatnya sistem digital untuk perpus pusat UNY. Sistem ini sangat diharapkan bisa menunjang proses belajar-mengajar terlebih lagi bisa meningkatkan minat baca masyarakat UNY pada khususnya dan masyarakat lainnya.

SALAM hangat dari kami segenap jajaran redaksi Pewara Dinamika untuk semua pembaca yang budiman. Sangat bahagia rasanya bisa menyapa kembali dengan informasi dan berita hangat seputar kampus UNY. Pada edisi Maret ini, kami menghadirkan tema yang sangat spesial karena menandai UNY sebagai salah satu jajaran perguruan tinggi yang memiliki perpustakaan yang ditunjang dengan teknologi “kekinian”. Tepatnya 8 Maret 2018 gedung megah empat lantai di sisi barat Rektorat UNY dengan fasilitas kelas wahid itu telah diresmikan oleh Dirjen Belmawa Ristekdikti, Prof. Intan Ahmad dengan tajuk digital library.

perpustakaan konvensional. Semuanya bisa diakses dengan berselancar di depan 350 PC dengan brand Apple, dan OS iMac yang tersedia di Digital Library UNY.

Jathilan yang berprestasi, dan penyelenggaraan kolokium nasional kuratorial museum dan seni. Sebagai akhir dari prakata untuk edisi bulan Maret ini, tidak lelah kami mengajak kepada seluruh pembaca yang budiman untuk memberikan saran dan kritik agar Pewara Dinamika menjadi media kampus yang semakin dicintai dan dirindukan oleh pembacanya yang setia. Tentunya kritik dan saran ini akan sangat bermanfaat bagi kami sebagai bahan evaluasi dan memperbaiki kualitas liputan Pewara Dinamika.

Berangkat dari kecanggihan digital library dan kebermanfaatannya bagi kemajuan pengetahuan, khususnya di UNY, membuat kami tidak ragu menjadikan digital library sebagai tema laporan utama Pewara Dinamika edisi bulan Maret ini. Kami bedah dari sejarah digital library hingga fasilitas yang ada dalam Digital Library UNY dalam rubrik laporan utama. Sebagai pelengkap, kami juga melakukan wawancara khusus bersama Dirjen Belmawa Prof. Intan Ahmad yang akan mengulas peranan digital library dan tantangan pendidikan di era disrupsi. Dan tentunya rubrik-rubrik lain tidak kalah menarik untuk dibaca, misalnya saja pelbagai pencapaian yang kembali dipersembahkan oleh sivitas akademika UNY yang dedikatif, sosok Kuswarsantyo sebagai Doktor

Tentunya, ini kabar yang sangat menggembirakan karena dengan fasilitas yang ada di digital library, seluruh sivitas akademika UNY baik dosen maupun mahasiswa, bisa menjelajah cakrawala pengetahuan yang tidak terbatas pada sekat-sekat dinding maupun lembaran kertas buku serta jurnal yang mulai menua laiknya di

Akhir kata, selamat menikmati sajian dari dapur redaksi Pewara Dinamika dengan tajuk digital library. Semoga bisa menambah khazanah sekaligus semakin memacu segenap sivitas akademika UNY khususnya untuk me­ manfaatkan digital library, dan pada akhirnya akan memperbaiki kualitas pembe­ lajaran maupun penelitian. Tabik. 

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

unyofficial

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati

@pewara_uny l @unyofficial

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Di Era Revolusi Industri 4.0 UNY merespons dengan menyuguhkan digilib. Konsep buku kini mulai bergeser menjadi digital dan otomatis. »26-28

Seorang peserta memasuki ruang teleconference saat Peresmian Program Digital Library dan E-Learning berlangsung.

KALAM / PEWARA

Menjawab tantangan zaman, UNY menghadirkan perpustakaan digital yang bisa menampung jutaan bacaan dari belahan dunia manapun. REVOLUSI INDUSTRI 4.0 telah membawa realitas baru, yaitu dunia yang mengalami pemadatan, pemampatan, pengecilan, dan percepatan yang menjadikan jarak menjadi tidak berarti. Sebuah dunia baru telah tercipta yang lebih efektif, efisien, dan serba cepat. Ratusan bahkan ribuan jilid ensiklopedi, buku, dan jurnal tidak lagi membutuhkan ruang yang luas dan jejeran almari dengan tumpukan kertas yang lekas menua dan rapuh. Semua itu bisa diringkas dan dipadatkan dalam bentuk digital dan tersimpan hanya dalam 4 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

satu Tablet, bahkan bisa diakses dari mana saja. Menjawab tantangan zaman, UNY menghadirkan perpustakaan digital yang bisa menampung jutaan bacaan dari belahan dunia manapun. Semua itu dapat diselami hanya dalam satu gedung, digital library. Dengan digital library tidak ada lagi alasan buku sulit dicari, jaringan lelet, atau bahkan buku yang dibutuhkan telah dipinjam semua. Karena di sini semuanya tersedia serba cepat, terbuka, dan menjadikan mimbar kebebasan akademik menemukan pijakannya.

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Bahasa Jawa

6 SURAT PEMBACA

31-37 BERITA Kolokium Nasional dan Pemutaran Film ∫ Wakili Asia di Ajang Mobil Hemat Tingkat Dunia ∫ Sepeda Motor Berbasis Biogas Kotoran Sapi ∫ Naskah Cerita Panji Sebagai MoW UNESCO

8-30

LAPORAN UTAMA Digitalisasi, Menyelamatkan Buku ∫ LDR YogyakartaBanjarmasin E-Learning 7in1

38-42

SOSOK Kuswarsantyo Terlahir untuk Jathilan

50

RESENSI Mentertawai Ironi di Balik Korupsi

51 BINA ROHANI Sedekah Melimpah di Bulan Ramadhan

52-53 CERPEN Pusara Oyot Mimang

43-49

Opini Mencuri Kejernihan di Tahun Politik ∫ Jalan Panjang Demokrasi

54 PUISI Ibuku Laut ∫ POJOK GELITIK Negeri Carut-Marut


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Bahasa Jawa

T

ahun lalu kita dikejutkan dengan viral penggunaan bahasa Jawa halus (krama inggil) di Bandara Internasional Dubai Uni Emirat Arab.Tahun te­ lah berganti, namun fenomena tersebut masih kontekstual dalam rangka memelihara bahasa Ibu. Adalah sosok Wahyu Pratomo, seorang warga Bandung, yang pertama kali mengunggah di Instagram story @ wahyupratomo dan akunYouTube. Saat itu Wahyu sedang transit dalam penerbangan Amsterdam-Jakarta. Begini pengumuman itu berbunyi: ”Nuwun sewu, bapak-bapak soho ibu-ibu, pe­ner­bangan emirates EK tigo gangsal wolu dateng Jakarta bade sedoyo...”Artinya: ”Permisi Bapak-bapak, Ibu-ibu, penerbang­ an Emirates EK tiga lima delapan ke Jakarta saat ini akan...” Sontak boarding announcement ini mengagetkan penumpang Indonesia dan war­ga negara lainnya. Mereka senyumse­nyum sembari mengekspresikan kehe­ ranannya. Bahkan, seorang warga Jerman di samping Wahyu bertanya, “What language is this? Sounds nice.” “Javanese, one of our local language in Indonesia,” jawab Wahyu. Keheranan yang dirasakan para penumpang juga dialami para warganet. Rasa kaget bercampur bangga menjadi bahan obrolan warganet. Seketika bahasa Jawa menjadi topik yang menarik untuk dibincangkan. Pengunaan Bahasa Jawa dan 24 bahasa lainnya di luar bahasa arus utama (Inggris, Arab, Tiongkok, Perancis, dll) di Bandara Internasional Dubai merupakan kebijakan manajemen Bandara Dubai sejak pertengahan 2015.

Di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, pengumuman dengan menggunakan bahasa Jawa juga telah lazim terdengar. Pengumuman dalam versi bahasa Jawa mulai digunakan pada 17 Juli 2017 dan diucapkan setelah pengumuman menggunakan bahasa Indonesia, kemudian disusul bahasa Inggris. Kira-kira begini pengumuman itu terdengar, “Nyuwun kawigatosipun. Ngaturaken pamengkasan kagem penumpang Citilink ingkang nomer penerbangan QG setunggal nol gangsal (105) tujuan Jakarta. Para penumpang kasumanggaaken enggal-enggal minggah motor mabur. Matur nuwun.” Artinya, “Mohon perhatian. Diberitahukan untuk terakhir kali kepada penumpang Citilink nomor penerbangan QG 105 tuju­ an Jakarta. Para penumpang dipersilakan segera naik ke pesawat. Terima kasih.” Pada bulan Juli 2017 juga terjadi peristiwa yang menuai respon warganet. Kali ini datang dari unggahan akun @sosmedmakassar. Akun ini meng-unggah ulang akun medial sosial @asritnbtr. “Hanya di Kepulauan Selayar, penyampaian oleh pihak bandara menggunakan bahasa daerah, kereen,” tulis Asri dalam keterangan video. Senior Avsec Bandara H Aroeppala, Ibnu Eka Fardiansyah mengatakan penggunakan bahasa daerah (Selayar) di Bandara H Aroeppala Selayar, Sulawesi Selatan sudah dilakukan sejak bulan Februari 2017. Alasannya untuk lebih meningkatkan nilai kebudayaan, memperkenalkan bahasa Selayar ke orang-orang pendatang, dan banyak orang Selayar yang baru menggunakan jasa transportasi uda­ra, tapi tidak tahu bahasa Indonesia apalagi Inggris,” kata Fardy kepada KompasTravel (kompas.com).

Fenomena penggunaan bahasa daerah lain di bandara tentu kita syukuri. Betapa tidak, bahasa daerah di Indonesia mengalami ancaman kepunahan. Tercatat 25 bahasa berstatus hampir punah, sementara 13 bahasa daerah lainnya dinyatakan telah punah. Ancaman kepunahan ini juga melanda dunia. UNESCO mengestimasi, jika tak ada tindakan apa-apa, setengah dari 6.000 bahasa yang dipakai di dunia akan hilang hingga akhir abad ini. Oleh karena itu, kita berharap penggunaan bahasa daerah di bandara-bandara diikuti bandara-bandara lainnya bahkan menjadi kebijakan pemerintah. Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk kelestarian kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kembali pada penggunaan bahasa Jawa. Tentu sebagai pimpinan universitas di Yogyakarta dan juga guru besar bahasa dan filsafat Jawa, saya bersyukur. Di UNY sendiri, penggunaan bahasa Jawa telah menjadi habitus sivitas akademikanya. Bahasa Jawa digunakan di mana-mana, baik di ruang-ruang kuliah, kantin, kantor, lapangan, laboratorium, taman, bahkan tempat parkir. Tak hanya itu, sebagai pada acara-acara tertentu, saya pun berpi­ dato menggunakan bahasa Jawa. Tak kalah bersyukurnya, pelestarian budaya Jawa di Kampus Karangmalang tidak hanya dalam bentuk penggunaan bahasa Jawa. Bentuk-bentuk tradisi budaya Jawa terus dilanggengkan, baik dalam bentuk tarian, pakaian adat, nyanyian, alat musik, dan lainnya. Alhamdulillah peles­ tarian budaya Jawa telah menjadi tanggung jawab bersama warga UNY. Mari kita berbahasa daerah (Jawa) untuk bangsa Indonesia yang majemuk.  P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 5


 S U R AT P E M B A C A

UNY Press

BPPU.UNY.AC.ID

Perguruan tinggi swasta maupun negeri memang tidak bisa lepas dari buku, bahkan buku wajib biasanya diharuskan dosen bagi mahasiswanya. Begitu pun buku-buku mata kuliah yang kalian terima ketika berstatus mahasiswa baru. Buku-buku seperti Sosiologi Pendidikan, Pendidikan Agama, Pancasila, dan lainnya— tak lain adalah buku terbitan UNY Press. Oleh M SUKRON FITRIANSYAH Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan

BANYAK dari kita yang mempertanyakan di mana kedudukan UNY Press sebagai penerbit atau sekadar percetakan. Namun, pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan buku-buku yang diterbitkannya. UNY Press cenderung menerbitkan buku-buku mata kuliah mahasiswa UNY sendiri. Kalau pun ada buku non mata kuliah, buku tersebut hilang dari pandangan kita semua, sebab gaung suara UNY Press di dunia penerbitan tidak terdengar nyaring. Mungkin paling banter hanya terdengar di kalangan 6 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

mahasiswa UNY—yang bukubuku terbitannya hanya dipakai sesekali, bahkan tidak disentuh sama sekali. Jika memang UNY Press masih diperlukan, setidaknya ada niatan dari UNY untuk memaksimalkannya. UNY Press selama ini “terlalu tertutup”. Berapa orang dari sekian ribu mahasiswa UNY yang benarbenar tahu di mana kantor UNY Press? Kalau ada yang tahu pun, mereka menganggap UNY Press “mati suri” sebab kantornya selalu sepi. Bandingkan saja dengan kampus sebelah. Ia punya nasib berbeda.

Sama-sama penerbit kampus, tetapi pamor UNY Press kalah mentereng. Penerbit kampus lain hampir setiap tahun mengadakan bazaar, diskon, dan lainnya untuk menarik pembeli— tentu faktor lainnya adalah untuk mengangkat nama mereka. Buku-buku mereka pun tak melulu formal seperti UNY Press.

Walaupun masih menyangkut dunia akademik, tetapi cakupannya lebih luas, tidak menutup ruang untuk buku-buku baru dan sangat relevan untuk saat ini tampil di muka depan. UNY Press harus membuka lebar-lebar pintu mereka untuk menggaet gagasan serta ide dari sivitas akademika UNY sendiri. Gagasan dan ide tersebut bisa menjadi sebuah prestasi dalam bentuk buku yang tidak habis digerus waktu—karena prestasi tak melulu tentang piala yang berjejer di lemari atau piagam penghargaan. Namun dengan buku, gagasan dan ide tersebut tentu bisa bermanfaat bagi khalayak ramai. Dan yang terpenting, UNY Press benarbenar menjadi wadah penam­ pung ide brilian tersebut.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


PRAKASIT KHUANSUWAN

T I P S -T I P S

Oleh DEDY HERDITO Staf Humas UNY

B

agi pehobi travelling pastilah suka mencoba berbagai moda transportasi yang ada. Salah satunya kereta api. Jika pergi bersama-sama dengan teman pastilah akan ramai dan meriah. Namun apabila pergi sendirian atau baru pertama kalinya juga tidak perlu kuatir, karena naik kereta api tidak sesulit yang dibayangkan. Begini tips untuk bepergian dengan kereta api.

1

Jangan membeli tiket kereta api dekat dengan hari keberangkatan. Belilah tiket jauh-jauh hari untuk menghindari tiket habis, apalagi di musim liburan seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru. Saat ini pemesanan tiket kereta api sudah bisa dilakukan sejak H-90.

2

Buat perencanaan perjalanan. Untuk perjalanan berkereta api juga perlu direncanakan. Tentukan kota asal, kota tujuan, memilih kelas kereta yang diinginkan (eksekutif, bisnis, atau ekonomi), jumlah tiket, lalu klik tombol cari tiket dan muncul hasil pencarian. Bahkan juga bisa langsung memilih tempat duduk yang diinginkan.

Tips Naik Kereta Api dengan Nyaman 3

Lakukan pemesanan sistem online. Ada beberapa situs pemesanan online seperti Traveloka, Pegipegi, Tiket.com, KAI Access dan sebagainya. Pilih­ lah salah satu yang diingin­kan. Dijamin cepat, praktis, dan har­­ ganya sudah pasti lebih murah.

4

Gunakan pakaian yang nyaman. Jangan memakai pakaian yang berlebihan seperti kebaya, high heels dan sebagainya. Silakan gunakan pakaian santai dan aksesoris yang tidak menyolok demi keamanan. Apalagi perjalanan dengan kereta ape jelas memakan waktu lebih lama.

5

Jangan lupa bawa charger, buku bacaan, atau game. Tidak bisa dipungkiri jika di zaman teknologi yang makin canggih seperti sekarang, smartphone penting dan bisa bikin kita terhindar dari mati gaya. Selain smartphone, buku bacaan dan game juga bisa membantu mengatasi kebosanan saat di kereta api.

6

Datang ke stasiun lebih awal.

Untuk menghindari hal-hal yang diinginkan, seperti macet di perjalanan saat menuju stasiun kereta api atau ditinggal kereta api, datanglah lebih awal maksimal satu jam sebelum keberangkatan. Karena harus mencetak tiket kereta api yang sudah dipesan dan biasanya antrean bakal panjang saat musim liburan.

terlalu besar. Rak bagasi di kereta api terbatas, dan harus berbagi dengan penumpang lain sekursi. Jangan sampai saking banyaknya barang yang kita bawa sehingga penumpang sebelah tidak kebagian bagasi.

10

Periksa kembali tiketnya. Sesuaikan dengan jadwal keberangkatan, nama kereta api, dan nomor tepat duduk.

7

Bawa camilan. Perjalanan jauh akan menguras tenaga. Camilan akan membantu mengurangi kebosanan itu. Jika lupa membawa camilan, divisi restoran kereta api siap menyediakannya bahkan juga menyediakan menu makanan seperti nasi goreng, bistik dan sebagainya.

11

Jangan malu bertanya. Jika ada yang dirasa perlu ditanyakan, jangan malu-malu untuk bertanya pada petugas KAI yang ada.

12

8

Kereta Luar Jawa. Ada beberapa kereta di luar Jawa yang bisa dinikmati. Di antaranya Sibinuang di Sumatra Barat, Siantar Express di Sumatra Utara dan Sriwijaya di Sumatra Selatan.

Bawa KTP. Karena saat masuk stasiun petugas akan meminta KTP untuk mendapatkan boarding pass.

9

Pertimbangkan barang bawaan. Pikirkan barang yang akan dibawa dalam perjalanan. Jangan membawa begitu banyak barang sehingga membutuhkan tas yang P E WA R A D I N A M I K A F E B R U A R I 2 0 1 8 7


Laporan Utama

DIRJEN BELMAWA, INTAN AHMAD, meresmikan Program Digital Library dan E-Learning UNY.

KALAM / PEWARA

8 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8


Laporan Utama

MELIPAT JARAK, MENEMBUS BATAS

R

evolusi industri 4.0 telah membawa realitas baru, yaitu dunia yang mengalami pemadatan, pemampatan, pengecilan, dan percepatan yang menjadikan jarak menjadi tidak berarti. Sebuah dunia baru telah tercipta yang lebih efektif, efisien, dan serba cepat. Ratusan bahkan ribuan jilid ensiklopedi, buku, dan jurnal tidak lagi membutuhkan ruang yang luas dan jejeran almari dengan tumpukan kertas yang lekas menua dan rapuh. Semua itu bisa diringkas dan dipadatkan dalam bentuk digital dan tersimpan hanya dalam satu Tablet, bahkan bisa diakses dari mana saja. Atau konferensi internasional tidak lagi harus mendatangkan para ahli dari belahan dunia lain yang memakan banyak biaya perjalanan maupun hotel, cukup dengan teleconference secara live dan kita bisa bertatap muka dengan begitu nyata tanpa menghilangkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Dunia telah bergerak sangat cepat dalam kemajuan teknologi informasi, seyogyanya dunia akademik mampu beradaptasi dan menjadi bagian dari era disrupsi tersebut, dan mengambil manfaatnya. Sejatinya memperoleh pendidikan dan manfaat dari kemajuan teknologi merupakan salah satu dari jaminan HAM yang dijanjikan oleh konstitusi kita Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya, dan demi kesejahteraan umat manusia.�

Menjawab tantangan zaman, UNY menghadirkan perpustakaan digital (digital library) yang bisa menampung jutaan ensikopedi, buku, maupun jurnal dari belahan dunia manapun. Semua itu dapat diselami hanya dalam satu gedung, digital library. Dengan digital library tidak ada lagi alasan buku sulit dicari, jaringan lelet, atau bahkan buku yang dibutuhkan telah dipinjam semua. Karena di sini semuanya tersedia serba cepat, terbuka, dan menjadikan mimbar kebebasan akademik menemukan pijakannya. Tidak hanya akses informasi dari jurnal maupun buku-buku berkualitas, dalam digital library juga tersedia ruang seminar yang mampu menampung 300 peserta dengan fasilitas kelas wahid. Memiliki proyektor yang mampu menampilkan tujuh peserta group call secara sekaligus, sehingga konferensi internasional bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan fasilitas yang sangat mumpuni ini, salah satu luaran yang diharapkan adalah meningkatnya produktifitas akademik tidak hanya mahasiswa, tetapi dosen-dosen UNY juga bisa berkontribusi lebih banyak dalam sumbangsihnya di dunia akademik. Tentunya dengan kualitas pembelajaran, penelitian, tulisan jurnal, dan lain-lain, yang semakin baik, ditunjang oleh referensi dari digital library. Dengan digital library, kita bisa menyelam lebih dalam dan menembus batas cakrawala pengetahuan. Tabik. BUDI MULYONO

P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 9


Laporan Utama

Digitalisasi, Menyelamatkan Buku Digital Library UNY hadir bukan untuk menggantikan buku. Semangat literasi tetap menjadi landasannya. Serta e-book dan digitalisasi karya tulis sebagai tiang pancang. Harapannya, digitalisasi justru menyelamatkan buku sekaligus minat baca generasi muda yang kerap memudar.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

B

elasan ribu Skripsi, Tesis, Disertasi, dan karya ilmiah, pada Maret 2016 lalu berserakan di samping kiri Perpustaka­ an UIN Alauddin Makassar. Tumpukan pengetahuan tersebut dilempar begitu saja dari lantai empat gedung, dan terhambur di tanah lapang. Tak lama, beberapa pekerja nampak mengangkat karyakarya tersebut layaknya seonggok kertas tak berguna. Dimasukkan ke truk bak terbuka, dan menurut Mantan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, Quraisy Mathar, kala itu hendak sengaja dimusnahkan. Namun pemusnahan tersebut, bukan berarti menghilangkan arsip yang berisi peluh keringat para civitas akademika begitu saja. Kampus, ungkap Quraisy, sangat menghargai perjuangan pembuatan karya ilmiah dan melakukan standar pengelolaan arsip. Pemusnahan arsip statis, diikuti dengan mempertahankan arsip dinamis yang telah mengalihmediakan karya-karya tua tersebut ke dalam format PDF. “Sehingga, bisa diakses online oleh siapapun dan di manapun, dan karya itu lebih abadi, sehingga ini (digitalisasi) menyelamatkan buku dan karya-karya. Bagi yang ingin mengakses skripsi mahasiswa UIN Alauddin versi online-nya di laman web opac.uin-alauddin.ac.id. Dan pada September 2016, UIN Alauddin bersama dengan Kota Makassar menjadi tuan rumah konferensi perpustakaan digital Indonesia (KPDI),” kenang Quraishy atas fenomena yang sempat viral di jagat maya tersebut. 10 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

tertentu, di situ digitalisasi berperan sangat positif. Dan karena keterbatasan ruang memang, tidak semua Skripsi/Tesis/Disertasi (secara fisik) dapat dipajang di ruang layanan,” ungkap Zamtinah yang juga sepakat bahwa digitalisasi berkontribusi aktif dalam merawat koleksi perpustakaan.

KALAM / PEWARA

Digitalisasi dan penyediaan koleksi berbasis fisik secara terbatas, sebenarnya juga dilakukan di banyak kampus. Universitas Hassanudin Makassar misalnya, kampus yang bertetangga dengan UIN Alauddin, diungkapkan oleh Quraishy hanya menampilkan koleksi sejak tahun 2005 dan mendigitalisasi yang lama. Senada dengan hal tersebut, Dr. Zamtinah, Kepala UPT Perpustakaan UNY mengakui juga memiliki mekanisme pengarsipan dan penampilan koleksi serupa dengan apa yang dilakukan Quraisy.

Seorang mahasiswa yang menjadi dirijen lagu Indonesia Raya menunggu acara dimulai di luar ruang lantai 4 Digital Library UNY.

“Walaupun kita tidak pernah lho ya, melempar seperti itu. Kita arsipkan dan yang kita tampilkan di perpustakaan memang yang

Buku elektronik, jurnal internasional, serta Skripsi, Tesis, dan Disertasi sivitas UNY lintas zaman akan disediakan secara daring.

Menginklusifkan Buku Perpustakaan digital diproyeksikan akan berperan sentral dalam pengembangan universitas. Di dalam perpustakaan yang kelak diproyeksikan tak memiliki buku konvensional sama sekali tersebut, buku elektronik, jurnal internasional, serta Skripsi, Tesis, dan Disertasi sivitas UNY lintas zaman akan disediakan secara daring. Langganan jurnal UNY yang juga terus ditingkatkan seiring waktu, diharapkan dapat mendukung kualitas penelitian maupun tugas akhir para mahasiswa. Sehingga sebagai keluarannya lagilagi, ialah grand design universitas di tahun 2018 untuk meningkatkan kompetensi lulusan sekaligus memantaskan diri sebagai World Class University. “Perpustakaan dalam pandangan saya adalah jantung sekaligus urat nadi menuju World Class University, karena di sinilah lumbung ilmu kita, dan secara bertahap kita menyediakan untuk layanan sekitar 300-400 komputer sekaligus e-library. Sehingga dari mana saja, asal ada koneksi internet, mahasiswa bisa akses koleksi daring perpustakaan,” ungkap Dr. Zamtinah, Kepala UPT Perpustakaan UNY. Kemampuan untuk mengakses koleksi secara daring inilah, yang kemudian diungkapkan Zamtinah sebagai upaya menginklusifkan


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

koleksi bagi semua. Data dari UPT. Perpustakaan menunjukkan bahwa walaupun UNY memiliki 132.327 judul koleksi buku cetak dengan 283.899 eksemplar, namun setiap harinya rata-rata baru dikunjungi sekitar 800-1500 setiap hari. Jumlah yang didapat pada tahun 2017 lalu, ungkap Zamtinah, baru meningkat sekitar 13,1% dalam setahun. Walaupun di momen-momen tertentu layaknya menjelang tahun ajaran baru maupun ujian dan musim sidang tugas akhir, angka tersebut bisa melonjak drastis. “Tapi itu kan hanya momen tertentu saja. Padahal, kita menargetkan peningkatan jumlah mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebesar 20%. Jalan untuk mencapai optimal sesuai target, menginklusifkan perpustakaan, masih panjang,� ungkap Zamtinah. Selain itu, target-target yang

DIRJEN BELMAWA dalam sesi teleconference Peresmian Program Digial Library dan E-Learning.

tertaut dalam Laporan Pelaksanaan Program Tahunan UNY tahun 2017, juga menunjukkan belum terpenuhinya apa yang dicita-citakan oleh perpustakaan. Peningkatan jumlah dosen yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan misalnya, hanya 4,3% dari target 6%. Sedangkan peningkatan pengunjung database yang dilanggam UNY melalui e-journal/e-book, yang hendak dipopulerkan UNY dengan adanya Digital Library, baru meningkat 12,1% dari target 20%.

Sifat teknologi saling berpaut. Keadaan ini kemudian mengimplikasikan banyak hal, terutama dalam perkembangan zaman.

Kekurangan tersebut menurut Zamtinah, selama ini berlangsung karena dua hal. Yang pertama, adalah kurangnya fasilitas komputer yang bisa digunakan untuk mengakses koleksi digital secara langsung di perpustakaan. Mahasiswa dalam mencari rujukan masih gemar mengunduh buku bajakan atau fotokopi milik teman, alih-alih berebut sekitar 20 komputer yang disediakan di lantai 3 gedung perpustakaan. Jumlah 20 komputer tersebut, pada dasarnya tidak proporsional dibanding jumlah pustakawan yang secara rutin mengunjungi perpustakaan UNY, maupun tambahan pengunjung yang sedang ditargetkan universitas. “Jadi kita berada di lingkaran dilema. Kita ingin meningkatkan pengunjung, tapi pengunjungnya juga susah didatangkan kalau komputer mau pakai saja harus rebutan. Ini sangat tidak seimbang,� ungkap Zamtinah. P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 11


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

Budaya dan Ketersediaan Literasi Alasan yang kedua, kemudian dikaitkan Zamtinah kepada tugas dosen yang kerap belum berbasis koleksi perpustakaan. Beberapa dosen ungkapnya masih lebih intensif membawa buku ajar sendiri maupun melakukan studi dalam kelas berbasis komunikas verbal maupun power point.

Sehingga menjadikan perpustakaan sebagai magnet dari mereka. Tapi kadang juga ada jurnal yang belum ada di perpustakaan, maupun koleksi buku yang ingin kita rujuk ternyata belum ada atau mencarinya butuh waktu. Alternatifnya kadang Scihub (website penyedia jurnal bajakan), atau konvensional saja semacam copy teman,” ungkap Herman

Walaupun hal tersebut tetap baik dan sejalan dengan kebebasan berakademik yang dimiliki para dosen, Zamtinah mengungapkan akan lebih konstruktif jika kegiatan belajar mengajar tersebut dilengkapi dengan kajian literatur yang lebih intensif layaknya me-review jurnal. Himbauan untuk meningkatkan basis budaya literasi telah terus disuarakan oleh Pimpinan UNY bersama dengan UPT Perpustakaan. Jurusan-jurusan di Program Pascasarjana UNY, layaknya diungkapkan Prof. Herman Dwi Sujono, Ketua Prodi S2 Teknologi Pembelajaran PPs UNY, telah rutin menjalankan hal tersebut.

Menyikapi hal tersebut, Zamtinah mengungkapkan bahwa penyediaan yang lebih masif melalui Digital Library UNY dapat menjadi solusi. Ketersediaan server berjaringan yang membuat para sivitas bisa mengakses koleksi dari mana saja, diungkapkan Zamtinah sejalan dengan peningkatan akses fasilitas

“Ya memang budaya literasi itu penting, dan di Pascasarjana sudah bagus karena tugas kuliah kita minimal review jurnal Scopus lah ya. 12 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

REKTOR UNY DAN DIRJEN BELMAWA sedang mengecek perangkat komputer yang tersedia.

Penyediaan yang lebih masif melalui Digital Library UNY dapat menjadi solusi. Ketersediaan server berjaringan yang membuat para sivitas bisa mengakses koleksi dari mana saja.

e-library dari gadget pribadi yang berdasarkan statistik sebesar 30% di tahun lalu. Beberapa koleksi UNY yang selama ini masih sulit diakses oleh khalayak sivitas, layaknya koleksi karya disertasi rektor maupun tokoh penting UNY di zaman lampau, juga akan difasilitasi untuk pencarian jejak dan digitalisasi oleh pihak perpustakaan. Sehingga nantinya, jurnal dan beberapa e-book lainnya yang dilanggam oleh UNY dapat mengakses literasi yang mereka kehendaki bahkan dari rumah masing-masing. Sedangkan beberapa koleksi yang lebih sensitif layanya Skripsi, Tesis, atau Disertasi tertentu, disediakan dalam bentuk softcopy (.pdf ) yang hanya bisa dibaca dan diakses secara langsung di Digital Library tanpa boleh di-copy/ diunduh. “Untuk koleksi seperti karya rektor maupun tokoh UNY terdahulu, akan diupayakan. Kalau perlu, kita sowan ke rumah keluarga. Men-digitalkan adalah mengabadikan, dan ini bisa jadi langkah kita bukan hanya memupuk budaya dan menyediakan literasi, tapi juga penghormatan kepada beliau,” pungkas Zamtinah.


Laporan Utama

PENAMPILAN TARI SAMBUTAN pada Acara Peresmian Program Digital Library dan E-Learning UNY.

P E WA R A D I N A M I K A M A R E TKALAM 2 0 1/8PEWARA 13


Laporan Utama

LDR Yogyakarta-Banjarmasin bersama E-Learning 7in1 Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

D

alam pertemuan kelima kelas Pengetahuan Bahan Pangan di Prodi Pendidikan Tata Boga, Dr. Mutiara Nugraheni menjabarkan struktur biologis ikan dan beragam produk hewani laut lainnya, sembari menyajikan cara mengolah produk-produk tersebut dengan baik tanpa menghilangkan nilai-nilai gizinya. Namun, kelas yang berisikan konsep teoritis, faktual, dan prosedural tentang sifat-sifat bahan pangan itu tak lagi diajarkan dengan tatap muka membosankan via buku diktat di dalam kelas. Jam kuliah justru dilakoni sang pengajar dari salah satu ruang di Fakultas Teknik (FT) sembari duduk di depan laptop. Menyaksikan para mahasiswa yang mengakses dan mengerjakan penugasan melalui aplikasi Be-Smart, serta sesekali memberi masukan dalam diskusi yang berlangsung melalui chat daring maupun video call. Hal serupa juga berlangsung ketika sang dosen memaparkan bagaimana pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut berlangsung kepada Dirjen Belmawa Kemristekdikti Prof. Intan Ahmad bersama para rektor universitas yang tergabung dalam 7in1 lewat video conference dari FT. Menghubungkan Digital Library dengan fakultas yang terletak 5-10 menit jika berjalan kaki tersebut, termasuk dengan 20 mahasiswa asal Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang juga mengambil mata kuliah yang ia ampu dan membuatnya seakan tak berjarak. “Izin melaporkan Pak Intan. Saya Mutiara Nugrahaeni bersama dua dosen kelas ini (Ichda Chayati, MP., dan Andian Ari Anggraeni, M.Sc.), sudah tiga tahun mendapat amanah mengampu mata kuliah online. Semua melalui forum dan video conference daring, dan diikuti secara real time oleh 128 mahasiswa UNY dan 20 mahasiswa dari ULM,” 14 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

ungkap Mutiara disambut gemuruh tepuk tangan peserta soft launching sekaligus apresiasi dari sang Dirjen. Intan juga memandang, bahwa PJJ dapat menjadi terobosan di era disrupsi digital yang harus terus digaungkan agar Indonesia tak ketinggalan dengan bangsa lain. Dengan program PJJ, ia berharap proses belajar bisa menjadi universal, tak tersekat ruang, sembari membuat hubungan jarak

DIRJEN BELMAWA BERSAMA REKTOR UNY Saat penandatanganan prasasti peresmian Program Digital Library dan E-Learning UNY.

Intan juga memandang, bahwa PJJ dapat menjadi terobosan di era disrupsi digital yang harus terus digaungkan agar Indonesia tak ketinggalan dengan bangsa lain.

jauh serasa menyenangkan. “Jadi tidak ada nanti Long Distance Relationship (LDR) yang complicated seperti anak-anak muda kita biasa lihat. LDR dalam proses e-learning, serasa begitu dekat dan mendekatkan,” tegas Intan. Sistem Pembelajaran Daring Indonesia Sebagai program yang diinisiasi Ditjen Belmawa Kemristekdikti (sebelumnya Dit Belmawa Kemdikbud) untuk meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran bermutu di perguruan tinggi, Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) diluncurkan oleh Wakil Presiden Boediono pada 2014 lalu. Mendikbud pada saat itu, Mohammad Nuh, mengungapkan bahwa kuliah daring merupakan langkah terobosan untuk penyediaan pendidikan bermutu dan terjangkau bagi segenap bangsa Indonesia dalam waktu singkat dengan biaya terjangkau yang tidak tersekati ruang dan tuntutan hadir di kelas.


ARIF / HUMAS UNY

Laporan Utama Rektor UNY membuka Festival Dalang Cilik sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis UNY 2017

KALAM / PEWARA

Pada 2014, enam perguruan tinggi memperoleh izin resmi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk menyelenggarakan kuliah online, yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Gadjah Mada, STMIK AMIKOM Yogyakarta, dan Universitas Bina Nusantara. Pada awalnya 30 mata kuliah dirilis guna penyelenggaraan kuliah online tersebut, dengan standar isi dan proses kuliah daring mengacu kepada standar nasional pendidikan, dan standar internasional untuk e-learning. “Sehingga pada awal dirilis, tujuannya memang meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK), yang pada 2017 lalu juga baru menyentuh 31,5%,” ungkap Intan. Kebanyakan dari mereka yang belum mampu menempuh Pendidikan

PROF. HERMAN DWI SUJONO saat memandu pembukaan teleconference dengan universitas jarngan UNY.

Tinggi, layaknya diungkapkan oleh Menristekdikti Mohamad Nasir dalam Rapat Kerja Kopertis Wilayah XIV Papua dan Papua Barat yang dilaksanakan di Indoluxe Hotel Yogyakarta (07/03/2018), berlangsung akibat banyak aspek yang sifatnya multidimensional. Termasuk di antaranya, tingkat ekonomi dan keterbatasan fasilitas perguruan tinggi yang ada di wilayah-wilayah tertentu.

Sang Menteri menjadi salah satu solusi tepat untuk meningkatkan akses Pendidikan Tinggi di daerah tersebut. Terlebih lagi, Kemristekdikti telah memiliki aturan yang dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan PJJ, sehingga baik perguruan tinggi negeri maupun swasta dapat menjalankan program tersebut tanpa menanggalkan kualitas yang mampu dihadirkan dalam tatap muka.

PJJ kemudian dipandang oleh

“Sehingga kami optimis, karena kalau kita sekadar kejar mengembangkan kampus secara konvensional rata-rata peningkatan APK hanya 0,5% per tahun, dengan PJJ saya optimis APK bisa di angka 40% pada tahun 2022-2023,” jelas Nasir.

Pengembangan PJJ kemudian dirintis UNY melalui BeSmart pada 2006 dengan mengusung konsep blended learning sejak saat itu.

Pengembangan PJJ tersebut, kemudian dirintis UNY melalui portal Be-Smart pada tahun 2006. Konsep blended learning yang memadukan pelaksanaan P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 15


Laporan Utama

pembelajaran berbasis daring tanpa menanggalkan tatap muka, berlangsung sejak saat itu. Beberapa kelas yang mengambil fitur daring secara penuh layaknya Pengetahuan Bahan Pangan, juga mulai bermunculan. Pengembangan Digital Library dan infrastuktur berbasis digital yang didukung oleh proyek IDB, termasuk diantaranya mengembangkan jaringan internet yang baik, menjadi stimulus untuk hal tersebut. “Termasuk untuk terus mengoptimalisasi UNY yang sudah bergabung dalam kolaborasi berbasis SPADA. 102 kelas dan modul berbasis online course, sudah bisa diakses antar mahasiswa kampus 7in1. E-learning bareng-bareng lintas kampus,� ungkap Intan. Ambil SKS di Kampus Lain Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu kooperasi yang telah muncul dalam SPADA dan 16 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

melibatkan UNY di dalamnya ialah melakukan semacam kerjasama transfer kredit berbasis e-learning. Kolaborasi antar kampus yang tergabung dalam kerjasama 7in1, memberikan mahasiswa dalam universitas-universitas tertentu untuk mengambil mata kuliah di kampus lain secara daring sesuai kesepakatan dan kebutuhan antar prodi. SKS yang diambil di kampus lain tersebut, nantinya akan diakui

Kolaborasi antar kampus yang tergabung dalam kerjasama 7in1, memberikan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di kampus lain secara daring sesuai kesepakatan dan kebutuhan prodi.

oleh masing-masing universitas dan masuk ke dalam transkrip ijazah. Kelas Pengetahuan Bahan Pangan misalnya, telah menerapkan pembelajaran berbasis e-learning ini untuk tahun ketiga. 20 mahasiswa ULM yang baru tahun pertama mengikuti pembelajaran berbasis e-learning di UNY tersebut nantinya akan memperoleh nilai setara dengan 3 SKS. Namun berbeda dengan transfer kredit biasa yang mewajibkan para mahasiswa untuk kuliah hanya di universitas tujuan, layaknya mahasiswa yang sedang pertukaran pelajar ke luar negeri, kerjasama berbasis SPADA ini memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di universitasnya sendiri dan di kampus lain secara simultan. “Sehingga walaupun dia mengambil mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan, para mahasiswa ULM ini tetap bisa mengambil mata kuliah


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

yang ada di universitasnya sendiri. Misal dia memiliki jatah total 24 SKS, maka 3 SKSnya sedang diambil di UNY dan 21 SKSnya diambil di ULM atau kampus-kampus 7in1 lainnya,” ungkap Prof. Herman Dwi Sujono, Ketua Prodi S2 Teknologi Pembelajaran UNY yang juga sempat menjabat sebagai Ketua Tim E-Learning Project IDB 7in1 Ditjen Belmawa. Beberapa dari 102 kelas dan modul yang saat ini digelar dalam kerjasama E-Learning 7in1, di antaranya adalah Matkul Inovasi Pendidikan di Universitas Gorontalo, Matkul Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) di Universitas Tanjung Pura Pontianak, dan Matkul Pengantar Statistika di Universitas Syiah Kuala Aceh. Masing-masing mata kuliah tersebut juga telah diambil mahasiswa lintas kampus, misalnya Matkul Inovasi Pendidikan yang juga diambil oleh 50 Universitas Negeri Surabaya, dan Matkul PSDA

TELECONFERENCE DENGAN UNIVERSITASUNIVERSITAS JARINGAN UNY.

yang diambil 10 mahasiswa ULM. “Ini baik bagi para mahasiswa untuk mendapat exposure sekaligus merasakan dan membandingkan kualitas kuliah antar kampus. Ke depan, harapannya semua karena terpapar, jadi makin berkolaborasi dan belajar satu sama lain agar berkembang. Sekaligus, kerjasama antar kampus 7in1 ini bisa jadi rujukan untuk kolaborasi yang lebih luas,” ungkap Intan.

Harapannya, semua karena terpapar, jadi makin berkolaborasi dan belajar satu sama lain agar berkembang. Sekaligus, kerjasama antar kampus 7in1 ini bisa jadi rujukan.

Trajektori UNY dalam upaya untuk mengembangkan inklusifitas perguruan tinggi sekaligus menyongsong era digital, juga diharapkan akan terus mengem­ bangkan dan membuka akses PJJ seperti inisiasi Kemristek­dikti. Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa mengungkapkan hal tersebut sejalan dengan upaya UNY untuk menyukseskan program pendidikan negeri sekaligus menghadirkan diri bagi masyarakat secara luas. “Apalagi waktu itu (Groundbreaking Gedung IDB, Juni 2017), Pak Menteri (Moh. Nasir, Menristekdikti) sudah ngendikan minta UNY menambah mahasiswa. Pesan tersebut akan kita kaji selalu dengan kapasitas yang ada. Apalagi Gedung IDB nantinya juga akan memberi ruang, dan kolaborasi e-learning IDB serta kemajuan pesat teknologi memberikan kita kesempatan untuk terus berkembang dan maju,” pungkas Sutrisna.  P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 17


Laporan Utama

Bentuk Tanpa Rupa, Buku Minus Kertas Gelora digitalisasi merambah perbukuan. Digilib digadang-gadang mengisi perayaan buku elektronik. Siapa saja bisa mengakses tanpa keharusan meminjam. Geliat ini terus menyeruak seperempat abad terakhir. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

M

aharani terlihat serius di depan Macbook Pro sejak pagi. Matanya menyapu layar dengan sesekali mengernyitkan dahi. Tangan kanannya sibuk menggenggam tetikus—peranti penunjuk. Sesekali jemarinya menari di atas papan ketik. Di saat itu berarti ia mendapatkan ide dan sedang menuliskannya. Sekarang sudah mulai jam istirahat siang. Aktivis mahasiswa FMIPA itu kini sibuk mengerjakan skripsi. Duduk khusyuk di lantai dua ruang jurnal, perpustakaan pusat, dilakoni sejak judul tugas akhirnya diteken. Itu sekitar dua bulan lalu. Selama menggayung referensi, Maharani tak mau diganggu. “Soalnya mencari pustaka dan mengutip buat skripsi itu susah-susah gampang. Harus telaten,” tuturnya. Walau fisik di perpustakaan, benak pikiran Maharani bervakansi ke lintas benua. Ia termasuk jeli mencari sumber referensi. Tak sekadar di rak buku, Maharani juga memanfaatkan teknologi informasi. Ia bisa berjam-jam mengunduh buku elektronik. Yang paling disuka, selain situs Perpustakaan Nasional, ialah situs Gutenberg. “Menurutku sih web ini cukup lengkap e-book-nya,” ucapnya. Gutenberg merupakan salah satu situs penyedia buku elektronik terlengkap di dunia. Namanya dicuplik dari seorang penemu mesin cetak. Nama aslinya Johannes Gensfleish zur Laden zum Gutenberg (1398-1468). Pria berkebangsaan Jerman itu semula bekerja sebagai pandai logam. Berkat inovasinya, pada 1450, ia menciptakan teknologi percetakan yang cikal bakalnya terus berkembang sampai sekarang. 18 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

Laman Gutenberg menyediakan lebih dari 56 ribu buku elektronik secara cuma-cuma. Pendirinya Michael Hart, penulis kondang The 100: A Rangking of the Most Influential Persons in History (1978), sejak 1971. Literatur lintas disiplin tersedia gratis. Prasyaratnya relatif mudah. Cukup mendaftar, mengisi data pribadi, dan bejibun referensi digital siap diakses. *** Di antara ratusan juta penduduk bumi Indonesia, Maharani termasuk melek teknologi. Baginya perpustakaan telah bersolek rupa. Perpustakaan, menurutnya, tak berlokasi khusus. Ia bertempat tinggal di jagat maya. Siapa pun bisa bertandang ke sana. Tanpa terikat ruang dan waktu. Pada perkembangannya, perpustakaan digital (digilib) lahir atas inisiatif Paul Outlet pada 1892. Mulanya ia ingin melakukan terobosan ilmiah untuk mengintegrasikan jutaan dokumen, foto, video, maupun audio. Paul mengharapkan paket informasi itu dikonsumsi publik secara luas. Ia geram karena perang terus berkecamuk dan menginginkan perekatan nasionalisme. Michael Riordan dan Lillian Hoddeson, penulis buku masyhur bertajuk Birth of the Information Age (1997), mengurai persoalan dunia abad ke-21. Keduanya berangkat dari asumsi Paul agar umat manusia

Perpustakaan, menurutnya, tak berlokasi khusus. Ia bertempat tinggal di jagat maya.

saling berbagi informasi. Impian futuristik Paul akhirnya terwujud pada tahun 90-an. Layanan internet mulai masif. Konsekuensinya, portal informasi yang menyediakan beragam referensi bermunculan. Satu dekade sebelumnya, di negeri Paman Sam, Online Public Access Catalog (OPAC) sudah mulai dirumuskan. Keberadaannya menggeser eksistensi kartu katalog yang telah mengakar di dunia akademik. Tiap institusi yang menyediakan layanan perpustakaan segera berbenah. Era kertas lambatlaun mulai gulung tikar. Meski ia masih dipertahankan. Tahun 1994, digilib naik daun. Howard Besser, penulis The Past, Present, and Future of Digital Libraries (2002), sekitar 24,4 juta pengguna turut merayakan. Pemerintah Amerika Serikat kemudian mendanai enam universitas untuk pengembangan lanjutan. Di antaranya University of California-Berkeley, Carnegie Mellon University, University of Illinois, Stanford University, University of California-Santa Barbara, dan University of Michigan. Digilib berkembang pesat tiap tahun. Banyak inovasi dilakukan serentak di tiap negara. Dunia kemudian mengenal Google. Selain mesin pencari, ia juga menyediakan ribuan buku elektronik. Keadaan ini disambut baik perguruan tinggi. Termasuk Universitas Negeri Yogyakarta yang baru meresmikan digilib pada awal Maret 2018. Kepala Perpustakaan UNY sudah menyiapkan perencanaan digitalisasi buku. Ia mengharapkan agar buku itu bisa diakses siapa saja. “Tentunya buku yang akan didigitalkan harus sesuai izin. Biar sama-sama legal. Jadi mahasiswa bisa membaca buku digital di mana saja dan kapan saja.


Laporan Utama

Kebun Apel ala Wakanda Karangmalang bukanlah Wakanda. Tapi laksana kota imajiner yang penuh modernitas tersebut, Digital Library juga hendak menyajikan hal serupa. 500 iMac dalam "Kebun Apel," diharapkan membuat semangat pembebasan dan inspirasi yang ada di dalam Black Phanter, tak sekadar melintas di angan-angan. Namun mampu meresap dalam kalbu, sehingga berkontribusi bagi pengembangan prestasi dan keilmuan di UNY. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

V

ibranium boleh jadi tak pernah ditemukan selama empat bulan saat PT. Sasmito mengeruk tanah lahan parkir yang kini disulap menjadi Digital Library UNY. Tapi Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, bercanda dalam post media sosial pribadinya bahwa gedung tersebut akan lebih canggih dari seantero Wakanda. 500 buah iMac yang telah didesain menjadi jeroan Digital Library sejak hari pertama ia dibuka dalam soft launching, Kamis (08/03/2017), menurutnya menjadi salah satu bukti kecanggihan Digital Library. Itulah kenapa, walaupun Sutrisna tetap memekikkan “Wakanda Forever!” laksana para aktor dalam film berlatar kota imaji di Uganda tersebut, Sang Rektor tetap berani menantang King T’Challa, tokoh raja yang berkuasa dalam Black Phanter, untuk menyambangi Kebun Apel dan beragam fasilitas yang ada di Digital Library. “Kamis 8 Maret, Digital Library UNY mulai dibuka. Siapa tau King T’Challa dan Shuri mau studi banding!” ungkap Sutrisna dalam post yang ia publikasikan di Facebook dan Instagram. “Apel” karena Awet “Kebun Apel” yang kerap menjadi sebutan para sivitas UNY atas fasilitas yang ada dalam Digital Library UNY, sebenarnya merujuk pada wujud perpustakaan tersebut yang alih-alih menyediakan buku, justru sepenuhnya menggunakan buku digital yang bisa diakses dari 500 iMac dalam jaringan Digital Library. Arsitektur komputerisasi yang mengedepankan format digital untuk keseluruhan koleksi

ARIF / HUMAS

TAMPAK DALAM DIGITAL LIBRARY

perbukuan UNY tersebut, kemudian populer sebagai Kebun Apel karena tersedia untuk mahasiswa dari layarlayar komputer bermerek Apple. “Itu yang disebut Kebun Apel, mungkin ya, oleh anak-anak (civitas UNY). PC dengan brand Apple, dan

“Kebun Apel” yang kerap menjadi sebutan para sivitas UNY atas fasilitas yang ada dalam Digital Library UNY, sebenarnya merujuk pada 500 iMac dalam jaringan Digital Library.

OS iMac. (Sebutan Kebun Apel) menjadi heboh karena menurut vendor pengadaan sekalipun, ini (pengadaan komputer iMac) dianggap mewah dan untuk industri visual canggih. Padahal, perpustakaan kita juga berhak canggih,” ungkap Dr. Zamtinah, Kepala UPT Perpustakaan UNY. iMac tersebut ditempatkan sejumlah 350 unit di gedung Digital Library, yang secara rinci berada di basement sejumlah 100 unit, 77 unit di lantai dua, serta 45 unit di lantai tiga. Sisanya, ungkap Sutrisna dalam Press Conference Soft Launching Digital Library UNY, diletakkan di gedung perpustakaan lama yang letaknya bersebelahan dengan Digital Library serta di Training Center. Walaupun terpisah gedung, seluruh iMac akan tetap terhubung dalam jaringan dan P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 19


Laporan Utama mampu mengakses koleksi jurnal, e-prints, serta katalog buku yang telah di-digital-kan, bersama dengan komputer lain yang tersedia di penjuru UNY. Masing-masing iMac yang ada di Digital Library tersebut, juga dilengkapi dengan mouse dan wireless keyboard yang menurut Dr. Slamet Widodo, Direktur PIU IDB UNY, siap memanjakan segenap sivitas UNY. “Siap langsung dipakai. Bahkan yang malas ke perpustakaan, bisa langsung buka direktori Digital Library UNY via online. PIU IDB memiliki tujuan untuk terus siapkan dan kembangkan sehingga akses jurnal maupun e-book bisa makin inklusif dan mudah untuk semua,” ungkap Slamet. Guna mendukung kenyamanan tersebut, iMac di setiap lantai dikondisikan dengan perangkat dan kebutuhan yang akan disajikan dalam masing-masing ruangan.Di lantai basement misalnya, 100 unit komputer iMac diletakkan di atas meja secara berjajar linear untuk mempersilahkan para pengguna mengakses koleksi maupun menggunakan fasilitas internet secara individu. Oleh karena itu, masing-masing komputer dihadapkan dengan satu kursi single seater yang diposisikan berdekatan dengan kursi-kursi lainnya. Dengan demikian, penempatan iMac dan furnitur pendukung akan memastikan lantai basement tidak terlampau ramai karena desain ruangan yang memastikan para mahasiswa tidak menggerombol. “Jadi memang untuk single user, suasananya untuk membaca dan pemakaian pribadi. Diskusi bagus, tapi tempatnya tidak di basement. Sejak dalam desain hal ini sudah menjadi concern pemilik proyek, dan dalam pelaksanaannya kita selalu duduk bersama untuk merangkai apapun -misalnya utilitas kabel, sembari dilibatkan secara sistemik,” ungkap Nugroho W. Jatmika, Site Manager PT. Sasmito untuk Digital Library UNY. Sedangkan di lantai dua dan tiga, komputer diletakkan dalam bilikbilik yang memiliki sekat antar komputer dan jarak yang cukup representatif. Di kedua lantai ini, iMac diletakkan dalam ruangan yang bertajuk private room. Sesuai dengan namanya, bilik-bilik bersekat tersebut memberi keleluasaan 20 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

mahasiswa untuk mengakses kebutuhannya yang berbasis dengan literasi digital, sekaligus memberi kesempatan para mahasiswa untuk berkelompok jika pengguna tersebut menghendaki. Bagi Zamtinah, private room tersebut laksana bilik warnet yang selayaknya bisa jadi sarana sivitas akademika mengembangkan diri secara positif. Walaupun demikian, penggunaan iMac dan brand Apple sebagai unit komputer yang tersaji dalam Digital Library, sebenarnya tak sekadar ditujukan untuk menghadirkan kecanggihan apalagi kemewahan semata. Slamet mengungapkan, pemilihan Apple sebagai perangkat komputer dilangsungkan berbasis kesepakatan atas desainer Ditjen Belmawa Kemristekdikti sebagai regulator dan pengarah, Islamic Development Bank sebagai pendana, serta UNY sebagai owner dalam proyek Digital Library yang dalam prosesnya dibantu oleh perusahaan konsultan hasil lelang terbuka proyek 7in1 IDB. Kualitas yang bagus atas komputer Apple dan juga kekebalannya dari virus komputer maupun beberapa hack dan ransomware yang kerap menyebar di Indonesia, kemudian menjadi keunggulan. Dari situ para pihak secara konsensus memutuskan untuk menggunakan iMac. Termasuk, garansi dan after service atas produk Apple yang dirasa lebih mumpuni karena mampu menyediakan update MacOS secara rutin. Dibandingkan dengan Windows yang dalam beberapa kesempatan berganti seri, sehingga menyebabkan komputer yang menggunakan Windows versi lama tidak dapat memperoleh perbaruan keamanan maupun fitur lainnya yang sebenarnya vital bagi keberlangsungan utilitas komputer. “Jadi basisnya memang utilitas. Apple dipilih karena awet. Di samping karena juga bagus dan

Kualitas komputer Apple yang bagus, dan juga kekebalannya dari virus komputer maupun beberapa hack dan ransomware yang menyebar di Indonesia kemudian menjadi keunggulan.

modern. Misalnya beberapa komputer yang kita beli zaman Windows XP, saat ini kan tidak bisa diperbarui dan kalau mau Windows 10 harus beli lagi. MacOS, selalu berkesinambungan dan bisa diupdate. Sehingga (dengan adanya) kebun Apel yang awet ini, harapannya bisa maksimal untuk keperluan akademik,” ungkap Slamet. Harus Pandai Merawat Semangat modernitas yang lebih didasari atas utilitas alih-alih kemewahan tersebut, kemudian menghadirkan tugas bagi UNY untuk merawat fasilitas yang telah dihadirkan dalam rangkaian proyek bantuan 7in1 Islamic Development Bank (IDB) agar dapat dimanfaatkan secara lintas generasi. Sutrisna mengungapkan bahwa harga iMac yang relatif lebih mahal dari jenis komputer lainnya, walaupun menjanjikan kualitas yang baik laksana jargon ono rego ono rupo (ada harga, ada kualitas), bisa jadi menjelma laksana menara gading jika tak dirawat dengan baik. Oleh karena itu, UPT Perpustakaan sebagai penanggung jawab dan pengelola universitas telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif. Para sivitas yang hendak menggunakan iMac di masingmasing lantai, wajib membawa kartu anggota perpustakaan yang merupakan satu kesatuan dengan kartu tanda mahasiswa. Sedangkan untuk dosen dan karyawan, diwajikan mendaftar terlebih dahulu menjadi anggota perpustakaan dengan cara menyerahkan SK terakhir dan pas foto 2x2 cm sebanyak 2 lembar. Mereka yang tidak memiliki keanggotaan perpustakaan hanya dipersilahkan menyambangi lantai 1 yang berisi ruang lobby. “Jadi memang fasilitas iMac di Digital Library ini, khusus anggota perpustakaan. Yang berarti, khusus sivitas UNY maupun para pihak lain sesuai dengan kepentingan UNY. Layaknya tamu ataupun anggota Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN),” ungkap Zamtinah. Mereka yang nantinya hendak menggunakan fasilitas komputer, kemudian diwajibkan untuk melapor pada operator komputer yang ada di masing-masing lantai. Teknisi bantuan operasional untuk Digital Library sekaligus tenaga bantuan mahasiswa (student employment),


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

INTAN AHMAD bersama rombongan menuruni tangga lantai tiga menuju lantai dua gedung Digital Library UNY dalam rangka kunjungan fasilitas sebagai rangkaian dari Peresmian Program Digital Library dan E-Learning UNY.

P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 21


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

juga diungkapkan oleh Zamtinah akan diupayakan untuk menambah tenaga dalam pengawalan Digital Library. Baik dari segi keamanan layaknya hardware komputer, dibantu dengan pengawasan CCTV, maupun juga pengawasan penggunaan komputer secara konten oleh para civitas pemustaka. Sekat-sekat private room yang tidak tertutup secara penuh 360 derajat pun, membuat pengawas masih dapat melakukan inspeksi keliling.

untuk berselancar di dunia maya secara tidak produktif. Sehingga pengawasan dan peningkatan kesadaran semua pihak menjadi mutlak agar tujuan pengembangan prestasi dan keilmuan yang diharapkan hadir dari Digital Library mampu terwujud.

“Jadi sekat private room tidak literally seperti warnet. Hanya ada batas antara meja komputer, tapi bukan berarti bilik-bilik tertutup tinggi pakai tirai. Intinya nyaman saja, dan kita tetap bisa melakukan mekanisme kontrol yang baik,” ungkap Zamtinah.

Senada dengan hal tersebut, Prof. Intan Ahmad, Dirjen Belmawa Kemristekdikti, juga mengakui bahwa ketersediaan akses informasi

Salah satu yang perlu diawasi dari segi penggunaan, ungkap Sutrisna adalah hobi generasi milenial untuk bermain game online. Penyediaan iMac yang diniatkan untuk memberikan akses literasi berbasis digital, menurut sang rektor akan tercederai jika para mahasiswa justru menggunakannya 22 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

"KEBUN APEL" DI LANTAI DUA DIGTAL LIBRARY

“Awas aja kalau iMac-nya kalian pakai buat game online! Saya jitak!” ungkap Sutrisna sembari bercanda di laman media sosialnya.

Seketat apapun pengawasan dari universitas sebagai penyelenggara, niat masingmasing tetaplah jadi acuan yang paling pokok.

yang dihadirkan UNY ini adalah tantangan bagi pembelajar itu sendiri. Seketat apapun pengawasan dari universitas sebagai penyelenggara, niat masing-masing tetaplah jadi acuan yang paling pokok. Jika memang para sivitas UNY telah sadar bahwa fasilitas yang ada selayaknya digunakan untuk belajar dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, apalagi ditengah era disrupsi digital yang menurut Intan takkan segansegan melibas mereka yang tak mau bergerak maju, maka Digital Library pasti akan menghadirkan manfaat layaknya yang dikehendaki semua pihak sejak awal. “Kita itu selalu masalahnya niat. Dulu masalahnya TV, ada yang bilang TV mengganggu belajar. Dibuatlah jam malam, larangan, himbauan, dan sebagainya, tapi masih ada kan yang sembunyi-sembunyi nonton TV dan tidak mau belajar. Saya yakin hal seperti itu pasti juga akan ada (di Digital Library), akan tetapi mereka harus sadar bahwa kalau main terus dan tidak belajar, terlibas lah mereka. Kalah dari persaingan di era disrupsi digital ini,” pungkas Intan.


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Prof. Dr. EDI PURWANTA, M.Pd.

MEMBANGUN SARPRAS, MENGOKOHKAN PRESTASI Deru pembangunan Digital Library telah tuntas. Tapi ia hanyalah awal dari pembangunan sarana dan prasarana di UNY di tahun 2018. Sekitar 70 Miliar hendak digelontorkan tahun ini. Targetnya, menyokong kokohnya prestasi sekaligus kinerja tiap cendekia kampus ini.

KEPADA Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Prof. Edi Purwanta kemudian berkisah tentang bagaimana pembangunan sarana dan prasarana (Sarpras) dirumuskan dan diejawantahkan dengan karya nyata di UNY. Sekaligus merefleksikan tantangan apa saja yang menghadang sepanjang jalan pembangunan di setiap sudut kampus, yang tak boleh menjadi alasan bagi segenap sivitas kampus untuk menyerah karena tujuan luhur gedung-gedung tersebut nantinya. Seperti apa target pembangunan Sarpras UNY di tahun 2018? Hari ini (8 Maret 2018, Soft Launching Digital Library UNY), kita sudah punya gedung (Digital Library) yang akan menjadi sumbu kecendekiaan dalam kerangka World Class University. Gedung ini nantinya bukan hanya akan menyediakan akses teknologi informasi yang mumpuni bagi sivitas, tapi juga akses jurnal yang lebih inklusif sekaligus kapasitas yang lebih baik dalam menyediakan digitalisasi skripsi, tesis, disertasi maupun penyediaan literatur berbasis daring lainnya. Sehingga target pembangunan Sarpras UNY di tahun 2018, pada dasarnya adalah berangkat dari potensi dan kapasitas sarpras yang sudah kita miliki layaknya Digital Library ini untuk terus mengokohkan prestasi. Seiring dengan pembangunan fisik yang kita akan terus helat. Pelaksanaan pembangunan IDB yang kita terus pantau progressnya agar selesai sekitar Agustus-September 2018 ini, ju-

ga nantinya akan diiringi fasilitas yang lebih komplit layaknya apa yang ada dalam laboratorium. Jadi di luar, boleh jadi yang kelihatan adalah mendirikan gedung. Tapi sebenarnya yang hendak kita bangun dengan kokoh lewat pengembangan sarpras, adalah peningkatan kinerja seluruh sivitas; baik mahasiswa maupun dosen. Di mana peningkatan itu, berarti memacu capaian berbasis Tridharma Perguruan Tinggi. Membangun sarpras yang bermanfaat untuk proses pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Bagaimana kemudian pembangunan fasilitas laboratorium bisa berkontribusi pada prestasi? Pertanyaan ini seharusnya perlu dibalik: Bagaimana bisa, coba, pembangunan fasilitas laboratorium tidak berkontribusi pada prestasi? Pasti berkontribusi! Bahkan bagi saya, perkuliahan tanpa laboratorium tidak akan jadi, dan tidak akan berjalan dengan baik. Pengembangan keilmuan akan didukung secara sangat baik dengan adanya laboratorium, karena kemampuannya menghadirkan produksi pengetahuan melalui riset. Proses pembelajaran juga pastinya akan lebih bagus, karena laboratorium juga menjadi sarana utama pembelajaran. Laboratorium kemudian layak menjadi fokus pembangunan sarpras di UNY, di tengah ruang kuliah

yang Insya Allah kita sudah rasa cukup. Selain itu, pengembangan laboratorium yang baik juga dapat mendukung prestasi mahasiswa dalam kompetisi. Misalnya, Laboratorium Teknik Mesin dan Otomotif baru yang nantinya akan menjadi satu dari 13 gedung hasil proyek IDB. Mahasiswa ikut lomba mobil layaknya Garuda UNY, atau kompetisi apapun, bisa meningkat dengan fasilitas yang akomodatif dan mumpuni. Bengkel Otomotif Fakultas Teknik maupun Kompleks Aula Fakultas Teknik yang selama ini dijadikan basecamp para Garuda UNY ini pun, saya yakin bisa makin mantap dengan dukungan laboratorium baru. Selain target Prestasi, bagaimana Sarpras berkontribusi untuk mewujudkan misi-misi UNY lainnya? Selalu kontributif dan memang menjadi basis dalam setiap pengambilan keputusan kita. Misalnya upaya untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), kita lakukan dengan cara mengembangkan aset yang menghasilkan pendapatan (income generating). UNY saat ini telah cukup mengembangkan diri untuk menjadi leading dalam pembinaan maupun penyelenggaraan pendidikan keguruan. Maka kita bangun pusat tes, selenggarakan secara lebih intensif Pendidikan Profesi Guru baik yang mandiri dan bersubsidi, ataupun program-program yang mengejawantahkan potensi tersebut. Saat ini, sudah mulai digarap untuk mencari alternatif. P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 23


Laporan Utama Untuk lokasi pembangunan sarpras, akan terfokus di kampus mana? Keempat kampus, semuanya! Karena semuanya punya ke­ butuhan masing-masing, dan menjadi tugas kita untuk me­ ngembangkan, walaupun kita dalam semua pembangunan, punya keinginan untuk memesan gaya bangunan yang berbasis unity, kepraktisan, sembari tetap mempertahankan karakter dan corak Yogyakarta. Rinciannya, (Kampus) Karangmalang akan menerima fasilitas 13 gedung IDB yang mayoritasnya memang laboratorium, dan akan menjadi komitmen kita untuk mengembangkan fasilitas maupun utilitasnya untuk mengokohkan prestasi. Termasuk gedung parkir yang menjadi substitut atas Digital Library yang berdiri di bekas lahan parkir, serta fasilitas penghijauan dan tata ruang lainnya.

yang beli negara, dan nanti dae­ rah ini (Wates) akan makin ramai dengan adanya ekspansi UNY. Seperti NYIA (Bandara Kulonprogo) itu kan, sampai akhir­ nya konsiyasi karena memang diputuskan sebagai proyek stra­ tegis nasional. Lalu bagaimana menjembatani tantangan pengadaan tanah untuk Kampus Wates? Problematika tanah sedemikian rupa, masih kita coba jembatani dengan cara dialog maupun aksi-aksi dalam tataran perencanaan. Sementara ini kita mewacanakan pembangunan kampus yang terpisah dengan Kampus Wates yang sudah ada, karena kita ingin luas. Keinginan kita untuk tanah yang luas ini, juga terkait dengan tujuan besar UNY. Pemeringkatan Green metric dan kepentingan kampus di bidang penghijauan, misalnya, juga bisa sangat berkembang di tengah kepemilikan luasan kampus yang bisa menjadi basis kita menjadi Green Campus.

Kampus UPP 1 (Kampus Mandala) dan Kampus UPP 2 (KamUntuk itulah, di daerah sekitar pus Bantul), juga akan terus utara Kampus Wates, Pak Bamdikembangkan dari segi sarbang (Bambang Saptono M.Si, pras sesuai kebutuhan dan Ketua Pengelola Kampus Wates), poten­si­nya. Sedangkan Kamterus bernegosiasi untuk mempus UPP 3 UNY (Kampus Waperjuangkan pengadaan tanah tes), ini yang menjadi salah sabagi UNY. Kalau tanah kas desa, DOK. UNY tu concern utama kami untuk nanti bisa tukar guling. Sedangpengembangan sarpras. Kekan kalau tanah penduduk, ya hendak untuk mengembangtetap diperhitungkan, walau me­ Prof. Dr. EDI PURWANTA, M.Pd. kan Vokasi di Kulonprogo mang tidak mudah. Lahir: Klaten, 5 November 1960 ∫ Pendidikan: 1983, S1 Bimbingan dan Konseling, IKIP Yogyakarta dengan segala potensi dan di∫ 1993, S2 Bimbingan dan Konseling Sekolah, IKIP Malang ∫ 2011, S3 Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Malang ∫ Karir: Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa, FIP UNY (1984-sekarang) namika yang ada di dalamnya, Tapi intinya, kita sebagai pelak∫ Wakil Dekan 2 FIP UNY 1999 - 2007 ∫ Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Tenaga Kependidikan, menjadi alasan atas hal tersesana tugas pembangunan ini sedan Non-Kependidikan (P4TKN) LPPMP UNY 2012-2014 ∫ Ketua Badan Pengelolaan dan Pengembangan Usaha (BPPU) 2014 - 2016 ∫ Wakil Rektor II UNY (2016-sekarang) but. Sehingga tak ada kata lalu semangat dan berusaha selain, kecuali maju terus. Agar baik mungkin. Dan begitu juga se­i­ring waktu bertahap menyi­ selayaknya seluruh sivitas UNY yang unik dan dinamis. Di satu sisi, luasan apkan fasilitas mumpuni, dan mampu meuntuk turut mendukung maupun berkontritanah yang kita hendak beli belum ada. Tamindahkan D3 secara bertahap ke Wates. busi dalam mewujudkan sarpras sebagai sapi di sisi yang lain, status kepemilikian tanrana berprestasi! ah dan rencana tata ruang yang memang Bagaimana trajektori pengembangan memiliki dinamikanya tersendiri menjadi Kampus Wates di tahun ini? Bagaimana cara sivitas UNY turut tantang­an bagi kami. Sesuai upaya kami mengembangkan Vokaberkontribusi dalam pengembangan Sarpras? si di Kulonprogo, saat ini kami dalam tahaSederhana, namun perlu selalu diingat: manMisalnya kemarin Kabupaten sempat ada pan audiensi dan diskusi intensif dengan faatkan sesuai fungsinya dan ikut pelihawacana kita akan memperoleh tanah 40 hekPemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk ra! Mulai dari sekadar mematikan kran air tar. Namun, tanah milik pemerintah atau penyediaan tanah. Selama ini kan kita telah setelah dipakai, hingga tidak merusak temyang berstatus Sultan Ground (SG) hanya memiliki tanah sekitar 4-5 hektar, tapi bebok maupun alat komputer, misalnya. Ini jusekitar 20 hektar. Sisanya milik penduduk, lum tentu mencukupi sehingga kita secara ga termasuk mengimplementasikan dalam yang kepemilikannya beragam. Kita bisa sabertahap hendak menambah luasan tanah tataran konkrit atas nilai karakter yang terus ja dan ingin bernegosiasi dengan penduduk, juga seiring dengan pengembangan fasiliditekankan leluhur kita dalam filsafat Jawa: tapi kerap kali, kita terhambat aturan yang tas la­boratorium. Baru ketika semuanya suMulat Sarira Hangrasa Wani (kenalilah dimenegaskan bahwa harga tanah haruslah didah siap dan berkembang, kita pindahkan serimu dan bersikaplah berani), Rumangsa Metentukan oleh appraisal dan sesuai dengan cara bertahap mana yang sudah dirasa siap. lu Handarbeni (merasa ikut memiliki), dan harga satuan yang diatur dalam peraturan Wajib Melu Hangrungkebi (wajib ikut memperundang-undangan dan turunannya. Sejauh ini, tanggapan Pemerintah Daerah pertahankan). Kalau mau jadi cendekia secukup positif. Walaupun tidak bisa dinafijati sesuai dengan jargon UNY, ya menurut Padahal, warga pasti pinginnya tanah dijual kan bahwa kebutuhan kita atas penyediaan saya ini (menjaga sarpras) adalah kawah canagak mahal. Apalagi tahu, yang beli UNY, ta­nah itu memang menjadi problematika dradimukanya!  24 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8


Laporan Utama

Perpus Asyik Anak Muda Digilib dibonsai cantik agar ramah bagi mahasiswa. Menyesuaikan tren milenial, digilib digadang-gadang menjadi perpustakaan favorit. Bejibun karya akademik diharapkan melejit setelah bervakansi ke digilib.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

D

ARIF / HUMAS

inding kaca utama lantai pertama digilib tampak kinclong. Meski dilihat sekitar tujuh langkah kaki dari rektorat, fasilitas bagian dalam terpampang jelas. Seakan tak ada sekat pemisah. Padahal kaca itu cukup tebal. Relatif tebal dari kaca konvensional. Pengunjung, sebagian besar mahasiswa UNY itu, bisa melihat keadaan dalam digilib dari kejauhan. Mulanya Aya, mahasiswi Pendidikan Ekonomi, tak mengira kalau gedung bekas parkiran perpustakaan pusat itu hendak dibangun digilib. Ia hanya mendapat kabar lewat tutur tinular teman kuliahnya. Desasdesus itu terbayar sudah manakala lewat depan Museum Pendidikan Indonesia (MPI). “Ternyata benar. Ada perpus baru. Bagus,” ucapnya. Aya ikut peresmian digilib pada 8 Maret. Bersama kelima sahabatnya ia mewakili Fakultas Ekonomi. Menyimak penjelasan Dirjen Belmawa dan Rektor UNY, Aya tak sabar memanfaatkan fasilitas digilib. “Kan dijelaskan kalau perpus baru itu enak buat diskusi dan mengerjakan tugas,” katanya. Digilib dipercantik, tak sekadar bebas WiFi, tapi juga fasilitas canggih sekaligus ornamen kekinian. Perpustakaan megah ini sengaja dibangun sesuai selera milenial. Pandangan perpustakaan yang dingin, kuno, dan tak ramah bagi pengunjung segera ditampik. Digilib menawarkan kebaruan ruang dan suasana yang memungkinkan pendatang bercengkerama secara intelektual. Bahkan juga memberikan ruang khusus berkontemplasi sekaligus diskusi aktif agar semakin bergairah untuk berkarya secara akademik. Keempat lantai dibonsai sedemikian rupa dengan tata kelola modern dan profesional.

DIGITAL LIBRARY; PRODUK FASILITAS PEMBELAJARAN PALING ANYAR KHUSUS UNTUK SIVITAS UNY

Seratus unit komputer bermerek Apple bertengger di lantai pertama. Satu musala, dua ruang diskusi, dan ruang kreatif bisa dijumpai di lantai kedua. Ruang kolaboratif, audio-visual, dan konferensi mini ditempatkan di lantai tiga. Yang terakhir, lantai empat, terdapat gedung pertemuan berkapasitas 300an orang. “Pembagian komputernya, lantai dua 70 unit dan lantai tiga 60 unit,” tutur Zamtinah, Kepala Perpustakaan Pusat UNY. Konsep ruang dan dekorasi digilib mendekati kantor Google. Ia dibentuk dan ditata sesuai tren anak muda. Asosiasi perpustakaan lampau yang menakutkan tak lagi diteruskan. Menurut Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, digilib dikondisikan agar sivitas akademika betah di perpustakaan. Untuk menjaga kenyamanan dibutuhkan terobosan kreatif sesuai gaya milenial. “Target tahun 2018 seribu artikel ilmiah!” tegas Sutrisna. Ia mengharapkan dengan adanya

digilib, dorongan berkarya semakin melejit. Apalagi referensi digital bebas diakses di digilib. Ini menegaskan tak ada lagi alas­an defisit pustaka. Semua itu, menu­ rut Sutrisnya, semata-mata mem­ fasilitasi mahasiswa dan dosen untuk melanggengkan tradisi akademik. Komputer yang tersedia di digilib akan disambungkan dengan komputer lain di tiap fakultas. Zamtinah pula telah menyiapkan dua teknisi khusus digilib. “Mereka ditugaskan untuk mengelola bagian digilib,” ujarnya. Digilib difungsikan sebagai perpustakaan pusat, sedang­ kan pascasarjana, fakul­tas, dan gedung utama lain akan menerima percikan literasi digital itu. Menjawab tantangan zaman, UNY berinovasi dengan membangun sekaligus mendandani digilib. Tak sekadar bebas WiFi, tapi juga fasili­ tas canggih sekaligus ornamen keki­nian. Perpustakaan megah ini se­ngaja dibangun sesuai selera milenial.  P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 25


Laporan Utama

Seminar Internasional Tak Perlu Lagi Mahal Kemampuan teleconference membuat jarak bahkan batas negara sirna. Pemakalah tetap dapat berbicara tatap muka begitu mulus dari ruang pribadinya masing-masing, dengan internet cepat yang dimiliki Digital Library. Masa depan seminar internasional yang tak lagi mahal ada dalam genggaman. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

P

rof. Mohd Fuad Mat Jali dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), masih ingat bagaimana ia bersama rombongan melakukan kunjungan kemitraan ke Program Pascasarjana dan Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY pada tahun 2013 lalu. Selama satu minggu, 37 mahasiswa dan dosen UKM menyambangi Indonesia dalam acara bertajuk Jelajah Ilmu. Tujuan kedatangan University Kebangsaan Malaysia adalah terlibat dalam konferensi Jurnal Club yang membahas tentang isu terkini dalam pelaksanaan pendidikan khusus, sekaligus mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan khusus di Indonesia dan belajar kebudayaan Indonesia. Tidak hanya di UNY, mereka juga mengunjungi SLB Kannamanohara dan Panti Rehabilitasi di Pundong Bantul untuk mendalami hal tersebut. Lima tahun berselang, tepatnya Kamis, (08/03/2017) lalu, Prof. Fuad kembali mengungapkan kebahagiannya dapat kembali ke UNY. Wajah dan suaranya begitu jernih dan terasa berhadapan dengan semua hadirin di Lantai 4 Gedung Digital Library, termasuk diantaranya adalah Dirjen Belmawa Kemristekdikti Prof. Intan Ahmad, Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa, dan beberapa rektor lain yang tergabung dalam proyek 7in1. Namun raganya, tak ada di sana. Yang nampak hanyalah awak sang profesor yang sedang duduk di ruangannya, menyapa dengan hangat peserta teleconference yang ada di ruang seminar Digital Library UNY. 26 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

“Baik sekali kembali kenal dan berjumpa dengan UNY. UKM bersama UNY telah memiliki beberapa program ada Student Mobility dan Joint Publication . Teleconference terasa begitu dekat,�

DIRJEN BELMAWA menjelaskan perubahan teknologi komputer dan kehadiran internet.

Teleconference sebagai salah satu fasilitas terbaru di era disrupsi dapat mengubah cara kita menjalankan produksi pengetahuan dengan intensif.

ungkap Fuad disambut tepuk tangan segenap sivitas UNY yang ada dalam ruangan. Sembari meneguhkan keyakinan layaknya yang diungkapkan Intan dan Sutrisna dalam forum serupa, bahwa teleconference sebagai salah satu fasilitas terbaru di era disrupsi dapat mengubah cara kita berseminar dan menjalankan produksi pengetahuan dengan lebih intensif. Karena tidak perlu tatap muka dan pergi jauh-jauh dalam penyelenggaraan seminar internasional, serta tak perlu lagi mahal. Semangat Efisiensi Keberadaan jaringan internet yang dedicated dan fasilitas hardware teleconference yang mumpuni,


Laporan Utama Rektor UNY membuka Festival Dalang Cilik sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis UNY 2017

ARIF / HUMAS

membuat ruang seminar yang berada di lantai 4 Gedung Digital Library digadang-gadang sebagai sarana menyelenggarakan seminar internasional secara lebih dinamis. Ruangan berkapasitas 300 kursi dan memiliki proyektor yang mampu menampilkan tujuh peserta group call secara sekaligus tersebut, bahkan disebut oleh Intan sebagai cara UNY dan Indonesia mampu memanfaatkan disrupsi digital. Karena dengan kecanggihan teknologi tersebut, UNY diharapkan bisa menggelar seminar internasional dengan rekan sejawat akademik dari luar negeri secara lebih murah. Jika biasanya universitas memiliki beban

REKTOR UNY saat memandu pembukaan teleconference dengan universitas jarngan UNY.

pendanaan untuk menyediakan tiket pesawat hingga akomodasi hotel yang secara biaya relatif mahal, hal tersebut bisa ditekan seminimal mungkin ketika pembicara tak perlu didatangkan. Seminar internasional jadi lebih ramah kantong.

UNY diharapkan bisa menggelar seminar internasional dengan rekan sejawat akademik dari luar negeri secara lebih murah.

Waktu penyelenggaraan seminar internasional pun bisa lebih fleksibel karena pembicara tak perlu meluangkan waktu hingga berhari-hari datang ke Indonesia dan Yogyakarta untuk melakukan paparan. Menurut Intan, mereka bahkan akan sanggup sekadar meluangkan waktu beberapa jam untuk diskusi sesuai dengan termin waktu yang disediakan, lalu makan malam bersama keluarga di malam harinya. “Kalau mereka bicara lewat video conference seperti ini kan, tinggal beri fee saja tidak perlu akomodasi. Penghematan luar biasa, mudah secara teknis dan penjadwalan, dan tidak perlu ongkos. Pengembangan P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 27


Laporan Utama

terobosan seperti inilah yang memang menjadi tujuan program 7in1: peningkatan akses dan mutu universitas,� ungkap Intan. Selama ini, UNY mengalokasikan anggaran program bantuan penyelenggaran seminar internasional sebesar 1,5 miliar rupiah. Pada tahun 2018, dana bantuan tersebut dapat diakses oleh 15 jurusan yang menghendaki gelaran seminar internasional, dengan besaran bantuan setiap seminar internasional sebanyak 100 juta rupiah. Dana bantuan tersebut terdistribusi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) secara terpusat, dan memiliki sasaran pada penyelenggaran seminar 28 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

internasional yang terindeks Scopus. “Jadi dana maksimumnya 100 juta, dan penggunaannya bisa untuk macam-macam: operasional, honorarium, akomodasi, biaya perjalanan, konsumsi, pengurusan indeks, dan lain-lain. Kecuali belanja peralatan, itu tidak boleh,� ungkap Dr. rer. nat. Senam, Wakil Rektor IV UNY. Walaupun terkesan besar, dana bantuan tersebut sebenarnya hanya bersifat stimulus dan tidak mencukupi biaya penyelenggaraan sepenuhnya. Beberapa sumber dana lain layaknya pengenaan biaya peserta maupun pencarian sponsor, disamping bantuan dari Kemristekdikti, biasanya

menjadi solusi. Perjuangan untuk memperoleh dana tambahan itulah, yang diungkapkan Sutrisna dapat berlangsung lebih mudah jika seminar internasional dilangsungkan melalui video conference. Karena ketika pembicara tak perlu datang dan anggaran akomodasi pembicara mampu ditekan, panitia seminar yang biasanya berasal dari fakultas-fakultas di UNY bisa berfokus pada penyelenggaraan kegiatan. Dan yang dimaksud dengan semangat efisiensi, bukanlah mengurangi anggaran bantuan seminar internasional yang disediakan oleh universitas. Namun lebih kepada bagaimana membuat dana tersebut mampu terutilisasi


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

lebih maksimal oleh setiap penyelenggara seminar. “Misalnya mendatangkan pembicara dari Eropa, itu satu orang, tiket pesawat pulang pergi saja biasanya jutaan kalau tidak belasan juta. Belum hotelnya juga kita sediakan. Semangat efisiensi ini yang hendak dibawa UNY, dan mampu difasilitasi dengan adanya Digital Library,� ungkap Sutrisna. Produksi Pengetahuan Dari efisiensi dan penyelenggaraan teleconference yang lebih mudah, Sutrisna mengungapkan bahwa fasilitas ini bisa berkontribusi positif bagi pengembangan artikel jurnal UNY secara keseluruhan. 274 artikel jurnal yang dipublikasikan

TELECONFERENCE DENGAN UNIVERSITASUNIVERSITAS JARINGAN UNY.

dalam indeks internasional pada 2017 lalu, atau meningkat sebesar 711% dibanding 16 judul pada 2016, dapat terus digenjot agar UNY dapat berkontribusi bagi produksi ilmu pengetahuan sekaligus menghadirkan diri sebagai universitas kelas dunia. Lebih jauh lagi, Intan juga mengungkapkan bahwa hal tersebut akan mampu membangun atmosfer akademik yang lebih baik. Semangat efisiensi dipandang Intan sebagai kemampuan untuk memproduksi lebih banyak. Di masa lampau, mekanisasi pekerjaan yang dilakukan oleh buruh membuat revolusi industri mampu menghadirkan keluaran produk yang lebih banyak guna memenuhi

kebutuhan konsumsi masyarakat global. Di masa sekarang, video conference, yang lebih memudahkan kita dalam menggelar seminar internasional, harus mampu membuat kita berkontemplasi menelurkan lebih banyak produk keilmuwan secara progresif. "Karena tantangan zaman semakin demanding, dan kebutuhan dunia ini atas pengetahuan yang reliable untuk terus mengembangkan potensi umat manusia memang tak bisa dinafikan. Sehingga kalau kita ingin meningkatkan mutu, mari ikut mengembangkan ilmu pengetahuan dengan kemudahan yang kini kita miliki,� pungkas Intan.  P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 29


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Prof. Dr. INTAN AHMAD

MANFAATKAN KECANGGIHAN TEKNOLOGI AGAR INDONESIA INI LEBIH BAIK LAGI Perpustakaan merupakan ikon universitas. Kualitasnya menentukan sejauh mana sebuah universitas itu tanggap dalam merayakan kebebasan berkarya secara ilmiah. Di Era Revolusi Industri 4.0 UNY merespons zaman dengan menyuguhkan digilib. Konsep buku yang semula berbasis cetak dan manual, kini mulai bergeser menjadi digital dan otomatis. Digitalisasi dan otomasi yang diperbincangkan dewasa ini menjadi titik pijak kenapa digilib dibangun. Digilib selesai dibangun di masa kepemimpinan Sutrisna Wibawa. Perencanaannya dikonsep sejak tiga periode rektor sebelumnya: Rochmat Wahab, Sugeng Mardiyono, dan Suyanto. Digilib lahir atas kerja kolektif.

Kepada Rony K. Pratama, Redaktur Pewara Dinamika, Intan Ahmad, Dirjen Belmawa, Ristekdikti, mengekspresikan selamat sekaligus menjelaskan tantangan digilib di tengah kontestasi global. Kamis, 8 Maret 2018, Intan mewakili Pemerintah Indonesia meresmikan digilib. Dengan gamblang ia melihat tantangan universitas di hari depan berikut strategi dan siasat menghadapinya. Setelah meresmikan, bagaimana tanggapan Bapak atas pembangunan digilib? Ini proses pembangunan yang baik. Terima kasih atas kolaborasi UNY lintas zaman. Prof Sutrisna, bersama para rektor senior, termasuk Prof. Rochmat Wahab, Prof. Su­ geng Mardiyono, dan Prof. Suyanto. Perannya sungguh luar biasa. Tanpa kenal lelah terus mengawal kesuksesan kampus. Digilib dan e-learning mendapatkan bantuan dari IDB. Saya ingin menyampaiakan terima kasih dan apresiasi atas kerja sama dari tim. Mulai dari manajer program kemudian sampai fasilitas ini bisa terbangun. Kita memang hidup di abad digital. Orang bisa berhubung­ an tanpa terikat ruang dan waktu. Orang-orang kebanyakan masih menganggap bahwa belajar harus dengan buku. Ini 30 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

mempengaruhi cara belajar. Cara belajar kita, kalau mengacu zaman dahulu, zamannya Aristoteles, sekarang memang menggunakan buku. Sekarang cara ini masih dipertahankan. Tapi dulu ilmu itu amat tergantung pada guru. Sekarang guru/dosen jadi faslitator informasi bisa dari segala tempat. Kita memanfaatkan informasi dari seluruh du­nia. Semua orang bisa terkoneksi secara digital. Adanya big data harus bisa kita manfaatkan. Misalnya, digilib di UNY ini. Yang bisa dimanfaatkan tidak saja oleh anggota Project 7in1, tapi masyarakat dunia karena terkoneksi dengan jaringan ID LAN. Jaringan ini memang difungsikan pula untuk seminar internasional. Rekan kita di luar negeri bisa terhubung melalui video call atau telekonferensi dengan mudah sekali. Kegiatan level internasional jadi gampang. Seminar mudah dan murah, tidak perlu mendatangkan pembicara asing. Tinggal video saja. Itu sesuatu bagian dari distruption. Manfaatkan kecanggihan teknologi ini agar Indonesia ini lebih baik lagi. Tujuan 7in1 ini akses dan peningkatan mutu. Kemudian ada 102 modul. Paling tidak online course bisa dibagi ke 7in1. Ini kolaborasi berbasis SPADA

dan E-learning bareng-bareng lintas kampus. Kalau kualitas bagus bisa diambil juga oleh siapa saja yang ingin mengambil mata kuliah ini. Sehingga mahasiwa UNY bisa mengambil mata kuliah dari UNESA. Kemudian ada sertifikat dan tinggal disampaikan ke UNY sebagai bukti pemenuhan kredit. Bisa juga waktu bersamaan ambil dari luar negeri. Ini sudah biasa di negara maju. Yang penting mutu di kampus sana itu, paling tidak, minimum sama atau lebih baik. Menristekdikti sedang mengupayakan agar memudahkan mahasiswa mengambil mata kuliah secara online. Apa itu SPADA dan E-learning? Beberapa tahun lalu namanya SPADA (sistem pembelajaran dalam jaringan/online) itu telah ada di Indonesia dan diinisiasi oleh wakil presiden. Sistem ini berkembang terus dan paling tidak ada 51 universitas yang tergabung SPADA. Untuk online course-nya sebanyak 253. Ditambah 102 modul dari 7in1. Kami merencanakan mata kuliah yang baik dan dikembangkan secara basic science. Kami sedang merencanakan agar ada, semisalnya, kampus berbasis subjek. Contohnya, kalau ada kampus X yang jadi ikon subjek


Laporan Utama tertentu, maka kampus tersebut menjadi model. Kalau mau belajar Biologi ya di sana. Sehingga nilai A di kampus A mestinya sama di kampus B. Saya sendiri, sebagai dosen, melihat model negara maju bisa kita ambil kurikulum universitas terbaik di dunia. Mungkin kita bisa ambil tapi apa bisa kita deliver? Kan mahasiswa dan lingkungannya beda.

pendapat bahwa jangan 100% online dulu. Saya masih percaya belajar langsung. Soalnya ada hal-hal yang tidak bisa kita peroleh dengan interaksi online. Di online, akan ada esensi pembelajara yang hilang. Jadi, kita kembangkan konsepnya sehingga blended learning. Oleh karena itu, capaian pembelajaran sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Tanggapan tentang Revolusi Industri 4.0 yang diperbincangkan saat ini? Prof. Natsir menyampaikan berkali-kali bagaimana kita bisa masuk pada era Revolusi Industri 4.0. Di Indonesia, disparitas antar kampus luar biasa. Bagaimana kita bisa masuk ke revolusi industri 4.0 tapi masalah yang ada pun bisa kita perbaiki.

KALAM / PEWARA

Dengan digilib dan online course mudah-mudahan disparitas kualitas bisa dikurangi dan Indonesia bisa lebih baik lagi dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Yang dimulai dari UNY ini dapat jadi referensi. Kalau makin banyak yang menggunakan digital course, maka akan meningkatkan kualitas keseluruhan. Bagaimana dengan pembelajaran online? Dalam pembelajaran online itu saya ber-

Kalau ingin lulusan yang bahasa Inggrisnya jago itu tidak bisa hanya dilengkapi dengan kemampuan kognitif, tapi juga diimbangi bagaimana melatih kepemimpinan, kerja sama, dan empati dengan kegiatan-kegiatan. Yang tidak saja di kelas, tapi juga di luar kelas. Program 7in1 ini awal yang baik sekali apalagi dimulai dari UNY. Semoga jadi icon building yang komplit. Soalnya ada video conference juga sehingga academic atmosfere bisa terbangun baik.

Ini kan jadi dua hal. Nasib lulusan universitas yang jumlahnya ratusan ribu dan keadaan revolusi industri. Apabila kita lengkapi mahasiwa kita dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan, mudah-mudahan bisa kita lukukan. Yang perlu ada adalah fasilitas digital dan di UNY sudah ada. Ini tantangan bagi banyak pihak bagaimana memanfaatkan big data, salah satu produk dari Revolusi Industri 4.0. Ini juga meP E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 31


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

INTAN AHMAD di kantornya.

merlukan satu hal yang harus dilakukan para dosen. Jangan sampai yang mendapat­ kan info terakhir mahasiswa. Percayalah generasi muda ini jauh lebih pandai. Kalau ingin meningkatkan mutu kita juga harus bisa mengikuti perkembangnan ilmu penge­ tahuan lainnya. Tantangan pemanfaatan dunia digital oleh kampus? Dengan luar negeri apakah digilib sudah terkoneksi secara baik? Termasuk di Malaysia maupun Taiwan. Belum siap? Ooo belum siap. Ini persoalan teknis sebetulnya. Di Indonesia jaringannya macam-macam. Saya bisa cerita ini karena saya di ITB pernah mengurusi internet.

kita sudah punya jaringan fiber optic, kalau masuk ke jenis komputer generansinya beda, ia akan saling berpengaruh.

perlu ongkos. Sekarang semua terkoneksi lewat internet. Ini harus dilakukan kalau ingin jadi bangsa yang kompetitif di era digital ini.

Dengan demikian, masyarakat pengguna digilib bisa memanfaatkan fasilitas di perpus digital ini saja. Tapi beda dengan perpus konvensional. Digilib, selain materi-materi yang dilanggankan, juga bisa mengakses materi di seluruh dunia. Itu yang membedakan. Jadi, tidak terbatas. Di Indonesia difasilitasi ID REN (Indonesia Research and Educaton Network) yang terkoneksi dengan jaringan riset internasional.

Harapan besar bapak terhadap digilib apa? Informasi bisa diakses dari mana saja kembali ke niat pembelajar. Tentu ada policy yang biasa berlaku untuk digilib. Secara teknis tidak sulit mengatur situs-situs yang tidak bisa diakses. Kembali saya imbau, kalau memang untuk belajar, fasilitas digilib ini luar biasa. Nyaman bagi yang ingin fokus. Mengakses informasi yang termasuk layanan digilib bisa dilakukan di mana saja. Bisa diakses dari rumah tapi dia harus punya akses khusus untuk fasilitas UNY. Harapannya, para pembelajar mampu memaksimalkan fasilitas yang ada, serta digilib ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajar dan penelitan pendidikan.

Kadang ada kawan dosen mengatakan, “Kenapa internet di ruangan saya lambat, katanya di kampus cepat.” Internet cepat atau lambat tergantung umur dari komputer/router yang terkonek di ruangan itu.

Untuk Indonesia, melalui 7in1, dikembangkan lebih dari 100 modul mata kuliah yang bisa diambil. Tidak saja diperuntukkan untuk anggota 7in1, tapi juga kampus-kampus lain selama mereka memerlukan mata kuliah itu. Harapannya mata kuliah tersebut bisa dipergunakan untuk memenuhi persyaratan SKS. Ini cara baru pembelajaran.

Jadi, kalau bapak-ibu punya router canggih, kemudian di gedung itu ada komputer lawas, maka akan menghambat kecepatan. Mesti­ nya dengan project 7in1 ini bisa dijaga kecepatannya. Kalau tidak akan mengikuti kecepatan prosesornya yang lama. Walaupun

Dengan digilib dan e-learning, fasilitas bisa digunakan, tidak saja untuk pembelajaran, tapi juga untuk seminar internasional. Kalau kita berangkat ke luar negeri/mengundang, kita cukup hadir/menghadirkan lewat telekonferensi. Ini mudah dan murah. Tidak

32 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

Selama ini konsep digilib di Indonesia sudah banyak. Kampus-kampus sudah mulai mengembangkan besar-besaran. Nah, di UNY ini secara khusus memang mengembangkan digilib. Selain itu, perpus lama juga masih ada. Pendekatan baru. Kami juga mengapresiasi berbagai kampus karena sudah melaksanakan pengembangan digilib yang luar biasa. 


Laporan Utama

P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 33


Laporan Utama

Selimut Kalpataru Perpustakaan Digital Motif kalpataru menyimbolkan tradisi. Terinspirasi dari corak dinding Candi Prambanan. Menegaskan pengayoman bagi segenap manusia. Relevan bagi visi Digilib untuk menyediakan layanan literasi. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

S

ekitar dua pelemparan batu, dari arah timur rektorat, terlihat bangunan artistik berlantai empat. Huruf kapital bertuliskan Digital Library (Digilib) terpampang jelas menghadap timur. Orang akan tertegun melihatnya bila lewat depan Museum Pendidikan Indonesia. Motif kalpataru memusar pada satu titik. Mendominasi kulit gedung. Menguarkan kekhasan tersendiri. Ia menjelaskan arti simbolik. Ornamen yang kerap ditemukan pada Candi Prambanan itu diadaptasi agar perpustakaan modern tertular filosofi pohon kehidupan: mengayomi, menghangatkan, mencerahkan. “Kami ingin mengolaborasikan,” jelas Slamet Widodo, Direktur Eksekutif PIU, IDB, UNY, “Nuansa klasik dan modern secara bersamaan.” Memilih corak kalpataru bukan tanpa pertimbangan matang. Hiasan kudus ini telah diakui bangsa Nusantara berabad-abad lampau. Pada epos Tantu Panggelaran, kalpataru dijelaskan gamblang. Ia dikatakan memenuhi suatu tempat bernama Hiranyapura. Dalam penelitiannya, Djulianto Susantio, arkeolog, menemukan istilah kalpataru pada kitab kuno seperti Hariwijaya, Ramayana, Arjunawiwaha, Udyogaparwa, dan Brahmandapurana. Djulianto meneroka sisi semiotik kalpataru. Kekhasan motif kalpataru menyiratkan kesucian. “Kalpataru adalah pohon suci yang terdapat di surga. Adanya ragam hias kalpataru pada sejumlah candi, dimaksudkan untuk menyucikan candi tersebut,” tulisnya dalam esai Sepintas Konsep Kalpataru (2010). 34 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

Kekudusan ini diduga berasal dari konsep Dewi Ibu. Djulianto memaknai ibu sebagai simbol kesuburan. Tak heran bila pengertian ini dipakai masyarakat kuno. Pada masa lampau pohon sudah dipandang memiliki keteduhan. “Pohon ini dilihat tak ubahnya seperti seorang ibu.” Mitologi Jawa era Mataram Hindu menyebut kalpataru sebagai salah satu dari lima pohon suci di surga. Tempat tertinggi di akhir masa itu ditempati Dewa Indra. Konsep ini akhirnya menyoal pohon sebagai sebuah pengharapan. “Kalpataru juga disebut kamadugha, yakni pemberi segala hasrat dan mengabulkan segala keinginan manusia,” papar Djulianto. Kalpataru dipercaya masyarakat zaman peradaban Prambanan akan mendatangkan kebahagiaan akhir melalui moksa. Titik moksa ini manakala seseorang melakukan meditasi di bawah kalpataru. Bila dikaitkan Digilib, moksa di sini juga dapat dimaknai proses ketercerahan mahasiswa ketika menggayung ilmu pengetahuan di jagat literasi digital. Senada pendapat Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, Digilib membuka peluang besar bagi perluasan cakrawala pengetahuan. Bejibun referensi digital lintas negara tersedia cuma-cuma. Sekaligus pula ruangan kondusif untuk melakukan konferensi antar benua. Diskusi

Kalpataru dipercaya masyarakat zaman peradaban Prambanan akan mendatangkan kebahagiaan akhir melalui moksa.

bisa tergelar mantap. “Harapan kami perpustakaan baru ini bisa mendorong produktivitas dalam berkarya,” tegasnya. *** Pijakan sejarah yang kuat dalam gaya arsitektur, bagi Slamet, menandakan bangunan beridentitas. Perpustakaan digital dikonstruksi sesuai pertimbangan kearifan lokal ini. “Meski isinya modern dengan fasilitas terbaik, tapi corak arsitekturnya diambilkan dari motif kuno,” tuturnya. Ia mengharapkan perkawinan ornamen gedung baru itu sesuai prinsip mengakar sekaligus menjulang. Perpustakaan digital dibangun tepat di utara perpustakaan lama. Waktu pengerjaan satu tahun. Tak seperti gedung besutan IDB, perpustakaan digital menyedot dana rupiah murni. “Digital library ini semuanya dibiayai pemerintah,” ungkap Slamet. Menurutnya, gedung lain dialokasikan selesai 14 bulan tapi khusus perpustakaan digital lebih cepat. Sekitar 4,5 bulan rampung. P.T. Sasmita bertanggung jawab atas pembangunan Digilib. Menang tiga kali lelang, pada Agustus 2017, proyek besar dan cepat itu dihela. “Berkat dukungan pengawas, supplier, dan lain-lain akhirnya bisa tepat waktu di akhir tahun 2017,” ucap Nugroho, W. Jatmika, Kaproyek Digilib. Para pekerja bekerja keras dan cerdas 24 jam dengan porsi istirahat yang sesuai prinsip K3. Faktor ketercepatan pembangunan didukung pula oleh konstruksi tanah. Sebelum dibangun, Digilib merupakan lahan parkir perpus­ takaan universitas. “Tidak masalah soal tanah karena tanah di sini jenis tanah keras,” ujarnya. Nugroho merasa diuntungkan dengan keadaan ini. Pengaruh terbesarnya antara lain pada fondasi gedung. 


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

ARIF / HUMAS

KOLOKIUM NASIONAL DAN PEMUTARAN FILM Dalam rangka menguatkan kemampuan para kurator sekaligus apresisasi agar mampu membaca perkembangan budaya khususnya artefak yang berisi ideofak dan sosiofak yang terjadi pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang, Museum Pendidikan Indonesia (MPI) UNY menyelenggarakan kolokium nasional kuratorial museum dan seni, Selasa-Rabu

(27-28/2). Kepala MPI UNY Hajar Pamadhi mengatakan bahwa perkembangan budaya yang berspektrum luas perlu dijembatani secara arif melalui penelitian, pengkajian dan penulisan artefak. “Intinya adalah saling berbagi pengalaman kuratorial artefak,” kata Hajar Pamadhi “Kami undang para motivator museum sebagai pembicara, dan dilanjutkan pelatihan penulisan kurator.”

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

Dibuka oleh Rektor UNY Sutrisna Wibawa, kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 170 orang kurator museum se-Indonesia, dosen, dan mahasiswa S1 dan S2. Rektor menyambut baik diselenggarakannya kolokium ini di UNY dan berpesan agar peserta dapat belajar berbagai hal dari masa lalu. Diharapkan seusai kegiatan peserta dapat mengembangkan diri dalam workshop kepenulisan

kurasi karya artefak sekaligus menjembatani kesenjangan pemahaman terhadap artefak dan mengembangkannya dalam kuratorial museum secara tepat. Serangkaian dengan kolokium ini dilaksanakan juga pameran poster dan peresmian pekan film kuno di ruang audio visual MPI UNY yang berlangsung hingga Sabtu (3/3). Poster yang ditampilkan merupakan film era 1940-an hingga 2000-an. DEDY P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 35


Berita

TIGA TIM INDONESIA WAKILI ASIA DI AJANG MOBIL HEMAT TINGKAT DUNIA Perhelatan kompetisi mobil hemat energi, Shell Eco Marathon (SEM) Asia, 7-11 Maret 2018 di Singapura, telah usai dilaksanakan. Sebagai penutup, diadakan race Drivers’ World Championship (DWC) Regional Asia yang merupakan kompetisi balap bagi juara konsep

UNY akan melaju ke London bersama dengan Tim UGM dan ITS. Atas deretan capaian tersebut, tak heran jika tim yang masih tergolong pendatang baru ini terus menuai banyak pujian.

sangat bersyukur atas berkah ini. Dari menjadi tim pertama kali yang lolos tahap inspeksi hingga bisa mendapatkan tiket ke London. Sangat senang dan bersyukur.”

“Tim ini sangat solid, dan aktif bertanya. Anggota tim dan dosen pembimbing kental sekali kekeluargaannya. Tahun pertama dulu saja bisa juara. Itu yang membuat saya terkesima dengan tim ini. Terus dipertahankan kekompakannya, saya yakin kalian bisa melesat lebih tinggi lagi,” ungkap Rini, perwakilan Shell selaku pihak penyelenggara.

Hal senada juga disampaikan oleh Rektor UNY, Prof. Dr.

Thomas, juri Safety Awards, turut menyampaikan rasa bangganya

(DWC) merupakan kompetisi adu cepat mobil hemat dalam Shell Eco Marathon. Kompetisi ini bertujuan untuk menginspirasi para pelajar dan mahasiswa agar terus berkarya dan melakukan inovasi demi menjawab tantangan teknologi dan sumber energi masa depan. Di samping itu, ajang bergengsi tingkat dunia ini juga mencari pengemudi handal yang mampu menyelesaikan lap dengan catatan waktu tercepat dan bahan bakar paling hemat. Keselamatan juga merupakan hal utama dalam kompetisi ini, baik keselamatan pengiriman mobil ke lokasi lomba dan juga keselamatan pengemudi saat di arena. Oleh karena itu, aturan

DOK. UNY

Urban SEM 2018. Tiga tim Indonesia dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil menempati posisi tiga teratas dalam kompetisi tersebut sehingga dinobatkan sebagai wakil Asia dalam Drivers’ World Championship (DWC) tingkat dunia. Bagi tim mobil Garuda UNY, tahun ini merupakan tahun kedua berpartisipasi pada ajang tersebut dan kali pertama lolos DWC tingkat dunia. Team Manager Garuda UNY Eco Team, Ilham Novi Yoga menuturkan kegembiraannya. “Pastinya 36 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

Sutrisna Wibawa, M.Pd, bahwa beliau dan seluruh civitas akademika UNY sangat bersyukur dan bangga atas kerja keras Garuda UNY. “Yang terpenting tetap sportif dan optimal. Hasil akan mengikuti usaha dan doa kita,” pesannya. Tak tanggung-tanggung, tim mobil Garuda UNY tahun ini sukses menyabet tiga juara sekaligus, yakni Juara Pertama Safety Awards, Juara Ketiga Kategori Urban Internal Combustion Engine (ICE), dan Juara Ketiga Drivers’ World Championship (DWC) Regional Asia. Sebab juara dalam Final DWC itu pula, Tim Mobil Garuda

pada tim Garuda. “Last year, it is done very well. But now, it is perfect. I am satisfied.” Selanjutnya, tim Indonesia tersebut akan melanjutkan kerja keras mereka menuju tantangan yang lebih besar dan aturan lebih ketat di ajang DWC. Drivers’ World Championship

keselamatan wajib dikuasai peserta. Nantinya, peserta hanya mendapat dua kali percobaan dan harus mencapai hasil efisiensi energi minimal 95% dari hasil capaian di tingkat regional. Tiga wakil Asia tersebut akan beradu dengan wakil regional Eropa dan Amerika pada Grand Final DWC di London Juli mendatang. ENJ


Berita

MONITORING PPG SM3T ANGKATAN VI 2018 kemudian juga masalah peralatan yang perlu ditambah seperti LCD, printer, ATK dan lainnya. Ditambahkan juga oleh Margana bahwa diperlukan kehadiran yang konsisten bagi pengajar untuk selalu hadir di kelas, karena kalau tidak hadir menyalahi aturan yang telah dikeluarkan. “Kemudian juga tentang penyeragaman tentang konsep atau mekanisme peer teaching di mana setiap kelasnya harus dibagi mejadi kelas kecil untuk optimalisasi perkuliahan,” tambah Margana.

Wakil Rektor I UNY, Margana melakukan pelaksaan PPG SM3T Angkatan VI Tahun 2018, Kamis (1/3), di Kampus UNY Wates, dalam keterangannya, mengatakan ada beberapa yang perlu dibenahi dalam pelaksanaan PPG SM3T di Kampus UNY Wates, antara lain dalam hal layout atau tata letak ruang karena terlalu sempit,

Peserta PPG SM3T Angkatan VI Tahun 2018 di Kampus Wates terdiri sebanyak 212 Peserta dari 13 Program Studi Pendidikan, yaitu: Bahasa Indoensia, Biologi, Ekonomi, Fisika, Jasmani ARIF / HUMAS Kesehatan dan Rekreasi, Tata Boga, Kimia, Pancasila dan Kewarganegaraan, Sejarah, Sosialogi, Teknik Elektronika, Teknik Mesin, dan Akuntasi. Turut serta dalam kesempatan tersebut Kepala Biro Akademik Kemahasiswaan dan Informasi (BAKI), Sukirjo, dan Staf Ahli Wakil Rektor 1, Wagiran, yang sebelumnya juga melakukan monitoring di Kampus UNY Bantul. ARIF

SEPEDA MOTOR BERBASIS BIOGAS KOTORAN SAPI Rizal Justian Setiawan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FT UNY berhasil lolos dan menerima beasiswa sebagai satu-satunya delegasi dari Indonesia dalam short course bertajuk World Forum of Future Leaders of Environmental selama dua minggu (22 Februari–2 Maret 2018) di University of Tehran, Tehran, Iran. Seleksi dari event ini meliputi Motivation Letter, Surat Rekomendasi, CV, karya tulis ilmiah dan transkrip nilai. Dijelaskan Rizal, event ini ditujukan untuk memberikan dasar-dasar penelitian terkait teknologi tepat guna yang berdampak untuk lingkungan serta mengenalkan beberapa masalah subjek bidang natural resources terkini. Event ini ditujukan untuk mahasiswa program sarjana yang senior, mahasiswa program pascasarjana, mahasiswa strata tiga dan peneliti yang berkecimpung di dunia Engineering maupun Natural Resources.

Event ini diharapkan dapat mengakomodasi awardee dengan pengetahuan dasar tentang subjek yang akan diperlukan untuk studi lebih lanjut, dan kesempatan untuk para peneliti muda untuk bertemu profesor dari pemimpin lembaga-lembaga penelitian untuk belajar bersama. “Ini merupakan kesempatan yang luar biasa buat saya. Pengalaman selama mengikuti event ini juga luar biasa. Dari ASEAN ada dua orang. Satunya adalah dosen Universiti Putra Malaysia dan saya sendiri yang masih mahasiswa undergraduate,” jelas Rizal. “Fasilitasnya pun sangat komplit mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga akomodasi ditanggung panitia,” kenangnya Pada event ini selain terdapat kuliah umum dan focus group discussion, terdapat juga sesi presentasi karya tulis

ilmiah, Rizal berkesempatan mengemukakan ide inovasinya yakni Sepeda Motor bertenaga Biogas berbasis Kotoran Sapi (Bos primigenius) yang telah berusaha dikembangkan dalam lima bulan terakhir.

bau kotoran, sekalipun tinggal di daerah yang mayoritas peternak. Selain itu, harga BBM selalu meningkat, lebih baik kotoran sapi dijadikan bahan bakar untuk transportasi,” terangnya.

Diakui Rizal, idenya ini didapatkan ketika mengun­ jungi rumah temannya di Desa Tirtahargo Bantul. “Saya

Ide rizal mengenai sepeda motor bertenaga biogas berhasil terpilih sebagai Ide Terbaik pada presentasi analisis penelitian. Tentu hal ini sangat membanggakan, mengingat Rizal adalah peserta termuda pada event tersebut.

pikir, kotoran sa­ pi sangat merugikan kare­ na selain dapat meru­sak ling­kungan karena baunya, kotoran sapi ini juga meng­ ganggu warga sekitar. Tentu­ nya kita sebagai masya­ rakat tidak ingin tinggal di daerah yang akrab dengan

“Peserta delegasi pada event ini dihadiri berbagai Negara dunia di antaranya adalah Amerika Serikat, Kanada, Brazil, Tunisia, Afrika Selatan, Jerman, Italia, Finlandia, Saudi Arabia. China, Jepang, Inggris, India, dan Prancis. Saya satu-satunya mahasiswa S1 pada acara ini dan saya banyak sekali mendapatkan ilmu tentang rekayasa sains serta teknologi dari banyak peserta yang jauh lebih hebat,” tutupnya. RIZAL/FT P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 37


Berita

DAPAT BIMBINGAN UNESCO JAKARTA DAN CITI INDONESIA

ARIF / HUMAS

CAPAIAN PROGRAM KERJA UNY MENINGKAT DOK. UNY

Alumni jurusan Pendidikan Kimia UNY 2016, Miftahudin Nur Ihsan, kembali memperoleh penghargaan dalam bidang kewirausahaan. Setelah sebelumnya menjuarai lomba inovasi teknologi mahasiswa, lomba inovasi bisnis pemuda, seleksi pemuda pelopor Kota Yogyakarta, penghargaan UKM WoW, dan penghargaan Dekoya Award, pemilik Smart Batik Indonesia kali ini memperoleh penghargaan dalam program Youth Creative Competition. Program Youth Creative Competition sendiri merupakan sebuah acara yang diinisiasi oleh UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia. “Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas pemuda yang tinggal di sekitar situs warisan budaya agar dapat meningkatkan pendapatan, sehingga diharapkan dapat lebih berkontribusi pada perekonomian lokal,” ujar Elvera N. Makki, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia. Sementara itu, Director and Representative UNESCO Jakarta, Prof. Dr. Shahbaz Khan yakin bahwa kegiatan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diaplikasikan di semua kawasan situs warisan Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO. Ihsan menerangkan, program ini merupakan puncak rangkaian kegiatan, yang diawali dengan kegiatan pembinaan, berupa pelatihan dalam bidang pemasaran, branding, dan manajemen keuangan. Setelah itu, peserta mengirimkan proposal usaha kreatif untuk diseleksi. Dari 125 proposal usaha yang masuk, terpilih 20 pemuda dengan ide pengembangan usaha terbaik diseleksi melalui kegiatan presentasi yang dinilai langsung oleh dewan juri dari UNESCO Jakarta, Citi Indonesia, dan bekraf, sehingga tinggal 10 peserta. Sepuluh peserta terpilih diumumkan pada kegiatan Creative Youth Forum 14 Februari 2018. Smart Batik Indonesia menjadi salah satu yang terpilih dalam kegiatan penghargaan tersebut, dilihat dari inovasi produk, pemasaran, dan perkembangan usaha dari dirintis tahun 2015. Smart Batik Indonesia nantinya akan memperoleh pembinaan dan fasilitas pengembangan usaha dari UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia. Sembilan proposal terbaik lainnya yang akan dibimbing usahanya adalah Avatar Boutique (Afifah Ashma' Abdilah), Avatar Studio (Apri Susanto), Buntari Keramik (Sidik Purnomo), Chakil Squad (Wisnu Aji Setyo E. & Gambuh), Guru Batik (Dheni Nugroho), Poci Omah Rekam (M. Iqbal Umar & Nikmah Wafira), Rubah di selatan (Ahmad Fathkun Nuroni & Gilang Wahyu Apriliawan), Sanggar Seni Kinanti Sekar (Kinanti Sekar Rahina), serta Travel Mates (Adrian). WITONO 38 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

Capaian program kerja berdasarkan kontrak kinerja UNY dengan Kemn­ris­tekdikti mening­ kat. Diantaranya rasio afirmasi yang mencapai 29,74% dari target 20%. Rasio afirmasi adalah persentase jumlah mahasiswa afirmasi Bidikmisi, Beasiswa ADIK, UKT Kelompok I, Kelompok II, dan beasiswa lainnya, dibandingkan dengan jumlah total mahasiswa S1 dan Diploma. Ini merupakan rasio yang cukup tinggi. Demikian pula persentase lulusan bersertifikat kompetensi dan profesi yang meningkat jauh dari target 4% dapat tercapai 71,26%. Dosen dan tenaga kependidikan juga meningkat kompetensinya. Begitu pula bidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Rektor UNY Sutrisna Wibawa menyampaikan hal tersebut pada rapat senat terbuka UNY di Ruang Sidang Rektorat, Jumat (9/2). Lebih lanjut, Rektor mengatakan bahwa publikasi ilmiah juga mengalami kemajuan. Jumlah publikasi internasional pada tahun 2017 tercapai 28,45%% atau sebanyak 274 judul dari target 4%. “Capaian ini lebih tinggi dibanding capaian pada tahun 2016 sebanyak 16 judul,” kata Sutrisna Wibawa. “Kenaikan capaian ini selaras dengan

berbagai upaya fasilitasi publikasi internasional baik berupa fasilitasi publikasi dalam seminar internasional maupun publikasi dalam jurnal internasional serta jurnal internasional bereputasi.” Menurut Rektor ketercapaian tersebut karena berbagai faktor yang bersifat mendu­ kung maupun adanya bebera­ pa faktor penghambat yang dapat diantisipasi. Beberapa langkah strategis yang bersifat kebijakan maupun operasionalisasi program kerja telah dilakukan dalam bidang tridharma perguruan tinggi, manajemen, keuangan, dan sarana prasarana. Rapat kerja berupa laporan perkembangan pelaksanaan program universitas tersebut dibuka Ketua Senat UNY, Zamzani yang dalam sam­ butan­nya mengatakan bahwa agenda rapat terbuka ini merupakan media untuk memberikan informasi apa yang telah dilakukan dan dicapai selama ini. “Harapannya dengan menge­ tahui informasi terkini univer­ sitas, civitas akademika dapat aktif membangun sinergitas antar organisasi sehingga bisa berjalan dengan baik,” kata Zamzani. Rapat diikuti oleh seluruh jajaran pimpinan fakultas, ketua lembaga dan unit-unit yang ada di UNY. DEDY


Berita

DOK. HUMAS FIS

NASKAH CERITA PANJI SEBAGAI MOW UNESCO Apa dongeng pengantar tidurmu? Masihkah ingat dongeng Keong Mas atau Ande–ande Lumut yang sering dipentaskan dalam drama saat pesta peringatan tujuh belasan di kampung? Atau kisah perjuangan Pangeran Diponegoro? Mungkin pernah juga mendengar tokoh-tokoh populer seperti Raden Inu Kertapati alias Panji Asmarabangun, Dewi Sekartaji alias Galuh Candrakirana, atau Panji Semirang alias Kuda Narawangsa? Semoga kenangan akan cerita itu masih ada dan akan dilanjutkan lalu diceritakan kembali ke anak cucu kita nanti. Indonesia mempunyai banyak sekali dongeng yang berasal dari sejarah leluhur kita, ceritacerita tersebut di atas bagian dari cerita rakyat Jawa terkenal yang kemudian disebut Cerita Panji. Mengutip Wikipedia, Cerita Panji ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal dari Jawa periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kadiri. Isinya adalah mengenai kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh

utamanya, yaitu Raden Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana). Cerita ini mempunyai banyak versi dan telah menyebar di beberapa tempat di Nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina). Cerita rakyat seperti Keong Mas, Ande-ande Lumut, dan Golek Kencana juga merupakan turunan dari cerita ini. Karena terdapat banyak cerita yang saling berbeda tetapi saling berhubungan, cerita-cerita dalam berbagai versi ini dimasukkan dalam satu kategori yang disebut "Lingkup Panji" (Panji Cycle). Cerita Panji merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang sangat berharga. Oleh karena itu, membuat Wardiman Djojonegoro, Mendikbud yang menjabat pada era BJ Habibie sebagai Presiden untuk menggalang dukungan agar Cerita Panji bisa masuk dalam warisan warisan Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of World (MoW) United

Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Rabu (21/2) kemarin, dalam Kuliah Umum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Wardiman menceritakan seperti apa proses pengajuan naskah cerita Panji sebagai Memory of the World (MoW) di ruang Ki Hadjar FIS UNY. Di hadapan kurang lebih 200 mahasiswa FIS UNY, yang sebagian besar merupakan mahasiswa prodi Ilmu Sejarah dan prodi Pendidikan Sejarah. Wardiman menceritakan, “Betapa berharganya sejarah yang dimiliki Indonesia. Niat awal ingin mendaftarkan Cerita Panji ke MoW, karena ingin meluruskan cerita perjuangan Pangeran Diponegoro, setelah selama 3 hari saya membaca buku setebal lebih kurang 900an halaman karya Pieter Carey. Saat itulah saya tergugah untuk mendaftarkan cerita Panji ke MoW,” terangnya bersemangat. Diceritakan Wardiman, ia menggalang dukungan sejak tahun 2015 hingga akhirnya pada 1 April 2016, Perpusnas mengirimkan 76 naskah untuk dinominasikan MoW UNESCO. Selanjutnya diputuskan untuk mengajak Perpustakaan Nasional (Perpusnas) baik Asia maupun Eropa yang mempunyai naskah Cerita Panji untuk ikut nominasi. Nominasi bersama ini memang diharapkan oleh UNESCO dan

memperkuat kesempatan untuk terpilih. Perpusnas tersebut adalah: Malaysia, Kamboja, Thailand, British Library, dan Universitas Leiden. Perpustakaan-perpustakaan tersebut menyambut dengan baik ajakan ini. British Library menurut aturan di British Library tidak ikut nominasi, tetapi mendukung nominasi ini dengan mengirimkan Letter of Support. Satu tahun kemudian, pada Februari 2017, tiga Negara ikut menandatangani nominasi. British Library mengirim dukungan dengan Letter of Support. Thailand tidak ikut menandatangani nominasi. Indonesia melampirkan 76 naskah Cerita Panji; Malaysia melampirkan 7 naskah Cerita Panji; Kamboja 1 naskah Cerita Panji, Universitas Leiden melampirkan 252 naskah Cerita Panji dari berbagai daerah, dengan 8 bahasa lokal. Dan akhirnya keputusan dari MoW UNESCO diumumkan pada Okto­ ber 2017, dan Cerita Panji resmi tercatat dalam MoW UNESCO. Dengan menceritakan kisah perjalanan atau proses pengajuan naskah Cerita Panji ini, Wardiman berharap, “Mudah-mudahan, setelah mendengar cerita ini saudara terpanggil, bahwa mempelajari sejarah itu asyik, dan akan semakin menghargai sejarah,” ungkap Wardiman. SARI P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 39


Berita

DOK. HUMAS UNY

AUDIENSI SECRETARY CORP. MNC GRUP Sebagai lembaga negeri, Universitas Negeri Yogyakarta selalu berkomitmen untuk memajukan kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Komitmen tersebut direalisasikan dengan sambutan sivitas akademika UNY dalam turut serta mensukseskan penyelenggaraan kejuaraan futsal AFF (ASEAN Football Federation) pada 11-22 Juli dan kejuaraan futsal AFC (Asia Football Confederation) pada 1-12 Agustus tahun ini di GOR 40 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

UNY. Demikian disampaikan Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, didampingi Wakil Rektor II, III, IV dan beberapa pimpinan pada audiensi UNY dengan MNC Grup Rabu pagi (14/3). Lebih lanjut Sutrisna mengatakan bahwa kerjasama dalam penyelenggaraan futsal AFF dan AFC tersebut bisa menjadi permulaan kerjasama antara UNY dengan MNC Grup di mana dalam hal ini Wakil Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia, Syafril Nasution, juga

merupakan Secretary Corporate MNC Grup. “Ke depan UNY dan MNC akan menindaklanjuti beberapa kerjasama dalam MoU seperti program magang mahasiswa, guest lectuer oleh Komisaris Utama MNC Grup dan Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia, Hary Tanoesudibjo, dan kerjasama lainnya,� ungkap Sutrisna Wibawa. Pengalaman dan karakter Hary Tanoesudibyo akan memperkuat penanaman character building yang selama ini ditempa di UNY, imbuhnya. Sementara itu, Syafril Nasution, mengucapkan syukurnya atas sambutan sivitas akademika UNY. Syafril, yang juga datang selaku Waketum FFI (Federasi Futsal Indonesia) bersama Edhi Prasetya (Sekjen FFI), Armando Pribadi (Ketua Asosiasi Futsal

Provinsi DIY), dan Nanang Sri (Staf MNC) merasa senang karena saat ini prestasi Futsal Timnas Indonesia berada di peringkat 54 dunia, jauh lebih baik dibanding prestasi Sepakbola Timnas Indonesia yaitu pada posisi 167 dunia. Untuk itu, kesempatan sebagai penyelenggara event futsal sekelas AFC dan AFF menjadi suntikan tersendiri bagi prestasi futsal, mutu pemain, dan popularitas futsal Indonesia karena pada tahun 2020 menjadi target untuk berpartisipasi pada Piala Dunia Futsal. Ditambahkan bahwa sebagai host kejuaraan futsal internasional AFC dan AFF tahun ini, perlu penyesuaian standarisasi fasilitas yang ada di GOR UNY yang nantinya akan menjadi realisasi kerjasama antara MNC Grup dan UNY. SATYA


Berita

GENJOT PENERIMAAN PAJAK, TAX CENTER UNY SOSIALISASIKAN E-FORM

ANGIN SEGAR EKOFEMINISME BAGI LITERASI INDONESIA

DOK. FBS UNY

“Bumi adalah rumah kita satu-satunya. Jika Bumi rusak, tak ada planet lain yang bisa menggantikannya,” ujar Dr. Naning Pranoto, MA. saat membuka diskusinya dalam Workshop Ekofeminisme: Kritik Sastra Berperspektif Ekologis dan Feminis. Bumi adalah representasi dari seorang perempuan. Secara metafor tak ada Bapak Bumi, kita diakrabkan dengan istilah Ibu Bumi. Pembicara utama Naning Pranoto, kerapkali memberikan stimulus kepada peserta bahwa Bumi adalah ibu yang melindungi dan menyusui semua makluk yang ada di pangkuannya, dan khususnya manusia yang paling banyak memanfaatkannya. Tapi, hanya sedikit manusia yang menyadari untuk merawat Bumi. Workshop Ekofeminisme: Kritik Sastra Berperspektif Ekologis dan Feminis diselenggarakan pada Sabtu (10/3) di Aula PLA lantai 3 FBS UNY. Acara ini diselenggarakan dalam rangka merespons terbitnya buku Ekofeminisme: Kritik Sastra Berwawasan Ekologis dan Feminis karya Dr. Wiyatmi, M.Hum yang ditulis bersama Dr. Maman Suryaman dan Esti Swatikasari, M.Hum yang terbit bulan September 2017 yang lalu. Dr. Wiyatmi, M.Hum yang juga ketua Prodi Sastra Indonesia ini mengatakan, “Buku ini merupakan hasil penelitian Hibah Kompetensi yang didanai Dirjen Ristek Dikti tahun 2016 yang lalu,” ujarnya seperti yang dituangkan di dalam kata pengantar buku tersebut. Dalam acara ini Dr. Maman Suryaman berperan sebagai moderator, Dr. Wiyatmi, M.Hum dan Dra. Naning Pranoto, MA. menjadi pembicara utama. Sebanyak 120 peserta memenuhi ruangan Aula PLA yang terdiri dari dosen, peneliti, dan mahasiswa. Para peserta juga terbagi dari beberapa delegasi kampus, di antaranya UNY sendiri, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanata Dhama, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Sebelas Maret. Hadir sekaligus memberi sambutan dalam acara ini Prof. Dr. Suwardi Endraswara, selaku ketua pusat Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia. Dalam sambutannya, Guru Besar Pendidikan Bahasa Jawa FBS UNY tersebut memberikan apresiasi kepada penulis buku, bahwa masuknya gerakan ekofeminisme dalam bentuk buku penelitian merupakan angin segar bagi literasi di Indonesia terutama di lingkungan akademik. Acara ini diselenggarakan oleh Tim Hikom UNY dan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Komisariat UNY. Peserta yang hadir mendapatkan buku Ekofeminisme: Kritik Sastra Berwawasan Ekologis dan Feminis secara gratis yang diterbitkan oleh Cantrik Pustaka. MAW

Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) sering menjadi kendala bagi kebanyakan orang. Padahal target penerimaan pajak setiap hari mengalami kenaikan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak DIY melakukan berbagai inisiatif agar target tahunan bisa tercapai. Salah satunya melalui kegiatan Bimbingan Teknis pengisian SPT di berbagai instansi dan lembaga masyarakat. Fakultas Ekonomi (FE) UNY melalui Tax Center UNY bekerjasama dengan Kanwil Ditjen Pajak DIY mengadakan Bimtek Pengisian SPT Tahunan PPh, Rabu (28/2) lalu. Dengan bimbingan tersebut, Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (Kabid P2Humas) Kanwil Ditjen Pajak DIY, Sanityas Jukti Prawatyani, berharap target penerimaan pajak di DIY bisa lebih baik dari tahun kemarin. “Target tahun kemarin Rp 5,167 triliun, dan terealisasi Rp 4,378 triliun. Untuk tahun ini, target ditingkatkan menjadi Rp 5,483 triliun,” ungkap Tyas. “Pendapatan Asli Daerah DIY masih kurang mencukupi belanja daerah. Sumber pemasukan daerah dari beberapa pos masih harus dibantu dari pos lainnya, terutama pajak. Tingkat kepatuhan pajak pada 2017 yang secara keseluruhan mencapai 92% masih bisa ditingkatkan lagi,” tambahnya. Pada kali ini, Kanwil Ditjen Pajak DIY turut mengenalkan sistem e-form sebagai inovasi pelaporan setelah e-filing, e-billing, dan e-faktur.

Berbeda dengan e-filing, e-form tidak mengharuskan online saat pengisiannya. “Pengisian bisa dilakukan secara offline. Jika masih ada data yang belum dimasukkan, file bisa disimpan terlebih dulu dan dilanjutkan lain waktu. Setelah SPT selesai diisi, baru online lagi untuk mengunggah ke server DJP. Hanya saja, e-form diperuntukkan bagi pelapor dengan penghasilan di atas Rp 60 juta per tahun atau pengguna SPT 1770 dan SPT 1770S,” terang Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen Kanwil Ditjen Pajak DIY, Mohammad Fuad.

DOK. HUMAS FE

Dekan FE UNY Sugiharsono menyampaikan pentingnya berkontribusi dalam bernegara melalui pajak. “Negara bisa menyelenggarakan kegiatan salah satunya berkat pajak yang kita bayar. Jika negara tidak mampu menyelenggarakan kegiatan, maka ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” pesannya. FADHLI P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 41


Kuswarsantyo TERLAHIR UNTUK JATHILAN 42 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

KALAM / PEWARA


S O S O K P E N A R I J AT H I L A N

DOK. KUSWARSANTYO

Ayahnya takjub tanda terkejut, ketika Kuswarsantyo memutuskan jadi guru tari. Namun kiprah dan lenggokan sang Doktor Jathilan, tak pernah ingin berhenti. Berkat kerja keras itu, tak hanya gelar KRT Candrawaseso yang tersemat. Tapi juga amanah sebagai Juara 3 Dosen Berprestasi Tingkat Nasional, sekaligus sebagai bagian dari delegasi kraton Jogja yang kerap menghiasi ragam pementasan di penjuru dunia.

K

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH

RT. Candra Radhana, ayah dari Kuswarsantyo, saat itu dikenal sebagai penari klasik kraton. Menjadi wajar kemudian, Candra Radhana yang saat itu membesarkan keluarganya di dalam benteng kraton, ingin para putranya mengikuti jejak sang ayah. Tapi Santyo, demikian ia kerap disapa sejak kecil, mbalela. Ketidaksukaannya jika gending karawitan mulai bertabuh kala dulu kecil, juga tak diketahui alasannya hingga sekarang. Tapi satu hal yang ia ketahui dengan pasti, adalah perilakunya sejak kecil yang cukup aktif. Kegemarannya berlarian dan melompat kesana kemari kala itu tersalurkan di seputaran benteng kraton hingga Alun-Alun Selatan. Dari situ, Sunaryo, Dosen Etnomusikologi ISI Yogya yang juga paman dari Santyo, melihat potensi. “Anak ini tidak bisa dipaksa senang menari. Dia suka loncat-loncat,

maka ayo kita ajak loncat-loncat,� ungkap Sunaryo kepada Candra Radhana, layaknya ditirukan oleh Santyo. Dari kesadaran itulah, Santyo kecil mulai menekuni dunia tari-menari semenjak kelas 5 SD. Dimulai dengan tarian yang dalam perjalanannya belajar ia gemari, karena memfasilitasi keaktifan yang sang bocah miliki. Pencariannya atas ilmu pertunjukan tersebut, bahkan dilandasi keyakinan bahwa ia tak mau diajari oleh sang ayah. Hanya mau diajar oleh Sunaryo. Sehingga

KUSWARSANTYO BERSAMA AYAH (ALM) YANG BERPERAN SEBAGAI DITYA KALA SEKIPU dalam wayang wong Mataraman di Kraton Yogyakarta, dalam rangka Tingalan dalem sri Sultan HB X 2002.

Berawal dari perasaan "alergi", Santyo justru mulai merasa bahwa segala tari yang dimiliki kekayaan budaya Ngayogyakarta Hadiningrat begitu indah dan menakjubkan.

tarian kuda lumping ala Bagong Kussudiardja, kreator di tahun 1960-an, menjadi rujukannya ketika berguru dengan sang paman. Tapi justru dari perkenalan dan alergi sedemikian rupa lah, Santyo mulai terbuka pandangannya bahwa segala tari yang dimiliki kekayaan budaya Ngayogyakarta Hadiningrat begitu indah dan menakjubkan. Sehingga ketika menapak SMP dan mulai mencintai seni tari klasik gaya Jogja, apalagi menekuni dan mengajar Pendidikan Seni Tari di IKIP Yogyakarta, tangan sang ayah selalu terbuka untuk mendekap sang putra belajar lebih giat. Dengan tetap menyisakan tempat spesial di hati Santyo untuk Jathilan, dan kegemarannya melompat riang. “Jadi sampai ayah saya ketawa lucu geleng-geleng takjub, kok bisa anak ini jadi guru tari. Padahal saya itu ya, mbalela. Waktu pertama dipaksa (seni tari), tidak mau! Dan mungkin kalau ayah saya belum kapundhut dan tahu saya malah P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 43


jadi Doktor Jathilan, pasti akan geleng-geleng lagi,” kenang Santyo sembari terkekeh.

S O S O K P E N A R I J AT H I L A N

Dari Balai Seni ke Balai Seni Untuk mensyukuri hal tersebut, Balai Seni Candra Radhana didirikan Santyo bersama sang kakak di tahun 2009. Sebuah sanggar seni yang didedikasikan keduanya untuk pengembangan dan praktek seni tari. Semacam laboratorium tari informal cabang UNY, ungkapnya. Murid maupun mahasiswa yang pernah menimba ilmu dari Santyo dan memiliki waktu senggang, ia ajak untuk mengajar disana. Gamelan dan pendhopo kecil, siap menemani tiap langkah lenggokan mereka. “Untuk pemberian namanya, Balai Seni Candra Radhana ini sengaja namanya kita ambil dari gelar ayah kami. Beliau menginspirasi kami berdua untuk terus menari, dan memperoleh kesempatan yang tak terbayangkan sebelumnya,” ungkap Santyo. Walaupun demikian, Balai Seni Candra Radhana bukanlah balai seni pertama dan satu-satunya yang mewarnai hidup Santyo. Awalnya ia menimba ilmu Kuda Lumping bersama sang paman. Sebuah keputusan yang diambil, karena Santyo tetap tak berkenan untuk belajar dengan sang ayah. Curiga jika ia digoda untuk kembali belajar seni tari klasik Namun tari klasik yang dulunya ia cemaskan, justru berubah menjadi kegemaran yang ia tekuni sepanjang hayat. Santyo perlahan mulai menggandrungi seni tari klasik gaya Yogyakarta. Perkenalannya bermula dari salah seorang kawan di Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa Ngayogyakarta, sebuah joglo di daerah Pujokusuman yang di kemudian hari menjadi tempatnya bertama kali menimba ilmu tari klasik. Kawannya tersebut sudah mencoba dan relatif mahir untuk anak seusianya. Bahkan sudah pernah tampil di panggung Ndalem Pujokusuman. Dan etika mengajak, sang kawan sebenarnya hanya menggoda Santyo. Khas anak kecil yang sedang unjuk kebolehan, lalu menantang kawannya untuk coba-coba. Tapi Santyo akhirnya tergoda. Sehingga masa-masanya bersekolah di SMPN 2 Yogyakarta, kemudian menjadi saksi Santyo yang mulai menimba ilmu di Pamulangan Beksa. “KRT. Sasmita Mardawa, punggawa tari klasik 44 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

Yogyakarta, saat itu menjadi nahkoda Pamulangan Baksa. Kami semua belajar banyak dari beliau, saya yang awalnya tergugah dari teman dan ikutikutan, merasa bahwa seru juga seni tari klasik,” kenang Santyo. Dari perkenalannya dengan seni tari klasik, Santyo mulai memahami ada berbagai karakter yang memiliki corak goyangan berbeda. Raga Santyo misalnya, walaupun kecil dan tak begitu tinggi, disebut oleh para pengajar tarinya bercorak gagah. Peran menjadi Anggada (kera), begitu cocok dengannya. Namun sebelum berperan sebagai kera, pembelajaran ala Kraton mewajibkan semua yang menekuni seni tari untuk belajar gaya halus terlebih dahulu sebagai dasar. Secara tradisional, mereka yang telah menguasai tari gaya halus diyakini lebih mudah belajar tari gaya apapun. Termasuk, menari gaya gagah yang kemudian membuatnya gandrung atas tari klasik dan terus mengembangkan

potensinya di bidang kesenian ini. Dan benar saja, selepas menuntaskan kursus selama 3 tahun, Santyo yang kala itu mengenyam bangku kelas dua di SMAN 1 Kasihan, bisa berperan sebagai Wanara (pasukan manusia berekor monyet) dengan lihai untuk pertama kalinya di atas panggung. Tugas pertama itu pada awalnya datang mendadak ditengah kebutuhan Pamulangan Beksa untuk menggelar pementasan wisata. Dalam kisah Kumbakarna yang saat itu dimainkan Santyo, Wanara memang dikisahkan sekadar sebagai pelengkap yang akhirnya berhasil dikalahkan oleh Kumbakarna. Juga sekedar melompat-lompat dan melawan tokoh utama. Namun, aksinya tersebut lebih dari cukup. Untuk meyakinkan Santyo bahwa ia memiliki talenta di bidang tari klasik, sekaligus memberi kebimbangan bagi Santyo atas masa depannya. Karena di dalam hati Santyo, masih ada impian dan cita-cita untuk menjadi camat dan mengenyam sekolah


satu angkatan awal yang ada di jurusan ini, sekaligus menjalani kuliah ganda di APMD hingga tuntas dua tahun kemudian.

S O S O K P E N A R I J AT H I L A N

Semasa dua tahun kuliah ganda tersebut, Santyo membagi waktunya dengan optimal. Pagi hari kuliah tari, dan sore hingga malamnya mengambil kelas di APMD. Sehingga ijazah D3 Pembangunan Masyarakat bisa diraihnya tanpa halangan yang berarti. Bahkan sempat mewakili APMD dalam lomba tari topeng di rangkaian kegiatan Porseni, mengalahkan IKIP Yogyakarta yang seharusnya jadi almamater sendiri. “Saya kan waktu itu masih junior di IKIP, jadi terpilih mewakili APMD waktu Porseni, dan ternyata menang melawan kakak tingkat saya yang mewakili IKIP. Tapi dua tahun berikutnya, saya sudah senior, saya mewakili IKIP, ganti saya kalahkan lagi APMD. Itu semua dalam lomba tingkat seJawa Bali,” ungkap Santyo sembari terkekeh.

DOK. KUSWARSANTYO

sarjana hukum. Tapi menari, apalagi belajar langsung kepada Bagong Kussudiardja, adalah kesempatan yang tak ingin ia lewatkan. “Jadi selepas makin sering nari di Pamulangan Beksa, semakin bimbang untuk terus menari atau mengejar cita-cita saya belajar hukum dan jadi camat. Akhirnya saya tetap belajar ke tempat Pak Bagong, sekaligus setelah lulus masuk Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD),” ungkap Santyo. Batal Jadi Camat Selepas lulus dari SMAN 1 Kasihan, masuklah Santyo ke APMD dengan harapan bisa menjadi camat. Pilihan tersebut diambilnya selepas namanya tak tercantum dalam hasil UMPTN, kala ia menjajal beberapa jurusan S1 Hukum di universitas-universitas negeri. Kegiatan menari tetap ditekuninya sebagai hobi, yang menurut Santyo, ia lakoni dengan ikhlas karena dengan berada di atas panggung dan memperoleh apresiasi tepuk tangan saja, hatinya merasa cukup.

“Jadi tidak ada awalnya pikiran cari honor atau hidup dari tari, apalagi jadi guru tari,” kenang Santyo.

KUSWARSANTYO DALAM SALAH SATU LAKONNYA

Namun semuanya berubah kala surat edaran dari APMD datang menjelang akhir studi D3 nya. Ikatan dinas kala itu mewajibkan setiap lulusan yang nantinya akan direkrut sebagai PNS, untuk ditempatkan di Kalimantan. Keluarganya tak setuju Santyo pergi dari Jogja, karena ia adalah satu-satunya anak laki-laki. Akhirnya di tahun 1987, Santyo menjajal jurusan Pendidikan Seni Tari yang baru-baru saja dibuka di IKIP Yogyakarta. Menjadi salah

"Berkat disertasi S3 membahas tentang Jathilan, jadilah saya dikenal sebagai Doktor Jathilan. Hidup ini berputar dan unik betul, seakan saya terlahir untuk Jathilan."

Atas bakatnya yang telah terpoles manis di bidang tari tersebut, pasca lulus di tahun 1991, Santyo langsung diajukan oleh Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari untuk menjadi dosen. Kebetulan saja, IKIP Yogyakarta masih kekurangan dosen tari klasik gaya Jogja. Sehingga sejak tahun 1990, ketika ia menjadi mahasiswa tingkat akhir, ia telah menjadi asisten dari Almarhum Pak Sarwono, satu-satunya dosen tari klasik gaya Jogja yang kala itu dimiliki IKIP Yogyakarta. Saat Maret 1992 itulah, ketika Santyo resmi diangkat sebagai PNS, orang tuanya takjub serta tak menyangka anaknya secara resmi berprofesi sebagai “guru tari”. Kiprah tersebut kemudian secara intensif dilakukannya, dengan mengembangkan kapasitas keilmuan lewat S2 dan S3 Pengkajian Seni Pertunjukan. “Pengalaman saya belajar itu jadi unik, karena saya awalnya menekuni Jathilan, terus berkecimpung dan menekuni tari klasik, tapi ditutup dengan S3 membahas disertasi tentang Jathilan. Jadilah saya dikenal sebagai Doktor Jathilan. Hidup ini berputar dan unik betul, seakan saya terlahir untuk Jathilan,” ungkap Santyo. Doktor Jathilan Keliling Dunia Kiprahnya sebagai guru dan P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 45


pembelajar tari, juga tak membuat dirinya berhenti untuk menari secara riil di atas panggung. Sejak menjadi asisten dosen, Pamulangan Beksa tak lagi menjadi satu-satunya panggung tempat Santyo pentas. Selepas KKN di tahun 1990, Santyo terlibat dalam Training Center yang digelar oleh Kraton untuk mengirimkan delegasi budaya ke Amerika Serikat. Bersama dengan paman, ayah, serta dua orang saudara sepupu yang kebetulan sama-sama penari, Santyo terbang ke negeri Paman Sam selama 1,5 bulan untuk unjuk kebolehan.

S O S O K P E N A R I J AT H I L A N

“Spektakuler itu. Baru pertama kali ke luar negeri, langsung satu setengah bulan dan bersama keluarga. Menari muter-muter Amerika dari ujung timur sampai ujung barat. Washington DC, New York, Boston, Berkeley California, sampai Los Angeles,” kenang Santyo yang semasa di Amerika Serikat, banyak bertemu pakar Karawitan maupun beberapa dosen seni asal Yogyakarta yang menetap dan berkiprah disana. Selepas dari Amerika Serikat, Santyo juga turut serta dalam berbagai delegasi kraton untuk melakukan diplomasi budaya. Mulai dari bersama Pak Bagong dalam penampilan di Pakistan dan Singapura pada 1992, Menari dan memberi workshop pelatihan tari jawa di Brazil selama 1 bulan pada tahun 1993, serta yang paling akhir, adalah turut serta dalam rombongan yang dipimpin GKR Mangkubumi ke Museum Louvre, Abu Dhabi, pada 29 Januari hingga 3 Februari 2018 lalu. Santyo dan tim delegasi seni budaya Kraton, kala itu tampil berdampingan dengan berbagai kesenian tradisional dari penjuru dunia. “Mereka senang bahkan, karena baru pertama ada budaya Jawa di Abu Dhabi. Selain mengenalkan tarian klasik, kami mengenalkan budaya Jawa dan juga wayang,” ungkap GKR Mangkubumi dalam Doorstop di Bangsal Srimanganti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat seusai menyaksikan gladi bersih pementasan, Sabtu (27/1/2018). Selain tampil di penjuru dunia, UNY juga tak luput dari panggung tempat Santyo tampil. 8 Desember 2017 lalu, Santyo bersama Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, juga menyempatkan diri untuk njathil keliling kampus. Aksi jathilan tersebut bermula atas tantangan sang rektor ketika masih menjabat sebagai Sekretaris Dirjen Belmawa Kemristekdikti. Sembari 46 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

KALAM / PEWARA

KUSWARSANTYO BERSAMA REKTOR UNY dalam acara penggalangan dana untuk membantu korban bencana di DIY.

menyelamati, ia menantang Santyo untuk unjuk kebolehan. Momentum bencana alam pasca badai siklon Cempaka dan Dahlia akhir tahun lalu, serta sebagai rasa syukur atas akreditasi A Prodi Pendidikan Seni Tari dan gelar juara ketiga dosen berprestasi nasional, membuatnya terpanggil untuk mengabdi kepada masyarakat. “Tapi kita kubur semua itu (tentang) akreditasi A dan gelar dosen berprestasi. Njathil untuk membantu korban bencana, sekalian cari dana. Pak Tris setuju dan selama dua minggu

Kuswarsantyo terus berusaha mempopulerkan Jathilan dengan menelurkan sembilan Hak Kekayaan Intelektual, berupa tujuh karya seni dan dua buku.

beliau latihan secara pribadi. Kami (Dosen dan Mahasiswa Pendidikan Seni Tari yang turut dalam jathilan keliling kampus) merasa terhormat,” kenang Santyo. Pengabdian kepada masyarakat juga terus dilakukannya dengan mengembangkan Jathilan. Sudah sembilan tahun berturut, Santyo ditugaskan Dinas Pariwisata Provinsi DIY sebagai narasumber sekaligus juri dalam Festival Jathilan. Langkah-langkah untuk terus mempopulerkan Jathilan juga dilakukannya dengan berkreasi mengembangkan kesenian tersebut. Sembilan Hak Kekayaan Intelektual, berupa tujuh karya seni dan dua buku, terdaftar atas nama dirinya. Dosen yang juga memperoleh status abdi dalem dan gelar Candrawaseso pada 2002 itu berharap, bahwa kiprah UNY maupun Kraton Yogya dalam bidang tari tradisional,dapat membuat generasi muda makin bangga atas kebudayaan tradisional.


» Opini

Mencuri Kejernihan di Tahun Politik Oleh NASIWAN Dosen FIS dan Sekretaris Senat UNY.

U

ngkapan singkat si vis pacem para bellum kurang lebih bermakna bahwa kalau ingin ada perdamaian maka harus siap untuk berperang. Sebuah adagium lama dari bahasa Latin yang menyiratkan bahwa kehidupan politik sulit dihindarkan dari persaingan dan konflik, bahkan dipersyaratkan kalau ingin menciptakan perdamaian harus siap konflik. Sebe­ rapa kuatkah argumen di balik adagium di atas? Adakah memiliki legitimasi moralitas ataukah lebih berpijak pada realitas kehidup­ an politik yang sudah menjauh dari prinsip moralitas? Dalam pencermatan penulis adagium si vis pacam para bellum, merefleksikan kehidupan politik modern yang cenderung pragmatis dan kehilangan pijakan moralitas. Memang benar realitas kehidupan politik modern sulit dilepaskan dari unsur uang. Hal tersebut sejalan dengan asumsi dari pandangan politik yang menyatakan bahwa there are no free lunch, tidak ada makan siang yang gratis. Maknanya setiap kegiatan politik ada harga yang harus dibayar dan ada kepenting­ an yang bisa dipertukarkan. Masihkah tersisa kejernihan dan kesucian politik dalam alam pikir kita? Sebuah pertanyaan retoris yang tidak memerlukan jawaban, karena jawabannya seharusnya bukan hanya tersisa bahkan semua kegiatan politik harusnya didasarkan pada kesucian dan niat yang suci untuk kemaslahatan umat, untuk kepentingan umum, untuk kepenting­ an negara. Kebenaran dalam politik hatrus diturunkan dari kebenaran imperatif tentang kesucian politik yang tidak diukur oleh fakta emperis oleh adanya aktor-aktor politik yang

berperilaku moralis, tetapi diukur dari prinsip-prinsip moralitas, etik, kebenar­an yang bersifat transendesi. Bagaimana dengan kondisi real politik Indonesia sekarang ini? Indonesia memasuki tahun 2018 banyak disebut sedang memasuki Tahun Politik. Jika kita sempat membaca dan menceramti berbagai berita politik serta anaisis para pakar yang disiarkan di berba­ gai media massa maupun media online, ada suatu perasanaan tidak nyaman dan cende­ rung menjadi semacam perasaan alergi untuk menyimaki berita politik. Salah satu alasan yang sering disampaikan karena berita politik kehilangan kerjernihan, kehilangan berita yang mencerdaskan pembaca. Pada umumnya, berita politik bersifat memihak kepada kekuatan atau partai politiki tertentu. Mungkinkah kita menemukan suatu berita yang jernih yang menyejukan, ulasan berbagai peritiwa politik oleh para ahli atau yang dianggap ahli yang jernih dan mesucikan pikiran seluruh anak bangsa? Seharus­

nya media massa cetak maupun on line ha­dir ke tengah-tengah masyarakat mengemban misi untuk kegiatan politik yang mencerdaskan, bukan malah sebaliknya kegiatan yang membuat masyarakat menjadi alergi pada politik. Bagaimana kita bisa mencuri kejernihan berpikir di tahun politik? Tulisan singkat ini akan berusaha untuk menyampaikan prinsip-prinsip untuk tetap bisa jernih di te­ngahtengah tahun politik yang sering dikatakan Politik itu kotor, bahkan politik itu mengikuti prinsip tujuan menghalakan cara. Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan sebagai berikut. Pertama, para pembaca perlu menyadari bahwa setiap teks yang ada itu isinya dipengaruhi oleh siapa yang memproduksi teks tersebut. Kedua, ada konteks apa ketika teks itu diproduksi. Ketiga, ada kepentingan siapa di balik diproduksinya sebuah teks (termasuk berita politik); ada ideologi apa yang menggerakan sebuah eks itu lahir? Singkat kata, seorang pembaca (masyarakat Indonesia) perlu menyadari bahwa sejak huruf pertama membaca sebuah berita politik perlu disadari hampir mustahil ada berita yang netral. Oleh karena itu, pembaca perlu menjaga sikap kritis. Dengan merujuk pada prspektif CDA (Critical Discourse Analysis) kita masih terbuka peluang untuk membaca bahkan menikmati berbagai berita dan analisis politik tanpa harus kehilangan kejernihan sudut pandang. Karena sikap cuek pada kehidupan politik dan buta huruf politik, bukanlah sikap yang tepat untuk berpartisipasi menjaga dan me­rawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI memanggil warga negara yang berkualitas untuk merawat dan menyelamatkan Indonesia dari cara-cara berpolitik secara kotor. Mencuri kejernihan di tahun politik perlu menyatukan dua sikap sekaligus, yak­ni berpikir rasional-kritis dan pada sisi yang la­in mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh suara dan fatwa hati nurani. Kita me­nyikapi berbagai peristiwa politik tidak bisa hanya dengan pertimbangan rational choice sebagaimana dipraktikkan dalam politik modern di Barat Kita sebagai bangsa Indonesia yang religius, sesuai dengan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, merupakan keniscayaan untuk menjadikan moralitas sebagai lentara menghadapi masa-masa tahun politik. Semoga.

Mencuri kejernihan di tahun politik perlu menyatukan dua sikap sekaligus, yakni berpikir rasional-kritis dan pada sisi yang la­in mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh suara dan fatwa hati nurani. P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 47


» Opini

Jalan Panjang Demokrasi Substantif Oleh RAHMAT ASMAYADI Pengajar dan Sekretaris III Pengurus Anak Cabang Ansor, Tinggal di Sidoarjo

SESUAI JADWAL KPU, PILKADA SERENTAK 2018 BAKAL DIGELAR PADA 27 JUNI MENDATANG. ADA 171 DAERAH, TERDIRI DARI 17 PROVINSI, 39 KOTA DAN 115 KABUPATEN YANG AKAN MENGGELAR PESTA DEMOKRASI LOKAL TERSEBUT.

P

ilkada kali ini adalah Pilkada serentak gelombang ketiga. Gelombang pertama dan kedua sudah terlaksana pada tahun 2015 dan 2017 lalu. Dalam peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2017, pasal 4 menyebutkan bahwa tahapan-tahapan pemilihan terdiri dari tahapan persiapan dan tahapan penyelenggaraan. Selain itu, dalam lampiran peraturan tersebut juga disebutkan bahwa kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sudah harus dilaksanakan pa-

da 14 Juni 2017. Sementara itu, pembentukan PPK dan PPS sudah dimulai 12 Oktober 2017. Pengolahan DP4 sudah dimulai dari 24 November 2017 sampai 30 Desember 2017. KPU sudah melakukan proses pemutakhir­ an data dan daftar pemilih pada 30 Desember 2017. Jika melihat kinerja KPU tersebut, kita patut optimis pelaksanaan Pilkada Serentak akan berjalan dengan baik dan lancar. Pertanyannya, apakah demokrasi substantif juga menjadi target KPU sebagai pihak yang diberikan kewenangan dan bertang­ gung jawab atas pelaksanaan Pemilu dan Pil­kada? Demokrasi Substantif Menurut Jeff Hayness demokrasi substantif menempati ranking paling tinggi dalam praktik demokrasi dengan cara memberikan tempat kepada seluruh masyarakat dari berbagai golongan. Dalam realitas demokrasi kita, cenderung lebih fokus pada perlindung­ an formal-konstitusional lembaga kenega-

raan. Dalam praktik pelaksanannya, perlindungan tersebut masih jauh dari harapan demokrasi substantif. Ada beberapa faktor penghambat terwujudnya demokrasi substantif. Paling mencolok ialah dimainkannya isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) yang mengakibatkan ketegangan sosial-politik. Jalan panjang demokrasi substantif kerap dihiasi oleh konflik atas nama SARA. Hal ini, bertolak belakang dengan gagasan ideal para pakar ilmu politik yang menyebutkan bahwa tidak ada jalan untuk mencapai demokrasi, (karena) demokrasi adalah jalan itu sendiri (there is no road to democracy, democracy is the road). Sulitnya mencapai demokrasi substantif sebetulnya imbas dari perilaku politik yang lebih mengedepankan kepentingan dan kekuasaan semata. Termasuk menggunakan isu SARA sebagai modal untuk mencapai kekuasaan tersebut dilakukan sedemikian masifnya. Bahkan disengaja. Isu SARA yang sensitif di perhelatan Pilkada tampaknya sudah menjadi bagian dari strategi pemenangan oleh sebagian parpol. Resiko besar yang mengintai di balik isu tersebut seperti diabaikan begitu saja para stakeholders. Padahal, jika kita mau jujur, cara berpolitik semacam itu justru bisa berakibat fatal, mengancam eksistensi negara kebangsaan dan kebhinekaan kita. Akibat lebih jauh lagi, demokrasi substantif yang diidealkan akan semakin sulit dicapai karena selalu tercederai. Parahnya lagi, bisa mencoreng nilai-nilai Pancasila yang sudah sejak negara ini berdiri menjadi landasan bersama dalam sepak terjang kehidupan kita. Dan Pilgub DKI Jakarta merupakan salah satu contoh paling menohok dari praktik perpolitikan yang memainkan isu SARA. Masya­ rakat jadi terpecah belah dan terkotak-kotak. Bahkan, dampaknya sampai detik ini. Di sinilah peran andil masyarakat sangat diperlukan. Setidaknya, membangun kesadaran untuk melihat realitas menjadi kebutuhan masyarakat dalam menghadapi momen pemilihan umum atau Pilkada. Sikap saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi nilai toleransi politik adalah langkah paling efektif untuk menghindari konflik di tengah masyarakat. Apalagi, Pilkada Serentak tahun 2018 diprediksi rawan konflik. Karenanya, parpol diharapkan dapat menahan diri dari praktik-praktik yang berpotensi memecah belah masyarakat. 

Sulitnya mencapai demokrasi substantif sebetulnya imbas dari perilaku politik yang lebih mengedepankan kepentingan dan kekuasaan semata. Termasuk menggunakan isu SARA sebagai modal untuk mencapai kekuasaan tersebut dilakukan sedemikian masifnya. Isu SARA yang sensitif di perhelatan Pilkada tampaknya sudah menjadi bagian dari strategi pemenangan oleh sebagian parpol. 48 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8


LIVEGREENBEGREEN.COM

P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 49


» Opini

Evaluasi Sistem Zonasi Oleh BAMBANG RUWANTO Dosen Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta

P

enerimaan Peserta Didik Baru (PP­ DB) jenjang TK, SD, SMP, dan SMA/ SMK mulai tahun ajaran 2017/2018 mengalami perubahan yang signifikan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY telah mengambil kebijakan, seleksi PPDB tahun ajaran 2018/2019 akan menggunakan sistem zonasi (Kedaulatan Rakyat, 1/3/2018). Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 Pasal 15 menyebutkan, sekolah yang diselenggarakan pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari se­ko­ lah paling sedikit 90 persen dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diteri­ma. Ada­pun sisanya, 5 persen digunakan untuk jalur prestasi dan 5 persen untuk jalur de­ ngan alasan khusus yang meliputi perpindahan domisili orangtua/wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial.

Kebijakan sistem zonasi sebagian lahir dari saran Ombudsman Republik Indone­ sia (ORI). Saran ini berangkat dari fakta ada­nya kesenjangan yang sangat tinggi antara­sekolah favorit dan sekolah pinggiran (Kompas, 12/7/2017). Kesenjangan ini muncul karena calon peserta didik yang memiliki nilai rerata tinggi dan berasal dari keluarga kaya menumpuk pada sekolah-sekolah favorit yang memiliki fasilitas lengkap. Akibatnya, sekolah favorit menjadi semakin favorit. Sebaliknya, calon siswa dari keluarga miskin tidak pernah mampu menjangkau sekolah favorit dan masuk sekolah pinggiran de­ngan fasilitas seadanya. Aspek Positif dan Negatif Kebijakan sistem zonasi ini secara konseptual sangat baik sebagai upaya pemera­ taan kualitas pendidikan di Tanah Air. Akan

tetapi, sistem zonasi telah menimbulkan sejumlah persoalan terutama terkait dengan fasilitas dan layanan pendidikan. Oleh karena itu, sistem ini perlu dievaluasi sehingga pada tahun mendatang pelaksanaannya menjadi lebih baik. Sekurang-kurangnya ada tiga aspek positif dari sistem ini. Pertama, sebagaimana harapan Kemdikbud, sebaran nilai peserta didik baru menjadi merata. Calon peserta didik baru dengan nilai UN tinggi tidak terkonsentrasi di sekolah tertentu. Data PPDB tahun ajaran 2017/2018 menunjukkan, di sebuah SMP negeri favorit ada calon peserta didik yang lolos seleksi hanya berbekal nilai UN sebesar 14,00. Calon ini lolos karena jarak antara sekolah dan tempat tinggal (acuan jarak) hanya 0,1 km. Sebelum kebijakan sistem zonasi, untuk masuk sekolah ini calon harus memiliki nilai UN sekurang-kurangnya 26,80. Kedua, sebaran nilai yang merata ini me­ rupakan tantangan bagi para guru di sekolah favorit. Guru-guru di sekolah favorit selama ini mengajar lebih mudah jika dibandingkan dengan guru-guru di sekolah pinggir­ an. Dengan sistem zonasi, para guru di sekolah favorit memiliki kesempatan untuk meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar. Tantangan para guru di sekolah favorit ini menjadi semakin berat karena siswa yang diterima memiliki rentang nilai yang sangat jauh. Calon siswa dengan nilai tinggi yang masuk ke sekolah favorit melalui jalur prestasi akan belajar bersama dengan siswa yang lolos di sekolah itu dengan nilai yang sangat rendah. Guru harus meningkatkan kreativi­ tas pembelajarannya sehingga setiap anak yang berbeda kemampuannya secara signifikan itu dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya, sistem zonasi telah memberi semangat baru bagi guru di sekolah pinggiran. Selama ini para guru sekolah pinggiran selalu mengeluh: sudah mengajar optimal tetapi hasilnya tidak pernah menggembirakan. Dengan sistem zonasi para guru di sekolah pinggiran memiliki energi baru untuk melak­ sanakan pembelajaran yang berkualitas. Ketiga, sistem zonasi menyebabkan jarak rumah ke sekolah menjadi dekat. Waktu tempuh anak ke sekolah menjadi singkat. Sistem zonasi juga menyebabkan biaya transportasi menjadi murah sehingga kebijakan ini sangat membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah. Sistem zonasi juga bermanfaat un-

Kebijakan sistem zonasi ini secara konseptual sangat baik sebagai upaya pemera­taan kualitas pendidikan di Tanah Air. Akan tetapi, sistem zonasi telah menimbulkan sejumlah persoalan terutama terkait dengan fasilitas dan layanan pendidikan. Oleh karena itu, sistem ini perlu dievaluasi sehingga pada tahun mendatang pelaksanaannya menjadi lebih baik. 50 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8


REPUBLIKA.CO.ID

tuk mendidik kemandirian: anak tidak perlu antar-jemput. Di samping itu, jarak tempuh yang dekat tentu akan mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas. Di samping aspek positif, ada beberapa aspek negatif dari sistem zonasi. Pertama, acuan jarak yang digunakan untuk seleksi berbasis dusun. Apabila di sebuah dusun ada empat calon peserta didik baru yang ingin mendaftar di sekolah yang sama, mereka dianggap memiliki jarak yang sama terhadap sekolah itu. Hal ini tentu tidak logis. Sekolah mengambil kebijakan, prioritas yang diteri­ ma sesuai dengan nomor urut pendaftar. Hal ini tidak adil, terutama untuk orangtua yang miskin informasi tentang sistem zonasi. Acuan jarak juga tidak mempertimbangkan kemudahan akses siswa ke sekolah. Sa­ ngat dimungkinkan calon memiliki jarak yang lebih jauh, tetapi ia memiliki jalan pin-

tas sehingga tiba di sekolah lebih cepat. Seba­ gai persiapan PPDB tahun ajaran 2018/2019 sejumlah sekolah telah merevisi acuan jarak. Acuan jarak yang akan digunakan adalah jarak antara rumah kepala dusun dan sekolah. Hal ini juga belum adil, sebab fakta menun­juk­kan tempat tinggal calon peserta didik tidak selalu berdekatan dengan rumah kepa­la dusun. Kedua, sistem zonasi telah mengurangi peluang sekolah swasta memperoleh calon peserta didik baru. Berapapun nilai UN yang dimiliki calon, asal berada di dekat sekolah negeri pasti diterima. Sudah tidak ada lagi istilah nilai rendah masuk sekolah swasta. Kebijakan sistem zonasi secara tidak langsung telah “membunuh” sekolah swasta. Tanpa kebijakan sistem zonasi sekolah swasta (miskin) pun telah kesulitan memperoleh siswa baru. Sejak PPDB tahun ajaran 2012/2013, sejumlah

Sistem zonasi telah mengurangi peluang sekolah swasta memperoleh calon peserta didik. Berapapun nilai UN yang dimiliki calon, asal berada dekat sekolah negeri pasti diterima. Sudah tidak ada lagi istilah nilai rendah masuk sekolah swasta. Kebijakan ini secara tidak langsung “membunuh” sekolah swasta.

sekolah negeri kekurangan peserta didik baru. Untuk mengatasi masalah ini sekolah negeri mengambil kebijakan memperpanjang masa PPDB sampai menjelang tahun ajaran baru dimulai (Kedaulatan Rakyat, 6/7/2012). Kebijakan ini hampir pasti mendapat restu dari dinas pendidikan setempat. Kebijakan ini membuat sekolah swasta, khususnya sekolah swasta miskin, kesulitan mendapatkan siswa baru. Akibatnya, sekolah swasta kategori ini terancam bangkrut dan gulung tikar. Melalui perpanjangan masa PPDB boleh jadi merupakan upaya untuk “menyingkirkan” sekolah swasta. Kini, masalah yang dihadapi sekolah swasta semakin berat dengan adanya kebijakan sistem zonasi. Apakah kita rela apabila sekolah-sekolah swasta yang telah mendidik ribuan anak bangsa itu mati mengenaskan? Pada masa lalu keberadaan sekolah swasta mampu melahirkan sejumlah tokoh nasional yang mampu memberi kontribusi terhadap kemajuan bangsa. Namun, keberadaan sekolah swasta saat ini sungguh mengenaskan. Sebagai ilustrasi, penulis pernah belajar di sebuah sekolah menengah atas swasta antara 1981-1984. Sekolah swasta ini merupakan salah satu sekolah favorit pada zamannya sehingga menjadi pilihan masyarakat. Pada waktu penulis belajar di sekolah ini, setiap kelas terdiri atas enam kelas paralel dan setiap kelas paralel menampung 44 siswa. Beberapa alumni sekolah ini bekerja di sejumlah kementerian, bahkan beberapa di antaranya menduduki jabatan penting. Akan tetapi, seperti dinosaurus, sekolah swasta yang hebat di masa lalu itu kini hamP E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 51


» Opini

52 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7


BERITAGRESIK.COM

pir punah. Jumlah siswa sekolah swasta ini terus turun secara signifikan. Informasi terakhir, sekolah swasta itu kini hanya memiliki jumlah siswa kurang dari 20 per kelas. Ketiga, calon siswa yang memiliki kemampuan akademik baik sangat mungkin ti­dak dapat berkembang optimal. Hal ini ka­ re­na ia berada di lingkungan sekolah yang fasilitasnya belum memadai. Siswa, guru, dan sekolah dapat diibaratkan seperti bibit­, pupuk, dan lahan. Bibit unggul akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila berada di lahan yang subur. Apalagi ditambah pupuk yang berkualitas. Siswa yang memiliki kemampuan akademik baik (bibit unggul) akan berkembang dengan optimal jika berada di sekolah yang fasilitasnya lengkap (lahan subur) dan guru-gurunya mampu memotiva-

si dengan baik (pupuk berkualitas). Keempat, belajar dari pengalaman pro­ ses seleksi yang telah berlangsung pada tahun ajaran 2017/2018, sistem zonasi dapat mengurangi semangat belajar siswa. Anakanak yang kini duduk di SD dan tempat tinggalnya kebetulan berdekatan dengan SMP favorit, ketika mereka lulus pasti lolos seleksi di sekolah itu. Kelima, sistem zonasi belum mengakomodasi calon siswa yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah negeri. Dengan menggunakan acuan jarak, calon siswa ini akan ka­ lah bersaing dengan calon siswa yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah. Untuk da­ pat bersekolah di sekolah negeri, calon siswa ini harus menggunakan jalur prestasi yang kuotanya hanya 5 persen. Pengalaman hasil

Idealnya, sebelum sistem zonasi dimulai, pemerintah harus menjamin bahwa semua sekolah memiliki fasilitas dan mutu yang relatif sama. Anak menempuh pendidikan di mana saja, ia akan memperoleh layanan fasili­tas yang sama. Oleh karena itu, pelaksanaan sistem zonasi harus bertahap sambil menunggu pemerintah melengkapi fasilitas sekolah.

PPDB tahun ajaran 2017/2018 banyak calon siswa yang kesulitan mendapat kursi di sekolah negeri karena persoalan ini. Perlu Direvisi Idealnya, sebelum sistem zonasi dimulai, pemerintah harus menjamin bahwa semua sekolah memiliki fasilitas dan mutu yang relatif sama. Anak menempuh pendidikan di mana saja, ia akan memperoleh layanan fasili­tas yang sama. Oleh karena itu, pelaksanaan sistem zonasi harus bertahap sambil menunggu pemerintah melengkapi fasilitas sekolah. Sebagai bentuk apresiasi siswa yang memiliki kemampuan akademik baik, kuota jalur prestasi perlu ditambah. Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 Pasal 15 perlu direvisi. Mi­ salnya, pada tahun ajaran mendatang siswa yang diterima melalui jalur zonasi 20 persen, jalur prestasi (nilai UN) 80 persen. Untuk tahun berikutnya, seiring dengan fasilitas sekolah yang semakin baik, siswa yang diterima melalui jalur zonasi ditambah, sedangkan jalur prestasi dikurangi. Proses ini berlanjut hingga suatu ketika kuota jalur zonasi 80 persen, jalur prestasi 20 persen. Acuan jarak sebagai variabel utama sistem zonasi juga perlu mempertimbangkan kemudahan akses anak ke sekolah. Anakanak yang berdomisili di dusun memiliki banyak jalan alternatif menuju sekolah. Perlu dipertimbangkan acuan jarak menggunakan bantuan teknologi informasi, misalnya Google Maps. Pengukuran jarak yang tidak akurat menyebabkan banyak orangtua kecewa dengan sistem zonasi. P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 53


Resensi

MENTERTAWAI IRONI DI BALIK KORUPSI

B

erbahagialah kita menjadi orang Indonesia, rupsi itu bukan soal adanya kesempatan, melainkan negara merdeka yang penuh akan senyum soal giliran; (4) korupsi itu seni tingkat tinggi; dan LELUCON PARA KORUPTOR Penulis: Agus Noor ∫ dan tawa. Kita masih cukup bebas buang sambanyak lainnya. Penerbit: DIVA Press, pah sembarangan, merokok di tempat-temPerilaku-perilaku aneh koruptor di dunia nyaCetakan I, Desember 2017 ∫ pat umum, atau parkir di trotoar tanpa banta rupanya menjadi inspirasi sendiri bagi pengaTebal: 272 halaman yak khawatir terkena denda apalagi pidana. rang kawakan kelahiran 1968 ini untuk menyentil Paling-paling cuma teguran dan kemaradan memojokkan perilaku korupsi sepojok-pojokhan yang segera bisa diredam dengan kata “maaf ” disernya dalam karyanya. Berikut salah satu sentilannya, “Kamu lihat tai senyum terpaksa dan sedikit cengiran. Orang Indonesendiri, sekarang banyak koruptor yang kabur melarikan diri ke sia pemaaf sekali. luar negeri. Koruptor macam apa itu? Nggak pantes koruptor jaNamun bagaimana dengan korupsi? Seorang pejabat paling judi buronan. Biarlah Koruptor sejati tidak boleh lari dari tanggujur yang pernah menyabet gelar Man of the Year akhirnya harus ng jawab. Harus tangguh menghadapi risiko-risiko hukum sepahit terbiasa mengenakan rompi oranye setelah korupsinya terkuak. apa pun. Jangan malah pura-pura sakit, begitu dipanggil pengaAkan tetapi, bukannya menjadi musuh negara, ia malah mendapdilan. Itu namanya mental kere!” (hal. 79). at gelar sebagai Pejuang Anti Korupsi karena dianggap sebagai Melalui cerita-cerita sarat kritiknya, Agus seperti pemain justice collabolator yang baik. Pengetahuannya yang luas mengebilliard yang menyodokkan stik ke bola putih untuk sekaligus nai seluk-beluk dunia korupsi banyak dimanfaatkan berbagai lemmenyudutkan bola-bola yang lain agar masuk ke dalam lubang. baga untuk memberantas korupsi Di sini, ia tidak hanya menyentil dan hal ini membuatnya begitu pejabat korup, tetapi juga berba­ dihormati. gai profesi lainnya yang berpotenDi lain cerita, ada pula si melakukan KKN seperti pegawai Otok, seorang pejabat, yang pajak, pemangku pengadilan, tenharus rela menjadi tumbal retara, polisi, politisi, pengusaha, dan kan-rekannya untuk dijeblosejenisnya. skan ke penjara serta berga­ Pada halaman 131 misalnya, terbung bersama para koruptor dapat nukilan berikut “Lho kalau senior. Di dalam penjara tersepajak dibuat mudah, semua orang but, ia baru mengetahui kode akan dengan gampang ngakalin paetik bahwa kehormatan dan jak. Makanya, dibuat rumit, agar mertabat seseorang ditentuyang bisa ngakali cuman pegawai kan oleh seberapa lama masa pajak”. Ada pula nukilan yang jutahanan dan seberapa ba­nyak ga tak kalah menohok yakni “Bijumlah yang dikorupsi. Semakla pemimpin itu politikus, ia akan in lama masa tahanan, semakin menyelesaikan masalah dengan tinggi kehormatannya. Semakcara membuat masalah baru, agar in tinggi angka korupsinya, semasalah lama tertutupi” (hal 132). makin bermartabatlah ia. MaCerita terdapat dalam kumpul­ ka, di setiap pertemuan malam an cerpen yang dilengkapi dengan Rabu yang dijadikan waktu be46 halaman berisi ilustrasi dari koradu lelucon, Otok pun terpakmikus Faisal Hidayat ini memang sa harus tertawa untuk mengtidak semuanya berfokus pada hormati seniornya tapi tidak isu korupsi. Beberapa di antaransebaliknya ketika gilirannya ya bercerita mengenai seorang isyang melucu. tri yang memilih untuk tidak meKedua kisah tersebut merumakamkan jasad suaminya karena pakan abstraksi dari dua cerpmahalnya biaya pemakaman, orang en Agus Noor berjudul “Korupmiskin yang bangga akan kemitor Kita Tercinta” dan “Lelucon skinannya, kebencian yang menPara Koruptor”. Judul cerpen jadi ladang bisnis, dan sebagainya. kedualah yang kemudian diDengan gaya penceritaan yang jadikan judul kumpulan cerpen renyah dan mengalir, pembaca tenyang terbit Desember 2017 ini. tu tidak akan kesulitan mengunDari 11 cerpen yang terhimpun, nuansa isu korupsi begitu leyah lelucon-le- lucon reflektif dan tak pelak mengundang gelak kat terasa. Agus seperti menyajikan berbagai perspektif berbeda tawa sekaligus menohok ini. Korupsi memang bukan ironi yang dalam memandang kasus korupsi dan menyajikannya dalam naryang bisa dimaafkan hanya dengan senyuman, tapi senyuman yang asi-narasi yang menggelitik, seperti: (1) korupsi ndak papa, asal hadir dari membaca kumpulan cerpen ini setidaknya menjadi retak berlebihan; (2) berhentilah korupsi sebelum kenyang; (3) kofleksi untuk tidak ikut-ikutan korupsi. EVIRA N. MAULIDA

54 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2018


Bina Rohani

Sedekah Melimpah di Bulan Ramadhan

H

ampir enam pekan ke depan, puasa di bulan Ramadhan tahun 2018 sudah akan dimulai. Orang-orang berlomba untuk menjamu buka puasa bersama di masjid ataupun di mushalla. Apabila diambil rerata biaya jamuan buka puasa bersama satu juta rupiah per masjid per hari, maka kalau dikalikan satu juta masjid selama 30 hari hasilnya menjadi 30 trililun rupiah. Persoalannya mengapa sedekah melimpah hanya pada bulan Ra­

Oleh AMIR SYAMSUDIN Dosen PAI Universitas Negeri Yogyakarta

me­ngurangi jumlah saudara (Q.S. 2: 276). Contoh Nabi Yusuf bersedekah kepada saudara-saudaranya yang kehabisan bahan pokok makanan karena musim kemarau berkepanjangan, padahal saudara-saudaranya tersebut telah berbuat aniaya kepada Nabi Yusuf semasa masih anakanak sehingga terpisah dari ayahandanya,

3.BP.BLOGSPOT.COM

ma­dhan saja, sementara 11 bulan sisanya diabaikan. Merujuk pada ayat-ayat al-Quran yang berisi penjelasan tentang sedekah, maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip pokok dalam bersedekah sebagai berikut. Pertama, bersedekah itu menambah jumlah saudara sebagai sesama manusia, sebaliknya mempraktikkan riba itu

yaitu Nabi Ya’qub. Sedekah dapat memperat hubungan kemanusiaan dan mengubur perasaan dendam yang mengotori hubungan kemanusiaan. Sebaliknya praktik riba mengurangi jumlah saudara sebagai sesama manusia dan mengotori hubungan kemanusiaan dengan kebencian dan dendam. Orang yang dalam keadaan sak-

P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2018 5 5

it secara ekonomi, ditolong dengan dana pinjaman yang harus dikembalikan berangsur-angsur, padahal ia sendiri tidak mampu berusaha karena berbagai sebab, maka sudah dapat dipastikan ia hanya mampu bayar dengan aset yang ia miliki, dan jika sudah tidak punya harta sedikit pun, tubuhnyalah yang menjadi alat pelunasan utang-utangnya. Itulah akar perbudakan di zaman Nabi Muhammad SAW yang tidak jauh berbeda dengan akar perbudakan di zaman internet sekarang ini. Kedua, bersedekah secara sembu­nyisembunyi jauh lebih baik daripada dipu­ blikasikan (Q.S. 4: 114). Penerima sedekah tidak akan terlukai rasa harga dirinya jika sedekah diberikan secara tersembunyi. Pemberi sedekah akan terhindar dari sifat manusiawi yang ingin selalu unggul, terkaya, dan ter- ter- lainnya diban­ ding manusia lain jika sedekah diberikan secara tersembunyi. Sedekah diberikan atas dasar kerelaan hati dan tidak mengharap balasan dari manusia yang meneri­ ma sedekah. Sedekah hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak memiliki tenaga untuk menghidupi dirinya sendiri seperti orang lanjut usia yang diterlantarkan anak-anaknya atau anak-anak yang diterlantarkan orang tuanya. Ketiga, bersedekah tidak menyebabkan pelakunya jatuh miskin (Q.S. 58: 13). Pernyataan ini masuk kedalam wilayah “iman”, meskipun terbuka untuk diuji secara empirik. Bukti pernyataan ini bersifat kepercayaan (iman) ialah informasi dari alQur’an bahwa orang-orang yang sudah mati menyesali dirinya mengapa sewaktu hidup tidak pernah bersedekah dan meminta kepada Allah untuk dihidupkan kembali dan memohon kematiannya ditunda untuk bersedekah sebanyak-banyaknya (Q.S. 63: 10). Berdasarkan paparan di atas, maka sedekah berlaku untuk sepanjang hayat manusia dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesadaran kemanusiaan universal, tanpa paksaan dari siapa pun. Sedekah menumpuk di bulan Ramadhan merupakan bentuk penyederhanaan makna takwa sebagai tujuan utama puasa. Ketakwaan yang dihasilkan puasa semestinya menjadi energi yang menyelamatkan kemanusiaan dari penderitaan dan kebodohan diri selama, sepanjang, dan sampai Ramadhan berikutnya datang. Wallahu’alam bishshawab. 


Cerpen

Pusara OYOT MIMANG

B Oleh AHMAD ILHAM MAHASISWA SASINDO, FBS UNY JUARA I PEKSIMIKAM 2018

Batu nisan bertuliskan huruf palawa bersinar di antara ilalang dan gubuk yang berdiri. ***

“Kamu seharusnya tahu, Dim, bapakmu itu budayawan ketimpa sial.”

“Menyesal memang menikah dengan bapak dan melahirkan Sadiman, Bu? Anakmu satusatunya dan tiada duanya ini?”

“Bukan begitu, bapakmu itu dalang kesialan. Ibu jadi menjanda seperti ini sebab beberapa hari sebelum ia pergi ke gunung Lirang dan tak kembali, ia seperti jatuh cinta sekali dengan pohon pisang. Mungkin karena pohon pisang adalah teman setianya ketika mendalang. Ibu juga mengira mungkin saja ia telah mati di sana, di puncak Lirang.”

“Pantas saja, tiap kali melihat pohon pisang, tua ataupun muda aku tetap tak boleh menebangnya. Padahal untuk perahu-perahuan di Kali Gedhe rasanya asik.”

Sadiman adalah seorang pemuda yang kuat dan tangkas. Sejak kecil ia terlatih hidup memikul arang dan berjalan di atas batu terjal. Mereka hanya hidup berdua, namun meskipun rumah mereka jauh dari pusat

56 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

dusun, tetap saja banyak bapakbapak kurang kasih sayang mampir ke rumah mereka. Ada yang modus minta kopi, minta tolong kepada Sadiman untuk membersihkan kebun dan masih banyak lagi. Mereka melakukan itu karena terpikat pada Hartati. Sebelumnya, ketika suami Hartati masih hidup sekitar dua tahun lalu, para bapak-bapak itu sama sekali tak berani mendekati untuk sekedar menatap Hartati. Keadaan sudah berbeda, para bapak-bapak sekarang bisa puas memandangi Hartati tanpa merasa khawatir. Hartati sendiri sebenarnya risih tapi dilema, toh mereka tidak melakukan kontak fisik, hanya sebatas kontak mata saja. Hartati tak bisa menolak peristiwa itu sebab mereka selalu menyelipkan uang di bawah gelas kopi atau biasanya sekilo gram beras dan beberapa buah jagung manis yang digelatakkan di pintu rumah Hartati. Itulah yang membuat Hartati bisa bertahan hidup sampai sekarang dengan Sadiman. “Kita bisa makan mewah kali ini, Bu.” “Jangan dihabiskan semua, tengah bulan nanti kau harus membawanya ke suatu tempat.” Sadiman sebenarnya tak hafal wajah bapaknya karena sejak umur tiga tahun ia pindah ke luar desa, ke rumah neneknya. Sewaktu kabar bapaknya yang

katanya meninggal, Sadiman harus berhenti sekolah dan kembali ke ibunya untuk membanting tulang dan selama dua tahun terakhir ini Sadiman hanya mencari kayu bakar dan menggarap kebun tetangganya di desa. Imbalannya tak banyak tapi cukup untuk menyambung hidup bersama ibunya. Rumah Sadiman sederhana, berdinding bambu dan beralaskan tanah. Bapaknya sengaja tak membangun lebih bagus rumah itu, katanya dahulu ia begitu senang dengan aroma tanah dan bambu. Keduanya seperti aroma kehidupan. Kata ibunya, ketika Sadiman berumur dua tahun, bapaknya selalu menyanyikan tembang maskumambang. Sebuah lagu jawa yang menceritakan keadaan janin dalam rahim. Aduh dewa, duh bathara Kadi pundi Babo tulungana Panggihno ari mami Bimanyu kerem ing tirta Desir jangkrik terdengar di segala penjuru rumah, laron-laron yang kedinginan mendekati lampu teplok. “Lagu yang Ibu ajarkan padaku memang begitu sedap dilantunkan sehabis gerimis begini, apalagi ada segelas kopi.” Ibunya membuang muka lalu menuju dapur rumah, mereka sama-sama tersenyum. “Ibu ingat bagaimana bapakmu begitu rindu kepadamu ketika

kamu di rumah nenek,” Hartati membawakan segelas kopi, dan segelas teh untuknya sendiri. Pelataran rumah yang remang itu mengingatkan Hartati akan lampu pada pertunjukan wayang suaminya. Tiba-tiba ia merindukan suaminya. “Dia selalu mengelu-elukan namamu. Sadiman yang perkasa, begitu katanya.” “Seharusnya jika lahir anak lelaki, seorang bapak tentunya tak bakal begitu peduli dengan anaknya, malah harus sebaliknya,” sahut Sadiman. “Bapakmu itu berbeda. Mungkin karena ia suka pewayangan laki-laki, maka dari itu ia begitu senang. Andai saja yang lahir perempuan. Ibu tidak bisa membayangkan, siapa yang akan mencari nafkah untuk ibu dalam keadaan seperti ini.” “Ah, Ibu saja yang berlebihan,” dalam hati, Sadiman merasa tersanjung dan ingin sekali melihat wajah bapaknya. Malam semakin larut. Laronlaron telah mati. Hanya tertinggal suara jangkrik. “Dim, sudah larut. Ibu tidur dulu. Nanti tolong sekalian kamu bawakan gelas ini ke dapur.” Hartati merasa matanya berat, bukan mengantuk tapi karena ada sesuatu yang menggantung. Bendungan itu pecah di atas


bantal dalam sunyi. *** Hartati, bagaimana kabar Sadiman? Sudahkah kau membesarkannya dengan baik dan mengajarkan lagu yang aku nyanyikan padanya dulu? Gambaran itu semakin memudar, tangis Hartati tertahan. Ada yang tak bisa keluar dari dirinya. Hanya bermimpi, setiap harinya. *** “Bu, di mana persediaan beras dan jagung yang harus kubawa?”

membiarkan tetangga lelakinya itu duduk dan meminum kopi, seperti biasanya. Perasaan Hartati masih risau, akankah anaknya sampai pada tujuan. Benar-benar kesepian, Hartati selama ini merasa hampa sebab sekalipun ia mempunyai anak lelaki sebagai pengganti suaminya, tetap saja ia merasa kosong. Suaminya itu berpesan agar nantinya jika ia mati maka harus dikuburkan di pucuk gunung Lirang dan dibawakan beras atau jagung manis. Permintaan itu aneh bagi Hartati dan tentu saja merepotkan, lagipula siapa yang mau menguburkan

Sadiman perlahan-lahan mulai mendekati puncak, ia melihat sebuah pohon seperti yang dikatakan ibunya. Ia segera mengambil segenggam beras dan sebuah jagung untuk dijadikan sesajen. Nun amit bathara, nun babo, nun oyot-oyotan kamimang. Sadiman mengucap salam dan mantera sambil terduduk dan menunduk. Sehabis ritual tersebut Sadiman meneruskan perjalanannya. “Sebentar lagi sampai dan hari sudah menjelang malam, aku harus lebih cepat,” gumamnya. Gunung yang didaki Sadiman

“Ini, kamu hati-hati mendaki gunung. Cari batu nisan bertuliskan huruf palawa. Bila sudah sampai setengah perjalanan, berteduhlah dahulu dan berikan sesaji di pohon besar, nanti kau akan menemuinya.” “Bagaimana jika yang kutemukan adalah banyak batu nisan dengan huruf palawa?”

“Pak Tua, apakah kau tahu apa itu?” Sadiman menunjuk ke kejauhan, ke arah benda tersebut namun Pak Tua tak menggubrisnya.

“Nanti kamu akan tahu sendiri, Le.” Sadiman beranjak menuju lereng, jalan utama yang ditunjukkan ibunya. Pagi itu matahari belum menyinsing, Sadiman, tanpa alas kaki perlahan mendaki dengan mantab. Sembari sesekali menengok ke ibunya. Memikirkan bagaimana nantinya jika ia ditinggal sendirian, ini tentunya hal yang berat bagi Sadiman. Hartati merasa hidupnya tergerus, ia tahu itu hanya perjalanan yang tak lama bagi Sadiman, tapi tetap saja naluri seorang ibu dapat membuat resah. Seorang janda yang kehilangan suami tercinta dan takut kehilangan putra satu-satunya. “Tati,” seseorang memanggil dan membuyarkan lamunannya, “Sadiman ke mana? Aku ada perlu dengannya.” “Sadiman pergi ke makam bapaknya,” Hartati menyahut. “Di pucuk gunung itu?” Merasa kesepian, Hartati

bagi pengunjung pusara. Ketika hendak sampai, Sadiman terkejut bukan main. Ada seorang lelaki tua tergeletak dan penampilannya kumuh. Tanpa pikir panjang Sadiman membopong lelaki tua itu ke gubuk dan memberikan satu jagung mentah karena tak mungkin dalam keadaan angin kencang seperti ini membuat api. Ia tak berbicara sedikitpun kepada Sadiman, bahkan jagung yang Sadiman berikan tak disentuhnya sama sekali. “Mungkin ia adalah orang yang sedang mencari ketenangan batin seperti bapak,” gumam Sadiman dalam hati. Malam makin larut, dingin memagut. Baru kali ini Sadiman agak ketakutan. Benar dugaannya, di sekeliling gubuk itu ada beberapa batu nisan palawa. Sadiman bingung harus menuju ke mana namun sesuatu membuat matanya terbelalak sekaligus ketakutan.

DAVISGRAVEYARD.COM

suaminya di puncak gunung. Dulu, suaminya pergi mendaki gunung itu, katanya ingin ke pusara oyot mimang. Pekuburan para leluhur, suaminya itu pergi untuk sekadar menenangkan batin. Namun sampai saat ini ketika Sadiman pergi, suaminya tak pernah pulang dan Hartati merasa bahwa suaminya mati di sana. Oyot mimang adalah mitos, barangsiapa yang hendak mencapai ketenangan batin ia harus bingung terlebih dahulu, tak tentu arah dan akhirnya menerima keadaan, seperti arti kata mimang.

ini adalah Lirang, gunung yang konon katanya pada puncak terdapat pemandangan yang indah ketika matahari terbit. Tempat ini begitu asri bahkan jalan setapak yang dilewati Sadiman masih lebat akan rerumputan. Sadiman mulai mendekati puncak, itu dapat diketahuinya dari ujung tampak terang meskipun malam sudah tiba, langit tampak cerah. Hanya saja anginnya cukup kencang, membuat Sadiman kedinginan. Ia berjalan agak cepat agar sampai dan dapat beristirahat di gubuk yang katanya khusus

Batu nisan bertuliskan huruf palawa bersinar di antara ilalang danFREEPIK.COM gubuk yang berdiri. Sadiman dalam kesialan, dingin yang mencakar dan bulu kuduk yang berdiri membuat suasana bak pesta bagi para makhluk tak terlihat. Bernaung di pintu gubuk tak cukup buatnya, antara ketakutan melihat barisan wanita berkebaya dengan mata merah menyala atau temannya yang sedang tidur sembari mengucap manteramantera. Dalam ketakutan itu Sadiman merasa aneh dan melihat ke arah pak tua tersebut, dilihatnya ada sebuah jarik bermotif wayang Kresna yang digunakan si Pak Tua. Sadiman terhenyak, teringat cerita-cerita ibunya. “Bapak!” Sadiman berteriak sembari memeluk si Pak Tua. Pak Tua tersenyum lemah, ilalang bergoyang lembut diterpa angin dingin. Puser babo tulungana, kerem tirta. Pusara remang duh dewa oyot mimang.  P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8 57


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Ibuku Laut Aku dilahirkan di tepian pantai Dimandikan ombak Jeritan ibuku lebih kuat dari karang-karang Yang dipukul ombak setiap saat Pasir mencium kakiku Seperti berbisik; “melangkahlah, tapi jangan salah arah!� Aku menyusu perut laut Memakan ikan-ikan Hingga aku melangkah seolah Semua tidak salah Ibuku pernah berkata: Berlayarlah sampai jauh Dan pulanglah ketika sudah penuh

Tapi ibu, lautku berbadai Tidak bisa menepi Tidak bisa mendayung Tidak bisa melewati pulau-pulau berharta karun Ibu, aku kini jauh dari muaramu Berlayar entah di mana Entah bagaimana Aku mengambang di antara ribuan bintang-bintang Tuntun aku pada lautmu Pada semua doa-doa yang kau alirkan Dalam setiap ombak yang menerjang kapalku Penuhi malamku dengan suaramu Izinkan aku menepi Membunuh semua rindu padamu Hingga suatu hari aku berkata; Ibu, aku pulang Semoga ilmuku tiada usang * DIANA SRI SURYANI Mahasiswa Sastra Indonesia, FBS UNY

POJOK GELITIK

Negeri Carut-Marut Umarmadi: Di, saya lihat negerimu kayaknya kok carut-marut ya? Umarmoyo: Maksudmu? Umarmadi: Hampir di semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara terjadi penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, dst., dst. Umarmoyo: Maksudmu? Umarmadi: Saya lihat bagian yang mengurus tata eksekusi kacau, bagian yang tugasnya melegislasi ternyata masih kisruh, demikian 58 P E WA R A D I N A M I K A M A R E T 2 0 1 8

pula bagian yang tugasnya menyudikasi kok berdirinya goyanggoyang. Umarmoyo: Misalnya? Umarmadi: Yang namanya korupsi ada di berbagai ranah itu bersimaharajalela, baik sendiri maupun berjamaah, dan tidak ada kapokkapoknya. Umarmoyo: Apa lagi? Umarmadi: Yang namanya penyalahgunaan wewenang marak di mana-mana. Umarmoyo: Ada lagi? Umarmadi: Yang namanya

perselingkuhan semakin diminati oleh siapa saja, pun dari semua kalangan. Umarmoyo: Semua yang melakukan itu tadi kan ditengarai setelah mereka menduduki posisi tertentu di bidang tertentu. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Jangan salahkan mereka ketika mereka sudah menduduki atau memegang posisi tertentu. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Yang harus disalahkan

adalah fase kehidupan mereka sebelum mereka memegang atau menduduki posisiposisi tertentu. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Semua itu bergantung pada bentuk dan wujud pendidikan yang mereka alami sebelumnya. Nah, Sampeyan cs adalah orangorang pendidikan. Nah, Sampeyan cs adalah pihak yang harusnya bertanggung jawab untuk itu! Umarmadi: ............??? EMA R '18


#peresmian #DigitalLibrary #E-Learning

FOTO-FOTO: M ARIF BUDIMAN


Sedang dikerjakan

peRInGkaT

a i s e Indon peRInGkaT

peRInGkaT

#kamibagian #UNY #Smart&Smile

a r a g g n e AsiaT

HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017 ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017

@unyofficial

FOTO: KALAM JAUHARI

Asia Versi

4icu

W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.