RADAR SEMARANG 14 DESEMBER 2008

Page 2

COVER STORY

2

Radar Semarang Minggu 14 Desember 2008

Awalnya Door to Door NAMANYA Arie Samiaji dan Rani Nela Sari. Pasangan kekasih ini sama-sama berusia 24 tahun. Namun ada satu persamaan lagi yang membuat mereka klop. Yaitu jiwa wirausaha yang kuat. Jika sang cowok menekuni bisnis jasa fotografi, si cewek yang modis membuka butik di tempat yang sama. Tempat usaha mereka di daerah Tembalang, Semarang, berlabel Clique Digital Photography and Boutique. Arie yang lulusan S1 Teknik Arsitektur Undip memulai usahanya dari hobinya memotret. ”Dari dulu saya hobi foto dan kebetulan suka fashion. Dua hal tersebut yang membuat saya memberanikan diri terjun ke bisnis,” kata Arie. Pertama memulai bisnis pada 2005, pria yang pede dengan kumisnya ini tak langsung mempunyai kantor. Bermodal kamera dan mengajak seorang teman yang pandai desain grafis, dia menggarap fotofoto katalog siswa sekolah. ”Modalnya waktu itu tak sampai Rp 10 juta. Kita datangi sekolah saya dulu, ngobrol dengan pengurus OSIS, dan dapat

job untuk beberapa kelas,” ujar pria kelahiran Jakarta 18 November 1984 ini. Perlahan, sejumlah teman cocok dengan karya foto Arie. Mulailah cowok murah senyum ini mengerjakan beberapa foto dokumentasi wedding. ”Awalnya saya ragu karena belum pernah motret wedding. Namun setelah memberanikan diri, saya memutuskan konsen di situ,” paparnya. Seiring lubernya job, Arie mulai menjalani usahanya dengan serius. Beruntung kedua orangtua berbaik hati memberikan tempat usaha yang sekarang di tempati. Menurutnya, butuh waktu untuk meyakinkan orangtua agar mau membantu modal. Ayah dan ibu Arie memutuskan memberi dukungan setelah memantau potensi dan kerja keras anaknya saat merintis usaha. ”Tempat memang dari orangtua, tapi semua peralatan fotografi dan furnitur dibeli dari uang tabungan saya lho,” katanya bangga. Saat usaha Arie sudah berjalan, Rani memutuskan bergabung dengan membuka butik di gedung tiga lantai tersebut. ”Saya membeli baju, sepatu, dan tas di Jakarta

Hindari Berantem di Kantor KENDATI masih muda, Arie dan Rani mencoba mengelola bisnis dengan profesional. Punya penghasilan sendiri tak membuat mereka konsumtif. Uang perusahaan dipisah dengan uang pribadi menjadi suatu keharusan. Meski mengelola usaha masing-masing, hasil keuntungan usaha dijadikan satu. ”Saya yang mengelola sistem, dia yang mengelola keuangan. Jadi dia yang lebih dekat dengan karyawan,” ucap Arie yang langsung diamini Rani. Pun dengan urusan pribadi. Saat berantem, keduanya berusaha tak membawa masalah ke kantor. ”Kita kalau

untuk dijual lagi di sini,” ujar Rani yang sebelumnya menjual dagangannya secara door to door. Untuk menjaga barangnya tetap eksklusif, Rani memberlakukan sistem pesan terbatas kepada pengrajin di Jakarta. Satu produk maksimal hanya diproduksi lima lusin. ”Pinginnya pesan di Semarang, tapi di sini sering kekurangan bahan,” kata cewek berjilbab ini. Dalam perjalanan usaha, cewek kelahiran Semarang 12 September 1984 ini merangkap menjadi stylist bagi model foto Arie. Ketika Arie hendak memotret, Rani kebagian tugas menentukan busana dan mengarahkan gaya model. Dalam usahanya, mereka sepakat membidik konsumen anak muda. Konsep yang ditawarkan Arie dalam karyanya terbilang lain. ”Kita coba tawarkan tema foto sesuai dengan keseharian konsumen. Jadi kalau motret prewedding, tidak harus pakai kebaya atau gaun,” terang pria yang membawahi tiga karyawan ini. Namun sebagai pelaku bisnis jasa, Arie juga harus memenuhi tuntutan konsumen. Tak

dipungkiri, dia harus mampu memenuhi semua permintaan klien. Begitu juga dengan Rani. Model baju-baju yang ditawarkan diakui lebih cocok dengan selera anak muda. Sebagai konsekuensi, dia tak bisa memberikan harga terlampau mahal. ”Kita coba tekankan ke konsumen, untuk bisa gaya itu tak harus mahal,” ungkap lulusan Komunikasi Undip ini. Tak ingin sekadar memotret, Arie juga belajar mengelola usaha dengan baik. Dia juga belajar ilmu manajemen dari buku dan konsultasi dengan teman. Sebagai pemain baru, dia mengaku tak ingin ngotot menjalankan usaha. ”Persaingan dalam bisnis ini memang ketat. Saya berusaha menyiasatinya dengan sering ikut pameran, bergabung dengan EO wedding, mematangkan konsep, dan terus membuat terobosan.” Meski terbilang baru, omzet bisnis mereka terbilang lumayan. Arie mengaku omzet usaha fotografinya mencapai Rp 30 juta per bulan. Sedangkan butik milik Rani bisa meraup sedikitnya Rp 20 juta setiap bulannya. (ricky fitriyanto/is)

bertengkar ya dihabiskan di rumah. Tak sampai dibawa ke kantor dan membuat iklim kerja tak kondusif,” kata Rani yang punya empat karyawan sendiri. Sibuk mengelola bisnis tak dipungkiri membuat Arie kerap meninggalkan kuliah S2 Arsitekturnya di Undip setiap Sabtu. Hal itu, menurutnya, cukup beralasan. Sebab, job foto wedding maupun prewedding kerap diorder pada akhir pekan. ”Modal bisnis ini kan kepercayaan. Kalau bisa membuat klien percaya, besok kalau kakak, adik, atau saudaranya menikah, akan memakai jasa kita lagi,” tandasnya. Beruntung kini Arie sudah hampir lulus dan tinggal menyelesaikan tesis. Dia punya trik sendiri agar kuliahnya tetap berjalan meski sering membolos. ”Saya melobi dosen untuk mengganti kuliah dengan tugas. Untungnya dosen di S2 ’lebih manusiawi’ daripada di S1,” katanya terkekeh. (ricky fitriyanto/is)

’’

Kita kalau bertengkar ya dihabiskan di rumah. Tak sampai dibawa ke kantor dan membuat iklim kerja tak kondusif

’’

RICKY/RASE

RICKY/RASE

BERMULA DARI KATALOG-Arie di studio fotonya.

BERSIKAP PROFESIONAL-Meski sepasang kekasih, dalam bisnis Arie-Rani mencoba profesional.

Terapkan Prinsip 3 M DI usia 24 tahun, ia sudah menjadi pengusaha muda dengan penghasilan Rp 25 juta per bulan dan seorang istri cantik serta muslimah. Rahasianya, ia selalu menerapkan 3 M: Mudah, Menyenangkan, dan Menghasilkan. “Itu bisa diaplikasikan di mana saja, baik pekerjaan, kuliah ataupun berumah tangga,” kata pemuda bernama langkap Muhammad Zaky itu. Ya, boleh percaya atau tidak, tapi nyatanya dengan prinsipnya itu, ia berhasil mengembangkan usaha desain multimedianya berlabel Mozaik di Jalan Sompok Baru 85 Semarang Ia mendirikan usaha itu bersama sejuml a h re-

TAK KENAL MENYERAH

TENTANG MUHAMMAD ZAKI KELAHIRAN: Demak, 1 Maret 1984 ALAMAT: Jalan Kyai Singkil 24 Demak ORANGTUA: Soehaimi (alm) Aminah (alm)

kan semasa berkuliah di Jurusan Sistem Informasi Unisbank Semarang. Sempat terombangambing akibat manajemen dan pemasaran yang buruk, akhirnya dengan tertatih-tatih, Mozaik mampu bersaing dengan perusahaan sejenis. Berbagai perusahan terkenal mempercayainya untuk dibuatkan graphic design (logo perusahaan, poster, spanduk), material promotion (pin, boneka), video documentation, company profile atau multimedia production. Di antaranya, perusahan telekomunikasi seperti Indosat, PT Telkom, atau instansi pemerintah seperti Dinas Sosial Jateng dan Bank Indonesia perwakilan Jateng. Zaki bahkan melebarkan segmennya ke wilayah personal semacam undangan pernikahan, ulang tahun, dan kartu nama. “Lebaran kemarin dapat job gedhe dari Bupati Demak untuk pembuatan kartu Lebaran,” sambungnya. Tapi ia tak mengelola sendiri. Adalah Chandra Dwi M yang diplot sebagai manajer produksi. Ia berperan sebagai creative director. Apa kerjanya? Ya mengendalikan kantor, bernegosiasi dengan klien, mengambil inisiatif, dan kreasi. Betapa banyak dan hebat kelihatannya. Padahal, awal bisnisnya, hanya ide sederhana dari seorang mahasiswa. Bahkan ia pun tak tahu mau usaha apa. ”Yang ada di benak saya saat itu pokoknya bisnis. Titik.” Zaki sempat berbisnis buku dan majalah. Ia pernah mengikuti berbagai bazar buku di Kota Searang dan Kabupaten Demak kota kelahirannya. “Tapi usaha itu tak M. berkembang karena ZAKI rekan kerja saya diterima jadi PNS. Akhirnya vakum lama dan baru mulai ketika ada teman menawarkan unPENDIDIKAN: tuk bikin usaha desain S1 Sistem Informasi Unisbank Semarang grafis,” katanya. S2 Magister Manajemen (tahap tesis) Bukan tanpa perISTRI: timbangan ketika Rizky Warastuti, 24, mengandung ia memu9 bulan tuskan USAHA: terjun Mozaic Desain Multimedia

RICKY/RASE

PASANGAN KLOP- Arie dan Rani di kantor sekaligus tempat usahanya.

di bidang itu. Ia memiliki pandangan bahwa desain grafis dan usaha sejenis berpeluang besar. Selain bisa dikerjakan siapa saja, usaha jenis ini juga dibutuhkan oleh siapa saja. Pendeknya, selama masih ada orang di dunia pasti butuhkan jasa desain. Masalahnya, mereka tak punya modal sedikitpun. Ayah Zaki cuma PNS Departemen Agama. Sedangkan ibunya tak bekerja. Tapi ketiadaan modal coba ditutupi dengan kerja keras dan tekad. “Akhirnya nekat bisnis tanpa modal, alat belum punya, tapi nekat saja,” ujarnya. Zaki mulai mempromosikan usahanya pada orang-orang terdekat, keluarga dan teman-teman. Setiap bertemu orang, ia selalu berpromosi. Merasa kurang, Zaki pun menyebar SMS sebanyakbanyaknya. Cara ini ditempuh karena ia belum punya kartu nama sendiri. “Saya berpinsip jangan pernah berhenti menawari sehingga kenalan atau costumer akan selalu ingat kita,” katanya. Maka, datanglah konsumen pertama yang tak lain teman SMA sendiri yang akan menikah. Setelah dapat pesanan pertama, Zaki menerapkan prinsip jangan pernah melepaskan pelanggan. Berkomunikasi dengan relasi dan memberikan servis sebaik-baiknya, itulah yang selalu ditekankannya kepada karyawannya. Ia menyontohkan ketika dikomplain customer karena material production yang dibuatnya banyak yang rusak. “Akhirnya saya ambil keputusan mengganti semua barang yang rusak. Meski waktu itu kita hitung-hitung nggak untung ya apa boleh buat yang penting konsumen puas,” ucapnya. Satu-satunya hambatan, menurutnya, datang dari diri sendiri. Yakni bagaimana menjaga semangat agar tetap stabil. Utamanya ketika didera kesulitan hebat. Zaki menceritakan bagaiman ia pernah rugi puluhan juta beberapa kali. Ia sempat down bahkan sempat berpikir untuk berhenti. Tapi dukungan dari teman-teman dan lingkungan memotivasinya. Akhirnya ia mampu bangkit. Menjaga semangat, selain motivasi diri sendiri, juga bisa dengan mengikuti pelatihan motivasi dan seminar bisnis. Zaki juga menjadi anggota Tangan di Atas (TDA) sejak setahun terakhir. “Lingkungan itu penting untuk menjaga komitmen dan konsistensi kita dalam menjadi enterpreneur sukses,” katanya. Membina relasi juga tak hanya lewat silaturahmi lagsung atau telepon. Teknologi telah menyediakan fasilitas lain yang dulu mungkin muskil dibayangkan. Chating dengan Yahoo Messenger, misalnya, selalu ia lakukan baik melalui handphone ataupun laptop. Hasilnya tak jarang transaksi justru dilakukan lewat YM setelah customer melihat-lihat produknya di website. (anton sudibyo/is)

Menikahlah, Maka Kau Akan Kaya JUDUL di atas bagi sebagian orang mungkin hanyalah slogan. Tapi bagi Zaki, kalimat itulah yang menuntunnya menjadi seperti sekarang. Saking yakinnya dia dengan teori menikah=kaya itu, sampai-sampai ia sudah menentukan bahwa usia 24 harus menikah. Tanggal dan bulan pun sudah ia tentukan. “Hanya calonnya yang belum ada, tapi saya tidak peduli pokoknya harus menikah,” ujarnya. Dan tampaknya doa dan janjinya di dengar oleh Sang Penguasa Alam. Meski bergeser beberapa hari dari tanggal yang ditentukan, namun niat menikah di usia 24 kesampaian. Sang istri , Rizky Warastuti, juga berusia 24 tahun. Kini telah sembilan bulan lebih pernikahannya, dan sebentar lagi ia menjadi seorang bapak. Tak cukup sampai di situ. Zaky juga memprovokasi teman-temannya untuk berani menikah. Mungkin hakikatnya,

jika sudah menentukan untuk menikah, maka seseorang akan terpacu bekerja keras memanfatkan segala daya upayanya mencapai kesuksesan. “Asal digarisbawahi, seorang entrepreneur lebih banyak menggunakan leher ke atas daripada leher ke bawah,” ucapnya. Usai menikah, bisnisnya pun berkembang pesat. Sang istri juga tertular jiwa bisnisnya. Rizki membuka toko kerudung berlabel Istana Kerudung. Tempat usahanya cukup di garasi rumah. Namun pelanggannya melewati batas kota dan pulau. “Karena kita buka sistem online dan offline, belanja langsung bisa, pesan lewat internet juga bisa,” terangnya sembari menyebut istana kerudung.blogspot.com sebagai nama situsnya. Lagi-lagi, usaha kerudung ini pun tanpa modal. Ceritanya seorang teman menawarinya memasarkan kerudung produksinya, Zaki menyanggupi tapi bayar belakangan. Ternyata penjualan malah meledak karena model kerudungnya banyak diminati dan berkualitas bagus. Akhirnya tak hanya satu orang, beberapa produk dari beberapa kota tetangga pun dipasarkannya. “Istri juga orangnya ulet, sebelumnya sudah pernah ikut-ikutan bisnis MLM kosmetik, makanya langsung nyambung, ya syukurlah.” (anton sudibyo/is)

RICKY/RASE

BUAH KREATIVITAS-M. Zaki dan pin hasil kreasinya.

REDAKTUR ISKANDAR • LAYOUTER ARIF SINA


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.