tamanplaza hal 23

Page 1

Inspirasi WISATA

ALUN-ALUN WONOSOBO

W

onosobo kian meneguhkan diri sebagai kota wisata. Selain punya andalan ikon wisata alam pegunungan Dieng, taman rekreasi air hangat Kalianget dan agrowisata Tambi, kini kota berslogan ASRI (Aman, Sehat, Rapi dan Indah) juga punya loka wisata baru di pusat kota, yakni AlunAlun. Betapa tidak? Pasalnya, ruang publik kebanggaan warga setempat itu, sudah didesain indah dan apik. Tidak saja bisa untuk olah raga seperti sepak bola, volly dan basket, tapi juga bisa digunakan untuk wisata keluarga. Ada arena khusus olah raga jalan kaki. Ada taman dan air mancur. Ada kursi besi dan cor tembok bagi penggunjung yang ingin sekadar bersandar di sana. Terdapat juga paseban tempat berteduh dan melepas lelah setelah keliling Alun-Alun jalan kaki. Arena olah raga jalan kaki dibagi dua bagian. Satu melingkar di dalam Alun-Alun dan satunya lagi mengelilingi luar Alun-Alun. Lintasan pejalan kaki di dalam Alun-Alun disetting dengan menggunakan kerikil timbul, sehingga sangat baik untuk kesehatan. Sedang yang di luar dibuat dengan paving. Pojok kanan-kiri arah utara terdapat paseban berbentuk gazebo. Kanan-kiri bagian selatan ada dua air mancur dan tempat duduk kerangka besi beratap menyerupai halte. Tempat duduk santai diletakan di beberapa bagian di bawah rimbun pohon beringin. Bagian tengah Alun-Alun dibelah dengan trotoar. Di posisi as ada gundukan tanah untuk menanam pohon beringin kurung. Dua sisi Alun-Alun dibikin lapangan sepak bola. Lapangan volly dan basket ditaruh di sisi kanan lapangan sepak bola. Sedang lapangan sepak bola sisi kiri dibiarkan utuh. Lapangan tersebut ditanami rumput hijau. Dari kejauhan nampak seperti karpet yang digelar. Suasana asri dan indah Alun-Alun Wonosobo, sangat pas untuk wisata keluarga. Anak-anak bisa olah raga, jalan kaki atau lari-lari kecil memutari Alun-Alun. Perut lapar dan tenggorokan haus, pengunjung bisa segera pesan ragam makanan dan minuman kecil di sekitar ruang publik itu. Dari mie ongkok, mie ayam, bakso, siomay, jagung bakar, kupat tahu dan aneka minuman tersedia di sana

Minggu Ceria Minggu pagi, menjadi puncak keramaian Alun-Alun Wonosobo. Pasalnya, keluarga dari berbagai daerah setempat tumplek-blek di ruang publik tersebut. Ada yang main basket, ada main bola dan volly, ada yang lari dan jalan kaki, ada juga yang sekadar kongkow sembari menikmati hidangan pagi Pedagang Kaki Lima (PKL). Alun-Alun kian riuh dengan kehadiran sekelompok anak muda yang main musik. Jalan seputar Alun-Alun pun jadi penuh sesak lautan manusia. Jalur lalu lintas seputar Alun-Alun, khusus Minggu pagi, terpaksa di tutup demi kenyamanan penikmat Alun-Alun. Parkir mobil dan sepeda berderet di sepanjang Jl Pemuda dan Jl Sindoro. Sejak Alun-Alun dibangun, memang suasana nampak bersih, indah dan ramai. Alun-Alun kini tertutup bagi arena kampanye parpol, balap motor, pacuan kuda, pameran dan pertunjukan musik. Alun-Alun hanya digunakan sebagai arena wisata keluarga, olah raga dan acara ceremonial Pemkab setempat. Suasana tersebut rupanya perlu tetap dipertahankan. Sebab, ketika Alun-Alun dibiarkan bebas untuk berbagai pertunjukan, seperti sebelumnya, kondisi sesudahnya akan rusak parah. Pengalaman kerusakan Alun-Alun akibat jadi tempat balap motor, pacuan kuda, pameran dan arena pertunjukan musik cukup dijadikan contoh. Kalau pun terpaksa Pemkab menggelar pameran sebagai promosi pembangunan daerah dan mengundang investor, sebaiknya kegiatan tersebut digelar di separuh jalan seputar Alun-Alun dan komplek gedung Sasana Adipura Kencana. Dengan demikian, kondisi Alun-Alun tidak akan rusak dan tetap terjaga keindahannya. Upaya untuk mengembalikan keindahan Alun-Alun tentu membutuhkan dana besar. Pembangunan Alun-Alun yang saat ini saja, menyedot dana hingga 4 miliar. Sebuah dana yang terhitung tidak sedikit untuk ukuran revitalisasi Alun-Alun kota. Semua pihak perlu menjaga AlunAlun agar tetap bersih, indah dan nyaman untuk olah raga dan wisata keluarga. Agar suasana Alun-Alun makin ramai di minggu pagi, rasanya tidak cukup hanya ditampilkan musik dari kalangan kawula muda. Sekali waktu perlu dipentaskan kesenian tradisional yang ada di seantero Wonosobo. Selain dalam rangka meramaikan Alun-Alun, juga sebagai ikhtiar memberdayakan kesenian tradisional yang ada. Pengalaman menyulap Alun-Alun sebagai pasar penampungan juga jangan sampai terulang lagi. Apalagi, saat itu Alun-Alun kemudian hangus terbakar. Alun-Alun pun seolah menangis. Rumput mati dan gosong. Pohon beringin sebagian merangas kering akibat dilalap si jago merah. Warga Wonosobo merasa kehilangan tempat kebanggaannya. Jangankan tempat wisata seperti sekarang ini, orang yang mau olah raga dan bersantai di Alun-Alun jadi bingung. Anak-anak sekolah mau olah raga dibuat kelabakan karena matinya Alun-Alun.. Pengembangan Meski belum dilengkapi arena bermain lain bagi anak-anak, kondisi Alun-Alun saat ini sudah cukup bagus. Sayup-sayup terdengar akan ada relokasi beberapa tempat di sekitar AlunAlun untuk dijadikan arena permainan anak-anak. Sekiranya rencana tersebut jadi dilaksanakan, perlu dipikirkan masak-masak. Perlu dihitung untung-ruginya. Apakah pemindahan itu tidak berbuntut masalah dan menghilangkan filosofi Alun-alun sebagai pusat kekuasaan. Karena di seputar Alun-Alun ada Pendopo Bupati, Kantor DPRD, Sekretariat Daerah, Gedung Adipura Kencana, Markas Kodim 0707 dan Kejaksaan Negeri sebagai simbol kekuasaan daerah. Ada juga pusat ekonomi berupa Kantor Bank Jateng dan Bank BRI, tempat ibadah seperti Gereja Kristen Jawa, Gereja Santo Paulus dan Masjid Jami', Sasana Bhakti, Rutan, Kantor Pos, SMP Negeri 1 dan beberapa pemukiman warga. Jangan sampai demi keramaian dan nilai komersial, pengembangan Alun-Alun berbutut masalah. Memang melengkapi Alun-Alun dengan arena permainan anak-anak yang megah akan menguntungkan dan membuat suasana ruang publik itu tambah semarak. Sekiranya rencana pengembangan ke depan itu akan tetap berjalan, perlu kajian menyangkut Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRTW) yang terpandu dan tidak merugikan banyak pihak. Sebab banyak pengembangan Alun-Alun di beberapa kota yang justru mengundang kontroversi. (Emha Zarka)

fenomena BISNIS

K

adang orang beranggapan bahwa memulai bisnis itu harus mempunyai modal (uang) yang cukup, padahal tidaklah demikian, karena bisnis itu harus dimulai dari keberanian dan kreatif melihat peluang. Kalau kita minggu pagi jalan-jalan di alun-alun Wonosobo maka kita akan melihat orang-orang yang jeli meilhat peluang itu, mereka berjualan apa saja, dari kuliner, cinderamata, fashion, mainan anak-anak, dan lain-lain. Dan salah satu diantaranya adalah seorang perempuan yang gesit energik, yaitu Ratna Ambarwati, ibu satu anak yang tinggal di Taman Mutiara Persada yang ketika di temui redaksi Taman Plaza sedang jualan boneka anak-anak yang sekarang sedang jadi trend, yaitu shaun the sheep. “Saya sebetulnya sudah punya kios di rumah di Taman Mutiara Persada, tapi kok bisnis shaun the sheep rasanya menarik, jadi ya saya jalani saja, dan ternyata meskipun hanya jualan dari dari jam 6 pagi sampai jam 10 siang hasilnya sangat lumayan� katanya sambil tersenyum disela-sela kesibukannya melayani pembeli. Dan selidik punya selidik ternyata memang omset dari jualan shaun the Ratna Ambarwati sheep itu sangat menggiurkan, bahkan omsetnya bisa mengalahkan orang yang jualan di pasar dari pagi sampai sore. Maka memang bisnis itu urusannya adalah bagaimana kita kreatif melihat peluang, bukan hanya mengeluhkan soal modal, modal, dan modal..! Kalau ibu Ratna Ambarwati yang jualan shaun the sheep-nya ada di alun-alun Wonosobo sebelah selatan ini bisa, maka anda juga pasti bisa. Jadi mari melihat peluang yang bertebaran di sekeliling kita dan take action... Bisnis! (Nc)

23


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.