RADAR SEMARANG 16 NOVEMBER 2008

Page 3

Radar Semarang

• Minggu 16 November 2008

3

EKONOMI BISNIS

Takut Bayar Pajak, Enggan Go Publik

NOVEMBER 2008 SEMARANG - PONTIANAK ,. %)"3." ,&/$"/" ** +6."5 /07&.#&3

,. %)"3." ,&/$"/" ** +6."5 /07&.#&3

SEMARANG - KUMAI ,. %)"3." ,&/$"/" ** 4&-"4" /07&.#&3 ,. %)"3." ,&/$"/" ** 4&-"4" /07&.#&3

SEMARANG - KETAPANG ,. 4"5:" ,&/$"/" *

.*/((6 /07&.#&3

,. 4"5:" ,&/$"/" *

,".*4 /07&.#&3

,. 4"5:" ,&/$"/" *

4&-"4" /07&.#&3

+BEXBM TFXBLUV XBLUV EBQBU CFSVCBI VOUVL JOGPSNBTJ MFCJIMBOKVU IVCVOHJ +M 3BEFO 1BUBI # 4FNBSBOH 5FMQ 'BY -BZBOBO 4.4 ,FUJL +BEXBM QFMBCVIBO BTBM QFMBCVIBO UVKVBO

DPOUPI +BEEXBM 4FNBSBOH 1POUJBOBL BUBV XFCTJUF EMVPOMJOF DP JE

HOTEL Novotel Padukan Daging dan Udang SEMARANG—Novotel Hotel kembali melakukan inovasi makanan untuk menggaet pelanggan loyalnya lewat Citrus Restaurant Novotel Semarang. Kali ini yang disasar, para pecinta daging dan udang. Dengan menu Surf & Turf yang diracik oleh Executive Cheff Yoesi Bagus Taruna ini, Novotel menyajikan dalam 3 pilihan. Pertama, perpaduan antara beef local tenderloin yang dibakar dengan udang ditambah racikan tumis buncis ala Perancis beserta polenta (jagung yang dihaluskan dicampur dengan sedikit susu). Kedua, berupa perpaduan iga kambing panggang atau rib eye beef yang dipadukan dengan udang ditambah tumis kentang dan sayuran ala Perancis. “Perpaduan sayuran ini, dimaksudkan agar tidak ada rasa neg, saat mengkonsumsinya,� ungkap Cheff Yoesi. Sementara itu, pilihan ketiga berupa daging import dengan aussie beef tenderloin yang dibakar dan udang yang disajikan bersama tumis sayuran ala Italia. Ditambah pula kentang goreng. “Menu ini, dapat dinikmati selama bulan November ini,� tandasnya. (eny/ida)

HOTSPOT GRATIS Margin Usaha Warnet Menurun SEMARANG–Maraknya area hotspot gratis di Semarang berdampak besar pada tingkat pendapatan warnet. Setidaknya, margin warnet kini menurun hingga 50 persen. Kondisi ini, dirasakan oleh para pengusaha warnet yang membuka usahanya di sekitar kampus. Selain itu, kata Pramu Rizkianto, pemilik salah warnet di daerah Tembalang, penurunan pendapatan juga disebabkan adanya perang tarif antara sesama pemilik warnet di sekitar kampus. Meski demikian, Rizki yang juga pemilik usaha penyedia jasa internet Citramedia di Semarang, mengakui, hal tersebut tidak terjadi untuk warnet yang terletak di tempat keramaian seperti mal. Bahkan, imbuhnya, secara umum keberadaan hotspot dan produk HP berfasilitas jaringan HSDPA atau 3G tidak menjadi ancaman. �Kami masih optimistis warnet menggunakan terminal masih akan prospektif. Pasalnya, tidak semua masyarakat bisa menikmati layanan hotspot ataupun HSDPA,� katanya. Menurut Rizki, hal itu terbukti dengan komposisi margin pendapatannya yang 60 persen masih dihasilkan dari warnet berterminal. Sedangkan sisa pendapatan berasal dari layanan hotspot. �Namun, dengan menyediakan layanan hotspot, secara umum penghasilan juga mengalami peningkatan hingga 40 persen,� ungkapnya. Diakui Rizki, usaha warnet sempat mengalami pertumbuhan pesat pada awal tahun 2000. Saat itu, jumlah warnet mencapai 100. Namun jumlah tersebut menurun drastis pada 2004 yang hanya belasan saja. �Dengan adanya tawaran internet murah seperti Telkom Speedy dan lainnya, jumlah warnet kini kembali bertambah menjadi sekitar 30-an,� tandasnya. (aln/jpnn/ida)

SELULAR Esia Gebrak Jogjakarta SEMARANG—Jogjakarta sebagai kota pelajar memiliki potensi yang tinggi bagi Esia. Pasalnya menjadi salah satu kota dengan jumlah pelanggan terbanyak di Jateng & DIJ. Karena itulah, pada HUT Jogjakarta, beberapa hari sebelumnya Esia berpartisipasi dengan meluncurkan program Esia- Jogyakarta Great Sales 2008/2009 (JGS). “Program tersebut digelar mula kemarin (14/11) sampai dengan 28 Februari 2009 di 3 Malioboro Mall, Ambarukmo Plaza dan Galeria Mall,� kata GM Komersial Jateng & DIJ, Oging Satrio Kusumo. Menurutnya, pelanggan Esia per September 2008 secara nasional telah mencapai 6,5 juta. Dan pelanggan di Kota Jogjakarta dan sekitarnya merupakan salah satu prioritas perusahaan. “Antusiasme dan sambutan masyarakat Jogjakarta atas berbagai produk dan beragam program inovasi dari Esia merupakan modal kuat mencapai keberhasilan perusahaan baik secara regional maupun nasional,� tutup Oging. (ida)

IDA NUR LAYLA/RASE

LEBIH PRAKTIS-Khazanah Muslim Al-Fath Semarang menyemarakkan musim haji 1429 H dengan menyediakan beragam oleh-oleh haji.

Al-Fath Penetrasi Market Haji Sediakan Oleh-Oleh Haji yang Praktis SEMARANG-Khazanah Muslim Al-Fath Semarang terus melakukan penetrasi pasar Semarang. Setelah sukses dengan penjualan busana muslim, kini menyediakan beragam oleh-oleh haji yang didatangkan langsung dari negara Arab dan dikemas dalam bentuk lebih praktis. “Kami terus melakukan inovasi dalam mengemas produk maupun menambah jenis produk. Bahkan setiap tahun, kami rutin melakukan inovasi. Karena itu, kami tak hanya menjual busana muslim, tapi bera-

gam hal dan aktivitas yang berkaitan dengan masyarakat muslim,� kata Manager Al-Fath Semarang, Supriyani kepada wartawan Koran ini, kemarin. Pihaknya mengakui telah melihat peluang bisnis yang lebih luas di setiap musim haji. Mereka tak hanya butuh busana haji untuk menunaikan ibadah haji di Makkah dan Madinah. Tapi mereka juga butuh oleh-oleh haji yang bisa diberikan kepada family, tetangga, maupun teman sepulang ibadah haji. Padahal untuk membawa oleh-oleh haji langsung dari Makkah dalam jumlah yang besar sangat sulit. Apalagi berat bawaan di pesawat sangat dibatasi.

“Karena itulah, kami tak sekadar berbisnis. Tapi melakukan syiar Islam dengan menyediakan kebutuhan para jamaah haji yang hendak memberikan oleh-oleh kepada sanak, kerabat dan temannya dengan cara yang lebih praktis dan harga terjangkau. Dengan demikian, kaum muslimin bisa tetap khusuk dalam beribadah,� jelasnya. Menurutnya, oleh-oleh haji yang disediakan Al-Fath meliputi jenis makanan hingga souvenir dari Arab. Mulai kacang Arab, kurma, kismis, dan air zam-zam. Bahkan, ada boneka unta, celak, rumput Fatima, gelas, cangkir, teko dan sebagainya. (ida)

Pengusaha Desak Penurunan Harga Solar Penurunan Premium Tak Pengaruhi Tarif Angkutan SEMARANG–Kalangan usaha di wilyah Jateng mendesak pemerintah agar tak hanya menurunkan harga premium, tapi juga harga solar. Pasalnya penurunan harga premium Rp 500/liter tidak akan berpengaruh terhadap tarif angkutan. Sebaliknya, jika solar yang turun, kemungkinan besar akan diikuti penurunan tariff angkutan. Mengingat mayoritas angkutan umum menggunakan bahan bakar solar. Menurut Ketua Aosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Joko Wahyudi, penurunan harga solar juga akan membantu sektor industri dalam menjalankan usahanya di tengah melemahnya daya beli masyarakat, baik di luar negeri maupun domestic. “Harga minyak dunia

saat ini sudah di level US$ 60-US$ 62 per barel. Jadi solarpun juga harus turun,� tandas Joko Wahyudi saat menanggapi penurnan harga premium Rp 500/liter mulai 1 Desember 2008. Secara terpisah, Ketua Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Ali Mas’ud mengatakan bahwa pemerintah perlu mengkaji ulang kemungkinan penurunan harga solar menyusul penurunan harga premium per 1 Desember 2008. “Usulan penurunan harga solar sangat penting, mengingat adanya desakan agar tarif angkutan umum juga turun seiring rencana pemerintah menurunkan harga premium,� harapnya. Dia menegaskan, penurunan harga premium tidak akan mempengaruhi tariff angkutan umum, mengingat harga spare part dan lainnya masih tinggi. “Jadi penurunan premium tidak serta merta, tarif angkutan juga

turun,� ungkapnya. Ditegaskan juga, sebagian besar angkutan umum di Kota Semarang tidak menggunakan BBM jenis premium, tetapi menggunakan solar. “Jika desakan penurunan tarif itu ditujukan kepada Organda, seharusnya pemerintah juga melakukan penurunan harga untuk BBM jenis solar yang lebih banyak digunakan pelaku jasa angkutan,� ujarnya. Hal senada juga dikemukakan Ketua kamar dagang dan industri (Kadin) Jateng Solichedi, penurunan harga solar di tengah lesunya usaha akibat dampak krisis global merupakan langkah yang tepat untuk mendorong pergerakan sektor riil. Menurut dia, kondisi sektor riil saat ini bisa dikatakan mati suri atau stagnan akibat tingginya biaya operasional pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk industri serta melemahnya daya beli masyarakat. (tya/ida)

TYA/RASE

INVESTASI—Petugas Dry Cleaning Martinizing tengah bekerja dengan peralatan modern.

Pasar Waralaba Dry Cleaning Masih Terbuka Martinizing Perluas Outlet SEMARANG-Di tengah kondisi krisis global, industri waralaba Dry Cleaning memiliki potensi yang cukup besar dan banyak membuka peluang kerja baru. Hanya saja, masalah perundang-undangan yang sampai saat ini masih pro dan kontra. “Kami mengharapkan kepada pemerintah untuk lebih bijaksana sehingga UU tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,� kata Karlono Budiman, Managing Director Martinizing di sela-sela acara grand opening outlet baru di Semarang kemarin. Apalagi market Dry Cleaning sangat

potensial. Terutama di Jateng, khususnya Semarang. Pasar tidak hanya terpatok pada pasar ritel saja, tetapi juga corporate. Bahkan bisa menggandeng beberapa hotel, seperti Hotel Ibis. “Karena itulah, kami membuka cabang di Semarang,� tandasnya. Mengingat Martinizing merupakan perusahaan franchise, imbuhnya, investasi yang ditanamkan untuk membuka cabang baru dibutuhkan sekitar 150 ribu US$. Sedangkan untuk fee, sudah ada aturan sendiri. Investasi ini sudah dilengkapi dengan mesin-mesin modern baik untuk mesin cuci, mesin setrika dan lainnya sudah modern, sehingga kualitasnya dapat diandalkan. “Para pekerja yang ada sebelumnya sudah ditraining 3-4 bulan, sehingga

mereka benar-benar profesional,� tambahnya. Jimmy Widiharsanto, Direktur Utama Martinising menambahkan peralatan yang digunakan sangat modern dan sudah menggunakan sistem komputerisasi dalam invoicing. Penyusunan dengan sistem conveyor dan staf terlatih. Selain itu, bahan-bahan kimia pencuci yang digunakan khusus didatangkan dari Amerika. “Kami menargetkan outlet baru ini mampu melayani pekerjaan 650 peace perhari dari rata-rata sebelumnya 500 peace perhari. Segmen pasar Martinizing tidak hanya masyarakat yang menyukai busana, tetapi juga masyarakat umum lainnya,� harapnya. (tya/ida)

REDAKTUR IDA NUR LAYLA • LAYOUTER ARIF SINA

SEMARANG–Lambatnya pertumbuhan emiten di pasar saham atau perusahaan yang go public di Indonesia, bukan disebabkan oleh krisis global. Melainkan lebih disebabkan karena kultur atau budaya. Pasalnya, banyak perusahaan keluarga yang survive dan berpotensi untuk go public, namun enggan melakukannya. “Meskipun perusahaan yang go public memiliki life time lebih lama karena dikelola secara profesional, namun kebanyakan perusahaan keluarga di Indonesia tak mau melakukannya. Mereka lebih suka mengelola perusahaan secara kekeluargaan,� kata Research and Development Divison PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Kandi Sofia S Dahlan saat melakukanm roadshow di Semarang, beberapa hari lalu. Menurutnya, perusahaan yang go public memberlakukan satu laporan keuangan yang sangat transparan. Sedangkan perusahaan keluarga, sebagian besar masih menganut 3 jenis laporan keuangan, yakni laporan untuk pajak, laporan untuk pimpinan dan untuk para komisaris. “Kemungkinan kalau go public, takut membayar pajaknya jauh lebih besar. Karena laporan keuangannya sangat transparan,� sindir Kandi Sofia. Bahkan, kata Kandi, beberapa perusahaan keluarga yang potensial sudah dilakukan pendekatan. Awalnya akan selalu menyatakan kesediaannya untuk go public. Namun ujung-ujungnya selalu batal, karena beragam alasan yang dibuat. “Di Indonesia memang belum terbiasa terbuka,� ujarnya prihatin. Padahal, imbuhnya, persolan umum yang terjadi dalam perusahaan keluarga pada masa tertentu akan selalu mengalami krisis kepemimpinan dan ujungujungnya ahli waris saling berebut. Terutama bila tak ada keturunannya yang bisa meneruskan, perusahaan akan jatuh.

IDA/RASE

Kandi Sofia S Dahlan

“Di perusahaan keluarga, biasanya hanya ada 1-2 orang panutan. Ini sangat rawan ke depannya. Berbeda dengan perusahaan go public, akan tetap survive meskipun dikelola beberapa generasi,� terangnya. Karena itu, saat ini di Indonesia baru ada 399 emiten atau perusahaan yang go public. Namun 19 di antaranya baru menyatakan go public di tahun 2008 ini. “Pada 2008 ini, PT BEI telah menghapus 5 emiten,� jelasnya. Sedangkan perusahaan di Jateng, tambahnya, baru ada 3 dan 1 dari DIJ yang go public. Yakni, Delta Dunia Petro Indo (doid) yang bergerak di sektor property, Sarasa Nugraha (srsn) di sektor Kimia dan Nusantara Unit Korpora yang bermain di sektor Consumer Good unit. Sementara itu, saat kondisi harga saham turun, kata Kandi, sangat potensial bagi para pemain pemula. Pasalnya, perdagangan saham itu bukan perdagangan jangka pendek, tapi jangka panjang. Sedangkan siklus pasar saham di Indonesia dalam jangka panjang menunjukkan prospek yang positif. “Ke depan, investor akan sulit mengandalkan perbankan dalam mengembangkan usahanya. Perbankan akan menjadi sarana pembayaran saja. Dana akan menjadi lebih bermanfaat bila dimasukkan ke pasar modal,� tandasnya. (ida)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.