TravelClub Mei 2011

Page 47

dari Travel Club. Berikut petikan wawancaranya: Bagaimana pembinaan seni dan budaya di Aceh? Seni dan budaya menjadi prioritas. Selama ini, kami paling banyak mensponsori atau membina seni dan budaya, salah satu tujuannya untuk mempercepat proses transisi perdamaian menuju keadaan yang betul-betul sehat dan normal. Budaya itu sangat berperan dan efektif sebagai media pemersatu. Setiap tahun ratusan sanggar kita bantu. Pemerintah Aceh sendiri punya biro istimewa, jadi biro itulah yang meng-handle. Dan kebetulan biro ini langsung di bawah poisisi saya.

Maksudnya dari media pemersatu? Begini, analoginya sederhana. Tari Saman merupakan budaya asli Aceh. Dan ketika Saman didaftarkan sebagai warisan budaya dunia tak benda di UNESCO, maka bukan lagi Aceh yang disebut, tapi Tari Saman ini sebagai kebudayan Indonesia. Dan Saman Gayo sudah masuk dalam kurikulum nasional sebagai salah satu seni yang wajib dipelajari di perguruan tinggi seni Indonesia, khusus seni tari. Bagaimana dengan budaya lainnya? Seni dan budaya di Aceh banyak macamnya, dan untuk tarian semuanya dinamis. Ada dua tarian lagi selain Saman yang juga sudah masuk kurikulum nasional, yaitu Tari Seudati dan Geleng. Ada pula kesenian Didong dan banyak lagi seni lainnya yang terus kami bina. Didong, sesungguhnya seperti apa?

Suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Dalam Didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilainilai kebersamaan dan lain sebagainya.Karena hampir semua ilmu pengetahuan Di Aceh di sampaikan secara sastrawi. Jadi jangan salah, di pesisir juga ada yang namanya kesenian Meurukup, sebuah perdebatan yang disyairkan tentang hukum, agama, tentang hukum positif, dan tentang apapun yang dibawakan secara sastrawi spontan dengan tata bahasa teratur dan indah. Dan itu tertuang di tulisan dalam bentuk manuskrip. Bagaimana dengan menjaga manuskrip Aceh ini? Ini yang juga sering saya pertanyakan kepada pemerintah pusat. Kita masih kurang serius. Kalau negara tetangga sudah mengklaim dengan cara membeli atau apapun, kita baru marah-marah. Ini sudah pernah saya ungkapkan kepada pemerintah pusat. Dalam UU Pemerintah Aceh

disebutkan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh berkewajiban menjaga hal-hal yang berkaitan dengan sejarah, khususnya manuskrip. Sekarang Malaysia membuat pusat manuskrip terbesar di Asia Tenggara, dan 5.000-an lebih koleksinya berasal dari Aceh, karena manuskrip terbanyak di Asia Tenggara ada di Aceh. Selanjutnya? Dari Abad ke-13 sebelum Belanda masuk sampai abad ke-19, Aceh sudah melahirkan banyak penulis, baik orang Aceh sendiri maupun pendatang yang menulisnya di sini. Tulisan itu mulai dari hukum Islam sampai kepada obatobatan. Seperti juga kitab Tajlul Muluk yang juga mengandung ilmu sipil. Bagaimana cara membuat rumah yang baik, pada hari apa, bagaimana sebaiknya warnanya. Dasar-dasar ilmu geologi juga disebutkan. Bahkan termasuk membuat bom molotov, ada kitabnya di Aceh yang dipraktekkan oleh Laksamana Malahayati ketika menyerang Portugis, minyak mentah yang diambil dari Pasai Aceh Utara, dilempar ke kapal portugis dan terbakar. Itu sudah ada di Aceh pada abad ke-15. Sekarang manuskrip itu ada dimana? Begini, masa itu Belanda membakar banyak pesantren sebagai lembaga pendidikan resmi di Aceh waktu itu. Dan sebagian besar manuskrip itu terdapat di pesantren. Semua dibakar habis. Yang selamat di sekitar Aceh Besar ada sekitar 3.500 teks karena disembunyikan, digeser keluar. Sekarang menjadi sasaran perburuan para periset antroplogi, arkeologi dan sebagainya.

Mei 2011

47


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.