RADAR SEMARANG | Minggu, 8 Mei 2011

Page 3

MELANC

Radar Semarang Minggu 8 Mei 2011

NG

3

Terasi Buah Tangan Pelancong OLEH—oleh terasi? Bagi para wisatawan dari luar kota, mungkin kaget. Lazimnya buah tangan berupa suvenir, seperti gantungan kunci, kerajinan tangan, barang seni, kaus, topi, kipas, kerudung, jam tangan sampai pakaian. Memang unik. Terasi malah menjadi buah tangan khas objek wisata Pantai Ujung Negoro. Tapi, memang begitulah kebiasaan di Pantai Ujung Negoro. Tak ada penjual aksesoris lainnya. Hanya terasi khas Ujung Negoro. Setelah puas menikmati suasana pantai, nyaman sekali duduk bersantai di gazebo. Dibuai semilir angin sembari melepas penat menatap laut lepas. Jika kita datang saat liburan, biasanya kita bakal disambut beberapa ibu setengah baya yang duduk berjajar di pinggir pantai sembari membawa bakul dan tampah berisi terasi. Mereka dengan ramah menawarkan oleh-oleh khas berupa terasi. Bisa juga membeli terasi di warung-warung kecil yang menyediakan menu khas sego megono dengan lauk gimbal rebon khas Ujungnegoro. Istimewanya, terasi itu dibuat tanpa bahan pengawet. Pengrajin setempat hanya menggunakan udang kecil alias rebon atau ikan kecil. Maklum, sebagian besar warga berprofesi sebagai nelayan sekaligus pengrajin terasi. Terasi khas Ujung Negoro itu dijual dengan harga bervariasi. Tergantung besar kecilnya terasi yang dibungkus dengan daun pisang itu. Yang dijajakan di pinggir pantai bisanya mulai dari Rp 2500 sampai Rp 30 ribuan. “Tergantung kualitas terasi yang dihasilkan. Mulai dari harga Rp 2500, Rp 5000, Rp 10.000 dan lainnya. Kalau yang kualitas super, hanya berbahan rebon asli, per kilogram bisa Rp 60 ribu,” tutur Waluyo, perajin terasi tradisional. Hebatnya, terasi Ujung Negoro ini bisa bertahan disimpan hingga setahun lebih. Namun, rasanya tetap gurih dan sedap. Sebab, terasi khas itu dibuat dengan cara tradisional. (didik. teguh.raharjo/isk)

Oleh-Oleh Terasi

Jemur Rebon

Pantai Ujung Negoro

Melongok Pesona Pantai Ujung Negoro

Eksotisme Pantai dan Wisata Religius Nuansa Pantai Ujungnegoro, Kabupaten Batang nyaris serupa dengan Tanah Lot, Bali. Saat debur ombak membuih di bibir pantai, sayup-sayup lantunan doa dari bibir peziarah bergema mengapung perlahan ke langit senja. Terasa perpaduan nuansa eksotisme alami dan nafas religius. PANTAI Ujung Negoro. Mendengar namanya, terkesan nuansa magis. Seakan kawasan itu sangat jauh dari peradaban, jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Padahal, letaknya hanya sekitar 15 kilometer dari AlunAlun Batang. Bersama seorang rekan, saya hanya butuh waktu 15 menit dari Alun-Alun Batang ke arah timur untuk mencapai gerbang masuk objek wisata Pantai Ujung Negoro. Letak pantai ini di pinggir jalur pantura Kabupaten Batang. Setelah pemekaran kecamatan, Ujung Negoro sekarang masuk wilayah Kecamatan Kandeman. Sebelumnya masuk Kecamatan Tulis. Begitu masuk gerbang, suasana pedesaan yang damai menyergap. Membuat kami melajukan mobil perlahan, melintas jalanan selebar 3 meteran di tengah permukiman warga. Jalan sepanjang sekitar 4 kilometer, tak begitu terasa. Setelah melewati rel kereta api, sekali lagi kami disambut gerbang OW Ujung Negoro. Tampak bukit hijau nan elok menjorok ke laut. Di bawah tebing, gugusan karang dan ombak berdebur. Kali ini, hawa pantai langsung terasa begitu kami memarkirkan mobil. Memang, popularitas Pantai Ujung Negoro masih kalah dengan Pantai Sigandu. Tapi sebenarnya nuansa pantai berbentuk teluk yang datar

dan luas ini, jauh lebih asri dan indah. Sepintas pandang dari pinggir laut, bukit Ujung Negoro tampak laksana benteng kukuh, dilindungi pepohonan menghijau dikelilingi air laut membiru. Di bawahnya, banyak bongkahan batu karang. Membuat panorama Pantai Ujung Negoro kian elok. Kita bisa mendaki ke puncak bukit dengan naik tangga-tangga semen. Dari puncak bukit setinggi 45 meteran, kita bisa memandang laut lepas dari sela-sela rimbunnya semak belukar liar dan pepohonan. Sungguh mengasyikkan. Dari ketinggian ini, kita bisa menyaksikan perahu nelayan, riak-riak ombak yang susul-menyusul

menghantam bebatuan karang dalam kesejukan semilir angin. Kita juga bisa menatap rimbunan hutan Alas Roban yang menghijau di kejauhan. Selain terkenal sebagai lokasi wisata ziarah, Pantai Ujung Negoro sebenarnya juga cocok untuk refreshing keluarga maupun camping. Bagi para penghobi mancing, kawasan Pantai Ujung Negoro sangat populer. Penghobi mancing bisa juga menyewa perahu nelayan menyisir pantai atau memanfaatkan areal pemancingan di gugusan Karang Dadap, Karang Maeso atau kawasan terumbu Karang Pretik. Sembari memancing, kita bisa menikmati panorama eksotisme pantai dan melihat para nelayan

berperahu mencari udang kecil alias rebon. Pun, air lautnya yang bening membuat anak-anak tak tahan untuk nyemplung dan berenang. Bagi Anda yang sekedar ingin jalan-jalan, bisa menyusuri kaki

bukit karang. Mendaki setapak demi setapak tangga semen maupun bebatuan karang untuk naik ke petilasan Syekh Maulana Maghribi sembari memandang eksotisme laut lepas. (didik. teguh/isk)

Makam Syekh

Panorama dari Bukit

Debur Ombak

Aktivitas Pemancing

Ada Petilasan Wali, Goa Aswatama, dan Sumur Sidandang DI ATAS bukit yang menjorok ke laut, ada petilasan Syekh Maulana Maghribi. Ia seorang ulama besar penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Petilasan ini sering diziarahi oleh warga dari berbagai kota. Konon, pada zaman Kerajaan Mataram Islam, kawasan Ujung Negoro ini dibuka menjadi permukiman oleh Syekh Maulana Maghribi. Di kompleks petilasan yang tak seberapa luas itu juga ada musala kecil. Di sampingnya ada ruangan untuk istirahat melepas lelah. “Setelah mengaji, biasanya peziarah istirahat di samping musala. Sekadar tidur-tiduran,” jelas juru kunci makam, Mbah Samin, 65.

Suasana kompleks petilasan begitu teduh. Maklum, banyak pepohonan besar menaungi bangunan makam. Membuat para peziarah makin khusyuk berdoa. Banyak juga peziarah dari luar kota yang memanfaatkan ruangan samping musala untuk menginap. Soal biaya, tergantung keikhlasan peziarah. Ada beberapa kotak amal yang bisa diisi para peziarah. Petilasan ini selalu ramai dikunjungi. Utamanya pada Jumat Kliwon atau setiap tanggal 15 Sapar (penanggalan Jawa), di mana pada saat itu digelar khoul untuk mengenang Syekh Maulana Maghribi. Ratusan peziarah datang ke makam ini untuk mengaji bersama. Biasanya,

Goa Aswatama

mereka datang berombongan dengan bus. Bahkan, di petang hari pun lantunan dzikir dan doadoa, biasa bergema di tingkah debur ombak pantai. Menambah kental nuansa religius. Sementara itu, di sela – sela tebing bukit kecil setinggi 40 meteran itu terdapat banyak goa untuk meditasi ritual. Sedikitnya, ada dua goa yang populer di kaki bukit itu. Satu gua di kaki bukit, tepatnya di atas pantai. Konon, dulunya, digunakan untuk semedi Syekh Maulana Magribi. Goa lain yang populer adalah Goa Aswotomo di bawah tebing, persis di bibir pantai. Di saat gelombang air surut dan pasir kembali terbawa ke laut, rongga goa tampak REDAKTUR ISKANDAR • GRAFIS ARIF SINA

menganga. “Lorongnya konon menembus ratusan kilometer sampai ke lereng Dieng, Kabupaten Wonosobo,” jelas petugas pariwisata, Waluyo. Sayangnya, saat saya berkunjung, kebetulan goa itu sedang tertutup pasir. Gelombang air laut yang membawa pasir pantai hingga menutup mulut goa. Begitu banyak kisah mistis seputar Goa Aswatama ini. Di kawasan bibir pantai itu juga terdapat Sumur Sidandang atau Sumur Wasi. Konon, sumur di sebelah barat pantai itu dibuat Syekh Maulana Magribi untuk menyucikan diri, berwudlu. Kabarnya, air sumur itu bisa untuk mengobati berbagai penyakit. Istimewanya, meski lo-

kasinya hanya beberapa meter dari bibir pantai, air sumur itu tetap jernih dan tawar layaknya air pegunungan. Itulah satu satunya sumber air tawar di kawasan OW Pantai Ujung Negoro. Para pelancong boleh mandi sepuasnya menikmati segarnya air Sumur Sidandang di kamar mandi yang disediakan. Cukup hanya dengan merogoh kocek Rp 1.500. “Ada juga pengunjung yang sengaja datang untuk mengambil air sumur Sidandang ini. Setelah kita beri doa, mereka bawa pulang,” ucap juru kunci Sumur Sidandang, Mbah Randam, 64. Untuk yang ini, ongkosnya seikhlas pengunjung. (didik. teguh.raharjo/isk)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.