Mandar Nol Kilometer

Page 160

demikian juga kru/pemain yang lain. Setidaknya ada tetangga mereka yang caleg. Tapi itu tidak berarti di dalam film dipenuhi “pesan-pesan sponsor”, sekali lagi tidak. Film ini adalah aspirasi dari generasi muda yang menginginkan bangsanya lebih baik. Ya, nampak ada kecendrungan melawan arus utama (mainstream) tapi sebenarnya tidak. Ini sangat wajar dalam atmosfir demokrasi. Aspirasi politik seharusnya berasal dari semua komponen (stakeholder) di masyarakat. Marah atau merasa terganggu oleh film ini? Rasanya tidak perlu. Mengapa harus marah? Apakah nama, partai, nomor urut, dan baliho “Anda” dijelek-jelekkan dalam film ini? Kayaknya tidak! Atau kalau mau berdebat, sejujurnya, baliho-baliho yang berserakan di jalan ada yang menjadi sampah untuk mata. Sangat tidak enak dipandang mata, apalagi kalau yang dikemukakan kebohongan belaka atau janji-janji manis. Mata butuh ruang pandang tersendiri yang tidak membebani. Tapi di lapangan, kemana mata memandang, ada saja baliho-baliho. Untung kalau balihonya menarik, tapi kalau jelek dan “lucu”? Kesimpulannya, sekarang demokrasi. Alasan yang juga digunakan banyak orang sehingga berlomba-lomba menjadi caleg meski diri tidak maka! Mengutamakan proses Terwujudnya film BPL dan 45!!! dalam keping yang bisa disaksikan banyak orang disiarkan oleh stasiun TV bukan hal utama; proses pembuatan dianggap lebih penting. Rasa-rasanya, tak ada hari yang terlewatkan tampa menonton film, apakah itu film lepas, sinetron, film kartun (animasi), iklan, dan keluaran lain yang berasal dari kerja yang melibatkan kamera video. Dianggap sudah biasa, tapi disitulah letak persoalannya, meski sudah menjadi bagian hidup, sebagian besar penonton film tak memahami proses pembuatannya. Seperti sebuah keajaiban, orang-orang yang tak pernah mengecap dunia pendidikan perfilman tetapi menjalani proses seperti orang film. Ada kebahagiaan tersendiri, ada kesan atau pengalaman yang akan memberi penyadaran bahwa ternyata “begini” repotnya mengerjakan film. Sebagai penikmat saja, misalnya menyaksikan film berdurasi 1 jam, tak akan merasakan repotnya membuat film tanpa menjalani/menyaksikan proses pembuatannya. Ya, kita lihat kasus film 45!!! saja. Durasinya kurang beberapa menit dari sejam, tapi pembuatan filmnya makan waktu hampir tiga pekan. Shooting menggunakan 13 kaset miniDV (setara 13 jam), proses editing berjam-jam, melibatkan sekitar 100 orang

147


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.