TRIBUNKALTIM - 30 OKTOBER 2011

Page 4

tribun balikpapan

Jumlah RSBI Tidak Masalah

IRT Nyambi Jadi Kurir Sabu ● Kepergok akan Transaksi Sabu Senilai Rp 10 juta BALIKPAPAN, TRIBUN Daya tarik narkoba benarbenar menggiurkan. Pengalaman hidup di penjara gara-gara narkoba pun seperti tak berbekas di ingatan. Itulah yang terjadi pada Sulaiman (31), warga Jl Borobudur Kelurahan Muara Rapak Kecamatan Balikpapan Utara. Dua kali keluar masuk penjara dengan vonis 1 tahun 10 bulan dan 1 tahun 4 bulan, karena kasus sabu, agaknya tidak membuat jera. Baru keluar dari Rumah Tahanan (Rutan) Balikpapan 2009 lalu, pria yang akrab disapa Leman ini kembali diamankan oleh jajaran Satnarkoba Polres Balikpapan, Jumat (28/10/11) sekitar pukul 21.30. Ia kepergok menyimpan satu paket narkotika golongan I jenis sabu seberat 0,4 gram. Sabu tersebut ditemukan di dalam senter miliknya. Alhasil, Leman beserta barang bukti digelandang ke Polres Balikpapan untuk diproses lanjut. “Kami mendapat informasi tentang Leman sejak pagi. Kemudian aparat penyidik kami turunkan ke lapangan untuk melakukan pemantauan. Malam harinya, kami baru melihat Leman berada di rumahnya. Langsung dilakukan penyergapan,” ungkap Kapolres Balikpapan AKBP Sabar Supriyono didampingi Kasatnarkoba AKP Markus Sanyoto, Sabtu (29/10/11). Saat penggeledahan, diketahui tersangka

5

MINGGU 30 OKTOBER 2011

● Disdik Belum Ketahui Hasil dari Pusat

TRIBUN KALTIM/MARGARET SARITA

Barang bukti sabu yang disita polisi dari Nurlaila

menyimpan satu paket sabu di dalam tabung baterai sebuah senter. Senter berpengait itu ditemukan di celana pelaku. Usai menangkap Sulaiman alias Leman, aparat Satnarkoba Polres Balikpapan langsung melakukan pengembangan kasus. Saat diperiksa, Leman mengaku sabu di tangannya diperoleh dari Nurlaila alias Eti (31), ibu rumah tangga asal Samarinda. Namun tersangka Leman tidak mengetahui alamat Eti di Balikpapan. Karena mereka hanya bertemu sebentar untuk transaksi di suatu tempat saja. “Kami berupaya memancing Eti agar keluar dari persembunyiannya. Hingga akhirnya, Eti muncul di Jl Borobudur sekitar pukul 05.30 tadi pagi,” ungkap Kapolres Balikpapan AKBP Sabar Supriyono didampingi Kasatnarkoba AKP Markus Sanyoto. Eti datang bersama seorang teman laki-laki. Eti pun langsung diamankan,

namun laki-laki yang mengantarnya berhasil melarikan diri. Aparat menemukan dua paket sabu seberat 5,1 gram senilai Rp 10 juta dari tangan warga Jl Sambutan RT 3 Kelurahan Sei Pinang Kecematan Samarinda Ulu. “Eti ini mengaku hanya sebagai kurir dari seorang bandar di Samarinda. Ia mengaku hanya mengantarkan pesanan Leman. Kami masih melakukan pengembangan lebih lanjut lagi, untuk menangkap bandar besar yang berada di belakang Eti,” kata Markus. Atas perbuatan keduanya, Markus mengatakan Eti dijerat dengan pasal 114 (2) UU nomor 35 tahun 2009 tentang penyalahgunaan narkotika golongan I. Ia diancam pidana penjara paling sedikit 5 tahun. Sedangkan Leman dijerat dengan pasal 112 (1) UU nomor 35 tahun 2009 tentang memiliki, menguasai, menyimpan narkotika golongan I jenis sabu. Dengan ancaman hukuman minimal 4 tahun.(sar)

BALIKPAPAN, TRIBUN Banyaknya jumlah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Balikpapan yang terus menuai kritikan, ditanggapi dingin oleh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Balikpapan Syahrumsyah Setia. Menurutnya, secara prinsip tidak ada masalah dari segi jumlah RSBI yang ada di Balikpapan. Kendati Permendiknas nomor 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan RSBI hanya mengamanatkan satu RSBI di tiap jenjang sekolah, Syahrum mengaku tak ingin berpolemik lebih jauh soal itu. “Kalau saya prinsipnya bukan dari segi jumlah. Tapi intinya bagaimana sekolah itu berkualitas. Ada dua, tiga atau lebih, itu tidak masalah, yang penting bagaimana sekolah itu bisa memenuhi standar,” ujarnya kepada Tribun, Kamis (27/10). Lebih lanjut ia menambahkan, amanat Permendiknas 78/2009 yang mengisyaratkan pendirian RSBI satu di tiap jenjang sekolah, tak lain sekedar untuk membuat daerah lebih fokus. “Kalau diminta SD-nya satu, SMP-nya satu, dan SMA/SMKnya satu, itu kan supaya lebih fokus saja mengelolanya. Tapi kalau memang kita mampu lebih dari satu kenapa tidak. Kewenangan RSBI kan ada di Pusat. Jadi kalau saya jangan bicara jumlahnya, tapi filosofinya bagaimana sekolah bisa memenuhi standarisasi

8 RSBI yang Dimiliki Balikpapan: SDN 001 SMPN 3 SMKN 1 SMKN 3

TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN

Suasana di SMPN 1 Balikpapan yang menyandang status RSBI

yang ditetapkan,” terangnya. Meski demikian, Syahrum mengakui masih ada kelemahan dari Permendiknas 78/2009. Pasalnya, kriteria yang dijabarkan dalam kebijakan tersebut hanya bersifat umum. Seperti standarisasi proses belajar mengajar, standarisasi sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana. “Memang kriterianya terlalu umum. Misalnya standarisasi prosesnya, SDMnya, biayanya, dan

prasarananya. Nah kita ingin ada kebijakan yang secara konkret bisa menjabarkan, sehingga sekolah bisa mengejarnya,” cetusnya. Syahrum mencontohkan, pola rekruitmen guru yang hingga kini belum diatur dengan Permen khusus. Hal itu membuat sekolah kesulitan menyesuaikan amanat Permendiknas 78/2009 tersebut. “Dalam Permendiknas 78/ 2009 itu kan guru yang mengajar di RSBI rata-rata harus lulusan S2. Dengan

SMPN 1 SMAN 1 SMKN 2 SMKN 4

rincian SD 10 persen dari total yang ada, SMP 20 persen, dan SMA/SMK 30 persen. Tapi ini kan terlalu normatif. Harusnya ada kebijakan yang menjelaskan dia guru mata pelajaran apa, dan sebagainya,” ujar Syahrum. Namun demikian, Syahrum menjelaskan, mulai tahun 2012 pihaknya akan mengevaluasi keberadaan RSBI di Balikpapan. Evaluasi tersebut akan menekankan pada tiga sasaran, yaitu aspek kelembagaan, tenaga pengajar, dan renstra dari tiap-tiap RSBI. Ditanya mengenai hasil evaluasi RSBI dari Kemendiknas beberapa bulan lalu, Syahrum mengaku belum mengetahui. “Saya sudah pernah ke Jakarta untuk meminta hasil tersebut, tapi Pusat belum mau ekspos. Dan saya juga belum tahu kapan Pusat mau ekspos hasil tersebut. Makanya kita di daerah harus bersikap pro aktif,” ungkapnya. Kuat dugaan, Permendiknas 78/2009 yang mengatur penyelenggaraan RSBI tersebut akan direvisi pada tahun 2012 mendatang. “Memang kabarnya begitu, dan saya pribadi sangat sepakat kalau itu direvisi,” tegas Syahrum. (ful)

Dilema Ratusan Motor Barang Bukti

Mangkrak Tahunan di Gudang Polres Balikpapan MENDATANGI Polres Balikpapan, masyarakat akan melihat beragam loket layanan surat-menyurat, tempat pelaporan hingga ruang pemeriksaan. Pemandangan umum lainnya adalah, barisan kendaraan roda dua yang ternyata adalah barang bukti kasus. Jumlahnya kalau ditotal bisa mencapai lebih dari 50 unit. MARGARET SARITA BARISAN kendaraan roda dua “barang bukti” ini, bisa terlihat di halaman belakang dan area parkir depan maupun samping Satlantas serta gudang barang bukti di belakang Satreskrim Polres Balikpapan. Penampakannya pun bermacam-macam. Ada yang masih mulus, sedikit pesok hingga rusak parah dan berkarat. Rata-rata diselimuti debu tebal, pertanda lama tak dihiraukan. Belum lagi ditambah beberapa unit motor yang bentuknya pretelan. Pertanyaan pun timbul, motor-

motor ini milik siapa? Ada pemiliknya atau tidak? Mengapa dibiarkan memenuhi sisi ruang di Polres Balikpapan. Kapolres Balikpapan AKBP Sabar Supriyono didampingi Kasatreskrim AKP Gendut Supriyanto mengakui ada kesulitan menanggapi pertanyaan seputar barang bukti roda dua yang mangkrak di gudang barang bukti Satreskrim Polres Balikpapan. “Agak sulit. Barang bukti motor itu, kalau belum ada tersangkanya ya masih ada di sini. Kalau sudah ada tersangkanya, baru kami limpahkan ke Kejari Balikpapan bersama si tersangka. Walaupun ada yang sudah bertahun-tahun, tetapi kalau belum diketahui tersangka maupun pemiliknya, terpaksa dibiarkan saja di situ (gudang). Apalagi motor yang bentuknya sudah pretelan. Nomor mesin dan nomor rangka kemungkinan sudah tak dikenali,” ungkap Gendut.

Kepolisian, lanjut Gendut, bisa saja melelang barang bukti tersebut. Namun, selain prosesnya panjang, bisa jadi di belakang hari ada yang mengakui sebagai pemilik atau kasusnya terungkap. Malah ruwet nantinya. “Kita sudah pernah memajang motor-motor barang bukti itu di halaman depan Polres Balikpapan dan mengumumkan pada masyarakat yang merasa pernah kehilangan kendaraan agar memeriksa ke kantor polisi. Siapa tahu ada kendaraannya dan bisa langsung mengurus untuk dibawa pulang. Tidak ada pungutan biaya. Namun, tak sampai separuh saja yang diakui ada pemiliknya,” kata Gendut. Kesulitan menyikapi soal barang bukti kendaraan juga diutarakan Kanit Regident Satlantas Polres Balikpapan Ipda Syarifah Nurhuda (Nurul). Barang bukti motor yang mangkrak di pelataran belakangan Satlantas sudah tak dapat dihitung jari lagi.

Gudang penyimpanan pun sepertinya tak cukup lagi untuk memarkir kendaraan yang sebagian sudah menjadi penghuni tetap dalam hitungan tahun. “Motor itu bukan kita yang menahan-nahan. Kebanyakan merupakan kasus laka lantas dan tilang. Untuk kasus laka lantas, biasanya kami membawa motor sebagai barang bukti untuk penyidikan. Setelah kasusnya rampung kita surati pemiliknya agar mengambil motor mereka ke Polres Balikpapan. Tapi ada juga yang tidak mengambilnya sampai sekarang. Begitu juga dengan motor tilang. Pemiliknya sudah kami surati tapi tidak juga mengambil motornya ke sini (kantor polisi),” ungkap Nurul. Polisi, lanjut Nurul, tidak bisa berbuat apa-apa terhadap motormotor yang jadi barang bukti tersebut. Selain mengirim surat pada pemilik motor agar mengambil motor mereka ke

TRIBUN KALTIM/MARGARET SARITA

Motor barang bukti ini mangkrak di Polres Balikpapan karena tidak ada pemilik yang mengambilnya.

kantor polisi. “Kita nggak bisa sembarangan. Mau diapa-apain juga jadi masalah nantinya. Sebab ini barang bukti. Kalau ada apa-apa, kita yang disalahkan,” ujar Nurul. Alhasil motor barang bukti pun dibiarkan parkir di dalam gudang

atau dimana ada tempat kosong yang bisa jadi tempat penyimpanan. Mau tak mau dan entah sampai kapan. Sementara temuan dan kasus pencurian kendaraan roda dua terus bertambah tiap tahunnya.(*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.