Reservo januari 2013

Page 25

PETROTECHNOSCIENCE dari point of contact, seperti berkas tintan yang keluar dari ujung pulpen dan langsung terdifusi dalam air. Bila tanah ini homogen, arus akan tersebar merata dan mengembang membentuk garis lurus ke segala arah. Berbeda bila tanah tersebut tidak homogen, seperti terdiri atas layer-layer dengan batuan yang berbeda komposisinya atau berbeda kandungan air di dalamnya, atau layer tersebut membentuk folds, faults, dan struktur geologi lainnya, arus listrik tidak akan mengikuti garis lurus, tetapi mencari dan mengikuti bagian yang paling resistance. Properti yang menentukan seberapa banyak dan arah arus listrik ini disebut electrical resistivity atau “resistivity”. Untuk lokasi yang jauh di dalam tanah, dimana batuan berupa poripori yang tersaturasi dengan air tanah, dimana setiap pori pun terkoneksi, maka arus listrik

48

PETROSTORY akan sangat mudah mengalir, dan resistivitasnya pun rendah hanya berkisar antara 0.1-10 Ω. Berbeda bila pori-pori batuan tersebut terisi oleh minyak atau gas, resistivity yang terbaca akan meningkat. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, Conrad membuat potentiometer di perusahaan Hartmann Braun of Frankfurt, yang saat itu menjadi perusahaan manufacture terkemuka dalam pembuatan perlatan yang presisi. Instrument ini dilengkapi dengan tripod, kokoh, mudah digunakan dan portable. Alat ini bukan hanya dapat menghasilkan dan mengukur tegangan dalam skala milivolt tetapi juga terintegrasi dengan galvanometer yang mampu mengukur arus yang hanya sebesar microampere. Dengan perkembangan alat yang memiliki sensitive tinggi,

Conrad mencoba alatnya untuk jarak yang lebih jauh lagi dan menyempurnakannya. Demikianlah bagaimana sebuah keingintahuan dan usaha untuk “melihat” isi bumi, dimulai dari sebuah percobaan kecil berupa bathtube yang diisi dengan tanah dan material dengan komposisi yang bebeda-beda, coba dibawa ke skala yang lebih besar di kebunnya dan disempurnakan lagi untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Dan ini semua lah cikal bakal dan inspirasi dari teknologi geophysical saat ini. oleh : Fatimah Kusumaningrum-TM ITB 2009

Oil

Shocks

pada 1973

M

elambungnya harga minyak sekarang ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Sebelumnya krisis minyak besar-besaran pernah terjadi pada tahun 1970-an. Krisis minyak besar-besaran terjadi pada tahun 1967-1979. Namun krisis minyak yang paling signifikan berawal pada tahun 1973 dipicu oleh perang Yom Kippur. Perang Yom Kippur ini dipicu oleh Israel yang merupakan tanah air bagi kaum Yahudi yang mendirikan 56% dari daratannya dari daratan Palestina. Bangsa Arab pun marah dan menolak untuk mengakui Israel sebagai suatu negara yang merdeka. Bangsa Arab mulai melakukan usaha untuk mendapatkan kembali tanah yang mereka rasa merupakan hak mereka. Hal ini memicu terjadinya Perang Suez-Sinai. Bangsa Inggris dan Perancis mendukung bangsa Israel untuk membalas Nasser karena telah menasionalisasikan Terusan Suez. Pada tahun 1967 Israel melancarkan “the SixDay War”, dengan meng-klaim banyak daratan. Pada tahun 1973, tepatnya pada Yom Kippur, hari besar umat Yahudi, pasukan arab melakukan serangan yang didukung oleh Soviet technology. Pada saat itu, anggota dari

49


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.