Sriwijaya Post Edisi Selasa 30 Juni 2009

Page 13

14

SRIWIJAYA POST Selasa, 30 Juni 2009

Rapor Pemain AMERIKA

SERIKA SERIKATT

Altidore 4.5: Mencoba untuk tampil baik tapi dia tidak mampu menekan dan merusak irama tim sendiri. Davies Da vies 77.5: .5: Melakoni pertandingan dengan bagus memberikan assist untuk gol Donovan. Pemain Pengganti Bornstein 6: Menambah energi Kljestan 6: Sedikit melakukan sentuhan BRASIL Julio Cesar 5.5: Melakukan perpindahan yang lambat dia seharusnya mampu menangkap bola dari Dempsey dan Donovan.

APPHOTO

Tim Howard : Kiper Terbaik Howard 8: Melakukan penyelamatan berkali-kali, dua kali dari Robinho kemudian Felipe Melo, Maicon, Andre Santos, Lucio, Fabiano, dan banyak kali dari Kaka. Spector 6.5: Menemukan penampilan terbaik di babak pertama meskipun akhirnya gagal membendung Kaka dan Fabiano. DeMerit 6: Pasangan yang serasi memperkuat pertahanan dengan Onyewu dia mulai kalah di 30 menit terakhir. Onyewu 6: Mirip seperti DeMerit, menara pertahanan Amerika yang tinggi dan selalu menang duel udara. Dia kalah sejak menit ke 70. Bocanegra 6: Selalu mengganggu dan menggagalkan usaha Maicon. Dempse pseyy 77:: Tampil bagus di babak Dem pse pertama, memiliki umpan crosing yang bagus dan penyelesaian yang sempurna. Feilhaber 6: Bekerja luar biasa di lini tengah menutup Felipe Melo dan Kaka. Clark 6: Pemain lain yang juga menunjukkan kualitasnya di tengahtengah pemain Brasil. Donovan 8.5: Pemain terbaik di lapangan di babak pertama. Mengancam Brasil, mencetak gol, dan membantu pertahanan.

Maicon 77:: Mengeluarkan banyak kekuatan untuk membantu serangan terutama di babak kedua. L ucio 77.5: .5: Sundulannya mengantarkan Brasil meraih juara. Luisao 6.5: Seperti rekannya, Luisao menemui masalah di babak pertama. Andre Sant os 5.5: Tampil Santos semangat tapi buruk di babak pertama. Gilberto 6.5: Gagal di babak pertama tapi berusaha bangkit di babak kedua. F elipe Melo 77.5: .5: Setelah tampil tidak bagus, Felipe Melo pelan tapi pasti meningkatkan performanya. Dia dominan menyerang di babak kedua. Ramires 5.5: Menyebabkan permainan Brasil bertahan. Kaka 8.5: Pemain yang masih menunjukkan penampilan yang konsisten. R obinho 77:: Pertandingan yang kurang beruntung bagi Robinho. Usahanya selalu digagalkan Howard. Luis Fabiano 9: Banyak dikritik tapi Luis Fabiano mengakhiri kompetisi sebagai top scorer. Pemain Pengganti: Alves Dani Alv es 77:: Membuka banyak ruang buat Brasil menggantikan Andre Santos. Elano 77:: Membantu merusak konsentrasi pemain Amerika

soccer hot news

Air Mata Dempsey

■ Amerika Serikat Kalah Terhormat AMERIKA Serikat datang ke Piala Konfederasi dengan modal pas-pasan. Mereka sama sekali tidak dilirik alias tidak diunggulkan. Pamor tim-tim besar seperti Spanyol, Brasil, dan Italia menenggelamkan Amerika di turnamen Piala Dunia mini ini. Amerika bahkan mengawali dua pertandingan di babak penyisihan Grup B dengan langkah terseok-seok. Tim Negeri Paman Sam ini dibantai Italia 1-3 kemudian dikalahkan Brasil 0-3. Landon Donovan dkk pun sudah bersiap mengemasi barang-barangnya untuk kembali ke Amerika. Mereka hampir dipastikan tersingkir. Tapi di luar dugaan, Amerika justru tampil perkasa di laga terakhir babak penyisihan dengan melumat Mesir 3-0. Kemenangan besar yang menjadi titik tolak kebangkitan pasukan Bob Bradley yang sekaligus diuntungkan dengan kekalahan Italia atas Brasil hingga membuat Amerika lolos ke semifinal. Di babak semifinal, Amerika benar-benar menghadirkan kejutan luar biasa. 10 pemain Amerika saat itu memporakporandakan kekuatan raksasa Spanyol yang difavoritkan juara dengan skor telak 2-0.

Dua Gelar dari Dunga SEBELUM ditunjuk sebagai pelatih Brasil pada 2006, Carlos Dunga sama sekali belum pernah memiliki pengalaman sebagai pelatih. Pengalamannya dengan sepakbola lebih banyak dijalaninya sebagai pemain, salah satunya menghasilkan gelar juara dunia 1994 dan Piala Konfederasi 1997. Karena kurangnya pengalaman sebagai pelatih, banyak orang meragukan kemampuannya menangani tim peraih juara dunia lima kali tersebut. Di tangan Dunga, harga diri Brasil dipertaruhkan. Dalam usia 42 tahun waktu itu, Dunga mencoba hal baru yang dianggap tak lazim di

Carlos Dunga APPHOTO

negaranya. Dunga tak malu mencari pemain yang berlaga di klub-klub medioker di seantero dunia dan tak ragu mencoret pemain bintang sekalipun. Prinsipnya jelas, Brasil dibangun atas dasar kebersamaan tim, bukan individu. Dunga tidak akan segansegan mencoret pemain yang tidak mau berkorban demi tim. Baginya, Brasil bukan sekumpulan pemain tenar, tapi pemain yang mau bekerja keras sebagai grup. Maka tak heran jika namanama besar seperti Ronaldinho dan Ronaldo pun tak masuk dalam skuad yang dibawanya dalam Piala Konfederasi 2009 kali ini. Padahal, tak sedikit orang yang memintanya agar mau mempertimbangkan dua mantan pemain terbaik dunia itu. Dengan keteguhan prinsipnya tersebut, Dunga mengarungi kerasnya tuntutan yang diharapkan publik Brasil terhadap dirinya.

Tapi Dunga seolah cuek dengan berbagai kritikan dan tuntutan mundur yang sering didengungkan fans Brasil kepadanya. Prinsip itu kemudian

membuahkan hasil positif baginya. Dunga berhasil mengantarkan Brasil menjuarai Copa Amerika 2007 dengan mengalahkan seteru besarnya Argentina di partai final dengan skor telak 3-0. Dunga kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan mengarungi ketatnya persaingan untuk mendapatkan tiket lolos ke Piala Dunia 2010 melalui pertandingan babak kualifikasi. Meskipun belum sepenuhnya lolos, tapi masa depan Brasil di Piala Dunia nanti tergolong cerah. Mantan gelandang bertahan ini kembali menunjukkan prestasi dengan mempersembahkan trofi Piala Konfederasi 2009. Gelar yang diprediksi akan membuat posisinya semakin aman sebagai arsitek Tim Samba. Dua gelar menjadi persembahan Dunga meski perjalanan kariernya selalu dibumbui kririk dan ancaman pemecatan. Gelar tersebut setidaknya menjadi bukti tangan dingin Dunga. Kini Dunga berharap bisa mempersembahkan gelar lebih bergengsi; Piala Dunia 2010! Dengan skuad hebat, Dunga yakin harapannya bisa terwujud. “Kami memiliki pasukan yang menakjubkan. Para pemain memiliki kualitas bagus. Mereka pemain hebat dan selalu memiliki komitmen untuk menang,” kata Dunga, yang menjadi kapten Brasil di Piala Dunia 1994.(Persda Network/cen)

■ Pelatih Bob Bradley Bangga

AP PHOTO/ANTONIO CALANNI

MENANGIS - Gelandang AS, Clint Dempsey (kanan), menangis setelah timnya kalah dari Brasil di final Piala Konfederasi di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Afsel, Senin (29/6). Kesedihan juga dirasakan Landon Donovan dan Tim Howard (kiri). Amerika kembali mengincar mangsa selanjutnya di partai puncak yakni raksasa Brasil. Awalnya, Amerika mampu melakukan kejutan dengan mengoyak gawang Brasil

sebanyak dua kali melalui dua gol yang dilesakkan tanpa balas dalam durasi 45 menit. Tapi kegembiraan itu tibatiba sirna setelah tim Samba membalas dengan tiga gol.

Skor pun berakhir dengan kedudukan 3-2 untuk kemenangan Brasil. Angka yang membuat Amerika gagal meraih gelar prestisius di turnamen resmi FIFA.

Simbol Ketajaman Fabiano

■ Raih Gelar Top Scorer dan Runner Up Pemain Terbaik

APPHOTO

APPHOTO

Luis Fabiano

Ricardo Kaka

KEBINTANGAN Luis Fabiano tidaklah seterang sinar striker Brasil lainnya seperti Ronaldinho. Fabiano hanyalah pemain sederhana yang bermain di klub kelas lima

besar kompetisi Liga Spanyol, Sevilla. Tapi Fabiano mulai menunjukkan sinar cerah melalui Piala Konfederasi 2009. Dia seolah-olah ingin

Kaka Pemain Terbaik TAK bisa dipungkiri peran seorang Ricardo Kaka sangat sentral dalam skuad Brasil. Kaka semakin menemukan kematangannya untuk memberikan inspirasi kebangkitan bagi rekanrekannya. Dia menjadi pemain Brasil yang sangat vital dalam hal mengatur irama permainan. Lebih dari itu, keberadaan Kaka dalam skuad Brasil seolah-olah memberikan dampak psikologis tersendiri baik dalam timnya maupun lawan. Maka wajar jika Kaka kemudian dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam

turnamen pemanasan Piala Dunia ini. Apalagi ia membawa Brasil menjadi juara. Kini Kaka berharap kesuksesannya di Piala Konfederasi akan berlanjut bersama klub barunya, Real Madrid. Kaka akan diperkenalkan sebagai pemain baru Madrid pada Selasa (30/ 6) hari ini. “Saya sudah mulai menang sebagai pemain Real Madrid. Piala Konfederasi adalah awal yang baik. Sekarang saya harap saya bisa meneruskan kesuksesan yang sama di fase baru dalam karier saya,” harap Kaka.(Persda Network/cen)

berkata, “Saya layak disejajarkan dengan pemain sekelas Ronaldinho yang bisa menjadi maestro dalam skuad Timnas Brasil.” Langkah awal yang dilakukan Fabiano sangatlah tepat, dia menyabet dua gelar sekaligus di Piala Konfederasi 2009. Fabiano menyabet sepatu emas, simbol ketajaman seorang striker dengan torehan gol terbanyak (lima gol). Fabiano membungkam dua striker Spanyol, Fernando Torres dan David Villa, yang di awal kompetisi difavoritkan mendapatkan gelar prestisius tersebut. Pesepakbola kelahiran 8 November 1980 yang sempat dijuluki bad boy setelah terlibat beberapa perkelahian itu juga ditahbiskan sebagai pemain terbaik kedua yang berhak atas Adidas Silver Ball. Pelan tapi pasti, Fabiano mulai mencengkramkan pengaruhnya dalam Timnas Brasil. Lima gol yang ditorehkannya cukup memberikan harapan bagi masa depan Tim Samba di ajang Piala Dunia 2010 nanti. “Akan sangat menyenangkan jika saya mampu menjaga keseimbangan penampilan saya di Piala Dunia tahun depan. Saya akan bekerja lebih keras lagi untuk tim ini,” kata Fabiano dikutip FIFA.com. Torehan prestasi Fabiano pun membuat pelatih Dunga tertarik untuk memberinya kepercayaan lebih lama lagi. “Ia selalu menunjukkan sikap haus akan gol,” kata Dunga dikutip Goal. (Persda Network/cen)

Amerika jelas terpukul dengan kegagalan ini. Bahkan gelandang Clint Dempsey sampai menitikkan air mata usai pertandingan. Ia menangis sedih karena kalah begitu dramatis. “Benar-benar menyedihkan,” lirih Dempsey, yang bermain gemilang sejak mengalahkan Mesir di penyisihan grup. Tapi bagaimana pun juga skuad Amerika masih patut diberi penghargaan dengan menjadi runner up. Gelar ini patut dibanggakan karena sebelumnya mereka kurang diperhitungkan dalam peta kekuatan sepakbola dunia. “Saya benar-benar bangga atas hasil ini terutama kepada pemain kami. Tapi, tetap kami merasakan sakit karena kalah, melepaskan kesempatan emas begitu saja. Saya harap, orang di seluruh dunia melihat betapa kami sudah memiliki tim yang bagus dengan pemain-pemain yang hebat,” kata Bradley dikutip FIFA.com, Senin (29/6). Penampilan impresif yang ditunjukkan skuad Amerika memang patut diacungi jempol. Mereka tampil semangat dan tanpa lelah bersaing dengan pemain berkelas dunia yang lebih bertalenta dibandingkan mereka.(Persda Network/cen)

Reaksi Mereka SEBUAH hal yang mengembirakan bisa bermain di partai final. Brasil adalah tim juara dan saya beruntung dinobatkan sebagai pemain terbaik. Ricardo Kaka

Gelandang Brasil GOL itu berarti segalanya. Babak pertama kami begitu menyedihkan. Kami kembali ke lapangan dengan percaya. Saya harus berterima kasih kepada tim atas perjuangan hingga akhir. Lucio

Kapten Brasil INI sangat mengecewakan, terutama karena kami bermain sangat bagus di babak pertama. Namun mereka terus menebar serangan dan mungkin memang pantas mendapat hasil akhirnya. Landon Danovan

Gelandang Amerika Serikat KAMI menginjakkan kaki di atas lapangan dengan penuh optimisme mampu mengalahkan Brasil. Lalu kami melakukannya dengan sangat baik di babak pertama. Di babak kedua, mereka tampil sangat cemerlang. Kami kecewa dengan hasil ini tapi puas dengan penampilan kami. Clint Dempsey

Gelandang Amerika Serikat


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.