Sutarmidji

Page 1


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Nur Iskandar

WALIKOTA SUTARMIDJI

BUKAN Pemimpin Biasa

i


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

WALIKOTA SUTARMIDJI

BUKAN Pemimpin Biasa Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Hak Cipta dilindungi undang-undang All Right Reserved (c) 2012, Indonesia: Pontianak

Nur Iskandar Editor: Dwi Syafriyanti Penata letak: Fahmi Ichwan Design Cover: Setia Purwadi Produksi: Caturaini Fahmi Cetakan pertama: Nopember 2012 Penerbit: TOP Indonesia ,Alamat: Jalan Purnama Agung VII Pondok Agung Permata Y35, Pontianak Kalimantan Barat Email: topindonesia45@gmail.com, topindonesi45a@yahoo.com

WALIKOTA SUTARMIDJI BUKAN Pemimpin xviii+147 halaman: 160mm x 240 mm

Biasa

Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari penerbit

Sanksi pelanggaran pasal 72: Undang-undang nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tentang Hak cipta: (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan atau denda paling sedikit Rp.1000.000,- (Satu Juta Rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah) (2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama (5) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah)

ii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Daftar Isi Daftar Isi

iii

Dari Penerbit

v

Dari Penulis

ix

Prolog

xiii

Bagian Pertama: Pontianak 1964

1

Bagian Kedua: Pilihan Politik

29

Bagian Ketiga: Tunaikan Janji-Ukir Prestasi

43

Bagian Keempat: Kata Mereka

111

Epilog

129

Galerry

135

Tentang Penulis

145

iii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

iv


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dari Penerbit

P

ertumbuhan dan perkembangan Kota Pontianak akhir-akhir ini sangat menggembirakan. Jalanannya diperlebar, drainasenya diturap, sekolah-sekolahnya ditingkatkan, bahkan dibangun rumah sakit kelas tiga dengan mutu layanan kelas satu. Deret prestasi pembangunan itu dirasakan masyarakat. Sebagaimana tampak Jalan Koyoso yang semula sempit menjadi panjang, luas, dan rapi. Begitupula Jalan Muhammad Yamin di Kota Baru. Semula ada stigma bahwa daerah seperti ini sulit diperluas, namun kenyataannya bisa. Begitupula di Sungai Jawi, Tanjungpura, hingga Jalan Protokol Ahmad Yani. Tidak hanya bertumpu pada wilayah Barat dan Selatan, namun juga Timur dan Utara. Tidak hanya jalan, namun juga pasar. Tidak hanya rumah sakit, namun juga sekolah. Nyaris semua aspek disentuhnya. Jalan, drainase, sekolah, rumah sakit, pasar-pasar, rumah ibadah direnovasi sesuai tuntutan zaman. Pedagang Kaki Lima (PKL) bisa ditangani tanpa menimbulkan konik anarkis. Penghargaan pun mengalir dengan sendirinya tanpa diminta, apalagi “dibayarâ€? demi sesuatu berv


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nama “pencitraan”. Penghargaan itu tulus muncul dari masyarakat karena kota tertata, juga melalui lembaga-lembaga khusus. Sebutlah penghargaan BPK dengan menganugerahkan predikat akuntabilitas Pemkot ber-grade Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Predikat ini menjadi impian seluruh level pemerintahan di Indonesia. Transparansi yang dikedepankan Pemkot Pontianak melalui pelayanan sistem satu atap khususnya perizinan mendapatkan penghargaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Di pihak lain Kota Pontianak dinobatkan sebagai Kota Layak Anak. Prestasi Kota Pontianak setara dengan Solo yang dipimpin Walikota Jokowi. Jokowi kini menjadi Gubernur DKI. Antara Jokowi dan Sutarmidji cukup banyak kesamaan gaya kepemimpinannya. Tegas. Turun langsung ke tengah masyarakat. Berorientasi melayani bukan dilayani apalagi “disuap”. Hanya saja publisitas Jokowi di Jawa berbeda dengan Sutarmidji di Kalbar. Dalam konteks itu buku ini memegang peranan untuk media komunikasi-edukasi. Prestasi demi prestasi Kota Pontianak itu bergulir. Bergulir dengan perlahan, namun pasti. Step by step. Selangkah demi selangkah. Semakin transparan, akuntabel, dan cepat. Dalam tahun 2012 ini saja tak kurang dari segenggam penghargaan nasional berhasil diraih Kota Pontianak. Hal ini semua tidak lepas dari peran utama Walikota, H Sutarmidji, SH, M.Hum. Siapa dia? Dia adalah walikota yang terpilih secara langsung dalam satu putaran di tahun 2008. Namun siapa Sutarmidji secara detail, belum banyak yang mengenal sosoknya. Misalnya Sutarmidji di masa kecil hingga remaja. Garis keturunan Sutarmidji dari ayah dan ibunya. Cara berpikir dan bertindaknya. Awal mula terjun ke kancah politik. Interaksinya dengan kelompok di luar panggung politik. Hal-hal yang luput dari publikasi media. Penerbit TOP Indonesia memandang bahwa eksistensi kepemimpinan Sutarmidji signikan sebagai bahan vi


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pembelajaran bagi siapa saja. Banyak nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkannya menjadi obor motivasi. Membuka cakrawala bahwa siapa pun bisa menjadi pemimpin sukses selama dia mau belajar, belajar dan belajar. Mau bekerja keras. Peras keringat. Banting tulang. Tidak mengenal lelah. Terus mencari dan mencari. Kreatif. Inovatif. Seluruh bahan yang terungkap di dalam buku “Walikota Pontianak Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa” ini diterbitkan bukan dengan target politik menjelang Pilwako tahun 2013, namun sebuah apresiasi murni dari penerbit TOP Indonesia. Sebab TOP Indonesia memegang loso bahwa penghargaan teramat sangat pantas disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Bahwa pembangunan di Kota Pontianak banyak kemajuan di masa kepemimpinan Walikota Sutarmidji ini harus diakui. Mesti diberikan aplaus panjang. Standing ovation. Harus diucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. Interaksi ini amalan dari ta’awaanu ‘alal birri wattaqwa. Wala ta’awwanu ‘alal ismi wal ‘udwaan. Artinya: bertolong-tolongan dalam kebaikan dan takwa. Bukan bertolong-tolongan dalam kesalahan dan keburukan. Bentuk ungkapan terimakasih TOP Indonesia yang berkantor pusat di Pontianak dimana merasakan langsung akses kota yang lancar, aman, tertata, bahkan pertumbuhan ekonominya terus tumbuh adalah dengan domain pekerjaannya. Yakni menerbitkan buku. Inilah alasan TOP Indonesia menerbitkan buku ini. TOP Indonesia ingin mengucapkan terimakasih kepada pemimpinnya melalui caranya sendiri: buku. Itu saja. Titik. Merujuk kepada petuah bahwa doa atau harapan yang makbul itu ada waktu dan tempatnya secara khusus, maka waktu dan tempat terbit buku ini juga mengikuti sesuatu yang khusus tersebut. Hari yang spesial itu adalah di masa ulang tahun. Hut bagi gur yang bersangkutan. Tempat penerbitnya adalah Pontianak, Bumi Khatulistiwa. Hari ulang tahun Walikota Sutarmidji jatuh pada vii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

29 Nopember. Pada Hut 2012 inilah pertama diterbitkan. Fresh from the open. Terbit sebagai bentuk interaksi warga kepada pemimpinnya. Reeksi dari pepatah: raja bijak, raja disembah. Diiringi dengan ucapan selamat ulang tahun ke-48 kepada Walikota H Sutarmidji, SH, M.Hum, semoga membaca isi buku ini lebih memacu adrenalin prestasi. Begitupula kepada siapa saja yang turut membacanya. Reguk manfaat sebesar-besarnya dari membaca. Serap nilai-nilai positifnya dan terapkan kebaikannya di mana pun kita berada. Yakin, cahaya prestasi bisa terangbenderang di mana-mana jika kita bersatu. Cahaya prestasi dan semangat kebersamaan membangun akan menerangi Kota Pontianak, Kalimantan, bahkan Indonesia. Tidak hanya di panggung trias politika, namun juga ekstra parlementer, lembaga-lembaga laba maupun nirlaba. Hingga suatu saat kelak kita bisa melihat: Dari Pontianak untuk dunia. Semoga.

Bumi Khatulistiwa, Nopember 2012

Penerbit

viii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dari Penulis

S

ebagai penulis berbasis jurnalis saya terus melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Lingkungan terdekat saya adalah kota di mana saya dilahirkan dan dibesarkan, yakni Kota Pontianak. Pengamatan terhadap Kota Pontianak dalam dialektika jurnalistik tak terlepas dari pengamatan terhadap kinerja pemimpin puncaknya. Pemimpin ini sama dengan imam. Penduduknya sama dengan makmum. Makmum yang baik menyimak apa saja yang dilakukan dan dikomunikasikan oleh sang pemimpin atau imam. Jujur, secara ď€ sik tidak ada yang menaď€ kan bahwa semasa Walikota Pontianak dijabat oleh Sutarmidji, SH, M.Hum daerah ini maju pesat. Dia bisa meningkatkan kinerja para stafnya. Sesuatu yang tidak mudah. Tidak seperti membalikkan telapak tangan. Bukan bim salabim adra gadabra. Butuh modal intelektual, sosial, moral yang sangat besar. Hal itu dimiliki Sutarmidji jika dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin lain yang setingkat dengannya. Ketika saya mengecap pendidikan di Kampus Uniix


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

versitas Tanjungpura di tahun 1992, nama Sutarmidji sudah santer terdengar. Dia dosen Fakultas Hukum Untan yang berdedikasi dan disiplin. Namun insting politiknya “hidup”. Dia rela meninggalkan gelanggang kampus demi berkecimpung di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kemudian menghantarkannya duduk di DPRD Kota Pontianak (1999-2004). Melalui eksistensinya sebagai wakil rakyat, relasinya kepada media meningkat dengan sendirinya. Dia mengkritisi derap pembangunan yang dilaksanakan pihak eksekutif, mencermati penganggaran di APBD, dan hal-hal lain yang menjadi tugas pokok dan fungsi lembaga legislatif. Karakternya sebagai dosen yang senantiasa berpikir ilmiah memudahkannya mengoreksi segala problem kehidupan masyarakat kota. Terlebih disiplin ilmu yang digawanginya adalah hukum. Sebagai makhluk sosial—homo sapiens— tidak ada satu individupun yang terlepas dari tata aturan, maupun norma hukum. Sutarmidji segera menyita perhatian media. Dia menjadi narasumber. News source. Komentarnya pedas, kritis, tajam. Argumentasinya akurat. Ia pun mudah dihubungi untuk dimintai pendapatnya. Dengan demikian popularitas Sutarmidji perlahan, namun pasti terus meningkat. Tumbuh seiring napas reformasi yang ruhnya anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Disadari atau tidak, di sini Sutarmidji memupuk elektabilitasnya. Saya kerap mewawancarai gur yang low prole ini di Gedung DPRD Kota yang beralamat di Jalan Sultan Abdurrachman. Ketika itu saya masih bekerja untuk Radio Volare 103 FM. Kemudian berlanjut ke Harian Equator (kini Rakyat Kalbar) dan Borneo Tribune. Sementara Sutarmidji menapaki karir politiknya dengan menjadi Wakil Walikota berpasangan dengan dr H Buchary A Rachman (2003-2008), dan selanjutnya sebagai Walikota Pontianak (2008-2013). Tidak hanya sebagai wakil rakyat cum akademisi, x


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sutarmidji menerapkan pola hidup sederhana. Tidak— menggunakan istilah anak muda sekarang—jaim—atau jaga imej. Tampil apa adanya. Bahase Melayu-nye totok. Lantas bukan berarti dia tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Wong dia ambil pendidikan strata dua (magister) di Universitas Indonesia, Jakarta. UI kampus paling bergengsi. Komunitas DKI adalah Betawi. Betawi adalah bahasa gaul yang mendominasi Nusantara. Kesederhanaannya tanpa basa-basi. Pernah suatu hari menjelang shalat Jumat. Sutarmidji boncengan dengan wartawan ke Mesjid Nurul Hidayah yang berlokasi di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan. Pakai motor roda dua. Dia tidak sungkan. Go ahead. Dia—menggunakan istilah Pontianak—beladen. Utamanya beladen kreativitas. Misalnya even-even. Dalam kapasitasnya sebagai dosen, wakil rakyat, Wakil Walikota atau Walikota, selalu memberikan dukungan moril-materil. Dalam pandangan saya, gur seperti ini nyentrik. Unik. Menarik didekati dengan ilmu jurnalistik. Tidak puas dengan dealektika pemberitaan, saya memutuskan untuk mempelajarinya lebih spesik. Oleh karena itu saya menyempatkan diri sowan ke kediaman orang tuanya di kawasan Jalan Rajawali No 88 Pontianak. Bercengkerama dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Demikian ini untuk menggali informasi lebih dalam. Jauh dari hiruk pikuk pemberitaan media mainstream. Saya ingin menggali nilai-nilai dasar keluarganya. Nilai dasar yang menyebabkan tampilnya Sutarmidji yang penuh gebrakan. Gebrakan yang mengejutkan sekaligus mencengangkan. Gebrakannya setara dengan Jokowi di Kota Solo. Namun Jokowi beruntung berada di Jawa Tengah yang bertetangga dengan Jakarta sehingga dia meroket dalam karir politiknya dari Walikota Solo menjadi Gubernur DKI. Entahlah dengan Sutarmidji di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Apakah dia Walikota yang juga bakal meroket ke poxi


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

sisi Gubernur, atau punya track pilihan lain. Wallahu a’lam. Namun yang jelas saya memegang adagium: scripta manen, verba volent. Tulisan abadi-pelisanan menguap. Untuk itu dengan metode jurnalistik, saya menggarap buku biograď€ Walikota Pontianak H Sutarmidji, SH, M.Hum. Tujuannya sebagai referensi. Pembelajaran bagi kita semua. Kearifan yang telah kita saksikan di masa kepemimpinannya tidak menguap begitu saja. Tidak hanya menemui sanak-sedulurnya, saya wawancarai guru dan dosen maupun sahabat-sahabat sepermainannya. Hal ini untuk dapat menyerap informasi lebih banyak mengenai subjek yang ditulis. Pada akhirnya, seluruh isi buku ini mencerminkan hasil akhir dari serangkaian kerja jurnalistik untuk dibagi kepada para pembaca. Isi buku yang diharapkan bisa memotivasi dengan lahirnya Sutarmidji-Sutarmidji muda dengan prestasi-prestasi sesuai dengan tuntutan zamannya. Buat Kota Pontianak khususnya, Indonesia umumnya. Sebagai hasil kerja manusia yang tak luput dari kesalahan dan kelemahan tentu ada saja kekurangan demi kekurangan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga dengan tegur sapa dari pembaca, bisa menyempurnakan isi buku ini pada edisi selanjutnya. Kepada para narasumber, saya menghaturkan banyak terimakasih. Semoga amal baik kita semua dibalas berlipat ganda oleh Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah. Wabil khusus kepada Walikota Pontianak, H Sutarmidji, SH, M.Hum yang berkenan ď€ gurnya dituliskan. Amin ya Rabbal ‘alamiin. Pontianak, Nopember 2012

Nur Iskandar

xii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Prolog

K

alau dulu, ketika pesawat akan mendarat di Bandara Soepadio, Pontianak yang terlihat hutan. Hijau. Lantas tamu yang baru pertama kali datang ke Bumi Khatulistiwa ini akan deg-degan. “Di mana Kota Pontianak?� Saat ini beda. Banyak perkembangan dalam satu dasawarsa terakhir. Kota Pontianak sudah menjadi kota besar. Selain pertambahan jumlah penduduknya, juga fasilitas-fasilitasnya. Infrastruktur Kota Pontianak didandani sehingga menarik. Tidak hanya menarik, tetapi juga asyik. Bisa membuat betah. Betah dengan keramah-tamahan warganya, kulinernya, budayanya, terutama kehebatan Pemkotnya memindai asa, rasa dan karsa. Lampu terang benderang di jalan-jalan raya. Jalanannya pun lebar. Luas. Ketika pesawat akan mendarat, Kota Pontianak terlihat besar dan indah. Semakin eksotik dengan temaram lampu yang bias di Sungai Kapuas. Sungai terpanjang di seluruh persada Nusantara. xiii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dalam lirik yang indah, seniman Kota Pontianak, Yanis Chaniago menuturkan: Sungai Kapuas punye cerite Bile kite minom aeknye Tak akan lari jaoh kemane Bile kite nak ngelupakkannye…hei Kapuas Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah amat sangat ditentukan oleh kualitas dan integritas pemimpinnya. Persis bak pepatah: kemana kepala pergi, maka disitu ekor akan ikut. Kota Pontianak berdasarkan sejarah formalnya didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrachman Alqadrie—putra dari Habib Husein atau Syarif Husein bin Ahmad Alqadrie pada 23 Oktober 1771. Sultan ini berlayar dari Galaherang—kini Mempawah—dengan perahu Lancang Kuning. Perahu ini ciri khas Melayu. Melayu identik dengan Islam. Bahkan terkenal semboyan: Melayu bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah dan sunnah rasulullah. Bentuk pemerintahan ketika itu kerajaan. Kerajaan ini turun temurun hingga tujuh turunan. Terakhir pada masa Sultan Hamid Alqadrie II. Dia putra Sultan Muhammad lulusan Breda, Belanda seangkatan dengan Sultan Hamingkubono IX. Keduanya sama-sama ditarik proklamator Bung Karno untuk duduk di kabinetnya. Tercantum pula nama Hasyim Asy’ari sebagai Menteri Agama yang juga kakek dari Presiden RI kelima, KH Abdurrahman Wahid yang populer disapa Gus Dur. Sejak Indonesia merdeka, kerajaan-kerajaan bersifat membina kebudayaan saja tanpa hak kelola pemerintahan. Slogan kerajaan-kerajaan adalah Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, namun tetap satu juga. Itulah Indonesia. Itulah kalimat bernas yang digenggam Garuda Pancasila. Pancasila yang berisi lima prinsip: Ketuhanan Yang Maha Esa bersimbolkan bintang bersegi lima. Kemanusiaan yang xiv


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

adil dan beradab berlogokan pohon beringin. Persatuan Indonesia bergambarkan rantai. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berasosiasikan kepala banteng. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia bertahtakan padi dan kapas. Garuda adalah simbol negara yang dirancang oleh putra daerah Kalbar, Sultan Hamid Alqadrie II. Butir kelima sila digali oleh Bung Karno dan Muhammad Yamin berdasarkan kearifan lokal Nusantara dan telah dikuatkan dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Tanggal keramat tersebut hanya berselang seminggu dari hari lahirnya Kota Pontianak. Seiring dengan alam kemerdekaan, tata kelola pemerintahan bergulir secara periodik. Kota Pontianak dipimpin oleh seorang kepala daerah. Dimulai dengan R Soepardan selaku syahkota (1947-1948), Ads Hidayat selaku burgemester (1948-1950), burgemester Rohana Moethalib (1950-1953), kotapraja Soemartoyo (1953-1957), kotapraja/ kotamadya Pontianak A Muis Amin (1957-1967), Siswoyo (1967-1973), Muhammad Barir (1973-1978), TB Hisny Halir (1978-1983), HA Majid Hasan (1983-1993), RA Siregar (19931999), Buchary A Rachman (1999-2008) hingga Soetarmidji (2008-sekarang). Namun dari sederet nama Walikota, kemajuan signiď€ kan terasa pada periode saat ini. Tolak ukurnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebelumnya di bawah Rp 60 miliar meroket pada angka Rp 206 miliar. Laporan keuangan yang diaudit BPK sebelumnya disclaimer menjadi WTP. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebelumnya di tengah mistar gawang, naik ke papan atas. Masih banyak lagi. Bagaimana hal itu bisa begitu fantastis? Kenapa hal itu bisa terjadi? Apa kiat-kiatnya?

xv


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xvi


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bagian Pertama:

Pontianak 1964 xvii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xviii


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pontianak 1964

R

entak politik Indonesia diwarnai kehambaran. Sang Proklamator, Bung Karno yang menjadi pemimpin besar revolusi serta presiden seumur hidup sakitsakitan. Titik lemah itu dimanfaatkan kubu-kubu politik yang ingin tampil sebagai penguasa, khususnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka menyusun taktik dan strategi coup d’etat. Bahan pangan terdistribusi tidak merata. Sembilan bahan pokok sulit didapat. Tak jarang penduduk antre untuk mendapatkan beras dan minyak tanah. Tak terkecuali di Kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Di Kalbar sendiri terjadi peristiwa pelik di era tersebut di mana Bung Karno memerintahkan “ganyang Malaysia�. Ambisinya menginvasi Jiran sebagai bagian dari Indonesia. Terkenal dengan doktrin Dwikora. Dua komando rakyat. Namun gebrakan Bung Karno yang ekspansionis itu menyebabkan keamanan dan stabilitas dalam negeri tidak terawat dengan baik. Sebaliknya, Dwikora gagal. Serdadu Indonesia banyak yang gugur. Bahkan Bung Karno terseret pusaran arus politik yang dimainkan PKI di mana 1


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pada 30 September 1965 mereka menghabisi para petinggi Tentara Nasional Indonesia sehingga kelak dikenal sebagai Pahlawan Revolusi. Peristiwa coup d’etat PKI ini menyebabkan MPR mengadakan Sidang Istimewa. Menuntut pertanggungjawaban Bung Karno dan sekaligus menurunkannya selaku presiden mandataris MPR. Kemudian sosok baru muncul bernama Suharto. Penguasa baru ini bertahta di RI-1 selama 32 tahun. Sementara bagi Kalbar, residu politik Dwikora menjadi racun. Di mana “kekerasan” yang diajarkan militer telah menghasilkan kekerasan pula. Menurut sebagian pengamat sejarah, “pendidikan kekerasan” inilah yang menyebabkan konik etnis berkepanjangan di daerah ini. Namun beruntung, pegiat perdamaian bisa menunjukkan titik krusial ini sehingga pasca reformasi kondisi Kalbar semakin aman dan tumbuh semangat hidup toleransi. Terbukti dari hasil-hasil pilkada di tingkat kabupaten, kota, maupun provinsi. Pada akhir 1964 itulah, dari sebuah rumah mungil berdinding kayu di kawasan Jalan Wak Serang, kondisi sulit bahan pangan sedikit terhibur dengan lahirnya seorang bayi laki-laki. Namanya Sutarmidji. Nama ini khas Jawa. Su berarti suka. Mirip dengan Sukarno yang berarti suka karya. Suharto berarti suka harta. Sutowo berarti suka tertawa—minimal suka tersenyum—pertanda bahagia. Sutarmidji berarti suka kemuliaan. Kemuliaan berakar dari kata Majid. Sang ayah, Tahir Abubakar sudah lama menyiapkan nama Sutarmidji ini. Ia yang juru ketik di Departemen Agama kutak-katik nama cantik. Pemikiran pria kurus berpostur tinggi ini bahkan politis. “Pemimpen Indonesia tu Jawe macam Sukarno. Name anakku sebaeknye Jawe gak sehingge nantek die bise tampel jadi pemimpen.” Begitu pikiran Tahir yang juga aktif di Partai Masyumi. Masyumi adalah partai Islam terbesar di masa Orde Lama. 2


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Utak-atik-gatuk itu juga blasteran dari nama dirinya dengan sang istri. Tarmidji terdiri dari dua suku kata. Tar itu dari Tahir. Tahir berasal dari nama Taha salah satu nama Nabi. Tahir juga identik dengan Zahir yang berarti tampak. Lawannya batin, tidak tampak atau gaib. Adapun Midji itu dari nama ibu, yakni Djaedah. Djaedah nama perempuan dari nama laki-laki Madjid yang berarti mulia. Penggabungan nama kedua orang tua untuk nama seorang anak sudah merupakan kelaziman sebagai bentuk penuangan rasa cinta kepada anak. Tahir tipikal pria gaul. Ia mengikuti tren dan mode. Ia kutu buku karena ayahnya Abubakar adalah pedagang buku. Bahkan Abubakar adalah orang Pontianak pertama yang membuka toko buku sekaligus agen koran maupun majalah. Toko di pusat keramaian Jalan Asahan kawasan Parit Besar itu laris manis bagai perpustakaan. Toko ini dirintis oleh ayah Abubakar bernama Hamid. Ia berasal dari Madras, India. Toko buku Hamid ini dimulai pada tahun 1916. Sutarmidji lahir sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara. Kakak sulungnya Syaiful disusul Nurlaili, Nurseha, Amran alias Bilal, dan Megawati. Sayangnya Megawati—yang namanya diambil dari nama putri Presiden Sukarno—meninggal pada usia 31 tahun karena sakit. Adik Sutarmidji berikutnya adalah nama-nama Jawa yang membuktikan inspirasi sang ayah bahwa mereka akan bisa tampil sebagai pemimpin yakni Mulyadi (kini Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak), Helyanto (Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Pontianak dan Aprizal (PNS Pemkab Melawi). Nama dalam budaya Melayu mengandung unsur doa. Doa dan harapan kedua orang tua itu ternyata mampu diemban Sutarmidji. Dia yang menaruh nama kedua orang tuanya memang berbalas kasih dan sayang tak berbilang kepada ayah-bunda. Ia sejak kecil rajin menolong, belajar dan bekerja. Bagi sang ibunda, Sutarmidji cepat mandiri. 3


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kelahirannya tidak merepotkan, bahkan meringankan beban kedua orang tua. Bagaimana cara putra keenam yang di dalam keluarga akrab disapa Midji ini meringankan beban orang tua, sementara era 1964 masih masa susah? Dia anak yang tumbuh rajin dan disiplin. Kerajinan dan kedisiplinan itu dibentuk oleh orang tua dan kakak-kakak pengasuhnya. Sejak kecil teratur bangun pagi demi mendengar kedua orang tua dan kakak-kakak shalat subuh, kemudian mandi dan berpakaian rapi. Begitupula makan-minum tidak cerewet. Makan-minum seadanya. Tidak menuntut uang jajan dan mewah-mewah. Bersahaja. Apa adanya saja. Di rumah dengan halaman pekarangan cukup luas, juga bersentuhan dengan parit yang lebar, apalagi tidak jauh dengan alur Sungai Kapuas—karena Wak Serang berdekatan dengan Pelabuhan Dwikora Pontianak—pasang surut air menjadi dinamika. Terlebih berpasangan dengan musim hujan. Air ini cocok bagi kehidupan ternak bebek. Tahir Abubakar memiliki ternak bebek. Sutarmidji suka mengurusi bebek-bebek tersebut. Bebek berenang dengan senang. Hal serupa terjadi bagi anak-anak di wilayah pemukiman tersebut. Mereka juga berenang di parit yang luas. Wajar jika rerata anak seumur Sutarmidji jago berenang. Jika mereka berenang, sampai puas lantaran alternatif permainan saat itu sangat sedikit. Berbeda dengan zaman sekarang di mana permainan banyak disediakan oleh mall atau computer, laptop, tab, telepon genggam melalui jaringan internet. Bagi sang ibu, bisa jadi kegemaran memelihara bebek atau ternak menyebabkan Sutarmidji terlatih membagi waktu, memahami makhluk, dan mulai merasakan adab para nabi. Nabi-nabi pada umumnya adalah pengembala. Dari aktivitas pengembalaan itu mereka menjadi pemimpin yang tegas sekaligus sabar. Misalnya jika ternak diurus dengan benar, maka ternak itu akan produktif. Menghasilkan daging, telur, susu, bahkan pupuk kandang. 4


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kesemuanya bernilai ekonomi tinggi. Berdaya ungkit kesehatan karena kaya protein. Protein yang tersedia cukup menyebabkan otak berkembang pesat sehingga kapasitas memorinya tinggi. Seorang anak akan tumbuh cerdas. Cerdas secara ď€ sik maupun mental. Seorang peternak juga akan mendapatkan sebuah sensasi lain yang tak akan pernah dirasakan oleh pehobis lain. Yakni hewan ternaknya akan patuh kepadanya. Sebagai contoh bebek. Ketika Tarmidji muncul, mereka berduyun-duyun mendekat. Menyentuh kaki seolah berbicara tentang sesuatu. Apalagi jika Tarmidji membawa bahan pakan atau umpan seumpama nasi. Bebek-bebek ini akan berkoak-koak seolah berteriak kegirangan. Wakak wakak‌ wk wk. Sutarmidji pun tersenyum karena idiom ternak sama juga dengan manusia. Mereka akan patuh kepada yang memberikan makan. Juga akan berkoar-koar jika lapar. Persis seperti karyawan dengan majikan. Ia ibarat dimana ada gula, disitu pasti ada semut. Untuk ini peran pemberi makan adalah yang paling mulia. Dari sini benih leadership atau kepemimpinan Tarmidji tumbuh secara alamiah sekaligus ilmiah. Sensasi lain yang dirasakan Tarmidji kemudian menggelitik pikirannya adalah ucapan terimakasih ternak bebeknya. Ketika dia sudah lelah beraktivitas seharian lantas merebahkan tubuh tidur di kamar, ketika bangun pagi, bebek-bebek itu memberikan telur. Kesimpulan Sutarmidji adalah, jangankan ketika bangun dia produktif, ketika tidur saja bisa menghasilkan uang. Caranya adalah beternak. Sutarmidji mendapatkan rumus hidup produktif. Ia bahkan berhitung dengan matematika. Jika setiap keluarga memiliki ternak, maka kebutuhan hidup yang sulit era 1960-1970-an bisa disiasati dengan cara seperti ini. Modus operandi ini bisa dikembangkan dengan bentuk-bentuk lainnya. Hanya saja kebanyakan manusia dihinggapi penyakit mama dan lalas. Jadinya malas. Bagai pepatah tua menasehati: hemat pangkal cer5


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mat, rajin pangkal pandai. Sutarmidji manggut-manggut dengan kalimat tersebut. Direnungkannya dalam-dalam bahwa jika dia rajin, maka dia bakal pandai. Sutarmidji tidak seperti anak-anak biasa. Rajin belajar. Rajin membaca. Tidak suka keluar rumah buat gosip atau ngerumpi di warung kopi. Kebiasaannya bangun pagi membantu ibu mengangkut air. Isi bak mandi. Oleh karena itu bocah cilik ini tidak pernah terlambat sekolah, apalagi tidak mengerjakan PR. Begitu pulang sekolah dia bekebut ganti pakaian. Buku dan tas dilempar. Apa kegiatannya? Menjajakkan koran maupun majalah. Dia mendapatkan uang jajan dan menabung dari menjajakkan koran serta majalah tersebut. Dari sini pula Sutarmidji tertempa dengan aneka kepala berita alias headline. Pada dirinya berlaku pepatah Barat: many a great man start a newspaper boy. Banyak orang-orang besar itu memulai karirnya dengan berdagang koran. Di Indonesia kita mengenal Karni Ilyas. Presenter yang populer dengan Bang One atau pendiri Indonesia Lawyers Club. Karni prototipe pedagang koran dan majalah di Padang, Sumatera Barat yang sukses besar. Akibat banyak membaca, dia menjadi cerdas, bahkan bisa melakukan perubahan bagi media di mana tugasnya adalah menyebarkan informasi, edukasi, entertain sekaligus kontrol sosial. Hobi membaca Sutarmidji dibentuk oleh lingkungan di sekitarnya. Pada satu sisi dia keturunan dari pedagang buku di mana sehari-hari akrab dengan bahan bacaan. To the point-nya akrab dengan ilmu pengetahuan. Sebab buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Dengan demikian sejak kecil Sutarmidji sudah karib dengan ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan itu dia mudah menentukan pilihan hidup. Termasuk cita-cita.

6


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sederhana

H

ingga saat ini kediaman Tahir Abubakar di Jalan Wak Serang yang telah berganti nama menjadi Jalan Rajawali tetap kokoh berdiri. Istimewanya rumah ini tetap saja sederhana. Dinding papan dan semen serta diberi warna seadanya. Warnanya adalah warna alami. Sederhana. Justru dari kesederhanaan itu tampak keanggunannya. Bahkan di sini lahir pemimpin yang bukan pemimpin biasa. Tidak heran jika suatu saat kelak di mana Sutarmidji membangun rumah sendiri di Gang Waris, Sungai Jawi, juga menggunakan bahan kayu dan tidak diwarnai. Dia kepincut warna-warna alami. Menyatu dengan alam. Hal serupa ketika dia menjadi Wakil Walikota. Rumah dinasnya di Jalan KS Tubun juga dibiarkan menunjukkan warna dasar. “Tak perlu dicat. Kalok pon maok dicat, kasikkan solar jaklah.� Begitu komentar Sutarmidji ketika rumah dinas itu direnovasi dengan bahan utama kayu belian. Rumah Dinas Walikota di KS Tubun ditempati pejabat Wakil Walikota karena pejabat Walikota sudah menempati rumah jabatan baru di Jalan Abdurrachman Saleh. Sebelumnya pejabat Walikota menempati rumah dinas di KS Tubun. 7


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Islam is the Solution

K

esederhanaan menjadi jati diri keluarga Tahir Abubakar. Pintu bagian depan rumahnya berbahan tripleks. Tripleks ini berlapis bahan plastik bermotif ukiran. Pada bagian atas pintu itu bertuliskan: Islam is the Solution. Artinya Islam adalah solusi. Dua kata tersebut cukup jelas menegaskan bahwa penghuni rumahnya adalah tipe manusia taat beragama Islam. Bahasa rujukannya Inggris. Perpaduan Timur dan Barat. Paham dengan pluralisme dan multikulturalisme. Sadar akan kemajemukan. Agama bagi keluarga ini tidak hanya sekedar syariat— atau syarak—seperti bagaimana cara mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, zakat dan pergi haji. Namun lebih jauh daripada itu bagaimana nilainilai syahadat yang merupakan komitmen kemerdekaan dari penghambaan kepada selain Allah dan orientasi teladan hidup Nabi Muhammad karena dia adalah utusan Allah sanggup mengejawantah dalam kehidupan seharihari. Muhammad is the mesangger of God. Muhammad diutus

8


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

untuk menyempurnakan akhlak. Kepadanya terkandung suri teladan laksana lautan tak bertepi. Begitupula bagaimana nilai-nilai shalat yang dimulai dengan kebersihan wudhu menunjang kebersihan air maupun lingkungan. Menjaga kebersihan hati di mana hanya Allah Yang Maha Besar selain itu kecil. Bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Bahwa shalat mengajarkan demokrasi. Di mana imam takbir, maka makmum juga takbir. Imam rukuk, makmum juga rukuk. Imam sujud, makmum juga sujud. Shalat mengajarkan salam ke kiri dan ke kanan. Mengajarkan menoleh kepada tetangga all round. Menoleh kiri dan kanan juga berarti menebarkan salam. Menaburkan kasih sayang serta kedamaian. Menegakkan bahwa Islam adalah rahmat bagi lingkungan. Rahmatan lil ‘alamiin. Check and recheck. Balance. Imbang. Adil. Ketika pintu rumah itu diketuk, tidak ada jawaban. Rumah terlihat kosong. Setelah diketuk tiga kali, seorang tetangga mengabari bahwa pintu masuk yang kini digunakan tidak lagi dari arah depan melainkan dari arah samping. Berjalan ke pintu masuk samping ini mesti lewat di atas jembatan kecil atau geretak papan. Pintu masuk samping ini sama sederhananya dengan bagian muka jalan utama. Terdapat ruangan keluarga yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ruang keluarga ini tersambung dengan ruang makan sekaligus menonton televisi. Siaran televisi yang disaksikan adalah TVRI Pontianak. Cinta sekali keluarga ini dengan yang namanya Pontianak. Ketika pintu diketuk, yang tampil membuka adalah seorang anak muda. Dia mempersilahkan masuk. Di dalamnya ada seorang berkaos singlet putih, berkain plekat kotak-kotak seperti papan catur. Tubuhnya kurus. Kupingnya lebar yang kata orang pertanda pintar. Rambutnya rapi. “Sile dudoklah. Saye nak ngambek baju lok.� Pria yang tak lain tak bukan adalah ayah dari Sutarmidji ini mengambil baju koko. Dia didampingi sang istri, Djaedah dan putran9


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Hj Djaedah ya, Helyanto. Siaran TVRI Pontianak memberitakan Walikota mendapatkan penghargaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Jakarta. Tentu bangga kedua orang tua melihat anaknya berprestasi. “Ndak bangge. Biase jak. Walikote tu kan jabatan. Ade batas akhernye.� Begitu komentar Djaedah yang mengenakan kerudung bulat melingkar kepala. Khas nenek-nenek Melayu. Kalimat ringkas Hj Djaedah keras menyengat. Sebab jarang-jarang seorang ibu rumah tangga bisa memberikan komentar secanggih ini. Pastilah pengelolaan dasar kejiwaannya amat sangat matang soal pangkat dan jabatan. Bahkan arti hidup dan kehidupan. Di pandangan matanya, jabatan walikota itu nisbi. Nyaris tiada. Djaedah bukan perempuan biasa. Dia wanita istimewa. Pada tubuhnya mengalir darah Indonesia. Ayahnya bernama Said. Said adalah putra Lajem asal Solo. Lajem ini masih berdarah biru. Tetirah Kraton Solo. Asal muasal Jawa-Solo ini pula yang menyebabkan nama-nama Jawa melekat di dalam keluarga besar Tahir-Djaedah. Tidak mengherankan jika banyak nama putra-putrinya berlanggam Jawa seperti Sutarmidji, Mulyadi dan Helyanto. Sayangnya pencatatan masa lampau itu kurang mendapatkan perhatian serius sehingga lajur keluarga di 10


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kraton Solo terputus. Djaedah hanya menyempatkan diri berkunjung ke Kraton Solo untuk berziarah dan melihat-lihat peninggalan masa lalu. Siapa saja keluarga di Solo yang masih dikenalnya, sudah putus sama sekali. Dari pihak Djaedah, ibundanya bernama Mukminah. Mukminah lahir di Mempawah. Mukminah sendiri putri dari Unggun seorang Bugis. Ibunda Mukminah adalah anak angkat atau adopsi berdarah Tionghoa. Di masa lalu adopsi ini hal yang lumrah karena kepercayaan Taoisme mengajarkan, jika anak di masa balita kerap meninggal, maka anak berikutnya sebaiknya diserahkan pemeliharaannya kepada orang lain. Umurnya akan panjang. Ternyata terbukti benarnya buat bayi yang diberikan nama Mukminah. Jadi, pada tubuh Sutarmidji mengalir deras darah Indonesia tulen. Yakni campuran Bugis, Tionghoa, Jawa, bahkan India. Djaedah adalah keluarga besar. Lebih besar ketimbang jumlah saudara atau adik-beradik Tahir suaminya. Jika Tahir terdiri dari 11 bersaudara, maka Djaedah 13 bersaudara. Namun saat ini yang masih ada tertinggal 4 orang. Termasuk dirinya. 9 orang telah meninggal dunia.

11


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Madras dan Pluralisme

J

alan raya masa lalu adalah laut dan sungai. Kendaraannya kapal dan perahu. Tenaga sebagai penggeraknya secara tradisional adalah angin yang kemudian dikemudikan oleh manusia. Dalam perkembangan berikutnya manusia mengenal mesin. Bahkan ilmu pengetahuan berhasil menemukan moda transportasi yang lebih cepat, yakni pesawat terbang. Walaupun di masa lalu belum ada pesawat terbang yang bisa mengangkut orang dan barang dalam tempo singkat, namun perjalanan bangsa-bangsa sudah sedemikian majunya. Sebagai fakta empirik adalah Raja Mempawah mengundang tenaga-tenaga terampil asal China untuk menggali bahan tambang (1776). Yuan Bing Ling dalam bukunya Chinese Democracies, a Study of the Kongsis of West Borneo (1776-1884) menyebutkan bahwa undangan Raja Mempawah ini dimotivasi oleh keberhasilan petambang China mengeksploitasi emas di Pulau Bangka dan memperkaya Kesultanan Palembang. Dalam hal inilah penduduk Kalbar diwarnai ma12


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

syarakat China atau kerap disebut Tionghoa. Terjadi pula kawin-mawin di antara pendatang dengan warga asal di sekitarnya. Dengan demikian wajarlah dalam garis keluarga Sutarmidji dari pihak ibu mengalir darah Tionghoa. Mary Somers Heidues dalam bukunya Golddiggers, Farmers and Traders in the Chinese Districs of West Kalimantan, Indonesia menjelaskan bahwa kongsi dagang China di Monterado berakhir pada tahun 1884 setelah Belanda makin kuat di Kalimantan Barat. Kelak kemudian Belanda mendatangkan pekerja kebun asal Jawa ke Kalbar . Di sini pula jumlah penduduk Kalbar semakin heterogen, plural, atau beragam. Begitupula kedatangan ekspedisi laut seperti Madras di India yang merupakan garis keluarga Sutarmidji dari pihak ayah. Madras berada di muara. Secara geograď€ s tidak jauh dengan Saudi Arabia. Budaya Islam turut mewarnai Madras. Madras beribukota Tamil Nadu. Bahasa sehariharinya Tamil. Peradabannya sudah sangat maju. Kemajuan yang dicapai itu menyebabkan penduduknya berani menjelajah samudera hingga berbagai belahan dunia, termasuk ke Kalbar. Terlebih pada 1644 Madras diokupasi Inggris di mana akibatnya berkecamuk perang perlawanan. Tamil berjuang melawan penjajahan dan menyebabkan sebagian warga harus mengungsi ke tempat aman. Ayah Tahir yakni Abubakar fasih berbahasa Tamil. Hal ini wajar karena ayahnya, Hamid kerap menggunakan bahasa ibu tersebut. Bahkan Abubakar pernah dibawa ke Madras serta menikmati sekolah di sana. Sentuhan pendidikan dan pengalaman belajar di Madras inilah yang menyebabkan Abubakar memandang penting ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu terhimpun di dalam buku. Tak pelak lagi, saat dia pilih menetap di Kota Pontianak yang ditekuninya adalah distribusi buku, koran, majalah. Harga buku, majalah dan koran saat itu jangan dibayangkan dengan uang sekarang. Menurut Tahir yang sedari 13


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tahir Abubakar kecil membantu ayahnya, harga satu buku masih bilangan sen, sebenggol, setali. Satu benggol sama dengan dua sen setengah. Setengah sen sama dengan lima peser, sehingga terkenal istilah Melayu, “Tak ade duet aku sepeserpon wak. Sumpah!â€? Artinya kosong benar isi kocek nih bang. Terkenal pula pepatah: setali tiga uang. Maksudnye same tak beri‌ Seingat Tahir, pecahan uang terbesar adalah uang kertas lima rupiah dan 10 rupiah. Jika sudah memegang uang itu seperti memegang uang Rp 50.000 atau 100.000 saat ini. Namun diingatnya pula ada satuan lain dari rupiah yakni talen. Satu talen sama dengan setali 25 sen. Pengetahuan pecahan uang masa lalu ini semakin tidak diketahui generasi muda sekarang di mana rupiah tinggal transfer lewat HP maupun ATM. Tahir merasakan getirnya penjajahan Belanda dan Jepang. Begitu sakitnya sehingga oleh Abubakar seluruh anggota keluarga diboyong hijrah atau pindah ke Sungai Ambawang. Di sana mereka bertani dan berladang. Namun Tahir sempat mengecap sekolah didikan Belanda di tingkat HIS (Hollandsch Inlandsche School). Ia juga mempunyai warisan tanah pertanian di Ambawang. Berkat pendidikan yang dimilikinya itu Tahir bisa 14


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mendermabaktikan tenaga mudanya di Departemen Agama—kini Kantor Kemenag Kota Pontianak. Juga aktif di Partai Masyumi. Partai Masyumi adalah partai Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1945. Bagi Tahir, kepeloporan kakeknya Hamid yang berani berlayar ke Pontianak dan membuka toko buku di tahun 1916 menyebabkan terdistribusikannya ilmu pengetahuan secara populer. Kelas belajar tidak hanya di sekolah, tapi bisa juga di rumah. Catatannya hanya satu: pandai dan mau membaca. Sebab buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Mulai dari ilmu agama, budaya, sampai dengan teknologi. Sang kakek bahkan masuk ketegori guru atau ustadz pada zamannya. Sebenarnya apa yang dilakukan Hamid juga banyak dilakukan orang lain di India atau Timur Tengah. Cara berdagang seperti inilah Islam berkembang di seluruh penjuru dunia. Selain misi dakwah yang berpangkal dari iman, juga misi ekonomi maupun kesejahteraan. Sebab selisih keuntungan dari penjualanlah yang menyebabkan ekonomi keluarga dapat bertahan. Sementara daerah yang aman dan damai menyebabkan peradaban tumbuh berkembang. Kondisi Pontianak sendiri sangat “welcome�. Bahkan Kalbar. Seperti di Pontianak oleh Raja Pontianak diterima masuk dengan baik sebagai warga setiap etnis maupun bangsa. Dikenallah Kampung Arab, Kampung Kamboja, Kampung Banjar, Kampung Bali, Kampung Bugis. Mereka membangun wilayah pemukiman. Sementara di Kalbar, interaksi mutualistik dengan China telah berlangsung berabad-abad lamanya. Tak terkecuali dengan Sriwijaya dan Majapahit. Tidak aneh jika sejarah Kerajaan Tanjungpura, Sintang, Sanggau, Sekadau, Tayan, Ngabang, Mempawah, Sambas, Kubu sampai Pontianak saling terkait satu sama lain. Bahkan meluas sampai ke Brunei, Malaysia, Singapura—mancanegara. Nama Hamid pun populer di kawasan pasar Parit Besar. Salah seorang cucunya mengikuti nama Hamid. 15


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sosok sang cucu ini pun menjadi orang terkenal di Kota Pontianak akibat kerja keras serta semangatnya membaca maupun jualan buku atau koran. Dialah Prof Ir H Abdul Hamid, M.Eng. Dia adalah Direktur Politeknik Negeri Pontianak yang pertama. Alumni ITB yang bonade itu, serta mendapatkan beasiswa di luar negeri sehingga bergelar Magister Enginer (M.Eng). Ibunda Prof Ir HA Hamid, M.Eng adalah kakak kandung Tahir. Oleh karena itu antara Prof Hamid dengan Sutarmidji adalah sepupu sekali. Satu lagi sepupu sekali Sutarmidji yang juga tercatat sebagai seorang tokoh di Kalbar yakni Ali Akbar. Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tercatat duduk di DPRD Kota dan saat ini di DPRD Kalbar. Dari Ali Akbarlah Sutarmidji direkrut masuk PPP. Bagi Sutarmidji, Ali Akbar selain politisi, juga anak dari adik ayahnya. Usia mereka relatif setara. Hanya pengalaman dan nasib saja yang berbeda. Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Jalan raya berupa samudera laut yang luas berubah motivasinya. Di mana negara-negara maju mencengkeramkan kukukukunya lebih dalam lagi. Euphoria itu dialami Jepang di wilayah Asia. Akibat tekanannya, Belanda pun kalah. Masuknya Jepang pada kurun waktu 1942-1945 menyebabkan keluarga Tahir Abubakar mengungsi. “Bekayoh tige jam ke Sungai Melaya,” kenang Tahir. Sui Melaya itu di Ambawang. Tahir mengenang sadisnya bala tentara Jepang. “Kalok ambek tadak balek. Dibunohnye!” Pada masa sulit itu ayah dari tokoh arsitektur Kalbar Ir H Said Dja’far tewas diangkut dan disungkup Jepang. Begitupula ayah dari tokoh ICMI Kalbar H Ilham Sanusi. Termasuk sekitar 70-an karibkerabat Keraton Kesultanan Kadriah Kota Pontianak. Pada kurun waktu tersebut terjadi genosida. Menurut catatan pengakuan Panglima Militer Jepang di Mahkamah Militer, jumlah korban tak kurang dari 21.037 jiwa. Sebagian besar 16


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

tulang belulang mereka bersemayam di Monumen Daerah Mandor. Di masa sulit itu bahan sandang dan pangan sulit diperoleh. “Maok dapat ikan pon antri. Mulai suboh dapatnye sore,” ungkap Tahir. Jepang menguasai perkantoran. Tangsi Militer Belanda yang kini berdampingan dengan Kantor Walikota—dulunya Korem 121 Alambana Wanawai—itu kantor residen Jepang. “Banyak yang dibunoh di situ. Dibantai pakai ekok pari. Ei paleng kejam Jepang. Jangan sampai ketemu dua kali ageklah.” Tahir bersungut-sungut. Suasana kemudian berubah setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Jepang menyerah kalah setelah Kota Heroshima dan Nagasaki dijatuhi bom nuklir oleh Amerika Serikat bersama sekutu-sekutunya. Ketika situasi aman, aktivitas warga kembali membaik. Paman Tahir—Abdurrahim—adik Abubakar menikahi gadis China dan meneruskan usaha berjualan buku, koran, majalah. Toko Buku ini diberi nama Violeta di kawasan Jalan Antasari. Namun sayang, suatu hari si jago merah mengamuk. Toko himpunan kertas ini pun ludes terbakar. Sejak saat itu bisnis buku, koran dan majalah berubah. Sudah banyak pula kompetitor lain. Sebut misalnya Toko Buku Tamimi, Menara, Angkasa, Juanda. Kini raja Toko Buku itu transnasional Gramedia. Kisah dari buku seperti Kho Ping Ho yang kuat terekam di kepala Tahir pun perlahan surut. Generasi muda sekarang lebih mengenal Angry Birds atau Harry Potter. Begitupula penerbit buku anak sekolah seperti Tiga Sekawan, Matahari, Fadjar. Semuanya tinggal kenangan. Sebab segala sesuatu ada umurnya. Ketika sudah tua, tidak sehat, pun tak luput dari maut. Mati. Kisah masa kecil Tahir menurun kepada putra-putrinya, termasuk Sutarmidji. “Saye agek maseh kecik kalok balek sekolah kerjenye bantu ayah. Sebab uang zaman dolok susah.” Sekolah HIS Tahir “tempo doeloe” di Jalan Tamar. 17


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tahir dengan bekal pendidikan Islam yang kuat dari keluarga ditambah pengaruh pendidikan Belanda sadar bahwa politik itu penting. Di tahun 1945 ketika Indonesia merdeka, komunitas masyarakat Islam mendirikan partai politik Masyumi. Akronim dari Majelis Syura Muslimin Indonesia. Pertumbuhannya sangat cepat sehingga menjadi partai terbesar di Indonesia. Tujuan Partai Masyumi adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai keislaman dalam hidup dan kehidupan bernegara. Tahir aktif di Masyumi pada zaman kepemimpinan Muhammad Natsir. Dia sosok ulama teduh dan penuh wibawa. Pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Setelah itu Tahir mengabdi di Departemen Agama. Di saat itu dia bekerjasama dengan ulama besar ahli hisab dan rukyat, Ustadz H Abdurrani Machmud. Tarikh masehi menunjuk angka tahun 1950-an. Tahir tipikal pekerja keras. Keterampilannya menulis dan mengetik dibutuhkan. Dia honorer pula di Sipil Angkatan Darat. Tanksi Sudirman. Satu hari dia bekerja dihargai dengan gaji 8 rupiah. “Kerje hari Minggu tadak dibayar,” tutur Tahir seraya senyum. Jabatannya kerani. Alat kerjanya mesin ketik besi. Sakleknya jadul alias jaman dulu seorang bujang dengan dara dijodohkan. Nasib serupa terjadi pada diri Tahir. Pertemuannya dengan Djaedah karena dijodohkan kedua orang tua. “Dolok kenal pon ndak. Kamek dijodohkan.” Tahir saat ijab dan qabul munakahat itu berusia 17 tahun sedangkan Djaedah 14 tahun. Surat nikahnya hanya selembar kertas tanpa foto.

18


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sekolah dan Kuliah

S

utarmidji lahir pada 29 Nopember 1964. Pada usia balita belum ada Play Group dalam golongan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagaimana generasi sekarang. Belum ada Taman Kanak-Kanak (TK). Masa golden age—usia keemasan—dilewatinya dalam pendidikan non formal. Yakni di dalam keluarga dan lingkungan terdekat. Sutarmidji beruntung memiliki banyak saudara. Kendati bagi kedua orang tua cukup repot membesarkan mereka, namun banyak yang mengasuh. Mengasuh sekaligus bermain bersama. Di sini Sutarmidji banyak menyerap pelajaran berharga. Misalnya kakak-kakaknya bersekolah jalan kaki, ya dia juga berjalan kaki. Kakak-kakaknya berenang, Sutarmidji ikut pandai berenang. Hanya satu saja yang dia tertinggal, yakni bersepeda. “Midji penakot. Kite ajar die naek sepeda, eh bediri die,� ungkap kakak kandungnya, Nurlaili. Akibat tidak bisa bersepeda, pada saat motor roda dua menjamur, Midji tidak pandai. Kepandaiannya adalah kepemimpinan. Dia pandai memimpin diri sendiri. 19


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kelak semakin pandai sampai memimpin sebuah kota dengan jumlah penduduk sekitar 650.000 jiwa. Bagi Midji, tidak bisa bersepeda atau motor masih bisa jalan kaki. Kalau tidak jalan kaki ya naik oplet. Hal ini dijalaninya untuk Sekolah Dasar di SDN 35 Jalan Nurali—kini sekolah itu mengalami regrouping dan lokasinya dijadikan SMPN 24—juga SMPN 1 di Jalan Jenderal Oerip Soemohardjo. Termasuk pada saat sekolah di SMA Santo Paulus, lalu terus kuliah di Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura. Disiplin diri yang dibangun dari keteladanan keluarga menyebabkan Midji pilih sekolah SMA Santo Paulus. Sekolah ini terkenal berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi adalah jaminan bagi keberhasilan. Sebab tidak ada tercatat dalam sejarah dunia sebuah kesuksesan dan glory tanpa disiplin dan kerja keras. Ketika lulus Fakultas Hukum dengan indeks prestasi tercepat, Sutarmidji dalam ikatan dinas. Dia mengabdikan diri menjadi dosen. Saat itu Untan dipimpin seorang rektor yang visioner bernama Hadari Nawawi. Dia orang Sambas kelahiran Sekadim yang kutu buku, kutu baca dan kutu tulis. 30-an buku karya akademisnya laris manis. Hal itu dengan satu catatan: disiplin. Sutarmidji belajar bersama Hadari. Dikenangnya betul kedisiplinan Hadari yang juga doktor pertama di Kalbar. Dipelajarinya bahwa sosok pemimpin, sesibuk apapun dia, jika pandai mengatur waktu maka pasti bisa. Seperti Hadari, kendati sibuk memimpin universitas, masih menyempatkan diri mengajar dan membimbing skripsi. Bahkan terkenal dengan Hadari mengajar pukul 06.00. Bahkan mengajar usai waktu shalat subuh! Tidak heran Sutarmidji menuruni Hadari. Sebelum pukul 07.00 sudah berada di ruang kelas untuk mengajar mahasiswa Fakultas Hukum. Kebiasaan mengajar dengan disiplin waktu ini menjadi karakter. Karakter ini tidak larut saat dia duduk sebagai anggota DPRD Kota hingga men20


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

jadi Walikota. Saban pukul tujuh dia sudah berada di kantornya. Terkecuali saat berada di luar kota. Terhadap disiplin waktu ini menjadi daya pikat tersendiri bagi setiap PNS atau warga Kota Pontianak. Khususnya bagi yang tahu tentang betapa pentingnya arti disiplin dan waktu. Namun tentu saja membuat keki bagi yang abu-abu. Bahkan membuat marah bagi mereka yang suka berleha-leha atau bermalas-malasan. Sebab antara malas dan rajin, atau antara lalai dan disiplin memang tak sebulu. Ia ibarat air dengan minyak. Ibarat idealisme dengan praktisisme, tak akan mudah untuk menyatu. Disiplin waktu tidak hanya menghantarkan Sutarmidji mulus untuk lulus sejak SD sampai Perguruan Tinggi— baik S1 maupun S2—namun dia juga bisa berkreasi. Misalnya berdagang. Sebab jangan dikira Sutarmidji tidak masuk kategori entrepreneurs. Sejak kecil, di masa SD dia berdagang koran dan majalah. Koran dan majalah ini diambil dari agennya. Kebetulan agen itu adalah pamannya sendiri. Sejak masa kecil itu dia sudah peras keringat-banting tulang. Senang jika berhasil mendapatkan duit dari keringatnya sendiri. Sebab dia merdeka menggunakannya untuk kepentingan apapun, termasuk menolong kedua orang tua. Koran dan majalah itu dijajakkannya ke lingkungan terdekat. Sebut misalnya Pelabuhan. DPRD Kota Pontianak—kini menjadi Gedung Bappeda Kota berlokasi di belakang Gedung Kantor Walikota, maupun masyarakat di sekitarnya. Sejak kecil itu pula bocah bertubuh tinggi semampai yang oleh keponakannya kelak disapa Pak Anjang berkenalan dengan tokoh-tokoh penting. Misalnya Ir Pedi Natasuwarna. Ia seorang pemikir. Bahkan PDAM Kota adalah hasil rancangannya. Bacaan langganannya adalah majalah serius khususnya Tempo. Pelanggan lainnya adalah Abdurrachman yang juga ayah dari Buchary. Sutarmidji juga membawa majalah Intisari, bahkan TTS. TTS Safari bisa laku hingga 100 eksemplar setiap edisi. 21


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

“Mase kamek kecik dolok mane ade sekolah gratis. Semue bayar,� ungkap adik kandung Sutarmidji yang juga turut berjualan koran dan majalah, Mulyadi. Sutarmidji yang sekolah di SMA Santo Paulus mesti merogoh banyak biaya. Namun hal itu bisa diatasinya dengan semangat dan kerja keras. Sisi wiraswasta Sutarmidji tidak sebatas dagang buku, koran dan majalah, namun juga bawang putih. Selisih angka yang besar di zamannya menempuh kuliah strata-dua di UI menyebabkannya dagang bawang. Sementara itu dia berhemat transportasi dari penerbangan yang mahal. Sutarmidji bolak-balik Pontianak-Jakarta dengan menggunakan kapal laut. Saat dia kuliah di UI, KM Lawit adalah langganannya. Sadar bahwa kebutuhan penumpang terhadap tiket tinggi, dia bekerjasama dengan agen Pelni. Sutarmidji melayani pemesanan tiket kapal. Hasilnya dia bisa menabung buat membeli tanah murah di kawasan Pal Lima. Tanah itu kemudian dia kavling-kavling dan menkreditkannya kepada teman sesama dosen, atau siapa saja. Dari keuntungan wirausaha ditunjang gajinya sebagai dosen, kemudian sebagai politisi di DPRD Kota, Midji dapat membangun rumah di atas tanah yang dibelinya sendiri di Gang Waris. Kebetulan tesis hukum Midji di UI mengenai hukum waris dalam Islam. Hidup ini terkadang lucu dan terkesan olok-olok. Lihatlah tesis Sutarmidji yang menyoal waris. Kelak kemudian dia tinggal di Gang Waris. Lihatlah dulu dia berjualan koran di Kantor Walikota, kini terbalik. Sutarmidji menjadi Walikota. Aktivitasnya menjadi kepala berita. Justru kabarkabar kota yang diperjual-belikan koran-koran.

22


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

23


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

24


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

25


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

26


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

27


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

28


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bagian Kedua:

Pilihan Politik 29


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

30


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pilihan Politik

“D

ji maok ndak kau ikot aku di P tige?” Pertanyaan ini meluncur begitu saja dari sosok bertubuh besar, tinggi, bercambang, Ali Akbar. Saat itu Orde Baru masih berkuasa. Kekuasaan di tangan Golkar sebagai partai pemerintah. Sutarmidji mereguk kopi hangat miliknya. Jidatnya mengernyit. Mata sipitnya tenggelam. Tampak sekali dia berpikir keras. “Ayoklah Dji. Ini kesempatan bah boi,” lanjut Ali yang juga menyeruput kopi dalam pertemuan kekeluargaannya di Mariyana. Kebiasaan keluarga besar Abubakar Hamid adalah kumpul. Silaturahmi. Kebiasaan yang hingga kini terus bertahan. Adrenalin Sutarmidji menghangat. Mungkin karena pikirannya centang perenang. Mungkin juga karena pengaruh kafein yang direguknya dari secangkir kopi hangat. Merknya Kopi Obor lagi. Panas. Khas Pontianak. “Maok sih, tapi aku kan ikatan dinas dosen…” “Tapi ape gik? Kau tuh dah sarjana. S duak agik. P tige butoh sarjana untok nguros partai…” 31


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Ali berkisah tentang rapat yang dipimpin Uray Faisal Hamid, SH. Bahwa reformasi akan meledak. Rezim penguasa akan berubah drastis jika tidak mau dibilang dramatis. Kisah pemilu dicurangi akan kikis. Tekanan kepada partai-partai kecil oleh penguasa akan sirna dengan kontrol sosial yang besar. Persis seperti teriakan-teriakan mahasiswa, aktivis, politisi bahwa harus ada reformasi total. Saat itu di level nasional Sri Bintang Pamungkas menyatakan siap menjadi presiden. Pernyataan itu sama saja dengan menantang Presiden Suharto. Tokoh lainnya menyusul, Prof Dr Amien Rais. Politik di Tanah Air semakin panas. Sutarmidji akhirnya buka mulut. “Aku pon ditawari pak Yan ke PDI,” katanya. Yan Alqadrie adalah politisi PDI. Ia juga sanak famili Sutarmdji dari garis ibu kandungnya. “Bagaimane aku dengan die. Tak enaklah…” Partai-partai kecil seperti PPP dan PDI melirik eksistensi Sutarmidji. Namun yang bersangkutan larut dalam perenungan antara dua pilihan: politisi atau akademisi? Akademisi atau politisi? Jika pilih menjadi politisi apakah ada jaminan akan duduk di DPRD? Apakah ada jaminan dapat kursi? Dapat gaji? Sementara kursi dosen sudah pasti. Gaji bisa diatur untuk kebutuhan hari-hari. Tanpa money, jangan munak untuk bisa hidup dengan wajah berseri-seri. Tenggelam dalam lamunan itu, demi reguk terakhir kopi di hari itu di Wak Serang, Mariyana, Ali yang pragmatis tak putus akal. “Udahlah ginek jak. Kau tetap jadi dosen, tapi mulai jak aktif di GMKI. Nantek pelan-pelan kau pasti dapat solusi.” Solusi Ali tokcer. Kebekuan pikiran Midji menjadi encer. Kabut tebal yang menghitam di batok kepalanya seolah terbuka menjadi cakrawala biru—eh hijau—demi sebuah langkah taktis. Ini solusi brilian. Super sekali! GMKI adalah Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia. Taglinenya progresif, revolusioner, visioner. Ia under32


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

bow PPP. Organisasi sayap. Di tempat terpisah Sutarmidji satu angkatan kuliah di FH Untan dengan meraih Magister Humaniora yang juga tokoh kondang perihal hukum tata negara. Dialah Turiman Faturrachman Nur, SH, M.Hum. “Soal pilihan politik Dji? Udah tak osah bingong. Sikat. Asal kau sungguh-sungguh. Total!� Selain Turiman seangkatan ketika kuliah di FH Untan, keduanya sama-sama menempuh S2 di FHUI. Namun Sutarmidji tercatat di angkatan awal dibandingkan Turiman. Demikian karena Sutarmidji lulus tercepat. Hanya terbilang dua tahun mengajar, dia mendapatkan beasiswa ke UI. Dia pun berangkat, naik KM Lawit. Di Salemba, Jakarta hawa politik lebih kentara. Para pelaku politik hadir di depan mata Sutarmidji. Termasuk tokoh asal Kalbar yang kemudian dari Senayan duduk sebagai menteri. Dari menteri duduk ke tempat lebih tinggi lagi, yakni Wakil Presiden. Dia aktivis PPP. Ketua Umum PPP. Hamzah Haz. Dipengaruhi dialektika berpikir hukum, Sutarmidji berhitung. Hitungannya seperti busur panah. Tembakannya ke politisi atau akademisi? PPP atau PDI? Akhirnya busur panah itu dilepaskannya ke PPP dengan cara aktif step by step, selangkah demi selangkah melalui perahu GMPI. Seraya mengajar jam tujuh pagi, Sutarmidji yang sejak kecil sudah piawai membagi waktu selalu bisa menjalankan aktivitas barunya di GMPI. Mulai dari tetek-bengek diskusi, membuat surat menyurat, proposal, kepanitiaan itu-ini dan seabrek idealisme organisasi yang progresif, revolusioner, visioner. Anehnya Sutarmidji gembira bisa melakukan semuanya itu. Walaupun tidak bisa mengayuh sepeda motor sendiri, dia yang energik menjadi medan magnet bagi kawan-kawannya. Selalu ada yang antar-jemput. Di sinilah cakrawala itu terbuka. Di sini pula pertautan antara idealisme dengan pragmatisme. 33


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sebagai akademisi, jalur pikirnya selalu ilmiah. Pikiran ilmiah itu ada metodologinya. Metodologi itu sistematis dan sistemik. Basisnya data dan fakta serta analisa. Dikenal hipotesa atau jawaban sementara. Di rel berpikir ilmiah ini Sutarmidji selalu punya plan A, plan B. Hipotesa diterima atau ditolak. Kebahagiaan Sutarmidji menggelegak di dalam dada. Sebab pikiran hukumnya bisa disalurkan. Penyalurannya ganda. Selain tatap muka dengan mahasiswa, juga massa. Hanya lewat parpol seseorang bisa bicara dengan massa. Pada sisi lain Sutarmidji menguji hipotesa-hipotesanya. Bagaimana jika begini dan begitu. Hasilnya apakah A ataukah Z? Kesemua itu diraihnya lebih banyak di kampus masyarakat melebihi kampus Fakultas Hukum lewat interaksi GMKI dan kemudian menjadi Ketua DPC PPP Kota. Geliat kesuksesan Sutarmidji di kepanitiaan-kepanitiaan GMPI maupun keunggulan-keunggulan retorikanya yang bernas serta berbobot mencuri perhatian politisi gaek alumni Fakultas Hukum Untan. Dia pria kelahiran Pontianak tahun 1943. Masa mudanya diisi dengan fungsi legislatif di DPRD Provinsi dua periode, lalu pada Pemilu 1999 menghantarkannya duduk di Senayan. Dialah Uray Faisal Hamid. Akrab disapa Om Ca. Di kalangan kawan diskusi politiknya juga karib disapa dengan Escobar. Kenapa Escobar? Tak lain tak bukan akibat gelagatnya yang suka berkacamata hitam. Kontras dengan tubuhnya yang gagah. Tinggi. Besar. Setidaknya pada saat jaya-jayanya itu. Om Ca pesohor politik. Ibarat sekali jentik gunduk melantik. Melalui perahu PPP dia kerap melakukan akrobat. Manuver. Sebut misalnya dia berhasil memboyong pengusaha besar Jakarta dalam Grup Latief Corporation asal Sekadau, Usman Ja’far menjadi Gubernur Kalbar berpasangan dengan Laurentius Herman Kadir. Begitupula dr H Buchary A Rachman menjadi Walikota Pontianak di mana saat itu masih pemilihan suara di Gedung DPRD. Belum ada sistem pemilihan langsung. Oleh karena itu ď€ gur 34


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

yang diusung PPP bisa menang akibat jurus maut lobi politiknya. Lobi politik tingkat tinggi—kata orang high politic level—menjadi olah kanuragan Om Ca—Om Escobar. Dia disegani lawan apalagi kawan. Om Ca senang melihat prol dan penampilan Sutarmidji. Masih muda. Cerdas. Energik. Dalam pandangannya, Midji adalah masa depan PPP. Namun tidak jarang dia berbeda pandangan. Di sini tak jarang terjadi friksi-friksi. Sebab cara pandang Faisal akan zamannya mulai berbeda dengan Midji. Reformasi makin panas. Sutarmidji merasa hukum mesti menjadi panglima. Transparansi mesti dibuka. Mahasiswa berteriak anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Bicaranya walau pelan, namun keras. Tak jarang membuat kuping menjadi merah. Tapia pa boleh buat. Itu resiko penegakan hukum. Maka lambang keadilan itu adalah seorang yang ditutup matanya dan satu tangan memegang timbangan dan tangan lainnya menghunus pedang. Artinya tanpa pandang bulu. Apakah bulu tipis atau lebat. Lurus atau keriting. Bagi sebagian orang PPP relasi Midji-Faisal terkesan sebagai Midji ini anak muda yang “sulit diatur”. A kata dia, maka A pula yang dikerjakannya. B kata dia, B itulah yang ditujunya. Sutarmidji memang tak terlampau perduli dengan betapa gaeknya Om Ca. Dalam pandangan matanya ada satu prinsip: ikuti aturan main hukum. Sebab jika aturan main hukum dipatuhi pasti selamat sampai ke tujuan. Bagi Sutarmidji platform PPP sudah jelas. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sudah klir. Program kerja pun terukur, maka tinggal jalankan saja. Prinsip ini dihormati Om Ca. Kelak kemudian sampai menjadi Walikota, karakter Sutarmidji yang keras untuk taat hukum ini semakin mengkristal. Suatu saat Faisal menasehati Sutarmidji untuk mengurus perizinannya di FH Untan agar diizinkan aktif di 35


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

partai politik. Demikian pandangan senior menyelamatkan “priuk” anggotanya. Sebab Faisal faham, politik itu kejam. Bisa jadi “character assassination” (pembunuhan karakter) datang menghantam posisi Sutarmidji yang PNS. Pada saat itu Sutarmidji sudah bulat tekad aktif di PPP. Dia siap menahkodai PPP Kota Pontianak. Tak pelak surat pengunduran dirinya sebagai dosen pun dia layangkan. Dia mundur dari PNS secara gentleman. Pengunduran diri Sutarmidji sebagai dosen menggemparkan Untan. Sebab jarang ada dosen berani berspekulasi seperti ini. Lebih-lebih partai pilihannya bukan partai penguasa. Namun Midji adalah Midji. Busur panah telah dia lesakkan ke PPP. Sebuah partai yang merupakan turunan dari Masyumi, partai pilihan ayahnya. Sebuah tawaran dari sepupunya Ali Akbar telah memberikannya cahaya terang. 21 Mei 1998 Presiden Suharto mundur dari jabatannya. Posisi Wapres naik ke posisi RI-1. Nama Habibie berkibar untuk keran kebebasan pers yang sebelumnya dibelenggu Orde Baru. Esensi dari kebebasan pers adalah kontrol sosial. Dimulailah pemberitaan yang proreformasi, anti KKN. Berita-berita korupsi mewarnai media-media. Cetak maupun elektronik. Jumlahnya pun berhamburan. Laksana cendawan tumbuh di musim hujan. Tak terkecuali di Kalbar. Lahir Suaka. Lahir Equator. Berkat. Mediator. Masih banyak lagi. Pemilu 1999 mengantarkan Om Ca ke Senayan, sementara Sutarmidji ke DPRD Kota. Keduanya sama-sama dapat kursi dan dinamis menggerakkan roda organisasi partai. Sebab selalu ada kebijakan-kebijakan partai dan kedewanan antara pusat dan daerah. Di sini kerjasama diperlukan. Terlebih sama-sama ingin membesarkan PPP. Dalam periode kedua masa jabatannya dr H Buchary A Rachman yang menjadi Walikota atas perahu PPP ketika cuaca berubah reformis memilih Ketua Fraksi PPP yang dijabat Sutarmidji sebagai duetnya. Sutarmidji memiliki track record yang baik sebagai anggota dewan. Dia populis. Se36


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

bab media-media sering memuat komentar-komentarnya. Dia merupakan anak zaman reformasi. Posisi Sutarmidji sangat diperhitungkan sesama sejawat DPRD karena vokal. Ini menjadi modal politik besar Buchary untuk relasi eksekutif-legislatif. Maka di masa kepemimpinannya relatif aman dari guncangan-guncangan politik. Kerjasamanya dengan Sutarmidji amat erat. Sutarmidji mengurusi hal-hal yang kecil-kecil. Buchary cenderung berpikir besar seperti Pontianak Town Square, kota bertaraf internasional, mall, dan jam matahari atau teropong matahari di Tugu Khatulistiwa. Kebalikan dengan Sutarmidji yang berpikir kecil-kecil semisal jalan lingkungan. Dia lebih memilih acuan anggaran untuk menstimulir partisipasi masyarakat. Caranya dengan menyiapkan semen bagi yang mau bergotong-royong memperbaiki jalan lingkungannya. Kelak program ini mendapat tempat di hati masyarakat sehingga perubahan insfrastruktur Kota Pontianak tidak berubah seketika. Sutarmidji sudah memulainya dengan langkah-langkah kecil. Jika mata rakyat sekarang terbelalak melihat Jalan Koyoso yang lebar dan luas dari sebelumnya sempit dan kumuh, begitupula Kota Baru, Pontianak Timur, Pontianak Utara, Sutarmidji sudah memulainya sejak lama. Bermula dari langkah kecil menjadi langkah besar. Bermula dari mengurusi RT menjadi mengurusi kota.

37


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pilihan Jodoh

B

agaimanakah seorang yang pendiam mendapatkan jodoh? Sutarmidji hanya bicara yang penting-penting. Sedikit bicara. Irit kata-kata. Hemat waktu untuk berbual-bual. Ia lebih memilih kesibukan lain seperti membaca. Atau kumpul sesama teman buat main gaplek (domino). Naik taraf sedikit yakni olahraga bulutangkis (badminton). Lebih parah lagi Sutarmidji tak ada kamus dekat dengan makhluk bernama perempuan. Dia pemalu. Penyakit ketiga untuk mendapatkan jodoh adalah fokus waktu dan energi. Sutarmidji memfokuskan diri ke pendidikan. Selama itu pula dia tidak pacaran. Kecuali pada suatu hari dia bertandang ke rumah kakeknya di Gang Merak. Gang Merak ini berhadapan dapur dengan rumah orang tuanya di Wak Serang. Batas pembedanya hanyalah makam keluarga. Dari rumah kakeknya itu dia melihat seorang gadis remaja. Kulitnya putih. Rambutnya terurai. Wajahnya manis. Hati Sutarmidji pun bergetar. Entah mengapa. “Inikeh yang namenye asmara?� Begitu panah melesak-lesak di ba-

38


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

tinnya. Sebagai pria intelek Sutarmidji pandai menyembunyikan getaran halus di dadanya. Ia mengawasi keadaan sekeliling. Mulai dari rumah tempat si dara jelita itu tinggal, menelusuri anak siapa, saudara siapa, asal muasalnya. Cepat sekali rekenannya. Maklum sejak kecil Sutarmidji sudah biasa berhitung dan berpikir analis. Didapatkannyalah sebuah nama: Lismaryani. Sekolah di SMP Bawari. “Bawari sekolah yang bagos. Sekolah agama. Bagos budak ini ini…Insya Allah-lah.” Sutarmidji manggutmanggut dalam hati. Diketahuinya ayah kandung Lis, H Sulaiman. Nama Nabi. Orang baik-baik. Sutarmidji dalam kultur Islam taat mengetahui tata cara memilih jodoh. Terlebih pergaulannya cukup luas di kampus. Apalagi sejak di FH Untan dia aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Terbiasa mendengarkan aspirasi. Aspirasi dirinya berapi-api untuk memanjakan getaran asmara di rongga dada. Desir desire itu harus disalurkan dengan cara yang benar. Cara dalam tuntunan Islam adalah pilihlah jodoh dengan melihat parasnya, keturunannya, hartanya dan agamanya. Namun Nabi menasehati setiap pemuda agar memilih jodoh karena agamanya, “Pasti kamu bahagia,” kata Rasulullah. Midji mereken agama Lismaryani Islam. Sekolahnya di Bawari pula. Lanjut kemudian ke SMA Mujahidin. Sekolah di bawah naungan mesjid terbesar di Kota Pontianak. Anak keturunan baik-baik. Maka hitungan selanjutnya tak penting soal harta, Midji kesengsem dengan paras cantiknya. Bola matanya. Lagak-lagunya. Tanpa suit-suitan apalagi SMS dan telepon—saat itu belum ada HP—Sutarmidji mendekat. Caranya adalah dengan berkomunikasi. Sebab keluarga besar Sulaiman dan keluarga besarnya saling kenal. Sutarmidji pun tak ragu mengunjungi Lis di Gang Semangka. Kebetulan kakak kandungnya Nurlaili bertetangga dengan H Sulaiman. Istri Sulaiman kerap “nanggak” ke kediaman Nurlaili. Lismary39


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ani suka ikut serta. Tak pelak binar-binar mata Sutarmidji “nyetrum” di bola mata indah Lismaryani. Gadis ini tersipu malu. Namun panah asmara tanpa kata-kata itu sudah gayung bersambut. Apalagi Sutarmidji menunjukkan gelagat yang aneh. Yakni setiap malam Minggu datang dengan naik oplet dari Wak Serang ke Gang Semangka. Pura-pura hendak main gaplek dengan saudara-saudara Lismaryani. Dara jelita itu memang masih belia. Terpaut 10 tahun usianya dari Sutarmidji. Namun lain dengan pandangan mata Sulaiman dan istrinya. “Laen gak gelagat Midji tu Mak,” wejang Sulaiman. “Nampaknye die nakser anak kite bah Pak e.” Bu Sulaiman senyum simpul. “Midji tuh anak baek…turonan baekbaek,” sambungya. Karena kebaikan yang dikenalnya itulah setiap malam Minggu sang ibu selalu menyiapkan nasi goreng buat menyongsong kedatangan Sutarmidji. Nasi goreng ini seringkali pula disempurnakan dengan hidangan ikan masak asam pedas. Wuih. Maknyos. Sutarmidji yang jauh lebih dewasa dari Lismaryani saat itu melamar secara jantan. Lamaran diterima Lis dengan diam. Namun diamnya perempuan adalah pertanda setuju. Jodoh pun tak lari ke mana. Lismaryani sangat beruntung mendapatkan cinta sejati Midji. Sepanjang riwayatnya dia hanya mengenal satu perempuan. Yakni istrinya. Perempuan lain yang dekat dengan dirinya adalah orang tua dan mertua serta saudara sekeluarga. Lainnya tidak. Sutarmidji memegang prinsip kepemimpinan harus dimulai dari rumah tangga. Jika rumah tangganya beres, maka dia akan mampu mengatasi kepemimpinan organisasi yang lebih besar. Bagi Sutarmidji kepala keluarga adalah pemimpin. Dia harus bisa memimpin dan mengimami istri serta anakanaknya. Buah dari pernikahannya dengan Lismaryani, Sutarmidji memiliki tiga orang anak. 40


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Resepsi pernikahan dihelat di Gedung Pertemuan Jalan Zainuddin yang bersebelahan dengan Gedung Pramuka. Atau tepatnya di depan Gedung Bappeda Kota Pontianak. Wilayah ini tidak asing bagi Sutarmidji karena merupakan area permainannya semasa kecil. Tak terkecuali ketika menjajakkan koran. Usai menikah Sutarmidji ikut bergabung dengan mertuanya di Gang Semangka. Sampai anak pertamanya sekolah TK. Namun di saat-saat mengharu-biru sebagai kepala rumah tangga itu dia telah mulai membangun bahtera rumah tangga sendiri di Gang Waris. Saat itu eksistensinya sudah di DPRD Kota Pontianak. Seiring dengan karir yang dilaluinya, rumah di Gang Waris kemudian ditinggalkan karena Sutarmidji menjadi Wakil Walikota. Dia harus hijrah ke rumah dinas di Jalan KS Tubun. Selanjutnya dia harus pindah lagi karena menjadi Walikota dengan rumah dinas di Jalan Abdurrachman Saleh. Keakraban keluarga besar Sutarmidji dan Lismaryani tidak hanya diikat dengan perkawinan, namun Sulaiman sama sama Tahir menunaikan ibadah haji. Saat itu tahun 2004. Sepulang haji sang ayah berbisik ke telinga putranya, “Selamak program yang kau janjikan kau laksanakan, kau terpileh agek. Masyarakat dah pandai menilai.�

41


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

42


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bagian Ketiga:

Tunaikan JanjiUkir Prestasi 43


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

44


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tunaikan JanjiUkir Prestasi

P

ilkada kota tahun 2007 itu berlangsung seru sekaligus tegang. Inilah kali pertama pemilihan secara umum, langsung, bebas dan rahasia yang dilakukan warga kota Pontianak untuk memilih walikota dan wakil walikotanya. Tak tanggung-tanggung ada enam pasang kandidat untuk menuju kursi A1 dan A2 tersebut. Pasangan itu masing-masing selain Sutarmidji-Paryadi adalah Drg Oscar Primadi-Hartono Azas, Gusti Hersan Aslirosa-Setiawan Liem, Harso Utomo Suwito-H Awaluddin, Sri Astuti Buchary-Eka Kurniawan dan calon independen Moh Haitami Salim-Gusti Hardiansyah. Sutarmidji surprise karena menang dengan satu putaran. Kemenangan Sutarmidji-Paryadi didukung oatingmass atau massa mengambang yang menggelembung di Kota Pontianak. Gerakan massa mengambang ini tidak selaras dengan kemenangan pasangan Cornelis-Christiandy di level gubernur. Jika linier, maka PDIP yang mengusung 45


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Cornelis-Christiandy dengan kemenangan populis di Kota Pontianak semestinya akan tampil sebagai pemenang. Paket yang diusungnya Sri Astuti Buchary-Eka Kurniawan. Dalam kacamata politik etnis, sokongan buat PDIP di Pilkadagub di mana duet Cornelis (Dayak) dan Christiandy (China) tidak sinergis di Pilkada Kota. Kandidat etnis China mengarah kepada Harso Utomo Suwito (Calon Walikota) dan Setiawan Liem (Cawako). Suara China terpecah. Sebaliknya Sutarmidji dengan cermat membaca ke mana arah angin politik. Dia melalui perahu PPP sadar bobot perahunya kecil sehingga harus berkoalisi. Koalisinya adalah Paryadi secara etnisitas Madura. Populasi Madura di Pontianak signikan pasca pengungsian dari Kabupaten Sambas. Kemenangan Cornelis-Christiandy memunculkan sentimen bahwa posisi gubernur telah lepas dari actor politik Melayu (muslim), maka posisi walikota tidak boleh lepas. Suara oating mass berhitung. Massa mengkonsentrasikan diri kepada incumbent. Petahana. Dalam hal ini petahananya adalah Wakil Walikota, Sutarmidji. Terlebih track record-nya selaku Wakil Walikota cukup nyata. Yakni pembangunan jalan lingkungan. Proyek bantuan semen ke gang-gang dan RT-RT. Sutarmidji juga ringan tangan membantu rehabilitasi mesjid. Terlihat nyata di Koyoso, depan Gang Jagung—tak jauh dari Gang Semangka dan Mesjid Almanar—tak jauh dari Wak Serang. Sutarmidji yang aktif di pengurus mesjid menunjukkan kepeduliannya yang besar pada rumah ibadah dan manajemen peribadatan. Menurutnya agama adalah sumber pendidikan karakter yang terbaik. Swing voters berkiblat kepada pasangan Midji-Paryadi. Dia menang dengan satu putaran di atas 30 persen. Dia kemudian dilantik dan mulai melakukan gebrakan.

46


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tutup Kebocoran, Raih PTSP dan Kihajar Award

K

iat Sutarmidji yang pertama sebagai Walikota Pontianak adalah mencegah kebocoran yang terjadi di APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Dia “skak madâ€? dengan proyek ď€ ktif yang berkarat di pos bernama bansos alias bantuan sosial. Bansos sebuah nama yang keren, namun kerap diselewengkan. Tak pelak sering diplesetkan orang sebagai bantuan sok sial. Sutarmidji sadar hukum. Dia tahu resiko bansos besar. Tak ingin sosial menjadi sial. Bansos dia pangkas. Berjenjang. Bertahap agar tidak terlalu kaget. Mulai dari Rp 40 miliar turun 50 persen menjadi Rp 18-20 miliar. Anggaran bansos itupun ditujukan untuk memberantas kemiskinan serta meningkatkan mutu pendidikan, utamanya beasiswa. Seluruh bantuan dia umumkan. Bansos yang penting dan teramat penting tetap dia anggarkan namun sangat kecil daripada sebelumnya. Diseleksi secara ketat. Jika pengajuannya benar, baru diluluskan dan dicantumkan ke dalam 47


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mata anggaran. Anggaran ini diekspose di media agar bisa dibaca warga. Pencairan dananya pun tanpa sunatan. Jika ada sunatan, maka Walikota minta laporan. Jika laporan itu benar, maka pelapor dihadiahinya Rp 1 juta sebagai bonus. Sedangkan pejabat yang menyunat atau pungli—pungutan liar—akan dipecat. Pihak yang selama ini “bermain” di wilayah “basah” bansos menderita. Cuaca berubah. Dulunya basah, menjadi kering kerontang. Bagi yang tidak mau berubah dari salah menjadi benar, tak mampu tutup suara. Mereka berteriak. Marah-marah. Tebar tnah. Sutarmidji tak bergeming. A kata dia, A yang ditujunya. B menurutnya ya B mesti dijalankan. Sutarmidji bukan pemimpin biasa. Bukan tembang ayok-ayok. Keras karena benar. Di satu sisi dia dicaci, pada sisi lain dia dipuji. Sutarmidji sadar itulah resiko tampil sebagai pemimpin. Ibarat pohon tinggi angin mendampratnya pasti kencang. Jika akar tunggang tidak kuat menghunjam bumi—tidak mengakar kepada rakyat—pasti tumbang. Midji kokoh dengan rel hukum sebagai paradigmanya. Hal ini bukan berarti di “pekak lantak”. Masukan demi masukan rela dia dengarkan dengan seksama, namun rasional. Masuk akal. Logis. Lantas ke mana dana yang dihemat dari bansos itu? Di awal tahun pemerintahannya sebagai Walikota, Sutarmidji bermimpi akan adanya kantor terpadu. Dia melihat Kantor Dinas Pendidikan Kota Pontianak di Jalan Sutoyo sudah reot. Atapnya bocor. Jalan masuknya becek. Di areal ini dimintakannya untuk didesain ulang. Digambar yang bagus. Dialokasikan dana. Kemudian menjelmalah gedung standar kota—menurut warga mewah nan megah—namun menurut Sutarmidji itu bangunan biasa. Dari gedung ini kelak lahir prestasi besar. Untuk Kantor BP2T mendapat award PTSP Terbaik Nasional. Untuk Dinas Pendidikan meraih Penghargaan Kihajar Dewantara.

48


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dari Disclaimer Menjadi WTP

S

utarmidji sadar bahwa Kota Pontianak tidak memiliki sumber daya alam seperti tambang dan hutan, termasuk pertanian yang luas. Pendapatan Asli Daerah (PAD) amat sangat terbatas. Kota ini hanya menawarkan perdagangan dan jasa. Untuk itu dia kencangkan ikat pinggang. Menjalankan prinsip hemat. Segala aktivitas harus efektif dan eď€ sien. Sangkil dan mangkus. Langkah cerdas dia lakukan. Dia mulai dari diri sendiri. Yakni menekan biasa perjalanan dinas dirinya sendiri sebagai walikota. Misalnya perjalanan dinas ke Jakarta sangat dia seleksi. Yang tidak terlalu penting, tidak dia hadiri. Dana ternyata bisa dihemat dan bisa dialokasikan kepada pembangunan fasilitas rakyat. Beranjak dari keberhasilannya menekan biaya perjalanan dinas sendiri, walikota menekankan eď€ siensi dana perjalanan dinas seluruh pejabat SKPD di Pemerintahan Kota Pontianak. Akibatnya positif. Total dana perjalanan dinas dari Rp 10 miliar ditekan menjadi Rp 7 miliar. Dari 49


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

dana itu berhasil lagi ditekan menjadi 5,7 miliar dan akhirnya 4,7 miliar. Koordinat esiensinya lebih dari 50 persen. Lebih dari separuh. Ibarat mengencangkan ikat pinggangnya, ciut sampai jauh. Kebalikan dari dana perjalanan dinas yang zaman Orde Baru dulu laksana lagu Gesang berjudul Bengawan Solo, “Air mengalir sampai jauh…akhirnya ke laut…” Pendidikan efektif dan esien yang menjadi sokoguru Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebabkan nilai rapor pemkot semula—saat Sutarmidji menjabat walikota—merah bernama disclaimer, berubah. Step by step. Sedikit demi sedikit menanjak. Angka merah menjadi hitam. Disclaimer menjadi WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Lalu akhirnya, nilai tertinggi itu pun diperoleh dengan angka biru. Posisi nilai rapornya WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). WTP adalah tiga huruf sakti yang diidam-idamkan setiap kepala daerah, bahkan kepala negara. Predikat ini membuktikan bahwa dalam kepemimpinannya APBD atau APBN berjalan sesuai dengan kaidah hukum. Ibarat kereta api, dia berjalan sesuai dengan relnya. Oleh karena itu seluruh penumpang akan selamat. Lokomotif berjalan sempurna. Tidak ada kebocoran. Tidak ada korupsi. Tidak ada kerugian negara. Jikalaupun ada, hanya kesalahan teknis administratif. Perjalanan menuju WTP ini panjang, berliku, tak jarang terjal. Selain dimulai dengan keteladanan diri berupa disiplin masuk kantor di pagi hari serta hemat anggaran, juga kerja keras. Kerja keras ini dengan banyak turun ke lapangan. Banyak koordinasi melalui tatap muka. Baik tatap muka formal, informal dan nonformal. Seluruh aspek tugas dan fungsi kepala daerah dijalankan dengan optimal. Bahkan inginnya maksimal. Otak bekerja terus, nyaris 24 jam. Oleh karena itu tak jarang Sutarmidji meminta pertemuan. Pertemuan itu dipastikan membahas sesuatu untuk pembangunan. 50


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Adalah kebiasaan manusia umumnya pemalas. Sutarmidji tidak suka dengan hal itu. Oleh karena itu dia selalu mengarahkan seluruh komponen aparatnya. Dimintanya disiplin. Disiplin anggaran diterapkannya dengan penandatanganan pakta integritas. Pakta integritas ini dimintanya dipajang di depan pintu masuk ke ruangan kantor sehingga dapat dibaca semua orang. Bukan masuk ke dalam laci kemudian dilupakan. Kata-kata Sutarmidji terkadang dinilai keras dan kasar. Namun membangunkan orang-orang malas memang harus demikian. Sementara bagi orang-orang yang rajin dan disiplin, kepemimpinan seperti itu sama sekali tidak ada masalah. Lihat saja dengan prestasi yang diraih. Hal itu cukup menjadi fakta tak terbantahkan.

51


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Prioritaskan Pelayanan dan Sarana Prasarana Publik

K

eberhasilan menghemat dana menyebabkan likuiditas keuangan Pemkot Pontianak sangat cair. Seolah dana sampai bingung mau dikelola buat apa? Bagi Sutarmidji saluran keuangan itu jelas ditujukan kepada pembangunan infrastruktur. Infrastruktur itu terutama jalan, drainase, pendidikan dan kesehatan. Pembangunan jalan membutuhkan dana besar. Terlebih-lebih bagi Kota Pontianak yang hanya 0-1 meter di atas permukaan laut. Intrusi air laut akan masuk menggenangi daerah-daerah rendah, khususnya pinggiran Sungai Kapuas. Lebih-lebih jika berduet dengan musim hujan. Tak pelak lagi, wilayah rendah dan belum tersentuh pembangunan jalan yang bagus akan menderita. Sutarmidji sudah mempunyai pengalaman sukses dengan bantuan semen untuk jalan lingkungan. Hal ini dia tingkatkan. Jalan-jalan tidak hanya disemen 1 meter, namun jalan utama dibeton! Setelah dibeton dengan ketinggian mencapai setengah meter, barulah dilapisi hot mix

52


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

atau aspal. Jalanan Kota Pontianak pun besar dan mulus. Jalan di Koyoso semula sempit, kini kita bisa menarik napas panjang. Lega. Jalanan longgar. Panjang. Luas. Hal senada terjadi untuk ruas jalan utama Kota Baru. Area jalan ini dahulu sempit, bergelombang, tak jarang berlubang. Kini mulus dan halus. Ruang terbentang lapang. Tinggal bagaimana masyarakat menjaga keamanan berlalu-lintasnya. Tidak hanya di kedua ruas jalan protokol tersebut. Semua sisi jalan diperhatikan. Baik di Pontianak Barat, Timur, Selatan, Utara. Termasuk Pontianak Selatan Tenggara. Bagi yang tidak suka traveling, tidak akan tahu bahwa sudah ada jalan paralel yang menjadi outer ring road Kota Pontianak. Menjadi jalan alternatif dari kemacetan Jalan Ahmad Yani di peak seassion. Itulah jalan yang menghubungkan Sungai Raya Dalam dengan Parit Haji Husin. Parit Haji Husin ke Sepakat. Dari Sepakat melintasi Universitas Tanjungpura ke Perdana. Dari Perdana ke Purnama. Dari Purnama ke Kota Baru. Dari Kota Baru ke Danau Sentarum. Dari Danau Sentarum ke Sungai Jawi. Dari Sungai Jawi ke Nipah Kuning. Pemkot bermimpi hendak melintasi Sungai Kapuas dari Nipah Kuning ini “tembak langsung� ke Pontianak Utara. Tepatnya ke Batu Layang. Namun terkendala pembebasan lahan. Di sini jika masyarakat sadar akan arti pentingnya infrastruktur mestinya bukan menekan dengan harga tinggi melainkan merelakannya dengan ikhlas. Sebab dampak yang akan dirasakannya berkali lipat. Yakni harga tanah akan naik dengan efek domino, juga multiplier effect ekonomi. Hanya saja tidak mudah membuka mata masyarakat awam. Butuh proses yang sabar. Oleh karena itu Pemkot terus bersosialisasi sekaligus negosiasi. Bagi Pemkot Pontianak idealnya pembangunan Jembatan Kapuas III ini di Nipah Kuning ke Pontura. Namun jika terkendala, maka alternatif lainnya adalah menggandakan53


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nya dengan Jembatan Kapuas I di mana pada daerah ini akan dibangun Jembatan Layang alias Fly Over. Fly over ini akan didukung oleh APBN melalui rumusan Musrenbangnas. Dana sokongan diperkirakan sebesar Rp 200 miliar dengan panjang jembatan layang 600 meter. Diperkirakan hal ini bisa dimulai pada tiga tahun mendatang. Melalui infrastruktur jalan yang terbentang seperti itu jalur-jalur baru di Pontura juga berdetak. Pengaruh yang sama terjadi di Pontim. Jangan hitung pertumbuhan kompleks-kompleks perumahan. Semula Rp 75 juta per unit, namun dikarenakan tanah semakin sempit—dapat dikatakan saat ini sudah habis—per unit rumah sudah beralih ke tipe menengah dan besar. Tipe 80 dipatok pada angka Rp 400 juta. Bahkan tipe rumah besar di Kota Pontianak menembus angka Rp 1 miliar per unit! Ini reputasi pembangunan kota yang luar biasa. Stimulasinya dari pemerintah. Penggerak rilnya pengusaha. Di sinilah seni kepemimpinan itu. Bisa menghidupkan interaksi. Interaksi struktural-fungsional. Akibat pembangunan jalan terjadi di mana-mana dengan standar nasional bahkan internasional, Pontianak mewujudkan visi-misinya. Yakni menjadi kota dagang dan jasa yang berwawasan lingkungan. Lampu terang-benderang di pinggir-pinggir jalan. Keindahan bisa dirasakan sehingga menghidupkan bisnis rumah tangga, khususnya kuliner. Aneka makanan khas Kota Pontianak dijajakkan. Entrepreneurship tumbuh. Perhotelan maju pesat. Tingkat hunian tinggi. Pajak yang masuk kepada Pemkot juga melejit. PAD semula Rp 60 miliar meroket jadi Rp 204 miliar. Fantastis. Miracle! Dengan likuiditas keuangan yang terus tumbuh, sementara APBD berjalan sesuai dengan relnya—tidak bocor, tidak ada korupsi, tidak ada kerugian negara—sektor pendidikan dan kesehatan pun berkembang dengan sukacita. Keluhan warga akan masa depan anak-anak diwujudkan Sutarmidji dengan rehabilitasi gedung sekolah sampai 54


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

infrastrukturnya. Bangunan dibuat megah, namun SDM para guru dan Kepala Sekolah juga ditingkatkan dengan pelatihan dan pelatihan. Kursus-kursus. Peningkatan jenjang dari S1 ke S2. Dari S2 ke S3. Prestasi demi prestasi pun diukir. Misalnya pelajar yang mendapatkan nilai tertinggi dimotivasi dengan reward atau hadiah Rp 10 juta per orang. Juga diberikan beasiswa. Beasiswa ditujukan pula kepada anak yang tidak mampu. Di Kota Pontianak tidak ada yang putus sekolah. Harus sekolah. Wajib belajar 12 tahun. Bahkan tingkat SD sampai SMA-SMK gratis. Semua ditopang APBD. Hanya tinggal kerja keras setiap kepala siswa, guru, dan orang tua untuk menentukan setiap anak tumbuh sukses sesuai dengan cita-citanya. Setiap warga akan terpana melihat sekolah-sekolah bermetamorfosis. Sekolah-sekolah itu berdandan cantik. Warnanya soft. Lembut. Hijau muda. Hal ini tentu saja bukan warna partai. Bukan PPP. Sebab warna hijau itu warna alami. Warna dasar yang disukai para nabi dan aulia. Warna hijau ini sudah dipakai untuk Pontianak Convention Center (PCC) padahal pada saat itu Sutarmdji belum menjabat sebagai walikota. Warna hijau ini warna edukatif. Warga Kota Pontianak yang tumbuh semakin kritis kerap mengeluhkan pelayanan rumah sakit umum yang antreannya panjang. Sementara berobat ke rumah sakit swasta mahalnya tidak ketulungan. Sutarmidji meresponnya dengan pembangunan Rumah Sakit Umum. Proyeksi kelas tiga, namun pelayanannya nomor satu. Proyek RS ini diplotkan dana Rp 40 miliar dan dirawat dengan baik. Kini sudah operasional. Bahkan mendapatkan pujian dari Menteri Kesehatan.

55


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Rehabilitasi Pasar Tradisional ke Modern

P

ertumbuhan dan perkembangan Kota Pontianak seiring perjalanan waktu. Bangunan-bangunan pasar tradisionalnya pun sudah dimakan umur. Bahanbahannya lapuk. Kayu-kayunya memburuk. Diperlukan rehabilitasi. Likuiditas keuangan Pemkot yang positif menyentuhnya. Sentuhan yang tentu saja dinamis. Bagi sebagian orang sama sekali tidak mudah. Sebab para pedagang sudah punya tradisinya sendiri. Sudah punya pelanggan tetap. Di sini merubah sikap-mental seseorang butuh kesabaran dan keahlian sehingga bisa terjadi pasar Jeruju yang kumuh menjadi Pasar Cempaka yang elegan. Pasar ini menjadi percontohan karena kebersihannya. Pasar lain pun dipugar. Kali ini berada di jantung kota. Di wilayah paling ekonomis dan bergengsi—Gajahmada. Pasar Flamboyan. Pasar tradisional terbesar Kota Pontianak.

56


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji menjadikannya target pelayanan public. Melayani konsumen dengan penyediaan infrastruktur pasar yang modern. Pasar yang bersih, indah dan manusiawi. Sosialisasi pun dilancarkan setahap demi setahap. Sebagian menerima, namun sebagian lagi menolak. Kelompok menolak ini dalam sosiologi disebut vested interest. Mereka tidak ingin kepentingannya terganggu oleh sesuatu yang bernama perubahan. Padahal perubahan adalah sesuatu yang pasti di dalam hidup ini. Di sini ada pelajaran berharga. Di mana walikota bersikukuh merenovasi Pasar Flamboyan sementara ada pihak yang memperkarakannya di PTUN. Gugatan di PTUN atas dasar HGB itu menang pula. Namun inilah untungnya seorang pejabat walikota yang berlatar belakang hukum. Dia tahu peta hukumnya. Dia gawangi Mahkamah Agung yang membenarkan berjalannya renovasi Pasar Flamboyan. Akhirnya tuntut-menuntut pun didapatkan jalan tengahnya di mana setiap pedagang mendapatkan biaya pindah atau bongkar Rp 12,5 juta dan meneken pakta integritas. Menandatangani kesepakatan bersama. Di mana yang tidak mau teken berarti dia setuju rukonya dibongkar paksa oleh pemerintah. Ternyata hasilnya luar biasa. Bermula dari penolakan, berakhir dengan bongkar dan pindah sendiri. Di sini berbeda dengan aksi yang berlaku di televisi di mana pedagang kerap dipidah-paksakan sehingga mereka meraung-raung meratapi nasib. Kita sebagai pemirsa pun mengurut dada dengan ucapan, “Kok bangsa kita menjadi seperti ini?� Namun pemandangan itu tidak terjadi di Kota Pontianak. Bahkan tidak hanya renovasi pasar tradisional namun juga Pedagang Kaki Lima (PKL). Lihatlah pemandangan di depan Bank Kalbar. Tepatnya di mulut jalan Pasar Sudirman. Dahulunya mampet. Macet dengan PKL. Pemandangan yang sangat tidak berkenan di hati. Kondisinya saat ini? Bersih. PKL direlokasi. Sebab sudah banyak sekali wilayah pasar baru atau lokasi 57


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

bernilai ekonomi tinggi seantero Kota Pontianak. Terlebih kepada mereka diberikan modal dan bimbingan. Pemkot memiliki jurus sentuh yang mujarab. Itu akibat tangan dingin pemimpinnya yang bukan kategori pemimpin biasa. Dia out of box. Sejak kecil terbiasa berpikir siklikal. Bukan lateral. Dia kreatif. Inovatif. Tak kenal lelah.

58


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tunaikan Janji

B

isikan sang ayah HM Tahir masih mengiang di kuping Sutarmidji. “Kalau kau laksanakan janji, kau akan terpileh agik.� Janji adalah hutang. Hutang harus dibayar. Sutarmidji dikenal punya kampanye unik saat kampanye Pilwako. Yakni rehabilitasi rumah warga miskin. Jumlahnya tak tanggung-tanggung seribu! Bahkan dalam fenomenologi bahasa, kata seribu itu bisa berarti tak terhingga. Misalnya nuhun sewu. Atau beribu maaf. Rehabilitasi rumah itu sudah dilakukan. Sentuhannya sejak pertama menjabat sebagai walikota. Rehab rumah warga miskin ini dilakukan dengan meningkat kepada sanitasi lingkungan. Khususnya toilet, WC atau kakus. Masing-masing keluarga miskin dialokasikan dana Rp 1,2 juta. Dana ini didampingi pengerjaannya sampai jadi. Program berikutnya adalah penggantian atap. Janji-janji Sutarmidji tidak sulit untuk ditagih. Dia membuka diri. Bahkan bekerjasama dengan media di mana dahulu di masa kecil dia bahkan penjual koran. Sutarmidji menjawab langsung persoalan-persoalan masyarakat me59


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

lalui media massa. Bagi Sutarmidji interaksi dengan media massa sangat penting, karena mereka punya kepanjangan tangan sangat luas. Selain itu bagi pemerintah yang baik, transparansi dan akuntabilitas adalah kebutuhan. Bagi Sutarmidji yang ber-background hukum, yang namanya transparansi, akuntabilitas publik bukan lagi kewajiban tindak-laku bernegara, namun sudah menjadi kebutuhan. Di sinilah maka di bawah pemerintahannya banyak sekali melakukan kerjasama. Misalnya dengan BPK, KPK, dan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). Kampanye anti korupsi pun dilakukan bersama KPK. Seiring-sejalan dengan idealisme mewujudkan tatanan pemerintahan yang baik. Good governance. Clean government.

60


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Soliditas Tim

T

iada keberhasilan tanpa kerjasama tim. Team work pemerintah adalah SKPB dan staf. Untuk ini Walikota Sutarmidji memberikan teladan dan rajin mengingatkan. Dia sadar dengan wejangan para ulama bahwa manusia itu dhaif, lemah, suka lupa. Oleh karena itu diajarkan untuk saling ingat-mengingatkan dalam kebenaran. Saling ingat-mengingatkan dalam kesabaran. Walikota Sutarmidji demi mengamalkan QS Al Ashr tersebut, kadang sampai satu jam. Urut kacang dari satu SKPD ke SKPD lainnya. Sebab ibarat paku. Paku itu tidak akan masuk sebelum diketuk kepalanya dengan martir. Ketukan itu tentu saja sakit. Apalagi jika dibarengi dengan hati yang tidak ikhlas. Sutarmidji selaku pimpinan punya kartu as. Dia melakukan mutasi bagi staf yang melanggar tata aturan kepegawaian di bawah tali kendalinya. Ini bentuk punishment. Pembinaan. Sebaliknya, bagi PNS yang bekerja dengan profesional mendapatkan reward. Bentuknya promosi jabatan. Sebab jabatan yang lebih tinggi, maka beban dan tanggung jawabnya lebih besar. 61


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Ekspose Internal untuk Eksternal

W

ujud dari transparansi dan tata kelola pemerintahan yang baik adalah informasi. Informasi pembangunan Kota Pontianak bisa diakses melalui media cetak lokal dan nasional. Juga Pemkot memiliki website tersendiri yang aktif up-date. Media ini mendapatkan penghargaan nasional karena tata kelolanya sangat baik. Berikut ini antara lain beberapa berita yang diekspose di website Pemkot:

Pendapat Akhir Walikota terhadap 10 Raperda dan Raperda APBD 2013 Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak tetap memprioritaskan program-program kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan dan pembangunan sarana prasarana publik. Demikian diungkapkan Walikota Pontianak, Sutarmidji dalam pendapat akhir terhadap tujuh rancangan peraturan daerah (raperda) 62


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

dan tiga raperda inisiatif DPRD Kota Pontianak serta raperda tentang APBD Kota Pontianak tahun anggaran 2013, Selasa (27/11) di ruang rapat paripurna DPRD Kota Pontianak. “Hal in tercermin dalam rancangan APBD 2013, dengan perbandingan belanja langsung yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan belanja tidak langsung,� ujar Sutarmidji. Adapun jumlah belanja langsung yakni sebesar 54,13 persen dan belanja tidak langsung sebesar 45,87 persen dari total belanja keseluruhan. “Dari sisi belanja modal telah mencapai 29,68 persen sehingga dengan kondisi ini, kita telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (permendagri) Nomor 37 tahun 2012 tentang pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2013,� papar Sutarmidji. Dijelaskannya, volume APBD tahun anggaran 2013 sebesar Rp 1,332 triliun lebih. Artinya, mengalami peningkatan sebesar Rp 308 miliar lebih atau mengalami kenaikan sebesar 30,08 persen jika dibandingkan volume APBD murni tahun anggaran 2012 sebesar Rp 1,024 triliun lebih. Dengan telah disetujuinya semua raperda oleh DPRD Kota Pontianak, lanjutnya, maka mekanisme selanjutnya adalah menyampaikan perda-perda tersebut kepada Gubernur Kalimantan Barat untuk dievaluasi. Sepuluh raperda Kota Pontianak yang terdiri dari tujuh ra63


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa perda dari Kepala Daerah dan tiga buah raperda inisiatif DPRD yakni perubahan atas Perda Nomor 4 tahun 2004 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan tempat parkir, perubahan Perda Nomor 1 tahun 2008 tentang administrasi kependudukan, perubahan atas Perda Nomor 3 tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Khatulistiwa, perubahan atas Perda Nomor 1 tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha, tambahan setoran modal Pemerintah Kota Pontianak pada peseroan terbatas Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak tahun 2012-2032, perubahan atas Perda Nomor 7 tahun 2011 tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Kota Pontianak pada BUMD, penanggulangan penyakit menular, pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS dan penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak. (nas)

Walikota Absensi Peserta Bimtek PBJ Peserta Bimtek Masih Ada yang Mangkir Walikota Pontianak, Sutarmidji gerah lantaran peserta bimbingan teknis (bimtek) pengadaan barang/jasa pemerintah yang keseluruhan berjumlah 121 orang namun masih ada be-

64


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa berapa peserta yang mangkir dari kegiatan bimtek itu. Bahkan, ia langsung mengabsensi satu persatu peserta untuk memastikan berapa orang yang tidak hadir dalam kegiatan tersebut. “Yang tidak hadir pada pagi ini, tidak boleh lagi mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Kalau mereka datang, suruh pulang,” tegas Sutarmidji saat membuka kegiatan bimtek pengadaan barang/ jasa pemerintah, Selasa (27/11) di Hotel Mahkota. Bimtek yang digelar selama lima hari mulai tanggal 27 November hingga 1 Desember 2012 ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) RI. Pada akhir kegiatan juga akan dilakukan ujian sertifikasi bagi peserta bimtek. Sutarmidji menilai, peserta yang tidak hadir pada kegiatan tersebut membuktikan mereka tidak disiplin dalam melaksanakan tugasnya. “Jadi bagaimana bisa disiplin ketika dia melaksanakan tugas dia, kalau ikut bimtek dan ujian saja ogah-ogahan,” timpalnya. Menurutnya, bimtek dan ujian sertifikasi sebagai persyaratan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan ini digelar supaya para pegawai di lingkungan Pemkot melaksanakan tugas dengan baik, lebih cepat, transparan dan lebih nyaman. “Siapa yang tidak mau mengikuti prosesi ini secara personal mereka rugi. Dan mereka-mereka ini harus dibuatkan catatan-catatan tersendiri karena tidak mau mengikuti kegiatan ini,” ungkapnya. Sutarmidji meminta, kegiatan seperti ini baik itu bimtek maupun ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah supaya dilaksanakan lebih sering. “Bila perlu setahun tiga kali dilakukan ujian sertifikasi, semakin banyak semakin bagus,” ucapnya. Dia berharap, dalam pengelolaan keuangan supaya lebih transparan dan kompetensi untuk pengelolaan barang dan jasa juga semakin baik. “Aturan-aturan pemerintah itu ditaati. Semua ini dilakukan dalam rangka kita menjawab tantangan ke depan,” terangnya. Direktur Bina Pelatihan dan Kompetensi LKPP RI, Darma Nursani mengungkapkan, pihaknya berkeinginan sumber daya manusia (SDM) di bidang pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemkot bisa lebih baik lagi. “Saya lihat di daftar belum ada trainer di kota ini. LKPP sebetulnya bukan pemberi training, kami adalah regulator. Namun tahun depan diharapkan yang memberi65


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa kan pelatihan pengadaan barang dan jasa itu teman-teman dari kota ini,” tuturnya Dikatakan Darma, pihaknya akan menggelar training for trainer bagi lulusan terbaik untuk bergabung dengan LKPP dalam pembelajaran pengadaan barang dan jasa. “Mudah-mudahan Kota Pontianak lebih baik lagi dalam pengadaan barang dan jasa,” harapnya. (jim)

Lembaga Keagamaan Bangkitkan Ekonomi Kerakyatan Pemkot Gelar Pembinaan Lembaga Keagamaan Walikota Pontianak, Sutarmidji berharap, lembaga keagamaan yang ada hendaknya juga bisa membangun ekonomi kerakyatan. Salah satu contohnya masjid, lingkungan masjid juga bisa dibuat sebuah koperasi yang menjual sembako atau kebutuhan pokok lainnya dengan harga lebih murah dari harga pasar. “Sehingga kalau dikelola secara baik, masjid tersebut akan memperoleh banyak dana dari unit usaha koperasi yang dijalankannya,” ujar dia, usai membuka secara resmi kegiatan pembinaan lembaga keagamaan bagi majelis taklim dan pengurus masjid se-Kota Pontianak, Senin

66


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa (26/11) di aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Walikota. Dengan biaya operasional koperasi yang dibantu Pemkot, lanjutnya, koperasi bisa menjual sembako dengan harga yang lebih murah dari harga pasar sehingga bisa mengendalikan harga pasar. “Kalau sembako yang dijual koperasi harganya lebih murah, itu kan bisa mengendalikan inflasi,” terangnya. Ia berpendapat, apabila 20 persen jual beli beras bisa dikuasai lembaga keagamaan yang ada, diyakininya harga di pasaran tidak akan bergejolak. “Karena itu bisa menekan angka inflasi,” tukasnya. Sutarmidji juga berharap, peranan lembaga keagamaan saat ini mampu menyampaikan informasi-informasi terkait pemahaman ajaran agama kepada umatnya. Selain itu, Majelis Taklim juga bisa berperan sebagai corong untuk menyampaikan programprogram Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak yang sudah, sedang dan akan dilakukan ke depannya. “Mudah-mudahan kehidupan beragama di Kota Pontianak semakin baik dan lembaga keagamaan bisa berperan secara maksimal,” tutupnya. (nas)

Seorang PNS Terindikasi Narkoba Tes Urine di Kantor Terpadu Jalan Alianyang Upaya Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Pontianak bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dalam mencegah penyalahgunaan narkoba mulai membuahkan hasil. Satu demi satu pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot yang terindikasi narkoba terungkap saat dilakukan pemeriksaan tes urine. Setelah lima orang PNS yang positif menggunakan narkoba terungkap, kembali seorang PNS terindikasi narkoba setelah dilakukan tes urine di Kantor Terpadu Jalan Alianyang, Senin (26/11). Tes ini dilakukan secara mendadak tanpa sepengetahuan para pegawai di lingkungan kantor tersebut. Ada empat instansi atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di kantor terpadu itu, yakni Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Badan Lingkungan Hidup dan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi. 67


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Menurut Kepala BNNK Pontianak, A Harun AR, jumlah pegawai yang dilakukan pemeriksaan tes urine hari ini sebanyak 160 orang PNS. “Dari jumlah itu, seorang diantaranya terindikasi menggunakan narkoba. Untuk tindak lanjutnya, kita akan serahkan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk dilakukan pembinaan,” ujar Harun. Pemeriksaan tes urine ini, dikatakan dia, sebagai upaya dalam rangka melakukan pembinaan kepada mereka yang terindikasi menggunakan narkoba supaya segera melakukan introspeksi diri dan tidak lagi menggunakan narkoba. Harun menjelaskan, selain pemeriksaan tes urine, pihaknya juga kerap menggelar sosialisasi kepada seluruh masyarakat terkait penyalahgunaan narkoba seperti aturan-aturan dan undang-undang, akibat dari penggunaan narkoba, baik itu dari aspek kesehatan maupun psikologisnya. “Jadi tidak semata tes urine saja tetapi juga sosialisasi gencar kita lakukan,” tuturnya. Dia menyatakan, ke depan pihaknya akan melakukan tes urine secara insidentil, artinya tes urine yang dilakukan secara tiba-tiba saat para pegawai sedang beraktifitas. “Jadi kita akan datang secara tiba-tiba dan langsung melakukan tes urine di saat para pegawai sedang sibuk bekerja,” tukasnya. Sementara itu, Sekretaris BKD Kota Pontianak, Lazuardi menyatakan, tes urine ini bukanlah untuk mencari-cari PNS yang menggunakan narkoba, namun sebagai upaya melindungi dan 68


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa mencegah agar penyalahgunaan narkoba di kalangan PNS tidak merebak. “Jangan sampai ada peredaran narkoba di kalangan PNS kita,” katanya. Lazuardi menambahkan, peranan BKD dalam mencegah adanya pegawai yang menggunakan narkoba yakni dengan melakukan pembinaan kepada mereka supaya tidak lagi mencoba-coba menggunakan narkoba. “Hasil tes kemarin, dua diantara lima PNS yang terindikasi narkoba hasilnya negatif,” pungkasnya. (jim)

Sutarmidji Resmikan Pembangunan Pesantren Takfiz El Amani Pondok pesantren sebagai tempat para santri mengenyam pendidikan agama Islam membutuhkan bangunan yang layak sebagai tempat menampung sekaligus menempa mereka dalam mendalami ajaran agama Islam. Tak terkecuali, Pesantren Takfiz El Amani yang akan segera didirikan bangunannya di Gg H Umar Thaha Kelurahan Sungai Jawi Kecamatan Pontianak Kota. Walikota Pontianak, Sutarmidji yang meresmikan peletakan batu pertama bangunan Pesantren Takfiz El Amani, mengatakan, pondok pesantren yang ada hendaknya juga memperhatikan bangunan serta fasilitas lainnya bagi para santri. “Saya sangat

69


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa mendukung dibangunnya pesantren takfiz ini karena penting bagi anak-anak untuk menghafal Al Quran,” ujarnya, Minggu (25/11) saat meresmikan pembangunan pesantren tersebut. Pemerintah Kota Pontianak juga akan membantu baik dari kemudahan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan membebaskan retribusinya maupun bantuan dana melalui bantuan sosial (bansos). “Silakan saja ajukan proposalnya ke Pemkot, Insya Allah nanti akan kita alokasikan melalui dana bansos,” katanya. Sementara itu, Pimpinan Pesantren Takfiz El Amani, H Nur Faiz mengungkapkan, jumlah santri pesantren yang dipimpinnya ini sebanyak 30 santri. “Sebenarnya banyak wali santri yang ingin mendaftarkan anaknya di pesantren ini namun karena bangunan yang ada terbatas, jadi kita batasi,” terangnya. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan siap menampung santrisantri baru apabila bangunan gedung sudah rampung dan bisa dihuni oleh para santri. Pesantren ini selain sebagai tempat mereka melatih menghafal Al Quran, juga menjadi tempat menimba ilmu agama Islam. “Mereka juga kita berikan waktu untuk bermain karena bagaimana pun anak-anak butuh kesempatan bermain dan bersosialisasi,” ucapnya. Dia mengajak para undangan yang hadir untuk ikut memberikan sumbangsihnya berupa bantuan agar pembangunan gedung pesantren itu bisa segera selesai dan bisa digunakan para santri. (jim)

Orang Pontianak Jangan Malu Berbahasa Melayu Sutarmidji Ajak Kampanyekan Bahasa Melayu Walikota Pontianak, Sutarmidji mengajak masyarakat khususnya orang melayu maupun selain melayu yang berdomisili di Kota Pontianak supaya membiasakan diri berbahasa melayu sebagai upaya melestarikan akar budaya melayu. “Memang harus dikampanyekan kepada siapapun, lebih khusus orang melayu maupun yang bukan melayu untuk berbahasa melayu di Kota Pontianak ini,” ajak Sutarmidji saat membuka Seminar Bahasa Melayu yang digelar Sabtu (24/11) di Rumah Adat Melayu. Bahkan diakuinya, semasa menjabat sebagai Wakil Walikota 70


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pontianak sebelumnya, dirinya pernah diprotes melalui media massa selama hampir tiga bulan lantaran sebagai pejabat negara kerap kali menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa seharihari. “Saya tetap bertahan karena Kota Pontianak ini 70 persen bahasa komunikasi itu bahasa melayu. Jadi, jangan kita merasa malu atau minder menggunakan bahasa melayu karena sampai sekarang pun saya lebih senang kalau memberikan pengarahan atau sambutan itu menggunakan bahasa melayu,” tegasnya. Selain itu, untuk melestarikan akar budaya melayu, Sutarmidji berkeinginan beberapa budaya melayu yang ada di Kota Pontianak dibukukan supaya tidak punah dan hilang begitu saja. “Jangan sampai budaya-budaya itu hilang dan orang banyak tidak tahu tentang itu,” tukasnya. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak memberikan dukungan penuh supaya bahasa melayu Pontianak dijadikan sebagai muatan lokal dalam bidang studi di sekolah-sekolah. Namun hal tersebut belum bisa diwujudkan lantaran terkendala belum adanya kamus bahasa melayu Pontianak. Untuk itu, melalui seminar bahasa melayu ini, Sutarmidji berharap penyusunan kamus bahasa melayu Pontianak bisa segera direalisasikan. “Pemkot mendukung penuh disusunnya kamus bahasa melayu ini dengan membantu mencetaknya termasuk buku saku bahasa melayu Pontianak yang digunakan sehari-hari,” ucapnya. Sementara itu, Ketua Panitia seminar bahasa melayu, Retno 71


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Pramudya mengatakan, seminar yang digelar ini selain bertujuan melestarikan akar budaya dan bahasa melayu, juga akan ditindaklanjuti dengan menyusun kamus bahasa melayu Kota Pontianak bekerja sama dengan Balai Bahasa. Kamus bahasa melayu Pontianak ini juga akan di-Inggris-kan. Jadi, ada dua versi yakni kamus bahasa melayu Pontianak – Bahasa Inggris dan kamus bahasa melayu Pontianak – Bahasa Indonesia. “Jadi kami sangat mohon dukungan dari semua pihak karena pada seminar ini kita akan mengumpulkan kosa kata, bahasa dan kata-kata baru yang selama ini perlu kita gali dalam seminar ini,” pungkasnya. (jim)

Jangan Tergiur Kerja ke Luar Negeri Kampanye Publik Sosialisasi Perdagangan Orang Maraknya perdagangan orang (trafficking) yang kerap melibatkan anak-anak sebagai obyek perdagangan orang, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak baik itu pemerintah, stakeholder, lembaga non pemerintah serta seluruh lapisan masyarakat. Sebagai upaya pencegahan perdagangan orang atau eksploitasi manusia, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak juga selalu mengawasi terkait adanya upaya melakukan perdagangan orang untuk tujuan-tujuan negatif. “Saya ingin mengingat-

72


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa kan kepada adik-adik atau anak-anak pelajar, jangan sedikitpun kalian tergiur untuk bekerja ke negeri orang tanpa mempunyai keterampilan atau kemampuan di atas rata-rata mereka,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji pada kampanye publik sosialisasi perdagangan orang kepada pelajar dan tokoh masyarakat Kota Pontianak, Jumat (23/11) di Pontianak Convention Centre (PCC). Kampanye publik sosialisasi perdagangan orang ini merupakan salah satu program yang digelar International Organization for Migration (IOM) bekerja sama dengan Polda Kalbar, Pemkot Pontianak, Australian Federal Police (AFP), MTV Exit dan Mata Enggang. IOM merupakan lembaga internasional yang membantu pemerintah menangani permasalahan yang terkait dengan migrasi. Lebih lanjut Sutarmidji mengatakan, di Kota Pontianak ini cukup banyak pekerjaan yang bisa digeluti, hanya terkadang sebagian orang terlalu memilih pekerjaan yang ada. Selain itu, Sutarmidji juga mewanti-wanti kepada para pelajar supaya tidak mudah tergiur dengan gaya hidup mewah yang tidak bisa dijangkau oleh mereka karena akan membuat harga diri jatuh dan rusak. “Hanya gara-gara ingin memiliki handphone Blackberry, lalu merusak dirinya dengan menjual diri atau ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan berkaitan dengan perdagangan orang,” tukasnya. Dia berharap, anak-anak di Kota Pontianak minimal pendidikannya harus tamat SMA. Bahkan menurut Sutarmidji, angka putus sekolah untuk tingkat SMA di Kota Pontianak hanya 0,04 persen. “Ini merupakan angka yang sangat membanggakan kita dan tingkat SMP itu lebih kecil lagi yakni hanya 0,006 persen. Jadi, boleh dikatakan hampir tidak ada anak yang putus sekolah,” timpalnya. Sementara itu, Nurul Qoiriah dari IOM menjelaskan, tindak pidana perdagangan orang ini merupakan salah satu kejahatan terorganisir yang sindikatnya tidak hanya berada di Indonesia tetapi juga di luar negeri. “Terbukti berdasarkan data IOM, kita menangani sebanayk 4.332 korban perdagangan orang yang hampir 99 persen adalah orang Indonesia,” paparnya. Diakuinya, perdagangan orang ini tidak hanya diperdagangkan di wilayah Indonesia, tetapi juga diperdagangkan ke luar negeri. Ini adalah sebuah kejahatan serius dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang menjadi konsen semua 73


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa pihak. “Tidak hanya bapak lurah, bapak camat, bapak polisi dan ibu guru, tetapi kita semua terutama adik-adik pelajar yang hadir di sini. Kita harus berdiri, bersama-sama bergandeng tangan memerangi perdagangan orang ini,” pungkasnya. Dalam kesempatan itu, para pelajar juga mendeklarasikan “Suara Remaja Menentang Perdagangan Orang” yang intinya menentang keras perdagangan orang dan eksploitasi anak dalam bentuk apapun. (jim)

Sutarmidji : Gunakan BSPS Hanya Untuk Perbaikan Rumah Warga Pontim dan Pontura Terima Bantuan Perbaikan Rumah Setelah warga Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Barat menerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI, menyusul warga Kecamatan Pontianak Timur dan Pontianak Utara menerima BSPS yang diserahkan secara simbolis oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji, Sabtu (17/11) malam di Aula Kantor Camat Pontianak Timur dan Minggu (18/11) pagi di Aula Kantor Camat Pontianak Utara. Untuk Kecamatan

74


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Pontianak Timur total penerima bantuan perbaikan rumah tidak layak huni sebanyak 656 unit rumah, sedangkan Pontianak Utara sebanyak 353 unit rumah. Jumlah keseluruhan penerima BSPS di Kota Pontianak sebanyak 1.358 unit rumah. Sutarmidji menjelaskan, dana yang disediakan dalam program BSPS ini untuk satu unit rumah sebesar Rp 6 juta dan dananya akan masuk ke dalam rekening masing-masing penerima bantuan. “Cuma penggunaan dana ini, akan ada pendamping dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan konsultan pendamping. Jadi, saya berharap dana ini tidak boleh digunakan selain untuk perbaikan rumah. Kalau bapak ibu menggunakan dana ini untuk keperluan lain selain untuk perbaikan rumah, itu jelas melanggar aturan,” tegasnya. Kepada penerima bantuan stimulan perbaikan rumah ini, tak henti-hentinya dia mengingatkan supaya menggunakan dana bantuan tersebut benar-benar murni untuk memperbaiki rumah karena jika digunakan untuk keperluan selain perbaikan rumah, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab masing-masing penerima bantuan. “Kalau atapnya bocor, segera ganti atapnya. Kalau dinding rumahnya bolong-bolong, segera perbaiki dindingnya. Begitu juga kalau lantai rumahnya sudah lapuk atau tidak layak lagi, segera perbaiki,” harapnya. Yang terpenting, lanjutnya lagi, prioritaskan perbaikan rumah supaya rumah itu nyaman untuk ditempati. Sutarmidji juga menegaskan, bantuan yang dikucurkan ini hanya untuk memperbaiki rumah, bukan untuk memperbaiki sanitasi atau toilet. Perbaikan sanitasi atau toilet, menurutnya akan dilakukan pada anggaran tahun depan. “Jadi jangan dulu perbaiki WC-nya. Kita akan lihat, siapa yang melaksanakan perbaikan rumahnya dengan baik, tahun depan WC nya akan kita perbaiki,” tukasnya. Sutarmidji menambahkan, bantuan yang dikucurkan ini bukan untuk membangun rumah baru tetapi hanya untuk merehab atau memperbaiki rumah. Proses pencairan dana bantuan ini melalui dua tahap. Tahap pertama, dana yang dicairkan sebesar 40 persen dari total nilai bantuan. Kemudian, setelah pengerjaan tahap pertama selesai dan telah diverifikasi oleh tim, selanjutnya tahap kedua pencairan sisa dananya sebesar 60 persen untuk menyelesaikan perbaikan rumah tersebut. (nas) 75


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Resmikan Pembangunan Masjid Ar Rahman Pemkot Siapkan Bantuan Rp 100 Juta Dilatarbelakangi bertambahnya jumlah penduduk yang semakin padat dan jarak tempat ibadah khususnya masjid bagi umat muslim yang cukup jauh dari pemukiman warga Gang Angin Timur, Jalan Karet Kelurahan Pal Lima Kecamatan Pontianak Barat, Panitia Pembangunan Masjid Ar Rahman berencana membangun masjid di lingkungan tersebut. Masjid Ar Rahman ini dibangun di atas tanah wakaf seluas 750 meter persegi dengan luas bangunan 285 meter persegi. Walikota Pontianak, Sutarmidji yang berkesempatan meletakkan batu pertama menandai diresmikannya pembangunan Masjid Ar Rahman, meminta, pembangunan masjid ini hendaknya dikerjakan secepatnya supaya masyarakat atau jamaah masjid sudah bisa melaksanakan ibadah saat bulan Ramadhan tahun depan tiba di masjid yang dibangun dengan swadaya masyarakat serta bantuan dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. “Saya berharap pembangunan masjid ini bisa selesai dalam waktu tujuh bulan, jangan lama-lama. Saya yakin tujuh bulan selesai pembangunannya,� tegas Sutarmidji, Jumat (16/11). Pemkot akan memberikan bantuan tambahan senilai Rp 100

76


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa juta yang bersumber dari APBD tahun 2013 mendatang untuk pembangunan masjid tersebut. Tahun ini bantuan dana senilai Rp 50 juta sudah dikucurkan bagi pembangunan masjid itu. Kendati ia meminta pembangunan masjid dipercepat namun bukan berarti dalam pengerjaan pembangunannya asalasalan, karena bangunan masjid tersebut menggunakan rangka beton sehingga harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, sebelum berdirinya bangunan masjid, Sutarmidji meminta panitia dan pengurus masjid hendaknya berkoordinasi dengan Kementerian Agama dalam menentukan di mana posisi kiblat yang benar sehingga ke depannya tidak terjadi polemik di antara jamaah. “Saya minta pihak panitia pembangunan masjid koordinasikan dulu dengan Kementerian Agama untuk menentukan posisi kiblat,” tegasnya. Sebagai antisipasi ke depannya, dia juga meminta instalasi listrik hendaknya menggunakan kabel yang besar sehingga apabila kapasitas daya listrik yang digunakan besar maka kabel tersebut tidak perlu diganti lagi. “Gunakan kabel yang kira-kira berkekuatan untuk 20 ribu watt karena sekarang ini masjid-masjid sudah banyak yang menggunakan air conditioner (AC) sehingga instalasi listriknya haruslah yang memenuhi standar,” jelasnya. Ketua Panitia Pembangunan Masjid Ar Rahman, Andi Wijaya mengungkapkan, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Masjid Ar Rahman ini diperkirakan sekitar Rp 329 juta. “Kami mohon doa dan dukungan serta bantuan baik tenaga maupun materi dari bapak ibu yang ingin menginfaqkan hartanya di jalan Allah, SWT, kami pihak panitia siap menerimanya,” pungkasnya. (nas/jim)

Ribuan Peserta Pawai Akbar Tumpah Ruah Menyambut Tahun Baru Islam 1434 H Sedikitnya lima ribuan orang tumpah ruah di Jalan Rahadi Usman depan Kantor Walikota Pontianak untuk mengikuti pawai akbar yang digelar Panitia Hari Besar Islam (PHBI) 77


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kota Pontianak menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1434 Hijriyah, Kamis (15/11). Berbagai kreasi dan hiasan bernuansa Islami, baik peserta pawai mobil hias maupun pawai jalan kaki membuat semarak pawai akbar yang digelar bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak dan Remaja Masjid Mujahiddin ini. Pawai akbar ini diikuti peserta yang berasal dari pengurus masjid, majelis taklim, pondok pesantren, pelajar, BUMN/BUMD dan dinas-dinas maupun instansi pemerintah. Pawai akbar dilepas Walikota Pontianak, Sutarmidji dengan mengibarkan bendera start tanda dimulainya pawai yang rutin digelar PHBI Kota Pontianak setiap tahun menyambut Tahun Baru Islam. “Pawai tahun ini alhamdulillah lebih baik dari tahun lalu dan lebih ramai yang mengikutinya, bahkan melebihi dari yang target yang diprediksi. Banyak yang spontanitas mengikuti pawai akbar ini,” ungkapnya. Menurut Sutarmidji, tahun baru Islam yang diperingati ini merupakan momentum untuk perbaikan dan lebih meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Islam itu sendiri. “Supaya kehidupan kita selamat di dunia maupun di akhirat nanti,” ujarnya. Sutarmidji berharap, masyarakat Islam terutama yang ada di Kota Pontianak supaya lebih meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Islam yang dianut sebagai bekal hidup dalam suasana keberagaman di kota ini. “Karena Islam 78


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa itu sendiri sangat paripurna ajarannya di mana mengajarkan tentang tata kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan yang sangat beragam, baik dari suku, etnis maupun agama,” katanya. Diceritakannya, ketika Rasulullah hijrah dan menginjakkan kakinya di Kota Madinah, hal yang pertama kali dilakukannya adalah menyatukan umat dengan membuat Konstitusi Madinah. “Dalam konstitusi itu tertuang bagaimana menyatukan semua umat, baik itu yang beragama Islam maupun non muslim. Ini yang harus kita pahami supaya kita tetap memupuk rasa kebersamaan dan saling menghargai,” paparnya. Ia juga berharap, keberagaman yang ada di Kota Pontianak hendaknya tetap selalu dijaga supaya kota ini tetap aman, nyaman dan harmonis sehingga lebih mudah dalam mencapai kehidupan yang sejahtera. Ketua PHBI Kota Pontianak, Syarif Ismail menjelaskan, pemenang pawai mobil hias terbaik diraih Kecamatan Pontianak Tenggara juara pertama, kedua Masjid Arrafiul A’la dan juara ketiga Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak. Sedangkan untuk pawai jalan kaki, pemenang pertama disabet Pondok Pesantren Mathlaul Anwar, kedua SMPN 10 Pontianak dan pemenang ketiga diraih MAN 1 Pontianak. “Panitia menyediakan hadiah berupa uang tunai, trophy dan doorprize bagi peserta terbaik dalam pawai akbar ini,” pungkasnya. (jim)

Warga Serbu Kue-kue Tradisional Gelar Makanan dan Kue-kue Tradisional Khas Pontianak Ada sesuatu yang berbeda dalam memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1434 Hijriyah tahun ini. Selain pawai akbar yang digelar Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Pontianak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak pun tak mau ketinggalan dengan menggelar even Wisata Kuliner di sela kegiatan pawai akbar, Kamis (15/11) di halaman Kantor Walikota Pontianak. Kegiatan ini merupakan kerja sama Disbudpar dengan Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak. Sedikitnya lebih dari 40 jenis kuliner yang terdiri dari kue-kue tradisional 79


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

khas Kota Pontianak tersaji di meja yang telah disediakan panitia. Sebut saja, kue putu piring, kokes, apamadek, ubi goyang, kue talam, kue lapes dan banyak lagi kue-kue khas Pontianak. Bahkan, kue-kue tersebut sengaja disajikan untuk dicicipi secara gratis oleh masyarakat sebagai salah satu upaya mengenalkan makanan dan kue-kue tradisional yang mungkin sebagian sudah jarang dilihat atau dibuat. Tak pelak lagi, masyarakat dengan antusiasnya membludak untuk mencicipi kue-kue tradisional yang disajikan. Tak sampai setengah jam, kue-kue tradisional yang disajikan pun ludes lantaran animo masyarakat untuk mencicipinya membludak. Walikota Pontianak, Sutarmidji menyambut baik digelarnya wisata kuliner ini sebagai upaya membangkitkan kembali kue-kue tardisional yang sudah jarang ditemui. “Kue tradisional itu kan sudah banyak yang mulai hilang, bahkan generasi muda banyak yang tidak tahu dengan kue tradisional kota sendiri. Sekarang kita bangkitkan kembali dengan berbagai kreasi dan berbagai bahan serta inovasi-inovasi baru,� ujarnya. Senada dengan Sutarmidji, Ketua TP PKK Kota Pontianak, Lismaryani Sutarmidji menuturkan, tujuan digelarnya makanan dan kue-kue tradisional ini untuk melestarikan, mengembangkan dan memperkenalkan kepada masyarakat Kota Pontianak agar mengetahui aneka ragam kue-kue tradisional. “Kita juga ingin masyarakat tahu bagaimana cara penyajiannya sekaligus 80


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa kandungan gizi pada kue-kue tradisional itu,” kata Lismaryani. Diakuinya, kegiatan kuliner seperti ini sudah kerap dilakukan oleh TP PKK Kota Pontianak, bahkan pihaknya juga sering menggelar perlombaan-perlombaan kue-kue tradisional di ruang lingkup PKK yang diketuainya. Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid mengungkapkan, sebetulnya banyak kue-kue tradisional yang belum tersaji dalam kegiatan ini lantaran tidak ada penerus atau regenerasi yang membuat kue-kue itu. “Nah, dengan kegiatan ini kita berusaha memperkenalkan kembali kepada generasi muda kita khususnya supaya mereka tahu bahwa Kota Pontianak ini kaya akan makanan dan kue-kue tradisional. Jangan sampai mereka hanya kenal makanan cepat saji yang berasal dari luar,” tutupnya. (jim)

Anggaran Pendidikan Sudah Memadai Malam Ramah Tamah dengan PGRI se-Indonesia Anggaran pendidikan yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pontianak dinilai Walikota Pontianak, Sutarmidji, sudah memadai. Pasalnya, anggaran pendidikan yang diakomodir dalam anggaran Dinas Pendidikan (diknas) Kota Pontianak sudah mencapai 38 persen dari APBD Kota Pontianak, termasuk gaji. “Bahkan tahun ini, anggaran pendidikan khususnya untuk infrastruktur mencapai lebih dari Rp 100 miliar, itu pun belum termasuk pengeluaran gaji,” ujar Sutarmidji saat ditemui usai malam ramah tamah dengan peserta rapat kerja nasional (rakernas) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) se Indonesia, Selasa (13/11) malam di rumah jabatannya. Terkait peranan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Kalbar, dia menilai peranannya sudah sangat besar terutama dalam mencetak tenaga pendidik. Pasalnya, hingga saat ini saja Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Pontianak sudah memiliki 12 ribu mahasiswa. “Mereka itu kan dididik untuk menjadi guru. Nah, bagaimana mereka dididik untuk bisa menjadi seorang guru yang kehadirannya selalu dinantikan 81


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

murid-muridnya di depan kelas,” tutur Sutarmidji. Dia berharap, dengan digelarnya rakernas PGRI ini bisa mengakomodir berbagai saran, pendapat maupun usul dalam rangka terutama meningkatkan kualitas pendidikan. “Saya berharap peranan PGRI di Kalbar ini memberikan warna dan nuansa baru di dunia pendidikan,” pungkasnya. Selain itu, guru diharapkannya terus berinovasi dan bereksperimen dalam menemukan metode-metode pembelajaran yang baru sehingga anak didik lebih mudah menyerap bahan ajar yang disampaikan. “Terus lakukan inovasi-inovasi yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan di daerah kita,” harapnya. (nas/ jim)

Pemkot Borong Tiga Penghargaan Nasional Dorong Jajaran Pemkot Ukir Prestasi Bulan November ini adalah bulan yang istimewa sekaligus kado istimewa di Hari Jadi Kota Pontianak ke 241 bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. Betapa tidak, sebanyak tiga penghargaan sekaligus diterima Pemkot pada bulan ini yakni Ki Hajar 82


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Award, Anugerah Media Humas dan penghargaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Menurut Walikota Pontianak, Sutarmidji, anugerah Ki Hajar Award atau akronim dari Kita Harus Belajar ini merupakan penghargaan terhadap dunia pendidikan berbasis teknologi dan informasi. “Artinya website Dinas Pendidikan Kota Pontianak dinilai sudah sangat baik, anak didik bisa mengakses materi pelajaran melalui website tersebut di rumah atau dimanapun ia berada,” ujarnya pada upacara bendera peringata. Hari Pahlawan, Senin (12/11) di halaman Kantor Walikota. Kendati program Ki Hajar Award ini baru saja diluncurkan tahun ini, namun Pemkot melalui Dinas Pendidikan sudah memulainya sejak setahun yang lalu. “Sehingga kita maju selangkah untuk hal ini dan kita mendapatkan Ki Hajar Award itu,” ucapnya. Begitu pun di bidang kehumasan, Pemkot juga berhasil meraih peringkat ketiga nasional penghargaan Anugerah Media Humas kategori penerbitan internal (Majalah Warta Kota terbitan Pemkot) dari Badan Koordinasi Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. “Saya sering menegur kinerja Humas kita dan alhamdulillah karena seringnya ditegur akhirnya bisa berprestasi di tingkat nasional. Ini merupakan suatu apresiasi untuk mereka di bidang kehumasan,” katanya. Bidang pelayanan publik, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

83


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa (BP2T) ikut memberikan sumbangsih lantaran mendapat peringkat lima terbaik nasional dalam pelayanan perizinan satu pintu. Semua penghargaan yang diterima, lanjutnya, merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran Pemkot. Untuk itu, dia mendorong kepada seluruh jajarannya supaya terus mengukir prestasi yang terbaik agar Kota Pontianak dikenal untuk hal-hal yang positif. “Bukan dikenal untuk hal-hal yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tukasnya. (jim)

1.300-an KK Terima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya 2013 Ditargetkan 3.000 Rumah Sedikitnya 1.300-an KK warga Kota Pontianak tahun ini memperoleh Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari Kementerian Perumahan Rakyat (kemenpera). Jumlah penerima bantuan itu merupakan pemohon yang telah lolos verifikasi oleh Kemenpera. BSPS ini diserahkan secara simbolis oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji kepada lima warga kurang mampu di Aula Kantor Camat Pontianak Barat, Sabtu (10/11) malam. Bantuan ini dikucurkan setelah Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mengajukan data pemohon penerima bantuan untuk rumah tidak layak huni ini kepada Kemenpera. Menurut Sutarmidji, dana bantuan senilai Rp 6 juta per rumah ini diperuntukkan bagi penanganan rumah secara keseluruhan. “Anggaran ini nantinya masuk ke dalam rekening bapak ibu masing-masing. Jadi, bapak ibu harus sudah membuka buku rekening tabungan,” ujarnya. BSPS senilai Rp 6 juta ini murni hanya diperuntukkan bagi material perbaikan rumah tidak layak huni. Sedangkan untuk pengerjaannya dilakukan oleh warga secara bergotong royong. Untuk rekening tabungan, penerima bantuan harus memiliki atau membuka rekening tabungan di Bank BRI. Untuk penggunaan dana bantuan tersebut, lanjutnya, akan ada pendampingan dari konsultan dan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Tahap pertama, dana yang dicairkan sebesar 40 persen dari total nilai bantuan. Kemudian, setelah 84


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pengerjaan tahap pertama selesai dan telah diveriďŹ kasi oleh tim, selanjutnya tahap kedua pencairan sisa dananya sebesar 60 persen untuk menyelesaikan perbaikan rumah tersebut. Ia juga menyarankan kepada konsultan dan penerima bantuan ini supaya memprioritaskan atap rumah terlebih dahulu. “Yang paling utama atap rumah terlebih dahulu, jangan sampai ada yang bocor. Kemudian lantai rumah, setelah itu baru memperbaiki bagian rumah yang lainnya,â€? tukasnya. Sedangkan sanitasi atau toilet, dia meminta jangan dikerjakan dulu karena tahun 2013 mendatang akan ditangani melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ia meminta kepada konsultan dan BKM supaya tidak menangani perbaikan sanitasi atau toilet karena program perbaikan sanitasi ini rencananya akan dimulai awal tahun depan melalui APBD. “Jangan untuk perbaikan WC-nya dulu karena bulan Januari atau Februari tahun depan program kita sudah mulai untuk perbaikan sanitasi. Saya maunya semua toilet di rumah warga itu sehat, saya perkirakan perbaikan satu toilet itu sekitar Rp 1,5 juta. Saya berharap paling utama itu perbaiki atap, lantai, dinding atau jendelanya,â€? tegasnya. Mulai tahun 2013, dana perbaikan rumah tidak layak huni dialihkan untuk perbaikan sanitasi atau toilet bagi rumah warga kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk menghindari tumpang tindih penganggaran penanganan rumah tidak layak huni antara pemerin85


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa tah pusat dan daerah. “Tahun depan, dana perbaikan rumah tidak layak huni tidak lagi untuk pembiayaan material rumahnya tetapi kita ambil alih untuk penanganan sanitasinya,” tutur Sutarmidji. Sutarmidji menambahkan, perbaikan rumah tidak layak huni ini tahun depan ditargetkan sekitar 3.000 rumah yang ditangani sehingga semua rumah tidak layak huni di Kota Pontianak bisa tuntas penanganannya. Dia menyayangkan, sebenarnya banyak hak-hak yang bisa diperoleh warga kurang mampu melalui program-program pemerintah seperti bantuan perumahan ini namun terkendala oleh kelengkapan administrasi kependudukan seperti KTP, KK dan lainnya. “Makanya saya minta bapak ibu semuanya harus memiliki KTP elektronik supaya jika ada bantuan seperti ini tidak lagi kesulitan,” pungkasnya. Sementara itu, salah seorang warga peneriman bantuan rumah tak layak huni, Junaidi mengungkapkan, dirinya berterima kasih kepada Pemkot yang telah meringankan beban hidupnya salah satunya perbaikan rumah tinggalnya. “Kondisi ekonomi saya tidak memungkinan untuk merenovasi rumah tinggal saya yang cukup memprihatinkan. Dengan adanya bantuan ini, saya merasa sangat terbantu,” katanya. (nas/jim)

Dorong Kota-kota se-Kalimantan Ukir Prestasi Penutupan Raker III Komwil Apeksi Walikota Pontianak, Sutarmidji mendorong kota-kota di Kalimantan agar bisa lebih maju dan masyarakatnya sejahtera. Ke depannya, ia berharap kota-kota di Kalimantan bisa bersaing dan menunjukkan prestasi yang tak kalah dengan kota-kota lainnya di Indonesia. “Bahkan lebih berprestasi dari kota-kota yang ada di Jawa maupun tempat lainnya,” ujarnya saat menutup rapat kerja (raker) III Komwil V Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kamis (8/11) di Hotel Mercure. Sutarmidji menilai, kota-kota di Kalimantan memiliki potensi yang cukup banyak. Begitu juga sumber daya manusia (SDM) 86


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa yang dimiliki kota-kota di Kalimantan tidak kalah dengan kota-kota lainnya. “Dengan inovasi-inovasi, kita di Kalimantan ini bisa memberi warna dalam tata kelola pemerintah di Indonesia,” katanya. Dia berharap, pertemuan raker ini terus berkelanjutan, dalam artian tidak hanya dalam pertemuan formal tetapi juga informal. Salah satunya, dengan saling melihat website masing-masing sehingga bisa saling memberi atau sharing informasi. “Insya Allah kita di jajaran Pemerintah Kota Pontianak akan siap dengan berbagai informasi yang diperlukan,” ucapnya. Kepada para pejabat yang berkarir di birokrasi pemerintahan, Sutarmidji berpesan supaya menjadi birokrat-birokrat yang handal. “Karena bapak ibu adalah jabatan karir. Kalau saya sebagai kepala daerah dan walikota-walikota yang lain juga hanya jabatan politis dan memiliki keterbatasan ruang dan waktu untuk pengabdian di jajaran pemerintah kota,” terangnya. Untuk itu, lanjutnya, sebagai birokrat yang mengabdi di pemerintahan dengan waktu yang lama haruslah meninggalkan kenangan yang baik selama memimpin di jajaran pemerintahan. “Jadi sebagai birokrat, bapak ibu harus meninggalkan kesan dan kenangan yang baik selama kepemimpinan di pemerintahan,” tutupnya. (nas)

87


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Wujudkan Kota se-Kalimantan Bebas dari Korupsi Raker III Komwil V Apeksi Peningkatan pelayanan publik di Kota Pontianak kian menunjukkan kemajuan dan peningkatan. Terbukti, sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak pernah menyandang predikat pelayanan publik sepuluh besar yang terburuk, namun tahun lalu predikat itu berbalik menjadi peringkat keenam pelayanan publik terbaik seluruh Indonesia. “Tahun ini pelayanan publik kita juga masuk nominasi terbaik yang akan diserahkan pada tanggal 12 November mendatang,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji saat membuka secara resmi rapat kerja (raker) III Komwil V Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kamis (8/11) di Hotel Mercure. Tak hanya peningkatan pelayanan publik, kinerja aparatur di lingkungan Pemkot pun menjadi sasarannya untuk diperbaiki dengan menindak tegas bagi oknum yang mencoba melakukan penyimpangan. “Pakta integritas sudah kita tandatangani, siapapun yang menyimpang dicopot dari jabatannya,” tegasnya. Efisiensi dan efektifitas anggaran juga diterapkannya dengan memperketat dan lebih selektif dalam mengeluarkan anggaran perjalanan dinas. Bahkan, untuk persetujuan bagi seluruh pejabat dan staf yang akan melakukan perjalanan dinas, dirinya langsung yang menandatanganinya sehingga ia bisa menentukan mana perjalanan dinas yang perlu dihadiri dan mana yang tidak perlu. “Kalau perjalanan dinas itu cukup dilakukan satu orang saja, yang lainnya tidak perlu ikut,” timpalnya. Sementara itu, Ketua Komwil V Apeksi, yang juga sebagai Walikota Palangkaraya, M Riban Satia menuturkan, dalam birokrasi pemerintahan perlu mencari terobosan atau inovasi-inovasi baru dalam rangka memperbaiki sistem pelayanan publik. “Reformasi birokrasi tidak cukup ketika kita tidak bisa memberikan pelayanan terbaik,” ungkapnya. Direktur Eksekutif Apeksi, Sarimun Hadi Saputra menilai, Kota Pontianak dilihat secara fisik pembangunannya sudah banyak mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sedangkan dari 88


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak diakuinya meningkat cukup signifikan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Dalam pengelolaan keuangan daerah juga Kota Pontianak dinilainya bagus dengan meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bahkan dia memuji kebijakan Sutarmidji yang memangkas jumlah perizinan dari 99 jenis izin, dipangkas 72 izin menjadi hanya tersisa 27 jenis izin. Bahkan tekad Walikota Pontianak untuk lebih meringkas jumlah izin menjadi 15 atau 10 jenis izin saja, dinilainya sebagai langkah yang baik dalam birokrasi pelayanan publik. “Itu langkah-langkah yang kita harapkan, intinya bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” timpalnya. Terkait Raker III Komwil V Apeksi yang digelar mulai tanggal 7 – 9 ini, Sarimun menjelaskan, kajian yang dibahas dalam raker ini yakni transparansi supaya bebas dari kolusi dan korupsi. Selain itu, banyak hal lainnya juga akan dibahas dalam raker ini, misalnya aturan-aturan yang justru berdampak membebani pemerintah kota. “Misalnya aturan pusat yang mengatur sertifikasi guru masuk dalam APBD sehingga belanja pegawai menjadi tinggi padahal ini dampak dari aturan pemerintah pusat,” pungkasnya. Untuk itu, pihaknya akan membahas dan mengkaji aturan ini, kemudian hasilnya akan diadvokasi ke pemerintah pusat. Raker III Komwil V Apeksi ini mengusung tema “Transparansi 89


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Anggaran Menuju Pemerintah Daerah Yang Bebas Korupsi dan Regulasi Birokrasi Pelayanan Publik”. Komwil V Apeksi ini beranggotakan sembilan kota yang terdiri dari Kota Pontianak, Singkawang, Banjarbaru, Banjarmasin, Palangkaraya, Balikpapan, Bontang, Samarinda dan Tarakan. Apeksi adalah wadah yang dibentuk oleh Pemerintah Kota yang bertujuan untuk membantu anggotanya mempercepat pelaksanaan otonomi daerah dan menciptakan iklim yang kondusif bagi kerjasama antar-Pemerintah Daerah. (nas/jim)

Pemkot Teken MoU dengan BPKP Upaya Pertahankan WTP Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam pengelolaan keuangan daerah yang diraih Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, tentunya bukan hal yang mudah untuk mempertahankan predikat tertinggi tersebut. Untuk itu, Pemkot Pontianak dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Kalimantan Barat, Rabu (7/11) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang peningkatan manajemen pemerintahan dan sumber daya manusia di lingkungan Pemkot Pontianak. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Iman Bastari mengatakan, dengan penandatanganan MoU ini akan ditindaklanjuti dengan action plan, kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada tahun ini dan yang akan disepakati tahun 2013 mendatang. “Terutama untuk mempertahankan predikat WTP yang telah diraih Pemkot, jangan sampai nanti mundur supaya kedepannya tetap terjaga WTP-nya,” ujar Iman. Dikatakannya, program-program yang dilaksanakan Pemkot diharapkan betul-betul akuntabel. Untuk mencapai itu, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimintanya melakukan inventarisasi kegiatan-kegiatan mana yang sudah selesai dan mana yang bekum selesai. “Kalau belum, apa kendalanya dan kekurangannya supaya segera diperbaiki,” katanya. Ia mengingatkan, hasil-hasil program kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tahun ini jangan sampai ada yang tidak sesuai, misalnya terkait perjanjian kerja atau kontrak. 90


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Secara umum, ditambahkannya, hampir semua daerah sudah melakukan MoU dengan BPKP. Bahkan, dari 67 daerah yang meraih predikat WTP, pihaknya turut membantu dalam menindaklanjuti berbagai hal yang ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Kita BPKP sebagai internal auditor membantu bagaimana memfollow up atau menindaklanjuti temuan-temuan BPK supaya akuntabilitas kita itu lebih baik,” terangnya. Walikota Pontianak, Sutarmidji menyatakan, jauh sebelum adanya penandatanganan kesepakatan bersama ini, ia kerap melakukan pemantauan dengan menghubungi Inspektorat Kota Pontianak terkait dinas-dinas atau SKPD mana yang Surat Pertanggungjawabannya (SPJ) dinilai belum baik. “Dinas mana yang penyerapan anggarannya masih rendah, dinas mana yang ada masalah. Semuanya saya tanya dua hari sekali dan alhamdulillah sampai hari ini semuanya masih berjalan lancar,” tukasnya. Sutarmidji menjelaskan, dari volume anggaran kemampuan keuangan daerah, pada APBD tahun lalu PAD-nya kurang lebih 19 persen. Tahun depan dari seluruh volume APBD, PADnya mencapai hampir 30 persen. Sedangkan belanja modal, lanjutnya, yang seharusnya 29 persen namun belum bisa dilakukan Pemkot lantaran adanya kebijakan dari pusat dengan memasukkan sertifikasi guru dalam batang tubuh APBD. “Sertifikasi guru untuk Pontianak se91


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa tahun mencapai Rp 130 miliar, belum termasuk gaji,” timpalnya. Dengan nilai sertifikasi guru sebesar itu, jika dihitung volume APBD senilai Rp 1,2 triliun berarti anggaran sertifikasi guru mencapai 11 persen dari volume APBD. “Nah, ini kan kurang pas sebenarnya. Mudah-mudahan ke depan sertifikasi guru ini anggarannya masuk di provinsi supaya batang tubuh APBD kabupaten/ kota itu sehat,” pungkasnya. (jim)

KPK Puji Upaya Pemkot Cegah Korupsi Seminar Pencegahan Korupsi Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak untuk mencegah tindak pidana korupsi dalam perencanaan anggaran dinilai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Sapto Pratomosunu sebagai langkah yang baik. Apalagi, upaya itu dilakukan Pemkot dengan menghindari penyusunan anggaran yang fiktif, melakukan efisiensi dalam biaya perjalanan dinas dan memperbaiki Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Hal ini diungkapkannya dalam seminar pencegahan korupsi melalui peningkatan kualitas pelayanan publik dan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Kamis (8/11) di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Walikota. Menurut Bambang, upaya itu juga diikuti dengan pemangkasan dan penyederhanaan izin-izin untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan usahanya. Kehadiran KPK dengan menggelar seminar tersebut untuk koordinasi dan supervisi dilandasi dengan amanat dari Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 pasal 6 butir 1 dan 2 dalam upaya pencegahan. “Koordinasi dan supervisi juga dilakukan terhadap penindakan karena di dalam pasal 6 itu yang menjadi tugas KPK yakni melakukan koordinasi, supervisi, penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, pencegahan serta monitoring sistem pemerintahan,” ujar Bambang. Dia menjelaskan, seminar yang digelar KPK ini merupakan rangkaian dari program koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi kerja sama KPK dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dilaksanakan di 33 provinsi dan 33 ibukota provinsi seluruh Indonesia. “Setelah itu, pada tahun berikutnya dilanjutkan dengan melihat rencana aksi perbaikan dari 92


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tahun berjalan,” jelasnya. Sementara itu, Walikota Pontianak, Sutarmidji menyatakan, untuk anggaran belanja dana bantuan sosial (bansos) di Kota Pontianak dipastikan tidak ada penyimpangan. Bahkan, secara tegas ia menantang jika ada yang bisa menemukan satu proposal atau belanja bansos yang menyimpang pada proses pengeluarannya. “Waktu keluarnya bansos, bukan penggunaannya. Kalau penggunaannya saya tidak bisa mengawasi karena yang menggunakan pemohon. Tapi kalau dari kita, saya pastikan tidak ada satu pun bansos itu keluar karena kongkalingkong atau fiktif,” tegasnya. Sutarmidji optimis, pelayanan publik di Kota Pontianak semakin hari semakin baik. Bahkan untuk mewujudkan itu, ia mengadakan sayembara bagi yang bisa menemukan dan membuktikan pungutan liar di kelurahan, pihaknya menyediakan hadiah Rp 1 juta. Di sektor pelayanan publik perizinan, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak dinilainya juga semakin baik karena sudah transparan, mudah dan cepat dalam memberikan pelayanan. “Bahkan perizinan SITU, SIUP dan TDP bisa selesai dalam waktu tidak sampai satu jam dan tidak dipungut biaya,” pungkasnya. (jim)

93


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dongkrak PAD dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Jawaban Walikota atas Pandangan Umum Fraksi-fraksi DPRD Dalam penentuan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2013 Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, ditentukan berdasarkan pertimbangan realisasi PAD tiga tahun terakhir dan melihat data potensi yang ada serta memperhatikan kondisi ke depan. “Dengan pendekatan ini diharapkan penerimaan PAD dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan,� ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji, Rabu (7/11) di ruang rapat paripurna DPRD Kota Pontianak, saat menyampaikan jawabannya atas pandangan umum fraksi-fraksi DPRD Kota Pontianak terhadap nota keuangan rancangan APBD tahun anggaran 2013 dan tujuh rancangan peraturan daerah yang telah disampaikan beberapa waktu lalu. Dalam upaya peningkatan pendapatan yang bersumber dari PAD, lanjut Sutarmidji, pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin melalui perbaikan langkah dengan melakukan penyederhanaan sistem, prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, kepatuhan dan ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas

94


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa pungutan PAD. “Upaya tersebut dengan diikuti peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan,” katanya. Sutarmidji sependapat dengan pandangan fraksi-fraksi DPRD Kota Pontianak supaya dalam pengelolaan keuangan Kota Pontianak harus sesuai dengan prinsip efisiensi,ekonomis, efektivitas, transparansi dan bertanggung jawab memperhatikan kepatutan dan manfaat kepada masyarakat. “Pemerintah Kota Pontianak terus bersungguh-sungguh mengedepankan prinsip-prinsip tersebut sehingga program-program pembangunan tepat sasaran dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” paparnya. Menurutnya, untuk tahun anggaran 2013, komponen Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (silpa) proyeksi sesuai dengan asumsi. “Penerimaan silpa tersebut bersumber dari dana plafon penerimaan PAD, plafon penerimaan dana perimbangan serta sisa penghematan atau efisiensi belanja,” pungkasnya. (nas)

Perlu Adanya Gambaran Komprehensif Kondisi Tanah Seminar Fenomena Gerakan Tanah Penyebab Rusaknya Struktur Bangunan Letak ketinggian tanah yang hanya 0,2 hingga 1,2 meter di atas permukaan laut serta struktur tanah yang bergambut dan labil di Kota Pontianak ini, menggugah Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) cabang Kalimantan Barat menggelar seminar sehari fenomena gerakan tanah sebagai penyebab kerusakan struktur bangunan, Rabu (7/11) di Hotel Orchardz Perdana. Menurut Walikota Pontianak, Sutarmidji yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar ini, kondisi tanah yang demikian mengakibatkan pembiayaan untuk konstruksi jalan mahal dan daya tahannya pun tidak begitu panjang. “Nah, seminar ini mudah-mudahan bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi tanah di Kota Pontianak secara teknis,” ujarnya. Dengan adanya gambaran tersebut, diharapkan ketika perencanaan gedung maupun jalan serta infrastruktur lainnya tidak terjadi penurunan maupun keretakan yang berarti. “Di Pontianak 95


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ini bangunan apapun yang dibangun, dindingnya pasti mengalami keretakan. Jadi kalau bangunan itu retak, itu merupakan hal biasa karena karakter tanah di Kota Pontianak yang labil dan bergambut. Tidak mungkin bangunan itu tidak retak,” tegas Sutarmidji. Untuk itu, ia berharap rekayasa konstruksi pembangunan gedung maupun jalan di Kota Pontianak ini daya dukungnya bisa lebih tinggi dan daya tahannya lebih lama serta lebih murah. Sutarmidji meminta, hasil dari seminar yang digelar ini disampaikan kepada Pemerintah Kota Pontianak sebagai bahan kajian untuk kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. “Saya berharap ada bentuk kerja sama antara HATTI dengan Pemkot terkait persoalan ini,” imbuhnya. Terkait perencanaan outter ring canal, dia menjelaskan, muara outter ring canal harus diupayakan ke muara saluran primer, bukan saluran sekunder. “Bahaya jika muaranya ke saluran sekunder karena saluran sekunder di Kota Pontianak ini daya dukungnya terbatas. Tidak bisa dilebarkan lagi, di dalamkan juga rawan karena turapnya tidak dalam sehingga muaranya itu harus langsung disalurkan ke laut,” jelasnya. Sementara itu, Ketua HATTI cabang Kalbar, Rustamaji menuturkan, sebenarnya tidak hanya di Pontianak, di manapun daerah apabila ingin membuat suatu bangunan atau mengkonstruksi, harus terlebih dahulu dilakukan penyelidikan tanah. “Hanya yang 96


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa menjadi unik di Pontianak ini yakni persoalan daya dukung dan stabilitas,” terang dia. Untuk daya dukung, lanjut Rustamaji, secara teknis banyak yang bisa dilakukan dengan menyiasatinya seperti stabilisasi, perkuatan dan semua teknologi yang dikenal dalam konstruksi. “Tetapi kadang kala upaya itu belumlah cukup dikarenakan tanah yang demikian labil dan mudah bergerak itu bisa membawa kepada akibat stabilitas,” tukasnya. Dua hal tersebut menjadi fokus dalam kegiatan seminar yang digelar HATTI ini, apalagi infrastruktur yang dibangun menyangkut infrastruktur yang vital semisal fasilitas publik, bangunan yang besar dan kompleks. “Ke depannya seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, maka konstruksi-konstruksi dan fasilitas publik yang menyangkut infrastruktur itu akan semakin kompleks,” katanya. Tak hanya pertambahan penduduk, ketersediaan lahan pun akan menjadi salah satu tantangan dalam konstruksi. Untuk itu, menurutnya perlu dilakukan kajian dan persiapan yang matang sedini mungkin. “Karena jika tidak, akan menjadi problem di kemudian hari,” pungkasnya. (jim)

Lebih 40 Pedagang Pasar Flamboyan Tandatangani HGB Tolak Tandatangani HGB Ruko Terancam Eksekusi Sebanyak lebih dari 40 pedagang Pasar Flamboyan menandatangani perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun. Penandatanganan ini dilakukan di depan Walikota Pontianak, Sutarmidji di ruang rapat Kantor Walikota, Selasa (6/11). Sutarmidji menegaskan, bagi pedagang yang tidak bersedia menandatangani perpanjangan HGB ini dalam kurun waktu satu minggu kedepan, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak sudah mengajukan ke pengadilan untuk eksekusi atas putusan Mahkamah Agung (MA). “Yang jelas kalau itu sudah putusan Mahkamah Agung melalui eksekusi pengadilan, yang tidak mau menandatangani kita anggap mereka tidak mau memperpanjang 97


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa HGB nya,” tegas Sutarmidji. Menurutnya, ada sekitar tujuh atau delapan pedagang maupun pemilik ruko yang tidak mau menandatangani HGB. Untuk itu, dia memastikan apabila pemilik ruko tidak bersedia membongkar bangunannya, maka ia akan meminta pengadilan mengeksekusinya berdasarkan putusan MA. “Kalau putusan Tata Usaha Negara, saya sudah hormati dengan penandatanganan perpanjangan HGB hari ini, bahkan mereka diberi 30 tahun HGB nya,” jelasnya. Bahkan secara tegas, Sutarmidji memberi deadline hingga tanggal 15 November bagi pemilik ruko yang tidak bersedia menandatangani HGB, diputuskan mereka tidak mau memperpanjang HGB dan rukonya akan dijual secara terbuka atau lelang. Pemkot telah mematok harga untuk masing-masing ruko senilai Rp 875 juta. Harga ini lebih rendah dari harga yang dipatok sebelumnya sebesar Rp 900 juta. “Harganya turun karena awalnya perkirakan kita penawaran tender Rp 59 miliar namun yang menjadi pemenang tender senilai Rp 57 miliar,” ungkapnya. Sutarmidji menambahkan, pembongkaran Pasar Flamboyan dilakukan secepatnya, setelah pasar sementara rampung. Ia memperkirakan pasar sementara akan selesai dibangun paling lama 40 hari. “Pasar sementara tersebut dapat menampung hingga 700 pedagang, tidak termasuk pedagang ruko,” terangnya. Dalam pembangunan Pasar Flamboyan ini, dikatakannya, tidak

98


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa ada yang ditutupi, semua dilakukan secara terbuka. “Semua ini untuk kepentingan umum, untuk kepentingan masyarakat Kota Pontianak,” pungkasnya. (jim)

Ajaran Baru Tahun Depan Sekolah Negeri Gratis Walikota Larang Sekolah Pungut Biaya Walikota Pontianak, Sutarmidji menegaskan, mulai 1 April 2013 atau memasuki tahun ajaran baru, seluruh sekolah negeri mulai tingkat TK, SD, SMP dan SMA/SMK tidak akan ada lagi pungutan apapun bagi semua siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah negeri. “Siapapun dia, mau yang mampu atau tidak mampu, tidak ada pungutan satu rupiah pun. Kalau masih ada lagi pungutan, bapak ibu boleh lapor ke saya atau ke Dinas Pendidikan (diknas) Kota Pontianak juga boleh,” tegas Sutarmidji pada kegiatan Shalat Maghrib Isya Keliling (smailing) SMA/SMK se Kota Pontianak, Sabtu (3/11) di Masjid Sirajuddin Jalan Apel. Sedangkan bagi siswa tidak mampu yang mengenyam pendidikan di sekolah swasta, lanjut dia, akan ditanggung beasiswanya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. “Laporkan saja jika ada siswa tidak mampu yang bersekolah di sekolah swasta, Pemkot akan membiayai siswa tersebut hingga selesai,” katanya. Tidak hanya pendidikan gratis, Pemkot juga akan membantu siswa tidak mampu, yang akan diberikan kartu khusus, berupa perlengkapan sekolah, mulai dari sepatu hingga topi dan perlengkapan sekolah lainnya. “Sekarang ini setiap tahunnya disediakan kurang lebih empat ribu pakaian, sepatu, topi dan lainnya,” tuturnya. (nas)

99


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Al Quran Filter Kemajuan Iptek Wisuda dan Pelepasan TPA Al Amin Tantangan yang semakin berat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kian berkembang harus dihadapi dengan bekal ilmu yang cukup pula. Hal ini diungkapkan Walikota Pontianak, Sutarmidji pada acara wisuda dan pelepasan santriwan/santriwati Angkatan XVII unit 04 Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Al Amin, Sabtu (3/10) di Auditorium Universitas Panca Bhakti. “Dengan banyaknya anak yang mampu dan bisa membaca Al Quran, mudah-mudahan menjadikan generasi muda kita lebih baik. Tantangan ke depannya itu semakin berat sehingga anak-anak kita harus dibekali dengan filter yang baik guna bisa menyaring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya. Sutarmidji menjelaskan, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna dan bermanfaat apabila didukung dengan pemahaman agama yang dianut masing-masing sebagai filter dalam penerapan iptek. Untuk bisa mempelajari dan memahami agama yang dianut terutama Islam, kunci utamanya adalah bisa baca tulis huruf Al Quran. “Makanya bapak-bapak dan ibu-ibu yang mempunyai anak khususnya beragama Islam, sejak dini kenalkan mereka dengan Al Quran, daftarkan mereka di TPA-TPA supaya mereka bisa baca tulis Al Quran,” katanya. 100


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sementara itu, Kepala Unit 04 TPA Al Amin, Sukamdi mengatakan, TPA Al Amin ini sudah berjalan kurang lebih hampir 20 tahun lamanya. “Kita kalkulasikan setiap tahun TPA ini menelurkan kurang lebih 50 santriwan/santriwati, berarti TPA Al Amin ini sudah kurang lebih 800 generasi muda yang sudah disiapkan dan dibekali ilmu baca tulis Al Quran,” jelasnya. Bahkan, untuk kemajuan dan meningkatkan kualitas TPA Al Amin, lanjutnya, pihaknya telah mengirim 10 tenaga pendidik untuk studi banding dan mengikuti pendidikan dan latihan di Yogyakarta. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) adalah unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman dan menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata TAMAN yang dipergunakan. TPA/TPQ bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. (jim)

101


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bangkitkan Kesenian Hadrah Festival Hadrah se Kota Pontianak Seni hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Seni hadrah yang diiringi dengan rebana dan gerakan tarian dari beberapa orang sudah jarang ditemui di tengah kota. Untuk membangkitkan dan melestarikan kesenian hadrah ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak menggelar Festival Hadrah yang digelar selama dua hari mulai tanggal 30 – 31 Oktober 2012 di Keraton Kadriah. Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Kota Pontianak, Syarif Ismail mengatakan, festival hadrah ini digelar masih dalam rangkaian memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak ke 241. “Diharapkan melalui Festival Hadrah ini bisa dijadikan sebagai sarana dalam upaya menggali, melestarikan serta mengembangkan kesenian di Kota Pontianak, khususnya kesenian yang berakar dari seni budaya masyarakat Islam ini,� ujarnya saat menutup Festival Hadrah di Keraton Kadriah, Rabu (31/10) malam.

102


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid menuturkan, masyarakat sangat antusias mengikuti dan menyaksikan Festival Hadrah ini karena festival seperti ini sudah sangat jarang digelar. “Untuk itulah kita berupaya membangkitkan kembali kesenian yang sudah mengakar di masyarakat seperti festival hadrah ini,” katanya. Festival Hadrah ini diikuti oleh 11 kelompok yang masingmasing menampilkan kebolehannya dalam memainkan hadrah serta menari mengikuti irama rebana, memukau penonton yang menyaksikannya. Adapun pemenang Festival Hadrah se Kota Pontianak, juara pertama diraih Perkumpulan Seni Hadrah Arafah A dari Kelurahan Dalam Bugis, juara kedua kelompok Harapan Bersama dari Desa Kapur dan juar ketiga PH A Almuthatahirin dari Beting Permai. (jim)

Wujudkan Pembauran di Kota Pontianak Diskusi Pembauran Kebangsaan Keheterogenan masyarakat Kota Pontianak dilihat dari komposisinya yang terdiri dari berbagai etnis dan agama, dinilai Walikota Pontianak, Sutarmidji perlu sering dilakukan pertemuan-pertemuan dan dialog agar berbagai permasalahan di masyarakat bisa diselesaikan dengan bijak. “Selain itu silaturrahmi antar tokoh juga perlu dipererat, sekat-sekat primordialisme supaya bisa terbuka agar kita bisa menciptakan suatu kebersamaan,” ujar Sutarmidji saat membuka secara resmi diskusi pembauran kebangsaan dengan tema “Sinergi Komponen Bangsa dalam Mewujudkan Pembauran di Kota Pontianak” yang digelar Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) bekerja sama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pontianak, Rabu (31/10) di ruang rapat Kantor Walikota. Menurut Sutarmidji, Pemkot berupaya menciptakan ruang-ruang di mana masyarakat bisa bersosialisasi dan berbaur satu sama lainnya tanpa melihat perbedaan. “Makanya taman-taman kita tata sebaik dan sebagus mungkin, ruang pertemuan-pertemuan pemuda kita ciptakan, sehingga rasa pembauran itu bisa sema103


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

kin hari semakin baik,” katanya. Menyikapi berbagai pertikaian dan bentrokan yang akhirakhir ini kerap terjadi di beberapa daerah, diharapkannya tidak terjadi di Kota Pontianak. “Untuk itu agar kejadian serupa tidak terjadi di sini, kita perlu melakukan antisipasi salah satunya dengan digelarnya diskusi ini,” ujar Sutarmidji. Dia mengapresiasi seluruh forum untuk pembauran, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan lainnya yang telah bersinergi untuk menciptakan situasi keamanan yang kondusif di Kota Pontianak. Terkait menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun depan, ia meminta seluruh tokoh untuk bisa menjadi penyejuk dalam pesta demokrasi tersebut. “Saya berharap pilkada mendatang berjalan dengan aman dan tertib,” terangnya. Tak hanya itu, dialog antar pemuda juga perlu digelar sebagai salah satu upaya dalam menciptakan pembauran di Kota Pontianak. Sementara itu, Kepala Kantor Kesbangpol Kota Pontianak, Indra Yuana, menjelaskan, kegiatan diskusi ini digelar sebagai wadah untuk menampung pola pikir, pola tingkah maupun adat istiadat untuk dapat dicarikan jalan pemikiran dalam pola mengisi atau mengoreksi atas konflik yang terjadi. “Tujuannya untuk memberikan masukan atau informasi terhadap tindakan destruktif yang dilakukan oleh pihak tertentu dan untuk menjaring adanya perbe104


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa daan kepentingan yang dapat menimbulkan potensi konflik, untuk selanjutnya dapat dipecahkan secara kekeluargaan,” paparnya. Indra menambahkan, pertemuan dan diskusi ini diharapkan terjalin silaturrahmi sesama komunitas masyarakat di Kota Pontianak sehingga dapat dieliminir terjadinya konflik di masyarakat. “Baik itu secara horizontal maupun secara vertikal,” imbuhnya. Peserta diskusi ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari anggota Komisi A DPRD Kota Pontianak, tokoh FPK, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh etnis dan perguruan-perguruan tinggi serta pengurus ormas, LSM, keagamaan, etnis di seluruh kecamatan se Kota Pontianak. (jim)

Walikota Temui Konsul Malaysia Layangkan Surat Perjuangkan Nasib Frans dan Dharry Walikota Pontianak, Sutarmidji didampingi Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Syaiful Rahman, Senin (29/10) pagi menemui Konsul Malaysia, Khairul Nazran Abdurahman di Kantor Konsulat Malaysia. Pertemuan ini untuk membahas persoalan dua orang TKI warga Kota Pontianak, Frans Hiu (22) dan Dharry Frully Hiu (20) yang terancam hukuman mati oleh pengadilan Malaysia. Selain itu, selaku kepala daerah ia juga menyampaikan surat yang intinya supaya kedua TKI itu mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. “Surat ini tidak ada salahnya kita sampaikan kepada mereka sebagai bentuk keprihatinan warga Pontianak,” ujar Sutarmidji usai melakukan pertemuan dengan Konsul Malaysia. Menurutnya, kasus ini proses yang dilalui masih sangat panjang. Alur proses peradilan yang dilalui, masih ada lagi proses melalui Mahkamah Rayuan untuk tingkat banding. Setelah putusan Mahkamah Rayuan, masih ada tingkat Mahkamah Persekutuan atau di Indonesia disebut juga sebagai kasasi. ‘Nah, putusan Mahkamah Persekutuan nanti, masih ada lagi pemberian grasi atau pengampunan dari sultan atau raja. Karena kasusnya di negeri Selangor maka kalau minta pengampunan pun setelah putusan Mahkamah Persekutuan itu kepada Raja Selangor,” paparnya. 105


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dikatakan Sutarmidji, sebagaimana dijelaskan Konsul Malaysia, melihat kasus ini prosesnya masih sangat panjang. “Menurut Konsul, paling cepat itu 19 bulan. Bahkan ada kasus yang baru diputus oleh Mahkamah Persekutuan hingga tujuh tahun lamanya,” ungkapnya. Sutarmidji optimis,dengan melihat struktur kasus tersebut diyakininya kedua TKI itu bisa lepas dari hukuman gantung. Semuanya tergantung bagaimana upaya pemerintah pusat dan Kementerian Luar Negeri RI menyiapkan pengacara yang handal untuk mengungkap dan membuktikan kejadian yang sebenarnya. “Karena hubungan baik antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Malaysia, saya yakin ada titik cerah untuk yang bersangkutan terbebas dari hukuman gantung,” ucapnya. Ia berharap, ke depannya jangan sampai terjadi lagi kasus seperti ini karena menurutnya kasus yang menimpa dua TKI tersebut merupakan kasus yang cukup lama, tahun 2010 lalu, dan harusnya sudah ditangani sejak awal terjadinya kasus itu. “Ketika awal kasus itu terjadi, harusnya sudah ada pendampingan,” terangnya. Kendati kedua TKI tersebut diputus bebas oleh tingkat Mahkamah Rendah namun di tingkat Mahkamah Rayuan, mereka didakwa dengan pasal 302 yakni ancaman hukuman gantung hingga mati tanpa jaminan. “Lain halnya kalau mereka didakwa dengan pasal 304, ancamannya sama namun jika dengan jaminan mer106


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa eka masih mungkin lepas dari ancaman itu,” jelas Sutarmidji. Kasus yang mendapat sorotan ini, diharapkannya bisa dipahami oleh semua pihak karena peradilan di Malaysia juga mesti dihormati. “Biarkan kasus ini tetap melalui prosedur hukum karena prosedur hukum itu tidak bisa diputus. Kalau pun ada surat dari Presiden, tetap juga setelah putusan dari Mahkamah Persekutuan,” imbuhnya. Sutarmidji berpesan kepada masyarakat Pontianak khususnya, supaya jangan memperkeruh kasus ini dengan melakukan tindakan-tindakan di luar batas semisal sweeping. “Justru itu akan membuat upaya kita untuk membebaskan yang bersangkutan lebih sulit. Percayakan pada Pemerintah Indonesia, semuanya pasti akan ditangani. Tidak ada negara yang akan membiarkan rakyatnya mendapatkan hukuman mati atau perlakuan apapun di luar negaranya,” katanya. Pemerintah Kota Pontianak juga akan memfasilitasi apabila pihak keluarga atau orang tua yang bersangkutan ingin menjenguk anak-anaknya di Malaysia. “Tapi untuk bisa menjenguk ke sana pun harus lewat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan nanti akan didampingi pihak KBRI,” tukasnya. Dua TKI asal Pontianak, Frans Hiu dan Dharry Hiu divonis hukuman gantung sampai mati oleh Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor atas dakwaan membunuh Kharti Raja, warga Negara Malaysia pada 3 Desember 2010. (jim)

IT Pegang Peranan Penting Walikota Resmikan Pameran Komputer Ponti Comtech Efisiensi waktu dan kecepatan informasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (IT) tidak bisa dipungkiri lagi. Hal ini diakui Walikota Pontianak, Sutarmidji saat membuka secara resmi pameran komputer Ponti Comtech yang digelar Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Kalimantan Barat, Minggu (28/10) malam di Gedung Pontianak Convention Centre (PCC). Pameran Ponti Comtech ini dige107


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa lar masih dalam rangkaian semarak Hari Jadi Kota Pontianak ke 241, mulai tanggal 28 Oktober hingga 2 November 2012. “IT itu memegang peranan penting dalam berbagai aspek, tidak bisa tidak,” ujar Sutarmidji. Pemanfaatan IT juga telah merambah dalam roda pemerintahan, bahkan Sutarmidji berencana memanfaatkan IT dengan memasang CCTV di sekolah-sekolah negeri se Kota Pontianak sehingga ia bisa mengakses dan memonitor berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolahsekolah tersebut. “Jadi jangan sampai pada jam kegiatan belajarmengajar ada ruang kelas yang kosong. Sekarang dari Dinas Pendidikan Kota Pontianak sudah bisa dipantau sekolah-sekolah tersebut. Nanti akan dipasang juga di ruang kerja saya,” jelasnya. Penggunaan IT dalam kegiatan pemerintahan menurutnya sangat efisien dan cukup menghemat waktu. Sebut saja, jika ia ingin menggelar rapat mendadak, untuk mengundang para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak perlu lagi dengan undangan tetapi ia cukup mengirimkan pesan singkat atau short message service (sms). “Saya kalau mau rapat dengan kepalakepala SKPD tidak ada dijadwalkan. Kalau saya punya waktu, rapat untuk membahas hal penting tinggal kita panggil saja melalui handphone,” kata Sutarmidji. Selain itu, Pemkot juga akan menerapkan audit elektronik

108


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa atau e-audit dalam pengelolaan keuangan daerah. e-audit ini merupakan audit keuangan berbasis elektronik yang dilakukan dengan sistem komputerisasi sehingga lebih efisien dan efektif ketimbang audit manual. Dalam kesempatan itu juga, Sutarmidji meminta Apkomindo selalu memberikan informasi terkait perkembangan-perkembangan IT dalam pameran Ponti Comtech ini kepada masyarakat. Sementara itu, Ketua Apkomindo Kalbar, Lindryan Sunardi mengatakan, pameran Ponti Comtech yang digelar saat ini istimewa karena digelar dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Pontianak ke 241. “Tahun depan kita harapkan pameran ini bisa digelar secara bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Kota Pontianak,” ucapnya. Ia menjelaskan, pameran Ponti Comtech ini digelar selama enam hari dan diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari para pengusaha komputer dan sejenisnya. “Kita harapkan kegiatan ini menjadi sesuatu momen tersendiri ,” pungkasnya. (jim)

Ziarah Makam Batu Layang Kenang Jasa Sultan Berdirinya Kota Pontianak tak terlepas dari jasa-jasa seorang Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri beserta seluruh sultan yang pernah memerintah Kota Pontianak. Untuk mengenang jasa para pendiri Kota Pontianak, Walikota Pontianak, Sutarmidji beserta jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berziarah ke Makam Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara. “Karena jasa-jasa beliau-beliaulah kota kita ini bisa terbangun seperti sekarang ini. Tradisi ini akan tetap dijaga supaya kita tidak kehilangan landasan tempat berpijak,” ujar Sutarmidji usai berziarah, Senin (22/10). Menurutnya, Kota Pontianak sejak dahulu sudah dihuni oleh beragam komunitas yang hidup di Kota Pontianak, kendati demikian sepanjang masyarakat Kota Pontianak bisa hidup bertoleransi dan saling menghargai diyakininya kota ini akan semakin maju dan berkembang ke depannya. “Yang penting kita sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban Kota Pontianak,” katanya. Sutarmidji menjelaskan, Makam Batu Layang sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kota Pontianak ini akan segera diper109


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa baiki oleh Pemkot Pontianak. Untuk kelancaran pembangunan makam ini, ia meminta dukungan dari ahli waris beserta masyarakat di sekitar Makam Batu Layang agar tidak ada hambatan apapun ketika Pemkot melakukan pembangunan dan perbaikan makam. “Kita berharap ketika Pemkot melakukan pembangunan Makam Batu Layang, tidak ada hambatan apapun lagi,� tegasnya. Ziarah juga dihadiri Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Muharrom Riyadi, Komandan Kodim 1207/Pontianak, Letkol Inf Drajad Brima Yoga, Sekretaris Daerah Kota Pontianak, M Akip, anggota DPRD Kota Pontianak, kepala SKPD Pemkot Pontianak, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sutarmidji beserta yang hadir melakukan tabur bunga di makam Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri beserta kerabatnya. Selain itu, Walikota juga menyerahkan bantuan kepada pengurus makam dan memberikan sedekah kepada para fakir miskin yang ada di sekitar Makam Batu Layang (nas)

110


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bagian Keempat:

Kata Mereka 111


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

112


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Prof Ir H Abdul Hamid, M.Eng Akademisi

Bukan Mimpi

S

aya mulai kuliah pada tahun 1968. Pada tahun 1976 pada saat Sutarmidji masih kecil saya sudah ke-ITB dan pada tahun 1979 selesai pendidikan di Bangkok. Kemudian pada era 1980-an sudah aktif menulis di media massa. Mungkin secara akademisi ini menjadi motivasi pula buat sepupu saya Sutarmidji. Ia rajin belajar sampai S2 di UI. Dia maju karena motivasi. Ulet dan tahan uji. Keberhasilan kepemimpinan Walikota Sutarmidji ditopang iklim demokrasi yang mengedepankan transparansi. Hal ini merupakan buah dari reformasi. Transparansi sangat nyata. Sebagai anak yang tumbuh di dekat Kantor Walikota, yakni Kelurahan Mariana dia beruntung. Sudah menguasai 113


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

medan. Misalnya Pelabuhan. Di sana banyak sekali pelajaran. Misalnya tanksi militer. Pasar. Padang ball. Katedral. Di sana keuntungan Midji. Banyak yang bisa dilihat dan didengarnya. Oleh karena itu apa yang dilihat dan didengar itu diproses dengan formula yang tepat. Jadilah jalanan membaik, drainase lancar. Pasar bagus. Sekolah tertata. Upaya untuk implementasi terbaik memang butuh waktu yang panjang. Saya lihat program-program Sutarmidji sudah on the track. Berada di atas jalan yang benar. benar benar komitmennya ditegakkan. Tinggal dilanjutkan dengan komitmen yang tinggi. Banyak kasus karena hukum. Beliau orang hukum. Banyak aspek hukum dikuasai. Beda dengan walikota-walikota sebelumnya. Ia juga dosen, terbiasa berpikir akademis yang analisis. Upaya perbaikan dan pembangunan yang dilakukan Sutarmidji sudah nampak. Sebagai putra daerah Kota Pontianak dia menampilkan yang terbaik dari dirinya. Ia cukup tahu masalah-masalah yang muncul di Pontianak. Pontianak akan terus berkembang menjadi lebih baik dengan cirinya perdagangan dan jasa. Kedua, multietnis. Ketiga, lokasi strategis. Bisa dijangkau darat, laut, dan udara. Sungai Kapuas itu mendunia. Begitupula khatulistiwa. Sekarang bagaimana bisa menduniakan Pontianak sehingga layak jual. Investor masuk berkolaborasi dengan warga Kota Pontianak. Solusi atas semakin sempitnya lahan di kota adalah dengan bangunan seperti rumah susun. Ya apartemen itu mau tidak mau akan terjadi di Kota Pontianak. Transportasinya yang massal. Contohnya monorel. MRT. Kereta api yang mengoneksikan Kalimantan dan pan Borneo. Melibatkan Kuching-Sarawak-Malaysia dan Brunei Darussalam. Begitupula ke Kaltim, Kalteng, Kalsel. Hal itu bukan hal mustahil. Walaupun kondisi ta114


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nahnya banyak yang gambut, tapi bisa dibangunkan jembatan. Tinggal masalahnya duit. Teknologi sudah memungkinkan sebagai jawaban. Arah pendidikan yang ditunjukkan Sutarmidji sudah benar. Melibatkan information and technology (IT). Kepeduliannya bagus. Gedung sekolahnya luar biasa. Gedung SD saja jika dibandingkan dengan Jawa justru lebih baik. Tertata. Boleh dikatakan SD kumuh tidak ada lagi. Tinggal meningkatkan kebersihan sekolahnya. Tentu juga tergantung Kepala Sekolahnya. Kesehatan sudah baik. Masalahnya sampah. Sampah adalah salah satu agen penyakit. Harus dipikirkan bagaimana memanfaatkan sampah menjadi rupiah. Solusinya adalah dimulai dengan pemisahan antara sampah basah dan kering—organik dan plastik. Tiru jiran Malaysia, Singapore, Australia. Inti utamanya, law enforcement. Tanpa itu tak akan jalan. Midji orang hukum. Ini kesempatan membenahi kota dengan penegakan hukum. Mungkin Pontianak akan menjadi lebih baik lagi jika dia diberikan kepercayaan dengan waktu yang lebih dari sekarang. Singapore itu bagus karena disiplin akan norma hukum. Aussi juga demikian. Banyak aturan tanpa penegakan maka akan percuma juga. Istilahnya reward and punishment berlaku. Reward and punishment, intinya penegakan hukum. Siapapun walikotanya harus punya komitmen. Midji sangat tahu itu. Contoh kasus Pasar Flamboyan. Apapun kata orang, dia tenang saja. Dia tahu hukum. Kita tidak eranya mengimbau. Intinya masyarakat kita mesti taat hukum jika ingin daerahnya maju. Buktinya jelas. Kok begitu warga kita ke Kuching, begitu masuk tapal batas langsung patuh dan disiplin pada aturan. Berarti pemerintah kita juga harus komit dengan penegakan hukum. Melintang patah, membujur lalu.

115


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Drs HM Akip Sekda Kota Pontianak

Motivasi Berprestasi

S

aya alhamdulillah jadi PNS sudah 32 tahun. Saya mengalami 4 bupati, 1 walikota. Maaf beribu maaf. Ampun beribu ampun. Bukan banding-bukan nyandingkan. Bukan pula karena saya diangkat menjadi sekda. Walikota Sutarmidji punya kelebihan ekstra. Karakternya. Seperti beliaulah harusnya seorang pemimpin itu. Tegas. Lugas. To the point. Blak blakan. Apa adanya. Ingatannya luar biasa. Kalau dia melihat ada yang salah langsung ditegur. Di forum apapun. Siapapun! Bagi kita PNS yang mau maju

116


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

itulah kepemimpinan yang bagus. Sekecil apapun kesalahan itu ya ditegurkan, bukannya dibiarkan. Sebab sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Awalnya sedikit karat, lalu kalau sudah karatan menjadi sangat repot untuk membersihkan. Kadang kita ewuh pakewuh. Sungkan. Bersyukur kami sebagai staf punya pemimpin. Begitu juga warga. Beruntung punya Walikota Sutarmidji. Dia berani menegakkan yang benar sehingga ada ketenangan kami dalam bekerja. Background pendidikan hukumnya ya iya. Tapi pengalaman saya sebagai PNS bahwa latar belakang hukum saja tidak cukup. Sebab banyak juga sarjana hukum, magister hukum, bahkan profesor hukum masuk bui. Menginap di hotel prodeo. Jadi, tergantung kepada sikap yang bersangkutan juga. Sikap yang mengajarkan kepada kita jangan sekali-kali melakukan kesalahan-kesalahan. Jangan lakukan penyimpangan sekecil apapun juga. Indikasi keberhasilannya dengan penghargaan pemerintah pusa. Artinya beliau sangat serius mengelola Kota Pontianak menjadi yang terbaik. Harmonisasi Kota Pontianak adalah bagian dari takdir Tuhan YMK. Walikota Sutarmidji ditakdirkan jadi dosen terlebih dahulu, lalu menjadi anggota dewan. Secara politik di Ketua PPP, berpengalaman menjadi Wakil Walikota sehingga lebih punya persiapan. Sehingga beliau bisa menggabungkan seni dalam kepemimpinan. Kombinasi antara dunia pendidikan, politik, birokrat. Juga beliau dilatari dosen biasa membuat Perda, menghadapi masalah hukum. Di situ dia sangat besar kepiawaiannya. Sehingga untuk mengajak, membina PNS yang konotasinya susah menjadi tidak susah. Penghargaan demi penghargaan yang dicapai didahuluinya dengan kalimah Alhamdulillah. Kesemua itu datangnya dari Allah. Sebab manusia itu sesungguhnya lemah. Kecuali atas restu Allah di mana terjadi kerja antarstaf. Kalau dia mau mengerjakan sendiri tanpa ditunjang 117


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

staf maka tak akan mungkin prestasi bisa diraih. Kita butuh kerjasama tim di dalam pemerintahan. Beliau ada ketulusan. Niatnya bener membangun Kota Pontianak. Saya sebagai staf melihatnya tidak ada hari libur. Sabtu-Minggu pasti ke lapangan. Minggu terakhir kami keliling di Pontianak Utara. Saya dan Kadis PU mendampingi keliling. Beliau melihat apa? Sabtu melihat semua booster di Pontianak Timur dan Utara. Jadi beliau di hari libur itu tidak berleha-leha. Termasuk malam hari. Kami sering jalan. Di sepanjang jalan itu kami bicarakan semua aspek. Misalnya jalan kenapa begitu dan begini? Selokan kenapa macet? Bagaimana membuatnya menjadi lancar? Jalan berlubang bagaimana mengatasinya? Ketika Ketua KPK Abraham Samad mau datang ke Kota Pontianak, halaman PCC banjir. Sampai jam 1 subuh kami bongkar. Walikota turun tangan langsung. Saluran lama sumbat. Saluran baru belum berfungsi. Semua kami turun kerjasama. Di sini saya melihat Pak Wali tidak seperti pemimpin biasa. Tinggal tunjuk. Kasih arahan, lalu ah sudahlah. Jadi seperti itu tindakan beliau. Semua bisa dikomunikasikan. Termasuk rehabilitasi Mesjid Raya Mujahidin yang kini dalam pembangunan. Seminggu sekali kami datang ke Mujahidin. Walikota adalah ketua harian di sana. Ingatan Pak Wali kuat sekali. Kesannya saja yang cuek. Acuh. Seolah tak peduli. Buktinya saat bertemu dengan beliau, bercakap-cakap, menjadi sangat hidup. Ternyata komunikasi dengan beliau menjadi akrab sebab ingatan yang kuat. Begitu pula dengan laporan staf dia ingat. Ada acara di PCC bla bla bla dia kisahkan. Nama lurah jika kita hapal 70 persen, dia hapal. Jangankan lurah, RT saja dia hapal. Dengan segala problematik di RT itu. Kenapa RT itu jalannya begini-begitu dsb. Begitupula dengan pegawai. Saya dengan Kepala BKD sering dipanggil. Beliau 118


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

bertanya kenapa oknum PNS ini begini dan begitu. Dia banyak tahu. Dalam sikon republik, negara seperti sekarang, birokrat bekerja ekstra hati-hati. Pak Wali ingatkan kita. Bukan ingat ke belakang, tapi jangan sampai kita ada masalah hukum di belakang hari. Bagi yang ingin bekerja tenang, tidur nyenyak, saat inilah memulainya. Saya sebagai sekda dan pribadi, mari kita dukung kemajuan Pontianak. Visi-misi beliau sangat baik. Bagus. Soal “tukang marah� resiko staf. Ambil intisarinya. Pemimpin yang tak pandai marah bukan pemimpin. Mimpi beliau? Banyak. Banyak hal-hal ingin beliau tindaklanjuti. Jalan. Rumah kumuh. Bagaimana caranya kota tidak tertinggal. Penghargaan pun masuk murni. Saya sebagai sekda tahu. Tak ada yang bayar. Problem kota pun bergeser dari yang pokok kepada yang sekunder. Kita sudah rencanakan jalan layang. Hari Minggu ketika berjalan ke utara, banyak tanah masih kosong. Bagaimana pembangunan arahnya ke utara? Kita bangun sarana-prasarana. Selanjutnya kembali pada masyarakat utara dan timur. Buka keterbukaan selebarlebarnya, seluas-luasnya. Jaga keamanan dan ketertiban. Bukannya bahwa daerah sana tidak aman dan tertib. Tapi buat bagaimana orang tertarik investasi. Rumah kumuh diberantas untuk meningkatkan kesejahteraan. Rumah susun pun dibangun. Bisa dinikmati masyarakat miskin. Indikator kemiskinan terlewatkan dengan fasilitas umum. Motivasi Sutarmidji sangat tinggi. Kami dimotivasi dalam apel pagi. Malam dikumpulkan lagi di rumah jabatan. Isinya motivasi. Koordinasi. Hasilnya prestasi demi prestasi.

119


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Drs Mulyadi Kadis Pendidikan Kota Pontianak

“Orang Bise Ngape Kite Ndak�

P

ak Sutarmidji, dia memang tegas orangnya. Dia rajin membaca. Sewaktu sama-sama menempuh kuliah di Universitas Tanjungpura, dia tekun membaca. Sehari beberapa buku selesai. Tuntas. Yang bersangkutan punya kiat tersendiri dalam membaca. Saya rajin mendengar. Dia rajin membaca dan mendengar. Cepat tanggap dengan persoalan-persoalan. Kami sejak kecil sama-sama cari uang dengan jualan koran. Dia antar koran pagi hari. Saya sepulang sekolah ambil uangnya dari pelanggan. Kalau ada hutang dlsb dia

120


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

sangat marah sebab dia orangnya tegas. Kami dua adik beradik sasaran pelanggannya ya Kantor Walikota, pelabuhan, Bioskop Abadi.Khatulistiwa. Bahkan kami jualan koran sampai malam hari. Kerja keras sebab sekolah tidak ada yang gratis di masa itu. Selain dari itu prinsip Sutarmidji jelas. Sesuatu begini harus begitu. Beliau bisa menerima pendapat asal rasional dan masuk akal. Bukan dia tak bisa terima pendapat. Asal jelas saja. Bisa dipertanggungjawabkan. Bukan berarti dia egois. Jika pendapat kita benar maka diterimanya. Jika Sutarmidji tamat SMA Santo Paulus, maka saya tamat SPG tahun 1982. Sempat ke daerah Sanjan-Mbras, Kabupaten Sanggau untuk mengajar. Kemudian saya mundur karena kuliah melalui test SMPTN tahun 1983. Saya kuliah di FKIP Untan jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan. Saya dengan Pak Wali di masa kuliah itu intip-intipan nilai. Antara FH-FKIP. Hasilnya sama-sama dapat beasiswa prestasi akademik. Dia di FH aktif di BPM. Saya di BKMI. Saya sebagai Ketua BKMI menggantikan Wasi’an dari Fakultas Pertanian. Kini Wasi’an sudah doktor, alumni Inggris dan aktif sebagai ulama di Kota Pontianak melalui Mesjid Raya Mujahidin. Saya mahasiswa teladan, Sutarmidji lulus tercepat. Nilainya juga bagus. Sehabis itu dia menjadi dosen. Kemudian lulus S2. Katanya dapat beasiswa ke USU Medan, namun setelah dicek ternyata tembus ke UI. Saya aktif sebagai remaja mesjid Almanar. Aktivitas ini bersama Sutarmidji. Berbekal rasa cinta kepada mesjid, di saat bekerja ini kami gelar program Smiling. Akronim dari sembahyang ke mesjid keliling. Smiling juga berarti senyum. Ini berarti bekerja dan beribadah dengan hati senang. Jiwa lapang. Tanpa beban. Bahkan senang. Beliau lambat nikah karena langsung S2. Saya sendiri selesai kuliah langsung honorer sana-sini. Setelah merasa cukup mampu berumah-tangga, maka saya pikir menikah. 121


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pak Wali menyusul kami adik-adiknya menikah dengan caranya sendirilah. Pak wali jatuh cinta kepada remaja bernama Lismaryani. Dan satu itulah pasangannya seiyasekata, senasib-sepenanggungan. Membina keluarga bahagia. Sakinah. Mawaddah. Warahmah. Anak pertamanya Dita sudah berkuliah di Untan seperti ayahnya dahulu. Kedua Ayu, duduk di SMAN 3—kelas cerdas istimewa. Sama dengan anak saya. Mereka senang seni. Putra ketiganya Bayu. Kini masih berada di pendidikan SD Mujahidin—seperti ibundanya Lismaryani dahulu SMA Mujahidin. Kalau kita lihat beliau ini yang jelas berprinsip “orang bise ngape kite ndak.” Seperti Diknas ini pembentukan SDM. Memang kite merase, lalai sedikit saja langsung ditegur. Itu tak masalah. Bahan evaluasi kite. Kami jajaran Diknas merase enak. Penting lagi pak Wali tidak asal terima laporan dan gosip. Cross check dulu. Gali dulu kebenarannya baru bisa ambil tindakan. Kan ada pemimpin yang dikasi ide langsung terima. Nah, dia kaji dulu. Memang Pak Wali di dalam rapat dinas tak segan Kepala SKPD ditegur. Kasi tahu. Kita enjoy aja. Ketika gedung terpadu ini jadi saya masih di luar Diknas. Saya dengar rencananya membangun kantor terpadu. Dia memang kuat hemat. Jadilah bangunan ini. Sebelumnya lokasi ini hampir mau dijual. Dia pertahankan. Jadi terpadu antara Diknas, Capil, Tata Ruang, dan BP2T. Perlu diingat Pak Wali tidak pernah arah-arahkan pekerjaan kepada kita atas kemauannya sendiri. Kita bertanggung jawab sebagai Kepala SKPD sesuai program yang telah disusun berdasarkan Musrenbang. Bottom-up. Pesan beliau, jalankan seluruh pekerjaan sesuai aturan. Intervensi apapun tidak pernah. Saya tidak pernah diintervensi pindahkan guru, mutasi ini-itu. Sepenuhnya kepada kepala SKPD.

122


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Saya dengar dari masyarakat banyak pujian daripada cercaan, tentu sangat senang. Saya juga ada di masyarakat. Selama Pak Wali memimpin telah banyak kenangannya. Jalan-jalan. Gedung-gedung sekolah megah. Banyak kemudahan dirasakan masyarakat. Anak tidak mampu disubsidi. Beasiswa SD sampai ke Perguruan Tinggi. Makin tahun anggarannya meningkat. SMA-SMK Negeri dari SD tak ada pungutan. Dissuport betul oleh APBD lantaran PAD naik terus. Ini bukti kepedulian kepala daerah kepada SDM sesuai dengan visi kota. Dia interest sekali kepada bidang pendidikan. Saya mendengarkan komentar masyarakat lewat tatap muka langsung. Juga lewat acara interaktif di televisi. Antusiasme masyarakat tak terperi. Sutarmidji terbuka. Dia terima SMS, disposisi ke dinas, minta kita cross check. Kadang ada oknum PNS nakal. Dia mendorong PNS kerja lebih optimal. Saya lihat begitu. Masyarakat pun senang. Beliau memang pintar membagi waktu kapan kerja dan istirahat. Silaturahmi dengan keluarga tetap mendapatkan porsi. Momen-momen libur diisinya dengan silaturahmi keluarga. Juga beliau rajin hadiri resepsi perkawinan. Tidak pernah absen. Beliau termasuk orang yang susah tidur awal. Susah bangun telat. Unik memang. Pernah suatu hari hujan begitu lebat. Dia saya lihat turun langsung ke lapangan. Dia mengeruk saluran air yang mampet. Hebat. Saya yang adik saja tak mampu. Jam 12 malam kalau belum tidur serasa bedenyut kepala. Die bise... Smiling. Beliau keliling. Kalau Ramadhan sudah jelas. Safari Ramadhan. Rehab mesjid pun luar biasa di Kota Pontianak. Karena dari kecil dia aktif di mesjid. Majalah bacaan beliau sedari kecil Tempo, Intisari, Selekta. Berbau bahan bacaan kelas berat. Serius. Dulu harganya murah seperti Majalah DR itu 185 rupiah. Intisari 123


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pun murah. Walikota Barir, SH pun langganan. Kemudian berganti ke Walikota Hisni Halir. DPRD-nya pun begitu. Mulai politisi Nur Gelindong ayah dari Drs Dg Yakim Nur pendiri Boedi Oetomo di Pontianak. Paling banyak langganan di Kantor Bea Cukai. Langganan beliau Kepala Syahbandar. Biasa beli sampai 4-5 butik. TTS merk Ekslusif bisa laku sampai 100 eksemplar. Sutarmidji tidak merokok. Padahal ayah kami perokok berat. Dia selalu ambil yang positif, tinggalkan yang negative. Amar makruf. Nahi mungkar. Saya sendiri dulu merokok namun stop. Midji memang tidak. Dia konsisten. Dia bukan tipe orang yang ambisius. Dia berharap sesuatu itu bisa menjadi bagus. Itu saja. Maka wajar penghargaan pun tidak mau yang palsu. Maunya murni. Jika Jokowi memimpin Solo itu homogen, Sutarmidji memimpin Pontianak yang heterogen. Jika Jokowi baru memasuki Jakarta yang multietnis, Sutarmidji sudah memulai dini. PKL yang heterogen pun bisa diatasi dengan teknik negosiasi. Pontianak itu ruet. Pontianak itu keras. Namun dengan iman, ilmu, amal, semua menjadi bisa. Keras plus pendekatan sosiologis hasilnya nyata. Ilmu yang ada itu harus dipakai. Ada negosiasi. Negosiator. Akhernye budak Pontianak pon bise. Dulu mau bebaskan lahan susah. Prinsip Pak Wali mane yang bise lok dibangon. Akhirnya yang lain bingung. Lalu ikut yang sudah baik. Tanah Kota Pontianak menjadi tanah emas. Investor masuk bertubi-tubi. Sekarang bagaimana mengelola lahan sempit menjadi luas. Logikanya mau tak mau pembangunan gedung pun meninggi.

124


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Drs Herman HoďŹ Munawar, MBA, M.Hum Ketua Fraksi PPP DPRD Kota

Bukan One Man Show

K

ita sangat salut pada beliau. Aktif di PPP di sela waktu manis sebagai PNS. S2-nya pun baru. Saat itu magister masih langka. Kans akademis beliau sangat besar. Keberaniannya keluar dari PNS dan aktif di parpol era Orba yang tekanannya luar biasa—juga bukti dia pemimpin bukan pemimpin biasa. Ini bukan suatu hal yang mudah. Gampang. Sederhana. Perlu nyali besar. Dengan nawaitu itu beliau berhenti dari PNS dan masuk ke PPP. Saat itu tidak ada kontrak politik. Begitu you 125


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

masuk di sini tak ada jaminan punya “kursi�. Dia berani. Modalnya berani. Namun karena nawaitu lurus, keberaniannya uji nyali berakhir mulus: dapat kursi. Namun waktu itu belum berakhir tekanan demi tekanan terkait masalah S2-nya seperti minta dikembalikan duit beasiswanya dan sebagainya. Ini peristiwa tidak resmi. Bagi kami di PPP ini melemahkan. Teror batin. Jika saja Sutarmidji lemah, dia bisa kembali ke kampus. Namun karena berani, dia menang. Karir politik pun naik. Awalnya Sutarmidji bukan politisi. Dia akademisi. Tapi dia tipe manusia yang cepat belajar. Terbukti Buchary menggandeng beliau untuk posisi wakil. Buchary menilai dia bisa jadi mitra kerja yang baik dan cepat belajar. Mitra kerja yang cepat nalar. Soal aktivitas di PPP duluan saya dari dia. Dia aktif di GMPI. Sekretaris GMPI Kota. Kemudian jadi pengurus PPP Kota. Saat Muscab, Ketua (alm) Fauzi Arsyad, Sutarmidji menjadi Sekretaris DPC. Saat itu ikut pemilu dan terpilih sebagai anggota DPRD. Menurut saya, pertama beliau itu ibarat kuliner bukan masakan siap saji. Tidak serta merta duduk dengan mudah di DPRD. Dia aktif di GMPI dulu. Banyak ditempa di situ. Baru masuk sebagai Sekretaris PPP. Dengan akademisi plus organisasi mematangkan cara berpikirnya melihat politik itu seperti apa. Di DPRD dia disegani eksekutif. Dia punya analisa tajam. Beliau tidak terlalu sulit meniti karir puncak karena proses belajar dengan mengikuti tahapan tahapan itu. PPP Pusat waktu dipimpin Buya Ismail Hasan Matareum. Ini tokoh politik gaek yang berlatar sarjana hukum. Kepemimpinannya yang sukses menjadi inspirasi bagi Sutarmidji. Kedua, tokoh idola politik beliau Buya Ismail Hasan. Lalu Ustadz Fauzi Arsyad. Hal ini karena karakter istiqomahnya. Konsistensinya. 126


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dulu seorang kyai atau ulama kerap ditekan. Bagi yang moderat, melembut. Namun yang konsisten, melawan. Sutarmidji mencoba mengawinkan lembut plus istiqomah. Tidak politik pekak lantak. Eksekutif pun terkesan dengannya. Sutarmidji memimpin PPP dengan laju. Terbukti PPP bisa meraih 10 kursi di Kota Pontianak saat dia tangani praksis. PPP Pusat pun mau tarik dia duduk di pengurus partai ketika muktamar di Bandung. Namun dia konsisten. Tawaran dia tolak dengan halus. Katanya mau membina daerah. Mau fokus. Tak mau fokus itu buyar. Masih banyak PR yang harus dia selesaikan. Ia tekankan betapa pentingnya SDM. Bagaimana SDM partai membaik. Ketika SDM bagus, semua persoalan, semua program, visi-misi bisa dikembangkan dengan baik. SDM itu dua hal. Pertama sisi formal. Kedua, informal dengan mengikutsertakan kepada kegiatan-kegiatan di mana secara tidak sengaja oleh kader bersangkutan bahwa dia dibina SDM-nya. Keseharian Sutarmidji mengurus partai dengan cara mendistrubiskan tugas. Tidak one man show. Bahwa akulah ketua. Termasuk saya sebagai wakil beliau. Selalu mendapatkan direction. Salut dengan cara berpikir beliau, tidak menunjukkan diri sebagai pengurus partai. Kebanyakan orang ketika tampil sebagai pejabat, nampak ciri khas partainya. Dia tidak. Berteman dengan partai-partai lainnya. Ini bentuk pembelajaran kepada generasi muda. Walikota menjadi milik semua pihak. Bagus sekali. Proyek? PPP tahu betul dia anti sekali. Betul betul sangat anti. Biaya partai didapat dari potongan 20 persen gaji anggota DPRD. Termasuk gaji beliau sendiri sebagai walikota. Itu saja yang kita kelola selama ini. Walau ada pengurus PPP yang kontraktor, tapi harus taat ikuti prosedur dengan terbuka. Tidak ada memo memo khusus. 127


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Keuntungan walikota yang sukses bagi PPP ini menjadi bahan sosialisasi. Bahwa ini loh PPP. Jika PPP dapat kepercayaan memimpin ternyata serius loh. Terbukti pembangunan terjadi di sana-sini. Semua sektor. Bukan bim salabim memang, tapi berproses. Proses yang dalam Islam disebut amanah. Amanah adalah ibadah yang paling berat. Prestasi Sutarmidji luar biasa. Dalam 3 tahun PAD naik nyaris 400 persen. APBD dulu berkisar Rp 600 miliar, sekarang Rp 1,2 triliun. Sebuah prestasi gilang gemilang. Antara belanja pembangunan dengan belanja rutin semakin tahun naik ke belanja modal atau pembangunan. Nampak betul keberpihakan dia kepada masyarakat. Bukan belanja rutin yang membengkak. Silpa menjadi cukup besar. Bukan berarti SKPD tak mampu menyerap dana sampai ludes, tapi karena ada geliat eď€ siensi. Contoh perjalanan dinas. Dana-dana tim dihapus. Menyakitkan memang bagi para pegawai, tapi membangun kota secara serius ya begitu. Toh dana yang dieď€ sensi itu dikembalikan dalam bentuk promosi jabatan, jenjang karir dan peningkatan SDM serta pelayanan publik. Semua rakyat kebagian.

128


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Epilog

S

uatu hari terjadi kemelut karena Walikota Sutarmidji mengeluarkan regulasi baru. Bahwa anak-anak luar kota hanya bisa ditampung 5 persen di sekolah-sekolah negeri Kota Pontianak. Eksesnya heboh. Terutama bagi kabupaten yang bertetangga dengan Kota Pontianak. Dewan Pendidikan Provinsi ambil prakarsa menemui Walikota Sutarmidji untuk mediasi. Pintu kantor walikota pun terbuka lebar pertanda komitmennya kepada pendidikan sangat tinggi. Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kalbar, Prof Dr Hamid Darmadi, M.Pd menyampaikan maksud dan kedatangan sebagai pengemban tugas mediasi. Tugas dalam rangka memajukan pendidikan di Kalbar. Harapannya Pemkot membuka keran lebih besar sebagai bentuk perhatian yang lebih luas. Jangan melakukan diskriminasi kepada anak-anak Bumi Pertiwi. Lalu apa jawaban Pak Wali? Mencengangkan karena dia bukan pemimpin biasa. Walikota Sutarmidji dengan bahasa Pontianak yang Melayu totok memulai, “Panjang ceritenye...� Begini selengkapnya ala bicara Sutarmidji. 129


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa Kite waktu itu banyak sekolah yang kualitasnye jelek. Jumlah siswa ade yang cume 9 orang. Tak negeri tak swasta. Kite tutop semue. Ngape? Ngerosak citera. Baek citera kelulosan dan laen sebagainye. Kedua, komitmen daerah satu dengan daerah laennye sangat rendah. Contoh sekolah kite ade 2 di eks Kecamatan Sungai Raye, gurunye 100 persen kite yang bayar, bahkan kite hibahkan, lalu mereke ubah jadi terminal dan ruko?! Mane tak manas. Guru daerah kalok masok kota, sementare die belom 3 tahon, saye tolak. Kok bupatinye disposisi? Kota daerah teriak-teriak kurang guru malah ngirem guru pindah ke kote? Daerah kamek karene penataan guru-gurenye bisa hemat dana sampai 300 juta. Latar belakang laennye sesuai UU No 32 tentang Otda. UU ini ngator tentang kepentingan masyarakat setempat. Sehingge tanggong jawab saye ye saye komet ke daerah saye. Bahwe untok pendidikan itu nomor 1 itu betol. Tapi saye maok alumni Pontianak bise kerje di kote, di Kalbar, di Indonesia. Itu output sekolah negeri. Untuk swasta tadak kite batasi. Di kote ini banyak sekolah swasta yang kuat-kuat. Contoh adek saye di Bruder. Saye malah di Santo Paulus. Kalok saye Bupati, saye buat dana 10 miliar untok 10 sekolah. Kalau mau. Make Nipah Kuning 1400 siswa di sanak mured kite 200 jak. Kondisi sekolah di sanak tadak sehat. Kalau jajaran Pusat datang yang ditinjau lokasi itu. Yang kenak getahnye kite. Yang disalahkan kite, padahal kite tadak salah. Kondisi kite di kote, dari output SDN untuk bise ditampong ke SMP hanye 50 persen. Jadi patotlah ade pembatasan kalok anak luar daerah maok masok ke sinek. Wajar ndak kalok sekolah grates bersumber dana APBD ditumpahkan buat anak kote sendirik? Kan wajar! SMK Pelayaran saye ajak mereke bangon. Sebenarnye bile perlu setiap kabupaten punye kelas-kelas sendiri di SMK Pelayaran ini sebab banyak daerah yang perlu perikanan dan pelayaran. Kite silehkan. Ayok. Kalok kite tekenak membiayai setiap anak 26 juta kite tadak mampulah... SMK Desain Gravis dan Gambar Bangonan sekarang dibutohkan. Saye itong-itong ade sediketnye 70.000 bangonan di kote ini tadak ade IMB-nye. Saye akan kasik sertiďŹ kat menggam130


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa bar same siswe kite. Tanpa biaya. Mereke bise kerje. Kabupaten perlu gak mbuat macam beginek ni, kerne IMB jadi syarat bank. Bank bise ngucorkan kredit. Kredit buat usehe die-die gak. Tujuan saye memotivasi daerah laen bah agar serios same bidang pendidikan. Contoh laen dana pendidikan begitu ade dari provinsi, aneh dana tuh bisa lari. Saye pon heran, ngape bise beginik? Kemane komitmen dananye? Saye memotivasi. Jangan salah loh. Pontianak bukan selalu juare 1. Baru tahun ini jak Kote Pontianak tertinggi nilainye. Saye melihat anak SD juare, tapi SMP jeblok. Mestinye kan selaras. Saye mintak koreksi sistem ujian. Jangan prestasi itu semu. Persentase kelulusan Kota Pontianak bukan terbaek. Saye tak maok angke putos sekolah tu tinggi. Kote Pontianak di angka sangat rendah. Saye minta ke Camat atau Lurah jike saye temukan ade 5 orang anak putos sekolah, itu Lurah langsung saye ganti. Camatnye saye ganti. Ngape? Karene tak tahu kondisi di wilayah kerjenye. Saye perhatikan betol kote ini. SD maok masok SMP tadak ade pungotan biayenye. Saye bilang, bagi yang terlambat, atau tak tertampong di SMP Negeri, tak ape masok SMP Koperasi. Dananye belakangan. Saye carekkan. Itu pon maseh ade yang lepas. Kite kejar target 2014 MDG’s (Millenium Development Goal’s) target-target di Kote Pontianak udah selesai wajar 12 tahun. Saye sampai ekstrim bilang silahkan orang kabupaten pakai gedong sekolah kamek sore hari, silekan jak. Kamek tadak diskriminasi. Kan guru sertiďŹ kasi bise mengajar 24 jam! Kalok kamek ubah kuota, make yang rugi kamek. Bayangkan setara 480 orang SMA. Subsidi siswa SMK itu bise sampai 1,5 juta. APBD kan rumosnye jumlah pendudok per luas wilayah baru dapat DAU. Warning untuk Nipah Kuning 1400 pelajarnye numpang. 80 persen orang KKR. Tadak mahal bah buat sekolah. Contohnye kamek di Pontianak dapat membangon sekolah dengan menekan seluruh SPJ saye. Saye tekan. Begitu gak dengan SKPD. Saye tekan sehingge bise hemat 7 miliar. Saye sendirik pade taon 2011 baru 6 kali ke Jakarta. APBD 131


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa jike dikelola dengan baek bise sejahtera rakyat, asalkan dikelola dengan baek. PAD Kote Pontianak pon naek dari 54 miliar jadi 100 miliar lebeh. Jalan saye lebarkan. Dampaknye harge tanah pon naek. Itu BPHTB naek jadi 5 persen. Ruko di Purnama bise laku sampai 950 juta. Dari BPHTB kite bise dapat sampai 45 juta. Kamek targetkan seluruh kote bise dapat sampai 90 miliar. Saye tinggal dorong pihak swasta mengelola. Termasoklah sektor pendidikan. Bile perlu pemerintah tuh mengelola di bawah 50 persen jak. Di kote ade 30 persen Yayasan Pendidikan yang kuat. Rangkingnye cukop baek. Saye tengok seluruh kabupaten kite SDM gurunye tadak kurang. Kote ade 4200 guru, ade lebeh 200. Kabupaten bise gunekan sistem “mobile teacherâ€?. Pontianak itu untongnye punye pendudok 630.000, jadi dana Rp 1,2 triliun untuk belanje langsong 51 persen. 49 belanje tak langsong. Karene ade dana BOS dan insentif guru kite bise lebeh laju agik. Biaya besar bise kite alokasikan buat pendidikan, kesehatan. Saye mintak same Dewan Pendidikan bise mendorong pendidikan kite maju pesat. Masaklah ade Kadis di Kabupaten (tak osahlah sabot name) bilang ke saye wah anak saye tak bise masok sekolah di kote, saye bilang, kalok saye jadi atasan awak saye ganti. Ngape? Sebab die kurang menghargai pendidikan di daerahnye sendiri. Anak saye sekolahnye merate di Pontianak. Karene saye yaken kualitas sekolah di Pontianak merate. Ade yang sekolah di Marta dan Mujahidin. Semue sekolah kite mestinye berkualitas. Dampak kebijakan 5 persen bagos gak untok swasta. Saye menantang daerah laen, kalok maok sekolah di Pontianak boleh alokasikan dana Rp 1,8 juta per tahon untok level SMPSMA. Saye tinggal tanyak sekolah mane yang maok terima mereke? Siswanye kite yang drop. Kite bise alokasikan untok 1000 orang. Kite drop 1-2 kelas. Berarti Rp 1.8x70 anak make setiap sekolah bise same kualitasnye. Guru kite bise bantu ke sekolah swasta. Agar dana mereke efektif, eďŹ sien. Begitu rumos penyiasatan batasan 5 persen. Saye ni bekutat pade kote agar sistem bise bejalan. Kite dalam per132


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa encanaan perlu data yang konkret. Berape kebutohan sekolah. Kalok dikuota, saye bise tahu angke untok negeri dan swasta. Setelah memberi kuota 5 persen kite hitong swasta agar tadak kurang untuk anak Kota Pontianak. Saye selalu diskusi dengan pakar pendidikan di FKIP dan STKIP. Dolok saat saye di DPRD, itu SMK 3 maok dijual. Saya maok dikasi orang duet Rp 100 juta dengan catatan disuroh keluar sidang. Saye tak maok. Saat saye Wakel Walikote, saye mintak dengan Pak Buchary bangon agik SMKN 3. Anehnye ade 9 guru kok tak setuju? SMP 23 kite bangon. Dana membangonnye sekitar 20 miliar. Jike saye tadak miker pendidikan, saye pindah jak. Tapi saye kasehan dengan masyarakat. Jike saye maok cepat untong ye lokasinye saye jual. Tukar guling. Pasar Kemuning di Kote Baru kite bangon. 4 sekolah di depannye jadi bagos. 1 atap dengan SMPN 2. Sekolah Wisuda kite pandah-pinjamkan lokasi di baru. Dampak kebijakan kuota 5 persen, SMA Muhammadiyah di Parit Haji Husin bisa dapat 8 kelas murid. Menampung yang asal KKR. Kite akan perbesar daya tampong SMPN 8, SMP Pertiwi. Akan dibangon kembali. Diperkirekan kelak bise menampong banyak anak dari KKR. Kite bantu kualitas pendidikannye. Hasel akhernye kualitas bise berimbang. SMA 5 di Pontura saye datangek. Saye motivasi agar anak SMA 5 bisa masok kedokteran. Ini SMA walao adenye di ujong kote, tapi berkualitas. Tahun lalu siswanye berhasel masok Fakultas Kedokteran. Nah, bonusnye ape? Lahan rendah di sekolah itu ditinggikan. Tahun depan akan tambah ruang belajarnye. Begituklah insentif. Sistem pendaftaran sekolah kite semue on-line. Transparan. Saye tadak berhenti diskusi. Saya kan keluarge besak guru. Sampai sekarang saye, adek, kakak, teros belajar dan mengajar. Di Sungai Kunyet semua bibik-paman mengajar. Make saye tahu betol selok belok pendidikan beginik. Kuota 5 persen ini jalan terbaik. KKR membangon 4 sekolah baru. Saye bilang ke Pak Gub, “Pak IPM kite rendah. Pendidikan dan ekonomi harus ade daye dobrak agar maju. Saye jike ade sekolah 133


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa jeblok, dalam 1 bulan belum bisa terima saran kok bise seperti itu saye datangek. Bertemu. Marahi. Sinder teros.� Kote Pontianak udah punye Perda Pendidikan. Akan laher agik Perda Pengentasan Kemiskinan. Masalah pemerintahan sering tadak fokus. Contoh ade 14 variabel kemiskinan. Ketike turon program, banyak yang tadak cocok. Saye data 5700 rumah kote tadak layak huni. Sekarang udah ribuan selesai. Artinye mereke tadak misken agik. Pertame sekali pas saye jadi Walikote laher Perda Pendidikan. Saye alhamdulillah saat saye mintak beasiswa, bilang jangan Pemerintah Pusat kasihkan lewat Pos, tapi lewat tabongan. Karene ade syarat kemiskinan yakni tabongan. Sebagai aparat pemerentah sebenarnye banyak sekali yang bise dilakukan. Saye maok ubah keluarge misken haros sekolah, dan uangnye disampaikan lewat tabongan. Saye maok bagaimane anak tamat sekolah siap untok memasuki pasaran kerje. Pekerjaan pun saye proteksi. Misalnye karyawan hotel 85% haros terimak alumni kote. Jangan sampai anak kote jadi penonton pembangonan. Mereke haros bise jadi pemaen. Angke kemiskenan kite turon. Sekarang tinggal 8 persen. Yang diribotkan dewan itu tuh mengacu angke BPS. BPS datanye kurang benar. Jumlah pendudok jak salah. Angke kite 5.7. Di bawah nasional 13 persen. Kalau 36.000 dari mane asalnye? ***

Diskusi bersama Walikota Sutarmidji berlangsung a lot, namun asyik. Anggota Dewan Pendidikan yang sebagian besar adalah pemerhati—bahkan ada yang gurunya semasa sekolah—memberikan dukungan atas kebijakankebijakannya. Sejumlah kelemahan di dalam sistem yang berjalan menjadi catatan untuk terus diperbaiki. Dr Leo Sutrisno misalnya. Beliau menyoal anak-anak penyandang autis. Dalam hal ini walikota ingin sekolah alam ditumbuh-kembangkan. Disebutkannya lahan di Ampera seluas 5 hektar. Daerah ini wilayah resapan. Tidak boleh dibangun, tapi kecil-kecil boleh. Sekolah alam lebih baik dibangun di sini. 134


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Gallery

135


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

136


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

137


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

138


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

139


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

140


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

141


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

142


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

143


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

144


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tentang Penulis

S

cripta manen, verba volent. Itulah sebabnya Nur Iskandar aktif menulis sejak di bangku sekolah dasar hingga ia tumbuh sebagai seorang jurnalis. Bahwa menulis itu—seperti dikatakan Pramoedya—bekerja untuk keabadian. Banyak katakata bernas yang telah diucapkan, banyak pula karya-karya emas yang telah diwujudkan, namun jika tidak dituliskan, semua imanen—semua volent— semua menguap begitu saja seperti tidak pernah terjadi di alam semesta. Pria kelahiran Pontianak, 13 Februari 1974 ini memulai karir jurnalistiknya di Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan (1992-1997), Volare Group (1997-1999), Harian Equator145


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Jawa Pos Media Network (1999-2006) dan Harian Borneo Tribune (2007-2012) dan selanjutnya menenggelamkan aktivitasnya dalam kepenulisan buku bersama TOP Indonesia. Pendidikan jurnalistik ditempuhnya dalam organisasi pers kampus, pendidikan internal Jawa Pos News Network (JPNN), maupun shortcourse di Negeri Paman Sam, AS, dan Negeri Kangguru—Australia. Di AS melalui Institute for Training and Development (ITD) yang bermarkas di Amherst-Massachussets, Nur Iskandar mendalami Journalism in Ethics and Investigative Reporting (2001) dan berlanjut pada pendalaman Pluralism and Democration (2004) yang disponsori Kedubes AS dengan Comparative Study di Washington DC, Chicago dan Memphis-Tennessee. Di Australia fellowship diperolehnya dari Asia Pasific Journalism Centre (APJC) yang berpusat di Melbourne (2010) dengan Comparative Study di empat negara: Australia, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Buku-buku yang pernah ditulisnya: Biogra Mawardi Dja’far (bersama tim,1992), Kepemimpinan Gubernur Kalbar HA Aswin (bersama tim, 2003), Bunga Rampai DPRD Kalbar (bersama tim, 2004), Setengah Abad Pembangunan Pertanian di Kalimantan Barat (2008), 40 Tahun Fanshurullah Asa Menggapai Asa (bersama tim, 2009), Jusuf Manggabarani Cahaya Bhayangkara (2011), Umrah Bersama Puang (2011), Pak Guru Abang Maspura (2011), Genocide (bersama tim, 2011), Hadari Nawawi Pemikir dan Pejuang Pendidikan (2012), Jejak Langkah Sang Orator (2012). Mahasiswa pascasarjana Sosiologi Fisip Universitas Tanjungpura ini juga mengoleksi prestasi sebagai penulis terbaik nasional untuk program pengentasan kemiskinan versi media cetak PNPM Mandiri (2010), juara dua nasional lomba fotogra dalam rangka kampanye penggunaan air bersih terkait climate change yang diselenggarakan oleh Comprehensive Knowledge Networking (CK-Net) Indo146


Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nesia (2010), sejumlah kejuaraan lomba karya tulis ilmiah semasa SMA dan kuliah (1989-1997). Selain menulis, Nuris juga aktif memberikan pelatihan di kampus-kampus melalui lembaga nirlaba Tribune Institute. Menurutnya masyarakat yang cerdas akan lahir dari adanya bacaan-bacaan yang menginspirasi sehingga melahirkan keputusan-keputusan yang cerdas. Sebaliknya, keputusan yang cerdas akan mampu membawa kepada totalitas masyarakat yang demokratis dan madani. CP penulis 08125710225. Email nuris_kand@yahoo. com dan atau iskandar.nur@gmail.com.

147


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.