TRIBUN KALTIM - 15 MEI 2010

Page 6

tribun manca 7 Militer Bantah Tembak Jenderal SABTU 15 MEI 2010

AS Tutup Kedubes AMERIKA Serikat (AS) kemarin menutup kedutaan besarnya di Bangkok di tengah eskalasi kekerasan yang melanda ibu kota negara itu. Pihak AS menyatakan sangat prihatin atas kekerasan yang terjadi antara Pemerintah Thailand dan para pengunjuk rasa antipemerintah yang disebut “Kaus Merah”. “Kami sangat prihatin. Kami mengamati itu (kekerasan) secara saksama,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Philip Crowley, kepada wartawan. “Kedutaan ditutup dan layanan bagi warga Amerika akan tersedia hanya untuk keadaan darurat,” katanya. Inggris juga akan menutup kantor kedubesnya di Bangkok mulai Jumat (14/

5) ini. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris, Kamis, mengatakan, “Kedutaan akan ditutup besok, tetapi kami masih membuka hotline. Kami akan memantau situasi di Bangkok hari per hari.” Crowley mengatakan, “Kami terus mendorong kedua belah pihak bahwa kekerasan bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, pemerintah dan para demonstran harus kembali bertemu dan mencapai kesepakatan untuk jalan ke depan.” “Ada celah mendasar dalam masyarakat Thailand. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan hal ini dan untuk mengembangkan sebuah masyarakat sipil serta inklusif adalah melalui

negosiasi damai,” katanya ketika ditanya apakah ada ancaman terhadap demokrasi. Kelompok Kaus Merah bentrok dengan tentara di pusat kota Bangkok, Kamis. Dalam bentrokan terbaru itu, setidaknya seorang tewas dan delapan orang lainnya terluka. Bentrokan itu terjadi setelah Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva menangguhkan rencana penyelenggaraan pemilihan umum pada November mendatang. Harapan pun memudar bagi terjadinya rekonsiliasi demi mengatasi krisis yang telah berlangsung berbulanbulan yang menyebabkan 30 orang tewas dan sekitar 1.000 orang terluka. (kompas.com)

Pelaku Peledakan Bom Ditembak Mati MOSKOW, TRIBUN - Aksi perlawanan itu berujung maut. Pihak berwajib Rusia akhirnya menembak mati tiga tersangka pelaku peledakan bom bunuh diri di kereta api metro Moskwa pada Maret lalu. “Waktu mau ditangkap, mereka melawan,” demikian ungkapan pejabat Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov sebagaimana ditulis media massa AP, AFP, dan Interfax, Jumat (14/5). Meskipun demikian, tidak diperoleh informasi lengkap soal waktu dan lokasi penembakan terhadap para tersangka tersebut. Pemerintah Rusia cuma mengatakan seluruh pi-

hak terlibat dalam insiden itu sudah dikenali aparat berwajib. Ketegasan pemerintah Rusia ini menjadi realisasi dari tekad untuk menumpas seluruh pelaku penyerangan. Kekerasan itu sendiri tercatat sudah menewaskan 40 orang. Sejatinya, peristiwa tragis pada 29 Maret 2010 itu ditujukan kepada dua kereta penumpang metro Moskwa. Sementara itu, Presiden Rusia Dmitry Medvededv mengatakan tidak ada pilihan kecuali membunuh para teroris tersebut. “Mereka yang melawan telah diselesaikan. Dalam hal ini, kita tidak bisa menun-

jukkan rasa kasihan,” kata pemimpin Rusia dalam pertemuan dengan Bortnikov. FSB mengatakan upaya untuk menemukan para dalang lain yang sudah dikenali, masih akan dilakukan terus. Pelaku bom bunuh diri dikenali sebagai perempuan yang berusia 17 tahun, janda seorang kelompok perlawanan Kaukasia, dan seorang perempuan berusia 28 tahun -isteri dari seorang komandan kelompok bersenjata Islam. Seorang pemimpin militan Chechnya, Doku Umarov, mengatakan dialah yang memerintahkan pengeboman. (kompas.com)

! Mayjen Khattiya Dituding Membangkang BANGKOK, TRIBUN - Militer Thailand menyangkal menembak seorang jenderal pembangkang yang bersekutu dengan para pengunjuk rasa “Kaus Merah”. “Apa yang terjadi pada dia sungguh tidak terduga,” kata Kolonel Dithaporn Sasasmit, juru bicara militer yang menjalankan Komando Operasi Keamanan Internal (ISOC), Jumat (14/5). Dia menambahkan, pimpinan militer telah memerintahkan seluruh prajurit tidak menggunakan senjata untuk menghadapi orang yang tidak bersenjata. “Mayor Jenderal Khattiya Sawasdipol, yang dikenal sebagai Seh Daeng, berada dalam kondisi koma di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit lokal dan peluangnya kecil untuk selamat,” kata di-

KOMPAS.COM

Mayjen Khattiya Sawasdipo

rektur rumah sakit itu. Jenderal berusia 58 tahun itu ditembak pada Kamis malam saat diwawancarai wartawan tidak jauh dari lokasi, di

mana ribuan orang pendukung Kaus Merah melakukan unjuk rasa terhadap pemerintah dalam dua bulan terakhir. Dia adalah seorang tokoh

pendukung kelompok Kaus Merah yang dapat bergerak secara bebas keluar masuk lokasi perkemahan para pengunjuk rasa dan bertemu dengan para wartawan sekalipun dicari oleh polisi. Juru bicara ISOC mengemukakan keterkejutannya, polisi telah gagal untuk menahan Seh Daeng. Penembakan jenderal itu bertepatan dengan upaya pemerintah menutup lokasi unjuk rasa dengan menghentikan aliran listrik dan menutup jalan. Militer telah memperingatkan bahwa mereka akan menempatkan para penembak jitu. PM Abhisit Vejjajiva telah menuduh Seh Daeng, yang dibebaskan dari tugas pada Januari, mencoba mencegah berakhirnya aksi unjuk rasa. (kompas.com)

Muslimah Pertama Dampingi Cameron LONDON, TRIBUN - Perdana Menteri Inggris David Cameron membuat kejutan pertama dengan menunjuk Sayeeda Baroness Warsi duduk dalam kabinetnya. Perempuan kelahiran Pakistan 39 tahun silam ini adalah muslimah pertama di kabinet. “Sebuah kehormatan bagi saya sekaligus hal penting bagi sejarah Inggris,” kata Warsi sebagaimana The Sun menulis pada Jumat (14/5). Warsi berasal dari keluarga pekerja imigran di Yorkshire, Inggris. Kota itu merupakan salah satu kota industri dengan pabrik-pabriknya. Warsi menduduki jabatan menteri tanpa portofolio dalam kabinet Cameron. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris yang baru, David Cameron, memimpin sidang pertama kabinetnya, Kamis (13/5), yang dihadiri bekas saingan-saingannya. Ia menepis anggapan

bahwa koalisi bersejarahnya tak akan berlangsung lama. Deputi Perdana Menteri Nick Clegg dan empat menteri lainnya dari partai Demokrat Liberal bertemu dengan rekan-rekan baru mereka dari Konservatif di Downing Street. Sidang pertama itu dinilai konstruktif untuk membangun kerja sama, ujar seorang anggota Konservatif. Cameron mendesak para pegawai negeri dan para menteri barunya untuk mulai mengerjakan pemecahan jangka panjang mengenai bagaimana mendorong perekonomian negara itu dan menyatakan koalisi itu akan kompak. “Semakin saya memikirkan usaha yang telah disepakati ini, semakin saya bertambah gairah karena pemerintahan koalisi ini, jika kita bisa upayakan, dan saya yakin kita bisa- akan memerintah selama lima tahun,” kata Cameron. (kompas.com)

IST

Sayeeda B Warsi


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.