Pewara Dinamika Desember 2017

Page 1

Majalah ini dapat diakses pada laman issuu.com/unyofficial


IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA • ILUSTRASI: .FCTCUNTUKINDONESIA.ORG (REERO.)


PEWA RA D I N A M I K A / D E S E M B E R 2 0 1 7

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi SALAM hangat dari kami segenap jajaran redaksi Pewara Dinamika untuk semua pembaca yang budiman. Tidak terasa tahun 2017 telah mencapai ujungnya. Segala tantangan telah dijawab selama setahun ini. Sebuah kebanggan luar biasa dari kami yang selalu berupaya konsisten untuk terbit tiap bulannya dan men­ja­­ ga kualitas sajian Pewara Dina­ mika di tengah tantangan yang luar biasa padat di tahun 2017. DESEMBER 2009

Pewara Desember tujuh tahun silam mencoba memaknai Hari Ibu. Jika kita membahas mahluk Tuhan bernama “Ibu”, dipastikan kita akan membahas dunia dan segala isinya. Mengapa? Karena Ibu senantiasa ikut ambil bagian dalam setiap peristiwa yang telah kita lalui, baik susah maupun senang.

pegawai UNY dan diterimanya sertifikat akreditasi A di beberapa jurusan pada bulan Januari, pergantian pucuk pimpinan UNY dari Rachmat Wahab ke Sutrisna Wibawa di bulan April, sampai pada penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Lafran Pane, dosen yang pernah mengabdi di jurusan Civic Hukum (PKnH sekarang) FIS UNY di bulan November.

segenap awak redaksi Pewara Dinamika mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika selama menyampaikan pemberitaan di tahun 2017 terdapat kesalahan maupun kealpaan yang tentunya tidak sengaja kami lakukan. Serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas masukan, kritikan dan feedback dari hadi­ rin sidang pembaca yang setia.

Rubrik-rubrik lain juga tidak kalah menarik untuk dibaca. Rubrik Sosok kami meng­ hadirkan Amri Yahya seorang perupa batik dunia yang merupakan dosen FBS UNY.

2017 telah memberikan banyak pelajaran yang sangat berharga dan tentunya tak terhingga sehingga sulit untuk dibiarkan menguap begitu saja. Atas dasar itu, Pewara Dinamika edisi Desember ini kami sajikan kalaedoskop Laporan Utama kami sejak bulan Januari hingga Desember 2017.

Tentunya segala kritikan yang masuk memberikan energi kepada kami untuk selalu menyuguhkan berita-berita yang lebih baik.

Selain Amri Yahya, edisi Desember ini juga mengulas kiprah dan peranan Prof. Zamzani yang terpilih kembali menjadi ketua Senat UNY 20182019 dalam rubrik Wawancara Khusus, dan beberapa rubrik lain yang menarik untuk dibaca.

Banyak momen-momen besar yang telah dilalui selama 2017 dan tentunya banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari tiap peristiwanya. Dimulai dari penyegaran jajaran

Akhirnya, kami ucapkan selamat menikmati dan memutar kembali memori perjalanan UNY selama 2017 dalam sajian Pewara Dinamika edisi Desember ini. Dengan melihat yang telah lalu, kita bisa menjadikannya pijakan dan diharapkan menjadi inspirasi di 2018 agar bisa menjadi lebih baik. Tabik. 

Sebagai akhir prakata untuk edisi Desember ini, kami

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

pewaradinamikauny

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Ratna Ekawati

@pewaradinamikauny

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ema Safitri Ilham Dary Athallah Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @pewaradinamika

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Roadmap UNY jelas: mengubah dari Badan Layanan Umum, menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum di tahun 2018 » 24-25

DASHU83 / FREEPIK.COM (REPRO KALAM)

Masa lalu adalah sejarah masa depan adalah harapan, begitu orang bijak sering mengungkapkannya. TENTU masa depan yang diharapkan adalah yang lebih baik dari masa yang pernah dilalui. Untuk mencapai harapan menjadi lebih baik tentunya kita harus berpijak dan belajar dari apa yang pernah kita lakukan dan kerjakan di masa silam. Detak perjalanan waktu adalah kepastian yang absolut, apa yang sudah

berlalu tidak mungkin untuk kita kembalikan lagi. Rentang satu tahun adalah perjalanan yang cukup panjang untuk bisa dipetik dan dijadikan pijakan dalam mencapai tujuan di tahun yang baru. Tahun 2017 juga menjadi pijakan awal kepemimpinan Sutrisna Wibawa dalam menahkodai UNY yang mempunyai visi cukup mentereng, 2019 unggul di Asia Tenggara.

Cerita Sampul REKTOR UNY SUTRISNA WIBAWA BERFOTO BERSAMA KUSWARSANTYO, DI RUANG REKTOR SEBELUM BERMAIN JATHILAN KELILING UNY. ACARA INI DIADAKAN DALAM RANGKA PENGGALANGAN DANA BENCANA DI DIY PADA 8 DESEMBER 2017 DI KAMPUS UNY KARANGMALANG. FOTO OLEH KALAM JAUHARI

4 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

3

PENA REDAKSI

8-42

REKTOR MENYAPA Catatan Prestasi 2017

5

LAPORAN UTAMA Garuda UNY, dan Kepak Sayapnya di Penjuru Dunia ∫ Deklarasi Toleransi dari Kampus Perjuangan

6

50-52

SURAT PEMBACA

43-49

BERITA Profesi Insinyur UNY Resmi Dibuka ∫ Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ∫ Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane ∫ Corporate SR BANK BPD DIY

SOSOK Amri Yahya Perupa Batik Dunia

58

RESENSI Kisah Harubiru Seorang Pengoceh

59

BINA ROHANI Tamsil Keluarga Ideal: “Ternak Teri”

60-61

CERPEN Yang Terkenang

53-57

Opini Memerangi Pernikahan Sirri ∫ 4 Masalah Guru Indonesia

62 PUISI Kinematika dan Kisah Aksara ∫ POJOK GELITIK Tahun Baru


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Catatan Prestasi 2017

D

esember usai! Jejak karya 2017 tak usai. Deretan jejak itu mem­ beri warna bagi universitas. Warna-warna itu telah mem­ bentuk wajah kampus. Dari deretan warna-warna itu, di setiap bulan­ nya, terdapat satu atau dua peristiwa yang monumental. Mari kita lihat! Januari adalah semangat baru. Kala itu, UNY masih dipimpin oleh Rektor Roch­mat Wahab. Sejumlah pejabat UNY dilan­tik dan menduduki jabatan tertentu. Mereka di­uji sekaligus tantang untuk mampu mengab­ di dalam jabatan apa­pun. Kabar baik pu­ la datang, salah satunya program studi Pendidik­an otomotif berhasil memperoleh akreditasi A dari BAN PT. Februari adalah mulainya pencanang­ an Dies Natalis UNY. Tradisi ini menyedot banyak perhatian, terutama warga UNY. Rupa-rupa aktivitas dan karya dihelai demi merayakan tonggak kelahiran universitas. Di saat yang sama, tradisi kenakan toga di awal tahun digelar. UNY harus siap me­ lepaskan putra-putri terbaiknya untuk mengabdi di masyarakat. Situasi perpisa­ han mengingatkan kita akan situasi per­ jumpaan mereka di awal-awal menginjak­ kan kaki di UNY. Maret adalah mulai yang membangga­ kan. Betapa tidak Garuda UNY Team meng­ harubirukan Changi Expo Center Singa­ pu­ra. Saat itu Tim UNY meraih juara 3 dalam kategori Urban Concept di shellEco. Sang saka Merah Putih pun terkerek dan berkibar, seketika lagu Indonesia Raya berku­mandang. Pada akhir Maret, hari Ra­ bu tang­gal 22, saya dilantik menjadi Rektor UNY menggantikan Prof. Dr. Rochmat Wa­ hab, M.Pd., M.A. April adalah awal-awal saya menakho­ dai kampus Karangmalang. Pemimpin UNY sungguh tak mudah. Tantangannya berat dan dinamis. Alhamdulillah saya termasuk orang yang telah lama menjadi bagian dari roda pemerintahan UNY. Selama tiga Rek­ tor (Prof. Suyanto, Prof. Sugeng Mardiyo­

no, dan Prof. Rochmat Wahab) saya per­ nah menjabat pembantu/wakil rektor II. Pengalaman itulah yang saya jadikan re­ ferensi membangun UNY. Perubahan ada­ lah keniscayaan yang harus saya lakukan. Saya memperkenalkan slogan Smart and Smile sebagai tradisi dalam bekerja dan mengabdi. Mei adalah awal dimulainya tradisi mempercepat publish or perish. Karya-kar­ ya dosen didorong untuk terpublikasi di jurnal internasional terindeks terutama Scopus dan Thomson. Untuk mendorong kebijakan ini, dibentuklah tim untuk mem­ bantu memfasilitasi terpublikasinya kar­ ya dosen. Jika karya-karya mereka dimuat di jurnal terindeks, institusi memberikan penghargaan yang tak sedikit. Targetnya jelas, tahun 2025 UNY bisa meraih pering­ kat 500 bersi QS. Juni adalah transformasi Kampus Wa­ tes dimulai. Jika kampus Wates identik dengan kampus D3, maka pada tahun 2018 setidaknya sudah dimulai menjadi kampus Vokasi UNY. Di UNY Wates-lah pendidikan vokasi dipusatkan. Pendidikan Vokasi ada­ lah jawaban atas pertanyaan sejauhmana UNY memberi sumbangsih ketenagaker­ jaan yang terampil dan profesional. Hara­ pannya jelas, lulusan kampus Vokasi UNY mampu mengisi kekosongan tenaga te­ rampil di dunia industri yang sedang ber­ kembang saat ini. Juli menjadi penanda berlang­sungnya pembangunan 13 gedung baru IDB. Men­ teri Ristekdikti, Mohammad Nasir secara langsung memimpin upacara ground­ breaking pembangunan proyek 7 in 1 ini yang dipusatkan di UNY. Inilah ba­bak ba­ ru UNY untuk memulai pembenahan per­ wajahan kampus demi menyokong perbai­ kan kualitas akademis UNY. Agustus tepat di hari kemerdekaan RI, UNY menerima kado manis. Betapa tidak atas kerjasama warga UNY, kampus eksIKIP Yogyakarta ini masuk klaster perta­ ma perguruan tinggi terbaik versi Dikti.

Warga UNY saat itu betul-betul bangga, namun kebanggaan itu juga adalah tanta­ ngan berat dalam upaya meraih predikat Universitas Kependidikan Berkelas Dunia. September warna media massa Indo­ nesia penuh dengan luka kebhinekaan. Antara anak bangsa seolah-olah alpa akan karakter kebhinekaan bangsa Indonesia. Demi menguatkan kembali warisan itu, UNY bersama pemerintah daerah Kulon­ progo, elemen masyarakat, dan mahasis­ wa berkumpul di Taman Pancasila UNY. Kami bersama-sama mendeklarasikan se­ mangat toleransi. Oktober adalah kebangkitan nasional. Pada momen ini UNY menggelorakan se­ mangat kebangkitan Indonesia. Bersama Sri Sultan Hamengkubowono X mewak­ ili Pemerintah DIY, Mochtar Riady (pe­ ngusaha nasional), Rektor UNY dan Rektor UGM (akademisi), dan Pratama D Persada (Pakar IT) duduk mencari solusi atas masa­ lah bangsa. November berbagai prestasi akademik diraih. Ada prestasi seni yang tak bisa di­ abaikan begitu saja. UNY bersama TNI AU mengadakan kolaborasi tari. Lebih dari 100 penari dilibatkan dalam rangka HUT Ke-54 Komando Pemeliharaan Meteril Angkatan Udara. Nuansa militer plus kearifan lokal disajikan secara apik. Decak kagum penon­ ton di perhelatan itu tak berhenti. Pada bu­ lan ini pula, UNY berbangga betapa tidak gu­ru besar dan mantan Dekan FKIS IKIP Yog­yakarta, Prof. Lafran Pane dikukuhkan se­bagai Pah­lawan Nasional oleh Jokowi. Desember adalah tutup tahun. Catatan prestasi UNY begitu membanggakan. Begi­ tu pula dengan para alumnusnya. Sebut sa­ ja Hardika Dwi Hermawan, alumnus Pen­ didikan Teknik Informatika FT UNY resmi menjadi mahasiswa Pascasarjana Univer­ sitas of Hongkong (HKU). Kampus ini ada­ lah kampus ternama peringkat keempat dunia. HKU masuk ke dalam jajaran kam­ pus top setara Harvard University dan Ox­ ford University.  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 5


 S U R AT P E M B A C A

Belum Diterapkan Sebuah kampus tidak hanya melibatkan dosen dan mahasiswa saja, tetapi juga karyawan dan juga berbagai petugas yang bekerja untuk kampus. Sama halnya dengan di kampus kita Universitas Negeri Yogyakarta. Ada hal yang membuat citra karyawan maupun petugas UNY dipandang dan berkesan kurang baik di mata mahasiswa. Karena, perilaku beberapa oknum petugas dipandang kurang ramah. Padahal, UNY telah memiliki slogan Smart and Smile yang harusnya diterapkan dalam tataran praktis. Oleh ALVIATI NUR INDAH S Mahasiswa Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY

PERILAKU kurang sopan, tidak ramah dan terkadang terkesan seperti memarahi mahasiswa masih kerap kami dapati dalam beberapa kesempatan. Walau­ pun, pertanyaan kami tidak ada yang salah dan kami murni ber­ ta­nya karena ketidaktahuan. Seperti contohnya, adalah bebe­ rapa oknum petugas kea­manan kampus yang sering bersi­kap tidak ramah dan mem­per­­sa­ lahkan hal yang dibuat-buat. Terkadang ketika ingin memberitahu mahasiswa

mengenai parkir di area kampus, para petugas keamanan sering menggunkan kata-kata kasar yang kurang baik didengar. Hal itu menyakiti hati mahasiswa yang mendengarnya. Ditambah dengan raut wajah yang masam dan sinis ketika memperingatkan mahasiswa. Memang tak bisa dipungkiri bahwa raut wajah tersebut belum tentu menyimbolkan amarah dan ketidaksukaan pada kami. Bisa saja, itu adalah wajah lelah ditengah tugas berat yang harus ia emban ditengah panas terik

6 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

dan panjangnya hari. Namun, akan lebih baik jika petugas keamanan yang seharu­ snya bertugas menjaga keama­ nan dan kenyamanan semua warga kampus ketika sedang berada di area kampus bersikap lebih ramah dan sopan terhadap mahasiswa. Agar kami sebagai mahasiswa-mahasiswa UNY juga

merasa aman dan nyaman serta memiliki kesan baik terha­dap mereka dan juga bisa menghor­ mati para petugas keamanan. Dengan persepsi galak yang ditunjukkan petugas keamanan, rasa tidak aman, nyaman dan takut bila berhadapan maupun berinteraksi dengan mereka justru menjadi hal yang bermunculan. Saya berharap untuk kedepannya seluruh pihak dapat berubah. Tak terkecuali bagi UNY yang harus mempertimbangkan aspek perilaku (manner) dalam mempekerjakan, melatih, dan mendidik karyawan/petugasnya. Dari situ, mahasiswa juga harus berubah dengan cara bertanya dengan baik santun, dan karyawan/petugas juga melayani dengan ramah. Agar pelayanan yang ada di UNY, benar-benar berlangsung dengan berdasar pakem yang ia harusnya laksanakan: smart and smile.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

TRAVELANDLEISURE.COM

Oleh SALSABILA ANNISA Wartawan Harian Jogja

T

inggal menghitung hari sampai kita menyambut tahun baru 2018. Momentum pergantian tahun identik dengan semangat, doa, dan harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, tak sedikit dari kita yang menulis resolusi tahun baru atau sekedar mengatakan resolusi itu di dalam hati. Jika banyak dari resolusi kita di tahun ini yang tidak tercapai, berkecil hati bukan pilihan. Alangkah baiknya kita tetap memiliki resolusi baik itu ditulis maupun hanya dipikirkan. Bisa jadi resolusi tersebut terwujud beberapa tahun kemudian jika kita tetap optimis. Namun agar resolusi yang kita tulis tak sekadar menjadi tulisan atau angan belaka, berikut ini tips agar lebih banyak resolusi tahun baru kita tercapai!

1 Melakukan evaluasi

resolusi tahun lalu Menulis resolusi sah-sah saja untuk dilakukan, namun jangan lupa untuk melakukan evaluasi resolusi tahun ini. Berapa resolusi yang sudah dan belum terlaksana? Langkah ini penting untuk mengetahui hal apa saja yang menyebabkan resolusi itu belum tercapai sampai pergantian tahun tiba. Kita juga akan tahu bagaimana agar pemicu kegagalan resolusi sebelumnya tidak muncul kembali di resolusi tahun baru.

Tips Agar Resolusi Tahun Barumu Tercapai Jangan lupa untuk mengingat resolusi yang telah tercapai, tuliskan manfaat dari terwujudnya resolusi tersebut dalam hidup kita masing-masing. Jika resolusi yang tercapai berupa resolusi kebiasaan, sudahkah kita berubah menjadi lebih baik? Jika berupa resolusi capaian, sudahkah kita puas dan merasa bersyukur?

2

Buatlah resolusi secara spesifik Setelah mengevaluasi resolusi tahun lalu, saatnya membuat resolusi tahun baru secara spesifik. Jika resolusi yang ditulis terlalu umum dan rancu, akan sulit menentukan titik keberhasilannya. Sebaiknya tentukan ukuran keberhasilan dari masing-masing resolusi. Ukuran tersebut bisa berupa angka. Misalnya, lebih baik menulis “menurunkan berat badan 3 kg” daripada hanya sekedar menulis “menurunkan berat badan”. Selain itu, ingatlah konsep SMART (specific, measurable, achievable, realistic, time-based) lainnya. Jika digabungkan maka contoh resolusi di atas akan menjadi “menurunkan berat badan 3 kg dalam 3 bulan”.

3

Tulis cara mewujudkan resolusi Resolusi yang spesifik harus dibarengi dengan langkahlangkah perilaku konkrit untuk

mewujudkannya. Misalnya kita memiliki resolusi “hidup sehat dimulai dari tahun ini”. Kita perlu menuliskan proses dan strategi untuk menuju ke hidup sehat tersebut. Contohnya menulis menu makanan sehat dari SeninMinggu untuk menjadi konsumsi kita atau menulis bahwa akan ada jogging rutin setiap jam 5 pagi setiap harinya. Standar keberhasilan resolusi yang terukur ditambah dengan kejelasan proses yang akan kita lalui demi mewujudkan resolusi anda, akan membuat kita fokus mencapai resolusi. Namun satu yang perlu diingat dalam menuliskan proses pencapaian harus tetap realistis dan sesuai kemampuan diri.

4

Laksanakan dan Jangan Menyerah Setelah melaksanakan langkah-langkah sebelumnya, kini waktunya berkomitmen untuk menjalankan semua resolusi yang ingin dicapai. Kita mungkin akan gagal ketika pertama mencoba. Namun jangan menyerah dan tetap berkomitmen untuk mewujudkan resolusi hingga berhasil. Banyak diantara kita yang tidak pernah berhasil menyelesaikan resolusinya karena mereka langsung menyerah setelah dua-tiga kali khilaf. Kalau sejak awal kita optimis namun tetap menyisakan ruang untuk kegagalan yang mungkin terjadi,

kita akan lebih cepat kembali fokus ketimbang berlama-lama menyesali diri. Dan patut disadari pula: kebiasaan buruk yang ingin kita hilangkan lewat resolusi tidak akan pernah 100 persen musnah. Kita harus tetap ingat bahwa tidak ada yang sempurna.

5

Ciptakan Lingkungan Mendukung dan Carilah Pengawas Resolusimu Dalam melaksanakan proses mencapai resolusi, ciptakanlah lingkungan yang mendukung proses itu sendiri. Misalnya, memasang alarm pagi dan menyiapkan seragam sekolah atau kerja di samping tempat tidur agar tidak sering terlambat berangkat ke sekolah atau tem­ pat kerja. Jika memiliki resolusi untuk menghemat anggar­an be­ lanja hingga 500.000 rupiah per bulannya, jangan pergi ke pusat perbelanjaan tingkat atas. Tentunya dalam menciptakan lingkungan mendukung itu, kita perlu orang lain di sekeliling kita untuk menjadi ‘pengawas resolusi’. Mereka adalah orangorang yang sering bersama dengan kita. Ada baiknya kita minta tolong pada mereka untuk mengingatkan kalau kita sedang khilaf atau memuji kita jika telah mencapai target resolusi. Namun alangkah lebih baik lagi apabila kita menemukan orang terdekat yang memiliki resolusi sejenis, bisa dijadikan teman berjuang di tahun baru.

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 7


Laporan Utama

8 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7


Laporan Utama

BELAJAR DARI

YANG LALU

M

asa lalu adalah sejarah masa depan adalah harapan, begitu orang bijak sering mengungkapkannya. Tentu masa depan yang diharapkan adalah yang lebih baik dari masa yang pernah dilalui. Untuk mencapai harapan menjadi lebih baik tentunya kita harus berpijak dan belajar dari apa yang pernah kita lakukan dan kerjakan di masa silam. Detak perjalanan waktu adalah kepastian yang absolut, apa yang sudah berlalu tidak mungkin untuk kita kembalikan lagi. Rentang satu tahun adalah perjalanan yang cukup panjang untuk bisa dipetik dan dijadikan pijakan dalam mencapai tujuan di tahun yang baru. Tahun 2017 juga menjadi pijakan awal kepemimpinan Sutrisna Wibawa dalam menahkodai UNY yang mempunyai visi cukup mentereng, 2019 unggul di Asia Tenggara dan berstatus PTNBH, 2021 unggul di Asia dan peringkat 1000 dunia, serta 2025 unggul sebagai World Class University. Visi ini cukup menantang mengingat fakta bahwa UNY baru memliki 27% dosen bergelar doktor dan hanya 6% guru besar. Dan tentu menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar agar visi UNY menjadi World Class University dapat terealisasi. Pondasi awal telah ditancapkan di tahun 2017 untuk mencapai visi tersebut, di antaranya; meningkatkan kuantitas dosen bergelar S3

dan guru besar UNY, mendorong dosen untuk menulis di jurnal bereputasi internasional seperti Scopus dan dengan stimulus yang menggiurkan. Menginisiasi pembuatan Sekolah Vokasi UNY yang akan dipusatkan di Kampus UNY Wates, melakukan groundbreaking 13 gedung yang dibangun dengan dana hibah dari Islamic Development Bank (IDB) dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan demi terciptanya iklim akademik yang saling mendukung untuk mencapai visi UNY menjadi World Class University. Kegiatan itu semua sudah terlaksana di tahun 2017 dan manjadi bagian laporan utama Pewara Dinamika di tiap edisinya. Lalu bagaimana dengan tahun 2018? Tentu masih menjadi misteri, sebagaimana disampaikan di awal, masa depan adalah harapan. Tentu harapannya adalah menjadi semakin baik. Yang pasti dari tahun baru ini adalah tantangannya yang semakin kompleks. Harapannya apa yang sudah dilaksanakan di tahun 2017 bisa menjadi pijakan yang lebih kokoh untuk mencapai visi jangka panjang. Semua itu akan dimulai di tahun ini tahun 2018. Yang jelas saat ini adalah saat yang tepat untuk merefleksi, merenung, untuk kemudian melangkah lebih tegap dan mantap untuk menatap di tahun 2018. Tabik. BUDI MULYONO P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 9


Laporan Utama

JANUARI

Status Baru, Semangat Baru Regulasi dan mutasi pejabat serta staf tenaga kependidikan menjadi salah satu agenda tahunan untuk memberikan suasana berbeda tiap tahunnya. Di tahun yang baru pula, semangat perbaikan yang tertuang dalam hasil akreditasi menjadi pemacu program studi untuk terus berprestasi.

Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

M

engawali tahun baru 2017, rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M. A. melantik dan mengambil sumpah sejumlah pejabat sekaligus menyerahkan SK mutasi pegawai di lingkungan UNY pada Selasa, 2 Januari 2017. Para pegawai tersebut adalah Abdullah Taman, SE., M.Si, Ak. sebagai Ketua Satuan Pengawas Internal, Rizka, SH., M.Pd sebagai Kepala Tata Usaha Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Yuyun Farida, M.Biotech sebagai Kepala Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial. Pegawai UNY yang dirotasi berjumlah 54 orang PNS dan 21 orang non PNS. “Hendaknya hal ini disyukuri sebagai sarana untuk bisa mengembangkan diri” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Menurut beliau mutasi adalah penyegaran yang sudah mela­ lui review pimpinan yang terdiri atas promosi, penguatan jabatan dan rot­ asi. Wakil Rektor II UNY Prof. Edi Purwanta, M.Pd mengemukakan bahwa kebijakan mutasi pegawai di UNY merupakan implementasi Pera­turan Rektor Nomor 02 Tahun 2016 yang bertujuan diantaranya menghidari kejenuhan pegawai, me­ ngem­­bangkan minat dan kemam­ puan pegawai serta meme­nuhi kebutuhan pegawai unit kerja baru. Status baru tak hanya diemban oleh para pejabat yang telah dilantik. Beberapa prodi juga mengawali tahun dengan status akreditasi baru. Melalui perjuangan yang menguras tenaga beberapa program studi berhasil memperoleh status “Akreditasi A” dari BAN-PT. 10 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika memperoleh akreditasi dengan peringkat “A” berdasarkan SK No. 0824/SK/BAN-PT/Akred/S/ VI/2016. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Totok Heru Tri Maryadi, M.Pd., mengungkapkan rasa syukurnya seraya memberikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang telah mendukung dan bekerja keras selama proses akreditasi. “Keberhasilan ini menunjukkan kualitas kinerja yang baik dari seluruh elemen Prodi terutama dalam proses belajar mengajar serta pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi”, tutur Totok. Masih dari Fakultas Teknik, program studi Pendidikan Otomotif juga berhasil memperoleh akreditasi A. Raihan ini berdasarkan SK no. 0946/SK/BAN-PT/Akred/S/ VI/2016. Dekan FT UNY, Dr. Widarto mengatakan bahwa dengan segala prestasi yang diraih tim mobil di level nasional serta internasional dimana tim ini sebagian besar didominasi dari Prodi Pendidikan Teknik Otomotif , jelas telah menjadi bukti kualitas prodi ini. Tak hanya itu, Program Studi Tata Rias dan Kecantikan juga meraih prestasi yang sama setelah Badan

Program studi Pendidikan Otomotif juga berhasil memperoleh akreditasi A. Raihan ini berdasarkan SK no. 0946/SK/ BAN-PT/Akred/S/VI/2016

Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) mengeluarkan Surat Keputusan (SK) dengan nomor 0595/SK/BAN-PT/Akred/DiplIII/V/2016 yang berlaku hingga Mei 2021. Widarto menambahkan bahwa selama ini PTBB telah menorehkan prestasi yang luar biasa, “Yang terbaru adalah juara World Costume Festival 2016 di Filipina sedangkan Prodi Tata Rias sendiri telah beberapa kali menorehkan tinta emas di kejuaraan Asean Skill Competition maupun Indonesian Skill Competition. Jadi saya rasa peringkat “A” sangat pantas disematkan pada prodi Tata Rias dan Kecantikan,” ungkapnya. Sebelumnya perjuangan program studi Magister (S2) Pendidikan Sains pun akhirnya membuahkan hasil. Akhir tahun 2016, BAN PT mengeluarkan SK No. 3052/SK/ BAN-PT/Akred/M/XII/2016 unruk meberikan akreditas A kepada prodi tersebut. Raihan prestasi lain datang dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Awal tahun 2017 ini, FIK UNY menjadi tuan rumah agenda Pertemuan Forum Dekan Keolahragaan Indonesia yang dihadiri beberapa wakil rektor, dekan, wakil dekan, dan ketua jurusan perguruan tinggi keolahragaan di Indonesia. Misalnya saja dari Unimed Medan, UNP Padang, UNJ Jakarta, UNM Makassar, hingga Uncen Jayapura. Acara ini diisi dengan pembahasan kejuaraan LPTK Cup 2017 yang akan diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta pada pertengahan Maret 2017 mendatang. Pada sesi diskusi pembahasan hari kedua, Forum Dekan Keolahragaan


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

ARYA DAN NABILA, panitia OSPEK FIS

DOKUMEN FBS UNY

membahas nomenklatur Fakultas Ilmu Keolahragaan dengan narasumber Prof. Dr. Mulyana, M.Pd. dari UNJ Jakarta, Prof. Dr. Adang Suherman, M.A., dari FPOK UPI Bandung, dan Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. dari Unnes Semarang. Selain dari kalangan dosen, para mahasiswa juga mengadakan beberapa acara sebagai bentuk apresiasi terhadap masing-masing bidang yang ditekuni. Seba­­gai universitas keguruan, para maha­ sis­wa UNY ini unjuk keboleh­ an melalui pameran pembela­ jaran dan festival media dan alat pembelajaran. Mahasiswa Jurusan PLB semester 5 mengadakan Pame­ ran Media Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Dosen pengampu, Ernisa Purwandari, M.Pd., mengungkapkan bahwa tujuan pameran ini adalah agar maha­sis­wa bisa menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Lewat

MAHASISWA SEMESTER 5 JURUSAN SENI RUPA PRODI PENDIDIKAN KRIYA, FBS UNY mengadakan pameran hasil karya mereka yang terbuat dari bahan-bahan berupa, logam, kayu, keramik, tembaga,serta kuningan hasil karya mereka, bertempat di Musium Pendidikan Indonesia.

display pameran ini, dosen bisa memberi masukan mengenai produk tersebut untuk kemudian dikem­ bangkan menjadi lebih baik lagi. Mahasiswa semester 5 Jurusan Seni Rupa Prodi Pendidikan Kriya, Fakultas Bahasa & Seni (FBS) UNY juga mengadakan pameran hasil karya mereka yang terbuat dari bahan-bahan berupa, logam, kayu, keramik, tembaga,serta kuningan hasil karya mereka. Dalam acara yang dilaksanakan di Museum

Mahasiswa semester 5 Jurusan Seni Rupa Prodi Pendidikan Kriya, Fakultas Bahasa & Seni (FBS) UNY juga mengadakan pameran hasil karya mereka.

Pendidikan Indonesia ini, mahasiswa Jurusan Seni Rupa dari Prodi Pendidikan Kriya FBS memamerkan hasil kerajinan mereka baik berupa perhiasan seperti: cincin, kalung, gelang yang rata-rata terbuat dari tembaga atau kuningan, dan ada juga yang terbuat dari filigree, serta beberapa hasil kerajian yang terbuat dari kayu yang berupa meja, kursi, serta beberapa hasil karya lainya. Di tempat yang sama, program studi sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNY menyelenggarakan Festival Media dan Alat Pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat mahasiswa meliputi games, aplikasi, website dan ecomedia. Berbagai media pembelajaran dipamerkan dalam kegiatan ini. Di antaranya puzzle intersos, dan puzzle segitiga goyang. Dipamerkan juga rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta bahan ajarnya. Juga dilombakan selfie contest yang diikuti oleh peserta festival.. P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 11


Laporan Utama

FEBRUARI

Pencanangan Dies Natalis dan Tradisi Kenakan Toga di Bulan Istimewa Tradisi peringatan kelahiran UNY senantiasa menyedot banyak perhatian. Berbagai persiapan dilakukan termasuk pencanangan Dies Natalis. Tak kalah ramai, prosesi tiga bulanan sekali, wisuda menjadi momen paling ditunggu-tunggu. Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

S

etelah sebelumnya melantik para pejabat di lingkungan UNY, di bulan kedua rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd.,M.A. kembali melantik seluruh pengurus Ormawa (organisasi mahasiswa) yang baru. Pelantikan tersebut secara simbolis diwakili oleh ketua, sekretaris, bendahara dari masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada Selasa (7/2) di Ruang Sidang Utama Rektorat. Tampak hadir, para Wakil Rektor, Kepala Biro, Ketua Lembaga , serta 42 pembina UKM masing-masing. Dalam sambutannya ia mengapresiasi para mahasiswa yang mengikuti kegiatan di luar kegiatan perkuliahan tersebut. “Kami sangat bangga dan mengapresiasi mahasiswa selama mahasiswa tersebut mampu mengembangkan kegiatan – kegiatannya dan selalu berprestasi serta mampu melakukan hal – hal yang positif, masing-masing kita harus bisa memimpin diri kita sendiri –sendiri, jika diri kita saja sudah gagal memimpin diri kita sendiri, bagaimana mungkin kita akan memimpin orang lain, atau bahkan memimpin sebuah lembaga atau institusi,” ungkapnya. Selain kegiatan tersebut, Rektor kembali disibukkan dengan persiapan acara Dies Natalis UNY ke-53. Dua bulan sebelum pelaksanaan, pencanangan dies natalis diadakan. Dies Natalis ke53 UNY sendiri mengangkat tema ‘Internalisasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Kemandirian Bangsa’. Dalam sambutannya Dr. 12 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Zainal Arifin, MT selaku ketua panitia Dies Natalis UNY di Stadion Atletik UNY mengungkapkan bahwa pencanangan dies natalis merupakan komitmen bersama bagi civitas akademika UNY. “Sebagai sebuah komitmen bersama bagi semua civitas akademika UNY untuk memperkokoh visi UNY sebagai leader in character education untuk menginternalisasikannya dalam setiap kegiatan dan nafas sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia yang bertaqwa mandiri dan cendekia agar mampu berkontribusi dalam membangun kemandirian bangsa khususnya kompetisi di era global,” tuturnya. Rangkaian kegiatan dies natalis ini secara resmi dibuka oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, yang ditandai dengan pembunyian sirine dan penyerahan pohon sawo kecik pada tiap pimpinan unit di UNY. Pencanangan ini juga dimeriahkan dengan kirab mobil karya mahasiswa Otomotif yang akan mengikuti Shell Eco-Marathon Asia di Singapura pada bulan Maret. penampilan dari Tim Karnaval FT UNY, pertunjukan silat nusantara serta atraksi terjun payung oleh Taufik Nandar, Adim Prisanda dan

Tak ada kendaraan pribadi kecuali sepeda yang ditunggangi setiap hari saat hendak menunaikan tugasnya sebagai pendidik seperti dikatakan asistennya selama menjadi dosen.

Mukri dari Federasi Aero Sport Indonesia Daerah (FASIDA) DIY menjadi tontonan yang tak kalah menarik dan sayang jika dilewatkan. Dalam sambutannya Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., menegaskan pentingnya pelaksanaan Dies Natalis sebagai bahan evaluasi tiap tahun. Dies Natalis merupakan momentum penting bagi UNY untuk merefleksikan apa yang telah diperbuat dalam perjalanan sejarahnya. “Usia 53 tahun bukanlah usia muda ataupun dewasa, tetapi merupakan usia matang. Hal ini harus menyadarkan semua sivitas akademika UNY, bahwa kampus harus terus bergerak ke depan dan mengukir banyak karya dan prestasi seiring dengan usianya yang semakin matang,” ujar Rektor UNY. Pada peringatan Dies Natalis ke53 UNY ini akan diselenggarakan 80 macam kegiatan yang digelar dalam bentuk temu ilmiah, lomba atau festival, olah raga, pameran, bakti sosial, pentas seni, pemberian penghargaan, dan upacara yang melibatkan civitas akademika UNY, karyawan, alumni, guru/ pendidik, warga masyarakat. Dalam pencanangan dies natalis ini juga dilaksanakan senam massal dilanjutkan dengan pembagian door prize dan pemeriksaan kesehatan oleh UPT Kesehatan UNY. Menutup bulan istimewa ini momen wisuda menjadi hal paling dinanti banyak pihak. Tradisi tiga bulanan sekali ini diikuti sebanyak 1.148 orang dengan rincian sebagai berikut: 6 orang (S3), 92 orang (S2), 815 orang S1-Kependidikan, 188 orang S1 Non-Kependidikan dan 47


ARIF / HUMAS UNY

Laporan Utama Rektor UNY membuka Festival Dalang Cilik sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis UNY 2017

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 13

ANONIM / WIKIPEDIA.COM / REPRO. KALAM


Laporan Utama dan (4) Sdri. Fahmi Husaini, A. Md.T., dengan predikat sangat memuaskan, jenjang D3, program studi Sekretari, berumur 21 tahun 1 bulan.

DOK. BAKI UNY

orang Diploma 3 Non-Kependidikan. Adapun sebaran para wisudawan/ wisudawati periode ini, di antaranya: PPs 98 orang, FIP 194 orang, FBS 259 orang, FMIPA 81 orang, FIS 115 orang, FT 210 orang, FIK 63 orang, dan FE 128 orang. Di antara para wisudawan/wisudawati yang meraih predikat cumlaude sebanyak 260 orang, yang terdiri atas: PPs 4 orang, FIP 50 orang, FBS 69 orang, FMIPA 14 orang, FIS 29 orang, FT 35 orang, FIK 10 orang, dan FE 49 orang. Selalu ada yang unik dan dicaricari dalam setiap periode wisuda. Wisudawan atau wisudawati tertinggi nilainya, tercepat dan termuda selalu menarik untuk disimak. Peraih nilai tertinggi wisudawan diraih oleh (1) Sdri. Dr. Iin Purnamasari, dengan IPK 3,94, jenjang S3, program studi Ilmu Pendidikan; (2) Sdri. Novi Trilisiana, M.Pd., dengan IPK 3,95, jenjang S2, program studi Teknologi Pembelajaran; (3) Sdri. Ari Pratiwi, S.Pd. (penerima beasiswa Bidik Misi), dengan IPK 3,92, jenjang S1, program studi Pendidikan Akuntansi, dan (4) Sdri. Puput Wulandari, A.Md. Sek dengan IPK 3,57, jenjang D3, program studi Sekretari. Sementara itu, lulusan tercepat adalah (1) Sdr. Dr. Abdul Malik, dengan IPK 3,86, jenjang S3, program studi Ilmu Pendidikan, selama 3 tahun 3 bulan, (2) Sdri. Dyah Witasoka, M.Pd., dengan IPK 3,73, jenjang S2, program studi 14 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Manajemen Pendidikan, selama 2 tahun 3 bulan; (3) Sdr. Frederick Afridus Ratu, S.Sos, dengan IPK 3,73, jenjang S1, program studi Administrasi Negara S1, selama 3 tahun 3 bulan, dan (4) Sdr. Tito Nurtaufik, A.Md.T., dengan IPK 3,15, jenjang D3, program studi Teknik Elektro D3, selama 3 tahun 3 bulan.

WISUDA UNY

Selanjutnya lulusan termuda adalah (1) Sdr. Dr. Bambang Sudarsono, dengan IPK 3,57, dengan predikat sangat memuaskan, jenjang S3, program studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, berumur 32 tahun 1 bulan, (2) Sdri. Dwi Sisilia Saputri WA, M.Pd., dengan IPK 3,79, dengan predikat sangat memuaskan, jenjang S2, program studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, berumur 24 tahun, (3) Sdri. Hanifah Purwaningtyas, S.Pd., dengan IPK 3,66, dengan predikat Dengan Pujian (Cum Laude), jenjang S1, program studi Pendidikan Teknik Elektro, berumur 20 tahun 9 bulan,

Selalu ada yang unik dan dicari-cari dalam setiap periode wisuda. Wisudawan atau wisudawati tertinggi nilainya, tercepat dan termuda selalu menarik untuk disimak.

Dalam sambutannya rektor tak hentihenti memberikan pesan bagi para wisudawan wisudawati. “Untuk memberikan jaminan kepada para terdidik untuk supaya tetap survive dan menguasai perubahan, setidaktidaknya dapat memperhatikan dan mempertimbangkan adanya sepuluh kecakapan yang seharusnya dimiliki, di antaranya: (1) Sense Making, (2) Social intelligence, (3) Novel dan Adaptive Thinking, (4) Cross Cultural Competence, (5) Computational Thinking, (6) New Media Literacy, (7) Transdiciplinarity, (8) Design mindset, (9) Cognitive Load management, and (10) Virtual Collaboration. Kecakapan tersebut diharapkan sekali mampu membekali para wisudawan untuk bisa responsif terhadap perubahan, bahkan mampu menjadi agen perubahan, sehingga kehadirannya memberikan makna tersendiri bagi kehidupan di jamannya,” ungkapnya. Sebelum diadakan wisuda, seperti bi­ asa diadakan acara sarasehan wisu­ dawan wisudawati cumlaude dan terbaik prodi. Pada wisuda kali ini jumlah wisudawan yang berpredikat cumlaude sebanyak 260 mahasis­ wa. Terdiri atas Program Pasca Sarja­ na : (4 Mahasiswa), FIP (50 Mahasis­ wa), FBS (69 mahasiswa), FMIPA (14 Mahasiswa), FIS (29 Mahasiswa), FT (35 Mahasiswa), FIK (10 Mahasiswa), FE (49Mahasiswa) dari jumlah wisu­ dawan yang nantinya akan berjum­ lah 1.148 orang atau sebesar 22,65% dari jumlah wisudawan. Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan dan Informasi (BAKI), Sukirjo, M.Pd menyampaiakan tujuan diadakannya sarasehan tersebut yaitu sebagai sarana komunikasi antara UNY dan mahasiswa sekaligus bertukar pikiran untuk kemajuan UNY di masa mendatang. “Sebagai sarana berkomunikasi antara Pihak UNY dengan para mahasiswa, khususnya yang berpredikat cumlaude, dan dengan adanya acara ini diharapkan adanya masukan serta saran dari para mahasiswa cumlaude untuk menjadikan UNY lebih baik kedepanya. Sumbang saran pemikiran mahasiswa cumlaude menjadi syarat mahasiswa untuk mengikuti yudisium agar semua mahasiswa mampu dan mau membuat makalah sebagai sarana membuat UNY lebih baik kedepannya,” jelas Sukirjo. 


Laporan Utama

MARET

Garuda UNY, dan Kepak Sayapnya di Penjuru Dunia

DOK. TIM GARUDA UNY

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

S

eonggok tiang di salah satu ujung Changi Expo Center Singapura, menjadi saksi bagaimana Sang Saka Merah Putih tererek. Pada Maret 2017, gelar juara 3 dalam kategori Urban Concept di Shell-Eco Marathon membuat lagu Indonesia Raya dapat berkumandang dengan khidmat di sana. Garuda UNY Team kemudian mengharu biru dalam prosesnya. Di tengah sebuah capaian yang membuat setiap insan terkesima, karena baru pertama kali mengikuti ajang kompetisi serupa di venue tersebut. Garuda UNY Team memang sudah sering juara. Gelar prestasi kerap ia sabet di banyak tempat. Entah itu Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) yang kerap diselenggarakan

Kemristekdikti, dimana tim ini mampu menyabet gelar juara kedua. Maupun dalam kompetisi ISCC 2017 di Korea, dimana ia menyabet gelar best of the best. Tapi menjuarai Shell-Eco Marathon, rasanya sungguh berbeda. Karena, ia menerima pesimisme bahkan dari Liaison Officernya (LO) sendiri. Pada waktu itu, setiap tim disediakan LO dari sebuah perusahaan

Tapi menjuarai Shell-Eco Marathon, rasanya sungguh berbeda. Karena, ia menerima pesimisme bahkan dari Liaison Officernya (LO) sendiri.

sponsor. Pada waktu itu, sang LO memang menyuarakan kebenaran. Mustafit juga mengulang data yang diungkapkan seorang juri dari Amerika, bahwa hanya 2% tim yang pertama kali ikut dalam perlombaan tersebut bisa mencapai garis akhir. Sehingga jikapun tidak finish maupun kalah, sang LO meminta tim tersebut untuk bersabar karena gelaran tersebut barulah pengalaman pertamanya. “Nah karena dia tugasnya melayani kita, dia tiba-tiba bilang sambil menatap kita sinis. Sudahlah, nanti kalau kalian tidak finish jangan heran. Sudah lolos saja itu luar biasa. Namanya juga orang pertama kali ikut, pasti ada senang, maupun kesusahan dan kendala,� ungkap Mustafit Septian, mengulang katakata sang LO,� Namun Garuda UNY Team yang sudah lama memupuk optimisme P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 15


Laporan Utama

MOBIL ECO. GARUDA Eco Team menjadi tipe mobil Garuda UNY yang kedua. Mobil inilah yang digunakan untuk berlaga di Shell Eco Maraton, dan berchasis aluminium 105 kg. Ringan dan kokohnya mobil ini membuatnya cocok sebagai Green Car untuk mencegah global warming.

juga kenekatan, berang dan tak terima dengan pernyataan bernada merendahkan tersebut. Sebuah pernyataan yang akhirnya dibalikkan dengan keberhasilan Garuda UNY naik podium juara

ketiga. Mengejutkan semua pihak yang berlaga di Singapura, termasuk LO dan anggota timnya sendiri. “Jadi walau kita bersyukur alhamdulillah, kita sendiri juga

terkagum bahwa ternyata kita bisa capai finish ketiga. Di situlah kita sadar bahwa yang penting bukan judgement, tapi bagaimana usaha kita. Karena hasil itu Allah yang menentukan,â€? ungkap Mustafit Septian, Koordinator Divisi Team Engine Garuda UNY. Tantangan yang Berliku Namun, bukan berarti perlombaan yang dilakoni Garuda UNY berlang­ sung mulus dan begitu mudahnya meraih pundi-pundi gelar jawara. Ada delapan divisi yang bekerja keras kolaboratif dalam Tim Garuda UNY guna memastikan hal tersebut.

Dengan hukum yang tertulis maupun yang tidak tertulis senantiasa harus dinilai, sesuaikah ini dengan Pancasila atau tidak. MOBIL HYBRID. Mobil ini pernah dipuji Presiden Jokowi ketika beliau menyambangi UNY dalam gelaran Forum Rektor Indonesia (FRI) 2016 . Sesuai tajuk hybrid yang dibawanya, mobil ini bisa digerakkan oleh bensin dan listrik secara bersamaan. Secara rincinya, mobil

16 P E WA R A D I NHybrid A M I KiniAmenggunakan D E S E M Bengine E R 2120 017 cc, sistem penggerak CVT, dan memiliki 4 penggerak. Pada mobil seri tahun 2016, mobil tersebut memiliki panjang total 2,80 m , tinggi total 1,40 m, lebar total, 1,40 m, dan wheel base berukuran 1,4 m

Tim teknis, divisi administrasi dan divisi public relations memiliki tugas untuk menjalin hubungan dengan birokrasi, sponsorship maupun masyarakat. Sedangkan untuk divisi teknis, tim ini memiliki divisi team engine, sistem kemudi, suspensi dan rem, elektrik, body design, dan driver.


Laporan Utama

MOBIL FORMULA. Mobil tipe ketiga yang dimiliki Garuda UNY, tidak lain adalah mobil formula. Biasa diturunkan dalam Student Formula Japan (SJF) di Shizouka, Jepang, mobil ini harus bersaing dengan mahasiswa yang tidak terbatas umur dan strata studi dan mengadu kecepatan sebagai ukurannya. Itulah mengapa Mobil Formula UNY ini berkekuatan 46 Tenaga Kuda. Memiliki mesin 600cc, mobil tersebut memiliki berat keseluruhan 220 kilogram, dengan frame jenis turbular steel space frame, dan diperkuat dengan single cylinder engine 600 cc yang mampu mengeluarkan tenaga 46 horse power pada 7000 rpm dengan torsi sebesar 42 Nm pada 5200 rpm. KEKUATAN MESIN: 46 TENAGA KUDA ARSIP UNY

“Semua anggota tim berasal dari lintas jurusan dan fakultas di UNY. Dan semua harus siap di lapangan ketika perlombaan berlangsung. Ketika race, tim teknis semua harus pegang kunci dan inspeksi bagiannya masing-masing,” ujar Mustafit. Tantangan pelik yang harus dihadapi tim ini, salah satunya terwujud lomba Student Formula Jepang di Shinjuka pada 2016 lalu. Kala itu mobil UNY harus berhenti di lap ke 14 ketika mobil harus menempuh enam putaran lagi dalam kategori endurance. Kategori tersebut menguji ketahanan mobil dalam pertandingan Waktu itu, satu socket kabel yang mengubungkan aki dengan mesin lainnya lepas karena getaran di jalan. Hal tersebut karena socket yang digunakan untuk menghubungkan elektrik mudah lepas dan berputar. “Sehingga waktu itu sempat lepas dan mati begitu saja tengah jalan. Nyaris tamatlah kita,” ungkap Teguh

Arifin, Kapten Garuda UNY. Tim Teknis Garuda UNY yang berada di paddock pun tidak bisa melakukan apa-apa. Karena dalam pertandingan tersebut ada aturan bahwa tim hanya boleh memperbaiki mobil ketika mobil tersebut masuk ke garasi. Ketika di tengah sirkuit, apapun kondisinya, tim teknis tak bisa menghampiri. Namun, tim Garuda UNY waktu itu menurut Teguh luar biasa beruntung. Tiba-tiba saja mobil yang starter kabel akinya terlepas tersebut bisa

UNY selalu siap optimal dan kerja keras. Kita tawarkan kebaruan, kecepatan, efisiensi energi, dengan tetap menyelipkan kearifan lokal dan kerendahan hati.

dinyalakan kembali. Dan mulai jalan perlahan hingga akhirnya finish. “Dan kita berhasil di posisi 187 dari 555 universitas. Mungkin nyambung lagi dan mungkin juga kekuatan doa. Yang pasti itu pengalaman bagi kami untuk selalu inspeksi lebih detil ketika mobil masuk paddock,” ungkap Teguh bangga. Ia mengingat saat itu ia sampai diusir dari ruangan dynamic karena meloncatloncat saking girangnya. Ke depan, tidak menutup kemungkinan bahwa mobil-mobil tersebut akan terus dikembangkan. Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa, juga menekankan bahwa dalam lomba yang mengejar inovasi tersebut, kreatifitas kemudian harus dikejar secara kontinu. “Dan UNY selalu siap optimal dan kerja keras. Kita tawarkan kebaruan, kecepatan, efisiensi energi, dengan tetap menyelipkan kearifan lokal dan kerendahan hati kita,” pungkas Sutrisna..  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 17


Laporan Utama

APRIL

Nakhoda Baru Colombo 1

Rektor baru UNY, Sutrisna Wibawa, tak pernah merasa sendiri. Ia terbiasa kerja dengan tim. Tidak heran model kepemimpinan transformasional, partisipatif, kolegial menjadi pilihannya. Ia juga dikenal arsitek pengembangan UNY di belakang layar sejak menjadi pembantu rektor II UNY. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

sesuai peran dan fungsinya,” jelas Sutrisna kepada Pewara Dinamika.

utrisna siap membawa perubahan. Ia berbekal visi-misi yang terintegrasi Nawa Cita dan Kemristekdikti. Jangka dekatnya mengibarkan UNY di ASEAN. Dan semua perubahan itu, hendak dibawanya sebagai Rektor UNY Periode 2017-2021 setelah dilantik pada Rabu, 22 Maret 2017 di Gedung D Kemristekdikti. Akhir bulan Maret menjadi masa transisi dan seremonial serah terima. April, dapur pacu UNY sudah harus mengepul kencang.

Itulah Sutrisna Wibawa. Ia memilih menjadi playmaker. Namun di situasi tertentu, suami dari Supadminingsih akan siap menjadi penjaga gawang.

S

Menjadi rektor, baginya bukanlah perkara mudah. Terlebih menjadi Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Kampus eks-IKIP Yogyakarta yang telah berakreditas A dan reputasinya sudah di kenal di perguruan tinggi se-Indonesia. Prof. Rochmat Wahab sebagai nakhoda UNY sebelumnya telah meninggalkan fondasi sekaligus landasan yang gemilang. Bersama Sutrisna, ia menargetkan memoles pencapaian itu kembali untuk membuatnya relevan dengan tantangan zaman. Dan tantangan itu, tak main-main. 2025, ia memasang target untuk men­ jadikan UNY sebagai LPTK berkelas dunia. Namun ia yakin, kepe­mim­ pinan memiliki peran penting da­lam mewujudkan visi misi UNY itu. “Perintah itu tidak terkadang dari top down dan terkadang pula bottom up. Saya akan memilih berada dipersimpangan. Selanjutnya, akan saya teruskan ke stakeholder lainnya, 18 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

“UNY harus tetap dikawal,” lanjut­ nya. Dan sebagaimana yang terjadi di UNY, seorang rektor selalu siap menjadi penjaga gawang terbaik. Sebagai bagian dari Pemerintahan Jokowi-JK, Sutrisna mendasari apa yang akan dilakukan UNY berdasarkan Nawa Cita dan visi misi Kemristekdikti. Sembilan butir Nawacita, dua di antaranya, berkelin­ dan dengan pendidikan. Pertama, peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan. Kedua, melakukan revolusi karakter bangsa. Sutrisna menghayati dua elemen tersebut sebagai landasan filosofis. Agar cakupannya jelas ia tak melepaskan visi Kemristekdikti: terwujudnyapendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan IPTEKS dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa.

Sebagai bagian dari Pemerintahan Jokowi-JK, Sutrisna mendasari apa yang akan dilakukan UNY berdasarkan Nawa Cita dan visi misi Kemristekdikti.

UNY telah memiliki visi ketakwaan, kemandirian, dan kecendikiaan. Visi ini telah relevan dengan Nawa Cita Pemerintah. Soal implementasinya, Sutrisna akan menerjemahkan sebagai berikut. Pertama, ia hendak membawa UNY melalui dorongan religius. Semua agama dan keyakinan warga UNY Sutrisna dukung. Tentu dengan konsisten dan menghormati praktik agama lain. Selain religiositas, Sutrisna menekankan kemandirian. “Baik dosen, pegawai, maupun mahasiswa, mereka hendaknya mandiri dalam berpikir dan bertindak,” ungkapnya. Independensi ini merujuk pada


Laporan Utama

DOKUMEN UNY

profesionalisme dalam bekerja. Sutrisna menerjemahkan kemandirian itu sebagai bentuk inisiatif yang dilakukan dalam ranah individu dan komunal. Sutrisna mengharapkan warga UNY mempraktikan pribadi yang cendekia. Poin terakhir ini sesuai dengan peran UNY sebagai kampus yang menjunjung tinggi ruh ilmiah dan bertanggungjawab. Sutrisna mengakui bahwa dalam mewujudkan progamnya ia mengacu pada indikator keberhasilan. “Saya polanya pekerja. Bukan pewacana. Saya tidak ingin mewacanakan sanasini tapi tidak dilakukan,” tuturnya.

SUTRISNA WIBAWA di kantornya, Ruang Rektor UNY.

Karena itu, Surtisna cenderung langsung merealisasikan target dan tujuan sehingga lekas dikerjakan.

Sutrisna akan memprioritaskan pencapaian UNY pada wilayah regional (ASEAN) selama lima tahun ke depan. Dan, pada 2021, UNY akan menjadi universitas pendidikan kelas dunia.

Sutrisna akan memprioritaskan pencapaian UNY pada wilayah regional (ASEAN) selama lima tahun ke depan. Dan, pada akhir masa jabatannya, tahun 2021, UNY akan menjadi universitas pendidikan kelas dunia (masuk 750 dunia dan 250 Asia versi QS), sekaligus berha­sil dalam memantapkan jarin- gan inter­ nasionalnya. Fokus ini ia tetap­kan sebagai jawaban UNY untuk wacana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Tantangan saya sekarang itu me­ na­nggapi wilayah global,” tegas­nya. Sejak April 2017, waktu kemudian menjadi saksi bagaimana visinya terlaksana di tataran praktis. P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 19


PEMIMPIN BA


ARU UNY 2017 DARI KIRI KE KANAN: Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd.; Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana, M.Hum.,M.A.; Wakil Rektor III, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes; Wakil Rektor IV, Dr. rer. nat. Senam; Wakil Rektor II, Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd.


Laporan Utama

MEI

Ki Hajar Dewantoro telah Meneladankan, Kita Melanjutkan dengan Artikel Jurnal!

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

P

akem pendidikan kita sudah jelas: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ki Hajar Dewantara, yang hari lahirnya pada 2 Mei ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional, telah menghadirkan bangsa ini landasan filosofis tentang bagaimana pendidikan hendaknya memerdekakan manusia secara lahir batin. Perpaduan karakter dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk menyejahterakan dan

22 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

memerdekaan itu, selayaknya menjadi proses inklusif dan berkesinambungan. Sehingga Universitas Negeri Yogyakarta sebagai lembaga

KAHMI mengusulkan Gelar Pahlawan Lafran Pane di sitana merdeka.

Agar mampu menghasilkan karya yang layak dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus maupun Thompson.

pendidikan, tak punya pilihan lain untuk menjawab tantangan tersebut. Publikasi artikel jurnal terindeks internasional kemudian mampu menjadi salah satu jawabnya. Diinisiasi sejak Mei 2017, UNY hendak “menggeber� dosendosennya agar mampu menghasilkan karya yang layak dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus maupun Thompson. Targetnya jelas, UNY peringkat 500 versi QS pada tahun 2025. Untuk melancarkan aksi mengejar target tersebut, publikasi artikel dalam jurnal internasional bereputasi dan terindeks tak terelakkan lagi. UNY


Laporan Utama pun memfasilitasi dengan berbagai insentif dan reward bagi dosen yang mau membuat artikel. Gebrakan itu tak main-main, UNY siap menggelontorkan insentif hingga 20 juta, untuk tiap artikel jurnal terindeks yang berhasil terpublikasi.

pu­blik akan mengetahui artikel ilmi­ah mana yang paling banyak dikutip. “Semakin banyak digunakan semakin besar manfaatnya,” ungkap Sutrisna. Dan terbukti, beberapa bulan pasca diluncurkannya program fasilitasi jurnal dan prosiding internasional oleh jajaran pimpinan UNY,

“Saya menciptakan sistem ini agar karya ilmiah para dosen siap dan

mengungkapkan hingga batch keIV sejumlah jurnal karya para dosen sudah terpublish. “Grade-nya dinaikkan memang supaya memacu. Akhirnya betul gitu, dari waktu sebulan, dua-lima bulan ini animonya sangat tinggi. Sampai sekarang ada 140 jurnal yang sudah terpublish internasional. Di

SIRINARTH / FREEPIK

pantas dipublikasikan ke jurnal terindeks,” tutur Sutrisna. Kerangka konseptual yang dirumuskan Sutrisna meliputi tim penilai dan penyunting. Tim itu berhak mengarahkan alamat jurnal yang sesuai sebagai tempat publikasi. Sutrisna mempercayakan bimbingan jurnal pra-scopus itu kepada WR I. “Selain itu, eksekusi di lapangan akan diampu LPPM,” jelasnya. Melalui WR I, Sutrisna terus men­ dukung publikasi daring. “Semua karya dosen harus ter-onlinekan. Mereka juga wajib memiliki akun google scholar dan research gate sehingga karyanya terindeks,” harapnya. Bila semua itu terealisasi,

Koordinator Korps Alumni HMI dan penggagas Lafran Pane Pahlawan, Mahfud MD, dalam acara Refleksi yang daiadakan UNY.

angka jurnal yang terpublish naik signifikan. Hal tersebut diakui oleh Didik Nurhadiyanto. Ketua Tim Fasilitasi publikasi jurnal tersebut

Ada beberapa dosen yang masih merasa belum sempat untuk meneliti, karena kesibukan administratif dan mengajar.

antara itu ada 39 jurnal yang belum terindeks. Terindeks Thomson, dan Scopus ada 101,” jelasnya. Beberapa tantangan memang masih bermunculan. Ada beberapa dosen yang masih merasa belum sempat untuk meneliti, karena kesibukan administratif dan mengajar. Tapi banyak juga, yang berbondong-bon­ dong untuk menuliskan ide-ide segar yang telah lama dipendamnya karena belum memiliki semangat. Jiwa yang membara itulah yang memunculkan artikel terindeks bak bunga di musim semi dari Karangmalang. Di tengah keteladanan yang sudah dicetuskan oleh Ki Hajar, dan kewajiban UNY sebagai insan akademis untuk melanjutkannya! P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 23


Laporan Utama

JUNI

Transformasi Kampus Wates Dimulai! Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

J

uni 2017 menjadi tonggak narasi transformasi Kampus Wates dikenalkan. Ia bukan sekadar merombak gedung maupun menyulap lanskap. Tapi secara meileu pendidikan, kampus Wates akan diubah untuk menjawab tantangan zaman yang membutuhkan tenaga kerja berketerampilan praktis. Vokasi UNY, adalah wujud dari jawaban itu. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sendiri ingin menjadi bagian solutif dari persoalan ketenagakerjaan. Salah satunya dengan menyiapkan terbentuknya sekolah vokasi UNY. Pendidikan Vokasi adalah medium melahirkan tenaga terampil bergelar diploma maupun sarjana terapan yang selepas lulus langsung bisa bekerja. Mereka tidak hanya terampil bekerja, namun juga disiplin dan memiliki ketahanan diri untuk bersaing. Selama ini UNY telah memiliki 11 program studi bergelar diploma, tersebar di dua fakultas, yakni Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik. Kesebelas Prodi inilah menjadi modal awal UNY untuk menyiapkan berdirinya Sekolah Vokasi. Namun Sekolah Vokasi UNY tidak berhenti pada 11 Prodi yang telah ada. Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., memastikan bahwa akan dibentuk Prodi baru disesuaikan dengan kebutuhan pasar lokal, nasional, regional, bahkan internasional. Keterlibatan universitas yang dipimpinnya dalam pengembangan Yogyakarta, bagi Sutrisna juga sentral dalam kepentingan UNY. Karena selain berperan aktif menyukseskan program pemerintah provinsi dalam rangka mengentaskan kemiskinan, upaya ini juga dilakukan sebagai langkah membangun Kulonprogo tanpa

24 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

DOKUMEN UNY

meninggalkan nilai luhur khas Yogyakarta. Karakter lokal berbasis filsafat Jawa yang direfleksikan dalam kehidupan perkuliahan di UNY, diiringi dengan pemupukan karakter berbasis ketaqwaan dan cendekia, akan membangun Yogyakarta bukan hanya fisik semata.

UNY ingin menjadi bagian solutif dari persoalan ketenagakerjaan. Salah satunya dengan menyiapkan sekolah vokasi UNY.

“Tapi bagaimana pembangunan Yogya bisa jadi hamemayu hayuning bawana, membangun Yogyakarta lahir dan batin, kita harus turut serta memikul tugas ini. Dan tataran lokal, misalnya, pembangunan bandara internasional di Kulonprogo membutuhkan tenaga terampil di bidang sipil. Ya, UNY harus memperbanyak kuota D3 Teknik Sipil, ‘’ jelas Sutrisna Wibawa dalam Diskusi Pendidikan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Senin (05/06/2017). Perhotelan, pariwisata, desain interior, dan beberapa prodi lainnya, kemudian menjadi beberapa yang juga ada di benak Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, akan terbentuk ketika Sekolah Vokasi telah berdiri. Termasuk, kompetensi


Laporan Utama jurnalistik dengan mengundang dosen dari media massa, sekaligus magang dan jika dimungkinkan kerjasama rekrutmen di media massa, ia mengharapkan program studi ini bisa jadi langkah konkret UNY mendekatkan diri pada dunia industri. “Jadi kita akan perjuangkan. Termasuk surat keterangan pendamping ijazah

memberikan kampus ini keleluasaan dapat secara langsung memberi putra putri daerah keahlian konkret. “Seperti misal meneguhkan poros maritim dalam menilik program Nawacita-nya Pak Jokowi, ya pertanian. Karena memang kalau kelautan dan perkapalan di Yogya kok ya kurang cocok,” tekan Sutrisna.

sebagai lokasi Sekolah Vokasi UNY telah digodok beberapa kali. Hasilnya tepat! Sekolah Vokasi membutuhkan lingkungan tersendiri, yang tak bisa digabung dengan lingkungan pendidikan akademik dan profesional yang telah hadir di Kampus Karangmalang. Dan ke depan, UNY juga harus menempatkan diri untuk

ANTARA FOTO

bahwa siswa kita yang ada di jurusan itu punya keahlian yang dibutuhkan. Pernah magang dan bisa menulis jurnalistik,” tekan Sutrisna. Potensi prodi baru dalam mengentaskan kemiskinan, juga terletak dari bagaimana vokasi bisa berperan dalam menyukseskan program pemerintah. Program pembukaan lahan satu juta hektar di Papua misal, akan membutuhkan tenaga kerja di bidang pertanian yang cukup masif. Sehingga vokasi UNY kedepan bagi Sutrisna, harus berperan lewat pengembangan prodi yang berkaitan dengan kebutuhan tersebut. Terlebih lagi dengan status UNY yang memiliki program kerjasama beasiswa juga dengan Papua,

Tahun 2017 merupakan awal lahirnya gagasan Sekolah Vokasi. Saat itu pula UNY langsung tancap gas. Pendataan sumber daya (tenaga pengajar), sarana dan prasarana, serta prospek pembukaan Prodi baru menjadi rangkaian aksi yang telah dilakukan. Pun rencana menjadikan Kampus Wates UNY

Kampus Wates UNY dijadikan sebagai lokasi Sekolah Vokasi UNY karena sekolah vokasi membutuhkan lingkungan tersendiri.

mengidentifikasi sekaligus senantiasa berperan aktif dalam mengembangkan keahlian praktis setiap insannya. Karena sebagai kampus yang mengemban nama "Yogyakarta," ia punya tugas berat laksana bagaimana Yogyakarta dulu merintis Indonesia sebagai ibukota. Pendidik serta pemikir-pemikir bangsa juga dulunya senantiasa hadir dari kota ini. "Sehingga UNY sebagai salah satu kampus Yogyakarta, harus menjaga marwah itu. Dari Yogyakarta-lah, Indonesia dulu dibangun. Dan kini dengan vokasi, hal itu harus diulang. Anak-anak bangsa terbaik harus terlahir kembali dari sini," pungkas Putut Wiryawan, Pemimpin Redaksi Harian Bernas, pada acara yang sama. P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 25


Laporan Utama

JULI

Bulan Ketujuh, Penanda Tujuh Tahun Gol Proyek IDB

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

2

4 Juli 2017, menjadi penanda berlangsungnya pembangunan 13 gedung baru IDB. Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir dan segenap stakeholder kementerian bersama IDB, menyaksikan secara langsung bagaimana deru alat kerja mulai bersahutan. Mendirikan deretan gedung yang nantinya akan menghadirkan kependidikan kelas wahid di negeri ini. Pasca groundbreaking, UNY hadir untuk memastikan tantangan dan penjadwalan ulang yang kerap berlangsung sejak 2006 tak terulang kembali. Belajar dari tantangan yang dihadapi di masa lalu, diiringi perencanaan yang matang jadi kunci utama. Karena peningkatan kualitas pembelajaran sebagai taruhannya. Targetnya jelas, 14 bulan sejak kontrak ditandatangani pada 14 Juli 2017 yang lalu di Gedung Kemristekdikti. “Dan kami optimis dengan target itu. Bagaimana kita belajar, dari yang sudah-sudah, agar kita menjadi lebih baik,� tegas Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY. Ketegasan yang juga diamini Dr. Slamet Widodo, Direktur IDB PIU UNY, dan harus dibayar dengan menilik kembali segala tantangan yang pernah dihadapi. Proses pembangunan IDB sebenarnya telah disaksikan oleh tiga rektor UNY. Gedung Laboratorium Seni Musik dan Tari pada awalnya berada satu paket sumber dana dari IDB. Namun keputusan pemerintah yang mengubahnya bersumber dari dana rupiah murni, membuatnya 26 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

terbangun dan telah digunakan lebih awal dibanding 13 gedung lainnya. Yang terdiri atas Laboratorium Teknik Sipil dan Struktur, Laboratorium Teknik Mesin dan Otomotif, dan Laboratorium Teknik Elektro dan Elektronika (FT); Laboratorium Ekonomi dan Bisnis (FE), Laboratorium Terpadu Ilmu Sosial (FIS), Laboratorium Terpadu Matematika dan IPA (FMIPA), performance stage (FBS), Gedung Perkuliahan Umum, Health and Sport Center, Laboratorium PAUD dan PGSD (FIP), Training Center, dan Digital Library. 13 Gedung inilah yang mengalami lengkap tiga tantangan utama pembangunan. Proses pembuatan proposal jadi yang pertama dan utama. Koordinasi lintas kementerian yang memakan waktu dengan tenaga memang tak terelakkan. Begitupula dengan nahkoda UNY yang silih berganti selama proyek ini bergulir. Almarhum Prof Sugeng Mardiyanto memang menjadi inisiatornya. Dengan Prof Sutrisna Wibawa waktu itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II mengkoordinasi langsung

Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir dan segenap stakeholder kementerian bersama IDB, menyaksikan secara langsung bagaimana deru alat kerja mulai bersahutan.

perencanaan proyek ini. Ketika Prof Rochmat Wahab menggantikan Sugeng, penyesuaian dilakukan dibawah arahan sang rektor. Penyesuaian yang juga dilakukan oleh Sutrisna sendiri dalam posisinya sebagai Direktur IDB PIU UNY 2014-2015. Tidak ada perubahan drastis bahkan penghentian proyek memang. Akan tetapi Slamet mengungkapkan bahwa terdapat satu dua penyesuaian yang konstruktif bagi tantangan pembangunan di masingmasing era. Tantangan yang harus disikapi dengan sikap siap dan tangan terbuka untuk berpacu dalam proyek ini.


Laporan Utama

DOKUMEN UNY

“Almarhum Prof Sugeng yang mengawali. Pak Tris mengkoordinasi semua di IDB ini untuk mengajukan proposal awal. Tapi memang berganti rektor dan masing-masing yang bersangkutan punya program strategis dan skala prioritas tersendiri yang sama unik dan bagusnya. Kami menyesuaikan,” ungkap Slamet. Tantangan selanjutnya juga hadir dalam perubahan skema proyek. Dari yang awalnya program individu masing-masing kampus untuk diusulkan kepada pemerintah, hingga akhirnya disatukan sebagai satu kesatuan 7in1 bertajuk The

MAKET GEDUNG PERTUNJUKAN

Support Of Development Higher Education In Indonesia. Penyatuan yang berlangsung pada tahun 2010,

Terhitung 13 gedung mengalami tiga tantangan utama pembangunan. Proses pembuatan proposal, koordinasi lintas kementerian, dan nahkoda UNY yang silih berganti.

dan harus membuat rencana awal yang ditelurkan sejak 2006 tersebut berubah total. “Artinya kita harus membuat konsorsium 7 in 1. Bertemu, koordinasi, membahas bersama, dengan teman teman 7 universitas. Sinergi ini tidak mudah. Tapi tidak ada kata berhenti dan menyerah,” ungkap Slamet. Tujuh kampus yang disatukan tersebut diantaranya Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dari pulau Jawa, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 27


Laporan Utama

DOKUMEN UNY

Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dari Pulau Sulawesi, Universitas Tanjungpura (Untan) dan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dari Pulau Kalimantan, serta Universitas Syiah Kuala dari Pulau Sumatera. Adapun sumber dana dalam proyek ini seluruhnya berasal dari IDB kecuali Unsyiah, yang diperoleh dari Saudi Fund and Development (SFD). Dimana proyek tersebut diharapkan juga meliputi penambahan kapasitas layanan mahasiswa, peningkatan jumlah dosen bergelar Doktor dan peningkatan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah di tingkat nasional maupun internasional. “Memang kalau mengandalkan dana dari APBN, tentu tidak akan ketemu. Oleh karena itu manfaatkan sebaikbaiknya agar bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran dan proses pelayanan lebih baik,” imbau Menristekdikti Prof. Muhammad Natsir, dalam penandatanganan proyek 7 in 1 yang diresmikan pada 28 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

hari Kamis, (14/7/2017) di gedung D Kemenristekdikti. Sedangkan tantangan yang ketiga dan terberat, datang dari prosedural pengadaan konstruksi. Penggunaan dana IDB berarti UNY harus mengikuti standar yang dijadikan acuan bagi bank tersebut. Termasuk, acuan pengadaan barang dan jasa yang berlangsung lebih detil dan lebih panjang. IDB PIU UNY juga harus mempelajari terlebih dahulu mekanisme tersebut agar bisa melangkah pasti. “Jika biasanya pakai Perpres, prosesnya 40 hari untuk lelang. Loan agreement ini acuannya IDB Guideline. Sedikit berbeda dengan yang biasa dilakukan di pemerintah. Sesuai SOP IDB, kalau tidak ada kendala saja prosesnya 9 bulan. Realisasi kita justru 16 bulan,” Slamet juga mengungkapkan, bahwa mekanisme IDB pada dasarnya juga sama baiknya dengan mekanisme pemerintah serta memiliki kelebihan

dan kekurangannya masing-masing. Salah satu kelebihan IDB adalah proses International Competitive Bidding yang mewajibkan suatu proyek untuk mengundang kontraktor dari seluruh dunia untuk bersaing. Dengan demikian, harga termurah dalam suatu proyek bisa didapatkan dan mewujudkan efisiensi. “Tapi dari waktunya yang panjang, itu juga jadi setback tersendiri. Akhirnya yang menang juga Waskita karya (red: perusahaan Indonesia),” pungkas Slamet. Kini, semua tantangan itu sudah selesai. Waktu kelak akan menjawab bagaimana gedung-gedung ini akan berkontribusi. Misi menjadikan UNY sebagai Green Campus juga menggelinding penuh semangat. Sehingga bantuan dari bank islam itu nantinya, insya Allah menjadi rahmatan lil alamin. Setidaktidaknya, menjadi rahmat bagi UNY dan pendidikan Indonesia!.


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Prof. ZAMZANI

UNY Selalu Bawa Optimisme! Dua tahun menahkodai senat hingga terpilih kembali sebagai Ketua Senat pada November lalu, Zamzani bersama segenap anggota senat tak hanya membawa tugas penataan, pelaksanaan, hingga pengawasan kebijakan akademik. Senat juga dibawanya mengarungi zaman, untuk bergerak bersama mengemban amanah sebagai mitra rektorat.

KALAM / PEWARA

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 29


Laporan Utama DARI pengawasan dan ragam tugasnya ter­ sebutlah Zamzani bersikukuh. Bahwa za­ man dan tantangannya boleh saja berubah dan mentransformasi lanskap dunia dan UNY. Pemimpin universitas seiring waktu juga silih berganti. Tapi setiap pimpinan dan setiap zaman yang ada di kampus ini, senantiasa membawa optimisme yang meng­gerakkan tiap sivitas. Untuk bersa­masama menggapai apapun aral yang melin­ tang, termasuk dalam upaya menjadikan UNY sebagai Perguruan Tinggi Negeri Ber­ badan Hukum (PTN-BH) di tahun 2018. Kepada Redaktur Pewara Dinamika, IL­ HAM DARY ATHALLAH, Zamzani kemudi­ an bercerita bagaimana kerja-kerja yang dila­kukan senat satu tahun kebelakang se­ bagai mitra rektorat. Sekaligus mereflek­ sikan apa yang sudah berlangsung di UNY dalam kurun waktu tersebut, untuk meng­ gapai pencapaian yang lebih tinggi lagi di ta­hun berikutnya. Bagaimana pandangan Bapak atas pencapaian UNY satu tahun ke belakang? Pencapaian selalu dicapai UNY dengan cu­ kup komprehensif karena kita punya opti­ misme. Semua itu juga karena roadmap kita sebagai institusi akademik jelas: merubah UNY dari tadinya Badan Layanan Umum, menjadi Perguruan Tinggi Negeri Ber­ badan Hukum di tahun 2018. Dan di tahun ini, kita sudah mencapai salah satu syarat utamanya: akreditasi institusi A. Kalau kita analogikan orang mau naik angkot, kaki kanan kita ibaratnya sudah mancik (naik). Pencapaian-pencapaian yang ada selan­ jutnya di UNY, termasuk apa yang akan kita raih tahun depan, adalah untuk menaikkan kaki kita yang satu lagi ini. Tantangannya ke depan, harus memperjuangkan akre­di­ ta­si program studi agar 80 persen lebih da­ pat dikategorikan unggul. Dinamika-dina­ mika kemudian bermunculan dalam pro­ses itu, yang kesemuanya berkontribusi positif bagi kemajuan universitas. Bagaimana kemudian Transisi Rektor berperan dalam dinamika menggapai PTNBH? Konstruksi ide UNY sebagai PTNBH itu kan basisnya continuity and change. Rektor sebelumnya (Prof Rochmat Wahab) sudah lama menggadang-gadang ini dan memper­ juangkan akreditasi A. Pak Rektor (Prof Su­ trisna Wibawa) ingin kita bekerja keras lagi dan mengejar pencapaian PTNBH di tahun 2018. Dari situ dapat ditilik bahwa perubah­ an dan keberlanjutan selalu berjalan sei­ ringan. Saya melihatnya, setiap pimpinan, sia­ papun itu, harus dan dalam praktiknya memang senantiasa menempatkan diri se­ bagai sosok yang visioner. Sosok yang opti­ mistik. Kesemuanya memiliki kemampuan untuk menggapai asa. Tentu saja dengan strategi satu dengan yang lain ada sedikit perbedaan. Karena gaya pemimpinnya kan memiliki keunikannya masing-masing. Na­ mun pada prinsipnya, semua pemimpin 30 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

menggerakkan UNY bersama ke arah yang lebih baik. Untuk, menunjukkan eksistensi lembaga kita ke dunia akademik dan mela­ hirkan kontribusi nyata. Bagaimana upaya rektor sejauh ini dalam menggerak seluruh civitas? Hubungan sangat bagus selalu berlangsung antara rektor dan senat, disamping bersa­ ma organ kampus yang lain termasuk ma­ hasiswa. Walaupun, hubungan erat saya dengan Pak Rektor ini jangan dipandang sa­ ma-sama karena kami dari FBS. Dari sisi ko­ munikasi dan dukungan, saya nyatakan dan saya ekspresikan kepada rektor lama dan rektor baru. Saya juga men­jaga tak memi­ hak, dan nyatanya dalam kepe­ mim­ pinan sa­ya di senat dua tahun ini, meng­a­lami dua kepemimpinan rektor dan hubu­ngan kami sama baiknya. Ke depan, penempatan diri semua sivi­ tas harus menjadi sentral. Dengan tantan­ gan UNY yang semakin berat, kita semua tak boleh lagi membuat dikotomi antara kami dan mereka. Tidak boleh ada seakan jarak dan batasan antara atasan dan bawa­ han. Semuanya harus urun rembug, bahu membahu, dan bekerja bersama. Dengan demikian, saya dan semua civitas UNY ini akan menjadi satu kesatuan. Meng-kita, tak lagi meng-(k)ami Salah satu gerakan yang diinisiasi UNY adalah publikasi artikel jurnal internasional. Bagaimana Bapak memandang keterlibatan civitas sejauh ini? Responnya bagus, dan secara statistik jum­ lah artikel kita melejit. Pak Rektor juga pu­ nya fokus untuk mendorong semua dosen meneliti. Sehingga tak perlu waktu lama saya yakin, nama kampus kita akan mun­ cul di jajaran pemeringkatan Scopus. Dan lagi-lagi, itu bentuk optimisme yang selalu tersembah di UNY. Kuncinya adalah gera­ kan. Figur pemimpin yang menggerakkan, didampingi dengan kita sebagai civitas yang juga harus tergugah hatinya. Jangan lagi dipandang artikel jurnal ini un­tuk pribadi, walau insentifnya juga lu­ ma­yan dan kita tidak bisa munafik, insentif itu pasti jadi incaran. Tapi menulis artikel, itu juga bermanfaat bagi universitas. Juga bagi bangsa dan pengembangan keilmuan. Kalau misalnya produk hasil kekayaan in­ telektual negeri ini yang terkenal, kita se­ mua juga yang bangga dan semakin terge­ rakkan. Lalu, peningkatan publikasi ini apakah mampu untuk menggenjot program percepatan guru besar? Harapannya memang demikian, walau hal itu dua entitas yang berbeda. Program per­ cepatan guru besar sudah ada sejak era rek­ tor sebelumnya juga. Pernah bahkan satu tahun kita melantik hingga 5 profesor. Tapi setelah itu ya balik lagi, hanya 1-2 profesor. Dan ada beberapa profesor yang setelah jadi profesor, kecenderungannya kurang da­lam meneliti. Karena ada beberapa tugas

si maupun pertimbangan pengesahan guru besar. Ada banyak syarat yang sudah ter­ cantum dalam UU Dosen dan statuta. Dan itu memang harus dipenuhi, tak bisa diper­ mudah demi sekedar memuluskan jalan dan tantangan yang ada. Karena ada check and balances dengan Kemristekdikti serta menyangkut integritas kampus. Sehing­ ga, syarat administrasi kerap jadi ganjalan tersendiri. Apa saja ganjalan dan tantangan dalam proses pengusulan jabatan guru besar? Yang menjadi pelik terkadang adalah iden­ tifikasi karya terkait bidang ilmu. Terka­ dang di tengah dunia yang semakin meng­ global ini, batas linearitas antara keilmuan makin samar. Bidang matematika misalnya bisa saja membahas bagaimana penguasaan pengetahuan matematika dijadikan sum­ ber kuasa suatu aktor negara dalam politik internasional. Itu masih matematika, dan juga topik kontemporer. Tapi analisanya meluas sampai ke bidang sosio humaniora. Sehingga mengidentifikasi ini kadang bisa menjadikan rapat maupun pemberkasan administrasi begitu panjang. Jenjang studi terkadang juga jadi tan­ tang­an tersendiri. Ada dosen yang menga­ jar Pendidikan Matematika misal, S2 dan S3 nya Matematika murni atau matematika terapan. Padahal sebagai Lembaga Pergu­ ruan Tinggi Kependidikan, kita punya mar­ wah menjadi yang terdepan di bidang peda­ gogik.Pengangkatan guru besar inilah yang me­nurut saya, salah satu tantangan paling luar biasa UNY di tahun ini. Tapi, bukan be­ rarti kita harus menyerah. Dalam kacamata saya di senat sebagai pengawas, dan dengan tugas wewenang yang kami miliki untuk fasilitasi dan pertimbangan, saya berusaha memfasilitasi usulan guru besar sesegera mungkin. Kalau bisa masih dipro­ses (suatu usul­ an), bulan itu juga (dalam rentang waktu satu bulan semenjak usulan guru besar di­ la­kukan) akan kita bawa sampai paripur­na dan konvensikan. Sebelum ada terobosan ini, konvensi usulan guru besar biasanya baru bisa berlangsung sebulan setelahnya. Lalu, apa proyeksi tantangan terbesar UNY di tahun 2018? Tetap tadi, menyukseskan lembaga ini seba­ gai PTNBH. Dan menapaki upaya untuk mem­ bentuk UNY dalam jangka panjang menggapai World Class University yang dii­ nisiasi Pak Rektor akan tercapai di tahun 2025. Di tengah tuntutan era milenial yang luar biasa, kita harus mendidik generasi mendatang dengan sekuat tenaga. Penggu­ naan literasi, teknologi, dan penelitian ha­ rus di­gi­atkan. Hanya dengan support dari selu­ruh sivitas akademika, kemajuan lem­ baga akan berlangsung dan membentuk universitas kita menjadi unggul, kreatif, dan inovatif tanpa meninggalkan taqwa, man­diri, dan cendekia yang telah jadi iden­ titas kita.


Laporan Utama

KALAM / PEWARA

Prof. Dr. ZAMZANI Lahir: Kulonprogo, 5 Mei 1955 ∫ Pendidikan: S1Pendidikan Bhs. & Sastra Indonesia IKIP Yogyakarta (1977) ∫ Pendidikan Bahasa IKIP Malang (1985) ∫ S3 Pendidikan Bahasa UNJ (1999) ∫ Karir: Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra UNY (1980-sekarang) ∫ Pembantu Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY (1999-2003) ∫ Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY (2008-2015) ∫ Ketua Senat UNY (2016-2019) KALAM / PEWARA

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 31


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Prof. SUYANTO, Ph.D.

Sosok Penumpas Kebodohan Universitas Negeri Yogyakarta tidak hanya melahirkan sosok yang mengabdi untuk almamater (UNY), tapi juga untuk bangsa dan negara. Salah satu tokohnya adalah Prof. Suyanto, Ph.D. Selain Guru Besar Ekonomi FE ini, publik pendidikan juga mengenal sosok lainnya antara lain seperti Zamroni, Djemari Mardapi, Djoko Pekik, dan Sutrisna Wibawa. Menjadi pejabat di Kementerian (Jakarta) tidaklah mudah dan penuh risiko. Namun, mereka bersyukur karena telah memberi arti penting bagi perjalanan bangsa Indonesia.

PROF. SUYANTO, PH.D. adalah mantan Rek­ tor UNY dua periode (1999-2006). Di ma­ sa Presiden SBY, Pria Kelahiran Magetan, 2 Ma­ret 1953 ini dipercaya menjadi Direktor Jen­deral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jabatan strategis ini diraih sejak 2005-2010, selanjutnya saat terjadi perubah­ an Numenklatur di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Suyanto kembali di­ amanahkan menjadi Direktur Jenderal Pen­ didikan Dasar, Kemdikbud.

orang diminta. Waktu itu Menterinya adalah Bambang Soedibyo. Awalnya saya dipanggil pak Amien Rais apakah bisa membantu pak Bambang Sudibyo, selanjutnya diproses dan terbitlah SK pengangkatan menjadi Dirjen.

Masa-masa menjadi Dirjen adalah masa-ma­ sa penuh tantangan baginya. Betapa tidak pe­ ker­jaan besar telah menantinya. Tidak hanya masih menjalankan roda UNY secara defini­ tif saat itu, namun juga harus menuntaskan wajib belajar 9 Tahun. Itu artinya, Suyan­ to, diminta untuk berantas kebodohan anak bangsa.

Kok Bisa? Gini anggaran Ditjen sangat besar dibanding­ kan dengan anggaran di UNY. Waktu itu ang­garannya sebesar 23 triliun. Saya ha­ rus pandai mengelolanya. Hati-hati tapi ha­ rus berani! Sehingga semua orang dapat ber­ ja­ lan. Padahal banyak kepentingan yang masuk, baik itu kepetingan bisnis, politik kelompok, dan macam-macam sehingga di­ butuhkan komunikasi antara maksud Men­ teri, DPR, Dirjen, Direktur, dan Pengelola Program Teknis.

Kepada tim Pewara Dinamika, Suyanto ber­ kisah mengenai perjalanannya mengata­ si persoalan-persoalan pendidikan di tan­ ah air. Melalui kebijakan-kebijakan yang mo­nu­mental, ia telah menunjukkan bahwa menumpas kebodohan adalah kerja bersama. Perang di era modern bukan lagi mengang­ kat senjata melainkan menjadi sosok yang berintegritas dan menginspirasi. Bagaimana kisah awal menjadi dirjen? Jabatan itu tidak pernah saya minta! ‘Kan wak­tu saya jadi rektor periode pertama Pak Yahya Muhaimin menjadi Menteri Pendidik­ an. Saya diajak ke Jakarta. Saya menolak ka­ rena akan mencederai senat yang telah memilih saya sebagai rektor UNY. Saat peri­ ode kedua menjadi Rektor, Jakarta (Departe­ men Pendidikan Nasional, red.) perlu Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Mene­ ngah (Mandikdasmen). Saya salah satunya 32 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Adakah tantangan Awal menjadi Dirjen? Perbedaan kultur antara kementrian dan per­guruan tinggi membutuhkan waktu un­ tuk berdaptasi, pada awalnya kena marah menteri, kena marah DPR.

Lantas, apa yang Bapak lakukan? Saya juga harus bisa mengakomodasi aspira­ si mereka sesuai dengan aturan yang berla­ ku. Dan agar semua programnya jalan, “that is leadership” itu kuncinya. Kalau tanpa strong leadership saya pikir gak akan jalan. Kebijakan apa saja yang lahir ketika Bapak menjabat menjadi Dirjen? Saya tidak menglaim itu kebijakan saya. Saya kan tentu saja menerjemahkan kebija­ kan menteri. Jadi itu adalah kebijakan Men­ teri atau Kebijakan Presiden. Tentu Menteri meminta saya untuk berdiskusi mengenai ke­ bijakan di ditjen Mandikdasmen. Sebut saja soal akses pendidikan, kualitas pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, meng­

hilangkan disparitas pendidikan antara Ja­ wa dan luar Jawa, antar kabupaten, kota dan daerah terpencil. Kebijakan apa yang menurut Bapak sangat menantang? Ya mengubah komposisi SMK dan SMA. SMK pada saat itu komposisinya 30 persen ban­ ding SMA yang 70 persen. Saya diperintah­ kan membalik supaya SMK 70 dan SMA 30. Saya lakukan! Berat karena ingin mengubah pola pikir masyarakat yang telah mengakar bahwa SMA lebih baik dari SMK. Padahal ke­ butuhan masyarakat dunia kerja membutuh­ kan lulusan SMK. Saya jalan! Meski tak bisa sekita. Tapi harus dimulai. Kami pun mem­ buat Jargon SMK Bisa! Tak heran tahun pa­ da 2005, foto saya diposter SMK Bisa terse­ bar dimana-mana. Kampanye program SMK lebih baik terus digalakkan. Tidak hanya da­ lam bentuk poster, tapi juga sosialisasi di masyarakat, sekolah, bahkan media massa! Alhamdulilah, akhirnya masyarakat itu be­ bondong-bondong sekolah ke SMK dan mulai menjadi pilihan masyarakat. Bahkan, SMK di Solo menghasilkan mobil ESEMKA. Itu pro­ gram dari ditjen Mandikdasmen. Akhirnya di tangan Pak Jokowi, sebagai Walikota So­ lo mobil ESEMKA mendapat perhatian dan rencananya akan diproduksi secara nasio­ nal walapaun sampai sekarang belum jadi ke­nyataan. Terkait Kebijakan Biaya Operasional Sekolah (BOS) Pak. Bisa dikisahkan lika-likunya? Oiya Program BOS juga sangat monumen­ tal di jaman saya. Pada tahun 2005, anggar­ an BOS baru sekitar 5 triliun dan terus me­ningkat hingga 23 triliun. Awal imple­ mentasi dana BOS saya ditegur DPR karena bagi mereka pendidikan sudah didesentrali­ sasikan. “Mengapa sampean jadi juru bayar,


Laporan Utama kata anggota DPR. Setelah kami jelaskan, al­ hamdulilah disetujui. Awal pencairan dana BOS langsung ke Kabupaten/Kota. Maksud agar lebih mudah tersalurkan ke sekolah-se­ kolah. Yang terjadi malah sebaliknya. Dana BOS macet! Tidak dicairkan ke sekolah-se­ kolah. Tak heran selama triwulan (Dana BOS cair setiap Triwulan, red.), saya mendapat informasi bahwa biaya operasional sekolah menggunakan dana pinjaman dari koperasi sekolah, iuran, dan lain-lain. Wah luar bisa itu! Geger! Saya benar-benar berpikir men­ cari jalan keluar. Setelah koordinasi dengan Kementerian Keuangan, kami pun sepakat untuk mengusulkan ke DPR supaya pen­

mengurangi. Karena program kita kalau se­ suai dengan kriteria Jerman jadi hutang ki­ ta itu akan dikurangi sebesar 2 kali investasi kita di pendidikan. Nama Program itu adalah Debt Swap. Selain Debt Swap saya juga terke­ san dengan program penuntasan wajib bela­ jar bagi anak-anak Indonesia di luar negeri, seperti di hutan Sawit Malaysia. Boleh dijelaskan apa itu Program Debt Swap? Program Debt Swap itu prinsipnya adalah pengurangan hutang melalui penyelesai­ kan program kerja. Pasca terjadinya gempa Yog­yakarta-Jateng tahun 2006, Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Federal Jer­

Pendidikan Nasional namun juga di departe­ men launnya seperti departemen kehutanan ataupun Departemen Kesehatan. Kalau terkait penuntasan wajib belajar bagi anak-anak Indonesia (TKI) di luar negeri, bisa dijelaskan? Ini sangat memprihatinkan! Anak-anak TKI di luar negeri adalah anak-anak bangsa yang miskin rasa nasionalisme. Mereka tidak ta­ hu lagu Indonesia Raya, lagu-lagu kebang­ saan lainnya.Tentu kita prihatin, tapi kita tak boleh salahkan mereka. Mereka lahir di sana, tapi sebagian dari mereka tidak di­ akui kewarganegaraannya. Sebagai contoh

JURNALINOVASIPENDIDIKAN.BLOGSPOT.CO.ID

SUYANTO bersama pengurus Jurnal Inovasi Pendidikan di hotel Empire Palace, Surabaya

cairan dana BOS dialihkan ke Provinsi untuk selanjutnya disalurkan ke sekolah-sekolah. Setelah membeberkan masalah yang terja­ di, akhirnya usul kami disetujui. Setelah ke provinsi semua lancar. Alhamudililah kalau tidak salah kebijakan ini terus berlangsung hingga saat ini. Kebijakan apalagi yang menurut Bapak monumental? Ya kebijakan ini tidak diketahui banyak orang. Saya sebagai Dirjen bisa mengurai hutang pemerintah Indonesia terhadap Jer­ man sebesar 750M. Buat pemerintah tidak begitu signifikan tapi bagi saya itu lumayan

man mengadakan kerjasama tentang rekon­ struksi dan rehabilitasi gedung sekolah aki­ bat gempa bumi dalam bentuk program Debt Swap. Sasaran program ini adalah merekon­ struksi dan rehabilitasi sekolah akibat gempa sebanyak 144 sekolah dasar/madrasah ibti­ daiyah (SD/MI) dan 26 sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) di Provinsi DIY dan 52 SD/MI serta delapan SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah. Setelah program selesai, kami pun diaudit oleh au­ ditor internasional dan dinyatakan lolos. Dengan begitu hutang Pemerintah RI kepa­ da Jerman dianggap lunas. Sebenarnya pro­ gram Debt Swap tidak hanya di Departemen

di Kinabalu Malaysia, mereka tidak bisa se­ kolah di sekolah-sekolah kebangsaan kare­ na tidak memiliki kewarganegaraan. Sela­ ma ini di kawasan penduduk hutan-hutan sawit mereka dididik oleh LSM dari Swedia bernama Humana. Mereka diajar membaca dan berhitung. Kan tidak jelas itu kuriku­ lumnya mereka tidak bisa menyanyi Indo­ nesia Raya, dia tidak tau Indonesia seperti apa. Begitu saya datang saya tes tepuk pra­ muka tidak ada yang tahu. Mulailah kita per­ kenalkan lagu-lagu kebangsaan, kurikulum­ nya, buku-bukunya kita kirim, guru sampai sekarang masih banyak di sana. Program ini kami namakan CLC (Center for Learning Com­ P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 33


Laporan Utama KALAM / PEWARA

34 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7


Laporan Utama

DOK. IKA UNY

SUYANTO melantik pengurus IKA UNY cabang Purworejo periode 2014-2018

munity), di Indonesia dikenal program SMP Terbuka. Mengapa program ini sangat penting? Karena ini soal hak paling dasar manusia. Apalagi anak bangsa berhak mengeyam pen­ didikan dasar. Di Malaysia, misalnya mereka tidak memperoleh hak-hak dasar. Pemerin­ tah Malaysia itu sebetulnya gak helpful. Yang sudah sekolah di kerajaan dikeluarkan pada­ hal itu bertentangan dengan hak universal kaum-kaum imigran harusnya dididik tapi tidak seperti itu. Anak-anak itu kan dike­ nal menurut aturan internasional dengan undocumented citizen, tidak memiliki doku­ men apa-apa. Akta kelahiran tidak punya karena mereka lahir di kebun-kebun sawit. Banyak dari anak-anak pekerja ilegal teru­ tama dari Bugis dan Flores. Sekitar 60 ribu anak-anak kalau dari fisik makmur, wajah­ nya mencorong-corong tapi kalau dari sisi nasionalisme tidak bagus. Maka dari itu ki­ ta benahi kita juga mendirikan sekolah di sa­ na SD, SMP, SMA/K. Grounbreaking sekolah Indonesia di luar negeri pas jaman saya, se­ karang sekolah tersebut sudah beroperasi. Di samping kita membantu sekolah-sekolah di luar negeri misalnya Filipina, mengenas­ kan keadaan warga kita yang di luar. Kalau di Filipina urusan pendidikan lebih baik, tapi masalahnya orang kita yang menikah dengan orang Filipina yang miskin-miskin, orang kita pun miskin. Jadi miskin ketemu miskin. Tak heran masalah kemiskinan men­ jadi masalah turun-temurun. *** Pasca menjadi Dirjen, Pak Yanto, demiki­ an disapa bukan berarti berhenti berkarya. Bah­kan, orang-orang mengatakan, lebih su­ lit ketemu Pak Yanto saat ini dari pada saat menjadi Dirjen. Benar saja, mantan Ketua Komite Reformasi Pendidikan yang membi­

dani lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasion­ al ini tidak bisa diam. Gagasannya terus di­ sumbangkan buat bangsa dan negara. Selain menulis di media massa, lini massa (med­ sos), Suyanto terus menjadi mendedikasi­ kan ilmunya untuk dunia pendidikan. Men­ jadi Tim Ahli di Kemdikbud dan narasumber dilakoninya hingga hidupnya “dari pesawat ke pesawat”. Awal Pemerintahan Jokowi-JK, ia pun dipercaya menjadi Mendikbud, Anies Baswedan menjadi Ketua Tim Evaluasi Kuri­ kulum 2013. Sebuah amanah yang problema­ tis, betapa tidak Kebijakan Kurikulum 2013 lahir di saat Suyanto menjadi Direktur Jen­ deral Pendidikan Dasar, Kemdikbud. Na­ mun, ia tahu betul kebijakan itu perlu dire­ visi demi perbaikan yang lebih paripurna. Saat Anies diganti Muhadjir Effendi, Suyan­ to dipercaya diminta sang Menteri untuk menjadi Tim Ahli kebijakan PPK, Penguatan Pendidikan Karakter. Bisa diceritakan Pak, awal Bapak menjadi Ketua Tim Evaluasi Kurikulum? Ya saya dihubungi Anies Baswedan untuk menjadi tim evaluasi kurikulum tahun 2013. Saya kisahkan ihwal dan perkembangan K13. Setelah dibentuk tim, kami rapat berkali-ka­ li. Hasilnya dikomunikasikan ke Anies dan Anies menyatakan bahwa harus di delay du­ lu sebelum mapan beneran. Dari konsep gu­ ru buku dan lainnya diperbaiki dari berbagai sisi, buku diperbaiki, guru dilatih, metode pembelajaran diperbaiki, dokumen kuriku­ lum disempurnakan dan evaluasinya. Akhir­ nya authotentic assesment diubah tidak seru­ mit pada saat awal didesain. Kalau Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)? Kebetulan sebelum kebijakan PPK dibuat, saya telah menjadi Perumus Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan

Budi Karaker. Program Penguatan Pendidi­ kan Karakter adalah lanjutan dan memiliki hubungan yang erat. Saya diminta oleh Pak Menteri untuk kembali menyempurnakan konsep pendidikan karekter di lingkungan sekolah. Program PPK ini telah dilaksanakan dan menjadi program strategis Kemdikbud. Kesibukan Bapak saat ini? Sekarang sedang menulis buku, saya sedang menulis buku tentang pendidikan karakter. Buku-buku saya yang sudah tertib dan al­ hamdulillah laris. Saya juga banyak mela­yani mahasiswa dan masyarakat. Saya kira setiap minggu harus terbang keluar ke dae­rahdaerah di Indonesia. Ada yang mengundang saya untuk seminar karena di daerah-daer­ ah masih kenal saya saat saya jadi dirjen. Pa­ da waktu saya menjadi dirjen kabid-kabid itu saya undang, sekarang mereka sudah menja­ di kepala dinas. Jadi kalau ada usulan saya ja­ di pembicara ya langsung di iyakan. Terakh­ ir saya ke Biren dan Pidi pelosok banget itu besuk lusa saya ke Jambi, saya Rabu dipanggil MPR presentasi urusan kurikulum. Kemudi­ an Kamis saya diajak group discusion sebagai narasumber asosiasi pemerintah Kabupaten se-Indonesia. Saya sudah terbang 78 kali ya lumayan sibuk. Lantas di tenggah-tengah kesibukan itu, kapan nulisnya Pak? Nulis itu kan ide aja, jadi nulis itu hobi saya sejak mahasiswa, sejak dosen muda setelah dari Amerika itu saya punya budaya menu­ lis karena inspirasi dari sana, karena tahu bagaimana cara menulis. Jadi kalau tidak menulis rasanya sakit semua. Saya mengha­ biskan 5 box kertas menulis, komputer telah rusak 3 kali untuk menulis bukan untuk game. Itulah sebabanya ketika saya jadi rek­ tor tagline saya adalah publish or parish if you not publish you will be parish.  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 35


Laporan Utama

AGUSTUS

Kado Manis Bulan Kemerdekaan “UNY masuk klaster pertama perguruan tinggi terbaik versi Kemenristekdikti. Kabar membanggakan ini sekaligus menjadi tantangan besar. Kerja keras dan cerdas terus dihela demi predikat Universitas Kelas Dunia Kependidikan”

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

B

erita baik itu tersiar tepat pada hari kemerdekaan Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti) memberi bingkisan berupa masuknya UNY ke dalam klaster pertama. Setahun sebelumnya kampus eks. IKIP itu berada di klaster kedua. Mendengar warta tersebut Sutrisna Wibawa dan segenap sivitas akademika bangga. Cita-cita Universitas Kelas Dunia semakin terpampang nyata. Menristekdikti, dalam siaran pers di Serpong, mengatakan bahwa perangkingan perguruan tinggi telah dilakukan sejak tahun 2015. Pengelompokan dan pemeringkatan demikian diorientasikan agar perguruan tinggi di Indonesia terus berbenah. Menristekdikti membagi perguruan tinggi menjadi lima klaster antara lain (a) klaster pertama (14 PT), (b) klaster kedua (78 PT), (c) klaster ketiga (691 PT), (d) klaster keempat (1.989 PT), (e) klaster kelima (290 PT). Di klaster pertama UNY menyabet peringkat ke-10 dengan nilai 2,86. Selain masuk klaster pertama, kabar segar itu juga menegaskan bahwa UNY masuk 10 besar perguruan tinggi terbaik nonpoliteknik. UNY naik empat peringkat bila dibandingkan tahun sebelumnya, yakni urutan ke-14. Mendengar berita ini Sutrisna menyampaikan bahwa pencapaian itu semata-mata atas kerja keras semua elemen sejak era IKIP. “Prestasi ini adalah hasil kerja keras yang cukup panjang dari jajaran pimpinan UNY termasuk pimpinan 36 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

DOKUMEN DOK. UNY EDUNEWS.COM

fakultas, Program Pascasarjana dan lembaga-lembaga yang ada di UNY,” ujar Sutrisna, sebagaimana dilansir koranbernas.id. Posisi UNY di klaster pertama dianggap Sutrisna sebagai tantangan sekaligus peluang. Keran tersebut memuluskan target kepemimpinan Sutrisna lima tahun mendatang: tahun 2019 unggul di ASEAN, tahun 2021 ulung di Asia, dan 2015

Posisi UNY di klaster pertama dianggap Sutrisna sebagai tantangan sekaligus peluang. Keran tersebut memuluskan targetnya lima tahun mendatang.

berjaya di konstelasi dunia sebagai universitas kependidikan unggulan. “Target ke depan mesti dijadikan pemacu dan pemicu semangat sivitas akademia agar tak kenal lelah bekerja keras dalam rangka mengembangkan dan menumbuhkan tradisi akademik,” harap Sutrisna. Kemenristekdikti mengumumkan sepuluh kampus terbaik seIndonesia: UGM, ITB, IPB, UI, ITS Surabaya, Undip Semarang, Unair Surabaya, Unibraw Malang, Unhas Makasar, dan UNY. Total perguruan tinggi yang dinilai Dikti sebanyak 3062, sedangkan vokasi atau politeknik berjumlah 188. Di bawah UNY terdapat UNS Surakarta, Universitas Andalas Padang, UPI Bandung, dan Unpad Bandung. Terdapat empat aspek yang dinilai, yaitu kemahasiswaan, penelitian, SDM, dan kelembagaan.


Laporan Utama

SEPTEMBER

Deklarasi Toleransi dari

Kampus Perjuangan “Ratusan pelajar DIY berkumpul di Taman Pancasila. Nilai Toleransi mereka kumandangkan bersama. Bupati Kulonprogo turut mengisi acara”

Ketua Panitia, Halili, menyatakan keprihatinannya atas tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut, menurut Kepala Laboratorium PKnH FIS itu, berasal dari internal maupun eksternal. Sisi internal Halili teropong lewat kekerasaan dan intoleransi antarsiswa. “Di Yogyakarta sendiri juga masih banyak, walau sudah diakui sebagai kota toleransi.” “Kegiatan angkringan kebangsaan yang hari ini kita lakukan,” tambah Halili, “merupakan bentuk respons atas situasi aktual.” Tak heran bila acara besar itu dihadiri oleh perwakilan 3-7 pelajar persekolah dari 300-an siswa-siswi SMP dan SMA di DIY. DOKUMEN UNY

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

A

ngin semilir mendingin­ kan cuaca panas di Taman Pancasila. Suasana gerah sedikit tersejukan berkat rerimbun pohon yang mengelilingi tempat nostalgik di UNY itu. Aroma nasgitel, gorengan, dan jajanan khas angkringan tercium ciamik. Suasana Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi Pelajar Toleran DIY semakin hangat pagi menjelang siang itu. Acara monumental ini diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Dies Kampus Merah tersebut bekerja sama dengan Pusat Studi Pancasila dan Konstitusi (PSPK), Aman Indonesia, Aliansi Masyarakat

REKTOR UNY SUTRISNA WIBAWA menandatangani deklarasi pelajar toleran di taman Pancasila Fakultas Ilmu Sosial UNY.

Sipil DIY untuk Keberagaman, dan SETARA Institute. Dalam sambutannya Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, mengatakan urgensi acara ini di tengah keberagaman Indonesia. Sutrisna berharap supaya deklarasi yang diselenggarkan itu bisa menjadi ajang penguatan komitmen terhadap nilai kebangsaan. “Hari-hari ini nilai kebangsaan kita sedikit terganggu. Karenanya diperlukan spirit Bhineka Tunggal Ika sebagai bagian dari jiwa bangsa Indonesia,” ungkap Sutrisna. Rektor sekaligus profesor filsafat Jawa ini menyarankan agar pembelajaran Pancasila diterapkan secara nonformal dan dialogis. Terutama mengajak siswa sekolah untuk berdiskusi lebih intens.

Beragam elemen dihadirkan sebagai DOK. TIM GARUDA UNY narasumber. Hasto Wardoyo, Bupati Kulonprogi, turut hadir memberi materi diskusi. Menyikapi tema acara, yakni Toleransi itu Pancasila, Hasto mengatakan perbedaan itu sebuah keniscayaan umat manusia. “Karena berbeda itu rahmat maka toleransi adalah sikap luhur,” tuturnya. Tanpa rasa keberagaman dan persatuan manusia, kata Hasto, suatu negara akan retak. Potret demikian banyak terjadi di banyak negara. Karenanya, bupati plus dokter itu mengharapkan toleransi dapat diwujudkan secara konkret di masyarakat. Secara kata toleransi mudah diucapkan, namun sukar dipraktikkan. Kata ini berasal dari bahasa Latin tolerantia: kesabaran, kelembutan hati, kelonggaran, dan keringanan. Dalam sejarahnya kata ini muncul manakala Revolusi Perancis mengemuka di abad ke-19. Seperti motto resmi Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, keadilan, persaudaraan). P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 37


Laporan Utama

OKTOBER

Menjadi Dewasa di Media Sosial Menurut Sultan

Raja Yogya bicara soal peran dan implikasi media sosial. UNY menjadi tuan rumah. Dampak positif dan negatif Medsos diulas kritis. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

S

uasana Ruang Sidang Utama (RSU) Rektorat UNY siang itu tampak khidmat. Raja Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwana (HB) ke10, hadir memberi seminar. Sultan duduk di samping kiri Rektor UNY, Sutrisna Wibawa. Selain rektor dan HB-IX, seminar bertajuk Tunjukan Jogjamu untuk Indonesia tanggal 4 Oktober 2017 itu disampaikan Mochtar Riady dan Pratama D. Persada. Media sosial merupakan keniscayaan abad ke-21. Sultan memaparkan secara fenomenologis dampak pesatnya perkembangan teknologi informasi. Implikasinya, menurut Sultan, “Membuat kehidupan manusia menjadi tak berjarak. Ini bisa dilihat dari berbagai aspek kehidupan.” Fenomena ujaran kebencian dan

38 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

hoaks dianggap Sultan sebagai dampak negatif yang tak bisa dihindari. “Bukan berarti media sosial harus dikambinggitamkan dan dijauhi, meski kekacuan itu terjadi karenanya,” ungkap Sultan. Pemilik nama asli B.R. Mas Herjuno Darpito ini menawarkan pandangan baru. Menurutnya, fenomena ujaran kebencian dan hoaks bisa dimanfaatkan sebagai sebuah proses

Media sosial merupakan keniscayaan abad ke-21. Sultan memaparkan secara fenomenologis dampak pesatnya perkembangan teknologi informasi.

pendewasaan. “Kesadaran ini harus dirasakan dan dialami agar bisa melangkah maju.” katanya. Sultan menganggap hoaks, bahasa buruk, dan ujaran kebencian di media sosial sangat pahit. Sekalipun tak mengenakan, Sultan memaklumi hal itu. Karena tiap orang, di era ini, bebas mengekspresikan suasana pikiran dan hatinya. Meskipun semuanya itu harus dilandasai sikap hormat dan tanggung jawab. “Tapi itulah proses pendewasaan kita sebagai bangsa,” ungkapnya. Eksklusivisme dianggap Sultan justru mengambat proses


Laporan Utama

HUMAS UNY

pendewasaan. Karenanya, menurut Sultan, “Kedewasaan tidak bisa diraih bila hanya menutup diri dan mengalamatkan media sosial sebagai sumber beragam masalah. Jadi, harus terbuka dari itu agar lebih dewasa.” Sebagai orang nomor satu di Yogyakarta Sultan berharap agar media sosial digunakan secara dewasa. “Dengan pengembangan budaya teknologi dan mengedapankan kebersamaan yang telah lama dimiliki warga Yogya, teknologi dapat dijadikan alat untuk memenuhi tantangan generasigenerasi penerus bangsa.”

PIMPINAN UNY saat audiensi dengan Sultan Yogyakarta HB X.

Pemanfaat secara maksimal dan penuh tanggung jawab dianggap Sultan sebagai kunci utama. Ia melihat potensi itu di masa depan. Terutama penyebaran informasi di media sosial dalam rangka desiminasi ilmu pengetahuan. “Ketimbang saling menyalahkan,” lanjut Sultan, “sebaiknya kita terus membuka ruang dengan mengedepankan nilai-nilai yang luhur dalam memanfaatkan teknologi.” Senada dengan Sultan, Sutrisna, memandang teknologi informasi merupakan syarat mutlak kemajuan sebuah bangsa. Rektor sekaligus

profesor filsafat Jawa itu beragumen bahwa penggunaan teknologi semestinya harus tetap dilandasi nilai-nilai Pancasila. Perspektif demikian dikuatkan Sutrisna agar setiap pengembangan teknologi harus didasarkan atas pertimbangan moral. “Pengembangan di situ harus tidak bebas nilai. Kalau mengembangkan nuklir tidak pakai moral ia bisa dijadikan bom yang berakibat buruk bagi tatanan. Nuklir yang demikian sangat berbahaya. Namun, bisa kita jadikan alat agar bermanfaat. Misalnya untuk alat kesehatan dan pembangkit listrik” tutup Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 39


Laporan Utama

NOVEMBER

Tarian Kolosal Menyelamatkan Cureng Kolaborasi tari UNY-AU menarik atensi. Lebih dari seratus penari dilibatkan dalam rangka HUT Koharmatau. Seniman dan militer saling melengkapi.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

G

emulai tarian kolaborasi itu memecah Apron Hanggar 5, Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Menceritakan perjuangan prajutit AU di masa revolusi fisik. Dengan tekun mereka memperbaiki pesawat Cureng peninggalan Jepang. Pesawat itu diketahui rusak parah. 50 penari UNY dan 70 tentara AU dilibatkan bersama. Kerja sama estetis itu saling mengisi. Ilustrasi masa perjuangan tergambar menganga. Mata penari awas manakala mengelilingi pesawat. Fokus tertuju pada satu titik: kejelian mengotakatik mesin jumbo. Gerakan ritmis para penari mengantarkan penonton pada klimaks. Pesawat akhirnya dapat diperbaiki. Mesin dinyalakan, sang saka merah putih disematkan di bagian bawah pesawat. Suasana kembali terhentak sekaligus haru. Pesawat terbang dengan kibaran bendera Indonesia. Penonton bersorak-sorai tanda bangga. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke54 Komando Pemeliharaan Materil Angkatan Udara (Koharmatau). Seremonial formal biasa dilakukan, namun tahun ini sengaja beda. Nuansa militer plus kearifan lokal disajikan serentak. Lestantun, koordinator acara, ingin AU tampil maksimal. “Karena cara kehormatan, maka kami sengaja melibatkan mahasiswa Seni Tari UNY.” Sebelum itu AU juga sering mengundang seniman muda FBS untuk manggung. Bima Satria Wardhana, koreografer

40 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

WWIIVEHICLES.COM

FBS, menyanggupi ajakan AU. Selain konsep kolaborasi, para penari sekaligus belajar. “Pengalaman inilah yang sangat

Nuansa militer plus kearifan lokal disajikan serentak. Lestantun, koordinator acara, ingin AU tampil maksimal.

berarti bagi kita,” tuturnya. Semua penari angkatan 2016. Faisal Rahman, salah seorang penari, mengatakan kalau ajakan AU menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Sebelum acara digelar Faisal dan tim mengatur jadwal latihan secara intens. Terutama koordinasti antardua pihak agar mendapatkan kesepahaman konsep. Menurut Faisal, keberhasilan sebuah pementasan ditentukan oleh intensitas latihan dan komunikasi. Sebanyak empat kali latihan dilakukan penari. “Penari dibagi


Laporan Utama menjadi tiga tim, yaitu prajurit, awan, dan basir surya, ujarnya. Empat kali latihan dilakukan di masing-masing kelompok dan bersama tentara AU. Pendopo Tedjokusumo dan Aprok Skatek menjadi tempat latihan mereka. KSAU Marsekal TNI, Hadi Tjahjanto,

didatangkan dua orang teknisi dari Pangkalan Udara Andir Bandung menuju ke Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta,” tulis Tanto, seperti dilansir jogjatribunnews.com. Dua orang itu diketahui bernama Tjarmadi dan Basir Surya. Setelah

teruskan adalah semangat angkatan udara.”Basil Collier dalam bukunya berjudul Japanese Aircraft of World War II (1979) mengidentifikasi pesawat Cureng. Menurut Basil, nama lain Cureng adalah Yokosuka K5Y. Pesawat ini dibuat biplane (bersayap ganda).

ISTIMEWA

hadir. Secara simbolis ia membuka selubung pesawat Cureng yang telah melegenda itu. Pesawat buatan Jepang ini hanya ada satu di dunia. Secara teknis , pada 1945, pesawat cureng tak mampu terbang. “Atas perintah Suryadi Suryadama,

CURENG ALIAS YOKOSUKA K5Y, pesawat tempur Jepang zaman Perang Dunia II.

diperbaiki tanggal 26 Oktober, pesawat itu diterbangkan sehari setelahnya pada 1945. Pilotnya adalah Agustinus Adisutjipto. Menurut Marsekal Hadi, pesawat Cureng sekadar contoh sejarah. “Yang paling penting dan akan kita

Formasi tempat duduknya hanya dua. Sekutu Jepang menyebutnya Willow. Kaigun, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, menggunakan Yokosuka K5Y tatkala Perang Dunia II meletus. Karena catnya merah ia dijuluki capung merah atau akatombo.  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 41


Laporan Utama

DESEMBER

Diaspora Akademik Hardika di Hongkong Dika membawa harapan baru bagi dunia TIK di Indonesia. Alumnus FT itu kini sedang berjuang di tingkat master. Hongkong menjadi pilihannya untuk studi.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

Dika dinyatakan tak diterima. Namun, setelah sekian minggu bergulir, kantor internasional mengontaknya.

D

i antara ribuan cendekiawan muda pagi itu terlihat kontras senyuman merekah Dika. Pemilik nama asli Hardika Dwi Hermawan, alumnus Pendidikan Teknik Informatika, FT, UNY, angkatan 2011, itu resmi menjadi mahasiswa Pascasarjana University of Hongkong (HKU).

Warta bagus disampaikan pihak kampus: Dika diterima dengan prasyarat kelengkapan berkas. “Setelah melalui proses pengurusan visa, administrasi kampus, dan lain sebagainya, pada Agustus 2017 saya resmi menjadi mahasiswa HKU.” Dari beberapa mahasiswa Indonesia di Hongkong Dika merupakan satusatunya penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). “Saya juga satu-satunya mahasiswa Indonesia S-2 di sana. Yang lain, semuanya, adalah mahasiswa S-1.

Mengenakan dasi plus almamater serba hijau membuat pria asal Purbalingga ini tampak elegan. Setahun mendatang ia akan menjalani studi di Jurusan Information Technology in Education (MITE). Dika bangga bisa belajar di kampus ternama peringkat empat dunia. HKU masuk ke dalam jajaran kampus top setara Harvard University, Oxford University, dan Standford University. Berdasarkan Times Higher Education (THE) HKU dinyatakan universitas jempolan di Asia. Sedangkan di posisi dunia HKU menempati peringkat 26 kampus terbaik. Predikat demikian semakin mendorong Dika untuk berpacu secara akademik dengan para pelajar mumpuni lain. Sebelum diterima HKU Dika telah mengantongi Letter of Acceptance (Loa) dari perguruan tinggi Eropa, Australia, dan Asia seperti University of Brimingham (UK), Glasgow University (UK), Adelaide University (Australia), Monash University (Australia), dan Mahidol University (Thailand). “Namun setelah berbagai pertimbangan, saya pun mantap memilih HKU untuk melanjutkan pendidikan saya,” ujarnya. Pilihan 42 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

DOKUMEN FT UNY

ini telah ditimbang matang oleh Dika dengan pelbagai konsekuensi logis yang menyertainya. Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan salah satu pertimbangan Dika. Menurutnya, hasil PISA tahun 2016 menempatkan Hongkong menyabet posisi lima besar selain Singapura, Jepang, Korea, dan Taiwan. “Finlandia turun menjadi peringkat 6 dan hal ini menggambarkan bahwa kiblat pendidikan telah beralih ke negara-negara di Asia,” ungkapnya. Potret tersebut menggeser pandangan superioritas Barat yang kini beralih ke Timur. Selama proses pencarian kampus Dika acap dirundung perasaan ketarketir. Ia mengisahkan perjalanannya sebelum diterima di HKU. Mulanya

HARDIKA DWI HERMAWAN, alumnus Pendidikan Teknik Informatika, FT, UNY, angkatan 2011, saat wisuda.

” Kenyataan tersebut justru mendorong Dika untuk terus menimba ilmu secara total. Relasi dan tantangan baru cenderung mencambuk Dika menuju kebernilaian perjuangan. Hongkong adalah kawasan metropolitan baru bila disandingkan dengan Tiongkok yang telah eksis beribu-ribu tahun. “Di samping itu,” menurut Dika, “HKU memiliki nonlocal students yang lebih dari 55% dan seluruh fakultas menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.” Belajar di HKU, bagi Dika, merupakan salah satu kesempatan terbaik yang tak bisa dilewatkan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kapabilitasnya di bidang pendidikan teknik informatika. Hongkong serupa kawah candradimuka. Gemblengan di sana diharapkan Dika dalam rangka mempersiapkan diri untuk berontribusi buat Indonesia di masa depan. Motivasi demikian menandakan daya teropong futuristik Dika. Karena betapapun TIK akan terus menjadi induk ilmu zaman milenial!


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

ARIF / HUMAS UNY

GALANG DANA PEDULI JOGJA, REKTOR NJATHIL Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd bermain jathilan keliling UNY dalam rangka penggalangan dana bencana di DIY. Tidak sendi­ rian, didampingi oleh Dr. Kus­ warsantyo, M.Hum yang le­bih dikenal sebagai doktor jathilan serta mahasiswa prodi Pendidik­ an Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Kegiatan tersebut ber­ langsung pada Jumat 8 Desem­

ber 2017 di Kampus UNY Ka­ rangmalang.

gan tujuan menghibur sekaligus menggalang dana kemanusiaan.

Kuswarsantyo menjelaskan bah­ wa konsep kegiatan ini ada­ lah njathil barangan yang artinya bermain keliling seperti pertun­ jukan jathilan jaman dulu. “Kelil­ ing dari rumah ke rumah dalam rangka mencari dana” kata Kus­ warsantyo. Rombongan berkelil­ ing kampus mencari dana untuk sumbangan bencana di DIY den­

Direncanakan kegiatan njathil ini akan diagendakan rutin tiap akh­ ir tahun untuk berbagai tujuan, diantaranya amal. Menurut Rek­ tor UNY kegiatan ini juga untuk apresiasi seni sehingga kampus tidak kering aktivitas. “Sehing­ ga kampus juga berisi aktivitas seni, olahraga, akademik dan non akademik” kata Sutrisna Wibawa.

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

Rombongan jathilan UNY berke­ liling kampus mulai dari halaman rektorat dan berakhir di pendo­ po Fakultas Bahasa dan Seni. Se­ lama perjalanan mahasiswa prodi Pendidikan Seni Tari menge­ darkan tambir minta sumban­ gan donatur untuk korban ben­ cana. Hingga akhir pertunjukan terkumpul dana Rp. 4.037.500,yang akan disumbangkan untuk meringankan beban para korban bencana di DIY. DEDY

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 43


Berita

ARIF / HUMAS UNY

PROGRAM PROFESI INSINYUR UNY RESMI DIBUKA Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Sutrisna Wibawa, meresmikan Pembukaan Program Studi Program Profesi Insinyur (Prodi PPI) yang akan menjadi bagian dari Fakultas Teknik. Pada kesempatan tersebut hadir Ketua Tim Ahli Keinsinyuran Kemenristekdikti, Djoko Santoso, dan Direktur Eksekutif PII (Persatuan Insinyur Indonesia) Rudianto Handojo. Lebih lanjut Rektor UNY menuturkan bahwa tujuan penyelenggaraan profesi insinyur adalah untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja profesional dalam mendukung pembangunan nasional. Kesiapan tenaga kerja professional tersebut bagian dari upaya mempersiapkan dan mengantisipasi tantangan globalisasi tenaga kerja di wilayah Asia Tenggara, Asia Pasifik dan dunia. Idealnya, Prodi PPI dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja Insinyur Indonesia yang mandiri, bertanggung jawab serta memiliki etika profesi serta kualifikasi yang sesuai standar sertifikasi. “Mulai hari ini kami siap menerima mahasiswa baru

44 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

pada tahun ajaran 2017/2018, baik melalui jalur reguler maupun jalur Rekognisi Pembelajaran Lampu (RPL). Harapan kami Program Profesi Insinyur UNY mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya dalam penyiapan Insinyur profesional untuk mendukung pembangunan bangsa ini,” jelas Sutrisna. Sementara itu, Dekan FT UNY, Widarto, dalam laporannya mengemukakan bahwa UNY menjadi salah satu perguruan tinggi yang dipercaya Kemenristekdikti untuk menyelenggarakan program profesi insinyur. Total ada 40 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Terdiri dari 26 perguruan tinggi negeri dan 14 perguruan tinggi swasta. Mandat ini merupakan kelanjutan dari UU Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran.

“Rasa syukur dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Program Profesi Insiyur ini resmi dibuka hari ini. Tentu seluruh tim PPI UNY telah bekerja keras menyiapkan kurikulum dan segala perangkat pembelajaran lainnya,” ujar Widarto. Kami juga telah menjalin kerjasama dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk support bidang akademik serta Kementerian PUPR dan industri terkait lainnya sebagai tempat praktik keinsinyuran. “Di DIY ini, kami merupakan yang perta­ma kali membuka program profesi insinyur walaupun sebe­ narnya ada tiga univeristas lain di Yogyakarta yang juga mendapat mandat serupa”. “Walaupun baru kita launching hari ini,. hingga saat ini PSPPI FT UNY telah memiliki 22 mahasiswa yang merupakan dari internal UNY dan dua orang dari luar UNY”. HRYO


Berita

MAHASISWA UNY AJAK PEDULI PANTAI

INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DOKUMEN FE UNY

Kebudayaan bukan hanya soal seni pertunjukan. tetapi segala hal yang mampu menjaga kelestarian alam semesta. Dalam kebudayaan Jawa, ada konsep Tri Hita Karana. Konsep ini mengharuskan manusia menjaga keharmonisan antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan sesamanya. Akhir-akhir ini, kita dikejutkan dengan fenomena alam yang meresahkan. Tak bisa disangkal, hal ini juga disebabkan sebagiannya karena ulah manusia sendiri. Demikian disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Untung Waluyo, dalam acara “Bersih-Bersih Pantai“ di Pantai Glagah Kulonprogo, Minggu (03/12) lalu. Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa D3 Sekretari “Society of Secretary” (SOS) Fakultas Ekonomi (FE) UNY. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari praktik mata kuliah Event Organizer yang diampu Rr. Chusnu Syarifa Diah Kusuma. Dalam sambutannya, Chusnu mengungkapkan acara ini merupakan acara kelas sekaligus sosial. “Semoga berguna bagi masyarakat. Selain itu, semoga menambah softskill para mahasiswa. Ini bekal yang penting bagi mahasiswa, bagaimana membuat proposal yang menarik, lobbying, negosiasi, dan lain-lain,” ujar Chusnu.

Belum adanya keterpa­ duan mengajar antara guru reguler dan guru pendidikan khusus sehingga menyebabkan pelak­sanaan pembe­la­ jaran anak berkebutuh­ an khusus dan anak pada umumnya cenderung berbeda adalah permasa­ lahan yang kerap ditemui dalam pengelolaan seko­ lah inklusi di Indonesia. Peran utama guru pendidi­ kan khusus adalah mendesain kurikulum dan pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua siswa, sehingga semua siswa dapat berperan aktif da­ lam proses pembelajaran. De­ mikian pernyataan Assoc. Prof. David Evans dari University of Sydney dalam acara Studi­ um General dengan tema “In­

yang fleksibel, pemberian instruksi khusus untuk ABK dan kolaborasi antara guru pendidikan khusus dengan guru reguler. Hadir sebagai pembicara kedua dalam studium general tersebut adalah Prof. Edi Purwanta, M.Pd, Guru Besar Jurusan PLB, dengan judul “Inovasi Pengembangan Karir ABK.” Menurutnya, karier merupakan pekerjaan yang ditekuni dan dikembangkan untuk mencapai kemandirian dan kepuasan. Kemandirian meliputi kemampuan mengurus diri sendiri dan mengelola dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemandirian pada anak berkebutuhan khusus

Ketua Pengelola Pantai Glagah, Badri, memberikan apresiasinya terhadap kepedulian kampus. “Ini menjadi inspirasi bagi anggota paguyuban dalam menjaga kebersihan dan keindahan pantai,” terang Badri. Diikuti oleh lebih dari 80 mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi serta masyarakat setempat, para peserta membersihkan kotorankotoran dan sampah di sejumlah tempat di Pantai Glagah. Dalam acara yang didukung oleh Kementerian Agama DIY, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pariwisata Kulonprogo, dan Dinas Kebudayaan Kulonprogo ini, para peserta dihadapkan tantangan pantai yang baru saja terkena siklon Cempaka sepekan sebelumnya. Hal ini tampak dari bangkai pohon dan tanaman yang memenuhi garis pantai dan sejumlah kios pedagang yang tergenang air dari laguna. Para peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan berlomba untuk mengumpulkan sampah terbanyak. Dalam membersihkan pantai, rombongan juga dibantu oleh Paguyuban Warga Terdampak Bandara Pantai Selatan (Patra Pansel). Acara juga diramaikan oleh seni pertunjukan Jathilan oleh Sanggar Seni Tanjungsari serta bazaar dari para pihak pendukung acara. FADHLI

ARIF / HUMAS UNY

ovasi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus” (27/10). Lebih lanjut, David menerangkan bahwa upaya yang dapat dilakukan guru untuk mensukseskan pembelajaran yaitu dengan menerapkan pembelajaran evidence based practices, tujuan pembelajaran

tergantung pada jenis disabilitas dan beratringannya disabilitas. Bimbingan karier dibutuhkan untuk menemukan kekuatan diri dengan peluang pekerjaan yang sesuai sehingga memperoleh kepuasan dan kemandirian. Penentuan karier diawali dengan asesmen yang terdiri dari asesmen akademik dan asesmen karier. ANI/ANT P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 45


Berita

REFLEKSI KEPAHLAWANAN LAFRAN PANE Lafran Pane yang lahir di Tipirok Tapanuli Selatan adalah salah satu bagian dari pemuda perintis kemerdekaan yang bermarkas di Menteng 31 jakarta. Lafran Pane juga ikut

dalam gerakan kepemudaan di ibukota. Lafran pane juga berkiprah pada bidang akademik dengan menjadi pengajar di

bahwa pemilihan umum juga bisa dilakukan secara langsung padahal saat itu pemilihan presiden melalui MPR. “Dan hal tersebut terjadi dalam era reformasi” kata Akbar Tanjung. Pancasila sebagai ideologi yang dinamis dan mampu mengakomodasi pendapat dari berbagai aliran masyarakat menunjukkan bahwa Pancasila

pada Sudharmono, SH, Wakil Presiden RI Periode 1988-1993. Hal tersebut disetujui Presiden Soeharto untuk mengangkat Lafran Pane sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung). Netralitas Lafran Pane juga teruji dengan ditolaknya tawaran untuk bergabung pada partai politik. Inilah yang dipertahankan Lafran Pane dalam menjaga komitmen HMI sebagai organisasi netral dengan komitmen ke-Islaman dan keIndonesiaan. Atas dasar inilah Akbar Tanjung tetap memantau usulan pahlawan nasional pada Lafran Pane, yang akhirnya disetujui Presiden Joko Widodo pada tahun 2017. Akbar Tanjung berharap agar diskusi ini dapat

PTS di DIY, Pengurus KAHMI, HMI, aktivis mahasiswa dan pemerhati pendidikan. Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa, M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa Prof. Drs. Lafran Pane merupakan sosok yang sederhana dan komit pada lembaga. “Dialog ini merupakan refleksi kepedulian UN pada Lafran Pane” ungkau Sutrisna Wibawa. Rektor juga mengajak civitas akademika UNY mensyukuri bersama atas gelar pahlawan nasional pada Guru Besar UNY Prof. Drs. Lafran Pane. Menurut Ketua panitia dialog nasional Dr. Nasiwan tujuan kegiatan ini adalah mensyukuri anugerah gelar kepahlawanan nasional yang diberikan pada

ARIF / HUMAS UNY

kampus-kampus di Yogyakarta berbasis IKIP. Kemampuan akademisnya telah teruji termasuk pandangannya tentang ketatanegaraan, konstitusi dan Pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa beliau mempunyai visi yang jauh terhadap pembangunan kehidupan kebangsaan. Demikian dikatakan Dr. Ir. Akbar Tanjung dalam dialog nasional bertema ‘Refleksi Kepahlawanan Prof. Lafran Pane’. Diungkapkan Akbar Tanjung bahwa salah satu pemikiran Lafran Pane yang futuristis adalah UUD 1945 bisa diamandemen pada sistem presidensiil. Bahkan Lafran Pane juga menyebutkan

salah satu dosen UNY atas darma bhaktinya pada bangsa, negara dan agama. “Lewat forum ini kita ingin menggali lebih lanjut keteladanan Prof. Drs. Lafran Pane, dengan harapan nilai keteladanan tersebut dapat menginspirasi kemajuan UNY” kata Nasiwan. merupakan ideologi yang terbuka, juga merupakan salah satu pemikiran Lafran Pane. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI periode 1988-1993 tersebut mengisahkan bahwa usulan gelar kepahlawanan bagi Lafran Pane telah disampaikan

46 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

melahirkan berbagai testimoni yang memperkuat Lafran Pane sebagai tokoh pahlawan nasional. Dialog nasional yang dihelat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY pada Rabu 13 Desember 2017 ini diikuti oleh 300 orang dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Rektor PTN/

Dialog juga menampilkan se­ jumlah pembicara seperti Prof. Dr. Mahfud MD, M.H. Guru Besar Tata Negara UII, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI Prof. Dr. Sjafri Sairin, M.A, Guru Besar Antropologi UGM dan Drs. Ikram Pawiroputro, M.Pd Dosen Kewarganegaraan UNY. DEDY


Berita

SELEKSI CPNS DOSEN UNY CBT (Computer Based Test) di Puskom UNY, dilanjutkan tes wawancara dan tes keterampilan mengajar di fakultas masingmasing”. Ada 18 bidang yang dibuka formasi dosen di semua fakultas dilingkungan UNY, yaitu: 1) Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 2) Filsafat, 3) Manajemen, 4) Teknik Elektro, 5) Olahraga, 6) Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 7) Ilmu Sastra, 8) Pendidikan Luar Biasa, 9) Ilmu Sejarah, 10) Penciptaan dan Pengkajian Seni, 11) Teknologi Pendidikan, 12) Manajemen dan Kebijakan Publik, 13) Pendidikan Biologi, 14) Manajemen Pendidikan, 15) Statistik, 16) Akuntansi, 17) Teknik Industri, 18) Teknik Informatika. ARIF / HUMAS UNY

Sebanyak 62 peserta mengikuti seleksi CPNS Dosen UNY be­ lum lama ini. Wakil Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta, Prof.

Dr. Edi Purwanta, M.Pd. mengatakan dalam sambutannya “Hari ini dilaksanakan seleksi meliputi Tes Kompetensi Bidang dengan metode

Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor UNY, Wakil Rektor I, II, III dan IV, kepala Biro Umum Perencanaan dan Keuangan, Kepala Biro Akademik Kemahasiswaan dan Informasi, dan serta beberapa pimpinan fakultas serta lembaga di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta. ARIF

GATOT KACA RAJAH: PAGELARAN SENI PPG SM-3T Kekayaan seni dan budaya di Indonesia sangatlah beragam dan banyak variasinya. Bahkan di era saat ini, negara-negara asing mulai menikmati dan ikut dalam pelestarian budaya kita. Hal ini terbukti

dengan adanya warga negara di luar Indonesia yang ikut belajar kesenian dan budaya bangsa ini. Misalnya berlatih menari dan memainkan gamelan sebagai salah satu wujud kecintaan mereka akan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Lalu apakah kita sebagai warga negara asli Indonesia hanya terdiam saja?. Jawabnya pasti tidak, inilah yang dilakukan oleh mahasiswa FIP PPG SM-3T Universitas Negeri Yogyakarta pada senin, 27 November 2017 dengan mengadakan pagelaran seni yang bertemakan “Gatot Kaca Rajah” bertempat di auditorium UNY.

Komitmen dalam melestarikan seni dan budaya tanah air sangat diperlukan kaum muda

saat ini, seiring perkembangan dunia tekhnologi kita dimanjakan oleh canggihnya smartphone yang dimiliki, tapi terkadang kita asik dengan hal tersebut dan meninggalkan keindahan warisan budaya kita sendiri. Mahasiswa PPG SM-3T FIP UNY bekerjasama dengan seluruh civitas akademik UNY mencoba mengubah pola pemikiran anak muda saat ini yang terkesan mengangap seni dan budaya hanya untuk orang tua, sedangkan pemuda hanya sebagai penontonnya. Pagelaran seni kali ini melibatkan mahasiswa kurang lebih 200 orang, disaksikan oleh penonton yang sangat luar biasa. Kurang lebih 700 orang datang menyaksikan pagelaran seni dan budaya yang diakan di Auditorium UNY. Tamu undangan yang hadir meliputi pimpinan kampus pusat UNY, pimpinan kampus wates UNY, budayawan, mahasiswa UNY dan warga masyarakat yang berdatangan dari daerah

Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta. Isna, salah satu panitia, menyebutkan kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta serta memiliki akan seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesa. Selain itu sebagai ajang untuk pembuktian bahwa pemuda Indonesia harus ikut andil dalam terwujudnya keberagaman seni dan budaya bangsa sendiri. “ Pergelaran seni budaya sebagai wadah kreatifitas mahasiswa PPG SM-3T UNY untuk melestarikan seni budaya Indonesia. Selain itu memperkenalakan dan menyadarkan ke masyarakat secara umum akan pentingnya seni budaya sebagai jati diri bangsa” jelas Isna Wakil Rektor II, Edi Purwanta, yang hadir mewakili Rektor UNY menyatakan bahwa kita harus merasa bangga dengan warisan seni dan budaya

yang dimiliki oleh bangsa kita sendiri. “Bagaimana kita bisa dikatakan merdeka, kalau warganya tidak mau menjaga dan melestarikan warisan seni dan budaya bangsa sendiri. Pemuda saat ini harus mempunyai inovasi dan kreatifitas dalam pelestarian seni budaya yang ada di Indonesia. Dengan seni dan budaya kita buktikan pada negara lain bahwa Indonesia mempunyai warisan budaya yang sangat luar biasa” sambung Edi Purwanta. Pergelaran ini juga mendapat sambutan antusia dari penonton. Harapanya, pergelaran ini tidak hanya berhenti sampai di sini saja, harus ada yang meneruskan untuk kegiatan seperti ini selanjutnya. “Saya merasa cukup puas dan bangga akan pergelaran ini, karena sebagai seorang pemuda memang perlu kita belajar akan warisan seni dan budaya bangsa kita sendiri” ungkap Tedi seusai acara pagelaran seni. SIDIQ P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 47


Berita

SOSIALISASI WORLD UNIVERSITY RANKING

DOKUM FT UNY

MAHASISWA FT UNY JUARA I LKTI NASIONAL

DOKUMEN HUMAS UNY

Universitas Negeri Yogyakarta mendapatkan kehormatan menerima Mandy Mok. Chief Executive Officer atau pim­ pinan QS ASIA cabang Singapura. Pada kesempatan tersebut Mandy Mok memberikan pemahaman tentang indikator QS World University Ranking atau WUR sebagai upaya internasionalisasi UNY. Kegiatan ini dihadiri ioleh Wakil Raktor II dan Wakil Rektir IV dan diikuti oleh Pimpinan Fakultas/prodi di lingkungan UNY. Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya UNY mempersiapkan diri mengikuti perankingan QS yang akan diinisiasi di tahun 2018. QS World University Rankings adalah publikasi tahunan rangking universitas oleh Quacquarelli Symonds (QS). Mandy memberikan informasi tentang kriteria penilaian yang dilakukan oleh QS dalam menentukan rangking. Kriteria yang dimaksud: (1) Reputasi Akademik, (2) Reputasi Pemakai Tenaga Kerja, (3) Perbandingan Mahasiswa Dosen, (4) Jumlah Kutipan Dosen, dan (5) Jumlah Mahasiswa Internasional. Dari lima kriteria tersebut, menurut Mandy yang paling penting adalah Reputasi Akademik, dengan faktor Reputasi berperan hampir 40 persen dalam menentukan World University Ranking. Mandy juga berpesan agar Strategi Reputasi ini didukung oleh pembentukan merk dan pemasaran. UNY harus berupaya secara maksimal dalam membentuk merk dagang yang berafiliasi dengan pendidikan. Beliau juga memberikan contoh yang sudah mapan, seperti universitas-universitas di Malaysia yang mulai melalukan ekspansi pemasaran di media-media internasional dan juga maskapai penerbangan. Diharapkan setelah adanya sosialisasi ini seluruh sivitas akademika dapat turut andil dalam mewujudkan visi UNY untuk menjadi universitas kependidikan kelas dunia. ANDRE 48 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Prestasi gemilang kem­ bali ditorehkan oleh ma­ hasiswa UNY di ajang lomba tingkat nasion­ al. Kali ini, yang berhasil menorehkan prestasi adalah Indra Dwi Suryono dan Rizal Justian Setiawan dari FT UNY. Hebatnya lagi, dua mahasiswa tersebut berhasil meraih Juara I dalam rentang dua bulan berturut-turut, Oktober dan November 2017. Yang pertama, Indra dan Rizal, menjadi juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarkan oleh Universitas Gajah Mada (20-22/10/2017). Dalam lomba karya tulis ilmiah di UGM, kedua mahasiswa Fakultas Teknik tersebut membawakan karya dengan judul “Penggunaan IoT FISH RADAR Berbasis Android Mobile pada Perahu Nelayan sebagai Pengembangan Alat Tangkap Ramah Lingkungan Pengganti Bom Ikan dan Sianida Dalam Optimalisasi Tangkapan Nelayan Tradisional di Pantai Trisik Kulon Progo”. Kegiatan yang bertajuk mengintegralkan ilmu akademik dan pengabdian masyarakat ini, berhasil menjaring 7 finalis LKTI Nasional dari 211 Pendaftar. Ke-7 Finalis dipertemukan di kampus UGM yang untuk melakukan presentasi.

Pemenang kedua dari LKTI UGM ini diraih tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan juara ketiga diraih dari Universitas Muslim Indonesia Selanjutnya, kedua mahasiswa tersebut juga berprestasi di Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia (08-10/11/2017). Pada kesempatan ini, Indra dan Rizal meraih Juara 1 pada kategori “Best Inspiration”. Kategori ini dipilih sebuah inovasi yang benar-benar mampu memberikan dampak terhadap masyarakat. “Kami menyajikan karya yang berjudul “Mesin Pengatur kadar Oksigen berbasis energi Angin, Pasang Surut Air Laut dan Tenaga Surya sebagai sarana untuk perawatan tambak udang di wilayah Pantai Baru, Kabupaten Bantul”. Lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa LSF ini menjaring 15 finalis dari total 108 pendaftar untuk mempresentasikan karyanya di Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia. “Alhamdulillah, walaupun terkendala waktu pembuatan alat yang mepet, kami mampu memberikan yang terbaik,” aku mereka.“ INDRA


Berita

DOKUMEN HUMAS UNY

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BANK BPD DIY Universitas Negeri Yogyakarta menerima bantuan kendaraan operasional dari Bank BPD DIY berupa satu unit ambulance yang diserahkan oleh Direktur Utama Bank BPD DIY Bambang Setiawan di Ruang Sidang Senat UNY, Rabu 13 Desember 2017. Selain itu Bank BPD juga menyerahkan bantuan beasiswa pada mahasiswa UNY yang berprestasi namun dari keluarga

kurang mampu. Bantuan diserahkan secara simbolis dan diterima oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd disaksikan sejumlah pejabat dari kedua belah pihak. Bantuan kendaraan dan beasiswa ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BPD DIY. Dalam sambutannya Bambang Setiawan mengatakan bahwa

kemitraan antara BPD DIY dengan UNY telah terjalin lama. “Terimakasih untuk kepercayaan pengelolaan keuangan pada bank BPD” kata Bambang Setiawan. Kedepannya kemitraan ini akan ditingkatkan, dengan apresiasi berupa pemberangkatan umroh bagi tendik, dosen atau mahassiwa berprestasi.

atau kegiatan lapangan lain. “Beasiswa yang diberikan sangat membantu kembangkan pendidikan di UNY” ungkap Rektor. Diinformasikan juga bahwa kedepan UNY akan mengembangkan Kampus UNY Wates dan perlu untuk bekerjasama dengan BPD Cabang Wates.

Bank BPD juga berkomitmen akan terus meningkatkan pelayanan perbankan dengan inovasi produk terbaru. Sutrisna Wibawa menyambut baik program CSR Bank BPD tersebut dan berharap agar bantuan kendaraan tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan di UNY seperti penerimaan mahasiswa baru, upacara

Beasiswa yang diberikan oleh Bank BPD DIY diberikan pada Anna Pandu Pramana dari prodi PJKR FIK, Nurul Rahayu prodi manajemen FE dan Luqman Hasari prodi PKN FIS dengan jumlah total 42 juta Rupiah. Usai acara serah terima Rektor dan Dirut Bank BPD meninjau dan memeriksa kelengkapan kendaraan ambulance. DEDY P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 49


Amri Yahya PERUPA BATIK DUNIA 50 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

MAESTROTBY.BLOGSPOT.CO.ID


SOSOK PERUPA

Dosen Kampus Ungu, Amri Yahya, tak sekadar dikenal di Yogya, tapi juga dunia. Lebih satu dekade ia meninggal, namun karya-karyanya masih dinikmati khalayak. Oleh RONY K. PRATAMA

F

uad Hassan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985-1993), menulis secarik surat kepada Amri Yahya. Isinya puitis tanda kagum seorang seorang menteri kepada seniman. Fuad menulisnya pada tahun 1976 manakala Amri, pelukis plus guru besar UNY, menggelar pameran di Mesir. Dengan tulisan latin Fuad menulis, “Terlihat jelas dari lukisanlukisanmu, bahwa kamu adalah anak sungai dan gunung, anak matahari dan bulan, anak tanaman dan rumput. Kamu menyambut hidup dari muara Sungai Musi— dan kini bahkan dari lembah Sungai Nil, orang-orang adalah saksi hidup dari karya-karyamu yang hidup.” Amri lahir lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 29 September 1939. Sejak kecil telah memiliki bakat melukis. Demi mengasah kemampuannya itu ia ke Yogyakarta. Tahun 1961-163

Amri belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan IKIP Negeri Yogyakarta lulus tahun 1971. Tahun 1980 pernah memperdalam pengetahuannya di The Hague Holland. Di negeri kincir angin itu Amri menyabet sertifikat keramik dinding. Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, sastrawan dan guru besar UNY, turut mengajukan Amri agar memperoleh doktor honoris causa. Semula perjuangannya dipandang sebelah mata. Banyak anggota senat menyangsikan kelayakan Amri. Namun, Suminto tak gentar meyakinkan mereka akan kontribusi Amri di jagat kesenian visual, baik di nasional maupun internasional.

Amri Yahya, tegas Suminto, menemukan batik sebagai media seni rupa modern.

“Amri Yahya,” tegas Suminto di rapat senat, sebagaimana ditulis Febi Puspita dalam Kilas Balik Tiga Dekan FBS: Meniti Kebijaksanaan Sang Pemimpin Fakultas (19922015), “menemukan batik sebagai media seni rupa modern. Sebagai bukti, silakan bapak dan ibu anggota senat membuka lukisan Lele Hitam Putih 1977. Karya itu menjadi karya seni rupa modern, bukang fungsional.” Setelah diskusi alot, anggota senat akhirnya mencapai mufakat. Selain sebagai dosen FBS, sejak tahun 1977, Amri tergabung sebagai anggota kehormatan International Association of Art (IAA) UNESCO, Paris. Kota-kota besar di dunia telah ia sambangi, baik dalam rangka pameran maupun konferensi internasional. Bersama dua rekan lain, pada tahun 1990, A.D. Pirous dan Joop Ave, dan A. Sadali, Amri memprakarsai Festival Istiqlal berikut berdirinya Museum AlQur'an di Jakarta. Enam tahun berikutnya ia ditunjuk pemerintah untuk mewakili Indonesia dalam P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 51


SOSOK PERUPA

Konferensi Seni Budaya Islam di Hosfsra University, New York. Menjadi pelukis, bagi Amri, adalah kecelakaan yang menguntungkan. “Ketika muda dulu, sebenarnya Amri ingin menjadi seorang penyair, tapi urung karena dia cukup realistis, bahwa jarang ada penyair yang hidup layak,” seperti dilansir kopikeliling.com. Karena pertimbangan ekonomi itu ia bercita-cita menjadi tentara. Namun, pilihan itu tak mendapat restu orang tua. Akhirnya, setelah berpikir matang, Amri menjatuhkan pilihan di dunia seni rupa karena alasan jauh dari praktik korupsi. Selama perjalanan kariernya sebagai seniman Amri acap diundang mengisi lokakarya. Tak sekadar modal presentasi verbal, Amri sering membawa peralatan membatik dan melukis. Kuas, 52 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

papan lukis, kompor kecil, lilin, canting, dan peralatan lain Amri bawa sebagai instrumen inti pelatihan. “Di sela-sela pameran dan ceramah yang dihadirinya, tak jarang dirinya mendemonstrasikan keahliannya dalam membatik.” Batik dan Amri laksana dua sisi mata uang. Sebelum

Perjalanan karier Amri pasangsurut. Tahun 2004 galerinya dilahap si jago merah. Banyak karyanya tak terselamatkan. Musibah itu mencambuk Amri hingga terjatuh sakit.

batik menjamur di kalangan masyarakatan lintas lapisan sosial, pada era 60-70-an, Amri telah banyak menciptakan lukisan batik beragam corak. “Amri melakukan itu sebagai strategi positioning di jagat seni rupa sebagai pelukis batik kontemporer,” sebagaimana dikutip jogjaupdate.com. Perjalanan karier Amri pasangsurut. Tahun 2004 galerinya dilahap si jago merah. Banyak karyanya tak terselamatkan. Musibah itu mencambuk Amri hingga terjatuh sakit. Sebelum menghembuskan napas terakhir ia berpesan kepada anak-anaknya untuk mendirikan kembali Galeri Amri Yahya. “Kami bertekad akan menruskan citacita bapak," kata Adwi Prasetya Y., putra kedua Amri Yahya. Amri wafat di usia 65 tahun tapi karyakaryanya abadi.


» Opini

Memerangi (Situs) Pernikahan Sirri Oleh SUMARSIH Staf peneliti Alwi Research and Consulting. Aktif menulis di media cetak lokal dan nasional.

B

eberapa waktu lalu publik dibuat geger dengan munculnya situs ni­ kah sirri (www.nikahsirri.com) yang dirancang oleh CEO Uberjek Trans Indonesia, Aris Wahyudi (AW). Pasal­ nya, situs yang mempunyai tagline “Meng­ ubah Zina Menjadi Ibadah” itu nyata-nya­ ta menyodorkan gagasan yang mencederai norma dan etika kehidupan sebagai bangsa yang beradab. Gagasan “lelang perawan” mis­ alnya, jelas merupakan gagasan yang melen­ ceng jauh dari norma dan etika kehidupan bangsa ini karena tidak sama sekali menghar­ gai seorang perempuan. Setali tiga uang de­ ngan tujuan didirikannya situs tersebut, fak­ tanya nikah sirri (rahasia) itu sendiri saat ini telah mulai diperangi oleh banyak ka­lang­an, terutama kalangan aktivis perempu­an. Dua alasan utama yang kerap dikemukakan yai­ tu bahwa nikah sirri banyak menimbulkan kerugian bagi pihak perempuan dan tidak sama sekali dianjurkan dalam ajaran agama (Islam). Jamak disadari, pernikahan secara sirri memang tidak dicatat secara resmi di Kantor Urusan Agama (KUA). Akibatnya, jika terja­ di persoalan terkait kondisi pernikahannya, pihak-pihak yang terlibat tidak bisa melaku­ kan upaya hukum karena peristiwa hukum pernikahannya sejak awal tidak dicatatkan dalam catatan negara melalui KUA. Pada ti­ tik ini, pihak perempuan biasanya menjadi pihak yang banyak dirugikan. Sebab, jika per­ nikahannya berakhir, tidak ada pijakan hu­ kum yang bisa digunakan pihak perem­puan untuk menuntut hak-haknya dari mantan su­ aminya tersebut. Pun dari sisi agama, terdapat banyak ru­

jukan yang menegaskan bahwa Islam sama sekali tidak menganjurkan dilakukannya pernikahan secara sirri. Semisal dari Ha­dist Riwayat (HR) Ahmad dan Tirmidzi, Rasulull­ ah bersabda, “Umumkanlah pernikahan, se­ lenggarakanlah di masjid dan juga bunyikan­ lah tetabuhan”. Demikian halnya dari HR Ibu Hibban dan Thabrani, Rasulullah bersabda, “Rahasiakanlah khitbah (lamaran) umum­ kanlah pernikahan”. Bahkan, di masa kepem­ impinan Khalifah Umar bin Khaththab, khu­ lafaurrasyidin ke-2 itu menegaskan akan merajam orang-orang yang diketahuinya melakukan pernikahan sirri. Jadi, sangat jelas bahwa Islam tidak sama sekali menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan sirri. Masih Diminati Meski demikian, berkaca dari kasus situs nikahsirri.com, nikah sirri nyatanya masih diminati oleh sebagian masyarakat di negeri ini. Mengutip pernyataan Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Adi Deriyan Jayamarta, hanya berselang li­ ma hari sejak diluncurkan pada 19 Septem­ ber 2017, situs nikahsirri.com langsung mam­ pu menyedot perhatian sebanyak 5.300 orang untuk menjadi klien dan 300 orang lainnya menjadi mitra. Lebih jauh, Kombes Adi men­ jelaskan bahwa klien adalah orang yang meng­gunakan situs tersebut untuk memilih atau mencari pasangan. Sementara mitra, adalah orang yang mendaftarkan diri untuk menjadi suami atau istri sirri, penghulu, mau­ pun saksi. Dalam konteks itu, tidak mustahil akan lebih banyak lagi masyarakat yang bisa ter­ jerumus menjadi “korban”, baik sebagai klien

maupun mitra apabila aparat penegak hukum tidak bergerak cepat mengambil tindakan te­ gas menangkap pemilik situs nikahsi­rri.com tersebut. Perspektif korban bagi klien kare­ na klien dimungkinkan bisa terjerat dengan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) jika sudah melakukan transaksi den­ gan pemilik situs. Sementara perspektif ko­ rban bagi mitra, karena mitra (terutama perempuan) menjadi sangat mungkin tidak terpenuhi hak-haknya dimudian hari kare­ na pernikahannya tidak tercatat di KUA se­ bagaimana mandat dari UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Untuk meminimalisir potensi terjadi­ nya nikah sirri sekaligus munculnya kem­ bali situs-situs serupa, merevisi UU Perkaw­ inan, terutama terkait pasal 2 ayat (2) penting untuk dilakukan. Bunyi ayat tersebut yaitu, “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut per­ aturan perundang-undangan yang berla­ ku”. Dalam konteks itu, norma pasal 2 ayat (2) tersebut harus dipertegas dengan mewa­ jibkan kepada setiap orang yang melakukan perkawinan (pernikahan) untuk mencatat­ kan perkawinannya menurut peraturan pe­ rundang-undangan yang berlaku. Pun, kewa­ jiban tersebut dapat disertai dengan sanksi tertentu agar efektivitas norma hukumnya menjadi lebih ditaati oleh setiap pelaku per­ kawinan. Tidak “Melangkahi” Agama Pada titik ini yang perlu digarisbawahi yaitu, bahwa menyertakan kewajiban mela­ kukan pencatatan perkawinan maupun mem­berikan sanksi bagi yang tidak melaku­ kan pencatatan sesuai UU, tidak sama seka­ li melangkahi kedudukan agama dalam hal pernikahan. Sebab, sebagaimana yang dise­ butkan dalam pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan, pernikahan yang dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan masing-masing itu adalah sah. Artinya, jelas bahwa negara men­ gakui terjadinya pernikahan yang dilakukan berdasarkan atas hukum agama dan keper­ cayaannya masing-masing. Namun demikian, harus disadari bahwa pernikahan yang sah tidak serta merta men­ jadi pernikahan yang legal. Karena, pernika­ han yang legal sudah tentu peristiwa hukum­ nya perlu dicatatkan dalam catatan negara melalui KUA. Maka, mempertegas norma pasal 2 ayat (2) dengan menyertakan kewajib­ an untuk melakukan pencatatan pernikahan sesuai UU, kecuali mempertegas kedudukan negara dalam hal pernikahan, juga memper­ tegas kedudukan (baca: legalitas) pernikah­ an itu sendiri. Artinya, pernikahan menjadi tidak hanya sah dimata agama (Pasal 2 ayat 1), tetapi juga menjadi sah atau legal di ma­ ta negara. Karena itu, pemerintah dan DPR sebagai pihak yang berwenang untuk melakukan re­ visi terhadap UU, seyogianya segera merea­ lisasikan revisi terhadap UU Perkawinan, ter­ utama terkait perlunya kewajiban bagi pihak yang melakukan pernikahan untuk melaku­ kan pencatatan secara resmi.  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 53


» Opini

4

Masalah Guru Indonesia Oleh HENRI SAPUTRO Guru dan anggota PGRI dengan nomor pokok anggota 1206002946, alumnus FIP UNY

P

ermasalahan guru di Indonesia sea­ kan tidak pernah habis. Dalam pera­ yaan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) li­ ma tahun silam, Ketua Umum PGRI Sulistiyo mengungkapkan, ada empat permasalahan besar terkait keberadaan Guru yang tengah dihadapi di Indonesia. Pendidikan guru yang tidak memadai, sistem rekrutmen dan distri­ busi, pembinaan karir, hingga masalah kese­ jahteraan. (Dikutip dari Kompas edisi 26 No­ vember 2012). Sulistiyo meninggal dunia hampir dua ta­ hun yang lalu. Namun, apa yang diungkap­ kannya seakan masih relevan dengan kondisi guru Indonesia hari ini. Masalah pertama guru adalah pendidi­ kan guru yang jauh dari memadai. Kondisi ini berdampak pada kualitas dan kompeten­ si guru. Dapat kita bayangkan apa dampak­ nya terhadap lulusan yang yang dihasilkan jika siswa dididik oleh guru yang kompeten­ sinya kurang. Kualitas guru menjadi salah sa­ tu sentral dalam sebuah proses pendidikan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam pro­ gram sustainable development goals (SDG) un­ tuk periode 2015-2030 menyatakan, “Proses pendidikan harus didukung oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi”. Kualitas guru Indonesia yang berada dibawah rata-rata setidaknya terungkap da­ lam hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) ta­ hun 2015. Hanya teradapat 192 guru yang memperoleh nilai di atas 90 dari 1,6 juta gu­ ru yang mengikuti UKG. Sementara, kemam­ puan rata-rata pedagogik berdasarkan data tersebut adalah 56,69%. Ada banyak kemungkinan yang menjadi 54 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

faktor penyebab kondisi itu. Salah satunya, kredibilitas perguruan tinggi pencetak guru atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidi­ kan (LPTK). Persoalannya adalah, untuk men­ jadi mahasiswa LPTK tidak ada persyaratan khusus. Proses seleksi sama dengan perguru­ an tinggi negeri (PTN) dan perguruan ting­ gi swasta (PTS) pada umumnya. Kondisi ini yang “memberi peluang” para peminat prof­ esi guru bukanlah siswa siswa terbaik di se­ kolahnya. Di sisi lain, harus diakui, ditengah masyarakat kita, profesi guru bukanlah pro­ fesi bergengsi dan favorit. Meskipun pemer­ intah penghargaan berupa tunjangan profe­ si, namun nampaknya itu belum cukup. Oleh masyarakat, nilai sosial profesi guru masih dibawah profesi mapan yang lain. Masalah kedua adalah sistem pengangka­ tan guru yang tidak berdasar kebutuhan. Ber­ bicara mengenai rekrutmen guru PNS, tentu terkait dengan otonomi daerah. Penyelengga­ raan otonomi daerah (Otda) menyebabkan distribusi guru tidak merata, karena dae­rah

yang kekurangan guru tidak bisa meminta guru dari daerah yang kelebihan guru dan begitu sebaliknya. Jumlah guru di seluruh Indonesia pada 2005 mencapai 2,3 juta jiwa. Sampai dengan November 2010, jumlah tersebut meningkat menjadi 2,8 juta jiwa.Tahun 2015, jumlah gu­ ru di Indonesia sebanyak 3 juta orang. Dari data tersebut ada peningkatan guru sebanyak 823 persen dari tahun 1999/2000. Sementara pada rentang tahun yang sama, selama 10 ta­ hun, peningkatan jumlah peserta didik hanya 17 persen. Dari data tersebut bisa kita ketahui bahwa angka kenaikan guru rasionya sangat tinggi. Namun tidak sebanding dengan rasio kenaikan jumlah peserta didik. Sebaran guru yang tidak imbang teruta­ ma terjadi di wilayah perkotaan dan pedes­ aan. Sebanyak 68 persen sekolah di perkotaan kelebihan guru. Namun, pada saat yang sama, sebanyak 66 persen sekolah di daerah terpen­ cil justru kekurangan guru. (Dikutip dari Ja­ wa Pos edisi 27 April 2016). Terkait distribusi guru, pemerintah SBY sejatinya sudah merumuskan kebijakan un­ tuk mengatasi hal ini, yakni dengan meredis­ tribusikan guru-guru di suatu daerah yang kelebihan jumlah guru-gurunya ke suatu daerah yang dinilai kekurangan guru. Ke­ bijakan itu ditandai dengan terbitnya Su­ rat Keputusan Bersama yang ditandatanga­ ni Juni 2010 silam oleh 4 menteri, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pen­ dayagunaan Aparatur Negara dan Refor­ masi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama. Namun hingga tujuh ta­ hun berjalan, kebijakan itu nampaknya be­ lum menjawab persoalan. UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dan UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan ke­ uangan antara pusat dan daerah masih men­ jadi rujukan terkuat bahwa bahwa otonomi pendidikan (pengelolaan guru) sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. Masalah ketiga adalah pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan. Mengacu pada Permendikbud Nomor 16 Tahun 2007, seorang guru profe­ sional harus memiliki empat kompetensi, yai­ tu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Untuk itu, standard kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina. Tunjangan pro­ fesi atau sertifikasi yang digagas oleh peme­ rintah tidak hanya bertujuan meningkatkan

Jumlah guru di seluruh Indonesia pada 2005 mencapai 2,3 juta jiwa. Sampai dengan November 2010, jumlah tersebut meningkat menjadi 2,8 juta jiwa.Tahun 2015, jumlah guru di Indonesia sebanyak 3 juta orang. Dari data tersebut ada peningkatan guru sebanyak 823 persen dari tahun 1999/2000.


NEBULA.WSIMG.COM

kesejahteraan guru. Tujuan utama sertifikasi sejatinya adalah menyasar peningkatan kom­ petensi dan mutu guru. Namun tujuan utama itu justru tidak tercapai. Fakta itu terutama tergambar dari ba­ nyaknya guru yang telah lulus Pendidikan Profesi Guru namun justru malah menurun kompetensinya. Mari sekali lagi menilik has­ il UKG dimana ada sebuah fakta menarik: Menurunnya hasil UKG secara tajam sesudah usia 41 tahun (data UKG 2015). Nampaknya bi­ sa menjadi sedikit indikator bahwa seorang guru mulai mencapai titik jenuh, baik dalam kinerja maupun semangat belajarnya ketika memasuki usia 40 tahun. Variabel lain dari masalah pengembang­ an kompetensi dan karir guru yang tidak ber­ jalan sesuai tujuan, menurut Sulistiyo, ada­ lah banyak guru yang perlakuan karirnya bermasalah sebagai bentuk hukuman yang ia terima akibat tak mendukung kebijakan atau pemimpin daerah terpilih. Kondisi ini bertalian dengan persoalan sebelumnya, yak­ ni era otonomi daerah. Kepala daerah mem­ punyai wewenang dan kuasa untuk melaku­ kan punishment apapun kepada guru jika ia dinilai membangkang. Sebagai contoh, kita bisa menunjuk kasus yang terjadi pada 2015, antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjaha­

ja Purnama dengan Kepala Sekolah SMA 3 Ja­ karta Retno Listyarti. Masalah terakhir adalah hak guru yang tidak diterima sesuai waktu yang ditentukan. Tidak hanya masalah tunjangan profesi sa­ ja, namun juga gaji guru honorer dan guru tidak tetap. UU guru dan dosen Pasal 14 ayat (1) huruf a, tertera jelas guru berhak mem­ peroleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial. Persoalan gaji bisa jadi adalah persoa­ lan paling sensitif. Sebab, tidak hanya tidak ha­nya berpengaruh terhadap kinerja, na­ mun juga berdampak pada keberadaan seo­ rang guru sebagai individu dalam komuni­ tas sosialnya. Kecuali PNS, gaji rata-rata yang diberikan oleh sekolah swasta maupun neg­ eri saat ini dibawah dari standardisasi Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK). Khusus untuk kesejahteraan guru hono­ rer SD, SMP, dan SMA, DPR sudah mengusul­ kan kepada pemerintah untuk menaikkan porsi gaji guru honorer di dalam komponen dana bantuan operasioanl sekolah (BOS) hing­ ga 30 persen. Pagu anggaran untuk guru ho­ norer saat ini hanya mencapai maksimal 15 persen dari dana BOS. Sementara untuk kesejahteraan guru ho­norer PAUD, Presiden Joko Widodo su­

dah melakukan terobosan dengan menerbit­ kan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karak­ ter yang didalamnya mengatur tentang ang­ garan bagi guru PAUD. Perpres ini bisa men­ jadi payung hukum bagi pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengalokasikan dana bagi guru PAUD. Kita tunggu dan berharap, semoga ada kebijakan Presiden Jokowi yang serupa bagi guru hon­ orer lain selain guru PAUD. Keempat permasalahan itu perlu men­ dapat perhatian dan kajian lebih mendalam. Pendidikan berkualitas adalah dambaan ki­ ta semua. Dalam mencapainya, guru sebagai pemangku pendidikan harus seimbang dan terpenuhi hak dan kewajibannya. Harapan agar Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan menang dalam persaingan di level in­ ternasional hanya akan tercipta jika bangsa ini memiliki sumber daya yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas hanya bisa di­ hasilkan oleh pendidikan yang berkualitas. Sebagai salah satu organisasi profesi Gu­ru, PGRI harus mampu menjadi pelopor dan teladan dalam mengembangkan jiwa, se­ mangat dan nilai-nilai otonomi melalui kin­ erja organisasi, selain juga menyuarakan as­ pirasi guru.  P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 55


» Opini

Memaknai Kepahlawanan Lafran Pane Oleh HALILI Dosen PKnH FIS UNY dan Peneliti Senior SETARA Institute Jakarta

S

ebagaimana jamak diketahui, Indone­ sia menambah pengakuan kepahla­ wanan terhadap tokoh dari DI Yogya­ karta. Melalui Surat Keputusan Pre­­siden RI No. 115/TK/Tahun 2017 tentang Pe­ng­anugerahan Gelar Pahlawan Nasional, tertanggal 6 November 2017, negara membe­ rikan anugerah Gelar Pahlawan Nasional ba­ gi Almarhum Prof. Drs. H. Lafran Pane. Sebagai tambahan informasi, ada 3 (ti­ ga)­tokoh lainnya yang memperoleh anuger­ ah­Gelar Pahlawan Nasional. Ketiga tokoh itu adalah; Almarhum TGKH Muhammad Zai­­nuddin Abdul Madjid, dari Provinsi Nu­ sa Tenggara Barat; Almarhumah Laksamana Ma­la­hayati dari Provinsi DI Aceh; dan Almar­ hum Sultan Mahmud Riayat Syah dari Provin­ si Kepualauan Riau. Reaktualisasi Gagasan Lafran Bagaimana memaknai kepahlawanan La­ fran Pane? Belum banyak narasi di ruang pu­ blik untuk mendiskusikan isu ini. Menurut saya, ada beberapa agenda yang perlu dilaku­ kan berkenaan dengan momentum rekognisi pemerintah tersebut. Pertama, reaktualisasi gagasan-gagasan Lafran. Warisan pemikiran Lafran (mestinya) dapat dilacak di banyak kampus di DIY. Barangkali belum banyak yang tahu, La­ fran Pane adalah Guru Besar Ketatanegaran di Jurusan Civics Hukum (kini Pendidikan Ke­ warganegaraan dan Hukum) IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) se­ kaligus Guru Besar pertama di kampus pen­ cetak pendidik dan tenaga kependidikan itu.

56 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

Dalam catatan beberapa penulis, terutama Agussalim Sitompul (1976), Hariqo Wibawa Satria (2011), dan M Alfan Alfian (2013), beliau adalah Sarjana Ilmu Politik pertama alumni Akademi Ilmu Politik (kini Fakultas Ilmu So­ sial dan Ilmu Politik) Universitas Gadjah Ma­ da, dan oleh karena itu merupakan salah satu dari generasi pertama ilmuwan politik di In­ donesia. Sebelumnya, Lafran menimba ilmu di Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia Yogyakarta) yang disa­nalah beliau mendirikan Himpunan Mahasiswa Is­ lam (HMI). Sebagai dosen, adik Sanusi Pane dan Ar­ mijn Pane ini juga tercatat pernah mengajar di Akademi Tabligh Muhammadiyah (kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Mu­ hammadiyah Yogyakarta). Selain itu juga per­ nah mengampu mata kuliah di Institut Aga­ ma Islam Negeri (sekarang Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Latar dan pengabdian Lafran pada ban­ yak kampus di Yogyakarta tersebut merupa­ kan rekognisi otentik atas pemikiran beliau. Maka perlu reaktualisasi gagasan-gagasan Lafran melalui berbagai forum dan publika­ si ilmiah lanjutan untuk merespons, mena­ jamkan, atau mendialektikan pemikiran be­ liau. Karya-karya beliau yang belum banyak ditemukan dalam publikasi buku-buku teks perkuliahan atau buku-buku popular per­ lu dimassifikasi agar generasi “jaman now” mengambil hikmah terdalam bahwa berkhid­ mat pada gerakan-gerakan sosial dan akade­ mik berbasis kampus merupakan salah satu pilihan hidup yang luhur dan membangga­

kan serta mampu melahirkan pemikiran-pe­ mikiran otentik mengenai kehidupan ber­ bangsa dan bernegara. Sebagaimana disampaikan Mahfud MD da­lam Diskusi Nasional Refleksi Kepahlawan­ an Lafran Pane di Universitas Negeri Yogya­ karta pada 13 Desember lalu, banyak pe­­mi­kiran Lafran di bidang politik dan keta­ ta­ne­garaan yang melampaui zamannya, teru­ tama mengenai amandemen UUD 1945, MPR bukan lembaga tertinggi negara, dan pemi­ lihan presiden secara langsung. Lafran juga menegaskan enam asas yang jika diubah akan mengubah Indonesia dari bangunan otentik yang dibayangkan oleh para pendirinya. Yai­ tu, Pancasila sebagai dasar dan falsah nega­ ra, tujuan negara, asas negara hukum, asas negara demokrasi, bentuk negara kesatuan, dan bentuk pemerintahan republik. Tidak sedikit pemikiran beliau lainnya yang sudah dikutip dalam segelintir tulisan yang dapat diakses publik. Namun dalam keyakinan penulis, begitu banyak pemikiran beliau lainnya yang masih harus dieksplora­ si dan dipublikasikan. Di negara dimana bu­ daya sadar arsip itu buruk seperti Indone­ sia, hal itu tentu butuh kerja keras. Namun, keberhasilan eksplorasi gagasan-gagasan po­li­tik dan ketatanegaraan Lafran kemudi­ an reaktualisasinya akan memberikan arah alternatif untuk pembangunan politik dan ketatanegaraan Indonesia kontemporer. Di samping itu, keberhasilan agenda tersebut akan semakin menegaskan kontribusi Yog­ yakarta sebagai kota pela­jar, kota budaya, dan kota pendidikan bagi Indonesia. Keislaman dan Keindonesiaan Kedua, reproduksi spirit hibrida antara keislaman dan keindonesiaan di Yogyakar­ ta. Ketika Lafran mendirikan HMI, itu dis­ engaja sebagai dedikasi intelektual Muslim untuk memperkokoh keindonesiaan. Hari ini, tidak sulit untuk menemukan organisa­ si keagamaan yang dibentuk untuk mende­ legitimasi kendonesiaan kita. Ini momen­ tum yang tepat untuk semakin menegaskan teladan dalam hibridasi (menggabungkan keunggulan nilai-nilai keislaman dan kein­ donesiaan untuk saling menguatkan kedu­ anya) di DIY yang muasal kontemporernya adalah Mataram Islam ini. Sebagaimana jamak diberitakan dan didiskusikan di ruang-ruang publik, dalam lima tahun terakhir wacana dan situasi tole­ ran­si dalam bingkai kebhinnekaan dalam li­ ma tahun terakhir sedang berada dalam soro­ tan serius. Hal itu ditandai antara lain dengan tingginya angka intoleransi dan pelangga­ ran terhadap hak-hak konstitusional warga untuk beragama dan berkeyakinan secara merdeka. Dalam rilis hasil penelitian oleh beberapa lembaga riset seperti Wahid Insti­ tute (kini Wahid Foundation) dan SETARA In­ stitute, persoalan toleransi di DI Yogyakarta dalam lima tahun terakhir sangat mempri­ hatinkan. Hal itu mengindikasikan terjadinya pe­ mu­daran spirit kebhinnekaan khas Indone­ sia dalam wacana dan praktik keberagamaan


ALIBABA / KUMPAR.COM

di Yogyakarta ini. Dalam konteks itu, spirit Lafran menjadi semakin urgen untuk dire­ massifikasi. Ketiga, diseminasi dan sosialisasi nilainilai utama dalam diri Lafran. Kesederha­ naan, kedisiplinan, respek, toleransi, totalitas belajar dan pengabdian, dan nilai-nilai utama lain dalam diri pria kelahiran Padang Sidem­ puan Tapanuli Selatan ini perlu diangkat dan disebarkan secara lebih luas sebagai teladan kehidupan di Kota Pendidikan ini, terutama untuk para pemuda, baik asli Jogja maupun dari daerah lain seantero Indonesia. Sosok Lafran yang nilai-nilai utama ke­ pribadiannya multidimensional itu sangat layak untuk direfleksikan dan direplikasi di kalangan generasi kekinian masyarakat ter­ pelajar. Yogyakarta sebagai kawah candra­ dimuka kepemimpinan nasional merupakan tempat yang terbukti sangat baik untuk me­

numbuhkan karakter luhur seorang Lafran di masa lalu—sebagaimana juga pahlawan-pahl­ awan nasional dari Yogyakarta lainnya. Nilainilai utama dalam kepribadian Lafran—serta tokoh-tokoh pahlawan lainnya—perlu direp­ likasi, didesiminasi, dan disosialisasikan se­ bagai role model dalam pembelajaran pada tri pusat pendidikan (baca: lembaga pendidikan resmi, masyarakat, dan keluarga) di Kota Pen­ didikan dan Miniatur Indonesia ini. Jalan Lafran Pane Keempat, penguatan simbol-simbol ke­ pah­lawanan Lafran. Di era digital yang pe­ nuh dengan festivalisasi dan kontes simbol, simbolisasi kepahlawanan Lafran merupa­ kan hal penting. Dalam konteks itu, penulis mengusulkan agar Jalan Kolombo dari per­ tigaan Kolombo hingga Perempatan Sagan diubah menjadi Jalan Lafran Pane. Univer­

Nilai-nilai utama dalam kepribadian Lafran—serta tokoh-tokoh pahlawan lainnya—perlu direplikasi, didesiminasi, dan disosialisasikan sebagai role model dalam pembelajaran pada tri pusat pendidikan (baca: lembaga pendidikan resmi, masyarakat, dan keluarga) di Kota Pendidikan dan Miniatur Indonesia ini.

sitas Negeri Yogyakarta untuk hal ini harus mengambil prakarsa untuk mengusulkan pe­ rubahan nama jalan tersebut. Penamaan jalan tersebut di satu sisi me­ rupakan rekognisi dan apresiasi terhadap kepahlawanan sang tokoh. Namun di sisi lain—dan ini yang lebih penting—jalan La­ fran Pane adalah tetenger bahwa banyak hal harus kita pelajari dari tokoh-tokoh terda­ hulu, terutama yang tumbuh dan ‘menjadi’ (being and becoming) di Yogyakarta ini. Ke­ beradaan nama di jalan merupakan penan­ da harian bahwa sebagai pemilik hari ini, ge­nerasi zaman ini diingatkan untuk selalu belajar mengenai kebaikan dari tokoh-tokoh yang menandai jalan itu dan melipatganda­ kan usaha untuk berbuat dan menghasilkan kebaikan lain yang lebih besar dan banyak. Sebagai catatan akhir, kepahlawanan Lafran pada dasarnya bukanlah anugerah khusus pada diri beliau dan/atau keluar­ ga dan keturunannya. Seandainya Lafran masih sugeng bersama kita hari ini, beliau pasti menolak gelar pahlawan itu dan berb­ agai rekognisi formal lainnya berkaitan dengan jasa-jasa beliau. Kepahlawanan La­ fran lebih merupakan anugerah kepada kita semua generasi hari ini untuk memaknai ber­ bagai dimensi dari diri dan kehidupan seo­ rang Lafran yang kemudian mendorong ban­ yak kalangan, dan utamanya negara, untuk menggelarinya sebagai seorang ‘Pahlawan Nasional’. Kegagalan kita mengibrahi diri dan kehidupan Lafran sejatinya akan mem­ buat kepahlawanan beliau hanya di level ase­ sori, bukan esensi dan substansi. P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 57


Resensi

KISAH HARUBIRU SEORANG PENGOCEH

N

ovel pertama Danang Pamungkas ini sangat muan modern milik Jaquest Derrida maupun Pierre kental dengan nuansa kehidupan mahasis­ Bourdiue. Judul Buku: Kisah Harubiru Sang Pengoceh ∫ Penulis: wa. Gambaran kehidupan mahasiswa ban­ Dari awal, Mayong sudah menampakkan di­ Danang Pamungkas ∫ Penerbit: yak diulas mulai dari suasana kelas perkuli­ rinya sebagai pemuda yang bergolak, tak puas de­ Pataba Press, Agustus 2017 ∫ ahan, diskusi-diskusi intelektual, aksi-aksi ngan lingkungan dan terus menuntut. Kurang ada Tebal: 184 halaman reaksioner, ritme hidup sebagai seorang ma­ pendalaman dan pengendapan karakteristik pada hasiswa, serta pahitnya hidup di daerah ran­ tokoh utama membuat saya menafsirkan sendiri, tauan. Cerita dalam novel ini juga diwarnai dengan kisah bagaimana tokoh utama ini. Namun yang pasti, Mayong adalah percintaan yang “genit” dan “melankolis”. pemuda sebagaimana pemuda pada umumnya, yang penuh kela­ Danang menyajikan tokoh sentral bernama Mayong. bilan. Itu dibuktikan pada halaman 26, “Keresahan berpikir ser­ Alur hidup Mayong ini diceritakan dengan cukup sederhana: apa ta kenginan menggebu-gebu layaknya gejolak seorang anak mu­ adanya. Kisahnya yang sederhana ditabrakkan dengan berbagai da mencari jati dirinya. Anak muda yang sedang bingung dengan persoalan yang tak sesuai dengan pandangan ideal seorang ma­ keadaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.” Dengan per­ hasiswa. Persoalan pendidikan yang tak merata, masalah kemi­ nyataannya tersebut, membuat maklum pembaca untuk menikma­ skinan, ketidakadilan, dan berbagai hal opresif yang ada dalam ti alur pemikiran Mayong. ruang keakraban sehari-hari kita. Ya, soal penilaian terhadap tokoh, itu urusan Danang seorang. Danang juga menyajikan gambaran mengenai kekhasan ideolo­ Soesilo Toer berpendapat, seiring berjalannya waktu dan semakin gi perlawanan, siasat, dan taktik a la mahasiswa dalam menyikapi dewasanya si tokoh utama (dan tentu juga penulisnya) pasti akan persoalan kampus. Contohnya saja, ketika Mayong mencalonkan semakin objektif apa yang pernah ia kemukakan dan ia nilai. Se­ diri sebagai Ketua Badan Eksekutif Maha­ perti kata-kata Mayong sendiri, di­ siswa (BEM), tapi gagal karena kurang­ alektika hidup akan terus hadir nya dukungan. Atau, bagaimana ke­ dengan segala konsekuensinya. giatan aktivis kampus yang sering Jujur, saya adalah penikmat berdemonstrasi dan mengikuti dis­ cerita yang otentik dan orisin­ ku­si-diskusi intelektual. il seperti ini. Sebuah cerita yang Membaca buku dengan tebal menarasikan seorang tokoh atau 184 halaman tersebut, saya sejalan malah penulisnya sendiri yang dengan Soesilo Toer dalam kata pe­ kebanyakan tak mempunyai ce­ ngantarnya, Danang Pamungkas rita besar, bukan siapa-siapa, tak adalah pembaca buku yang tekun. berarti apa-apa kalaupun tak di­ Ba­nyak buku mengenai pendidikan tuliskan, dan beralur kehidupan dan perlawanan yang telah ia lahap. yang hampir sama dengan setiap Ada banyak tokoh besar beserta siti­ orang. Tak dapat dipungkiri, ma­ ran kata-kata yang dituliskan da­ nusia tertarik dengan cerita ma­ lam buku ini. Dari Plato hingga Tan nusia lainnya, entah siapa manu­ Malaka. Paling banyak ialah sitiran sia itu. pemikiran Pramoedya Ananta Toer Novel yang berisi kegalauan dan tentu saja Karl Marx dengan te­ Danang pada tiap-tiap semester ori kelas yang, secara lugas Danang sebagai mahasiswa ini sayang­ sisipkan dalam beberapa paragraf nya kurang bisa dieksplorasi le­ dengan istilah: kelas penindas dan bih jauh. Padahal, segmen novel kelas proletar, si kaya dan si miskin. ini sangat cocok dibaca untuk ka­ Namun, banyak sitiran kata dari lang­ an remaja. Kehadiran novel banyak tokoh yang terlalu dipaksa­ Kisah Harubiru Sang Pengoceh kan –atau bisa jadi terlalu mudah dapat menginspirasi semangat disitir tanpa dianalisis dahulu. Itu per­ jua­ ngan generasi muda, pa­ ditunjukkan ketika pemaparan da mahasiswa untuk bersung­ mengenai tokoh Pak Hasan yang guh-sungguh menjadi agen pengu­ menjadi dosen Manyong. Awalnya, bah untuk kehidupan yang lebih ia sangat bangga sekali dengan Pak baik, sebagaimana label mereka. Hasan yang sering mengkritisi pola Ke­ha­­diran novel ini pula dapat pendidikan saat ini yang tak sesuai menghadirkan kembali kisah ro­ dengan gagasan Ki Hadjar Dewan­ man­tik mahasiswa, masa di mana tara dengan pendidikan humanisnya kehidupan kampus bukan berisi pe­ ataupun gagasan Paulo Freire dengan pendidikan pembebasan­ karangan, melainkan penentangan. Masa nya. Belum tuntas dijabarkan gagasan-gagasan tersebut dan apa di mana kehidupan kuliah bukan diisi oleh kedatangan, melainkan kaitannya dengan Pak Hasan, tiba-tiba saja ada dekontruksi keil­ kehadiran sebuah mimpi. ARCI ARFRIAN R.

58 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2017


Bina Rohani

“TERNAK TERI”

Tamsil Keluarga Ideal

A

pa yang dimaksud keluarga ideal? Sodoran umpan dari narasumber tunggal Romo Gregorius Kriswanto, Pr. ini menjadi teras dialog bertema hukum perkawinan Katolik. Batasan keluarga ideal dipagari oleh unsur yang bernama bahagia. Asalkan ba­ hagia terengkuh, keluarga tersebut berlabel ideal. Padahal bahagia se­ kadar permainan rasa. Rasa yang diutak-atik dengan campuran emosi. Keluarga ideal bisa jadi keluarga yang penuh bumbu harta yang kecukupan, sta­ tus sosial yang mentereng, profesi yang bonafide, usaha yang lancar, atau ciri fisik macho-gagah, feminin-keibuan, atau paras

Oleh ANTON SUPARYANTA Esais dan editor in chief di penerbit PT Intan Pariwara

al itu berkisar pada arti sangat sesuai de­ ngan yang dicita-citakan atau diangan-an­ gankan atau dikehendaki. Tidak sedikit umat beriman yang be­ lum memahami betul tentang “bagaimana” perayaan pernikahan atau embrio berkelu­ arga itu harus dipersiapkan sebaik mung­ kin. Bahkan, “bagaimana” masalah-masa­ lah akan saling berbenturan muncul dalam hidup berkeluarga kudu lekas diatasi. Romo Gregorius Kriswanto, Pr. mem­ promosikan bahwa keluarga ideal secara

MORMONNEWSROOM.ORG

ganteng-cantik-anak-anak cerdas, atau... bejibun kriteria terus diusung. Akan teta­ pi, bukan seperti itu yang dikategorikan keluarga ideal. Bagaimana ukuran ideal itu? Bagaima­ na jika menyontek keluarga Kudus Na­ saret? Lagi-lagi Romo Kris menampik. “Kok Anda tahu kalau keluarga Kudus Nasaret itu ideal dan bahagia?” Lantas, apa yang menjadi cermin ideal dan bahagia itu? Melalui buku 90 Tanya Jawab tentang Perkawinan secara Katolik (Kanisius, 2012), sang empunya buku Romo Gregorius Kris­ wanto, PR tak tanggung-tang­ gung lagi memaparkan syarat untuk meraih kategori keluarga ideal. Dengan batasan bahwa ide­

Katolik harus diawali dengan pondasi yang jelas dan kukuh. Promosi ini menjadi ga­ ransi untuk memperoleh kebahagiaan ta­ di. Pernikahan atau perkawinan kudu di­ per­siapkan penuh segenap jiwa dan raga, kelengkapan berkas administrasi. Bahkan, kudu menjalani kursus perkawinan hing­ ga lulus ke seleksi kanonik. Menikah lalu hidup berkeluarga meru­ pakan sebuah panggilan hidup yang sangat luhur dan sekali untuk seumur hidup. Per­ siapan yang matang dan sempurna men­ janjikan pasangan akan menikmati lebih sempurna rahmat sakramen perkawinan yang akan menjadi kekuatan ketika me­ ngarungi panggilan hidup berkeluarga.

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2017 5 9

Perkawinan itu sakramen atau bukan yang menentukan adalah baptisan. Dise­ but sakramen jika dua orang itu menikah dalam kondisi sama-sama sudah dibaptis sah menurut Gereja Katolik, entah baptis di Gereja Kristen atau di Gereja Katolik. Disebut tidak sakramen jika salah satu atau keduanya dari pasangan yang menikah itu tidak dibaptis. Akan tetapi, perkawinan Katolik mensyaratkan sekurang-kurang­ nya salah satu di antara keduanya harus sudah dibaptis Katolik. Pahami juga per­ kawinan beda agama. Perkawinan seperti itu sah jika diselenggarakan di Gereja Ka­ tolik meskipun tidak disebut sakramen. Apakah automatis perkawinan sakra­ men itu suci? Tidak. Kesucian memang bi­sa diyakini, tetapi perlu menunjuk unsur-un­ sur pokok yang harus dipenuhi. Seku­rangkurangnya, perkawinan Katolik kudu VA­ LID dan LICIT agar dapat mengarah pada kesucian. Validitas (sah) perkawinan di­ tentukan oleh tiga hal: 1) materia sacra­ menti (subjek: laki-perempuan tidak terk­ ena halangan nikah), 2) forma sacramenti (kesepakatan nikah yang benar: bebas sungguh-sungguh dan penuh), dan 3) forma canonica (nikah di hadapan imam dan dua orang saksi). Liceitas (layak) dapat dilihat dari tidak adanya larangan-larangan yang dilanggar (misalnya beda Gereja, menikah di tempat rekreasi) dan telah melalui prose­ dur yang berlaku serta dinyatakan siap un­ tuk memasuki bahtera keluarga dan dinya­ takan tidak ada halangan lagi. Berdasarkan pertimbangan-pertim­ bang­an itulah kita mampu meneropong kepompong keluarga ideal nan bahagia se­ cara Katolik yang diidam-idamkan bersa­ ma. Ciri-cirinya adalah 1) kebutuhan prim­ er tercukupi. Sandang-pangan-papan-iman are ok!; 2) kebutuhan sekunder mulai dipe­ nuhi, misalnya pendidikan, hidup ber­ iman, hidup bersosial; 3) kebutuhan tersi­ er mulai dicoba, misalnya rekreasi, hobi, kesenangan, amal sosial karitatif; 4) sara­ na dan prasarana yang wajib ada, misaln­ ya komunikasi personal manusiawi, tri­ anggolo (anak-ibu-bapak, bapak-ibu-anak, ibu-bapak-anak); komunikasi personal im­ ani, trianggolo (Tuhan-ortu-anak, ortu-Tu­ han-anak, anak-ortu-Tuhan); membangun dan membina kebersamaan seluruh hidup dalam keluarga; dan 5) bisa ditambah, mi­ salnya “ternak teri” (anter anak, anter istri). Ibarat sebuah narasi hidup yang pan­ jang, paparan informatif di atas sebatas buat menantang kehidupan ini. Sebab hi­ dup ini penuh pertarungan. 


Cerpen

Yang Terkenang Oleh INDAH NURAINI Mahasiswi Sastra Inggris FBS UNY angkatan 2016

H

obi, ketika mendengar kata itu yang terlintas di kepala adalah kesenangan. Mayoritas orang pastinya menginginkan hobinya menjadi rutinitas, begitu juga diriku. Itulah harapan. Kubenarkan posisi kacamataku yang tadinya agak miring, sekarang pelajaran matematika. “Huh...Membosankan, ngantuk. ” batinku. Kemudian kuambil secarik kertas kosong dari laci meja dan kuselipkan ke dalam buku dihadapanku. “Daripada ngantuk plus enggak mudeng mending aku gambar aja, hehe,” bisikku, “Han belajar, perhatiin tuh! Emang kamu udah paham persamaan kuadrat?” sahut Dinda, teman sebangkuku. Aku tersenyum kecut sambil menggeleng. “Dasar!” serunya dengan ekspresi datar. Sedetik kemudian dia telah sibuk dengan catatannya, dan aku tentunya sibuk menggambar. Ini adalah metode terjitu menggambar saat jam pelajaran apa pun, semua guru mengira aku mencatat dengan rajin dan memperhatikan. Karena selama menggambar aku juga sesekali menatap tajam pada guruku dengan tatapan penuh konsentrasi, tentunya bukan konsentrasi belajar tapi konsentrasi menggambar. Terkadang aku menggambar tingkah laku teman bahkan guruku, tapi bukan untuk mengejek dengan gambar dijelekjelekkan dengan umpatan di sampingnya. Aku menggambar mereka karena sedang tidak ada ide apapun. Rutinitas menggambar telah mencandu padaku bahkan tanpa ide rasanya tangan gatal kalau

60 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

tidak membuat goresan sketsa satu pun. Biasanya, Dindal ah yang mengingatkanku ketika guru datang mendekat untuk memeriksa apa yang dikerjakan muridnya. Dinda adalah sahabatku sejak kecil. Dia dan aku sudah seperti saudara kembar. Kemana-mana selalu bersama rumah pun bersebelahan, dia adalah alarm yang selalu mengingatkanku. Bel istirahat pun berbunyi, meski guru telah keluar aku tetap terpaku di meja. “Oy... Kantin, yuk! Gambar terus kagak bosen apa? Nanti cewek-cewek pada kabur lho iri sama pensil, penghapus, sama kertasmu, hahaha!” kata Dinda. Sontak temanteman yang masih di kelas pun menertawakanku “Apaan sih Din?” jawabku malu-malu. Memang kalau dipikir-pikir aku tidak punya kenalan perempuan satu pun selain teman sekelasku tentunya, tapi yasudahlah. “Besok kan kita ngisi SNMPTN tuh, kamu mau ngisi jurusan apa, di mana?” tanyanya. ”Ah iya juga ya SNMPTN aku isi apaan, ya?” “Hih serius, loh!” geramnya. “Aku serius kok, enggak bercanda sama sekali. SNMPTN itu enggak terlalu ngaruh sama aku, aku mau daftar jurusan manga course di Yokohama Design College di Jepang. Kamu tahu sendiri, kan, selama ini aku belajar bahasa Jepang, ngapal kanji, meskipun sambil nonton animenya juga sih. Hehe...”

“Emang orang tua kamu setuju?” “Udah dong. Katanya sih boleh-boleh aja. Di sana masih ada kerabat deket yang bisa ngawasin aku nantinya. Emang kamu mau kemana Din?” tanyaku sesampainya di kantin. Belum dijawab pertanyaanku, dia pergi memesan makanan “Kamu mau bakso enggak pake mie, enggak pake saos, enggak pake kecap kaya biasanya kan?” Aku hanya mengangguk, itu pertama kalinya aku melihat dia lesu tanpa semangat dan tanpa senyuman manisnya. Keesokan harinya semua berjalan seperti biasa. Di jam terakhir sebelum pulang aku menggambar manga di buku catatanku, saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Linda sedang menjelaskan dan tanpa sadar, di saat aku sedang asyikasyiknya menggambar, tibatiba sebuah tangan menyambar bukuku. Sontak aku kaget. Itu tangan Bu Linda. Bu Linda memarahiku dan menyuruhku berdiri di depan kelas. Aku pun terdiam tak habis pikir dan terus memandangi Dinda. Dia tidak bergeming sama sekali. Dia kenapa? Kemana perginya alarmku, sahabatku yang selalu mengingatkanku? Seingatku kami tak ada masalah, tidak mungkin dia marah. Bahkan dia tak menatapku sekarang. Mungkin dia tadi melamun atau terlalu serius belajar, sehingga tidak menyadari kedatangan Bu Linda. Itu yang kupikirkan untuk sekarang. Saat pulang sekolah, sambil berjalan aku bertanya pada


WALLDEVIL.COM

Dinda “Kamu kenapa sih Din? Kok seharian diem aja? Tadi juga kamu gak ngasih tau kalo Bu Linda dateng ke meja kita.” Dinda masih terdiam membisu. Aku pun tak mampu bertanya lagi, jika dia sudah diam begini berarti dia sedang mempunyai masalah besar, dan yang pasti sedang tidak mood untuk mengobrol. Kalau aku masih terus bertanya bisa-bisa dia melahap dan memarahiku tanpa alasan. Kami terus berjalan menuju rumah, hingga kami sampai di lapangan dekat rumah. Lapangan yang luas, hijau, dan sangat menenangkan jika menatapnya. Di sekeliling lapangan ada pohon-pohon rindang bagai pagar, angin berhembus sejuk rasanya ingin terbang. Kemudian aku menengok Dinda yang sedari tadi disampingku, tetapi ternyata dia hilang entah kemana. Aku panik dan menengok kanan kiri. Ternyata Dinda ada di tengah lapangan. Kuhampiri dia. Tak kusangka, senyum manisnya berlinang air mata. Sudah sangat lama aku tak

melihatnya menangis. Dia adalah gadis periang selama ini. “Dinda kamu kenapa? Jangan nangis dong aku takut nih. Kamu nangis kenapa? Terus nangis kok sambil senyum sih kenapa kamu?” tanyaku padanya dengan panik. “Jujur, orangtuamu mungkin sengaja mengirimmu pergi...” Dia terdiam lama, aku pun juga terdiam karena tak terlalu mengerti apa maksudnya, wajahnya semakin lama semakin terlihat panik, lalu kutanya “Untuk apa Dinda?” “Mungkin seharusnya aku tak mengatakan ini, tapi ibumu sebenarnya sudah lama sakit kanker. Dan itulah alasan kenapa kau tinggal di sini bersama pamanmu. Aku minta maaf kepadamu. Aku sudah berjanji kepada ibumu untuk menjagamu selama kau di sini, dan berjanji untuk tidak mengatakan ini. Namun jika kau mau pergi maka pergilah, tapi setidaknya temui ibumu sebelum pergi. “ jelas Dinda. Aku pun yang balik panik, dunia serasa mau kiamat, kepalaku serasa diacak-acak

dan dibolak-balik. “Kamu bercanda?” tanyaku ragu “Tentu tidak!” tukasnya, lalu pergi. Aku terdiam, selama ini aku menganggap ibuku tak peduli padaku. Dia hanya berbicara padaku melalui telepon. Sudah 3 tahun aku tidak bertemu ibuku. Sekarang, di saat aku ingin mewujudkan mimpiku untuk bersekolah ke Jepang, tiba-tiba duniaku diruntuhkan dengan kenyataan pahit. Aku harus memilih ibuku atau duniaku? Dunia yang kuimpikan? Tentu aku akan memilih pergi. tapi aku juga telah bersalah pada ibuku. Aku sangat merindukan belaian kasih sayangnya ini hanya mimpi buruk yang tak mungkin aku bisa lari darinya. Setelah UN berakhir, aku memutuskan menemui ibuku. Dia tampak sangat menyedihkan. Ibu yang kuingat 3 tahun lalu adalah ibu yang meninggalkanku dengan senyum ceria dan tubuh yang bugar. Sekarang dia tergeletak di atas kasur rumah sakit. Ibuku bagai tak berdaging, hanya kulit

dan tulang yang tersisa. Namun, satu hal yang membuatku tak lupa padanya dia masih memiliki senyum itu, senyum ibuku. Setelah aku berbicara dan melepas rindu padanya, akhirnya ibu mengatakan sesuatu yang membuatku sangat merasa bersalah padanya. “Farhan, Ibu sayang Farhan. Jadi Farhan juga harus sayang sama diri sendiri. Farhan harus kuliah di tempat yang Farhan mau, yang Farhan nyaman dis ana. Nanti Ibu nunggu Farhan di sini sama Ayah. Ibu nunggu Farhan sukses. Ibu Janji karena mimpi Farhan mimpi Ibu juga.” Kata-kata ibuku membuatku menangis. Aku menangis tersedu-sedu. Setelah beberapa lama tanpa kusadari, di belakangku ada Dinda. Entah sejak kapan dia di sana. Sudah lama aku tak berbicara padanya. Kulihat wajahnya, dia pun berlinang air mata. Air mata penuh makna dari seorang sahabat tercinta. 

P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7 61


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Kinematika dan Kisah Aksara Kurasai serat bayu yang menjamah wajahku Kuhitung lagi waktu yang kulewati Sudah terlalu banyak Tak lagi hari dapat mewakili Ku tengok sejauh mana mimpiku Sungguh aku malu Menatap angan yang tiada berperasaan Sudah jauh ku rajut angka-angka dalam sistem koordinasiku Namun aksara kini membelai tanpa ragu Kurasai takdir berkata lain Jauh dari logaritma dan kinematika Hatiku terpaut pada aksara dan gramatika Pak, bu Tiadalah hati bermaksud menyakiti Tak sedikitpun hasrat hati membangga diri Putrimu ini Sudah damai bersama sajak Tiada lagi hendak mengelak Pak, bu Pintaku hanya doa dan ridlomu Tanpa lupa aku dengan usahaku Pak, bu Takdirku bukanlah takdir yang kurencanakan Aku hanya mengalir bersama waktu Dan kini Aku tenggelam di lautan aksara Tanpa niat melirik alkana dan semacamnya

Devhani /1/ Riak rindu masih memainkan waktu, tak peduli itu tabu untuk aku dan kamu. Pada sebaris kisah menjelma kenangan, kita masih menghampar harapan diantara ruas jalan. Kita cinta pada puja membingkai renjana mengalir dari darah remaja dan ranum menjelang dewasa. Sepanjang nyanyian melarutkan pagi, aku masih merajut mimpi tak peduli rasa hati, kulewati sendiri menebas ambisi. Bila aroma masa lalu menghampirimu, jangan disimpan dibalik pintu Kabarkan padaku—sapalah aku—meski janur kuning itu bukan milikku Sapalah dengan kata mesra, sebab tak ada dusta untuk cinta. /2/ “Devhani” gadis kemayu ditempa waktu patuh pada ibu membuat kita urung menyatu. Hanya aku seorang diri bermain imaji, berkekasih dengan puisi Hati sudah purna dengan cinta sejak engkau diambil paksa. Aku belajar membenci, pada rinduku sendiri. Yogyakarta, 2017 * INTAN SULISTYANA Alumni Pendidikan Bahasa Prancis UNY

POJOK GELITIK

Tahun Baru Umarmadi: Yo, sekarang ini ternyata sudah bulan Desember ya.

Umarmadi: Artinya, 2017 sudah mau tutup buku, 2018 sudah mau membukakan regolnya!

Umarmadi: Oke. Apa lagi?

Umarmoyo: Kedisiplinan, ketertiban, kejujuran, kesetiaan, keuletan, kemandirian, kesetiakawanan, keadilan, kesejahteraan, ............

Umarmoyo: Kreativitasnya!

Umarmadi: Sip! Apa lagi?

Umarmadi: Yaps. Apa lagi?

Umarmoyo: Terus?

Umarmoyo: Inovatifnya!

Umarmadi: Menurut kamu,

Umarmadi: Yups. Apa lagi?

Umarmoyo: Apa lagi sih? Kan sudah saya sebutkan semuanya. Paling tidak ...

Umarmoyo: Itu pun sudah nyaris habis bulan. Kenapa emang?

sesuai dengan namanya “tahun baru”, apanya sih yang musti baru? Umarmoyo: Semangatnya!

62 P E WA R A D I N A M I K A D E S E M B E R 2 0 1 7

hampir semuanya deh. Umarmadi: Semua aturan dan peraturan yang dibuat, diterbitkan, dan akan diberlakukan atau diterapkan harus jauh lebih sulit daripada yang diterapkan tahun sebelumnya! Umarmoyo: ..................................... ............??? EMA R '17


#LafranPane #PahlawanNasional #GuruBesarUNY FOTO-FOTO: M ARIF BUDIMAN


Sedang dikerjakan

#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017 ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017 FOTO: KALAM JAUHARI

W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.